diabetes melitus

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengankarakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerjainsulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo, et al., 2005). Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor 1

description

laporan praktikum

Transcript of diabetes melitus

Page 1: diabetes melitus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengankarakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerjainsulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada

keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes

seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7

tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini

terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo, et al., 2005).

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan

terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit

jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal,

dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,

diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya

dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam

perjalanan penyakit diabetes (Soegondo, et al., 2005).

Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan

penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, padaumumnya

rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan75%

diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58% memakai dosis

yang salah, dan 80% tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan.(Endang Basuki

dalam Sidartawan Soegondo, dkk 2004).

Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan

kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola

makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

1

Page 2: diabetes melitus

terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM

dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan waktu bertahun-

tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat

dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai

perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi, 2006).

Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita

diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka

kematian sekitar 3,2 juta orang.

WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366

juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan

negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita diabetes mellitus

150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta

orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta

orang), dan Jepang (6,7 juta orang).

WHO menyatakan, penderita diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan

akan mengalami kenaikan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000,menjadi 21,3 juta jiwa

pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia

menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Depkes

RI, 2004).

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi

pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2001 sebesar 7,5 %

menjadi 10,4 % pada tahun 2004, sementara hasil survey BPS tahun 2003

menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di perkotaan

dan 7,2 % di pedesaan

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes mellitus.

2. Untuk mengetahui etiologi & epidemiologi diabetes mellitus.

3. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.

2

Page 3: diabetes melitus

4. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan pada penyakit diabetes

mellitus.

5. Untuk mengetahui komposisi, indikasi, dan interaksi obat pada resep

3

Page 4: diabetes melitus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diabetes millitus (DM) adalah sekumpulan dari gangguan metabolik yang

ditandai oleh hiperglikemi dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat,

lemak, dan protein. Semua hal diatas merupakan hasil dari defect sekresi

insulin baik mutlak atau relatif, dan berkurangnya sensitivitas jaringan

terhadap insulin atau keduanya. Simtom yang menyertai DM (hiperglikemia)

adalah 3P (polidipsi, polifagi, dan poliuri), BB berkurang, kelelahan, dan

adanya infeksi berulang (misalnya kandidiasis vagina). Diabetes mellitus(DM)

menggambarkan sekelompok kronis gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemiayang mungkin hasil di mikrovaskuler jangka panjang,

makrovaskular, dan neuropatik komplikasi. Komplikasi ini berkontribusi pada

diabetes menjadi penyebab utama kasus baru kebutaan antara orang dewasa,

stadium akhir penyakit ginjal, dan non-traumatik amputasi tungkai bawah.

B. Patofisiologi

1. Karbohidratyang normal

Metabolisme Sumber energi utama tubuh adalah metabolisme glukosa.

Metabolisme glukosa sepenuhnya melalui glikolisis dan siklus Kreb,

menghasilkan air dan karbon dioksida sebagai limbah produk. Glukosa tidak

segera dibutuhkan untuk energi disimpan dalam hati dan otot sebagai

glikogen. Kemudian, ketika energi diperlukan, glikogenolisis mengubah

glikogen yang disimpan kembali ke glukosa. Kelebihan glukosa juga dapat

dikonversi ke trigliserida dan disimpan dalam sel lemak. Trigliserida

kemudian menjalani lipolisis, menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.

Sementara biasanya disediakan untuk fungsi lain, protein juga dapat

dikonversi ke glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis. Normal

homeostasis dicapai melalui keseimbangan metabolisme glukosa, asam lemak

bebas, dan asam amino untuk mempertahankan darah kadar glukosa yang

cukup untuk menyediakan pasokan terganggu glukosa ke otak. Insulin dan

4

Page 5: diabetes melitus

glukagon diproduksi di pankreas oleh sel dikenal sebagai pulau Langerhans.

β-Sel membentuk 70% sampai 90% dari pulau-pulau dan menghasilkan

insulin, sedangkan sel-β memproduksi glukagon. Fungsi utama insulin adalah

untuk menurunkan glukosa darah tingkat, sedangkan glukagon, bersama

dengan hormon lainnya, seperti faktor pertumbuhan, kortisol, dan

epinephrine, meningkatkan kadar glukosa darah.

2. Diabetes tipe 1

Cacat utama dalam DM tipe 1 adalah defisiensi insulin absolut akibat

kerusakan sel beta pankreas. β-sel penghancuran paling sering hasil dari

proses autoimun biasanya diendapkan melalui kerentanan genetik dan /atau

pemicu lingkungan. Penanda genetik tertentu dapat diukur untuk menentukan

apakah seseorang beresiko diabetes. Kehadiran antigen leukosit manusia

(HLAs), khususnya HLA-DR, adalah sangat terkai tdengan perkembangan

diabetes tipe 1. Lebih dari 95% orang dengan DM tipe 1 memilikiHLA-DR3

dan HLADR4 hadir. Selain itu, orang dengan DM sering mengembangkan

antibodi, autoantibodi insulin, atau dekarboksilase asam glutamat auto

antibodies. Dan lain lagi dari 90% dari orang-orang dengan tipe 1 DM

memiliki setidaknya satu presen. Dan lagi antibodi yang berhubungan dengan

diabetes lebih β-sel rusak, metabolisme glukosa menjadi terganggu karena

berkurangnya pelepasan insulin setelah beban glukosa. Pada saat diagnosis,

kebanyakan pasien mengalami kerugian90% dari β-fungsi sel. Sisanya10%

dari fungsi sel-β.. Setelahfungsi sel-β tersisa ini hilang, pasien menjadi benar-

benar kekurangan insulin dan membutuhkan insulin lebih eksogen.

3. Diabetes Tipe 2

DM tipe 2 ditandai dengan lambat, onset bertahap hiperglikemia yang

sering asimtomatik. Metabolik yang mendasari disfungsi berkontribusi

terhadap penyakit ini dianggap kombinasi kedua faktor genetik dan

lingkungan. Meningkatnya kadar glukosa darah akibat dari peningkatan

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin menyebabkan

kekuranganinsulinrelatif. Sebelum menggambarkan dua cacat insulin ini, perlu

5

Page 6: diabetes melitus

untuk memahami tindakan insulin normal dan perannya dalam kontrol

glukosa.

