DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileArtinya, semua pemangku kepentingan—mulai dari...

21
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN DELEGASI DPR-RI KE NEW ZEALAND DALAM RANGKA TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 22-28 MEI 2018 I. PENDAHULUAN Tiga tahun telah berselang sejak pengesahan SDGs sebagai agenda pembangunan global di Sidang Umum PBB di New York 2015 silam. Para pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional hingga global berpacu mengimplementasikan tujuan, target, dan indikator SDGs di berbagai sektor hingga tahun 2030. Dalam hal pencapaian SDGs, kemitraan dan kolaborasi di tingkat bilateral maupun multilateral dibutuhkan untuk memecahkan tantangan dan mencari solusi terbaik. Salah satu prinsip dalam SDGs adalah inklusivitas baik itu dalam masa embrio, perencanaan, dan di tingkat pelaksanaan. Artinya, semua pemangku kepentinganmulai dari pemerintah, pelaku usaha, kampus, filantropi, organisasi internasional dan regional, lembaga riset serta tidak terkecuali parlementerlibat dalam kerja mewujudkan SDGs pada tataran konkret. Dokumen SDGs sendiri menyebut secara tegas peran parlemen sebagai organ yang mempunyai signifikansi dalam pengarusutamaan dan implementasi SDGs di tingkat nasional. Mengingat peran penting parlemen dalam implementasi SDGs, BKSAP sebagai alat kelengkapan DPR RI yang menjadi penjuru diplomasi parlemen membentuk Panitia Kerja SDGs untuk membantu pemerintah RI dalam implementasi dan pengarusutamaan SDGs di dalam negeri. Seturut dengan itu, BKSAP DPR RI berupaya memperkaya khazanah praktik dan pengalaman SDGs dengan mengadakan kunjungan kerja ke negara-negara tertentu yang dinilai mempunyai keunggulan komparatif. Salah satu negara yang dikunjungi adalah New Zealand. Kedatangan BKSAP DPR RI ke New Zealand membawa misi diplomasi parlemen bertemu dengan para pemangku kepentingan di New Zealand guna saling bertukar pikiran, pandangan, pengalaman dan praktik cerdas terkait implementasi SDGs baik di Indonesia maupun New Zealand. Kunjungan BKSAP DPR RI mengeksplorasi upaya Parlemen New Zealand dalam memantau implementasi nasional SDGs dan dalam menyediakan kebijakan yang tepat dan relevan untuk mendukung SDGs.

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileArtinya, semua pemangku kepentingan—mulai dari...

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN

DELEGASI DPR-RI KE NEW ZEALAND

DALAM RANGKA TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

22-28 MEI 2018

I. PENDAHULUAN

Tiga tahun telah berselang sejak pengesahan SDGs sebagai agenda pembangunan global di Sidang

Umum PBB di New York 2015 silam. Para pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional hingga

global berpacu mengimplementasikan tujuan, target, dan indikator SDGs di berbagai sektor hingga

tahun 2030. Dalam hal pencapaian SDGs, kemitraan dan kolaborasi di tingkat bilateral maupun

multilateral dibutuhkan untuk memecahkan tantangan dan mencari solusi terbaik.

Salah satu prinsip dalam SDGs adalah inklusivitas baik itu dalam masa embrio, perencanaan, dan di

tingkat pelaksanaan. Artinya, semua pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah, pelaku usaha,

kampus, filantropi, organisasi internasional dan regional, lembaga riset serta tidak terkecuali

parlemen—terlibat dalam kerja mewujudkan SDGs pada tataran konkret. Dokumen SDGs sendiri

menyebut secara tegas peran parlemen sebagai organ yang mempunyai signifikansi dalam

pengarusutamaan dan implementasi SDGs di tingkat nasional.

Mengingat peran penting parlemen dalam implementasi SDGs, BKSAP sebagai alat kelengkapan

DPR RI yang menjadi penjuru diplomasi parlemen membentuk Panitia Kerja SDGs untuk membantu

pemerintah RI dalam implementasi dan pengarusutamaan SDGs di dalam negeri. Seturut dengan itu,

BKSAP DPR RI berupaya memperkaya khazanah praktik dan pengalaman SDGs dengan

mengadakan kunjungan kerja ke negara-negara tertentu yang dinilai mempunyai keunggulan

komparatif. Salah satu negara yang dikunjungi adalah New Zealand.

Kedatangan BKSAP DPR RI ke New Zealand membawa misi diplomasi parlemen bertemu dengan

para pemangku kepentingan di New Zealand guna saling bertukar pikiran, pandangan, pengalaman

dan praktik cerdas terkait implementasi SDGs baik di Indonesia maupun New Zealand. Kunjungan

BKSAP DPR RI mengeksplorasi upaya Parlemen New Zealand dalam memantau implementasi

nasional SDGs dan dalam menyediakan kebijakan yang tepat dan relevan untuk mendukung SDGs.

2

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan kunjungan kerja ke New Zealand adalah sebagai berikut:

1) Kunjungan kerja BKSAP DPR RI ke New Zealand adalah sebagai komitmen untuk

mengarusutamakan SDGs di tingkat nasional dan global.

2) Kunjungan kerja BKSAP DPR RI ke New Zealand adalah untuk memainkan peran diplomasi

parlemen dalam mengarusutamakan SDGs di tingkat regional dan global.

3) Kunjungan BKSAP DPR RI adalah juga untuk mendiseminasikan World Parliamentary Forum on

Sustainable Development (WPFSD) yang akan dihelat oleh BKSAP DPR RI pada 12-13

September 2018 di Bali. WPFSD mengangkat tema “Partnership Toward Sustainable Energies

for All.”

4) Kunjungan kerja BKSAP dengan membawa isu SDGs adalah juga untuk menaikkan pamor

Indonesia dalam kancah diplomasi parlemen.

Keberangkatan delegasi BKSAP DPR RI ke New Zealand ini berdasarkan kepada SK Pimpinan

DPR RI Nomor: 205/PIMP/IV/2017-2018, dengan susunan delegasi sebagai berikut:

NO NAMA JABATAN

DELEGASI DPR RI

1 Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si.

