Diabetes Melitus
-
Upload
bopie-suita -
Category
Documents
-
view
893 -
download
0
Transcript of Diabetes Melitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang berkembangnya
koaplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (C. Long Barbara,
1996)
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik
elektron (Mansjoer, Arif, 1999).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Brunner dan Suddarth,
1996).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin (Elisabeth. J.
Corwin, 2000)
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Pengertian Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm dari duodenum sampai ke limfa dan
beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di
belakang lambung.
Bagian Dari Pankreas
1. Kepala pankreas; terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan duodenm yang melingkarnya.
2. Badan pankreas : merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebrae umbalis pertama.
3. Ekor pankreas : bagian runcing do sebelah kiri yang sebenarnya
menyentuh limfa.
Fungsi Pankreas
1. Fungsi endokrin; yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
2. Fungsi endokrin; sekelompok kecil del epitelium yang berbentuk pulau-
pulau kecil atau Langerhans yang bersama-sama membentuk organ
endokrin yang mensekresikan insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.
4. Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau
Langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah.
Hasil Sekresi, berupa :
1. Hormon insulin ini langsug dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.
Kumpulan dari sel-sel ini berbentuk seperti pulau-pulau yang disbeut
Pulau Langerhans
2. Getah pankreas
Sel-sel yang mereproduksi setelah pankreas ini termasuk kelenjar
ensokrin, getah pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus
pankreatik. Duktus ini bermuara apada papila vateri yang terletak pada
dinding duodenum.
Pengaturan fisiologis darah sebagian besar tergantung dari :
1. Ekstraksi glukosa
2. Sintesis glukosa
3. Glikogendisis dalam hati
Selain itu jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan glukosa
sebagai sumber energi mereka. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan
eolh hati dan yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari
keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon-hormon ini dapat
diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah dan
hormon yangmeningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupajan hormon
yang menurunkan glukosa darah. Insulin dibentuk oleh sel-sel beta pulau
langerhans pankreas. Sebaliknya ada beberapa hormon tertentu yang dapat
meningkatkan kadar glukosa darah antara lain ; glukagon yang disekresi oleh
sel-sel alfa pulau langerhans, epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal
dan jaringan kromafin, glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal
dan growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipolisis anterior.
Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormone, membentuk suatu
mekanisme counter-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
3. Patofisiologi
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan
glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme
karbohidrat proten dan lemak. Insulin membantu tramnsportasi glukosa ke
dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel
sebagai sumber energi sekunder. Apabila tidak dihasilkan maka akan
mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang
mana tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam
kompartemen vaskuler yang kemudian terjadilah hiperglikemia dngan
dmikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya
hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian
menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam
rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik
menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga
sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polydipsia (kehausan).
Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya cairan berlebihan potasium dan
sodium terjadi gangguan elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang
mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation” (kekurangan makanan
atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyhagia (kelaparan secara
berlebihan atau makan secara berlebihan) fatique dan berat badan menurun.
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat
difiltrasi oleh glomerolus karena melebihi ambang renal sehingga
menyebabkan lolos dalam urine yang disebut sebagai glikosuria. Pada
ketoasidosis, muncul karena sel tidak meperoleh glukosa untuk metabolisme
seluler oleh karena tidak adanya insulin. Dengan demikian untuk
memperoleh energi maka lemak di pecah menjadi asam lemak dan gliserol
yang kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi asam lemak dan gliserol yang
kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi benda-benda keton. Dan apabila
berlebihan muncul sebagai ketonuria.
Etiologi
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetic, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe I itu sendiri; tetapi,
mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik, ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien
berkulit putih. (Caucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA
yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga
hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki tipa HLA DR3 maupun DR4
(jika dibandingkan dengan populasi umum).
Faktor-faktor imunologi.
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respon
ini merupakan respona abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I. Riset
dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap terhadap
perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau
pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang terdeteksi tetapi tidak
memperlihatkan gejala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif
yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.
Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi
diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun
kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya,
namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang
melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara umum
dapat diterima.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
2. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
3. Obesitas
4. Riwayat keluarga
5. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
Manifestasi Klinis
Hiperglikemi : polyuria, polydipsia, polyhapgia, fatique, dan kelemahan otot,
berat badan menurun, mata kabur, glycosuria, ketonuria, pernafasan kusmaul
dapat berlanjut dengan penurunan kesadaran.