Faktor risiko untuk diabetes tipe 2meliputi:

•Riwayat keluarga tingkat pertama DM (yaitu, orang tua atau saudara

kandung)

•Kegemukan atau obesitas

•aktivitas fisik Kebiasaan

•Rasatau etnis (Native American, Latino/Hispanik-Amerika, Asia-Amerika,

Afrika-Amerika, dan Kepulauan Pasifik)

•Pre-diabetes (yaitu, sebelumnya diidentifikasi dengan gangguan glukosa

toleransi atau glukosa puasa terganggu)

•Hipertensi(Lebih besar dari atau sama dengan140/90mmHg)

•High-densitylipoprotein (HDL) kurang dari 35mg/dL (0,91mmol/L) dan/atau

tingkat trigliserida lebih besar dari 250mg/dL (2.83 mmol/L)

•Riwayat diabetes gestational atau bayi dengan berat lebih besar dari 9 pon

(4,09 kg)

•Riwayat penyakit vaskular

•Riwayat penyakit ovarium polikistik

•Kondisi lain yang berhubungan dengan resistensi insulin

4. Aksi Insulin yang normal

Selama periode puasa, kebanyakan beredar glukosa diproduksi dalam hati

dengan glikogenolisis. Ini produksi endogen glukosa berfungsi untuk

memastikan otak pasokan glukosa yang konstan. Sekresi insulin selama

periode puasa adalah rendah, basal stabil tingkat 0,5-1unit/jam. Pada makan,

kadar glukosa darah meningkat, dan respon insulin sekresi terjadi dalam dua

tahap. Sebuah meledak awal, dikenal sebagai respon insulin fase pertama,

berlangsung sekitar 10 menit dan berfungsi untuk menekan produksi glukosa

hepatik.Ini bolus insulin meminimalkan hiperglikemia selama makanan dan

selama periode post prandial. Hilangnya ini pertama respon insulin fase

merupakan acara awal dalam perkembangan dari intoleransi glukosa ke DM.

6

Page 7: diabetes melitus

Tahap kedua respon insulin ditandai dengan peningkatan bertahap dalam

sekresi insulin, yang merangsang penyerapan glukosa oleh insulin dependent-

perifer jaringan. Sekitar 80% sampai 85% dari metabolisme glukosa selama

ini terjadi di otot. Semakin lambat pelepasan insulin memungkinkan tubuh

untuk merespon glukosa baru masuk dari pencernaan tetap menjaga kadar

glukosa darah.

5. Gangguan Insulin Sekresi

Sebuah pankreas dengan fungsi sel-β yang normal mampu menyesuaikan

produksi insulin untuk menjaga kadar glukosa darah normal.

Hiperinsulinemia, atau darah tinggi tingka tinsulin, merupakan awal

menemukan dalam pengembangan DM tipe 2. Lebih insulin disekresikan

untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal sampai akhirnya pankreas

tidak bisa lagi memproduksi cukup insulin. Hiperglikemia yang dihasilkan

ditingkatkan dengan sangat tinggi resistensi insulin, pankreas kelelahan di

mana sel β kehilangan kapasitas fungsional, atau keduanya. Pasien dengan

DM tipe 2 biasanya memiliki fungsi sel-β sekitar 40% pada diagnosis.

Penurunan fungsi sel β juga menghasilkan mengurangi kemampuan untuk

menghasilkan respon insulin fase pertama cukup untuk sinyal hati untuk

berhenti memproduksi glukosa selama keadaan makan. Sebagai DM

berlangsung, sejumlah besar pasien dengan tipe 2 penyakit akhirnya

kehilangan semua fungsi sel-β dan membutuhkan insulin eksogen untuk

mempertahankan kontrol glukosa darah.

6. Insulin Resistance

Resistensi insulin merupakan faktor utama yang membedakan tipe 2 DM

dari bentuk-bentuk diabetes. Resistensi insulin mungkin hadir hingga 10 tahun

sebelum diagnosis DM dan dapat terus untuk kemajuan sepanjang perjalanan

penyakit. Resistensi terhadap insulin terjadi paling signifikan di otot rangka

dan hati. Resistensi insulin di hati menimbulkan ancaman karena hati menjadi

non-responsif terhadap insulin untuk penyerapan glukosa, dan produksi

glukosa hepatik selama tidak berhenti. Hasil Hiperglikemia karena glukosa

7

Page 8: diabetes melitus

tertelan dan produksi glukosa hepatik lanjutan menggabungkan untuk

meningkatkan kadar glukosa darah.

7. Sindrom Metabolik

Resistensi insulin telah dikaitkan dengan sejumlah lainnya risiko

kardiovaskular, termasuk obesitas perut, hipertensi, dislipidemia,

hiperkoagulasi, dan hiperinsulinemia. Itu pengelompokan faktor-faktor

risikotelah disebut sindrom metabolik. Diperkirakan 50% dari populasi

Amerika Serikat lebih tua dari 60 tahun memiliki sindrom metabolik yang

paling banyak kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan sindrom

metabolik didirikan oleh National Cholesterol Education Program Adult

Pengobatan Panel III Pedoman. Pasien yang memiliki konvergensi ini faktor

telah ditemukan berada pada risiko kardiovaskular lebih tinggi daripada yang

diharapkan dari masing-masing komponen sindrom. Oleh karena itu, penting

untuk menganggap perawatan yang lebih agresif berencana untuk masing-

masing komponen normal individu.Sejak pra-diabetes dan DM adalah salah

satu faktor risiko komponen dalam kriteria diagnostik, pasien dengan pra-

diabetes atau DM memiliki konvergensi faktor dapat diperlakukan lebih

agresif daripada pasien yang memiliki pra-diabetes atau DM saja.

Lima Komponen Metabolik Syndrome

RisikoFaktor DefiningTingkat

1.obesitasperut

•Pria Lingkar pinggang lebih besar dari 102cm (40

inci)

• Perempuan Lingkar pinggang lebih besar dari 88cm (35

inci)

2.Triglisrida Lebih dari 150mg/dL (1,70 mmol/L)

3.

KolesterolHDL

•Pria Kurang dari 40mg/dL (1,04 mmol/L)

8

Page 9: diabetes melitus

•Wanita Kurang dari 50mg/dL (1,3 mmol/L)

4.Tekanan darah lebih besar dari atau sama dengan 130/85

mmHg

5.Puasa glukosa lebih besar dari atau sama dengan 100mg/dL

(5.55 mmol/L)

Catatan: Individu yang memiliki setidaknya tiga dari lima di atas memenuhi

diagnostik kriteria sindrom metabolik.