A-432

Ketua Delegasi

Ketua BKSAP/Anggota Komisi XI

Fraksi Partai Demokrat

President of the Committee to Promote

Respect for International Humanitarian Law

of IPU

2 Siti Hediati Soeharto

A-281

Anggota Delegasi

Wakil Ketua BKSAP/Ketua Desk Kerjasama

Internasional

Anggota Komisi IV

Fraksi Partai Golongan Karya

3 Nurhayati Monoarfa

A-521

Anggota Delegasi

Wakil Ketua BKSAP DPR RI

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan

Komisi V

4 Ono Surono

A-163

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Komisi IV

5 Dwi Ria Latifa

A-143

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Komisi II

3

6 Aryo P.S. Djojohadikusumo

A-342

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya

Komisi VII

7 G. Budisatrio Djiwandono

A-386

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya

Komisi IV

8 Dr. H. Sjarifuddin Hasan, SE., MM., MBA

A-416

Fraksi Partai Demokrat

Komisi X

9 Venna Melinda, SE

A-433

Fraksi Partai Demokrat

Komisi X

10 Amelia Anggraini

A-17

Fraksi Partai Nasional Demokrat

Komisi IX

11 M. Arief S. Suditomo, S.H., M.A.

A-550

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat

Komisi I

II. PERTEMUAN-PERTEMUAN

Delegasi BKSAP DPR RI mengadakan pertemuan dengan beberapa pihak, di antaranya:

A. Meeting with the Parliamentary Friendship Group of the House of Representatives of

New Zealand (Wellington, 23 Mei 2018 | 12.00-14.00)

Pertemuan antara GKSB Parlemen New Zealand untuk Negara-Negara Asia Selatan dan Asia

Tenggara dan BKSAP DPR RI dilaksanakan di Gedung Parlemen pada 23 Mei 2018. Delegasi

BKSAP dipimpin oleh Wakil Ketua BKSAP Siti Hediati Soeharto. Sementara itu, GKSB Parlemen

New Zealand dipimpin oleh dua orang Co-Chair of Parliamentary Friendship Group New Zealand-

South and South East Asia, Mr. Kanwaljit Singh Bakshi dan Mr. Greg O'Connor.

Pada kesempatan pertama, Siti Hediati Soeharto mengapresiasi Parlemen New Zealand yang telah

menerima kunjungan BKSAP DPR RI di tengah kesibukan masa sidang Parlemen New Zealand. Siti

Hediati Soeharto juga memperkenalkan delegasi BKSAP DPR RI. Dalam sambutannya sebagai

Ketua Delegasi, Siti Hediati Soeharto menjelaskan bahwa Parlemen dan anggota parlemen adalah

elemen kunci dalam memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di dalam dan di luar

negeri. Peran mereka dalam mengawasi pemerintah untuk bertanggung jawab selama proses dan

pelaksanaan SDGs, memastikan transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat penting. Sesuai dengan

premis itu, BKSAP DPR RI membentuk Panitia Kerja SDGs. Tujuan dibentuknya Panja SDGs adalah

untuk: (1) inisiatif parlemen dalam mengarusutamakan SDGs dengan memperhatikan peran legislasi,

pengawasan, dan penganggarannya. (2) untuk membangkitkan kesadaran pemahaman SDGs dalam

rapat-rapat Parlemen; selama rapat pleno; dalam konteks partai politik; ke Kementerian terkait;

kepada perwakilan media (wartawan, TV, radio, dll.). Lebih lanjut, Panja SDGs secara berkala

menginformasikan dan mengusulkan rekomendasi kepada Pemerintah tentang kemajuan dan prioritas

dalam penerapan SDGs untuk menekankan pentingnya keterlibatan Indonesia dalam SDGs.

4

Dalam kunjungan kerja ini, DPR RI ingin membandingkan pengetahuan dan praktik-praktik terbaik

dari Parlemen New Zealand dalam mendukung penerapan SDGs. Sebagai Ketua Delegasi, Siti

Hediati Soeharto benar-benar berharap bahwa kerja sama bilateral yang konstruktif dan kemitraan

dalam pembangunan berkelanjutan antara Indonesia dan New Zealand akan semakin diperkuat

melalui kunjungan ini. Dirinya berharap melalui mekanisme kelompok persahabatan antarparlemen,

kerangka kerja kerjasama parlemen Indonesia dan New Zealand dapat lebih lanjut didirikan untuk

merebut peluang kerja sama di masa depan.

BKSAP DPR RI menghelat Forum Parlemen Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WPFSD)

untuk kedua kalinya di Bali pada 12-13 September 2018. Dalam memfokuskan energi sebagai tema

besar WPFSD, DPR RI mengambil SDG goal-7 tentang energi yang terjangkau dan bersih untuk

memberikan perspektif parlemen dalam mengejar layanan energi yang dapat diandalkan,

berkelanjutan, dan terjangkau berfungsi dengan lancar dan berkembang secara adil. Dalam

kesempatan itu, Siti Hediati mengundang Parlemen New Zealand untuk berpartisipasi dalam

WPFSD.

Sementara Parlemen New Zealand menjelaskan bahwa adalah suatu kehormatan bagi Parlemen New

Zealand dapat menerima kedatangan delegasi BKSAP DPR RI. Parlemen New Zealand

menggarisbawahi Indonesia dan New Zealand adalah teman dekat di kawasan Asia-Pasifik. Terlebih

Indonesia dan New Zealand adalah mitra strategis yang memiliki demokrasi yang kuat dan terbuka.

GKSB Parlemen New Zealand menjelaskan bahwa New Zealand adalah negara yang berkomitmen

terhadap pengembangan energi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Mr. Greg O'Connor menyebut

New Zealand terus mengembangkan energi panas bumi (geotermal).

Menurut Mr. Kanwaljit Singh Bakshi, New Zealand aktif dalam mengembangkan energi

berkelanjutan didasari oleh alasan bahwa energi adalah kunci dalam pengembangan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Selain itu, New Zealand juga berupaya meningkatkan dana

bantuan internasional terutama negara-negara Pasifik, seperti Fiji dan negara-negara terbelakang

lainnya (LDCs). Bantuan ini sebagai wujud kemitraan New Zealand dalam mewujudkan inklusivitas

SDGs di dunia.

Dalam sesi tanya jawab, Amelia Anggraini menanyakan usaha Parlemen dalam mempromosikan

good governance bagaimana peran parlemen dalam pembangunan nasional

Arif Suditomo mengatakan bahwa energi baru dan terbarukan adalah peran signifikan New Zealand

dalam pembangunan berkelanjutan. Seturut hal tersebut, ia menanyakan peran parlemen dalam

mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan terutama dari sisi legislasi.

Syarif Hasan ingin mengetahui lebih lanjut dari Parlemen New Zealand tentang pertumbuhan

ekonomi New Zealand terutama upaya negara tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dan menurunkan angka kemiskinan. Syarif Hasan lebih lanjut ingin berbagi pandangan bagaimana

New Zealand membuat kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di dua negara.

5

Vena Melinda menyebut bahwasanya telah diakui bahwa pariwisata memiliki peran penting dalam

penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan inklusif, selaras dengan SDG 8 tentang 'pekerjaan yang

layak dan pertumbuhan ekonomi'. Lebih jauh ia ingin mendengar kebijakan New Zealand dalam

berkontribusi pada pariwisata berkelanjutan. Ia menanyakan kemungkinan kedua negara untuk

menerapkan visa gratis. Ia mendorong Pemerintah Indonesia dan Pemerintah New Zealand untuk

menerapkan kebijakan timbal-balik tentang visa gratis. Ia menanyakan bagaimana New Zealand

mengembangkan ekoturisme serta upaya mencegah deforestasi.

Ono Surono menanyakan kebijakan seputar food security yang sangat ketat sekali di New Zealand.

Ia ingin mengetahui lebih jauh kebijakan tersebut.

Menjawab pertanyaan delegasi BKSAP DPR RI, Mr. Kanwaljit Singh Bakshi mengatakan bahwa

good governance adalah kemestian sebagai agenda pemerintah. Dalam konteks good governance,

sistem parlementer sangat bisa dipertanggungjawabkan dan terpercaya. Parlemen sebagai

representasi rakyat mempunyai banyak select committee (komisi) yang dibentuk untuk mengawasi

bidang-bidang pemerintahan. Masyarakat luas dapat mengajukan kritik dan saran atas suatu

perundang-undangan. Komite kemudian akan memproses sebagai laporan dari masyarakat.

Dalam mengukur pembangunan, New Zealand menerapkan kerangka kerja standar hidup dengan

menggunakan indikator berupa: data yang valid, kapital sosial, dan infrastruktur. Dari indikator itulah

New Zealand menyiapkan penganggaran dan kebijakan nasional untuk periode berikutnya.

Dalam hal energi, New Zealand menganjurkan rakyatnya untuk menggunakan energi baru dan

terbarukan seperti tenaga surya yang ramah lingkungan. New Zealand memang tidak memiliki

instalasi pembangkit tenaga nuklir. Hal ini dikarenakan terdapat ketentuan yang melarang

penggunaan tenaga nuklir dikarenakan New Zealand adalah negara yang bebas nuklir.

New Zealand juga mengembangkan tenaga air dikarenakan sumber daya air yang melimpah. New

Zealand juga tengah mengembangkan tenaga angin dengan memanfaatkan fungsi baling-baling dan

kincir. Bersama dengan 27 negara lainnya, New Zealand tergabung dalam negara yang berkomitmen

menggunakan eco-culture untuk menekan emisi gas rumah kaca. Salah satu misi yang diemban

negara eco-culture adalah menekan bahan bakar fosil.

Sementara itu, Mr. Greg O'Connor menekankan distribusi kekayaan di penjuru negeri adalah kunci

sukses pembangunan nasional suatu negara. Mengenai distribusi ini akan selalu terdapat pro dan

kontra di tengah masyarakat. Sebagai komitmen New Zealand bagi negara-negara tetangga di

regional Pasifik, New Zealand menggelontorkan dana untuk pembangunan negara-negara Pasifik.

Menurutnya, untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-New Zealand, perdagangan adalah

salah satu cara untuk membangun hubungan baik kedua negara. Perdagangan diyakininya juga akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Mr. Greg O'Connor mengatakan bahwa perkembangan turisme di New Zealand sangat masif, oleh

karena itu harus dibuatkan infrastruktur yang memadai. New Zealand terkenal dengan reputasinya

6

sebagai negara yang menerapkan pembangunan hijau oleh karenanya Pemerintah New Zealand

sangat memperhatikan green infrastructure dalam membangun industri turisme.

Terkait dengan keamanan pangan, Mr. Lee menjelaskan bahwa kebijakan keamanan pangan sangat

ketat di New Zealand dikarenakan kuman dari makanan dan buah dapat menghancurkan holtikultura.

Misalnya penyakit ternak yang cepat menyebar oleh karena itu New Zealand memang sangat ketat

terhadap food security.

B. Meeting with the Select Committee on Environment of the House of Representatives of

New Zealand (Wellington, 24 Mei 2018 |10.00-11.00)

Dalam pertemuan dengan Komite Lingkungan Parlemen New Zealand, Ketua BKSAP DPR RI Dr.

Nurhayati Ali Aseegaf membuka percakapan dengan menjelaskan secara ringkas hal-ihwal tentang

BKSAP, Panja SDGs, dan WPFSD serta tujuan kedatangan BKSAP DPR RI ke New Zealand.

BKSAP, seperti dituturkan oleh Dr. Nurhayati Ali Assegaf, adalah alat kelengkapan DPR RI yang

menggawangi diplomasi parlemen. BKSAP adalah penjuru (focal-point). Dalam konteks

pembangunan berkelanjutan, BKSAP membentuk Panitia Kerja Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(Panja SDGs) guna ikut meningkatkan kesadaran tentang SDGs di kalangan anggota parlemen. Panja

SDGs dibentuk juga untuk mengarusutamakan SDGs. Panja SDGs dibentuk mewakili partai dan

komisi yang berbeda. Panja SDGs mewakili kepentingan yang representatif dalam mengawasi

implementasi SDGs oleh pemerintah.

Kerja-kerja yang telah dijalankan oleh BKSAP DPR RI adalah dengan mengadakan kolaborasi

dengan pemerintah, kampus, dan NGO. BKSAP setiap tahun mengeluarkan rekomendasi untuk

pemerintah dan parlemen. Yang penting dan utama sesuai fungsi DPR RI adalah kerja pengesahan

undang-undang yang bermuatan SDGs.

Dr. Nurhayati Ali Assegaf menyampaikan kepada Komite Lingkungan Parlemen New Zealand bahwa

parlemen sebagai jantung SDGs oleh karena itu peran parlemen dalam menyukseskan SDGs sangat

penting dan strategis. Belajar dari pengalaman MDGs yang telah lewat, letak kegagalan MDGs karena

peran parlemen diabaikan. Menyadari peran penting parlemen, BKSAP DPR RI menghelat acara

World Parliamentary Forum on Sustainable Development (WPFSD) yang pertama di Bali pada 11-

13 September 2017. WPFSD menghadirkan 50 parlemen dan perwakilan negara sahabat. WPFSD ini

juga akan dihelat untuk kedua kali di Bali pada. Ia juga mengundang Parlemen New Zealand

menghadiri acara tersebut guna mewujudkan kemitraan global di tingkat parlemen dunia. Tema

WPFSD yang kedua mengambil tema energi terbarukan dan mengundang para pembicara dari

parlemen, kampus, lembaga riset, dan pemerintah lintas keahlian.

Dr. Nurhayati Ali Assegaf lebih lanjut mengatakan bahwa Indonesia adalah aktor internasional dalam

penyusunan SDGs dengan keterlibatan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono—bersama

Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris—dalam

High Level Panel of Eminent Person (HLPEP) bentukan Sekjen PBB.

7

Pada kesempatan tersebut, Dr. Nurhayati Ali Assegaf mengatakan bahwa kedatangan BKSAP DPR

RI adalah berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pelaksanaan SDGs sekaligus juga

memperkuat hubungan kerja sama bilateral Indonesia dan New Zealand. Dubes RI untuk New

Zealand Tantowi Yahya menyampaikan apresiasi kepada Komite Lingkungan Parlemen New

Zealand atas kesediaan menerima kedatangan delegasi DPR RI. Ia memulai bahwa SDGs adalah

komitmen global yang sudah dicanangkan oleh negara-negara anggota PBB oleh karena itu butuh

komitmen negara-negara yang telah menandatanginya meskipun SDGs bukanlah kesepakatan yang

legally binding.

Lebih jauh, Tantowi Yahya mengatakan bahwa dalam mengimplementasikan 17 goals SDGs

dibutuhkan kemitraan antara negara-negara. Tanpa komunikasi dan kemitraan antarnegara mustahil

SDGs dapat diimplementasikan dalam tataran konkret. Dalam konteks ini, peran parlemen teramat

penting dan strategis dalam menjalin kemitraan bilateral dan global. DPR RI dan Parlemen New

Zealand dapat berbagi dan menjalin kerja sama dengan perannya masing-masing dalam

mengimplementasikan SDGs di tingkat bilateral dan global.

Pihak Komite Lingkungan Parlemen New Zealand seperti diwakili oleh Ketua Komite Deborah

Russel mengatakan bahwa perubahan iklim adalah tantangan nyata yang dihadapi New Zealand.

Kebijakan perundang-undangan nasional New Zealand didesain untuk menjawab tantangan hal

tersebut. Peraturan perundang-undangan diarahkan kepada kebijakan di bidang energi air,

transportasi bersih, dan kebudayaan air. Parlemen New Zealand juga mendorong Pemerintah New

Zealand mengadopsi sebuah peta jalan nasional bagi kepentingan New Zealand ke depan.

Setiap kebijakan tentang SDGs dibicarakan di Parlemen antara partai pemerintah dan partai oposisi

secara kolektif kolegial. Pandangan antara partai pemerintah dan partai oposisi mewakili pandangan

ideologis yang berbeda yang terumuskan lewat debat antarpartai yang ada di parlemen.

Komite Lingkungan Parlemen New Zealand berpandangan bahwa SDGs memberikan tujuan jangka

panjang yang harus dicapai di tingkat lokal, nasional, maupun global. New Zealand befokus pada

terutama lingkungan dan energi sebagai penggerak sektor ekonomi. New Zealand berkomitmen untuk

menjalankan kebijakan ekonomi hijau yang mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

New Zealand selama ini berfokus pada air bersih dan sanitasi (goal 6), energi bersih (goal 7), kota

berkelanjutan (goal 11), aksi iklim (13), kehidupan di bawah air (14), kehidupan di darat (15), dan

kemitraan (17).

Lebih lanjut, Deborah Russel menjelaskan bahwa kemitraan New Zealand difokuskan pada negara-

negara Pasifik—seperti Fiji dan Samoa—dengan bantuan dana dan capacity-building pada negara-

negara rawan bencana. Pengembangan kapasitas diarahkan untuk tujuan membentuk masyarakat

tangguh. Selain itu, alokasi dana untuk negara-negara Pasifik dilakukan dengan membentuk forum

pertemuan setingkat menteri.

Dr. Nurhayati Ali Assegaf mengatakan bahwa peran parlemen sudah dirasakan penting ketika

implementasi MDGs. DPR RI periode lalu sukses membuat undang-undang di bidang kesehatan

terutama meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta menekan kematian ibu.

8

Sementara itu, Aryo Djojohadikusumo mengatakan bahwa DPR RI menjalankan ratifikasi tercepat

sepanjang sejarah tentang Paris Agreement. Usaha ini menunjukkan kepedulian parlemen Indonesia

terhadap perubahan iklim yang semakin menjadi ancaman nyata bagi penduduk bumi.

Parlemen New Zealand menggarisbawahi bahwa istilah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tidak

terlalu populer dalam kosa kata keseharian di lingkungan Pemerintah maupun Parlemen New

Zealand. Akan tetapi, New Zealand telah lama hidup dengan menerapkan prinsip-prinsip hijau dalam

pembangunan nasional. Parlemen New Zealand tidak mempunyai komite khusus yang mengawasi

implementasi SDGs. Masing-masing tujuan dalam SDGs diawasi oleh select committe.

DPR RI dan Parlemen New Zealand menyepakati pentingnya peran dan dukungan parlemen untuk

upaya pencarian energi baru dan terbarukan bagi pembangunan hijau yang ramah lingkungan.

C. Pertemuan dengan KBRI Wellington, New Zealand (KBRI Wellington, 24 Mei 2018)

Pada pertemuan di KBRI Wellington, Dubes Tantowi Yahya menyampaikan penjelasan singkat

tentang situasi kekinian tentang hubungan bilateral RI-New Zealand, pasifik, dan masalah situasi

terkini di New Zealand.

Dubes Tantowi Yahya menjelaskan sekelumit sejarah New Zealand. Sejarah kolonialisme di New

Zealand berbeda dengan di Australia maupun di tempat-tempat lain. Orang-orang kulit putih yang

datang ke New Zealand adalah orang yang beradab dan terpelajar. Mereka datang ke New Zealand

untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Maka, ketika orang-orang kulit putih mulai

menduduki New Zealand mereka menandatangani pakta hidup bersama dengan orang-orang Mauri

yang merupakan penduduk lokal. Pakta itu disebut sebagai Waitangi Treaty. Pakta itu mengakui hak

hidup Orang Mauri, hak hidup bahasa Maori, dan emansipasi perempuan.

Dalam masalah politik, New Zealand menerapkan sistem pemilu tiga tahunan bagi parlemen New

Zealand dan perdana menterinya. Sementara pemilihan gubernur jendral diadakan empat tahun sekali.

Yang patut dicatat dalam perkembangan politik terkini New Zealand adalah peran perempuan yang

semakin menonjol. Di cabang legislatif, terhitung 46 dari 120 anggota Parlemen New Zealand adalah

perempuan. Begitu pula di cabang eksekutif, Gubernur Jendral New Zealand adalah seorang

perempuan bernama Dean Patsy Ready berusia 61 tahun. Gubernur Jendral adalah jabatan strategis

karena ia merupakan representasi ratu Inggris yang merupakan kepala negara. Sementara perdana

Menteri dijabat oleh Jacinda Arden yang baru berusia 37 tahun.

Sistem Pemilu menggunakan apa yang disebut sebagai mix-member proportional. Sistem ini

memungkinkan pemilih untuk mencoblos calon anggota parlemen dari dua kategori: (1) mewakili

partai politik, dan (2) mewakili daerah pemilihan. Sistem campuran seperti ini memungkinkan

kualitas calon terpilih akan terjaga. Penduduk yang berhak menggunakan suaranya adalah mereka

yang berusia 18 tahun yang merupakan warga negara, permanent residence atau mereka yang telah

tinggal selama 12 tahun di New Zealand. Pemilu dalam sistem politik dan hukum New Zealand bukan

merupakan kewajiban. Pemilu terakhir pada 2017 yang lalu diikuti oleh 70 % penduduk New Zealand

yang terbagi dalam 71 daerah pemilihan. Partai Nasional sebetulnya adalah pemenang Pemilu akan

tetapi tidak dapat membentuk mayoritas di parlemen yang mengharuskan raihan 61 kursi untuk

9

membentuk pemerintahan. Partai Buruh dapat menggalang koalisi sehingga dapat membentuk

pemerintahan. Dampaknya adalah Ketua Partai Nasional mundur dari jabatannya sebagai Ketua

Partai dan Ketua Fraksi.

Pihak yang kalah membentuk oposisi di parlemen. Mereka menyebut istilah oposisi dengan istilah

government in waiting. Mereka juga menunjuk shadow minister untuk bidang tertentu untuk

mengawasi jalannya pemerintahan.