Hipoglikemi : Tremor, dan palpitasi, diaphoesis (berkeringat banyak)
kecemasan, lapar, pucat, pusing kepala, berlanjut pada menurunnya
keasadaran dan kejang.
Komplikasi
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, ,pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
d. Rentang injeksi , seperti tuberkulosis paru, gingivitis dan infeksi
saluran kemih
e. Kaki diabetik
4. Pemeriksaan Diagnostik
Gula darah puasa (> 120 mg/dl) dan gula darah sewaktu
Glycosuria, polyuria dan ketonuria
Riwayat hilangnya berat badan
Manifestasi asidosis metabolik
Bila ketoasidosis, hiperglikemia (glukosa darah > 330 mg/dl).
Ketonemia (positif) asidosis (pH < 4,70 ) dan karbohidrat < 15 mmol/L.
Kaji adanya edema serebral karena DKA.
5 Penatalaksanaan
2. Terapi insulin
3. Diit
4. Latihan
5. Monitor glukosa darah
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus
otot menurun
Tanda : Takikardia, letargi/ disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot
b. Sirkuasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, kesemutan
pada ekstremitas
Tanda : Takikardia, nadi yang menurun, disritmia, perubahan
tekanan darah
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/
terbakar, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, abdomen keras,
adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif.
e. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet,
haus.
Tanda : Kulit kering, turgor jelek, distensi/ kekakuan abdomen,
muntah.
f. Neurosensori :
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,
kesemutan.
Tanda : Mengantuk, letargi, gangguan memori, kacau mental,
aktivitas kejang.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen nyeri/ tegang (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
h. Pernafasan :
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen.
Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus rusak
Tanda : Demam, diaforesis, lesi, kulit rusak
i. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina, masalah impoten pada pria
2.Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi.
3.Perencaan Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang dibuat berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang timbul antara lain :
DP I
d. Dapatkan riwayat pasien/ orang terdekat sehubungan dengan lamanya/
intensitas dari gejala seperti muntah.
R : Membantu dalam memperkiranan kekurangan voluem total.
e. Pantau tanda-tanda vital :
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat baut jenis urine
R : Memberikan perkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
g. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkna rasa nyaman
R : Menghindari pemanasan yang berlebih terhadap pasien lebih lanjut
akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
DP II
a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebuuhan
terapeutik
b. Identifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/ kultural.
R : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencnaaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.
c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
R : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara
intermiten atau secara kontinyu
R : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
DP III
a. Observasi tanda-tanda injeksi dan peradangan, seperti emam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen, ,urine warna keruh atau berkabut.
R : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
amencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nasokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
R : Mencegah timbulnya infeksi silang.
c. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, jaga kulit
tetap kering, lien kering dan tetap kencang.
R : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/ iritasi kulit dan
infeksi.
DP IV
a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
R : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnomal, seperti suhu
yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
b. Selidiki adanya keluahn parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/ kaki.
R : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/ distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
c. Bantu pasien dalam ambulansi atau perubahan posisi
R : Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi.
DP V
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas
R : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
b. Diskusikan cara menghemat kelori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
R : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
DP VI
a. Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu
R : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan
terhadap tujuan penanganan.
b. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang
terdekat.
R : Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan
diabetik yang seringkali memindahkan fokus hubungan.
DP VII
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
R : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
b. Tinjau ulang pengaruh rokok pada pengguna insulin.
R : Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil dan absorbsi insulin
diperhatikan selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.
c. Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas tanpa
konsultasi dengan tenaga kesehatan/ tidak boleh memakai obat tanpa
resep.
R : Produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraki dengan oat-
obat yang diresepkan.
4.Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
yang telah disusun.
5.Evaluasi
1. Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
2. Mencerna jumlah kalori/ nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi
biasanya
3. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko
infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.
4. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan
5. Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
6. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang peru dan menjelaskan rasional
tindakan.
6.Discharge Planning
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan.
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik
dan penanganan kedaruatan.
3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat
sampai penyuntikan dan lokasi.
4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam
urine
5. Perencanaan diit buat jadwal
6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik.
7. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemia dan hipoglikemi dan
informasikan gejala-gejala yang muncul dari keduanya.
8. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
9. Ajarkan mencegah infeksi, kebersihan kaki, hindari perlukaan pada kuit
gunakan pengalas kaki yang lembut dan gunakan sikat gigi yang lunak.
PATOFLOW DIAGRAM
MK : gangguan nutrisi
Kekurangan insulin
Gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Menurunkan penggunaan laktosa oleh sel
Hiperglikemi
Glucogenesis dalam hati dan otot meningkat
Meningkatnya lipolisis
Glikosuria dengan osmotik diuresis
Osmolalitas cairan ekstrasel meningkat
Hilangnya cairan dan elektrolit dalam urine
Defisit natrium dan kalium
Hilangnya cairan dari intrasel
Dehidrasi
Menurunnya perfusi
Menurunnya eksresi H+
pada renal
Oksidasi asam lemak meningkat
Ketonemia Ketoasidosis
Ketonuria
Asidosis metabolik
Mual dan muntah
Hipertensi
HASIL LABORATORIUM
Nama / Umur : Tn “Y” / 65 thn Ruang/ kamar : Lukas II/ 23-2Tgl : 3 April jam 11.15 Reg No : 0704150
Jenis Pemeriksaan Result (Hasil ) Satuan Unit
Nilai RujukanOut of range With in range
Darah Rutin
Hemoglobin
Darah khusus
Hematokrit
Gol. Darah
Rhesus faktor
Kimia Darah
Faal Ginjal
Ureum
Creatinie serum
Gula darah
Hb AIC/ Glikohemoglobin
BSS
10,7
95
33
“A”
positif
16
0,9
185
g/dl
%
mg/dl
mg/dl
%
mg/dl
13,0-18,0
40-48
10-50
0,6-1,5
4.5-6.3
70-110
Tgl : 4 April jam 08.54
Urinalisa
Microalbumin
200 Mg/dl < 60
Tgl : 4 April jam 12.11Kimia Darah
Faal Ginjal
SGOT/ ASAT
SGPT/ ALAT
Lemak
Cholesterol total
Trygliserida
LDL cholesterol
HDL cholesterol
Lipid total
217
27
15
10
161
158
805
u/dl
u/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
10-34
9-43
150-200
< 200
108-188
41-59
450-1000
PATOFLOW KASUS
2. Data Objektif
MK : gangguan pemenuhan aktivitas
DIABETES MELITUS
Angiopati Neuropati
Otonom Sensoris Motoris
Penurunan presipitasi
Hilang sensori Atrofi otot
Kulit kering pecah fisura
Trauma tak terasa nyeri
Perubahan tulang
Deformitas kaki
Mekanik khemis termal
Perubahan cara berjalan
TittikTekanan baru
Ulserasi
Infeksi
Infeksi
Pembuluh darah kecil Arteri kecil ArteriolPenyakit mikrovaskuler
Perubahan kulit atrofi
Ganggren dengan area kecil
Pembuluh darah besar Penyakit makrovaskler
Trombosis dengan aklusi pembuluh darah besar
Amputasi minor
Ulserasi
Infeksi
Ganggren dengan luas sedangGanggren luas
Amputasi MK : Kerusakan Integritas kulit
Observasi
Ekspresi wajah mengantuk : Positif
Banyak menguap : Negatif
Palpebrac inferior berwarna gelap : Negatif
VI. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KOGNITIF
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berkonsentrasi atau
daya ingat. Tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
menggunakan kaca mata, mengerti dan mengetahui bila mempunyai
penyakit diabetes melitus dan bila sakit selalu berobat ke dokter.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada perubahan dalam berkonsentrasi atau
daya ingat baik, mengerti dan mengetahui dirawat di RS. RK.
Charitas karena penyakit DM.
b. Data Objektif
1. Observasi
Klien menggunakan kaca mata tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, pada saat ditanya klien mampu menjawab pertanyaan,
berkonsentrasi dan mengingat dengan baik, klien berbicara singkat
dan jelas.
2. Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
Cornea : Tidak ada strobismus
Visus : Penglihatan kabur
Pupil : Isokor, Kiri dan kanan sama 3 mm
Lensa mata : Jernih
Tekanan intra ocular (TIO) : Kiri dan kanan teraba sama
Pendengaran
Pina : Simetris kiri dan kanan
Canalis : Tidak ada serumen
Membran Tympani : utuh tidak ada robekan
Tes pendengaran : Dapat mendengar suara perawat
Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai :
Mampu merasakan gesekan waslap
N I : Klien mampu menghidu bau
minyak kayu putih
N II : Dapat membaca dengan jarak 1 m
N V Sensorik : Klien mampu mengunyah
N VII Sensorik : Klien mampu menjulurkan lidah
N VIII Pendengaran : Klien mampu mendengar gesekan
jari perawat
Tes romberg : Klien mampu mengangkat satu
kaki selama 1 menit
VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan menyadari dirinya seorang laki-laki dan
berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya, tidak
pernah merasa putus asa, tidak mempunyai kelainan bawaan.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan badan terasa lemah, tidak berdaya dan
tidak dapat melakukan apa-apa, cemas karena harus
meninggalkan keluarganya.
b. Data Objektif
1. Observasi
Kontak mata : Langsung
Rentang perhatian : penuh
Suara dan cara berbicara : Jelas dan lancar
Postur tubuh : Simetris
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ditemukan
Abdomen Bentuk : simetris
Bayangan vena : tidak ditemukan
Benjolan massa : tidak ditemukan
Kulit Lesi kulit : ditemukan gangren di kaki kiri
bagian jari manis dan kelingking
VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN SESAMA
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan sudah berkeluarga dan mempunyai 5 orang
anak perempuan, perannya dalam keluarga sebagai suami dan
ayah bagi anak-anaknya. Klien tampak serumah dengan
istrinya dan anaknya, hubngan dengan keluarga maupun orang
disekitarnya baik.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam hubungannya
baik dengan keluarga maupun dengan orang di sekitarnya,
keluarga sangat mencemaskan keadaannya.
b. Data Objektif
1. Observasi
Klien tampak selalu dikunjungi dan dijaga oleh keluarganya,
keluarga selalu memberi motivasi dalam pengobatannya.
IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam reproduksi dan
mempunyai 5 oarng anak.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam reproduksi-
seksualitas
b. Data Objektif
1. Observasi
Tidak ada keluhan klien yang mengarah pada sistem reproduksi
- seksualitas
X. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI
TERHADAP STRESS
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan bahwa klien dapat mengontrol dirinya jika
mendapat suatu masalah, klien selalu cerita kepada istrinya
pemecahan masalah bila bukan dengan musyawarah keluarga.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan keluarga, klien tidak
menyangkal bila mempunyai riwayat diabetes melitus.
b. Data Objektif
1. Observasi
Ekspresi wajah klien tenang
2. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : Berbaring : 130/90 mmHg
Duduk : 130/90 mmHg
Berdiri : - mmHg
Kulit : Keringat dingin : Tidak ditemukan
Basah : Tidak ditemukan
XI. KAJIAN SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan kepercayaan yang dianutnya adalah agam
Khatolik sebagai pedoman hidupnya, klien mengatakan selalu
berdoa baik di rumah maupun di gereja.
Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sejak sakit klien tidak pergi ke Gereja,
klien selalu berdoa bersama keluarganya.
b. Data Objektif
1. Observasi
Selama dirawat klien berdoa dibantu keluarganya.
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
Nama Obat : Ciprofloxacin
Klasifikasi obat : Antibiotik
Dosis umum : Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang 2 x 250 mg sehari
Berat : 2 x 500 mg sehari
Infeksi saluran pernafasan ringan sampai sedang; 2x500 mg/hari
Berat : 2 x 750 mg/hari
Prostatitis kronis : 2 x 500 mg/hari
Infeksi saluran cerna : 2 x 500 mg/hari
Gonore akut : dosis tunggal : 250 mg/hari
Dosis untuk klien : 2 x 500 mg. PC
Mekanisme kerja : Mempengaruhi enzim DNA gyrase bakteri
Kontra indikasi : Wanita hamil dan menyusui
Anak-anak dibawah usia 12 thn
Efek samping : Mual, muntah, ,diare, kemerahan pada kuit, gagal ginjal,
hepatitis, takikardia, nyeri sendi, leukositosis.