C. Persentasi klinis dan Diagnosis

Presentasi klinis Diabetes Mellitus

Karakteristik DM tipe 1 DM tipe 2

Usiaonset Anak atau remaja yang lebih besar dari 40

tahun

Kecepatanonset Mendadak Bertahap

Riwayat keluarga Negatif Positif

Bentuk tubuh Kurus Obesitas atau sejarah

obesitas

Sindrom metabolik Tidak Sering

Autoantibodi Ada Jarang

Gejala Poliuri, polidpsi,

polifagia, BB cepat turun

asimtomatik

Keton di diagnosis Ada Jarang

Komplikasi akut Diabetes ketoacidosis

(DKA)

Tidak ada

Mikro vaskuler

komplikasi pada diagnosis

Tidak ada Umum

Komplikasi

makrovaskuler

pada atau sebelum

diagnosis

Tidak ada Umum

9

Page 10: diabetes melitus

Kriteria untuk Diagnosis Diabetes Mellitus

1.Gejala diabetes ditambah konsentrasi glukosa plasma kasual lebih

besardari atau sama dengan 200mg/dL (11,1 mmol/L), didefinisikan

sebagai setiap saat sepanjang hari tanpa memperhatikan waktu sejak

terakhir makan. Gejala klasik diabetes meliputi poliuria, polidipsia, dan

penurunan berat badanyang tidak dapat dijelaskan. atau

2.Puasa glukosa plasma lebih besar dari atau sama dengan 126mg/dL (7,0

mmol/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori setidaknya

8jam. atau

3. Post load glukosa Dua jam lebih besar dari atau sama dengan 200mg/dL

(11,1 mmol/L) selama tes toleransi glukosa oral. Tes harus dilakukan

seperti yang dijelaskan oleh Kesehatan Dunia , menggunakan beban

glukosa yang mengandung setara dengan 75g glukosa anhidrat dilarutkan

dalam air.

Catatan: Dengan tidak adanya hiperglikemia tes, kriteria ini harus

dikonfirmasi oleh tes ulang pada hari yang berbeda. Oral glukosa tes

toleransi tidak dianjurkan untuk penggunaan klinis rutin

KategorisasiGlukosaStatus

mg/dL mmol/L

Puasa Plasma Glucosa (FPG)

Normal Kurang dari 100 Kurang dari 5,6

Gangguan puasa glukosa

(IFG)

100-125 5,6-6,9

Diabetes mellitus besar dari atau sama dengan

126

7,0

2 Jam Post load plasma

Glucose

Toleransi glukosa oral(test)

Normal Kurang dari 140 7.8

Gangguan glukosa toleransi 140-199 7,8-11,0

10

Page 11: diabetes melitus

(IGT)

Diabetes mellitusa lebih besar dari atau sama

dengan 200

11,1

Catatan : diagnosis provisional dari diabetes harus dikonfirmasi dengan kriteria

diagnosis DM

D. Terapi menggunakan insulin

Obat yang dipakai untuk DM tipe 1 adalah insulin

1. Jenis – jenis insulin

Sumber, kemurnian, onset, durasi dan appearance insulin berbeda –

beda antara lain :

a. Insulin rapid onset dan short duration : regular, lispro, dan aspart

b. Intermediated onset & duration : NPH (isophane) dan lente

c. Prolonged duration : protamin zinc insulin, extended insulin zinc,

dan ultra lente

2. Struktur dan sintesis insulin

a. Merupakan hormon polipeptida yang disekresi oleh sel b-pankreas

b. Disimpan dalam bentuk komplek dengan zinc 2+

c. Sintesi dan pelepasannya dipacu oleh :

- Glukosa, asam amino, dan asam lemak

- Dipacu oleh b-adrenergik

3. Mekanisme kerja insulin

Berikatan dengan tirosin kinase menyebabkan peningkatan tranfort

glukosa pada sel otot dan jaringan adipose yang akibatnya :

a. Pada hepar

- Menghambat produksi glukosa

- Menghambat glikogenolisis dan meningkatan sintesis glikogen

- Meningkatan sintesis trigliserida

- Meningkatakan sintesi protein

b. Pada otot

- Meningkatkan transpor glukosa

- Disposisi, meningkatkan sintesi glikogen

11

Page 12: diabetes melitus

- Meningkatkan sintesis protein

c. Pada jaringam lemak

- Meningkatkan transport glukosa

- Lipogenesis

- Intraseluler lipolisis

4. Respon sekresi insulin yang dipicu oleh injeksi glukosa pada orang

normal, DM 1, dan DM 2

Pada penderita DM 1, pemberian injeksi glukosa tidak dapat

meningkatkan sekresi insulin. Pada DM 2, pemberian injeksi glukosa

dapat meningkatkan sekresi insulin tetapi lambat dibandingkan pada

orang normal.

5. Kinetika dan dinamika insulin

a. Total kliren 700 – 900 ml/menit

b. Pada pemberian melalui infus, eliminasi mengikuti model

multikompartemen dengan t ½ : 2,3 – 2,4 menit, 14 menit, dan 133

menit

c. Kerja insulin berkaitan dengan kompartemen terakhir dengan t ½ :

133 menit, oleh karena itu pemberian obat (pengaturan dosis) tidak

perlu lebih sering dari 2 jam

d. Insulin regular yang diberikan secara subcutan (SC) intermitter

bolus, t ½ : 53 menit dan untuk insulin intermediate acting (NPH),

t ½ : 12 – 19 jam

e. Kecepatan dan t ½ dipengaruhi oleh tempat injeksi, t ½ pemberian

pada abdomen : 87 ± 12 menit , legan 141 ± 23 menit, punggung :

153 ± 28 menit, dan pada paha : 164 ± 15 menit. Contoh ini pada

insulin lispro

f. Insulin yang lebih encer diabsorbsi lebih cepat (10 – 40 UI lebih

cepat dibandingkan dengan 100 – 500 UI )

6. Kegunaan insulin

a. Untuk terapi IDDM

b. Non IDDM yang tidak terkontrol dengan diet dan oral antidiabetik

12

Page 13: diabetes melitus

c. Hipoglikemi adalah adverse effect yang umum dan harus diterapi

dengan :

- Glukosa 10 -15 g diberikan secara oral pada pasien yang sadar

- Injeksi dektrosa pada pasien yang tidak sadar

- Pemberian glukagon pada pasien yang tidak sadar

7. Drug relative problem (DRP) berkaitan dengan pemberian insulin

a. Pemberian tidak sama (IV, SC, dan IM), kebanyakan diberikan 30

– 60 menit sebelum makan, kecuali lispro 15 menit sebelum

makan

b. Tidak semua insulin saling kompatibel (insulin dengan buffer

fosfat dan asetat tidak dapat dicampur)

c. Menyebabkan lipodistropi

d. Infus set dapat mengabsorpsi insulin

8. Efek samping obat

a. Hipoglikemi + bluret vision (awal terapi)

b. Alergi : inching, urtikaria, dan anafilaksis

c. Insulin adalah pilopeptida dan jika bergabung dengan protein

dapat sebagai alergen

d. Efeknya dipengaruhi oleh aktivitas, diet, dan kadar glukosa mula –

mula

9. Cara mengurangi DRP insulin

a. Dianjurkan menggunakan insulin dengan nama dagang yang sama

b. Menggunakan spuit yang sama untuk menghindari ukuran yang

berdeda

c. Spuit dengan background berwarna

d. Jika insuli disimpan di refrigerator, taruh dulu disuhu kamar

sebelum diberikan

e. Standarisasi diet dan aktivitas, sehingga variasi kebutuhan insulin

tidak besar

10. Interaksi

Kondisi yang dapat mengurangi kerja insulin

a. Infeksi dan kondisi sakit

13

Page 14: diabetes melitus

b. Obesitas, hamil, stress, merokok, dan pembedahan

c. Stimulasi saraf simpatik

Daftar obat yang dapat menurunkan dan menaikkan kadar glukosa darah

- Tabel obat yang dapat menurukan kadar glukosa darah secara signifikan

Obat atau

golongan

signifikansi keterangan

B2-agonis ++ Dapat mengiduksi hipoglikemia pada

infant yang ibunya menerima obat

untuk tokolitik

Disopiramid ++ Lansia yang mengalami gangguan

ginjal dan hepar sangat peka

Etanol +++ Paling sering terjadi pada pengguna

kronis, simtom hipoglikemi sering

tersamar dengan gejala intoksikasi

Quinin dan

quinidin

++ Dosis 600-800 mg untuk terapi malaria

dapat menginduksi hipoglikemi

Salisilat ++ Dosis 4-6 g/hari, dosis yang lebih

rendah jarang menimbulkan

hipoglikemi

pentamidin +++ Umumnya terjadi bebrapa hari sampai 2

minggu setelah pengobatan.

Kejadiannya dapat tiba-tiba dan

berbahaya dan mungkin juga dapat

nenimbulkan hiperglikemi

- Obat yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah secara signifikan

Obat atau

golongan

signifikans

i

Keterangan

Asparaginase ++ Terjadi selama atau setelah terapi,

14

Page 15: diabetes melitus

pemberian bersama kortikosteroid

menimbulkan toleransi glukosa yang

berbahaya

Antipsikotik +++ Menyebabkan hiperglikemi dan

mempercepat timbunya DM II, telah

dilaporkan pada olanzepin dan clozapin

Kortikosteroid +++ Toleransi glukosa dapat terjadi dalam

jam, hari, dan penggunaan kronik.

Sifatnya dosedependent dan reversible

terapi reversibilitas mungkin

memerlukan waktu

b-bloker ++ b-bloker yang kardioselektif kurang

berbahaya dibandingkan yang non

selektif. B-bloker dapat menutupi

gejala hipoglikemi

B2-agonis ++ Dapat menginduksi hiperglikemia pada

ibu hamil menerima obat untuk

tokolitik

Cyclosporin ++ Mungkin menyebabkan hiperglikemia

pada penggunaan yang lama, diberikan

sendiri atau bersama kortikosteroid

bersifat imunosupresan

Diazoxid +++ Secara oral digunakan untuk

meningkatkan kadar glukosa

Diuretik +++ Semua diuretik, terutama thiazid telah

dilaporkan menyebabkan DM dan

memperburuk kontrol glukosa pada

pasien dapat mentolerir dosis terapi

Asam nikotinat ++ Obat alternatif untuk hiperlipidemia

yang disukai pada pasien DM

Kontrasepsi oral ++ Jarang terjadi pada dngan dosis

esterogen <50 ug

15

Page 16: diabetes melitus

Protease inhibitor +++ Memperburuk DM atau memacu

timbulnya DM, telah banyak dilaporkan

pada FDA. Beberapa kasus perlu

perawatan dan bersifat ireversible.

Kejadian berkaitan dengan lipodistropy

dan resistensi insulin

takrolimus ++ Sama dengan cyclosporin

Keterangan :

+ = signifikansi secara klinik bersifat possible

++ = signifikansi secara klinik, terutama penting pada kondisi tertentu

+++ = signifikansi secara klinik mempengaruhi angka kejadian atau

memperbesar

E. Oral antidiabetik

1. Sulfonilurea (SU)

- Klorptopamid, glibenklamid

- Tolazamid

- Tolbutamid, glimepirid

- Glipizid, gliburid

a. Mekanisme kerja

- Meningkatkan sekresi insulin

- Meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin

- Menurunkan sekresi glukagon

b. Sulfonilurea (short acting)

- Contoh : Tolbutamin

- Absorbsi cepat, tidak dipengaruhi oleh makanan

- Bisa menyebabkan hipoglikemi, efek samping lainnya adalah rash

dan gabungan GI

16

Page 17: diabetes melitus

c. Sulfonilurea ( intermediate acting)

1). Acetoheksamid

- absorpsi cepat

- t1/2 6 jam, dan bersifat urikosurik

2). Tolazamid

- Absorpsi lambat

- Berefek diuretik lemah

3). Gliburid

- absorpsi cepat

- Berefek diuretik lemah, dan menghambat produksi glukosa di hepar

4). Glipizide

- absorpsi cepat dan dapat dihambat oleh makanan

d. Sulfonilurea (long acting)

- dua obat sulfonilurea yang durasinya panjang adalah klorpropamid

dan glibenklamid

- absorpsi cepat

- efek samping hipoglikemi lebih besar

- bukan pilihan yang baik untuk lansia

Cara kerja :

Sulfonilurea meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta ketika glukosa

mulai doabsorpsi. Sulfonilurea mengeblok kanal Ca++, masuk Ca++

menyebabkan peningkatan sekresi insulin

- Indikasi penggunaan sulfonilurea adalah untuk terapi DM tipe 2

17

Page 18: diabetes melitus

- Kontraindikasi penggunaan sulfonil urea adalah menyusui,

ketoasidosis, dan insufisiensi ginjal. Sulfonilurea long acting sejauh

mungkin dihindari penggunaannya pada lansia

Efek samping

- Hipoglikemi, gangguan GI, pruritus, nausea, dan anemia

- Kegagalan dapat terjadi (15-30%) dan dapat mencapai 90% setelah

pengobatan selama 6-7 tahun

2. Golongan Biguanid (metformin)

Mekanisme kerja dan efek samping

- Meningkatakan penggunaan glukosa di jaringan perifer, dan

pengambilan glukosa dan menghambat glukoneogenesis

- Dalam bekerjanya memerlukan adanya insulin

- Regimen dosis : 500 mg, 2-3 kali sehari

- Karena tidak merangsang sekresi insulin maka tidak akan

menimbulkan efek samping hipoglikemi

- Pada awal penggunaan mengkin menimbulkan gangguan lambung

atau diare yang akan berkurang jika diminum bersama makanan

3. Golongan Glitazon

Contoh dari golongan ini adalah troglitazon, rosiglitazon, dan

pioglitazon. Mekanisme kerja diduga menyebabkan penurunan

resistensi perifer.

Efek samping :

- Edema dan peningkatan berat badan adalah problem bagi pasien yang

menggunakn glitazone atau perangsang sekresi insulin yang lain

18

Page 19: diabetes melitus

- Retensi air yang dapat memicu atau memperberat gagal jantung

kongestif

4. Meglitinid

- Contohnya adalah repaglinid dan nateglinid

- Bekerja seperti sulfonlurea

- Obat sebaiknya diminum 30 menit sebelum makan

- Obat tidak boleh diminum jika tidak makan

- Kemungkinan dapat meningkatkan berat badan seperti golongan

sulfonilurea

5. Acarbose

- Cara kerjanya menghambat enzim alfa-glukosidase

- Merupakan polisakarida

Keterangan :

19

Polisakarida

a-amilasepankreas dan saliva

Maltosa Maltotriosadekstrin

Glukosa

a-glukosidase

DisakaridaSukrosa, laktosa

a-glukosidase

Glukosafruktosa

Glukosafruktosa

Absorpsi

Laktase

MonosakaridaFruktosa, glukosa

Page 20: diabetes melitus

Enzim alfa-glukosidase berfungsi untuk peruraian polisakarida atau

oligosakarida (dekstrin dan maltose) dan sukrose menjadi glukosa.

Efek samping acarbose adalan platulen, diare dan gangguan

gastrointestinal.

F. Prinsip terapi DM tipe 2

a. Menggunakan obat tunggal jika memungkinkan atau sudah tercapai tujuannya

b. Kombinasi 1, 2 sampai 4 antidiabetik oral atau kombinasi dengan insulin, jika

penggunaan tunggal tidak mencapai sasaran

G. Tujuan terapi kombinasi

1. Memperlambat perburukan sel beta langerhan

- menurunkan produksi glukosa di hepar

- meningkatkan aksi insulin dengan

- mengurangi reisitensi insulin, dan

- meningkatkan sekresi insulin

2. Untuk menghindari efek samping atau toksik karena peningkatan dosis

H. Obat untuk terapi DM 2 dengan kondisi tertentu

Keadaan Hindari Pertimbangan

Fungsi ginjal menurun - - Acarbose

- - Asetohexamid

- - Klorpropamid

- - Gliburid

- - Metformin

- - Glipizid

- - Glimepirid

- - Tolazamid

- - Tolbutamid

- - Insulin

- - Repaglinid, dan glitazon

Gangguan fungsi hati - - Acarbose - Insulin

20

Page 21: diabetes melitus

- - Asetohexamid

- - Klorpropamid

- - Gliburid

- - Metformin

- - Thiazolidineodion

- Repaglinid

- Miglitol

Obes - Insulin

- Repaglinid

- Sulfonilurea

- Thiazolidineodion

- Acarbose

- Miglitol

- Metformin

Hipoglikemi karena makan

tidak teratur

- Insulin

- Sulfonilurea long acting

- Acarbose

- Metformin

- Repaglinid

- Thiazolidineodion

21

Page 22: diabetes melitus

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A.TANGGAL DAN WAKTU PRAKTIKUM

Tanggal : 11 November 2014

Pukul : 13.00 WIB

B.JUDUL

Judul Praktikum : Farmakoterapi Diabetes Mellitus

C.RESEP DAN PERTANYAAN

Kasus

Diabetes Mellitus Tipe 2

Tn US, usia 45 tahun, 160 cm, 80 kg, dengan riwayat DM sejak 5 tahun

yang lalu datang ke dokter dengan keluhan badan lemah, pegal-pegal, kaki sering

kesemutan dan terdapat gangren dikaki. Data Klinik menunjukkan TD 130/80

mmHg, suhu 370C, nadi 70/menit. Hasil pemeriksaan data lab, diperoleh GDP 220

mg/dl, GD 2 jam PP 490 mg/dl, HbA1c 11%, HDL 35 mg/dl, LDL 210 mg/dl,

kolestrol total 285 mg/dl, TGA 278 mg/dl. Riwayat pengobatan sebelumnya

Glibenklamid, Metformin, Simvastatin. Diagnosa: DM tipe 2-neuropati. Dari data

yang didapat, dokter memberikan resep sebagai berikut:

R/ Novorapid no IV

22

Page 23: diabetes melitus

S 3 dd 16 unit

Needle BD warna ungu no XXX

S 1dd1

R/ Lipitor 10 mg no XXX

S1dd1

R/ Lantus no I

S 1 dd 5 unit jam 21.00

Pertanyaan

1.Apa makna HbAC 1% dan berapa targetnya pada orang diabetes mellitus?

2.Mengapa pengobatan pasien diganti dengan insulin?

3.Mengapa pasien diberikan dua jenis insulin? Dan jelaskan perbedaannya?

4.ADR apa yang perlu di perhatikan ?

5.Jelaskan DRP masing-masing obat diatas!

6.Jelaskan patogenenesis DM neuropati !

7.Jelaskan rute pemberian insulin melalui video !

8.Jelaskan jenis-jenis insulin berdasarkan lama kerjanya!

9.Bagaimana mengatasi hipoglikemi karena penggunaan insulin?

10.Konseling apa yang diberikan pada pasien?

23

Page 24: diabetes melitus

BAB IV

PEMBAHASAN

1.Makna HbA1C adalah : zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dengan

hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen

keseluruh bagian tubuh). HbA1C yang terbentuk akan tersimpan dan tetap

bertahan didalam darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1C dapat

menggambarkan rata-rata kadar glukosa darah selama kurang lebih 3 bulan.

Nilai HbA1C < 6.5% berarti kendali diabetes baik

Nilai HbA1C 6.5 – 8% berarti kendali diabetes sedang

Nilai HbA1C > 8% berarti kendali diabetes buruk

Target normal HbA1C adalah 6.5 – 7.5%

HbA1C 11% adalah : zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dengan

hemoglobin sebesar 11%. Kadar tersebut tinggi , menandakan pasien mengalami

diabetes. HbA1C yang semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kadar glukosa

darahnya. Pemeriksaan Laboratorium kadar HbA1C digunakan untuk memantau

tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat diabetes.

2.Komposisi novorapid adalah : Insulin aspart 100 UI/ml

Komposisi lantus adalah : Insulin garglin 100 UI/ml

Alasan pengobatan pasien diganti insulin adalah : pasien diatas

mengalami diabetes mellitus tipe 2 karena sel beta pankreas sudah rusak, sehingga

harus menggunakan insulin. Usia pasien adalah 45 tahun, dan selama 5 tahun

mengalami penyakit diabetes mellitus, sehingga bila di berikan obat antidiabetes

24

Page 25: diabetes melitus

oral secara terus menerus, kadar gula darah tidak dapat menurun. Oleh karena itu,

dokter memberikan insulin, karena efek terapi insulin lebih cepat dibandingkan

obat antidiabetes oral. Insulin dapat diberikan setelah 3-6 bulan pemberian

antidiabetes oral.

3. Alasan pasien diberi dua jenis insulin adalah : Novorapid mengandung insulin

aspart. Jenis insulin rapid acting (efek cepat), onset cepat yaitu 15-30 menit.

Lantus mengandung insulin garglin, jenis insulin long acting dengan kerjs 3-4

jam. Apabila diberi satu jenis insulin, kadar glukosa belum turun. Dokter

memberikan dua jenis insulin dengan tujuan untuk mendapatkan efek sinergis

sehingga kadaar gula darah menjadi normal. Pemberian lantus ditujukan untuk

pemeliharaan agar kadar glukosa tidak naik.

4. ADR ( Adverse Effect Reaction) yang diperlukan adalah :

Hipoglikemia. Pantau kadar glukosa secara rutin bila menggunakan

insulin, minimal 1x seminggu. Tanda hipoglikemia adalah : hilang keseimbangan,

pusing, berkeringat terutama di malam hari, banyak buang air kecil, dan jantung

berdebar-debar.

5. DRP pada masing-masing obat diatas adalah :

a. Tepat obat

1). Metformin

Pemberian metformin sebagai awal pengobatan pasien yang baru

terdeteksi diabetes mellitus adalah tepat obat.

2). Glibenklamid

Pemberian glibenklamid sebagai awal pengobatan pasien, dan di

kombinasikan dengan metformin adalah tepat obat.

3). Simvastatin

25

Page 26: diabetes melitus

Pemberian simvastatin untuk menurukan kadar kolestrol adalah tepat obat.

Karena simvastatin adalah obat pertama dan aman untuk pengobatan awal pasien

yang baru terdeteksi penyakit hiperlipidemia.

4). Lantus

Pemberian Lantus, setelah pasien menggunakan obat anti diabetes oral

selama bertahun-tahun adalah tepat obat. Karena lantus memberikan efek terapi

yang lebih cepat dibandingkan anti diabetes oral sehingga dapat menurunkan

kadar gula darah dengan cepat.

5). Novorapid

Pemberian Novorapid adalah tepat obat. Novorapid adalah jenis insulin

dengan waktu kerja rapid acting. Insulin menghasilkan efek terapi yag lebih cepat

dibandingkan obat anti diabes oral. Insulin dapat menurunkan kadar gula darah

dengan cepat

6). Lipitor 10 mg

Pemberian Lipitor (Atorvastatin) adalah tepat obat. Pasien telah

menggunakan simvastatin selama bertahun-tahun, dan kadar kolestrol belum

mengalami penurunan yang signifikan, sehingga dokter mengganti obat

simvastatin dengan atorvastatin. Walaupun satu golongan, atorvastatin merupakan

golongan statin generasi baru, sehingga absorpsi atorvastatin lebih cepat

dibandingkan simvastatin

b. Tepat indikasi

1). Metformin

Pemberian metformin pada awal pengobatan adalah tepat indikasi.

Metformin merupakan golongan biguanid, dengan mekanisme kerja

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer, dan pengambilan glukosa,

serta menghambat glukoneogenesis. Sehingga dapat menurunkan kadar gula

darah.

26

Page 27: diabetes melitus

2). Glibenklamid

Pemberian glibenklamid pada awal pngobatan adalah tepat indikasi.

Glibenklamid merupakan golongan sulfonilurea long acting memiliki absorpsi

cepat. Indikasi penggunaan sulfonilurea adalah untuk terapi DM tipe dua.

3). Simvastatin

Pemberian simvastatin pada awal pengobatan adalah tepat indikasi.

Simvastatin merupakan golongan statin. Indakasi Simvastatin adalah untuk

menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

4). Lantus

Pemberian Lantus untuk terapi lanjutan adalah tepat indikasi. Pasien

mengalami penyakit Diabetes Mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Penggunaan obat

antidiabetes oral tidak dapat menurunkan kadar gula darah, sehingga dokter

memberikan insulin. Indikasi lantus adalah untuk mengontrol kadar gula darah

agar tidak mengalami kenaikan.

5). Novorapid

Pemberian novorapid sebagai terapi lanjutan adalah tepat indikasi. Pasien

mengalami diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Penggunaan antidiabetes

oral tidak dapat menurunkan kadar gula darah. Indikasi Novorapid (Insulin rapid

acting) adalah untuk menurunkan kadar gula darah

6). Lipitor 10 mg

Pemberian lipitor (atorvastatin) adalah tepat indikasi. Lipitor digunakan

untuk menurunkan kadar kolestrol total yang dialami oleh pasien.

c. Tepat dosis

1). Metformin

27

Page 28: diabetes melitus

Pada kasus diatas, tidak disebutkan dosis metformin, dan aturan

penggunaannya.

2). Glibenklamid

Pada kasus diatas, tidak disebutkan dosis glibenklamid, dan aturan

penggunaannya.

3). Simvastatin

Pada kasus diatas, tidak disebutkan dosis simvastatin, dan aturan

penggunaannya.

4). Lantus

Berdasarkan AHFS dosis Lantus adalah :

Diabetestipe 2:

Pasienbeluminsulin: 10unitsekali sehari, disesuaikan denganrespon pasien(rentang

dalam studiklinis: 2-100unit/hari)

Berdasarkan resep diatas dokter memberikan aturan pakai lantus 1 x

sehari 5 unit, digunakan pada pukul 21.00 WIB. Dosis insulin diatas adalah tepat

dosis. Dosis insulin yang terdapat di literatur 10 unit, sedangkan dokter

memberikan hanya 5 unit. Hal tersebut tidak masalah, karena insulin lantus

diberikan untuk mengontrol kadar gula darah, sehingga pada awal pemberian

sebaiknya menggunakan dosis rendah terlebih dahulu.

5). Novorapid

Berdasarkan AHFS dosis Novorapid (Insulin aspart) adalah :

DM tipe 2: Awalnya, jumlahdosisinsulin setiap hariberkisar0,2-0,4unit/kg,

sebagian yangdapat diberikan sebagaiaspartinsulin; beberapa

doktermenyarankandosis totalinsulinawalrata-rata0,6unit/kgper hari

BB pasien : 80 kg

Berdasarkan Literatur : 0.2 – 0.4 unit/kgBB

28

Page 29: diabetes melitus

Dosis untuk pasien berdasarkan literatur :

0.2 unit x 80 kg = 16 unit per hari

0.4 x 80 kg = 32 unit per hari

Range dosis untuk pasien berdasarkan literatur : 16 unit – 32 unit

Berdasarkan dosis total insulin awal rata-rata 0.6 unit/kg dalam sehari

Dosis untuk pasien : 0.6 unit x 80 kg = 48 unit per hari

Berdasarkan resep dokter memberikan insulin novorapid dengan dosis : 3x sehari

16 unit. Dalam sehari dokter memberikan 48 unit. Pemberian noverapid dengan

dosis 3x sehari 16 unit adalah tepat dosis. Karena dosis yang diberikan dokter

sesuai dengan literatur.

