Diabetes Melitus

61
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Medik 1. Definisi Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang berkembangnya koaplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (C. Long Barbara, 1996) Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik elektron (Mansjoer, Arif, 1999). Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Brunner dan Suddarth, 1996). Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin (Elisabeth. J. Corwin, 2000)

Transcript of Diabetes Melitus

Page 1: Diabetes Melitus

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan

kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang berkembangnya

koaplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (C. Long Barbara,

1996)

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,

disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik

elektron (Mansjoer, Arif, 1999).

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Brunner dan Suddarth,

1996).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh

ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin (Elisabeth. J.

Corwin, 2000)

Page 2: Diabetes Melitus

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

b. Fisiologi

Pengertian Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah

panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm dari duodenum sampai ke limfa dan

beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di

belakang lambung.

Bagian Dari Pankreas

1. Kepala pankreas; terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di

dalam lekukan duodenm yang melingkarnya.

2. Badan pankreas : merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di

belakang lambung dan di depan vertebrae umbalis pertama.

3. Ekor pankreas : bagian runcing do sebelah kiri yang sebenarnya

menyentuh limfa.

Fungsi Pankreas

1. Fungsi endokrin; yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan

elektrolit.

Page 3: Diabetes Melitus

2. Fungsi endokrin; sekelompok kecil del epitelium yang berbentuk pulau-

pulau kecil atau Langerhans yang bersama-sama membentuk organ

endokrin yang mensekresikan insulin.

3. Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke

duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

4. Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau

Langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah.

Hasil Sekresi, berupa :

1. Hormon insulin ini langsug dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.

Kumpulan dari sel-sel ini berbentuk seperti pulau-pulau yang disbeut

Pulau Langerhans

2. Getah pankreas

Sel-sel yang mereproduksi setelah pankreas ini termasuk kelenjar

ensokrin, getah pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus

pankreatik. Duktus ini bermuara apada papila vateri yang terletak pada

dinding duodenum.

Pengaturan fisiologis darah sebagian besar tergantung dari :

1. Ekstraksi glukosa

2. Sintesis glukosa

3. Glikogendisis dalam hati

Selain itu jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan glukosa

sebagai sumber energi mereka. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan

eolh hati dan yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari

keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon-hormon ini dapat

diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah dan

hormon yangmeningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupajan hormon

yang menurunkan glukosa darah. Insulin dibentuk oleh sel-sel beta pulau

Page 4: Diabetes Melitus

langerhans pankreas. Sebaliknya ada beberapa hormon tertentu yang dapat

meningkatkan kadar glukosa darah antara lain ; glukagon yang disekresi oleh

sel-sel alfa pulau langerhans, epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal

dan jaringan kromafin, glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal

dan growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipolisis anterior.

Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormone, membentuk suatu

mekanisme counter-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat

pengaruh insulin.

3. Patofisiologi

Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan

glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme

karbohidrat proten dan lemak. Insulin membantu tramnsportasi glukosa ke

dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel

sebagai sumber energi sekunder. Apabila tidak dihasilkan maka akan

mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang

mana tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam

kompartemen vaskuler yang kemudian terjadilah hiperglikemia dngan

dmikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya

hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian

menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam

rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik

menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga

sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polydipsia (kehausan).

Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya cairan berlebihan potasium dan

sodium terjadi gangguan elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang

mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation” (kekurangan makanan

atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyhagia (kelaparan secara

Page 5: Diabetes Melitus

berlebihan atau makan secara berlebihan) fatique dan berat badan menurun.

Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat

difiltrasi oleh glomerolus karena melebihi ambang renal sehingga

menyebabkan lolos dalam urine yang disebut sebagai glikosuria. Pada

ketoasidosis, muncul karena sel tidak meperoleh glukosa untuk metabolisme

seluler oleh karena tidak adanya insulin. Dengan demikian untuk

memperoleh energi maka lemak di pecah menjadi asam lemak dan gliserol

yang kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi asam lemak dan gliserol yang

kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi benda-benda keton. Dan apabila

berlebihan muncul sebagai ketonuria.

Etiologi

Diabetes Tipe I

Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.

Kombinasi faktor genetic, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,

infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

Faktor-faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe I itu sendiri; tetapi,

mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik, ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.

HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien

berkulit putih. (Caucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA

yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga

hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki tipa HLA DR3 maupun DR4

(jika dibandingkan dengan populasi umum).

Faktor-faktor imunologi.

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respon

ini merupakan respona abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-

Page 6: Diabetes Melitus

olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan

insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan

beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I. Riset

dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap terhadap

perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau

pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang terdeteksi tetapi tidak

memperlihatkan gejala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif

yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.