Cara Pemberian obat : Oral
Nama Obat : Actrapid
Dosis umum : Harus sesuai dengan instruksi dokter
Dosis untuk klien : 3 x 10 iV
Mekanisme kerja : Injeksi SC
Indikasi : Pasien diabetes melitus
Kontra indikasi : Hypoglycaemia
Efek samping : Ruam kulit, gatal, berkeringat, gangguan gastrointestinal.
ANALISA DATA
DP D A T A Etiologi Masalah
1.
2.
DS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit
DO : - Klien makan habis ¼ porsi- Klien tampak lemah dan lesu- TTV
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
- BB : 66 kgTB : 165 cm
- Lidah kotor
DS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa
DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
Ketidakcukupan insulin dalam tubuh
Kelemahan fisik
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari
ANALISA DATA
DP D A T A Etiologi Masalah
3. DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh
DO : - Tampak gangren di kaki kiri- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl
Peningkatan kadar gula Kerusakan integritas kulit : gangren
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Rotua Purba
ketidakcukupan insulin di dalam tubuh
DS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit
DO : - Klien makan habis ¼ porsi- Klien tampak lemah dan lesu- TTV
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
- BB : 66 kgTB : 165 cm
- Lidah kotor
2. Gangguan pemenuhan aktibitas sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik
DS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa
DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
Rotua Purba
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas
1. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar gula
DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh
DO : - Tampak gangren di kaki kiri
Rotua Purba
- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Perawatan
Hasil yang diharapkan
Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama
I Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin di dalam tubuhDS : Klien mengatakan - tidak nafsu makan- Perut terasa penuh- Lidah terasa pahit
DO : - Klien makan habis ¼
porsi- Klien tampak lemah
dan lesu- TTV
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
- BB : 66 kgTB : 165 cm
- Lidah kotor
Tujuan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi.Dengan kriteria hasil- Keadaan umum klien
membaik- Klien dapat menghabiskan
porsi makan yang diberikan - Tidak terjadi penurunan berat
badan- TTV dalam batas normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C
1. Kaji status nutrisi
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan klien untuk mengikuti dan mentaati program diet
4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan dari rumah sakit
5. Libatkan keluarga klien dalam merencanakan menu makanan sesuai indikasi
1. Dengan mengkaji status nutrisi klien, maka akan diketahui pemasukan kebutuhan nutrisi
2. Untuk mengetahui perubahan keadaan umum klien
3. Untuk membantu proses kesembuhan melalui diet yang diberikan
4. Untuk mencegah terjadinya gejala hiperglikemi yang diakibatkan tidak terkontrolnya jumlah kalori pada makanan bebas/ di luar RS.
5. Untuk meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dan memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien sebagai metode untuk perencanaan diet antara lain pergantian daftar menu, perhitungan kalori.
.
Rotua Purba
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Perawatan
Hasil yang diharapkan
Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama
2 Gangguan pemenuhan aktibitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisikDS : Klien mengatakan - Badan lemah, lesu- Tidak mampu beraktivitas biasa
DO : - Keadaan umum klien lemah- Ekspres wajah klien tampak lesu- Tanda vital :
TD : 130/ 90 mmHgN : 84 x/mntP : 18 x/mntS : 37 0 C
- BB : 66 kgTB : 165 cm
Tujuan dalam waktu 2x24 jam keadaan umum klien membaikDengan kriteria hasil : - Klien beraktivitas sesuai
dengan kemampuannya- TTV dalam batas normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C- Berat badan seimbang
1. Kaji aktivitas klien dan toleransi kemampuan aktivitas
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan aktivitas alternatif dan istirahat yang cukup
4. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara bertahap
5. Libatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan aktivitas
2. Untuk mengetahui keadaan umum klien
3. Mencegah kelelahan yang berlebihan yang dapat memicu higlikemi
4. Menurunkan kebutuhan energi di setiap kegiatan sesuai kemampuan klien
5. Mendampingi dan membantu motivasi klien untuk beraktivitas.
Rotua Purba
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Perawatan
Hasil yang diharapkan
Rencana Tindakan Rasionalisasi Nama
3 Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar gula
DS : Klien mengatakan- Kaki kiri sering kesemutan- Luka di kaki kiri lama sembuh
DO : - Tampak gangren di kaki kiri- Ganggren di kaki kiri belum kering- Lab , BSS : 185 mg/dl
Tujuan dalam waktu 3x24 jam integritas kulit membaik Dengan kriteria hasil- Daerah luka kering- Luka tidak bau- Tanda-tanda vital dalam batas
normal TD : 110/70-130/90 mmHg N : 78-90 x/mnt P : 14-20 x/mnt S : 36.5 – 37.2 0 C
- BSS dalam batas normal (70-110 mg/dl)
1. Kaji keadaan kulit, tanda peradangan, perubahan warna kulit kemerahan pada kulit, kesemutan, ganggren
2. Observasi tanda-tanda vital dan suhu kulit dan kaki
3. Anjurkan klien untuk menjaga kulit agar tetap bersih
4. Anjurkan klien untuk mengusahakan agar kaki tetap kering
5. Lakukan perawatan luka, ganti balut (ganggren) dengan teknik steril
6. Libatkan keluarga untuk membantu mempertahankan kesehatan klien
1. Mengetahui adanya tingkat peradangan dan infeksi, perubahan sensorik pada ekstremitas bawah.
2. Untuk mengetahui keadaan umum klien dan adanya proses peradangan pada kaki
3. Mengurangi bertambahnya bibit penyakit yang dapat memicu infeksi.
4. Kulit basah dan lembab dapat menambah berkembangnya infeksi pada luka
5. Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut
6. Memotivasi klien untuk mengikuti dan mentaati tindakan keperawatan
Rotua Purba
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thn
Ruang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
3-4-07 II
III
I
II
I
I,II,
III
07.00
08.00
08.30
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
Klien personal hygiene dibantu perawat, alat tenun klien
dirapikan, keadaan umum klien masih lemah.
Klien makan habis ¼ porsi
Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran
zalf menganjurkan klien agar kulit tetap kering
Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)
Klien mendapatkan bubur kacang hijau. Menganjurkan
klien untuk mengikuti dan mentaati program diet.
Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg. Klien
istirahat, tetesan infus lancar Asering 2 20 tts/mnt di
tangan kiri.
Melibatkan keluarga klien unutk memotivasi klien
mengkonsumsi makanan dari RS. Klien makan habis ¼
porsi.
Klien istirahat tirah baring, keadaan umum klien masih
lemah, aktivitas klien dibantu keluarga TD : 130/90
mmHg, klien mengatakan tidak nafsu makan, lidah terasa
pahit, lidah tampak kotor, klien makan habis ¼ porsi
Rotua Purba
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
4-4-07 II
I
07.00
08.00
Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat tenun
dirapikan, keadaan umum klien masih lemah.
Menganjurkan aktivitas alternatif dan istirahat yang cukup
Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan. Klien
makan habis ¼ porsi
Rotua Purba
III
II
II
II
08.30
09.00
10.00
11.00
11.30
12.00
Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran
zalf menganjurkan klien agar kulit tetap bersih
Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)
Menganjurkan klien untuk istirahat, keadaan umum klien
masih lemah
Klien diukur tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg. infus
Asering 4 20 tts/mnt di tangan kiri.
Melibatkan keluarga klien untuk memotivasi klien
mengkonsumsi makanan dari RS. Klien makan habis ¼
porsi.
Kolaborasi dengan timmedik dalam pemberian NaCl
Klien mendapat transfusi darah “A” 500 cc,
S : 36,5 0 C
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
4-4-07
5-4-07
I
I, II,
III
II
12.15
13.00
07.00
Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan dari
RS. Klien makan habis ½ porsi. Keadaan umum klien
masih lemah, klien istirahat, klien mengatakan tidak nafsu
makan, aktivitas klien dibantu keluarga. : TD : 140/90
mmHg. S : 36,5 0 C . Klien mendapat transfusi darah “A”
500 cc luka (ganggren) masih belum kering, berwarna
kehitaman.
Klien personal hygiene dibantu keluarga, alat tenun
dirapikan, keadaan umum klien mulai membaik.
Menganjurkan klien untuk aktivitas secara bertahap.
Melibatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien.
Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan. Klien
makan habis ¾ porsi
Rotua Purba
I
III
I
08.00
08.30
09.00
10.00
Klien mendapatkan obat oral Ciprofloxacine 2x500 mg
Klien ganti balut dengan salep Salicil zalf dan levertran
zalf menganjurkan klien agar kulit tetap bersih
Klien mendapatkan injeksi SC insulin 10 strip (Actrapid)
Klien mendapatkan snack, keadan umum klien mulai
membaik
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tgl DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
5-4-07 II, III
I
I, II,
III
11.00
12.00
13.00
Klien istirahat tirah baring, tanda-tanda vital : TD : 130/80
mmHg. infus Asering 7 di tangan kanan. Melibatkan
keluarga klien untuk memantau mempertahankan
kesehatan klien
Memotivasi klien menghabiskan makanan dari RS. Klien
makan habis 1 porsi.
Keadaan umum mulai membaik, klien melakukan aktivitas
masih dibantu keluarga.
:TD : 130/80 mmHg. infus Asering 20 tts/mnt
Klien istirahat. Luka (ganggren) masih belum kering,
berwarna kehitaman. Nafsu makan klien mulai membaik
Rotua Purba
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas
03/04/07 I
II
III
13.00
13.00
13.00
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan
lidah terasa pahit
O : Lidah tampak kotor, klien makan habis ¼ porsi
A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan badan lemah, lesu
O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas
dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan luka di kaki lama sembuh
O : Ganggren di kaki belum kering
A : Integritas kulit belum teratasi
P : Diteruskan
Rotua
Rotua
Rotua
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas
04/04/07 I
II
III
13.00
13.00
13.00
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan
O : klien makan habis ½ porsi
A : Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan badan masih lemah
O : Keadaan umum klien masih lemah, aktivitas
dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas belum teratasi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh
O : Ganggren di kaki belum kering,
berwarna kehitaman
A : Integritas kulit belum teratasi
P : Diteruskan
Rotua
Rotua
Rotua
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn “Y”/ 65 thnRuang / kamar : Pav Lukas II / 23-2
Tanggal DP Waktu Evaluasi ( S O A P) Nama Jelas
05/04/07 I
II
III
13.00
13.00
13.00
S : Klien mengatakan nafsu makan mulai membaik
O : klien makan habis 1 porsi
A : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan badan mulai membaik
O : Keadaan umum klien mulai membaik, aktivitas
masih dibantu keluarga
A : Pemenuhan aktivitas mulai teratasi
P : Diteruskan
S : Klien mengatakan luka di kaki belum sembuh
O : Ganggren di kaki mulai kering,
A : Integritas kulit mulai teratasi
P : Diteruskan
Rotua
Rotua
Rotua
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang telah
diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan
sistem endokrin “ Diabetes Melitus”. Bab ini juga terdapat kesenjangan-kesenjangan
yang terjadi dilihat dari konteks teori dan hasil penerapan secara nyata pada klien.
Adapun pembahasan terhadap asuhan keperawatan pada Tn “Y” dengan gangguan
sistem endokrin: Diabetes melitus adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dalam pengkajian
penulis memperoleh data menggunakan metode wawancara, observasi
pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat data-data penunjang melalui
catatan keperawatan dan status klien. Pada pengkajian secara teoritis ditemukan
adanya takikardi, lemah, letih, polusi, abdomen keras, kulit kering, demam, lesi
kulit rusak, sedangkan pada saat pengkajian langsung pada Tn “Y” yang
ditentukan yaitu : lemah, kesemutan pada ekstremitas, abdomen tegang (nyerI0,
hilang nafsu makan.
B. Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Berdasarkan teori yang ada perumusan diagnosa keperawatan merupakan proses
pemikiran melalui tanda dan gejala klinik menurut perbahan patofisiologi, respon
klien maupun kelurga. Diagnosa keperawatan secara teoritis yang mungkin timbul
pada kasus diabetes melitus :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap injeksi berhubungan dengan perubahan pada sirkulasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa / insulin.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan ang ditemukan pada klien Tn “Y” adalah :
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin.
2. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari0hari berhubungan dengan kelemahan
fisik.
3. Kerusakan integritas kulit : ganggren berhubungan dengan peningkatan kadar
gula.
Dari data tersebut terlihat adanya beberapa diagnosa yang tidak muncul pada kasus
yang nyata, hal ini disebabkan oleh respon klien yang berbeda-beda.
C. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis menyusun
perencanaan yang meliputi perumusan tujuan, penentuan kriteria hasil adn rencana
tindakan dalam memberikan pedoman tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi
klien. Hal ini disebabkan karena tidak semua perencanaan dapat dilakukan.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari perencanaan keperawatan
yang telah disusun. Di dalam pelaksananaan tindakan keperawatan penulis tidak
bekerja sendiri melainkan bekerja bersama dengan perawat yang ada di ruangan,
tim medis, dan juga keluarga klien, serta didukung dengan adanya fassilitas yang
memadai. Pelaksanaan secara teoritis tidak dapat dijabarkan secara rutin sedankan
dalam praktek pelaksanaannya tidak seluruhnya dapat dilaksanakan karena
keterbatasan waktu yang ada namun dapat dikolaborasikan dengan perawat
ruangan yang merawat Tn “Y” untuk tindak lanjut sesuai rencana yang telah
disusun sehingga diharapkan permasalahan kesehatan klien dapat segera teratasi.
E. Evaluasi
Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan demikian dapat
ditentukan apakah perencanaan asuhan keperawatan pada klien Tn “Y” dengan
Diabetes Melitus selama tiga hari dari tanggal 3-5 April 2007, yaitu : pada
diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pemenuhan aktivitas
sehari-hari, kerusakan integritas kuilt; ganggren dari hasil pertama sampai hari
ketiga belum teratasi hal ini disebabkan karena masalah tersebut kadang hilang
timbul.
BAB IV
PENUTUP
Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien Tn “Y” dengan gangguan
sistem endokrin : Diabetes Melitus di Paviliun Lukas II RS. RK. Charitas Palembang,
maka pada bab ini ditarik kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa kasus Tn “Y” denagn diabetes melitus maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanda dan gejala yang ditemukan secara langsung selama pengkajian ternyata
tidak selalu sama bila dibandingkan dengan teori yang ada, hal ini dapat terjadi
salah satunya karena adanya komplikasi dan berat ringannya kondisi klien.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul secara teoritis dalam kenyataan belum
tentu sama, hal ini terjadi karena respom setiap individu terhadap penyakit
yang sama sangat berbeda-beda.
3. Penyakit diabetes melitus yang terjadi pada klien Tn “Y” disebabkan karena
kadar gula dalam darah sangat tinggi sehingga sekresi insulin berkurang atau
terhenti akibat hilangnya sel-sel beta. Untuk mengatasi terjadinya penyakit
tersebut disusun rencana tindakan yang diantaranya menganjurkan klien
mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan.
4. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien Tn “Y”
tidak seluruhnya dapat dilakukan selama 24 jam karena keterbatasan waktu
penulis sehingga pelaksanaannya harus berkolaborasi dengan perawat ruangan.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan penulis memberikan saran kepada perawat, klien dan
keluarga antara lain :
1. Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun
keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan kasus yang
nyata seperti pengkajian untuk menemukan masalah dari tanda dan gejala
oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk
menambah wawasan.
2. Sebagai perawat harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-
sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan
yang memerlukan penanganan segera.
3. Klien diharapkan dapat memahami dan melaksanakan anjuran dokter dan
perawat untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penyakitnya
kambuh lagi seperti menghindari makanan yang manis.
4. Diharapkan perawat ruangan mau diajak kareja sama dalam melakukan
tindakan keperawatan untuk bersama-sama membantu mengatasi masalah
yang dihadapi klien
DAFTAR PUSTAKA
Barbara. C. Long. Perawatan Medikal Bedah, Bandung: Padjajaran, 1996.
Brunner dan Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001.
Cambridge Communication Limited. Anatomi Fisiologi Kelenjar Endokrin dan Sistem Persarafan, Jakarta: EGC. 1996.
Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Media Aesculapius. FKUI. 1982.
Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta. EGC, 1993.
Sarwono Waspadji, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1993.
Sylvia A. Price, Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit , Jakarta: EGC, 1994.
Suriadi dan Rita Yuliani, Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Jakrta: CV Sagung Seto, 2001.
Syaifuddin, Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC, 1999.
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul................................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Pengertian
2. Anatomi Fisiologi
3. Patofisiologi
4. Etiologi
5. Manifestasi Klinik
6. Komplikasi
7. Test Diagnostik
8. Penatalaksanaan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Rencana Pemulangan
C. PATOLFOW DIAGRAM
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Patoflow Kasus
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA