Di Tegal Kurusetra

7
4 sengkuni dan durna cSelaku Raja Astina yang baru,Prabu Pandudenawenata melewati awal kekuasaan dengan memohon doa restu kepda ayah serta eyang putrinya. Hal yang sama, juga Baginda lakukan terhadap para sesepuh dan pinisesepuh kerajaan. Utamanya Maharesi bisma, Resi Krepa serta Radeb Destarata kakanya. Sedangkan kepada seluruh aparatur pemerintahan Negara yang dipimpin oleh Maha Patih Gandamana, maka Baginda meminta kesedian mereka untuk tetap melaksanakan tugas kewajiban serta tanggung jawab sepertii telah mereka lakukan di masa pemerintahan ayahnya. Kendati masih muda,namun tampak sekali kemampuan pandu dalam mengendalikan jalannya roda pemerintahan Negara. Di masa kekuasaannya, rakyat tampak semakin makmur. Namun sayang! Masa pemerintahan nya terlalu singkat. Sang prabu meninggal dunia di usia muda.

description

5gy5

Transcript of Di Tegal Kurusetra

4sengkuni dan durna

cSelaku Raja Astina yang baru,Prabu Pandudenawenata melewati awal kekuasaan dengan memohon doa restu kepda ayah serta eyang putrinya. Hal yang sama, juga Baginda lakukan terhadap para sesepuh dan pinisesepuh kerajaan. Utamanya Maharesi bisma, Resi Krepa serta Radeb Destarata kakanya. Sedangkan kepada seluruh aparatur pemerintahan Negara yang dipimpin oleh Maha Patih Gandamana, maka Baginda meminta kesedian mereka untuk tetap melaksanakan tugas kewajiban serta tanggung jawab sepertii telah mereka lakukan di masa pemerintahan ayahnya. Kendati masih muda,namun tampak sekali kemampuan pandu dalam mengendalikan jalannya roda pemerintahan Negara. Di masa kekuasaannya, rakyat tampak semakin makmur. Namun sayang! Masa pemerintahan nya terlalu singkat. Sang prabu meninggal dunia di usia muda.