Legislasi dapat diusulkan melalui beberapa tingkatan. Undang-undang dapat diusulkan atas inisiatif

(1) pemerintah pusat, (2) anggota, (3) pemerintah daerah, (4) penduduk. Semua rancangan undang-

undang dibahas dalam select committee untuk kemudian dibahas dalama paripurna untuk kemudian

disahkan. Undang-undang yang telah disahkan di Parlemen New Zealand harus mendapat persetujuan

Gubernur Jendral untuk diberlakukan secara resmi sebagai undang-undang.

Dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-New Zealand Dubes Tantowi Yahya menjelaskan

bahwa Indonesia dan New Zealand telah membangun hubungan diplomatik selama 60 tahun. New

Zealand adalah salah satu negara yang tercatat pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia. Isu

krusial di New Zealand adalah perdagangan. Ia mengibaratkan perdagangan adalah agama orang New

Zealand. Indonesia menempati urutan ke-12 perdagangan di New Zealand. Ada beberapa isu

perdagangan New Zealand-Indonesia yang disengketakan di WTO. Seperti diketahui bahwa New

Zealand anti dengan produk kelapa sawit dan turunannya karena mereka menganggap kelapa sawit

melanggar HAM dan lingkungan. Dalam tuntutannya mereka menginginkan amandemen 9 peraturan

menteri pertanian dalam jangka 8 bulan. Mereka juga menuntut dalam jangka 19 bulan amandemen

lima undang-undang.

Yang patut diperhatikan adalah dana bantuan internasional New Zealand kepada negara-negara

pasifik. Seperti diketahui dana bantuan New Zealand bersifat konsensional. Artinya, melalui dana

bantuan internasional, New Zealand mengontrol 14 negara-negara pasifik. Negara-negara pasifik

mengampanyekan agar persoalan Papua diinternasionalisasi dengan mengampanyekan solidaritas ras

tepatnya dark skin solidarity Afro-Carribean. Sebetulnya Indonesia sangat berkepentingan terhadap

New Zealand ini untuk menekan negara-negara pasifik. Jadi meskipun New Zealand ini kecil tapi

sangat menentukan terhadap isu Papua.

Sementara itu Ketua BKSAP Dr. Nurhayati Ali Assegaf mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia

tidak ofensif terhadap isu-isu kelapa sawit. Hal itu ditemuinya ketika melawat ke Brussel bertemu

dengan para pemangku kepentingan Uni Eropa. Terakhir ia juga mendorong KBRI Wellington untuk

memulai tradisi melibatkan dalam isu keparlemenan sehingga isu-isu Parlemen New Zealand

langsung bisa direspons oleh DPR RI.

D. Meeting with Head of the UN, Human Rights and Commonwealth Division Head of the

Development Policy and Effective Unit New Zealand Ministry of Foreign Affairs Head of

Stats New Zealand (KBRI Wellington, 24 Mei 2018 | 13.00-16.00)

Pertemuan antara delegasi BKSAP DPR RI, Kementerian Luar Negeri dan Badan Pusat Statistik New

Zealand berlangsung di KBRI Wellington. Sebagai tuan rumah Dubes Tantowi Yahya memberikan

10

sambutan dalam pertemuan tersebut. Dubes Tantowi Yahya menyampaikan bahwa semua negara

perlu bekerja keras dalam mengimplementasikan SDGs karena agenda global. Letak keberhasilan

SDGs diukur dari pelaksanaan di negara-negara anggota PBB. New Zealand meskipun tidak secara

eksplisit menyebut SDGs sebagai dasar pembangunan nasional, akan tetapi adalah negara yang telah

lama hidup dengan prinsip-prinsip berkelanjutan oleh karena itu perlu berbagi dengan Indonesia

terkait upaya dan aksi nyata New Zealand dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan di dalam

negeri. Lebih lanjut, Dubes Tantowi Yahya menggarisbawahi bahwa SDGs tidak dapat dijalankan

hanya oleh pemerintah. SDGs perlu kolaborasi antara pemerintah, kampus, media, LSO dan tidak

terkecuali parlemen. Dia menambahkan bahwa dokumen SDGs secara eksplisit menyatakan bahwa

parlemen memiliki peran penting dan strategis dalam berkontribusi terhadap pencapaian tujuan

pembangunan berkelanjutan dan berfungsi sebagai penggerak untuk implementasi dan

pengarusutamaan tujuan pembangunan berkelanjutan dalam konteks nasional.

Ketua BKSAP DPR RI Dr. Nurhayati Ali Assegaf dalam sambutannya menyampaikan apresiasi

kepada Kementerian Luar Negeri New Zealand yang telah menerima kedatangan DPR RI. Ia

menyampaikan Indonesia mempunyai peran historis dalam penyusunan SDGs dengan ditunjuknya

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu High Level Panel of Eminent Person

(HLPEP). Keterlibatan Indonesia dalam SDGs menunjukkan komitmen dalam persetujuan global.

Menyambung apa yang disampaikan Dubes RI, Dr. Nurhayati Ali Assegaf bahwa peran parlemen

amat krusial dalam implementasi SDGs. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, sebagai

lembaga legislatif yang ada di Indonesia, memegang peran penting dalam mencapai pembangunan

berkelanjutan dengan memberlakukan undang-undang yang relevan dan memantau secara ketat

pelaksanaan berbagai program dan inisiatif.

Memperhatikan peran tersebut, BKSAP DPR RI membentuk Panitia Kerja SDGs untuk

meningkatkan kesadaran anggota parlemen akan pentingnya SDGs serta mengarusutamakan SDGs

dalam undang-undang yang merupakan produk legislasi DPR RI. Untuk menggalang komitmen

global dari parlemen-parlemen dunia, BKSAP Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia akan

menyelenggarakan Forum Parlemen Dunia Kedua tentang Pembangunan Berkelanjutan (WPFSD)

pada 12-13 September 2018 di Bali. WPFSD akan diselenggarakan dengan tema “Kemitraan Menuju

Energi Berkelanjutan untuk Semua.” Forum ini akan membawa para ahli, anggota parlemen dan

masyarakat sipil ke dalam dialog tentang SDGs. Selanjutnya, forum ini dilakukan untuk

mengorganisir dialog multi-stakeholder serta membina kemitraan untuk mencapai sasaran energi dan

sumber daya yang terjangkau dan bersih. Selain itu, WPFSD kedua merupakan kelanjutan dari

WPFSD yang pertama di dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Bali tahun

lalu dihadiri oleh lebih dari 50 negara dan mengadopsi Deklarasi Bali. Deklarasi tersebut mengajak

semua pihak untuk mempromosikan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan (tanpa

meninggalkan siapa pun), untuk mengakhiri kekerasan dan untuk mempertahankan perdamaian, dan

meningkatkan aksi iklim. Dalam kesempatan itu, Dr. Nurhayati Ali Assegaf menyampaikan

undangan kepada Parlemen New Zealand untuk berpartisipasi dalam Forum Parlemen untuk

Pembangunan Berkelanjutan pada bulan September mendatang.

Philip Taula mengatakan bahwa fokus New Zealand terkait dengan pelaksanaan SDGs terbagi

menjadi domestik dan mancanegara. Untuk tingkat domestik, New Zealand tengah melakukan

11

koordinasi antarkementerian dan lembaga di tingkat pusat dan daerah mengenai pelaksanaan SDGs.

Sementara untuk tingkat mancanegara, Pemerintah New Zealand fokus dalam memberikan bantuan

internasional bagi negara-negara pasifik yang secara geografis terdampak bencana. Bantuan

Pemerintah New Zealand berupa pendanaan dan peningkatan kapasitas. Ia melanjutkan paparannya

dengan menyampaikan bahwa SDGs adalah tujuan global bersama maka New Zealand

memberlakukan development assistance policy framework untuk memberikan bantuan internasional

bagi negara-negara pasifik. Selain itu, bantuan internasional New Zealand juga menyasar negara-

negara Afrika, Afghanistan serta negara-negara terdampak konflik lainnya. Ia mengakui New Zealand

belum menyusun sistem pelacakan dan pengukuran efektivitas bantuan di negara-negara tersebut.

Dalam keterangannya, Badan Pusat Statistik New Zealand (Stats NZ) mengatakan sesuai dengan

kapasitas serta tugas yang diemban bertanggung jawab menyusun data serta indikator dari masing-

masing tujuan SDGs dan mengoperasikannya dalam tataran praktis. Dari data dan indikator yang

dibuat, New Zealand dapat membuat laporan komprehensif dan terukur. Ini juga sebagai bahan untuk

membuat laporan bagi komunitas internasional.

Peter Zwart menekankan pentingnya pembangunan kebijakan serta memadukan kebijakan tersebut

untuk sinergi antar kementerian dan lembaga. Ia menyampaikan ada beberapa persoalan di New

Zealand. Sistem pemerintahan parlementer membuat pergantian pemerintahan berimplikasi terhadap

perubahan dalam kebijakan, legislasi, dan anggaran. SDGs yang mencakup pembangunan berdimensi

ekonomi, sosial, dan lingkungan juga terdampak dengan kebijakan yang berganti di tingkat domestik.

Menurutnya, saat ini New Zealand sedang mempersiapkan Voluntary National Review (VNR) 2019

yang berusaha memetakan sinergi antara pemerintah, parlemen, CSO, dan pelaku bisnis. Pelaporan

ini mutlak menggunakan data yang terukur agar laporan perkembangan (progress report) dapat diuji

secara valid.

Lebih lanjut, Peter Zwart menyampaikan bahwa New Zealand adalah negosisator yang mewakili

kepentingan negara-negara pasifik. Suara New Zealand adalah suara negara-negara pulau. Dalam

implementasi SDGs, New Zealand memfokuskan energi dan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Energi adalah masalah krusial yang mempengaruhi masa depan manusia.

Dalam sesi tanya jawab, Vena Melinda menyampaikan sejumlah pertanyaan seputar kebijakan apa

yang diterapkan New Zealand untuk mewujudkan good governance. Ia juga menanyakan strategi

New Zealand dalam mengimplementasikan konsep kota berkelanjutan yang merupakan goal 11. Ia

pun menyebut bahwa pada 2016 New Zealand dinobatkan sebagai negara dengan tingkat korupsi

rendah. Ia menanyakan bagaimana menumbuhkan integrasi di kalangan anak-anak.

Amelia Anggraini menanyakan bagaimana Pemerintah New Zealand menangani isu DRR guna

menciptakan masyarakat yang tangguh. Selanjutnya ia ingin mengetahui cara Pemerintah menangani

lokalisasi dan implementasi SDGs di antara komunitas pedesaan di New Zealand.

Aryo Djojohadikusumo ingin membandingkan pengambilan kebijakan antara sistem presidensial dan

sistem parlementer. Perbandingan ini menarik untuk melihat efektivitas implementasi SDGs.

12

Budi Djiwandono menanyakan bagaimana data dan ukuran diambil dan digunakan secara seragam

untuk kementerian dan lembaga yang ada di New Zealand.

Syarif Hasan menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen penuh terhadap pelaksanaan SDGs. Hal

ini dapat dibuktikan dengan komitmen penurunan emisi, penurunan angka kemiskinan. Ia

menanyakan bagaimana New Zealand menggerakkan pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen. Ia

juga menyinggung bagaimana membuat kebijakan untuk merubaha kebiasaan merokok.

Merespons delegasi BKSAP DPR RI, delegasi New Zealand memberikan perspektif terhadap sistem

pemerintahan parlementer. Sistem parlementer menyaratkan kebijakan ada di pemerintahan koalisi

yang terbentuk melalui penguasaan kursi di parlemen. Kebijakan biasanya tergantung pada filosofi

masing-masing partai. Partai-partai di luar pemerintah membentuk oposisi di parlemen. Sebuah

kebijakan biasanya dibahas antara partai pemerintah dan partai oposisi. Pembahasan menukik pada

persoalan filosofi dasar hingga persoalan teknis untuk memperkuat checks and balances system.

Bergantinya pemerintahan berdampak pada terjadinya perubahan kebijakan nasional. Yang penting

untuk diketahui adalah tidak semua minister masuk dalam kabinet. Dan PNS harus netral dari politik.

Phillip Taula menjelaskan dalam mewujudkan good governance, transparansi, antikorupsi

dibutuhkan sistem pendidikan jangka panjang. Pendidikan akan mengubah pola perilaku yang akan

mempengaruhi suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah investasi penting. Dalam

implementasi SDGs, Pemerintah melibatkan komunitas pedesaan dalam mencapai tujuan yang ada

dalam SDGs.

Stats NZ bukanlah satu-satunya lembaga yang merilis data statistik yang mengakibatkan perbedaan

data di antara kementerian-kementerian dan lembaga-lembaga yang ada di New Zealand. Untuk

mengatasi data yang saling bertentangan tersebut, New Zealand menerapkan ukuran kunci dan

indikator yang valid dalam membaca data tersebut.

Peter Zwart menceritakan sejak 1980 terjadi arus liberaliasi di New Zealand yang mengubah pola

perencanaan usia kerja dan penurunan pengangguran. Fokus pemerintah ke arah ekonomi. Berat pada

awalnya namun itu harus dilakukan New Zealand. Pemerintah New Zealand mengembangkan

pembangunan inklusif yang berfokus pada kesejahteraan, kebijakan perdagangan, kapital sosial, dan

transportasi publik.

Beberapa catatan yang diambil kedua delegasi adalah VNR yang diajukan oleh New Zealand tidak

melibatkan perspektif parlemen. Data dan indikator perlu untuk menyusun prioritas kebijakan. Yang

penting untuk dibuat adalah membangun sistem pelacakan agar data dan indikator berjalan sesuai

dengan rencana.

E. Meeting with GNS Science New Zealand (Wellington, 25 Mei 2018 | 12.00-14.00)

Delegasi BKSAP DPR RI disambut oleh Direktur GNS Science Ian Simpson. Ia mengaku senang

mendapat kehormatan dapat dikunjungi oleh Parlemen Indonesia. Menurutnya kunjungan DPR RI

adalah kunjungan pertama dari parlemen negara sahabat.

13

Dr. Nurhayati Ali Assegaf dalam sambutannya menekankan bahwa sekarang, kita berada di tahun

ketiga aksi dan implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan. Hingga kini, perdebatan seputar

SDGs terutama berkaitan dengan penetapan tujuan dan indikator. Kita kurang mendiskusikan apa

yang diperlukan sains untuk merespon dengan dampak dan keberhasilan penerapan SDG? Ia

berpendapat bahwa sains harus menjadi inti dari rencana aksi dan implementasi untuk Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) karena menyediakan, basis bukti, solusi, teknologi dan inovasi.

Dalam ruang tantangan multi-dimensi ini, peran pendanaan ilmu pengetahuan adalah sangat penting.

Disebutkan oleh Dr. Nurhayati Ali Assegaf bahwa kedatangan delegasi BKSAP DPR RI ke New

Zealand adalah upaya berkelanjutan dari DPR RI untuk memberikan banyak penekanan pada

pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Oleh karena itu, pertemuan ini memberikan

kesempatan untuk berbagi dan berdiskusi dengan GNS Science tentang bagaimana kerja parlemen

dapat mempercepat transisi ke sistem energi yang terjangkau, dapat diandalkan dan berkelanjutan.

Selanjutnya, Dr. Nurhayati Ali Assegaf menjelaskan DPR RI akan menghelat WPFSD II yang akan

berlangsung pada 12-13 September 2018 di Bali. Forum ini akan membawa para ahli, anggota

parlemen dan masyarakat sipil ke dalam dialog tentang SDGs dengan fokus pada isu-isu “Kemitraan

Menuju Energi Berkelanjutan untuk Semua.” Ini adalah kekhawatiran global bahwa kita terlalu lama

bergantung pada bahan bakar fosil yang murah dan padat energi, yang juga merupakan sumber utama

emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Namun, diharapkan solusi

teknologi baru dan bersih tersedia yang dapat mengarahkan kembali pembangunan di sepanjang

lintasan yang lebih berkelanjutan. Lebih lanjut, Indonesia telah mulai mengelola sumber daya energi

baru dan terbarukan yang sangat besar, seperti: panas bumi, tenaga air, energi matahari, biomassa,

dan energi angin. Kunjungan kerja ke New Zealand adalah untuk mencari potensi dan peluang dalam

menginvestasikan sumber daya energi terbarukan, memprioritaskan praktik hemat energi, dan

mengadopsi teknologi dan infrastruktur energi bersih. Ia juga meminta kepada GNS Science untuk

membangun kemitraan dan membuka kunci keuangan untuk mencapai akses universal ke energi

berkelanjutan, sebagai kontribusi untuk dunia yang lebih bersih, adil dan makmur bagi semua.

Ian Simpson menjelaskan bahwa GNS Science adalah crown entity. Yang dimaksud crown entity

adalah BUMN yang dimiliki negara. GNS Science bergerak di bidang sains, riset dan teknologi.

Sebagai BUMN yang dimiliki pemerintah, GNS Science menerima dana dari pemerintah untuk

memajukan kepentingan publik. Lembaga ini juga berorientasi mencari keuntungan (profit-oriented)

dengan memberikan jasa seperti: studi kelayakan, studi potensi, peta nasional, data, konsultansi,

pelatihan, dan riset. GNS Science telah menghimpun 36 multidisiplin sains, dan memiliki staf teknik

dan laboratorium. Tercatat lembaga pemerintah dan swasta dalam negeri maupun mancanegara telah

memanfaatkan jasa GNS Science untuk pembangunan.

Dasar pendirian GNS Science adalah sains harus dimanfaatkan untuk New Zealand yang lebih baik.

Sains harus digunakan lebih lanjut guna menjadikan New Zealand sebagai negara bersih, aman, dan

sejahtera.

Di antara 36 sains multidisiplin yang dikembangkan GNS Science adalah: (1) ground water, (2)

climate change, (3) emisi gas (GHG emission), (4) air quality, (5) extremophile atau geotermal

kimiawi, (6) authentication atau arthefact significance, (7) gempa bumi, (8) gunung api, (9) geological

14

engineering, (10) tsunami, (11) tanah longsor, (12) geological mapping, (13) minyak dan gas bumi,

(14) energi panas bumi, (15) mineral, (16) advanced minerals, (17) oceanografi, dan (18)

palaentology.

GNS Science adalah pionir dalam pengembangan energi geotermal. Pengembangan ini berasal dari

ilmu bumi yang dikembangkan di New Zealand sejak dekade 1950-1960. GNS Science

mengintegrasikan semua data dan sumber daya untuk memahami sistem geotermal sebelum

memutuskan memanfaatkan energi panas bumi untuk listrik, pertanian, pengairan, dan lain-lain. New

Zealand dalam mengembangkan geotermal ini telah menghabiskan dana investasi tinggi serta

memberikan banyak insentif bisni membangun kawasan terpadu geotermal. Sejumlah 84 persen

energi New Zealand memanfaatkan energi terbarukan yang bersumber dari geotermal dan tenaga air.

Menurut Kevin Faure, kunci sukses pengembangan geotermal di New Zealand terletak pada tiga hal:

(1) pendanaan pemerintah untuk riset inovasi produk unggulan dan berbasis pemecahan masalah; (2)

fasilitas dan peralatan teknologi yang memadai; dan (3) hubungan antara kalangan industri dan

ilmuwan yang terjalin solid dan saling menguntungkan. Selain itu, New Zealand juga

mengembangkan (1) sistem komprehensif untuk menggali pemahaman baru; (2) monitor terhadap

dampak lingkungan; (3) dukungan laboratorium untuk membuat model; (4) database geotermal; (5)

pemecahan masalah dengan eksperimen kimia; (5) pengolahan limbah menjadi potensi ekonomi; dan

(6) pendidikan, training, dan workshop.

Dalam sesi dialog, Dr. Nurhayati menanyakan bagaimana skema pinjaman apakah berasal dari

internasional atau lokal. Amelia Anggraini menanyakan seputar mitigasi berbasis budaya lokal yang

dikembangkan New Zealand. Vena Melinda menyinggung pengembangan kota yang berkelanjutan

dan energi. Sementara Budi Djiwandono menanyakan upaya New Zealand dalam mengurangi emisi

gas rumah kaca dan upaya peningkatan produk pertanian New Zealand. Aryo Djojohadikusumo

menyinggung masalah perubahan iklim yang merupakan ancaman nyata dunia. Menurutnya, DPR RI

telah meratifikasi Paris Agreement menjadi undang-undang dalam tempo 48 jam.

Dalam penjelasannya, Ian Simpson menerangkan bahwa sains berfungsi menerangkan, menjelaskan

dan membuktikan. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menginformasikan kepada publik. Dalam

eksplorasi sumber daya energi di suatu tempat, otoritas New Zealand melakukan pendekatan kepada

komunitas lokal dengan memberikan CSR, pemberdayaan komunitas dengan implementasi banyak

program penguatan komunitas, hingga share holders dengan komunitas setempat. New Zealand

meyakini cara persuasif adalah cara terbaik untuk mencapai kepentingan publik yang lebih luas.

New Zealand sangat berkepentingan terhadap komunitas rural dan urban untuk menjadi komunitas

yang tangguh terhadap konflik dan bencana. Oleh karena itu, Pemerintah New Zealand menyediakan

infrastruktur seperti transportasi yang memadai untuk memajukan kesejahteraan warga. Pemerintah

New Zealand memberlakukan syarat analisis dampak lingkungan untuk sebuah pengerjaan

eksplorasi. Syarat itulah yang harus dibuktikan bahwa pengerjaan suatu proyek aman terhadap

lingkungan. Fungsi GNS Science salah satunya memberikan bantuan teknis atas uji lingkungan suatu

proyek. Pengembangan riset dan teknologi juga diarahkan untuk pemajuan pertanian warga New

Zealand. Misalnya pembangunan teknologi pertanian secara otomatis akan meningkatkan produk

pertanian.

15

Dalam hal perubahan iklim dan mitigasi bencana, Ian Simpson menegaskan bahwa otoritas New

Zealand memberikan konsultasi kepada komunitas lokal tentang dampak negatif tsunami dan bencana

lainnya serta cara penanggulangannya. Pemerintah New Zealand juga memanfaatkan kearifan lokal

yang ada di komunitas untuk pengembangan mitigasi yang komprehensif.

Satu hal yang menarik dicatat dari pertemuan di atas adalah New Zealand menggunakan dua sudut

dalam pengambilan kebijakan publik: yang pertama sains memimpin debat dan diskusi publik

terhadap suatu masalah. Kemudian yang kedua adalah implementasi kebijakan publik diberlakukan

berdasarkan sains dan riset mendalam. Dampaknya adalah sebuah kebijakan publik teruji secara

ilmiah.

III. KESIMPULAN & SARAN

a. Kesimpulan

1) Kunjungan kerja ke New Zealand berjalan lancar dengan pertemuan antara delegasi BKSAP

DPR RI dan para pemangku kepentingan di New Zealand.

2) Indonesia dan New Zealand merupakan aktor internasional dalam penyusunan SDGs. Indonesia

diwakili oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono duduk sebagai High Level Panel on

Eminent Person (HLPEP) bentukan Sekjen PBB. Sementara New Zealand adalah negara yang

menjadi perunding SDGs yang mewakili kepentingan negara-negara pasifik.

3) SDGs secara peristilahan tidak begitu populer di kalangan masyarakat New Zealand. Akan

tetapi nilai-nilai pembangunan berkelanjutan telah lama hidup menjadi prioritas pembangunan

nasional New Zealand.

4) Parlemen New Zealand tidak secara spesifik mempunyai organ khusus di Parlemen yang

menjadi penjuru SDGs. Fungsi-fungsi di bidang pengawasan, legislasi, dan anggaran tentang

tujuan, target, dan indikator SDGs diletakkan pada masing-masing select committee yang

membawahi kementerian dengan portofolio masing-masing.

5) Pembahasan legislasi terkait dengan SDGs di tingkat select committee dirumuskan secara

bersama-sama oleh partai pemerintah dan partai oposisi sebelum diambil keputusan final.

Perdebatan antarpartai dipenuhi dengan pandangan filosofis masing-masing partai tersebut.

6) New Zealand juga memanfaatkan energinya dari energi angin, bioenergi, matahari dan laut.

Sejak tahun 2016, 40% pasokan energi New Zealand bersumber dari energi terbarukan.

7) New Zealand mempunyai program bantuan internasional (official development assistance)

yang menyasar negara-negara pasifik.

16

b. Saran

1) Kunjungan kerja BKSAP dengan membawa isu SDGs ke forum internasional dan bilateral

perlu diintensifkan karena berdampak mengangkat pamor Indonesia dalam kancah diplomasi

khususnya diplomasi parlemen.

2) Hasil-hasil kunjungan kerja BKSAP DPR RI ke New Zealand hendaknya dapat dilaporkan dan

disampaikan secara luas dalam rapat paripurna, rapat komisi, dan rapat badan untuk

pengarusutamaan SDGs di kalangan DPR RI.

3) Hasil-hasil kunjungan kerja BKSAP DPR RI ke New Zealand hendaknya dapat disampaikan

kepada pemerintah pada saat rapat kerja, rapat dengar pendapat baik itu di komisi maupun

badan. Hasil-hasil tersebut dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam

mengimplementasikan SDGs di tingkat lokal maupun nasional.

4) Hasil-hasil kunjungan kerja BKSAP DPR RI hendaknya dapat didiseminasikan secara luas

melalui media massa, media sosial, dan jaringan berita daring. Diseminasi ini diharapkan

menjadi konsumsi publik sebagai bagian peningkatan kesadaran SDGs di masyarakat.

5) Pemerintah perlu merajut kemitraan dengan lembaga riset seperti GNS Science untuk

pengembangan sains dan riset.

6) Pemerintah Indonesia perlu mengirimkan sebanyak mungkin tenaga pendidik, periset, dan

perekayasa ke lembaga GNS Science untuk pengembangan kapasitas.

7) Untuk diperhatikan Pemerintah Indonesia bahwa sudah saatnya pengembangan energi dan

energi terbarukan menjadi fokus kerja pemerintah dalam upaya pencapaian energi bersih

dan terjangkau.

17

V. PENUTUP

Demikianlah pokok-pokok Laporan Delegasi DPR-RI dalam rangka Kunjungan Kerja Pantia

Kerja Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke New Zealand yang telah berlangsung pada tanggal

22- 28 Mei 2018. Laporan ini dilampiri dengan dokumen terkait lainnya. Saya mengucapkan

terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang mulia bagi bangsa

dan negara Indonesia. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2018

Ketua Delegasi DPR RI,

ttd

Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si

A-432

18

LAMPIRAN FOTO

Ibu Siti Hediati memimpin Pertemuan dengan Parliamentary Friendship Group of the House of

Representatives of New Zealand

Delegasi Indonesia melakukan pertemuan dengan Parliamentary Friendship Group of the House of

Representatives of New Zealand

19

Pertemuan Delegasi DPR-RI dengan Duta Besar RI untuk Wellington beserta jajarannya di KBRI

Wellington

Delegasi DPR-RI dengan Duta Besar RI berfoto bersama dengan Select Committee on Environment

of the House of Representatives of New Zealand

20

Ketua Delegasi, Dr. Nurhayati Ali Assegaf didampingi oleh Duta Besar RI melakukan pertemuan

dengan Select Committee on Environment of the House of Representatives of New Zealand

Pertemuan delegasi DPR-RI dengan GNS Science New Zealand

21

Delegasi berfoto bersama dengan Director of GNS Science New Zealand