Faktor-faktor lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor

eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil

penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi

diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun

kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya,

namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang

melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara umum

dapat diterima.

Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor

genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risko tertentu yang berhubungan

dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :

2. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

3. Obesitas

4. Riwayat keluarga

5. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk

asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).

Page 7: Diabetes Melitus

Manifestasi Klinis

Hiperglikemi : polyuria, polydipsia, polyhapgia, fatique, dan kelemahan otot,

berat badan menurun, mata kabur, glycosuria, ketonuria, pernafasan kusmaul

dapat berlanjut dengan penurunan kesadaran.

Hipoglikemi : Tremor, dan palpitasi, diaphoesis (berkeringat banyak)

kecemasan, lapar, pucat, pusing kepala, berlanjut pada menurunnya

keasadaran dan kejang.

Komplikasi

1. Akut

a. Koma hipoglikemia

b. Ketoasidosis

c. Koma hiperosmolar non ketotik

2. Kronik

a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, ,pembuluh darah

jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,

nefropati diabetik.

c. Neuropati diabetik

d. Rentang injeksi , seperti tuberkulosis paru, gingivitis dan infeksi

saluran kemih

e. Kaki diabetik

4. Pemeriksaan Diagnostik

Gula darah puasa (> 120 mg/dl) dan gula darah sewaktu

Glycosuria, polyuria dan ketonuria

Riwayat hilangnya berat badan

Page 8: Diabetes Melitus

Manifestasi asidosis metabolik

Bila ketoasidosis, hiperglikemia (glukosa darah > 330 mg/dl).

Ketonemia (positif) asidosis (pH < 4,70 ) dan karbohidrat < 15 mmol/L.

Kaji adanya edema serebral karena DKA.

5 Penatalaksanaan

2. Terapi insulin

3. Diit

4. Latihan

5. Monitor glukosa darah

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

Data Dasar Pengkajian Pasien

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus

otot menurun

Tanda : Takikardia, letargi/ disorientasi, koma, penurunan

kekuatan otot

b. Sirkuasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, kesemutan

pada ekstremitas

Tanda : Takikardia, nadi yang menurun, disritmia, perubahan

tekanan darah

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain

Tanda : Ansietas, peka rangsang

Page 9: Diabetes Melitus

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/

terbakar, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, abdomen keras,

adanya asites, bising usus lemah dan menurun,

hiperaktif.

e. Makanan dan cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet,

haus.

Tanda : Kulit kering, turgor jelek, distensi/ kekakuan abdomen,

muntah.

f. Neurosensori :

Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,

kesemutan.

Tanda : Mengantuk, letargi, gangguan memori, kacau mental,

aktivitas kejang.

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen nyeri/ tegang (sedang/berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi

h. Pernafasan :

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /tanpa sputum

Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen.

Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus rusak

Tanda : Demam, diaforesis, lesi, kulit rusak

i. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina, masalah impoten pada pria

Page 10: Diabetes Melitus

2.Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan tidak

mengenal sumber informasi.

3.Perencaan Keperawatan

Adapun rencana keperawatan yang dibuat berkaitan dengan diagnosa

keperawatan yang timbul antara lain :

DP I

d. Dapatkan riwayat pasien/ orang terdekat sehubungan dengan lamanya/

intensitas dari gejala seperti muntah.

R : Membantu dalam memperkiranan kekurangan voluem total.

e. Pantau tanda-tanda vital :

R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat baut jenis urine

R : Memberikan perkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi

ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

g. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkna rasa nyaman

R : Menghindari pemanasan yang berlebih terhadap pasien lebih lanjut

akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

Page 11: Diabetes Melitus

DP II

a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

R : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebuuhan

terapeutik

b. Identifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/ kultural.

R : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

perencnaaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.

c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan

indikasi

R : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada

keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara

intermiten atau secara kontinyu

R : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat

pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

DP III

a. Observasi tanda-tanda injeksi dan peradangan, seperti emam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulen, ,urine warna keruh atau berkabut.

R : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

amencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi

nasokomial.

b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

R : Mencegah timbulnya infeksi silang.

c. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, jaga kulit

tetap kering, lien kering dan tetap kencang.

Page 12: Diabetes Melitus

R : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada

peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/ iritasi kulit dan

infeksi.

DP IV

a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental

R : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnomal, seperti suhu

yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

b. Selidiki adanya keluahn parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada

paha/ kaki.

R : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,

kehilangan sensasi sentuhan/ distorsi yang mempunyai resiko tinggi

terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

c. Bantu pasien dalam ambulansi atau perubahan posisi

R : Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan

dipengaruhi.

DP V

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas

R : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

b. Diskusikan cara menghemat kelori selama mandi, berpindah tempat dan

sebagainya

R : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan

penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

DP VI

a. Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu

Page 13: Diabetes Melitus

R : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan

terhadap tujuan penanganan.

b. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang

terdekat.

R : Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan

diabetik yang seringkali memindahkan fokus hubungan.

DP VII

a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien.

R : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien

bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

b. Tinjau ulang pengaruh rokok pada pengguna insulin.

R : Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil dan absorbsi insulin

diperhatikan selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.

c. Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas tanpa

konsultasi dengan tenaga kesehatan/ tidak boleh memakai obat tanpa

resep.

R : Produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraki dengan oat-

obat yang diresepkan.

4.Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan,

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan

adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan

yang telah disusun.

Page 14: Diabetes Melitus

5.Evaluasi

1. Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,

nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,

haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas

normal.

2. Mencerna jumlah kalori/ nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi

biasanya

3. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko

infeksi.

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.

4. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan

5. Mengakui perasaan putus asa

Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

6. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan

menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

Dengan benar melakukan prosedur yang peru dan menjelaskan rasional

tindakan.

Page 15: Diabetes Melitus

6.Discharge Planning

1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan

pengobatan yang diberikan.

2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik

dan penanganan kedaruatan.

3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat

sampai penyuntikan dan lokasi.

4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam

urine

5. Perencanaan diit buat jadwal

6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik.

7. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemia dan hipoglikemi dan

informasikan gejala-gejala yang muncul dari keduanya.

8. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul

9. Ajarkan mencegah infeksi, kebersihan kaki, hindari perlukaan pada kuit

gunakan pengalas kaki yang lembut dan gunakan sikat gigi yang lunak.

Page 16: Diabetes Melitus

PATOFLOW DIAGRAM

MK : gangguan nutrisi

Kekurangan insulin

Gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Menurunkan penggunaan laktosa oleh sel

Hiperglikemi

Glucogenesis dalam hati dan otot meningkat

Meningkatnya lipolisis

Glikosuria dengan osmotik diuresis

Osmolalitas cairan ekstrasel meningkat

Hilangnya cairan dan elektrolit dalam urine

Defisit natrium dan kalium

Hilangnya cairan dari intrasel

Dehidrasi

Menurunnya perfusi

Menurunnya eksresi H+

pada renal

Oksidasi asam lemak meningkat

Ketonemia Ketoasidosis

Ketonuria

Asidosis metabolik

Mual dan muntah

Hipertensi

Page 17: Diabetes Melitus

HASIL LABORATORIUM

Nama / Umur : Tn “Y” / 65 thn Ruang/ kamar : Lukas II/ 23-2Tgl : 3 April jam 11.15 Reg No : 0704150

Jenis Pemeriksaan Result (Hasil ) Satuan Unit

Nilai RujukanOut of range With in range

Darah Rutin

Hemoglobin

Darah khusus

Hematokrit

Gol. Darah

Rhesus faktor

Kimia Darah

Faal Ginjal

Ureum

Creatinie serum

Gula darah

Hb AIC/ Glikohemoglobin

BSS

10,7

95

33

“A”

positif

16

0,9

185

g/dl

%

mg/dl

mg/dl

%

mg/dl

13,0-18,0

40-48

10-50

0,6-1,5

4.5-6.3

70-110

Tgl : 4 April jam 08.54

Urinalisa

Microalbumin

200 Mg/dl < 60

Tgl : 4 April jam 12.11Kimia Darah

Faal Ginjal

SGOT/ ASAT

SGPT/ ALAT

Lemak

Cholesterol total

Trygliserida

LDL cholesterol

HDL cholesterol

Lipid total

217

27

15

10

161

158

805

u/dl

u/dl

mg/dl

mg/dl

mg/dl

mg/dl

mg/dl

10-34

9-43

150-200

< 200

108-188

41-59

450-1000

PATOFLOW KASUS

Page 18: Diabetes Melitus

2. Data Objektif

MK : gangguan pemenuhan aktivitas

DIABETES MELITUS

Angiopati Neuropati

Otonom Sensoris Motoris

Penurunan presipitasi

Hilang sensori Atrofi otot

Kulit kering pecah fisura

Trauma tak terasa nyeri

Perubahan tulang

Deformitas kaki

Mekanik khemis termal

Perubahan cara berjalan

TittikTekanan baru

Ulserasi

Infeksi

Infeksi

Pembuluh darah kecil Arteri kecil ArteriolPenyakit mikrovaskuler

Perubahan kulit atrofi

Ganggren dengan area kecil

Pembuluh darah besar Penyakit makrovaskler

Trombosis dengan aklusi pembuluh darah besar

Amputasi minor

Ulserasi

Infeksi

Ganggren dengan luas sedangGanggren luas

Amputasi MK : Kerusakan Integritas kulit

Page 19: Diabetes Melitus

Observasi

Ekspresi wajah mengantuk : Positif

Banyak menguap : Negatif

Palpebrac inferior berwarna gelap : Negatif

VI. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KOGNITIF

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berkonsentrasi atau

daya ingat. Tidak menggunakan alat bantu pendengaran,

menggunakan kaca mata, mengerti dan mengetahui bila mempunyai

penyakit diabetes melitus dan bila sakit selalu berobat ke dokter.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan tidak ada perubahan dalam berkonsentrasi atau

daya ingat baik, mengerti dan mengetahui dirawat di RS. RK.

Charitas karena penyakit DM.

b. Data Objektif

1. Observasi

Klien menggunakan kaca mata tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, pada saat ditanya klien mampu menjawab pertanyaan,

berkonsentrasi dan mengingat dengan baik, klien berbicara singkat

dan jelas.

2. Pemeriksaan Fisik

Penglihatan

Cornea : Tidak ada strobismus

Visus : Penglihatan kabur

Pupil : Isokor, Kiri dan kanan sama 3 mm

Lensa mata : Jernih

Tekanan intra ocular (TIO) : Kiri dan kanan teraba sama

Pendengaran

Pina : Simetris kiri dan kanan

Canalis : Tidak ada serumen

Membran Tympani : utuh tidak ada robekan

Tes pendengaran : Dapat mendengar suara perawat

Page 20: Diabetes Melitus

Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai :

Mampu merasakan gesekan waslap

N I : Klien mampu menghidu bau

minyak kayu putih

N II : Dapat membaca dengan jarak 1 m

N V Sensorik : Klien mampu mengunyah

N VII Sensorik : Klien mampu menjulurkan lidah

N VIII Pendengaran : Klien mampu mendengar gesekan

jari perawat

Tes romberg : Klien mampu mengangkat satu

kaki selama 1 menit

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan menyadari dirinya seorang laki-laki dan

berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya, tidak

pernah merasa putus asa, tidak mempunyai kelainan bawaan.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan badan terasa lemah, tidak berdaya dan

tidak dapat melakukan apa-apa, cemas karena harus

meninggalkan keluarganya.

b. Data Objektif

1. Observasi

Kontak mata : Langsung

Rentang perhatian : penuh

Suara dan cara berbicara : Jelas dan lancar

Postur tubuh : Simetris

2. Pemeriksaan Fisik

Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ditemukan

Abdomen Bentuk : simetris

Bayangan vena : tidak ditemukan

Benjolan massa : tidak ditemukan

Page 21: Diabetes Melitus

Kulit Lesi kulit : ditemukan gangren di kaki kiri

bagian jari manis dan kelingking

VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN SESAMA

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan sudah berkeluarga dan mempunyai 5 orang

anak perempuan, perannya dalam keluarga sebagai suami dan

ayah bagi anak-anaknya. Klien tampak serumah dengan

istrinya dan anaknya, hubngan dengan keluarga maupun orang

disekitarnya baik.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam hubungannya

baik dengan keluarga maupun dengan orang di sekitarnya,

keluarga sangat mencemaskan keadaannya.

b. Data Objektif

1. Observasi

Klien tampak selalu dikunjungi dan dijaga oleh keluarganya,

keluarga selalu memberi motivasi dalam pengobatannya.

IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam reproduksi dan

mempunyai 5 oarng anak.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam reproduksi-

seksualitas

b. Data Objektif

1. Observasi

Tidak ada keluhan klien yang mengarah pada sistem reproduksi

- seksualitas

X. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI

Page 22: Diabetes Melitus

TERHADAP STRESS

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan bahwa klien dapat mengontrol dirinya jika

mendapat suatu masalah, klien selalu cerita kepada istrinya

pemecahan masalah bila bukan dengan musyawarah keluarga.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan keluarga, klien tidak

menyangkal bila mempunyai riwayat diabetes melitus.

b. Data Objektif

1. Observasi

Ekspresi wajah klien tenang

2. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : Berbaring : 130/90 mmHg

Duduk : 130/90 mmHg

Berdiri : - mmHg

Kulit : Keringat dingin : Tidak ditemukan

Basah : Tidak ditemukan

XI. KAJIAN SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

a. Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan kepercayaan yang dianutnya adalah agam

Khatolik sebagai pedoman hidupnya, klien mengatakan selalu

berdoa baik di rumah maupun di gereja.

Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan sejak sakit klien tidak pergi ke Gereja,

klien selalu berdoa bersama keluarganya.

b. Data Objektif

1. Observasi

Selama dirawat klien berdoa dibantu keluarganya.

Page 23: Diabetes Melitus

DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

Nama Obat : Ciprofloxacin

Klasifikasi obat : Antibiotik

Dosis umum : Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang 2 x 250 mg sehari

Berat : 2 x 500 mg sehari

Infeksi saluran pernafasan ringan sampai sedang; 2x500 mg/hari

Berat : 2 x 750 mg/hari

Prostatitis kronis : 2 x 500 mg/hari

Infeksi saluran cerna : 2 x 500 mg/hari

Gonore akut : dosis tunggal : 250 mg/hari

Dosis untuk klien : 2 x 500 mg. PC

Mekanisme kerja : Mempengaruhi enzim DNA gyrase bakteri

Kontra indikasi : Wanita hamil dan menyusui

Anak-anak dibawah usia 12 thn

Efek samping : Mual, muntah, ,diare, kemerahan pada kuit, gagal ginjal,

hepatitis, takikardia, nyeri sendi, leukositosis.

Cara Pemberian obat : Oral

Nama Obat : Actrapid

Dosis umum : Harus sesuai dengan instruksi dokter

Dosis untuk klien : 3 x 10 iV

Mekanisme kerja : Injeksi SC

Indikasi : Pasien diabetes melitus

Kontra indikasi : Hypoglycaemia

Efek samping : Ruam kulit, gatal, berkeringat, gangguan gastrointestinal.

Page 24: Diabetes Melitus

ANALISA DATA

DP D A T A Etiologi Masalah

1.

2.

DS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit

DO : - Klien makan habis ¼ porsi- Klien tampak lemah dan lesu- TTV

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

- BB : 66 kgTB : 165 cm

- Lidah kotor

DS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa

DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

Ketidakcukupan insulin dalam tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari

ANALISA DATA

DP D A T A Etiologi Masalah

Page 25: Diabetes Melitus

3. DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh

DO : - Tampak gangren di kaki kiri- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl

Peningkatan kadar gula Kerusakan integritas kulit : gangren

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Rotua Purba

Page 26: Diabetes Melitus

ketidakcukupan insulin di dalam tubuh

DS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit

DO : - Klien makan habis ¼ porsi- Klien tampak lemah dan lesu- TTV

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

- BB : 66 kgTB : 165 cm

- Lidah kotor

2. Gangguan pemenuhan aktibitas sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan fisik

DS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa

DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

Rotua Purba

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas

1. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar gula

DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh

DO : - Tampak gangren di kaki kiri

Rotua Purba

Page 27: Diabetes Melitus

- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl

Page 28: Diabetes Melitus

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Perawatan

Hasil yang diharapkan

Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama

I Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin di dalam tubuhDS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit

DO : - Klien makan habis ¼

porsi- Klien tampak lemah

dan lesu- TTV

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

- BB : 66 kgTB : 165 cm

- Lidah kotor

Tujuan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi.Dengan kriteria hasil- Keadaan umum klien

membaik- Klien dapat menghabiskan

porsi makan yang diberikan - Tidak terjadi penurunan berat

badan- TTV dalam batas normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C

1. Kaji status nutrisi

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Anjurkan klien untuk mengikuti dan mentaati program diet

4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan dari rumah sakit

5. Libatkan keluarga klien dalam merencanakan menu makanan sesuai indikasi

1. Dengan mengkaji status nutrisi klien, maka akan diketahui pemasukan kebutuhan nutrisi

2. Untuk mengetahui perubahan keadaan umum klien

3. Untuk membantu proses kesembuhan melalui diet yang diberikan

4. Untuk mencegah terjadinya gejala hiperglikemi yang diakibatkan tidak terkontrolnya jumlah kalori pada makanan bebas/ di luar RS.

5. Untuk meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dan memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien sebagai metode untuk perencanaan diet antara lain pergantian daftar menu, perhitungan kalori.

.

Rotua Purba

RENCANA KEPERAWATAN

Page 29: Diabetes Melitus

No Diagnosa Perawatan

Hasil yang diharapkan

Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama

2 Gangguan pemenuhan aktibitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisikDS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa

DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :

TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C

- BB : 66 kgTB : 165 cm

Tujuan dalam waktu 2x24 jam keadaan umum klien membaikDengan kriteria hasil : - Klien beraktivitas sesuai

dengan kemampuannya- TTV dalam batas normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C- Berat badan seimbang

1. Kaji aktivitas klien dan toleransi kemampuan aktivitas

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Anjurkan aktivitas alternatif dan istirahat yang cukup

4. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara bertahap

5. Libatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan aktivitas

2. Untuk mengetahui keadaan umum klien

3. Mencegah kelelahan yang berlebihan yang dapat memicu higlikemi

4. Menurunkan kebutuhan energi di setiap kegiatan sesuai kemampuan klien

5. Mendampingi dan membantu motivasi klien untuk beraktivitas.

Rotua Purba

RENCANA KEPERAWATAN

Page 30: Diabetes Melitus

No Diagnosa Perawatan

Hasil yang diharapkan

Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama

3 Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar gula

DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh

DO : - Tampak gangren di kaki kiri- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl

Tujuan dalam waktu 3x24 jam integritas kulit membaik Dengan kriteria hasil- Daerah luka kering- Luka tidak bau- Tanda-tanda vital dalam batas

normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C

- BSS dalam batas normal (70-110 mg/dl)

1. Kaji keadaan kulit, tanda peradangan, perubahan warna kulit kemerahan pada kulit, kesemutan, ganggren

2. Observasi tanda-tanda vital dan suhu kulit dan kaki

3. Anjurkan klien untuk menjaga kulit agar tetap bersih

4. Anjurkan klien untuk mengusahakan agar kaki tetap kering

5. Lakukan perawatan luka, ganti balut (ganggren) dengan teknik steril

6. Libatkan keluarga untuk membantu mempertahankan kesehatan klien

1. Mengetahui adanya tingkat peradangan dan infeksi, perubahan sensorik pada ekstremitas bawah.

2. Untuk mengetahui keadaan umum klien dan adanya proses peradangan pada kaki

3. Mengurangi bertambahnya bibit penyakit yang dapat memicu infeksi.

4. Kulit basah dan lembab dapat menambah berkembangnya infeksi pada luka

5. Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut

6. Memotivasi klien untuk mengikuti dan mentaati tindakan keperawatan

Rotua Purba

Page 31: Diabetes Melitus

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn

Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas

3-4-07 II

III

I

II

I

I,II,

III

07.00

08.00

08.30

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

Klien personal hygiene dibantu perawat, alat tenun klien

dirapikan, keadaan umum klien masih lemah.

Klien makan habis ¼ porsi

Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg

Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran

zalf menganjurkan klien agar kulit tetap kering

Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)

Klien mendapatkan bubur kacang hijau. Menganjurkan

klien untuk mengikuti dan mentaati program diet.

Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg. Klien

istirahat, tetesan infus lancar Asering 2 20 tts/mnt di

tangan kiri.

Melibatkan keluarga klien unutk memotivasi klien

mengkonsumsi makanan dari RS. Klien makan habis ¼

porsi.

Klien istirahat tirah baring, keadaan umum klien masih

lemah, aktivitas klien dibantu keluarga TD : 130/90

mmHg, klien mengatakan tidak nafsu makan, lidah terasa

pahit, lidah tampak kotor, klien makan habis ¼ porsi

Rotua Purba

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas

4-4-07 II

I

07.00

08.00

Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat tenun

dirapikan, keadaan umum klien masih lemah.

Menganjurkan aktivitas alternatif dan istirahat yang cukup

Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan. Klien

makan habis ¼ porsi

Rotua Purba

Page 32: Diabetes Melitus

III

II

II

II

08.30

09.00

10.00

11.00

11.30

12.00

Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg

Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran

zalf menganjurkan klien agar kulit tetap bersih

Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)

Menganjurkan klien untuk istirahat, keadaan umum klien

masih lemah

Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg. infus

Asering 4 20 tts/mnt di tangan kiri.

Melibatkan keluarga klien untuk memotivasi klien

mengkonsumsi makanan dari RS. Klien makan habis ¼

porsi.

Kolaborasi dengan timmedik dalam pemberian NaCl

Klien mendapat transfusi darah “A” 500 cc,

S : 36,5 0 C

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas

4-4-07

5-4-07

I

I, II,

III

II

12.15

13.00

07.00

Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan dari

RS. Klien makan habis ½ porsi. Keadaan umum klien

masih lemah, klien istirahat, klien mengatakan tidak nafsu

makan, aktivitas klien dibantu keluarga. : TD : 140/90

mmHg. S : 36,5 0 C . Klien mendapat transfusi darah “A”

500 cc luka (ganggren) masih belum kering, berwarna

kehitaman.

Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat tenun

dirapikan, keadaan umum klien mulai membaik.

Menganjurkan klien untuk aktivitas secara bertahap.

Melibatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien.

Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan. Klien

makan habis ¾ porsi

Rotua Purba

Page 33: Diabetes Melitus

I

III

I

08.00

08.30

09.00

10.00

Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg

Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran

zalf menganjurkan klien agar kulit tetap bersih

Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)

Klien mendapatkan snack, keadan umum klien mulai

membaik

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas

5-4-07 II, III

I

I, II,

III

11.00

12.00

13.00

Klien istirahat tirah baring, tanda-tanda vital : TD : 130/80

mmHg. infus Asering 7 di tangan kanan. Melibatkan

keluarga klien untuk memantau mempertahankan

kesehatan klien

Memotivasi klien menghabiskan makanan dari RS. Klien

makan habis 1 porsi.

Keadaan umum mulai membaik, klien melakukan aktivitas

masih dibantu keluarga.

:TD : 130/80 mmHg. infus Asering 20 tts/mnt

Klien istirahat. Luka (ganggren) masih belum kering,

berwarna kehitaman. Nafsu makan klien mulai membaik

Rotua Purba

Page 34: Diabetes Melitus

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas

03/04/07 I

II

III

13.00

13.00

13.00

S : Klien mengatakan tidak nafsu makan

lidah terasa pahit

O : Lidah tampak kotor, klien makan habis ¼ porsi

A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan badan lemah, lesu

O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas

dibantu keluarga

A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan luka di kaki lama sembuh

O : Ganggren di kaki belum kering

A : Integritas kulit belum teratasi

P : Diteruskan

Rotua

Rotua

Rotua

Page 35: Diabetes Melitus

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas

04/04/07 I

II

III

13.00

13.00

13.00

S : Klien mengatakan tidak nafsu makan

O : klien makan habis ½ porsi

A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan badan masih lemah

O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas

dibantu keluarga

A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh

O : Ganggren di kaki belum kering,

berwarna kehitaman

A : Integritas kulit belum teratasi

P : Diteruskan

Rotua

Rotua

Rotua

Page 36: Diabetes Melitus

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2

Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas

05/04/07 I

II

III

13.00

13.00

13.00

S : Klien mengatakan nafsu makan mulai membaik

O : klien makan habis 1 porsi

A : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan badan mulai membaik

O : Keadaan umum klien mulai membaik, aktivitas

masih dibantu keluarga

A : Pemenuhan aktivitas mulai teratasi

P : Diteruskan

S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh

O : Ganggren di kaki mulai kering,

A : Integritas kulit mulai teratasi

P : Diteruskan

Rotua

Rotua

Rotua

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 37: Diabetes Melitus

Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang telah

diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin “ Diabetes Melitus”. Bab ini juga terdapat kesenjangan-kesenjangan

yang terjadi dilihat dari konteks teori dan hasil penerapan secara nyata pada klien.

Adapun pembahasan terhadap asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin: Diabetes melitus adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dalam pengkajian

penulis memperoleh data menggunakan metode wawancara, observasi

pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat data-data penunjang melalui

catatan keperawatan dan status klien. Pada pengkajian secara teoritis ditemukan

adanya takikardi, lemah, letih, polusi, abdomen keras, kulit kering, demam, lesi

kulit rusak, sedangkan pada saat pengkajian langsung pada Tn “Y” yang

ditentukan yaitu : lemah, kesemutan pada ekstremitas, abdomen tegang (nyerI0,

hilang nafsu makan.

B. Diagnosa Keperawatan Keperawatan

Berdasarkan teori yang ada perumusan diagnosa keperawatan merupakan proses

pemikiran melalui tanda dan gejala klinik menurut perbahan patofisiologi, respon

klien maupun kelurga. Diagnosa keperawatan secara teoritis yang mungkin timbul

pada kasus diabetes melitus :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin.

3. Resiko tinggi terhadap injeksi berhubungan dengan perubahan pada sirkulasi

4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa / insulin.

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Page 38: Diabetes Melitus

6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.

7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhungan dengan tidak mengenal

sumber informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan ang ditemukan pada klien Tn “Y” adalah :

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin.

2. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari0hari berhubungan dengan kelemahan

fisik.

3. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar

gula.

Dari data tersebut terlihat adanya beberapa diagnosa yang tidak muncul pada kasus

yang nyata, hal ini disebabkan oleh respon klien yang berbeda-beda.

C. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis menyusun

perencanaan yang meliputi perumusan tujuan, penentuan kriteria hasil adn rencana

tindakan dalam memberikan pedoman tindakan yang akan dilakukan untuk

mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi

klien. Hal ini disebabkan karena tidak semua perencanaan dapat dilakukan.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari perencanaan keperawatan

yang telah disusun. Di dalam pelaksananaan tindakan keperawatan penulis tidak

bekerja sendiri melainkan bekerja bersama dengan perawat yang ada di ruangan,

tim medis, dan juga keluarga klien, serta didukung dengan adanya fassilitas yang

memadai. Pelaksanaan secara teoritis tidak dapat dijabarkan secara rutin sedankan

dalam praktek pelaksanaannya tidak seluruhnya dapat dilaksanakan karena

keterbatasan waktu yang ada namun dapat dikolaborasikan dengan perawat

Page 39: Diabetes Melitus

ruangan yang merawat Tn “Y” untuk tindak lanjut sesuai rencana yang telah

disusun sehingga diharapkan permasalahan kesehatan klien dapat segera teratasi.

E. Evaluasi

Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan demikian dapat

ditentukan apakah perencanaan asuhan keperawatan pada klien Tn “Y” dengan

Diabetes Melitus selama tiga hari dari tanggal 3-5 April 2007, yaitu : pada

diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pemenuhan aktivitas

sehari-hari, kerusakan integritas kuilt; ganggren dari hasil pertama sampai hari

ketiga belum teratasi hal ini disebabkan karena masalah tersebut kadang hilang

timbul.

BAB IV

PENUTUP

Page 40: Diabetes Melitus

Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien Tn “Y” dengan gangguan

sistem endokrin : Diabetes Melitus di Paviliun Lukas II RS. RK. Charitas Palembang,

maka pada bab ini ditarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa kasus Tn “Y” denagn diabetes melitus maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanda dan gejala yang ditemukan secara langsung selama pengkajian ternyata

tidak selalu sama bila dibandingkan dengan teori yang ada, hal ini dapat terjadi

salah satunya karena adanya komplikasi dan berat ringannya kondisi klien.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul secara teoritis dalam kenyataan belum

tentu sama, hal ini terjadi karena respom setiap individu terhadap penyakit

yang sama sangat berbeda-beda.

3. Penyakit diabetes melitus yang terjadi pada klien Tn “Y” disebabkan karena

kadar gula dalam darah sangat tinggi sehingga sekresi insulin berkurang atau

terhenti akibat hilangnya sel-sel beta. Untuk mengatasi terjadinya penyakit

tersebut disusun rencana tindakan yang diantaranya menganjurkan klien

mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan.

4. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien Tn “Y”

tidak seluruhnya dapat dilakukan selama 24 jam karena keterbatasan waktu

penulis sehingga pelaksanaannya harus berkolaborasi dengan perawat ruangan.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan penulis memberikan saran kepada perawat, klien dan

keluarga antara lain :

1. Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun

keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan kasus yang

nyata seperti pengkajian untuk menemukan masalah dari tanda dan gejala

Page 41: Diabetes Melitus

oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk

menambah wawasan.

2. Sebagai perawat harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-

sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan

yang memerlukan penanganan segera.

3. Klien diharapkan dapat memahami dan melaksanakan anjuran dokter dan

perawat untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penyakitnya

kambuh lagi seperti menghindari makanan yang manis.

4. Diharapkan perawat ruangan mau diajak kareja sama dalam melakukan

tindakan keperawatan untuk bersama-sama membantu mengatasi masalah

yang dihadapi klien

DAFTAR PUSTAKA

Barbara. C. Long. Perawatan Medikal Bedah, Bandung: Padjajaran, 1996.

Page 42: Diabetes Melitus

Brunner dan Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001.

Cambridge Communication Limited. Anatomi Fisiologi Kelenjar Endokrin dan Sistem Persarafan, Jakarta: EGC. 1996.

Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Media Aesculapius. FKUI. 1982.

Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta. EGC, 1993.

Sarwono Waspadji, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1993.

Sylvia A. Price, Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit , Jakarta: EGC, 1994.

Suriadi dan Rita Yuliani, Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Jakrta: CV Sagung Seto, 2001.

Syaifuddin, Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC, 1999.

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul................................................................................................................i

Page 43: Diabetes Melitus

Kata Pengantar...............................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Metode Penulisan

BAB II. TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Pengertian

2. Anatomi Fisiologi

3. Patofisiologi

4. Etiologi

5. Manifestasi Klinik

6. Komplikasi

7. Test Diagnostik

8. Penatalaksanaan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

6. Rencana Pemulangan

C. PATOLFOW DIAGRAM

BAB III. TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Rencana Keperawatan

D. Pelaksanaan Keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan

Patoflow Kasus

BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 44: Diabetes Melitus

DAFTAR PUSTAKA