6). Lipitor 10 mg

Dislipidemia dan pencegahan kardiovaskuler

>Atorvastatin Terapi Primer Hiperkolesterolemia (heterozigot familial dan Non

familial) dan Campuran Dislipidemia

Oral: Awalnya, atorvastatin 10 atau 20mg sekali sehari; pasien yang memerlukan

pengurangan besar dalam konsentrasi LDL-kolesterol (>45%) dapat menerima

40mg sekali sehari. Tentukan konsentrasi lipoprotein serum dalam waktu 2-

4minggu setelah memulai dan/atau titrasi terapi dan menyesuaikan dosis. dosis

pemeliharaan Biasa atorvastatin adalah 10-80 mg sekali dalam sehari.

>Atorvastatin Terapi untuk Hiperkolesterolemia Familial Homozigot

Oral: atorvastatin 10-80 mg sekali dalam sehari.

Berdasarkan resep diatas, dokter memberikan lipitor 10 mg sekali sehari. Dosis

tersebut adalah tepat dosis, karena sesuai dengan literatur.

d.Interaksi obat

29

Page 30: diabetes melitus

Tidak ada interaksi antar obat pada resep diatas. Namun, terdapat interaksi antara

obat dengan makanan. Yaitu, atorvastatin dengan jus jeruk. Penggunaan

atorvastatin dengan jus jeruk sebaiknya di hindari. Karena dapat meningkatkan

konsentrasi plasma atorvastatin.

6.Patogenesis diabetes mellitus neuropati adalah :

Lesi pada saraf perifer akan menimbulkan enam tingkat kerusakan yaitu :

(Brushart, 2002)

a. Grade 1 (Neuropraksia)

Kerusakan yang paling ringan, terjadi blok fokal hantaran saraf, gangguan

umumnya secara fisiologis, struktur saraf baik. Karena tidak terputusnya

kontinuitas aksoplasmik sehingga tidak terjadi degenerasi wallerian. Pemulihan

komplit terjadi dalam waktu 1 – 2 bulan.

b. Grade II (aksonometsis)

Kerusakan pada akson tetapi membrana basalis (Schwann cell tube),

perineurium dan epineurium masih utuh. Terjadi degenerasi wallerian di distal

sampai lesi, diikutu dengan regenerasi aksonal yang berlangsung 1 inch per bulan.

Regenerasi bisa tidak sempurna seperti pada orang tua.

c. Grade III

Seperti pada grade II ditambah dengan terputusnya membrana basalis

(Schwann cell tube). Regenerasi terjadi tetapi banyak akson akan terblok oleh skar

endoneurial. Pemulihan tidak sempurna.

d. Grade IV

Obliterasi endoneurium dan perineurium dengan skar menyebabkan

kontinuitas saraf berbagai derajat tetapi hambatan regenerasi komplit.

e. Grade V

Saraf terputus total, sehingga memerlukan operasi untuk penyembuhan

f.Grade VI

30

Page 31: diabetes melitus

Kombinasi dari grade II-IV dan hanya bisa didiagnosa dengan

pembedahan.

Ada tiga proses patologi dasar yang bisa terjadi pada saraf perifer yaitu : (Adam,

2005)

a. Degenerasi Wallerian

Terjadi degenerasi sekunder pada mielin oleh karena penyakit pada akson

yang meluas ke proksimal dan distal dari tempat akson terputus. Perbaikan

membutuhkan waktu sampai tahunaan, oleh karena pertama terjadi regenerasi

kemudian baru terjadi koneksi kembali dengan otot, organ sensoris, pembuluh

darah.

b. Demielinisasi segmental

Terjadi destruksi mielin tanpa kerusakan akson, lesi primer melibatkan sel

Schwann. Demielinisasimulai daro nodus ranvier meluas tak teratur ke segmen-

segmen internodus lain. Perbaikan fungsi cepat karena tidak terjadi kerusakan

akson.

c. Degenerasi aksonal

Degenerasi pada bagian distal akson saraf perifer dan beberapa tempat

ujung akson sentral kolumna posterior medulla spinalis.

Basis patofisiologik pengembangan timbulnya periferal neuropati dari diabetes

tidaklah dipahami dengan sepenuhnya, dan berbagai hipotesis telah diajukan.

Faktor-faktor etiologik daripada diabetes neuropati diduga adalah vaskuler,

metabolisme, neurotrofik dan immunologik.

7.Lihat Video

8. Jenis-jenis insulin berdasarkan lama kerjanya adalah :

Jenis dan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

1. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

Insulin reguler adalah larutan insulin seng kristalin kerja singkAt

menurunkan gula darah dalam beberapa menit. Ini merupakan satu – satunya

31

Page 32: diabetes melitus

preparat insulin yang cocok untuk pemberian intravena. Bentuk bufer digunakan

pada pompa insulin eksternal. Baik insulin rekombinan manusia maupun sumber

hewan tersedia dalam bentuk ini. Actrapic , Velosulin, dan semilente juga

termasuk dalam kelompok ini. Insulin jenis ini sebaiknya diberikan 30 menit

sebelum makan, akan mencapai puncak setelah 1- 3 jam dan mempunyai efek

sampai 8 jam.

2. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

a. Suspensi insulin semilente

insulin ini merupakan endapan amorf insulin dengan ion seng dalam bufer asetat

yang tidak cocok untuk pemberian intravena. Mula kerja dan efek puncaknya

cepat, tetapi agak lebih lambat dari insulin reguler.

b. Suspensi insulin isofane

insulin ini sering disebut neutral protamine hagedorn (NPH/insulatard), suatu

insulin yang dikombinasi pada pH netral dengan muatan polipeptida positif

protamin. Masa kerjanya sedang. Ini disebabkan oleh lambatnya absorbsi insulin

karena konjugasi insulin dengan protamin untuk membentuk kompleks yang

kurang larut. NPH seharusnya hanya diberikan secara subkutan dan berguna pada

semua bentuk diabetes kecuali diabetes ketoasidosis dan hiperglikemia berat.

c. Insulin lente

Insulin ini merupakan campuran 30% insulin semi lente dan 70% insulin

ultralente. Kombinasi ini memberikan absorbsi yang lebih cepat dengan suatu

kerja pemeliharaan yang membuat insulin lente digunakan secara luas dari semua

jenis insulin seri lente. Diberikan hanya secara subkutan. Monotard sama seperti

lente, tetapi dibuat dari pankreas babi.insulin macam ini awal kerjanya adalah 1,5

– 2,5 jam dan mempunyai lama kerja sampai kira – kira 24 jam. Jenis ini

mempunyai puncak yang berbeda – beda secara individual yaitu antara 4 sampai

15 jam.

32

Page 33: diabetes melitus

3. Insulin kerja panjang (long acting insulin)

Insulin ultralente merupakan suspensi kristal insulin seng (babi atau manusia)

dalam bufer asetat dengan komposisi partikel besar yang lambat dipisahkan.

Menghasilkan awitan kerja lambat dan efek hipoglikemik jangka lama. Saat ini

hanya digunakan di beberapa negara saja, kerena kontrol diabetes sukar dicapai

dengan obat ini dan tidak mungkin dikombinasi dengan insulin netral atau asam

dalam satu suntikan. Selain itu waktu kerja terlalu panjang 24 – 36 jam sehingga

mungkin dapat terjadi kumulasi obat.

4. Insulin campuran tetap (premixed insulin)

Kombinasi insulin manusia seperti 70 % isofane dan 30 % reguler. Awal kerjanya

dan kekuatannya tergantung dari proporsi komponen insulin kerja cepatnya.

Sedang lama kerjanya sampai 24 jam.

Dari sediaan yang ada sering dibuat campuran dengan tujuan memperoleh sediaan

yang mula kerja cepat dan masa kerja panjang. Campuran tersebut dapat dibuat

sesuai dengan kemauan kita dan keadaan penderita, tetapi sediaan campuran

tersebut bersifat tidak stabil dalam larutan sehingga pembuatannya harus

dilakukan sesaat sebelum penggunaannya.

Efek samping terapi insulin:

- Efek samping utama dari terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemi

- Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat

menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin

Dasar pemikiran terapi insulin:

- Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. Terapi

insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis.

- Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau

keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemi pada

keadaan puasa, sedangkan defisiensi insulin prandial akan menimbulkan

hiperglikemi setelah makan

33

Page 34: diabetes melitus

- Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa: insulin kerja

cepat (rapid acting), kerja pendek (short acting ), kerja menengah (intermediate

acting), kerja panjang (long acting), dan insulin campuran tetap (premixed

insulin).

- Pemberian dapat pula secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat atau insulin

kerja pendek untuk koreksi defisiensi insulin prandial, dengan kerja menengah

atau kerja penjang untuk koreksi defisiensi insulin basal. Juga dapat dilakukan

kombinasi dengan ADO

- Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah harian

- Penyesuaian dosis insulin dapat dilakukan dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4

hari bila target terapi belum tercapai

Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja

Sediaan Insulin Awal Kerja Puncak Kerja Lama Kerja

Insulin Prandial

Insulin Kerja cepat

Regular (Actrapid; Humulin R)

Insulin analog, kerja sangat cepat

Insulin glulisine (apidra*)

Insulin aspart (Novo Rapid *)

Insulin lispro (Humalog)

30-60 mnt

5-15 mnt

5-15 mnt

5-15 mnt

30-90 mnt

30-90 mnt

30-90 mnt

30-90 mnt

5-8 jam

3-5 jam

3-5 jam

3-5 jam

Insulin Kerja Menengah

NPH (Insulatard, Humulin N)

Lente

2-4 jam

3-4 jam

4-10 jam

4-12 jam

10-16 jam

12-18 jam

Insulin Kerja Panjang

Tdk ada

34

Page 35: diabetes melitus

Insulin glargine (Lantus)

Ultralente*

Insulin detemir (Levemir*)

2-4 jam

6-10 jam

2-4 jam

puncak

8-10 jam

Tdk ada

puncak

Insulin Campuran

(kerja cepat dan menengah)

70%NPH/ 30% reguler )Mixtard: Humulin

70/30)

70%NPH/ 30% analog rapid (NovoMix 30)

30-60 mnt Dual 10-16 jam

Sumber: Soegondo S dalam Penatalaksanaan DM Terpadu, 2007

9. Cara mengatasi hipoglikemi adalah :

a. Pemberian glukosa 10-15 gram diberikan secara oral pada pasien yang sadar

b. Pemberian injeksi dekstrosa pada pasien yang tidak sadar

c. Pemberian glukagon pada pasien yang tidak sadar

d. Menjaga asupan makanan, misal : sedia permen di kantong atau ditas sebagai

penanganan darurat bila pasien mengalami hipoglikemia.

10. Konseling yang diberikan kepada pasien adalah:

a. Insulin yang belum dibuka disimpan di suhu kulkas yaitu suhu 2-80C.

b. Apabila menggunakan 2 jenis insulin, novorapid dan lantus, diberi selang

waktu. Novorapid di gunakan pada sore hari, sedangkan lantus di gunakan pada

malam hari, menjelang tidur.

c. Memberitahu pasien bahwa injeksi insulin tidak boleh di suntik pada tempat

yang sama. Harus diberi jarak 1 cm atau 0.5 cm dari tempat suntik sebelumnya

35

Page 36: diabetes melitus

d. Injeksi insulin dapat di suntik di lengan, paha, perut, pantan dengan rute

penyuntikan subkutan atau intra muskular.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus adalah Suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa dalam

darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Subekti, et al..,

1999). Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus Menurut ADA 2003 terdriri atas

Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2 dan Diabetes Melitus Tipe

Lain.

Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor

genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit

diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping

itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara

dan kebudayaan. DM tipe 2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena

terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang

berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya

obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan

hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor

genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo, 1999).

Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat

disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup,

berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang

disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang

36

Page 37: diabetes melitus

gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono

Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab

utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang

bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline

recistance). Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan

organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal

dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah

meningkat (hiperglikemi) (M.N Bustan, 2007).

Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah

jelas meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka

glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini

disebut juga penyakit kencing manis (Suyono, 1999).

Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,

tidak dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam

menentukan diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil

dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang

dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan

darah kapiler (Perkeni, 1998).

Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun

kemudian hampir selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes

dapat dibagi dalam dua kelompok besar: a). Komplikasi akut dan b).

Komplikasi kronis. Sedangkan Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip

pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:a.

Pengobatan dengan insulin dan,b. Pengobatan dengan Obat Hipoglikemik Oral

B. SARAN

Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis sebaiknya menjaga

pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik.

37

Page 38: diabetes melitus

Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan

kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan glibenclamid untuk

mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. (1990). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi Ketiga.

Jakarta: EGC. Hal. 707-708.

Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dan Klinik. Edisi Kedua. Surabaya:

Universitas Airlangga Press. Hal. 125-126.

Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (2001). Farmakologi Ulasan

Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 261-262.

Soegondo S. 2007. Pelaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta

Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta : Lekonsfi

38