Dewi Madrim merasa terpukul oleh kematian suaminya yang mendadak. Oleh karenanya, istri kedua Baginda itu, melakukan belapati dengan cara menceburkan diri ke dalam api pembakaran suaminya. Ketika itu, kelima putra pandu belum dewasa. Selain mengasuh Puntadewa, Werkudara dan Arjuna, Dewi Kunthi harus mengasuh Nakula dan Sadewa. Untuk ksekian kalinya, Dewi Durgadini memperoleh cobaan hidup. Amibisinya untuk mempertahankan tahta Astina kepada anak keturunannya, kini kembali diguncang oleh kematian Prabu Pandudewata. Namun aku tidak boleh hanyut dalam kesedihan ini. Bagaimana pun juga, aku harus berusaha agar hasil perjuanganku tetap lestari.demikian katanya di dalam hati. Oleh kerena itu, maka ia memanggil Maharesi Bisma dan Begawan Abiyasa untuk sekali lagi memanggil musyawarah suksesi kekuasaan negri Astina. Terinagat pada pengalaman pahit yang dialaminya ketika membicara suksesi kekuasaan Negara sebelumnya, maka dalam musyawarah kali ini, Bisma mengatakan diri abstain. Sedangkan Abiyasa mempersilahkan ibunya untuk untuk menyampaikan pendapatnya lebih dahulu. Maka Durgadini berkata anakku berdua. Ditinjau dari bibit-bobot-bebet, tiada pilihan lagi bagi kita kecuali menetapkan destarata sebagai pengganti pandu. Namun hanya sebagai Raja Pmangku. Tegasnya, setelah Pandawa dewasa, maka Destarata harus menyerahkan separohdari negeri Astina kepada mereka.Abiyasa berkataIbunda yang hamba hormati.mengapa harus begitu?bukankah ketika pandu mememrintah negeri ini tidak ada keharusan untuk menyerahkan separoh bagian negeri ini kepada kurawa?tidakkah ibunda merasa khawatir bahwa terssebaboleh kekurangan-arifan kita dalam dasar dasar kepemimpinan Negara sekarang ini bias memunculkan perselisihan pendapat bahkan permusuhan yang berkepanjangan antara kurawa dengan pandawa? Sang ibu hanya mengerutkan keningnya. Sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya. Raut wajah yang semakin tua, menandakan kebingungan. Terdorong pleh keyakinan bahwa ibunya yang keras hati itu pasti akan menolak pertimbangannya, untuk mengurangi beban perasaan yang menghimpit hari sanubarinya, makalebih lanjut Abiyasa berkata namun demikian, apabila pendapat itu telah ibunda pertimbangkan masak-masak, maka tiada salahnya jika kita segera melantik destarata sebagai raja pamngku. Begawan Abiyasa pun meminta kesedihan ibunya untuk meninggalkan istana serta tinggal bersamanya di padepokan sapta arga ibunda Durgadini yang hamba hormati. Perjuang ibunda untuk dapat mewarisi serta menawarkan sebuah tahta kerajaan kepada anak-cucu, hamba rasa sudah rampung tuntas. Kini , ibunda telah bergusur tua. Telah tiba saatnya bagi ibu untuk meninggalkan permainan kehidupan dunia menuju kehidupan yang hakiki di akhirat kelak.Dewi Gandri adalah orang yang paling berbahagia dengan pengangkatan suaminya menjadi raja Astina. Dalam hati ia berkata prabu destarata suamiku, memang hanya berstatus sebagai raja pamgku . namun dengan kekuasaan di tangannya, banyak hal dapat dilakukannya. Untuk mencapai apa yang diinginkan , permaisuru Gendari merayu suaminya agar mengangkat Raden Hrya Sengkuni sebagai Maha patih, menggantikan kedudukan Maha Gandamana betapa pun , baginda harus menyadari kekurangan yang melekat pada dirinya. Apalagi selama ini, Adinda Sengkuni telah membuktikan pengabdian serta pengorbanannya dalam membantu merawat serta mendidik anak-anak kita yang jumlahnya 100.demikian katanya pada Sang Prabu.

5 menjalani hukuman buang Penegasan Maharesi Bisma dalam mengusahakan terwujudnya perdamaian antara kurawa denganpandawa menggetarkan hati raja pamangku destarata. Karena itu baginda segera memenuhi usulnya untuk memberi sebidang tanah garapan sebagai bekal hidupbagi pandawa. Untukmaksud tersebut, baginda meminta pendapat Patih Sengkuni. Setelah semuanya jelas,maka pada suatu saat raja pamangku Destarata berkata kepada Pandawa Ananda Puntadewa,werkudara,Arjuna,Nakula dan Sadewa. Sudah lengkap lah kalian dihadapanku? mereka berlima serempak menjawab,sedah uwa prabu! Mendengar jawaban itu, baginda melanjutkan, ananda berlima kupanggil untuk menghadapku karena kurasa kalian sudah cukup dewasa. Telah tiba saatnya untuk hidup mandiri. Untuk itu, uwa prabu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali membekali sebidang tanah garapan yang harus kalian olah sendiri. tentu saja kalian ingin mengetahui letak tanah tsb. Menurut sengkuni,tanah itu masih berwujud hutan lebat namanya Alas wanamerta. Alas itu tidak hanya dihuni oleh kewan-hewan liar.tetapi juga merupakan tempat tinggal para jin,setan serta peri yang jahat.bagaimana sebenarnya?tentu aku tidak dapat melihatnya. Semua itu menurut sengkuni. Namun kalian adalah kemenakanku. Kalian adalah para putra mendiang adinda Prabu Puntadewa. Kalian tidak perlu untuk membabat serta menggarap hutan itu, lanjut sang prabu.