DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes....

53
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan. Hari, Tanggal : Selasa, 16 Oktober 2018 Pukul : 13.25 WIB – 16.25 WIB Sifat Rapat : Terbuka Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP. Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Penyampaian laporan hasil penyusunan Pedoman Kerja (PK) Kesepakatan bersama (MoU) antara Kementerian Pertahanan RI, dan BPJS serta perkembangan pelayanan kesehatan bagi Anggota TNI dan keluarga (tindak lanjut kesimpulan RDP Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan, tanggal 20 Maret 2018). Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.B.A. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Junico BP Siahaan 10. Yadi Srimulyadi 11. Drs. Ahmad Basarah, MH

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes....

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : I

Jenis Rapat :

Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan.

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Oktober 2018 Pukul : 13.25 WIB – 16.25 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP.

Sekretaris Rapat :

Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI

Acara : Penyampaian laporan hasil penyusunan Pedoman Kerja (PK) Kesepakatan bersama (MoU) antara Kementerian Pertahanan RI, dan BPJS serta perkembangan pelayanan kesehatan bagi Anggota TNI dan keluarga (tindak lanjut kesimpulan RDP Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan, tanggal 20 Maret 2018).

Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.B.A. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA:

FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Junico BP Siahaan 10. Yadi Srimulyadi 11. Drs. Ahmad Basarah, MH

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

2

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Meutya Viada Hafid 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Bambang Atmanto Wiyogo 15. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 16. Dr. Jerry Sambuaga

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 17. H. Ahmad Muzani 18. Martin Hutabarat 19. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 20. Rachel Maryam Sayidina 21. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 22. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc. 23. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 24. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 25. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A 26. H. Darizal Basir 27. Ir. Hari Kartana, M.M. 28. KRMT Roy Suryo Notodiprojo

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 29. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 30. Ir. Alimin Abdullah 31. Budi Youyastri

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 32. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 33. Arvin Hakim Thoha 34. H. Cucun Ahmad Syamsurijal, S.Ag 35. Drs. H. Taufiq R. Abdullah

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 36. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 37. Moh. Arwani Thomafi 38. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc. 39. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 40. Prananda Surya Paloh 41. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra 42. Drs. Y. Jacki Uly, M.H

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 43. Ir. Nurdin Tampubolon, M.M. 44. Mohamad Arief Suditomo, S.H., M.A. 45. Lalu Gede Syamsul Mujahidin, S.E.

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

3

Anggota yang Izin : 1. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. (F-PDI PERJUANGAN) 2. Andreas Hugo Pareira (F-PDI PERJUANGAN) 3. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. (F-PG) 4. Venny Devianti, S. Sos. (F-PG) 5. H.M. Syafrudin, S.T., M.M. (F-PAN) 6. Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. (F-PKB) 7. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS) 8. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. (F-PKS) 9. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. (F-NASDEM)

Undangan

: 1. Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Mayjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc.

2. Direktur Kesehatan Ditjen Kuathan Kementerian Pertahanan RI, Laksamana Pertama TNI dr. Arie Zakaria, SpOT, FICS.

3. Kepala Pusat Kesehatan TNI, Mayjen TNI dr. Ben Yura Rimba, MARS.

4. Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI, Laksma Tni drg. Andriani S.

5. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr. Bambang Wibowo, MARS.

6. Sahli Ekokes Kementerian Kesehatan RI, dr. H. M. Subuh. 7. Kapus PPJK Kementerian Kesehatan RI, dr. Kolsum

Komaryani, MPPM. 8. Direktur Utama PT. ASABRI (Persero), Sonny Widjaja. 9. Direktur Operasi PT. ASABRI (Persero), Adiyatmika, S.E. 10. Direktur Kepatuhan, Hukum, dan Hubungan Antar Lembaga

BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. MM. 11. Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS, dr. Maya A.

Rusady, M.Kes, AAK Beserta jajaran.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

4

Jalannya Rapat :

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) : Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

Selamat siang, salam sejahtera bagi kita sekalian. Selamat datang kami ucapkan kepada mitra Komisi I, baik dari Dirjen Kuat Kemhan yang

ada ini, Kapuskes, Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi, kemudian dari Dirut PT. ASABRI, Pak Soni Wijaya ya masa nggak kenal ini. Kemudian dari BPJS, Ibu Dokter Maya, selamat datang beserta stafnya.

Bapak-Ibu sekalian, sebelum kita mulai, saya minta persetujuan dulu, apa rapat kita RDP ini, tertutup atau terbuka?. Silakan Pak Bambang.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Terbuka nggak apa-apa Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Oke terbuka ya. Baik, Bapak-Ibu sekalian Anggota Komisi I yang saya hormati. Para tamu mitra kita. Dengan demikian Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Dirjen Kuathan,

Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Dirut Asabri, Sekjen Kemkes dan Dirut BPJS Kesehatan, 16 Oktober 2012 kita nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.25 WIB)

(RAPAT DINYATAKAN TERBUKA UNTUK UMUM)

Alhamdulillah. Dapat kami sampaikan bahwa pada bulan Maret 2018, kita sudah melaksanakan Rapat

Dengar Pendapat ini, termasuk dengan Dirjen Kuathan, Kepala Kesehatan Mabes TNI, Sekjen Kemenkes, Dirut PT Asabri, Dirut BPJS, yang telah disepakati bahwa Komisi I DPR RI akan menjadwalkan kembali Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian yang bersangkutan ini untuk segera mendapat laporan tentang kesepakatan antara badan-badan terkait yang sudah kita jadwalkan pada Maret 2018 tersebut, yaitu apa namanya, penyusunan pedoman kerja atau PK, harga kesepakatan bersama tersebut dapat dioperasionalkan terhadap pelayanan kesehatan bagi Anggota TNI beserta keluarganya. Karena banyak sekali kita dapat laporan, bagaimana susahnya Prajurit TNI, kebetulan saya juga menangani bidang kesehatan untuk TNI, karena masalahnya juga kesejahteraan Prajurit termasuk kesehatan. Nah itu Pak Ben ya.

Jadi untuk hari ini, kami ingin sekali, bagaimana mendapat laporan dari penyusunan pedoman kerja ini, atau MoU antara Kementerian Pertahanan RI-BPJS serta perkembangan pelayanan kesehatan bagi TNI dan keluarganya.

Dengan demikian kami persilakan, kami minta, nanti yang paparan, pertama dari Dirjen Kuathan, yang kedua, kalau memang diperlukan lagi dari Kapuskes Mabes TNI, yang ketiga nanti dari Sekjen Kemenkes, Pak Bambang Wibowo, yang keempat nanti dari Dirut ASABRI, yang kelima nanti dari Ibu dokter Maya.

Silakan Pak Bambang. Silakan. Kita dengar semua penjelasan dari beliau, silakan.

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

5

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Bismillahirrahmannirrahim. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

Selamat siang untuk kita semua. Salam sejahtera, Shaloom, Om swastiastu. Yang terhormat Pimpinan Rapat Komisi I, Bapak Mayor Jenderal TNI Purnawirawan

Asril. Yang terhormat para Anggota Komisi I yang hadir di dalam rapat ini. Yang saya hormati Sekjen Kementerian Kesehatan atau yang mewakili dalam hal ini

dengan Pak Subuh. Kemudian yang saya hormati juga Dirut BPJS atau yang mewakili dalam hal ini diwakili

oleh Ibu Maya. Kapuskes TNI, Kapuskes AD, Kadis Kesal, nggak pernah senang kesal melulu nih. Kemudian Kadiskes AU dan Dirut PT ASABRI, Pak Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Soni Wijaya.

Rekan-rekan dari Kementerian Pertahanan dan dari TNI. Pertama-tama saya selalu mengajak kita untuk selalu bersyukur kehadirat Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Besar, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita semua dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat wal 'afiat di ruangan yang sangat megah ini, dalam rangka kita membahas untuk pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga, serta Purnawirawan ataupun pensiunan di era Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan.

Sebelumnya kami juga ikut prihatin Bapak, dengan adanya kemarin tragedi penembakan di Gedung DPR ini, dan kami berharap ini segera bisa diselesaikan dan diketahui siapa pelakunya dan lain sebagainya. Mudah-mudahan tidak ada yang menjadi hal yang terlalu apa namanya, menjadi terlalu besar di dalam isu negara kita tercinta ini.

Untuk mempersingkat waktu izinkan kami untuk menyampaikan paparan kami tentang pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga beserta purnawirawan dan pensiunan di era Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan. Lanjut.

Rapat kali ini, RDP kali ini adalah merupakan kelanjutan dari RDP kita yang lalu, tadi sudah dibacakan oleh Bapak yaitu tanggal 20 Maret 2018, dimana pada saat itu kesimpulannya adalah Komisi I DPR RI mengapresiasi terkait telah ditandatanganinya pembaruan kesepakatan bersama atau MoU antara Kementerian Pertahanan RI dan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, yang selanjutnya Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Pertahanan untuk menyelesaikan Pedoman Kerja agar kesepakatan bersama dapat segera dioperasionalkan.

Kesimpulan kedua adalah bahwa Komisi I DPR RI akan menjadwalkan kembali rapat dengan Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Puskes TNI, PT. ASABRI dan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan laporan penyusunan Pedoman Kerja atau PK sebagaimana pada poin 1, dan perkembangan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI beserta keluarganya. Lanjut.

Dasar bagi pelaksanaan BPJS ini adalah yang pertama Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, selanjutnya Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, yang ketiga Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya Undang-Undang Nomor 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, kemudian yang kelima Perpres Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional beserta perubahannya, lanjutnya yang keenam Inpres Nomor 8 tahun 2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, yang ketujuh Perpres Nomor 82 tentang, ulangi, tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Lanjut.

Anggota Dewan yang terhormat serta hadirin sekalian. Pelayanan kesehatan Kemhan dan TNI sebelum era Jamian Kesehatan Nasional pada

dasarnya didasarkan pada Pasal 50 Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI yang menyatakan bahwa Prajurit TNI dan keluarganya menerima rawatan kedinasan termasuk perawatan kesehatan. Bahwa fasilitas kesehatan Kemhan dan TNI dibangun berdasarkan kepentingan pertahanan negara. Jadi tidak di semua lokasi ataupun wilayah ada rumah sakit

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

6

TNI, tapi ini berdasarkan kepentingan pertahanan negara. Dan filosofi dari adanya rumah sakit militer, rumah sakit tentara itu adalah terjaminnya kesiapan pasukan setiap saat, 1 x 24 jam, sehingga mereka setiap saat bisa digerakkan dalam keadaan sehat wal 'afiat.

Lanjutnya, pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta purnawirawan sudah berjalan baik secara komprehensif dan maksimal sesuai rujukan yang berlaku di faskes Kemhan dan TNI dengan pembiayaan dari gaji Prajurit TNI dan PNS Kemhan sebesar 2% dari gaji pokok, yang lalu Pak, sebelum BPJS.

Lanjut. Pelayanan kesehatan pada era Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS,

bahwa sejak 1 Januari 2014 berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan mengamanatkan bahwa pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga termasuk dalam Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Kesehatan. Lanjut. Kekhasan sistem pelayanan kesehatan Kemhan dan TNI memang berbeda dengan sistem pelayanan pada umumnya yang meliputi, yang pertama, bahwa pengelolaan fasilitas kesehatan Kemhan dan TNI bersifat sistem komando dan sentralistik. Karena setiap Prajurit ada data kesehatannya pada rumah sakit-rumah sakit di mana mereka, awal mereka menjadi Prajurit dan ini tersentralistik sampai dengan ke rumah sakit tingkat pusat. Nah kemudian pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga termasuk Purnawirawan merupakan bagian dari kesejahteraan dan diberikan secara maksimal yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan Kemhan dan TNI. Kalau selama ini kita selalu dituntut Pemerintah untuk memberikan kesejahteraan yang lebih bagi Prajurit TNI, nah ini salah satunya adalah kesehatan.

Sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan untuk Faskes TNI ini, diatur tersendiri sesuai dengan kepentingan Kemhan dan TNI, karena kekhususan organisasi dan tugasnya, sistem komando tadi kami kemukan. Jadi memang sistim rujukan ini sangat penting bagi kami Prajurit TNI, keluarga, termasuk keluarga disini dan Purnawirawan.

Tujuan awal memasukkan Kemhan dan TNI dalam program BPJS Kesehatan tentunya mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan sebagaimana yang dijanjikan BPJS Kesehatan. Namun dalam orientasinya terdapat beberapa kendala yang kami temukan, khususnya di daerah termasuk juga di Pusat, ya. Dimana pelayanan kesehatan tidak semakin efektif dan boleh dikatakan lebih menurun dari sebelumnya bagi Prajurit TNI. Lanjut.

Akibat defisit anggaran BPJS Kesehatan, maka diterbitkan Inpres Nomor 8 tahun 2008 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan. Dalam rapat pembahasan perubahan rancangan Perpres tentang Jaminan Kesehatan, pihak Kementerian Pertahanan, TNI dan juga rekan dari Polri sudah meminta untuk dapat mengakomodir kekhasan pelayanan kesehatan di Kemhan-TNI dan Polri, khususnya masalah rujukan, tetapi ini tidak dipenuhi sampai dengan saat ini. Lanjut.

Ini surat kami, surat Menhan kepada Sekretaris Negara, lewat itu, berisi usulan pasal baru yang mengakomodir Kasan TNI. Lanjut.

Karena kekhasan TNI tidak terakomodir, di perubahan Rancangan Perpres Jaminan Kesehatan, maka pemberhentian sepihak rujukan online ke Fasilitas Kesehatan Kemhan dan TNI oleh BPJS Kesehatan, sehingga Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan tidak bisa berobat langsung ke fasilitas kesehatan Kemhan dan TNI baik karena alasan regionalisasi, maupun alasan rujukan berjenjang. Jadi kalau ada di depan kita rumah sakit TNI Bapak, kami harus muter dulu ke tempat yang lain, padahal rumah sakit TNI. Lanjut.

Surat Menteri Pertahanan kepada Presiden Nomor : B1347/M/IX/2018 tanggal 17 September 2018 tentang Pelayanan Kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS kemhan dan keluarga serta Purnawirawan, antara lain menyampaikan bahwa masuknya pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan ke dalam sistem JKN tidak memberikan hasil yang manfaat yang lebih baik dan efektif. Permasalahan dalam pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan merupakan perbedaan cara pandang, sebe ini Pak, dan pendekatan antara Kemenkes dan Kemhan-TNI,

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

7

masuk juga BPJS didalamnya, dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang memiliki kekhususan dalam organisasi dan tugasnya. Dimohon dalam penyelenggaraan program BPJS ini agar pengambil kebijakan, dalam hal ini Kemenkes mempertimbangkan sejarah dan kekhususan organisasi dan tugas TNI dalam menyusun regulasi terkait sistem pelayanan dan rujukan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan Kemhan dan TNI. Dimohon juga agar surat Menteri Pertahanan kepada Sekretaris Negara Nomor : 1093/M/VII/2018 Tanggal 30 Juli 2018 tentang Saran dan Masukan Rancangan Perpres tentang Jaminan Kesehatan dapat dikembangkan secara objektif dan disetujui. Lanjut. Ini surat Menhan kepada Presiden tentang Pelayanan Kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan. Lanjut.

Bahwa tanggal 17 September 2018, Perpres Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan ditandatangani oleh Presiden dan disahkan oleh Menkumham pada tanggal 18 September 2018, tanpa memasukkan permintaan Kemhan dan TNI. Nah kami tidak dilibatkan dalam pembahasannya. Menindak lanjuti keluarnya Perpres tersebut diatas, Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan membuat surat kepada Dirut BPJS Kesehatan, Nomor : B2939.152404 Dirjen Kuathan tanggal 8 Oktober 2018 tentang Permasalahan Sistem Rujukan di lingkungan Kemhan dan TNI, isinya memohon agar Dirut BPJS berkenan mengakomodir sistem rujukan Kemhan dan TNI serta Polri dengan membuat Bardirjam Pelkes BPJS khusus untuk Kemhan TNI, atau merubah aplikasi sistem rujukan khusus untuk Kemhan dan TNI serta tidak memberlakukan Peraturan Direktur Jaminan Pelaksana Kesehatan, Nomor 4 tahun 2018 pada Faskes Kemhan-TNI. Lanjut. Ini surat kami yang Dir Kuathan kepada Dirut BPJS tentang Permasalahan Sistem Rujukan dilingkungan Kemhan dan TNI. Kami yakin ini sudah diterima. Lanjut.

Surat Menteri Pertahanan Nomor: 15.B.1532.1524.04 Jan Kuathan, tanggal 15 Oktober kepada Menteri Kesehatan tentang penyampaian kendala pada sistem rujukan dilingkungan Kemhan dan TNI. Yang isinya antara lain memohon dalam pengambilan kebijakan Kementerian Kesehatan pada penyelenggaraan program BPJS Kesehatan agar mempertimbangkan sejarah data kekhususan organisasi dan tugas TNI dalam penyusunan regulasi, terkait sistem pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan Kemhan dan TNI. Mohon dalam regulasi yang akan dibuat Kementerian Pertahanan, ulangi, Kementerian Kesehatan terkait dengan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, agar melibatkan, melibatkan Kemhan dan TNI serta mengakomodir sistem rujukan Kemhan dan TNI. Lanjut.

Ini surat Menteri Pertahanan kepada BPJS tentang Penyampaian Kendala pada sistem rujukan dilingkungan Kemhan dan TNI. Lanjut.

Peserta terdaftar dalam F-KTP Kemhan dan TNI dan F-KTP non-Kemhan, ini data kami, Bapak. Masing-masing silakan di ini dibagi, sudah dibagi? Mohon maaf staf kami belum membagikan ini, mungkin nanti kami segera, mohon untuk difotokopi, dibagikan, segera ya. Ini bisa dibaca, jadi ini ada jenis pesertanya, F-KTP Kemhan dan TNI, F-KTP non-Kemhan dan TNI, kemudian total dari sini kelihatan, untuk TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, Angkatan Udara, PNS Kemhan, Mabes TNI termasuk, kemudian penerima pensiun TNI, ini yang kita minta kekhususannya Bapak. Banyak kurang lebih 2,5 ya, 2,5 kira-kira gitu. Lanjut.

Ini F-KTP atau fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, F-KRTL, Kemhan dan TNI bekerja sama dengan BPJS per September 2018. Nah ini total F-KTP kita, fasilitas kesehatan tingkat pertama, baik dari Kemhan, TNI AD, TNI AL, AU, Mabes TNI, ini ada total 702, seluruh Indonesia. Kemudian untuk rumah sakitnya itu sendiri, ada 108. Lanjut.

Kesimpulan, yang pertama, bahwa keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan Kemhan dan TNI adalah amanah Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta purnawirawan dalam rangka memberikan rawatan dinas kesehatan sebagai bagian dari kesejahteraan. Masuknya pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan ke dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional, belum memberikan

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

8

hasil dan manfaat yang lebih baik dan efektif. Permasalahan dalam pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarga serta Purnawirawan merupakan perbedaan cara pandang dan pendekatan Kementerian Kesehatan dan Kemhan-TNI dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang memiliki kekhususan dalam organisasi dan tugasnya, dimana setiap rumah sakit ini adalah berdasarkan sistem pertahanan yang ada di negara ini. Lanjut.

Perpres Nomor 82 tahun 2018 tanggal 18 September 2018 tentang Jaminan Kesehatan tidak mengakomodir kekhasan TNI terutama tentang sistem rujukan. Bahwa tindak lanjut dari penandatanganan MoU antara Kementerian Pertahanan RI dan BPJS yaitu Pedoman Kerja (PK) tidak dapat ditindaklanjuti karena belum ada kesepahaman dari kedua belah pihak yang terkait dengan sistem rujukan. Lanjut. Kami menyarankan agar dalam penyelenggaraan program BPJS agar pengambil kebijakan dalam hal ini Kemenkes mempertimbangkan sejarah dan kekhususan organisasi serta tugas TNI dan melibatkan Kemhan dan TNI dalam penyusunan regulasi Permenkes sebagai tindak lanjut dari Perpres Nomor 82 tahun 2018 terkait sistem pelayanan kesehatan dan rujukan kesehatan di fasilitas kesehatan Kemhan dan TNI, karena pada dasarnya rumah sakit Kemhan dan TNI juga dipergunakan untuk masyarakat. Ya kami membuka untuk masyarakat dan kami merupakan penyumbang TNI dan Kemhan juga memberikan layanan kesehatan dengan rumah sakit yang cukup banyak, ada tersebar di seluruh Indonesia, termasuk juga dalam kami membantu menangani bencana alam dan lain sebagainya, yang terjadi sewaktu-waktu. Lanjut.

Mohon agar Dirut BPJS berkenan mengakomodir sistem rujukan Kemhan-TNI dan Polri dengan membuat Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan (Perdirjam Pelkes) BPJS Kesehatan khusus untuk Kemhan dan TNI serta Polri, atau merubah aplikasi sistem rujukan khusus untuk Kemhan dan TNI dan Polri, serta tidak memberlakukan Perdirjam Pelkes BPJS Nomor 4 tahun 2008 kepada Faskes Kemhan-TNI ataupun Polri, disini kami tidak libatkan Polri. Lanjut.

Demikian yang perlu kami sampaikan dalam paparan kali ini, lebih kurangnya saya mohon maaf, mungkin nanti akan ada tambahan dari Kapuskes TNI, ataupun rekan-rekan lainnya. Kami persilakan. Lebih kurang mohon maaf.

Bilahi taufik walhidayah. Wassalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh. Om santi-santi-santi hom.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Terima kasih Dirjen Kuathan TNI, Pak Bambang. Ini agak mengherankan ya, bu, BPJS ini. Semakin hari, bukan semakin baik,

kelihatannya ini. Ya ini diluar latar belakang saya dulu tentara ya, dulu nggak ada masalah itu dengan luar, Sistem Jaminan Kesehatan Nasional malah jadi amburadul, ini aneh ini. Nanti kita minta, nanti penjelasan Pak apa, Mantan Asop TNI ini, Pak Mayjen Supiadin ini.

Memang TNI itu disiapkan ndak sama dengan sipil, tolong di ingat-ingat ini, dia punya tugas khusus. 1 kali 24 jam siap diberangkatkan untuk operasi, itu TNI itu, apapun alasan, siap operasi, artinya semuanya harus terjamin. Terutama kesehatannya, termasuk keluarganya. Bagaimana anaknya di ICU, istrinya sakit nggak karuan, dia berangkat operasi kan, ndak bisa itu. Saya heran juga ini, sudah ada Undang-Undang 34/2004. Undang-Undang jangan kalah sama Perpres dong, kalau menurut saya gitu, kan lebih tinggi undang-undang, harusnya menyesuaikan. Ini baru pendapat saya, saya belum ambil 1 keputusan, nanti teman-teman yang ada di sini ya.

Ini terima kasih ini Pak Bambang, kita punya 108 rumah sakit TNI di seluruh Indonesia ini. 730 klinik, berapa banyak itu coba. Ndak ada BPJS pun dulu ndak ada masalah rasanya, sekarang kok malah tambah BPJS, malah bermasalah. Nah inikan aneh ini.

Maksudnya akan meningkatkan lebih baik, tapi kelihatannya amburadul ini. Belum lagi kita mendengar yang di Marinir sana itu, hanya berapa meter rumah sakit di depan Komandonya, Prajurit Marinir kesana nggak bisa langsung, suruh mutar-mutar dulu, sampai teler, sampai

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

9

bosan, ini apa-apaan ini. Ini udah-mudah nanti teman-teman kita Komisi I akan menyikapi ini, kita yakin pasti ada solusi titik temu, baik dengan BPJS maupun dengan ASABRI ya. Ya kita maksudnya itu ya, RDP ini, mudah-mudahan ada semacam apa nanti, solusi yang baguslah. Nah ini Pak apa namanya, Pak Dirut Asabri pasti tahu ini ya. Gimana nih dulu TNI ini.

Makanya jangan heran seperti kejadian yang belakang-belakang ini, Ada apa pelayanan kesehatan yang di sepak kacanya sampai pecah oleh Prajurit, seperti itukan kata teman-teman ini, kadang-kadang dia sumbu pendek. Pikirnya kacau, ndak diterima, sepak aja itu, yankes-yankes, ini apa-apaan ini. Nah biar nggak terjadi seperti itu, ini tentara, TNI, TNI kita, Pak-Bu ya. Termasuk Pak ASABRI ini, Pak Sonny ya.

Dulukan aman-aman saja, ini ada BPJS malah kok tambah runyam, inikan DPR juga heran ini. Undang-Undang di atas Perpres, itu jelas. Undang-Undang berapa?, Nomor berapa?, Undang-Undang 34/2004 tentang TNI itu menyatakan untuk jaminan itu. Sekali 24 jam, setiap saat, siap diberangkatkan operasi. Semuanya harus siap. Bukan kita mengada-ada untuk TNI ini biar lebih bagus, enggak. Mati kami di medan perang bu.

Jadi terima kasih Pak Bambang ya. Mungkin diperkuat oleh Pak Ben, Yudha Rimba, silakan kalau ada, Pak Kapuskes TNI

ya?. Silakan Pak, biar memperkuat anu ini ya.

WAKIL KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (LAKSMA TNI drg. ANDRIANI S.): Terima kasih Bapak Pimpinan rapat. Saya masih Kapten, Bapak Kolonel, saya Mayor, Bapak sudah Mayor Jenderal.

Bapak mengetahui apa yang terjadi dilapangan. Kami berinteraksi dengan BPJS, sudah cukup lama. Dan selama ini kami melakukan koordinasi yang sangat-sangat baik. Bila ada hanya sekedar masalah, kadang-kadang selisih pembayaran, ada yang misalnya untuk di F-KTP itu, antara 8000-1200, tidak pernah kami angkat ke atas. Kalau masalah keterlambatan bayar, kami juga tidak pernah permasalahkan. Masalah misalnya, bahkan sudah berapa bulan tidak dibayar, kami juga tidak akan mengangkat, karena BPJS adalah instrumen negara dan kami juga adalah alat negara.

Tetapi ketika menyangkut hak dasar Prajurit kami, begitu saja dikunci sistem rujukan online, sedangkan Doktrin TNI itu sudan lahir sekian lama, dan itu berlaku universal seluruh dunia, bahwa TNI, maaf, militer universal itu mempunyai sistem rujukan yang juga kekhasan universal, tidak bisa ujuk-ujuk dimatikan.

Bapak tadi sudah menyampaikan, bahwa sudah seluruh data mungkin, Marinir di depannya rumah sakit tipe B, tidak boleh berobat, muter berkali-kali. Sama juga di Mabes TNI, seorang Brigjen, aktif, istrinya mau ke Endoscopy, minta ke RSPAD, tidak bisa, tertunda 2 hari, hanya harus ke Cijantung, ke Ridwan, kemana. Dan banyak lagi permasalahan. Mohon izin Pimpinan rapat, seluruh Anggota Dewan yang kami muliakan.

Kami tidak minta diistimewakan. Kami hanya minta hak-hak dasar kami, apa Honoris, Charles Honoris, berkali-kali membantu kami, Bapak-Bapak, semua membantu kami, disini kami hanya minta tolonglah dibantu, kalau Pak Asril sudah pasti akan bantu kami. Kami hanya minta tolong lagi buka ini. Bapak bayangkan, kami juga melayani Purnawirawan. Banyak Jenderal idealis, setelah dia pensiun bintang 1, bintang 2, bintang 3, tidak punya apa-apa. Ketika dia berobat dulu, begitu ke RSPAD, kami tahu, Senior kita, layani. Dengan sistem sekarang ini, itu tidak bisa, tidak berlaku lagi, tidak ada mengenal mereka di rumah sakit swasta. Apa yang kami bisa lakukan?. Kami tidak minta penghargaan lebih bagi mereka. Dan yang paling rawankan lagi Bapak, mohon ijin, Pasukan baru pulang dari Papua, baru pulang daerah Pamtas Rahwan, emosi segala, mereka baru menikah, segala macam, anaknya sakit, isterinya sakit, misalnya, tiba-tiba disuruh muter, kaya bapak bilang tadi, bisa tendang meja, segala macam ini. Apa salahnya kita sesama aparat pemerintah, duduk sama-sama, tidak perlu meng-inikkan arogansi sektoral. Kami berkali-kali menyatakan ini, kami minta duduk ketemu, tidak dianggap, sampai akhirnya kita lapor Menhan, Menhan juga sudah langsung ke Presiden saja.

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

10

Jadi mohon izin, seorang Menteri Pertahanan tidak ujuk-ujuk membuat surat, bila memang tidak ada hal-hal yang sangat mendasar, menyentuh kehidupan masyarakat, oh sorry kehidupan Tentara.

Kami tidak meminta perlakuan lebih. Kami hanya minta tolong jangan dikunci, biarkan doktrin universal militer ini berjalan, berapa banyak sih BPJS dirugikan?. Tidak, tidak ada. Berapa jumlah kami?, berapa kami yang sakit?, tidak. Tapi begitu itu dikunci, runtuhlah sebuah sistem yang ada di kita.

Bapak, mohon izin. Anggota kami HIV, apakah kami boleh pecat? tidak boleh. Kami harus layani itu semua

dengan baik, sampai dia pensiun nanti, kami, keep rahasia ini. Jika ini kita lempar ke rumah sakit swasta, apa yang terjadi? Kalau tentara itu frustasi, dia dekat dengan senjata, kemudian macam-macam. Banyak sekali aspek yang tidak pernah di war-gaming-kan, tahu-tahu diberlakukan saja kebijakan ini secara sepihak. Saya rasa itu bukan sebuah hal yang baik.

Saya selalu dikenal the hawkis, orang yang jinak, orang yang lembut, yang tidak pernah ini, tapi menyangkut hak dasar ini, mohon izin Bapak Pimpinan rapat, saya selaku Kapuskes TNI, harus menyampaikan adanya.

Kami mohon betul pertolongan Bapak, pertolongan Pak Safiuddin, Pak Pak Charles Honoris segala macam dari seluruh Fraksi-Fraksi lain, tolonglah bantu kami.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Terima kasih dokter Ben, Kapuskes TNI. Jadi teman-teman sekalian, kita prihatin mendengar ini, karena ini tanggung jawab kita

semua. Saya juga mengerti, kami mengerti DPR, begaimana BPJS punya aturan, punya atasan

sendiri, bagaimana sampai Kemenkes nanti juga seperti itu. Dia juga nggak bisa berbuat banyak, kalau tidak ada payung hukum yang jelas, kan itu kesimpulan, itu kesimpulannya.

Namun demikian, coba juga kita, minta dari staf ahli Rekoses dari Kemenkes kalau nggak salah ya.

Silakan Pak Dokter H.M. Subuh ya? Silakan Pak Subuh. Kita dengar juga, gimana ini

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Terima kasih Bapak Pimpinan, serta seluruh Anggota Komisi I. Dari Bapak Dirjen Kuathan, bersama dengan seluruh jajaran dari TNI dan Polri tentunya. Ada beberapa hal yang memang harus kita sadari dan juga kita pahami, bahwa

persoalan utamanya adalah tidak optimalnya pemanfaatan fasilitas TNI oleh Anggota TNI sendiri. Ini menjadi suatu hal yang harus kita garis bawahi.

Nah tentunya bahwa ada hal-hal kebijakan yang sifatnya operasional ya, yang memang diterapkan dalam rangka untuk mengefisiensi maupun untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dari sisi pelayan itu sendiri. Nah kemudian juga kami menyadari memang ya, memang harus dibuat semacam aturan khusus ya. Aturan khusus, tidak mungkinlah orang yang tidak bersenjata ditempatkan 1 kamar dengan orang yang bersenjata lengkap, ya. Jadi artinya apa?, memang kita mempunyai semacam aturan- aturan yang mengatur khusus, nantinya, iya bersama-sama dengan pihak TNI dan juga teman-teman dari Polri tentunya, ya walaupun beda komisi, tapi tentu saja ini menjadi suatu hal yang, yang harus kita lakukan.

Bapak-Bapak yang saya hormati. Ini ada suatu kesempatan yang baru sekali ya, sejak adanya Perpres Nomor 82 tahun

2018, yang menggantikan Perpres 28 tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan. Tentunya ini harus kita lihat dari sisi pembauran dari aturan-aturan yang ada. Tentu saja dalam bauran kebijakan-kebijakan yang akan kita sesuaikan, ini tentu saja kita akan berbicara Undang-Undang

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

11

34/2004, Undang-Undang tentang TNI, sehingga kita bisa memberikan suatu iya kekhususan ya dalam hal memberikan pelayanan, khususnya pelayanan rujukan bagi peserta TNI dan juga memanfaatkan secara optimal fasilitas-fasilitas pelayanan yang mereka miliki.

Nah untuk itu Bapak Pimpinan dan para Anggota, ada 14 Peraturan Menteri Kesehatan yang harus kita buat dan kita sesuaikan, sesuai dengan Perpres 82 tahun 2018. Nah ini kita diberi waktu 6 bulan, ya. Untuk itu kami mempunyai prioritas-prioritas utama, bagaimana kita bisa menyelesaikan waktu 6 bulan ini, secepat mungkin. Dari pihak Kementerian Kesehatan sudah berkomunikasi dan sudah sepakat, untuk membuat semacam task-force dalam hal mempercepat regulasi-regulasi ini. Mudah-mudahan Insya Allah dalam waktu tidak lama, kita bisa menghasilkan suatu Peraturan Menteri Kesehatan ya, terutama masalah rujukan, juga masalah-masalah pembiayaan dan juga standarisasi dari rumah sakit, sehingga ini bisa terselesaikan dengan baik. Tetapi ada 1 hal yang harus memang kita perjuangkan bersama-sama. Inikan memakan waktu Pak. Membuat peraturan ini memakan waktu, karena dari bauran kebijakan harus kita lihat dari berbagai aspek. Untuk itu mungkin dari forum ini, Kemkes dari pertahanan, kemudian BPJS, harus bisa menghasilkan suatu diskresi ya, bagaimana kita bisa melaksanakan pelayanan ya, yang mereka bisa layani seperti biasanya ya. Ini saya kira punya, harus punya suatu effort kebersamaan kita bagaimana pelayanan ini harus terus bisa dilaksanakan. Karena BPJS ini sudah berjalan 2014. Dari tahun 2014 sampai dengan akhir 2017, tampaknya sih kita nggak dengar adanya masalah kalau ada Bapak-Ibu sekalian. Nah sejak ada kebijakan operasional ya, adanya sistem online dan lain-lain, ini yang membikin suasana sedikit gaduh ya, walaupun ini saya tidak menyalahkan BPJS, tapi dalam rangka ini adalah untuk perbaikan dari sistem pelayanan.

Saya kira demikian Bapak Ketua dan Anggota. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Terima kasih Pak Subuh. Alhamdulillah ini kelihatan ada sambungan ya, jadi memang kita tidak bisa bertahan apa,

per sektor Pak. TNI sendiri, ini sendiri, ndak. Ini nggak ada egosentris disini, ini untuk negara semua, saya harap juga gitu. Saya mengerti bagaimana repotnya BPJS kan. Kemarin sampai ada suntikan dana berapa triliun itu, tekor. Itu memang masalah juga. Kami mengerti juga.

Tapi Pak Subuh, memang kita perlu waktu, tapi sampai kapan? Karena tentara ini setiap menit dia berangkat ya. Nggak bisa kita tunggu, Pak, perangnya masih lama kan Pak, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, mana bisa, tahu-tahu besok perang, gimana? Ini peraturan belum selesai, habis TNI kita. Nah ini yang kita minta pendapat-pendapat ini kelihatan agak nyambung ini, terima kasih Pak Subuh ya.

Coba kita lanjutkan dulu ke Dirut Asabri. Monggo Pak Letjen Sonny Wijaya.

Silakan Pak. DIREKTUR UTAMA PT. ASABRI (PERSERO) (SONNY WIDJAJA):

Siap. Bismillahirrahmannirrahim. Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat seluruh anggota DPR RI Komisi I. Izinkan saya untuk melanjutkan penjelasan berkaitan dengan layanan terhadap

perawatan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh ASABRI. Rapat yang dahulu kami sudah laporkan, bahwa ASABRI tidak melakukan perawatan

kesehatan, tetapi melakukan perawatan terhadap kecelakaan kerja bagi Prajurit TNI maupun Polri yang sedang bertugas. Kemudian berikut ini adalah Pedoman Kerja tentang Jaminan Kecelakaan Kerja yang menjadi domain PT. ASABRI persero.

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

12

Yang pertama, kami telah merumuskan perjanjian kerjasama antara ASABRI dengan BPJS kesehatan, Jasa Rahardja, Mabes TNI dan Mabes Polri. Dimulai dari sini, kemudian kita sudah membentuk Petunjuk Teknis Sinergi Program Jaminan Kesehatan dan Kecelakaan Kerja bagi peserta ASABRI yang aktif. Berikutnya ini menyusun terhadap Peraturan Menteri Keuangan atau PMK antar Penyelenggara Jaminan Badan Pemberian Manfaat Layanan Kesehatan dan kami seluruhnya sudah menandatangani tentang draft Permenkeu antara ASABRI, Jasa Rahardja, BPJS Tenaga Kerja, BPJS Kesehatan, Taspen, maupun Kementerian Kesehatan. Kita tinggal nunggu Permenkeu-nya untuk turun.

Yang berikutnya, ini adalah perjanjian kerjasama, bentuk-bentuk kerjasama yang telah kami lakukan. Yang pertama dengan BPJS Kesehatan, ini PKS nya Nomor : SPKS 44 AS/XII/2016. Kemudian PKS Nomor : 575/KTR/2016. Kemudian dengan Jasa Rahardja, ada 2 PKS juga, itu terjadi pada 2016 juga, kemudian dengan Mabes TNI, 2 PKS juga, 2016 sudah kita clear-kan, termasuk dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, ada 2 MoU yang sudah kita sepakati bersama dalam rangka memberikan pelayanan terhadap kecelakaan kerja Anggota Polri.

Yang berikutnya adalah PKS dengan BPJS Kesehatan, materinya ada 3. Yang pertama, adalah sinergi pelayanan jaminan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang berisi koordinasi dengan Faskes yang tersedia. Yang berikutnya penjaminan dan penerbitan surat kepastian penjaminan Faskes rujukan tingkat lanjut selama 3 kali 24 jam. Kemudian yang kedua, adalah pengajuan penggantian claim terhadap jaminan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang terdiri dari 3 substansi, yaitu claim reimburs wajib dilampirkan berita acara kejadian, surat kepastian dari satkes peserta, yang kedua, masa kedaluarsa selama 2 tahun dari tanggal diberikan pelayanan, yang ketiga adalah pembayaran klaim paling lambat 15 hari kerja setelah berkas diterima lengkap, dan kami 1 kali 24 jam siap untuk melayani terhadap kecelakaan kerja yang dialami oleh peserta ASABRI.

Yang ketiga, adalah pelaksanaan sosialisasi tentang koordinasi pelayanan kesehatan. Dilaksanakan sosiasilisasi secara mandiri maupun bersama-sama. Dilaksanakan evaluasi terhadap pihak pelaksana perjanjian, kemudian biaya pelaksana ditanggung oleh masing-masing pihak.

Berikut adalah petunjuk teknis dengan BPJS Kesehatan yang tak kita sepakati bersama, dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi pelayanan kepada peserta dan memastikan terjalinnya kerja sama penyelenggara koordinasi pelayanan program JKK dan kesehatan. Cakupannya adalah prosedur penjamin kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, administrasi penagihan klaim, pelayanan yang tidak dijamin ASABRI, percepatan perluasan fasilitas kesehatan, serta sosialisasi terhadap sosialisasi dan evaluasi.

Berikut ini adalah 1 gambaran. Gambaran tentang bagaimana pembayar klaim perawatan kecelakaan kerja yang sudah dilaksanakan oleh PT ASABRI persero. Dari Pemerintah iurannya untuk menjamin terhadap kecelakaan kerja itu adalah 0,41 dari gaji pokok, sehingga kalau dirupiahkan kira-kira rupanya Rp10.350,- per orang. Dan itu peruntukannya dari Rp10.350 itu adalah untuk perawatan, untuk kecatatan, untuk santunan gugur maupun tewas, untuk beasiswa terhadap 1 anak apabila yang bersangkutan sudah punya putra, dan ongkos angkut dari tempat kejadian sampai ke rumah sakit.

Dan ini adalah skema, inilah yang sudah terjadi, 2016 TNI itu ada 9 orang, dengan dana yang sudah kami keluarkan adalah Rp77.950.000,-. Kemudian dari Polri pada tahun 2016, baru ada 3 orang dengan nilai Rp20.350.000,-. Sehingga 2016 ini total dana yang kami keluarkan Rp101.200.000,-.

Sedangkan tahun 2017, ini mengalami peningkatan, TNI ada 68 yang terjadi kecelakaan kerja dengan klaim sebesar Rp995.912.000,-. Kemudian dari Polri ada 36 kasus kecelakaan kerja, dengan claim sebesar Rp860.961.000,- dan total yang kami keluarkan 2017 adalah Rp1,8 miliar.

Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan Agustus 2018, TNI ada 57 kasus kecelakaan kerja dan klaim Rp855 juta. Dan Polri ini ada 39 kasus dengan klaim sebesar Rp179 juta, sehingga terakumulasi sampai dengan akhir Agustus 1 miliar koma 34 ribu rupiah. Sehingga secara keseluruhan 2016, 2017, ada 212 kecelakaan kerja dengan klaim hampir 3 miliar.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

13

Yang berikutnya adalah pelayanan peralatan kerja, yang ini adalah berkaitan dengan BPJS Kesehatan ini, berkaitannya dengan kerjasama yang sudah kita bentuk tadi, ada 5 klaim, kemudian rumah sakit ada 255 klaim. Kemudan klaim langsung dari peserta ada 34 klaim. Kemudian jumlah pengajuan ada 294 klaim, ini pengajuan klaim sampai dengan Agustus 2018.

Berikut ini adalah ilustrasi pelayanan terhadap perawatan kerja yang terjadi pada Juli 2016, di mana ada kecelakaan helikopter, ketika pengamanan Presiden yang ada jatuh di sekitar Sleman, di Prambanan itu. Ini atas nama Sukoco, Sukoco perawatan awal, mulai dari tanggal 8 Juni 2018 sampai dengan tanggal 20 Maret 2018, dana yang kita keluarkan untuk perawatan selama di rumah sakit maupun berobat jalan, sampai hari ini adalah Rp81.652.000,-. Kemudian yang 1 lagi adalah Rohmat, sama ini, sampai dengan 14 Agustus sudah Rp75.343.000,-. Dan sekarang masih berobat jalan, dan itu masih kami cover, oleh karena itu terhadap kecelakaan kerja yang dialami oleh Prajurit TNI maupun anggota Polri, kami 1 kali 24 jam untuk memberikan perawatan yang terbaik kepada mereka. Dari Rp675 itu perawatan kerja itu, saya laporkan tadi bahwa seluruhnya 0,41% itu perorang adalah Rp10.350,- untuk kecelakaan kerja sendiri hanya mendapat alokasi Rp675,- iya peruntukannya adalah contoh ilustrasi seperti itu.

Demikian Pimpinan yang bisa kami gambarkan tentang perawatan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh PT. ASABRI.

Terima kasih. Bilahit taufik walhidayah Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Wa'alaikum salam Warrahmatulahi Wabarakatuh. Terima kasih Pak Sony Wijaya, terima kasih. Ini kelihatan ada harapan kita Pak, mudah-mudahan ke depan tidak hanya apa

namanya, kecelakaan kerja, mungkin bisa yang lain juga, saya belum tahu sekarang perkembangan ASABRI seperti apa?. Kami semua perajurit dulu dipotong ASABRI terus Pak, nah mungkin apa ini nanti ada perkembangan, selain kecelakaan kerja bisa nggak, kan gitu. Tapi mudah-mudahan saja, saya nggak tahu nanti gimana ASABRI ini. Tapi terima kasih Pak, ini kelihatan mendukung juga ini ya.

Nah yang terakhir paparan, kita mohon sangat Ibu dokter Maya ya, bu, kami mengerti kesulitan BPJS seperti apa, kita tahu ya. Tapi mohon didalam kesempatan RDP kita ini, ada titik temu yang bisa kita dapatkan di sini, kalau nggak kasihan TNI kita bu. TNI saya, juga TNI Ibu, TNI yang lain. Jadi mudah-mudahan lah dari Ibu Maya nanti kita coba dengar bersama, sebelum kita pendalaman ya. Di sini banyak yang ahli-ahli strategi, ada Pak Supiadin, ada Pak Effendi Simbolon, ada Pak Charles Honoris, nanti akan memberikan tanggapan juga.

Kami persilakan Ibu Maya mewakili BPJS. Silakan bu.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Bismillahirrahmannirrahim. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh. Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita semua. Yang kami hormati Bapak Pimpinan Rapat, Bapak-Ibu Anggota Dewan Komisi I DPR RI.

Dan seluruh undangan dari Sekjen Kementerian Kesehatan, dari Dirjen Kuathan, Kepala Pusat TNI dan juga dari Direktur PT. ASABRI dan seluruh hadirin yang kami hormati.

Mohon izin menyampaikan permohonan maaf dari Bapak Dirut kami, Bapak, karena ada tugas dengan Mensesneg, maka kami mewakili Bapak Dirut.

Terkait dengan yang disampaikan, izin kami menyampaikan sedikit informasi sesuai dengan undangan, diminta untuk menyampaikan laporan hasil penyusunan pedoman kerja

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

14

kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Kementerian Pertahanan, dan juga perkembangan layanan bagi Anggota TNI dan keluarga.

Ijin Bapak kami menyampaikan, bahwa sesuai hasil pertemuan yang lalu, memang kita sudah menindaklanjuti, maka pada slide 5, bisa kita lihat di sini, hasil pertemuan tindak lanjut adalah kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan Kementerian Pertahanan yang sudah dilakukan pada bulan Maret, sudah dilakukan penandatanganan dan diminta untuk menindaklanjuti dengan pedoman kerja. Isi daripada kesepakatan itu, adalah antara lain ruang lingkupnya tentang pelayanan kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan, kemudian kepesertaan untuk Kementerian Pertahanan dan kerahasiaan data dan informasi.

Dari ini semua, kemudian kita memang sudah menindaklanjuti kesepakatan bersama untuk menyusun pedoman kerja. itu kita lakukan pertemuan-pertemuan dan pada saat ini kami laporkan, bahwa kronologis daripada penyusunan pedoman kerja itu, memang kita bahas mulai dari bagaimana kepesertaan daripada Kementerian Pertahanan itu bisa diakomodir, kemudian bagaimana fasilitas kesehatan Kementerian Pertahanan bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dan juga bagaimana mekanisme pelayanan bagi peserta dari Kementerian Pertahanan.

Nah ini untuk pedoman kerja, dengan beberapa kali pertemuan, hampir kalau tidak salah ada 4-5 kali pertemuan, ini sudah sebetulnya final, Bapak kami laporkan, pedoman kerjanya. Namun tadi seperti yang dilaporkan Bapak Bambang, dari Kemenhan, bahwa ada hal-hal yang belum disepakati, salah satunya antara lain memang terkait dengan rujukan atau kekhususan daripada TNI. Ini yang kemudian memang belum final, jadi dari BPJS Kesehatan sudah menandatangani, namun dari Kementerian belum, dan tadi sudah disampaikan keinginan-keinginan dan harapan daripada Kementerian Pertahanan.

Tentu secara Undang-Undang, kami akan melihat atau merunut bagaimana dan solusi apa yang bisa dilakukan, untuk bisa memberikan pelayanan, baik kepada Kementerian Pertahanan dan seluruh jajarannya. Tadi, ijin Bapak, kami menyampaikan, kalau tadi Bapak menyampaikan di era PT. Askes lebih baik, di era BPJS tidak, sebetulnya ini adalah diatur dalam Undang-Undang diatasnya, bahwa ini adalah program Jaminan Kesehatan Nasional. Jadi BPJS menjalankan semua regulasi yang ada didalam Undang-Undang. Maka apabila dibutuhkan revisi, tadi usulan dari Kementerian Pertahanan, ada perbaikan untuk sistem rujukan yang secara khusus untuk TNI, atau misalnya Polri, maka tentu ini bisa kita jajaki bersama, apabila ada payung diatasnya, maka BPJS Kesehatan tentu bisa menerapkan secara teknis pelayanannya.

Kami laporkan, bahwa untuk kerjasama, tadi sudah dilaporkan juga jumlah fasilitas kesehatan sampai saat ini, kami sudah bekerja sama dengan sekitar 22.634 fasilitas kesehatan primer dan sekitar 656 fasilitas kesehatan primer itu milik TNI. Dan ada 561 milik Polri, fasilitas kesehatan primernya.

Nah ini sudah bekerja sama dan tentu harapan kami ada beberapa daerah yang belum memiliki fasilitas kesehatan TNI atau Polri, ada di daerah 4 provinsi yang kami data, itu tentu kalau berkembang bisa bekerja sama kedepan. Sedangkan untuk rumah sakit, tadi betul dilaporkan Bapak, di kami sudah bekerja sama 107 rumah sakit, data terakhir kami, di awal tahun 2018, mungkin sudah ada penambahan rumah sakit baru, tadi dilaporkan ada 108 rumah sakit, ini tentu bisa kita akomodir, apabila sudah memenuhi persyaratan. Jadi 4% dari rumah sakit yang ada, adalah milik TNI.

Nah ini tentu kita ingin pemerataan fasilitas kesehatan juga terjadi untuk bisa memberikan pelayanan atau mendekatkan akses pelayanan pada peserta.

Memang didalam menjalankan pelayanan ini, salah satunya BPJS Kesehatan menjalankan peraturan-peraturan yang ada diatasnya, bahwa mulai dari Undang-Undang dan Permenkes yang ada, bahwa pelayanan harus dilaksanakan secara berjenjang. Nah memang menterjemahkan berjenjang ini, dalam waktu 4 tahun berjalan ini, belum tertata dengan baik. Sebetulnya BPJS Kesehatan ingin bahwa pelayanan kesehatan bisa lebih mudah bagi peserta untuk mendapatkan pelayanan. Untuk itu kita lakukan ujicoba Bapak, ijin kami laporkan bahwa kita melakukan uji coba

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

15

rujukan berbasis online, untuk bisa fasilitas kesehatan itu dari primer tahu merujuk ke mana, Dokter spesialis mana yang kosong, rumah sakitnya ada, ini kemudian bisa dilihat, dipetakan. Selama ini tidak pernah terlihat oleh fasilitas kesehatan primer, di rujuk-rujuk saja, sehingga kemudian terjadi penumpukan di 1 rumah sakit, itu kemudian menjadi keluhan peserta juga.

Kami mencoba mengurai ini dengan menyesuaikan sesuai dengan regulasi yang ada. Namun tentu dalam fase uji coba ini, pasti masih ditemukan hal-hal yang belum sempurna. Untuk itu salah satunya keluhan dari TNI, bahwa kemudian tidak bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan miliknya sendiri, ini tentu akan jadi pertimbangan untuk memperbaiki sistem rujukan online ini.

Nah kami tentu sangat terbuka untuk melakukan diskusi, apabila memang kekhususan rujukan untuk TNI dan Polri ini bisa dilakukan, ada payung besar diatasnya, segera kita bisa terjemahkan dalam waktu cepat, teknis yang bisa dibuat oleh BPJS Kesehatan dalam rujukan khusus TNI-Polri ini. Kami bisa laporkan, bahwa ada daerah, kalau kita bilang harus ke TNI-Polri, Bapak, kami ijin laporkan, ada 4 provinsi yang tidak mempunyai fasilitas kesehatan rumah sakit TNI. Artinya kalau kita nanti bilang harus hanya ke TNI, maka untuk daerah 4 provinsi yang tidak punya fasilitas ini akan kesulitan. Nah ini tentu juga kita harus atur secara bijak. Jadi juga memang tidak bisa dikunci 100%, tapi tidak bisa juga kemudian kita lepas, hanya boleh ke TNI saja.

Nah ini kondisi yang sebetulnya musti kita jajaki bersama-sama, sehingga kalau nanti aturan yang akan dibuat, ini bisa mengakomodir kondisi semua wilayah. Ya mungkin daerah perkotaan bisa, ada faskes TNI atau Polri, tidak masalah, daerah yang tidak ada, tentu akan kesulitan juga. Sehingga pasti akan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

Kemudian sebaran rumah sakit TNI yang kami, ada dalam data kami 107 rumah sakit TNI yang sudah tersebar, ini ada yang tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 dan dengan 4 ini sudah ada. Nah ini untuk daerah yang tidak ada, nanti bagaimana kita mau buat regulasinya. Ada 481 kabupaten-kota yang tidak memiliki fasilitas kesehatan TNI. Nah sehingga nanti apabila akan dibuat 1 payung untuk rujukan boleh langsung ke TNI, maka daerah yang tidak ada fasilitas ini kemudian bagaimana? ini tentu harus dibuat dengan sangat pas untuk kondisi wilayah tersebut.

Mungkin itu Bapak yang kami laporkan dan juga perkembangan pelayanannya kami informasikan, biaya kasus yang sudah kami bayarkan sampai dengan bulan Agustus, sampai dengan bulan Agustus, ada sekitar untuk kepesertaan dari TNI, ada sekitar 4,4 juta kasus di tahun 2017 dengan biaya sebesar 3,4 triliun untuk rawat jalan, dan ada 2,8 juta kasus rawat inap sebesar, eh rawat jalan dan sebesar 2,1 triliun biayanya untuk tahun 20018 sampai dengan bulan Agustus. Untuk rawat jalan. Kalau untuk rawat inap bagi Polri ada 1,3 juta kasus, untuk rawat jalan dan rawat inap ada 1,3 juta kasus, dengan biaya 1,3 triliun di tahun 2017, dan di tahun 2018 sampai dengan Agustus ada 939 kasus dengan biaya sebesar 868 miliar. Ini yang sudah terbayarkan dan tentu kami mempunyai absensi klaim bagi fasilitas kesehatan yang sudah mengajukan dan belum terbayar, dalam proses menunggu pembayaran, kami sudah mempunyai data tersebut, dan bahkan kami sudah membuat suatu aplikasi yang bisa diakses dalam website kami, fasilitas kesehatan mana yang sudah melayani mengajukan pembayaran, kemudian yang belum dibayar, yang sudah dibayar, itu terlihat dalam aplikasi tersebut. Jadi rumah sakit bisa melihat langsung untuk transparansi, jadi kita sudah upload juga Pak, apa yang sudah dibayar dan belum dibayar.

Mungkin itu yang dapat kami sampaikan. Tentu kami bersama Direktur Hukum dan Hubungan Antar Lembaga ini akan menyampaikan juga dari aspek regulasi yang bisa mendukung kira-kira solusi yang bisa kita lakukan bersama, untuk kekhususan TNI dan Polri ini.

Terima kasih Bapak, selanjutnya kami sampaikan Bapak Direktur Hukum kami akan menyampaikan.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Silakan Pak, tambah sedikit.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

16

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Terima kasih Pak. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Om swastiastu. Shaloom. Namo budaya. Yang kami hormati Pimpinan Rapat dan seluruh Anggota Komisi I DPR RI. Bapak-Bapak Ibu-ibu para mitra undangan yang hadir pada kesempatan ini. Saya tidak banyak, mungkin menambahkan, satu, mengingat Undang-Undang Nomor 34

tahun 2004 tentang TNI, pada Pasal 7 juga disebutkan tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara dan sebagainya. Dan tadi sudah sampaikan bahwa ada kekhasan dalam hal populasi boleh dikatakan, TNI. Walaupun memang secara data disitu hanya 4% dari seluruh yang sudah mendapatkan layanan kesehatan, tetapi dalam hal ini tentu kita harus mengingat beberapa hal yang prinsip, bahwa azas dari sistem Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah mempunyai 3 azas, kemanusiaan, kemudian manfaat dan keadilan sosial. Jadi mungkin dilihat secara general list. Tetapi TNI tidak bisa di trip mungkin, secara generalis, karena memang ada istilah hukum mengatakan Lex-spesialis derogat generalis. Jadi ini juga kita gunakan. Tetapi dalam hal ini tentu, kami sebagai dalam hal ini diberi amanah sebagai Direktur, tentu tidak bisa semerta-merta melakukan suatu pengecualian khusus, bila tidak ada payung hukum yang mendasari. Tentu payung hukum ini, kalau dilihat dari Undang-Undang TNI pada, pada tahunnya itu 2004, sedang, sedangkan BPJS sendiri adalah tahun 2011, Nomor 24, Undang-Undang nomor 24 tahun 2011, tentu tadi ada senjang waku.

Demikian juga dengan turunan-turunannya, baik itu Peraturan Pemerintah maupun juga Perpres, maupun Peraturan Menteri yang ada. Tadi sudah disampaikan, bahwa kita berbahagia, sudah ada Perpres yang baru, yaitu Perpres 82 tahun 2018, tertanggal 18 September 2018. Disini juga jelas, walaupun memang tadi disampaikan oleh Dirjen Kuathan dan juga Puskes TNI, itu mengatakan bahwa tidak apa, tidak diakomodir dalam hal Peraturan Presiden ini, tentu karena sifatnya ini generalis, harusnya memang ada yang mengatur yang Lex-spesialis, tentu dalam hal ini ada beberapa hal, turunan daripada aturan Peraturan Presiden ini, tentu namanya nanti ada Perpres yang mengatur, karena bagaimanapun juga Kementerian yang berkompeten, dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Sehingga Permenkes 001 tahun 2012, tentang Sistem Pelayanan Rujukan Perorangan, itu bisa diperbaiki, dan dimasukkan nanti mungkin secara khusus, ini pemikiran saya. Ini dimasukkan khusus untuk TNI-Polri, karena ini adalah Lex-spesialis. Sehingga tidak bisa dilakukan secara trip generalis, ini adalah salah satu solusi.

Yang kedua, mungkin ada solusi tersendiri, dibuat suatu Perpres yang menghunuskan tentang turunan dari pada Undang-Undang 34/2004 tadi tentang TNI tadi. Dibuat Undang-Undang yang baru, peraturan perundang-undangan maksud saya, ataupun undang-undangnya sendiri, kalau dianggap out of date, itu tentu tidak terkinian, ini tentu harus disesuaikan dengan keadaan, itu 1. Kemudian dalam hal ini, BPJS tentu melaksanakan prinsip-prinsip, tentu sesuai dengan aturan dan ketentuan, yang perlu saya sampaikan disini adalah, bahwa kita menerapkan azas-azas sesuai dengan Undang-Undang yang ada, baik itu Undang-Undang SJSN Nomor 40 tahun 2004, ataupun Undang-Undang BPJS Nomor 24 tahun 2011, termasuk turunannya adalah Perpres yang baru. Dan disini juga disebutkan, bahwa dalam Perpres yang baru itu jelas. Bahwa dalam hal ini jaminan sosial adalah suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup, hidupnya yang layak.

Nah apakah dalam hal ini, seluruh rakyat ini termasuk dalam hal ini TNI, kalau memang TNI dimasukkan dalam secara umum, ya tentu harus mendapatkan treat secara umum, tetapi kalau ada klausul yang mengatakan, apakah itu perundang- undangannya, secara khusus, ya tentu ini akan melindungi kita. Karena bagaimanapun juga, kami harus mengikuti azas prinsip dan juga konsekuensi hak dan kewenangan. Kalau BPJS, sebenarnya hanya 3 fungsinya. Satu adalah reschooling, ngumpulkan kepesertaannya, saya selalu mengulang-ulangi. Kedua adalah revenue-collect yang menarik

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

17

iuran, yang ketiga adalah strategi purchasing, mengelola sehingga bisa peserta itu mendapatkan akses kepastian Jaminan Layanan Kesehatan yang berkualitas dan tentu efisien sesuai dengan keadaan. Jadi dalam hal ini kendali mutu, kendali biaya.

Salah satu strategy-purchasing itu, adalah dilakukan namanya sistem online, rujukan online, ini adalah payung hukumnya Undang-Undang, perundang-undangan yang ada dan juga Permenkes 01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Perseorangan mendapatkan akses kepastian Jaminan Layanan Kesehatan yang berkualitas dan tentu efisien sesuai dengan keadaan. Jadi dalam hal ini kendali mutu-kendali biaya.

Salah satu strategy-purchasing itu adalah dilakukan namanya sistem online, rujukan online ini ada payung hukumnya Undang-Undang perundang undangan yang ada dan juga Permenkes 01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Perseorangan. Jadi kita tidak bisa semerta-merta.

Tadi disampaikan oleh Dirjen Kuathan, bahwa dibuat suatu Perjampelkes. Jadi Perjampelkes, nah tentu dalam hal ini, ya mungkin ini ada harapan, tentu harapannya lebih kuat lagi Pak, kalau Dirjen, dirjampelkes atau Dir hukum, hukum hal atau Dir apapun, Dir serta dan sebagainya, ini hanya menyangkut ke dalam, jadi tidak bisa diberlakukan keluar. Kalau lebih luas lagi, menyangkut yang lain, adalah Per BPJS atau per badan.

Tentang teknis, karena ini menyangkut sistem rujukan, domainnya adalah Kementerian Kesehatan, sehingga diperlukan namanya Permenkes atau apakah sifatnya surat edaran, atau dan sebagainya. Sehingga jelas, bahwa aspek legal formal, itu kita bisa ada hal yang melindungi atau berdasar payung hukum yang jelas. Dan kalau kita melihat, di Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011, itu Pasal 38 jelas Pak. Jadi Pasal 38 ayat (1), Direksi bertanggung-jawab secara tanggung renteng atas kerugian finansial yang ditimbulkan atas kesalahan pengeloaan dana jaminan sosial tadi. Saat ini mungkin kalau kita apa, penuhi permintaan dari Dirjen Kuathan atau kawan-kawan dari TNI, kita buat sendiri, tujuannya adalah untuk mengakomodir, tetapi bukan tidak mungkin, 5 tahun lagi, yang saat ini kita dianggap pahlawan, dianggap penjahat, atau penghianat, karena tadi ada beberapa hal. Karena dihitung nanti merugikan negara, melanggar Undang-Undang, memperkaya diri sendiri, golongan atau orang lain. Jadi harus jelas.

Jadi dalam hal ini kita tentu, dengan prinsip kehati-hatian, sesuai dengan prinsip yang ada di Undang-Undang tersebut, baik Undang-Undang SJSN Nomor 40 tahun 2004 atau Undang-Undang BPJS Nomor 24 mungkin 2011. Jadi prinsipnya adalah kita patuh complain, obbey, patuh terhadap regulasi yang ada. Dan untuk kita mengatur tadi ada diskresi dan sebagainya, ini kita berikan, serahkan kepada yang berkompeten dalam hal ini, kalau singkat, mungkin buat suatu Permenkes yang mengatur tentang kekhususan ataupun nanti edaran, ataupun koordinasi dengan apa, Menteri Pertahanan dalam hal ini, atau Pangab atau Panglima ABRI, Panglima TNI dalam hal ini, bisa membuat suatu keputusan, atau yang sifatnya internal. Jadi karena internal, kita juga tidak bisa intervensi.

Tetapi kalau kami membuat suatu Dir, umpama Dirjampelkes mengenai sistim rujukan ke institusi TNI, ini tentu menyampuri urusan dapur orang lain dan menyalahi hukum. Jadi itu mohon maaf, itu Pak Dirjen Kuathan dan juga Pak Kapus, jadi hal dalam hal ini, jadi bisa internal yang mengatur sendiri adalah lingkungannya. Dan untuk pembiayaan, inikan nanti masalah pembiayaan, banyak solusi. Ada Perpres mengatur tentang pejabat, itu ada namanya, waktu itu kalau tidak salah ada jaminan sosial tertentu. Nah dalam hal ini, TNI bisa saja dari, dari dana operasi khusus dan sebagainya yang tujuannya untuk kesejahteraan. Saya rasa yang memahami adalah di TNI sendiri, tinggal pengaturannya dengan transparansi, tentu mengikuti regulasi yang ada, tidak menyalahi aturan yang ada, kedua tidak merugikan negara, dan tidak memperkaya diri sendiri, golongan atau orang lain.

Karena bagaimanapun juga kita harus saling mengingatkan untuk hal tersebut. Saya rasa itu saja dari kami, dan nanti bisa berkembang. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.) :

Terima kasih Pak Bayu, Direktur Kepatuhan Hukum.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

18

Ini kalau bicara yang dengan hukum ini agak susah ya. Boleh Pak, aturan apa saja boleh. Peraturan diatas itu, mungkin orang diatasnya nggak tahu, bagaimana dibawah ini. Bapak berkeras ini Peraturan Menteri Kesehatan, tahu nggak dia dibawahnya. Nah itu, ini yang kita susah. Makanya bawah ini, berusaha juga menyampaikan saran ke atas Pak Bayu, mentang-mentang ada peraturan itu, kita nggak mau berkoordinasi, keliru. Kalau ndak, apa gunanya DPR, DPR kerja itu, bisa kita ubah Undang-Undang itu. Perlunya ada DPR seperti itu, karena Undang-Undang itu tidak pernah dia terus menerus, dia nggak abadi, bisa berubah setiap saat.

Nah maka karena itu, kami harap Pak Bayu, Ibu Maya, tolong dikoordinasikan, nanti diangkat sebagai saran dari bawah. Inikan kasihan, membuat Pepres, membuat Undang-Undang, tentara saja nggak diajak, nggak dikoordinasikan, ini gimana?, dia teriak-teriak dia, padahal untuk kepentingan saudara kita.

Nah mungkin Pak Bayu atau Ibu Maya, saya nggak tahu ada saudara tentara nggak?, tahu-tahu saudaranya kelojot-kelojot nggak ditolong orang, gimana dia tentara, hayo?. Nah itu, itu maksud saya, tolong ini disinkronkan, itulah guna kita bertemu ini. Kita tahu sekali, ini kesulitan BPJS ini juga luar biasa ini, dia patuh hukum, ternyata payung hukumnya Kementerian Menkes dengan Menhan, beda nih TNI, belum tentu sama, makanya kita perlu undang tadi Pak Subuh, nih, Pak Subuh tolong itu Pak Subuh, sampeyan sudah dengar tadi kan?, kesulitan seperti itu, ini ada jembatannya, Kemenkes itukan, itu kita undang Pak Subuh.

Jadi jangan, BPJS dia memang benar, dia sesuai aturan, TNI juga berharap sesuai aturan, tapi kemanusiaannya ini siapa yang berpikir? Siapa yang mikir kesehatan ini?, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, Indonesia Raya seperti itu. Kalau perlu Pak Bayu siap disalahin turun pangkat, gara-gara menolong TNI dengan cepat demi kemanusian. Nanti TNI akan memberikan bintang apa sama Bapak, itu harusnya, tolong itu. Jadi Pak Subuh ya, Kemenkes nih, nah ini berarti Pak Subuh dapat banyak masukan, ternyata pelaksanaan dibawah seperti itu. Menteri tanda tangan, Presiden tanda-tangan, tahu nggak dia bagaimana kenyataan di lapangan, pasti ndak tahu, saya yakin itu. Saya bertanggungjawab ngomong seperti itu, nggak akan bisa tahu semua nih.

Nah Prajurit dibawah inilah yang sangat merasakan, Bapak betul melaksanakan sesuai ketentuan Undang-Undang, TNI juga betul ada Undang-Undang TNI, PT Asabri juga betul, dia hanya baru, baru sampai kecelakaan kerja, yang lain belum. Itu sudah tahu kita, tapi yang merasakan kemanusiaan itu siapa? Nah ini tolong juga Pak Bayu ya, tolong pak Subuh ini, ini mudah-mudahan nanti dengan ini bisa dibawa keatas ini.

Oke, Bapak, kita sudah cukup dengar paparan, sudah jelas, tinggal sekarang kita pendalaman ya. Sudah banyak yang ijin bertanya ya.

Pertama Pak Mayor Jenderal Purnawirawan Supiadin AS. Silakan Pak Supiadin ya, nanti menyusul, Pak Charles Honoris.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA) :

Terima kasih Pimpinan. Terima kasih untuk Dir Kuathan, Direktur ASABRI dan dari BPJS.

Pertama, saya ingin sampaikan dan ini sudah sering saya sampaikan, bahwa dimanapun di dunia ini, tentara itu dibentuk untuk menghadapi keadaan krisis, tidak ada tentara itu dibentuk untuk menghadiri keadaan damai. Nah karena tentara itu dibentuk dalam keadaan krisis, maka dia dituntut kesiap-siagaannya 24 jam, termasuk masalah dukungan-dukungan moril dan moralnya. Oleh karena itu dibentuklah untuk menghadapi misalnya kesehatan yang prima, dibentuk rumah sakit tentara ya. Sebagai implementasi kesiapan lembaga TNI untuk menyiapkan prajuritnya 24 jam dia siaga penuh. Nah dalam keadaan damai, tentara itu tugasnya berlatih. Untuk dia bisa berlatih, dia juga dituntut harus prima. Nah kondisi inilah yang kita sebut dengan Lexspesialis. Di negara manapun itu ada Lex-spesialis, ada Lex-generalis, ada Lex-spesialis.

Nah karena tuntutan tugas yang begitu tinggi, maka juga diperlukan suatu pelayanan yang Lex-specialis. Aceh saja kita beri Lex-spesialis, dalam rangka membangun perdamaian di Aceh, kita beri Lex-spesialis, untuk dia membangun yang namanya menegakkan syariat Islam. Dan itu tidak berlaku di provinsi lain, kita beri Lex-spesialis.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

19

Nah oleh karena itu perlu diatur, nah semua aturan itukan yang membuat kita, bukan datang dari langit sana. Nah selama aturan-aturan yang mengatur itu dibuat oleh kita, saya rasa tidak ada yang sulit untuk dilakukan revisi. Jadi kita tidak, semua kita mengacu pada aturan, tetapi ketika aturan ini membatasi prosedur, mempersulit pelayanan kan begitu, maka kita harus robah itu.

Saya ingat betul pidatonya Perdana Menteri Inggris, ketika dia kena bom, para penggiat HAM menuntut, untuk tetap memperhatikan apa, masalah HAM, tapi Perdana Menteri Inggris mengatakan, Undang-Undang terorisme akan kami robah, tetapi kalau Undang-Undang HAM-nya menghambat Pemerintah dalam mengatasi terorisme, maka Undang-Undang HAM-nya yang kami robah, nah itu.

Jadi, jadi ada kepentingan-kepentingan yang lebih besar. Nah menurut saya Ibu-Bapak sekalian, iya Komisi I, saya kira sudah banyak ini hasil temuan kita, selama 4 tahun ini, temuan kita tentang bagaimana pelayanan kesehatan terhadap keluarga besar TNI. Ada suaminya sedang latihan, rumah sakit di sebelah rumahnya, disebelah rumahnya rumah sakit tentara, tapi dia tinggal melangkah 5 meter masuk rumah sakit, harus keliling dulu, minta rujukan ke kecamatan, karena persyaratannya untuk rumah sakit itu harus ada rujukan. Padahal dia bawa, suaminya sedang tugas, anaknya 2, tidak ada yang punya pembantu, dia bawa semua, dia gendong itu, naik motor. Padahal rumah sakitnya, saya bilang, 5 menit dia jalan sudah masuk di klinik rumah sakit tentara. Nah artinya apa ini semua, untuk BPJS tolong ini kembali, saya lihat juga rekomendasi Menteri Pertahanan, tanda petik disini, tidak terlalu banyak manfaatnya, ada tapi tidak terlalu banyak. Tapi justru setelah kita buka BPJS, kalau saya pergi ke RSPAD, itu paling banyak justru masyarakat di luar TNI yang berobat. Itu bagus sebenarnya, itu menunjukkan tentaranya sehat semua, karena yang banyak berobat itu bukan, bukan tentaranya. Nah kalau tentara banyak berobat, cilaka itu ya. Jadi melaksanakannya, tapi alangkah sekali lagi saya katakan bu, keberadaan rumah sakit tentara, itu analog dengan keberadaan pengadilan militer. Orang banyak menuntut pengadilan militer menjadi pengadilan umum. Mereka tidak tahu, kalau diadili di pengadilan umum, dengan Hakim umum, maka tidak bisa dikeluarkan yang namanya hukuman tambahan. Kalau di pengadilan umum, tentara melakukan pelanggaran seksual, ya hanya dihukum 6 bulan, 2 tahun. Tapi di pengadilan militer ada tambahan, dipecat dari dinas aktif sebagai militer. Kalau di pengadilan umum tidak mungkin dia dipecat. Nah ini contohnya.

Jadi saya kira ini mari kita berpikir jernih semuanya. Ini sebuah masalah, maka harus ada problem-solving. Kata kunci problem-solving itu 3, satu kenali masalahnya, yang kedua cari penyebabnya, yang ketiga ya hilangkan penyebabnya, baru masalahnya selesai.

Jadi tidak mungkin masalah selesai, selama penyebab dari masalah itu tidak kita hilangkan. Dan ini kalau kita tidak selesaikan, menurut saya ini akan terus bergulir, setiap kita rapat BPJS, begini saja keluhannya. Nah oleh karena itu, sekali lagi, aturan kita yang membuat, maka sebaiknya kita juga bisa melakukan revisi. Supaya semua berjalan dengan baik, BPJS juga jalan, tetapi juga kondisi Prajuritnya juga terus berjalan baik untuk melaksanakan tugasnya.

Saya kira itu pandangan saya, Bapak-Ibu sekalian. Ambil kita jalan tengah segera, supaya ini nggak berlarut-larut. Kita tiap tahun rapat begini terus ini saya lihat, nggak ada penyelesaian. Kemenhan juga sudah mengatakan merekomendasi tidak terlalu banyak manfaatnya, tetapi juga terus berjalan. Kita patuh hukum, tapi selama aturan itu membuat kita menjadi sulit, maka ya sebaik aturannya yang kita sesuaikan dengan kondisi nyata perkembangan.

Saya kira gitu Pimpinan. Terima kasih.

(PERGANTIAN KETUA RAPAT)

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih. Selanjutnya Pak Charles Honoris.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

20

Silakan. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Iya, terima kasih Pimpinan. Bapak-Bapak, Ibu yang hadir, selamat datang, terima kasih sudah di Komisi I. Tadi Pak Kapuskes sudah sempat mengatakan, bahwa TNI tidak ingin mendapatkan

perlakuan khusus. Tapi kalau menurut saya, justru harus mendapatkan perlakuan khusus, ya karena tugas Anggota TNI menjaga Kedaulatan NKRI dan harus stand-by, siap 24 jam Pak. Jadi harus mendapatkan perlakuan khusus.

Nah kita tahu tadi dijelaskan oleh dari BPJS, memang terbentur aturan ya, padahal kita inginnya memang Prajurit TNI mendapatkan pelayanan tanpa ditunda-tunda ya, tadi kalau Pak Supiadin bilang, disebelah rumahnya rumah sakit, tapi harus muter keliling, inikan tidak efisien Pak. Prajurit harus siap 24 jam, sedangkan ngapain buang waktu setengah hari, 1 hari, ngantri, minta rujukan hanya untuk berobat apa dokter gigi, iya atau misalkan ada 2-3 penyakit sekaligus, harus minta rujukan berkali-kali. Kalau kita lihat negara-negara maju, pelayanan terhadap untuk anggota militer, itu pelayanannya kelas 1 Pak, rumah sakit atau instalasi kedokterannya itu kelas 1, kita lihat saja veteran-veteran perang dari Irak itu rehabilitasinya luar biasa. Saya, kita ini saya rasa ini harus bersyukur nih, saat ini kita tidak terlibat dalam konflik bersenjata jangka panjang, yang melibatkan Prajurit dengan jumlah yang banyak. Saya nggak kebayang, kalau kita terlibat konflik jangka panjang, dengan jumlah prajurit yang banyak, ini pelayanan kesehatan kaya gini, gimana nih nasibnya prajurit kita.

Nah saran saya Pimpinan, kita konkritkan saja, kalau kita menunggu lagi, untuk dirembugkan antara Kementerian dan institusi, ini sampai tahun depan juga mungkin masih begini lagi ini. Kita bersurat saja Pimpinan, atas nama Komisi I DPR, bersurat ke Presiden, minta agar Presiden segera Ratas mengundang Kementerian dan institusi terkait, membahas hal ini, segera mengeluarkan Perpres Khusus ya, yang Lex-spesialis, atau peraturan turunan, sehingga masalah ini bisa segera selesai. Ya, jadi nggak usah lagi kita menunggu, mau diskusi sampai kapan? Ini tahun depan kalau kita biarkan begini, begini lagi, yakin saya begini lagi.

Jadi saran saya begitu Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Terima kasih. Selanjutnya Pak Effendi, Pak Effendi nggak ada di ruangan. Ada yang mau tanya lagi, silakan Pak Pak Taufiq.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

Pimpinan, Anggota Komisi dan Bapak-Bapak sekalian. Mencermati paparan-paparan yang tadi disampaikan, lalu akhirnya saya menyimpulkan,

bahwa Ini persoalannya rumit, tapi penyebabnya sederhana. Kalau Pak Supiadin menyampaikan kenali masalah, kita sudah mengenali masalah, dan itu menjadi problem besar bagi TNI khususnya. Tapi penyebabnya sangat simple. Hanya soal regulasi, yang regulasi itu menjadi kewenangan Bapak-Bapak didepan. Sangat sederhana, sangat simple. Ini soal good-will. Ini adalah dalam tahap yang, yang operasional atau ya ini, ini cukup kok di Kementerian Kesehatan. Cukup Menteri Kesehatan saya kira, nggak perlu Perpres. Sangat sederhana menurut saya. Jadi kalau pedoman kerja sampai hari tidak selesai, saya sangat memaklumi. Ini bukan wilayahnya BPJS untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Jadi kita tidak bisa menghakimi BPJS, yang

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

21

harus dihakimi adalah Kementerian Kesehatan. BPJS hanya sekedar pelaksana, levelnya itu jauh sekali dibawah, Presiden, Menteri baru BPJS. Kemenhan ini sejajar dengan Kementerian Kesehatan. Dalam konteks pelayanan, BPJS memang dia menjadi orang yang dilayani. Jadi menurut saya sekarang tinggal good-will dari Kementerian Kesehatan untuk bagaimana membikin aturan di atas pedoman yang kerja yang sedang dibahas dan tidak selesai-selesai itu. Apapun namanya, ya mungkin yang tepat adalah Peraturan Menteri Kesehatan. Sebab nanti kalau Perpres juga lama, karena Perpres harus melibatkan banyak pihak. Jadi saya sarankan, sederhana saja, karena persoalannya hanya bagaimana pasien dari TNI mendapatkan pelayanan secara khusus, itu saja.

Saya kira itu Pak, biar nggak terlalu ribet. Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih. Mungkin ada yang lain?. Silahkan Pak Jacky Uly.

F-NASDEM (DRS. Y. JACKI ULY, M.H.) :

Terima kasih Pak Pimpinan Rapat. Rekan-rekan dan peserta dengar pendapat. Memang kita sudah bicarakan tadi mengenai regulasi. Regulasi ini juga tidak kaku. Kalau

kita bicara regulasi yang kaku, itu adalah suatu situasi yang tidak bisa diubah lagi. Ada 2 prinsip hukum, Lex-spesialis derogat Lex-generalis, memang yang khusus itu akan mengenyampingkan yang umum, dan ada 2 lagi, sayang satunya lagi, hukum yang bersifat mengatur lebih tinggi tidak bisa dikalahkan oleh yang dibawah, itu kita pegang. Jadi sepanjang itu bisa dilaksanakan, saya rasa ndak perlu kita terlalu banyak menuntut untuk membuat aturan baru lagi. Undang-Undang dibuat itu, pertama biaya mahal dan kemudian memakan waktu yang lama, itu pasti, karena ini Undang-Undang dibuat oleh Pemerintah dan Badan DPR. Nah untuk itu, untuk menembus daripada aturan-aturan yang ada, ada baiknya pada peraturan-peraturan petunjuk pelaksanaan di bawah, itu diminta untuk bisa diadakan perlakuan khusus, terutama pada rumah sakit TNI dan Polri. Karena ini menyangkut, ini pensiunan, veteran itu mereka mau masuk disitu, mereka sampai tidak punya apa-apa lagi kalau mereka kita lihat. Kita yang sudah pensiun tahu, bahwa begitu kita pensiun, gaji kita langsung rendah Pak. Rendah, rendah sekali, jauh, sedangkan ada rekan kita di Komisi I ini saja Pak Menteri, bekas Menteri-lah, itu mengatakan langsung drop, langsung kita begitu pensiun, tidak jadi Menteri lagi.

Jadi kita bisa bayangkan kalau mereka musti mengambil jalan seperti rujukan itu, demikian berputar-putar, itu bukan kita mensejahterakan lagi, menyengsarakan rakyat itu namanya. Jadi saya rasa terobosan itu yang bisa ditembus adalah peraturan pelaksanaannya kalau perlu. Dengan memberi laporan, misalnya itu kita mau bikin laporan, misal tembusan kepada Presiden, dan sebagainya. Banyakkan dilaksanakan disini peraturan pelaksanaan yang tidak kita akan mengingkari daripada Undang-Undang yang bersifat baku, tapi khusus ini kita perlakukan peraturan yang khusus.

Saya rasa itu saja yang perlu, yang bisa saya sampaikan sebagai saran. Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih. Ada yang lain?.

Ya silakan Pak.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

22

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan terima kasih. Anggota Komisi I yang terhormat. Bapak Dirjen Kuathan dan jajarannya dari TNI. Bapak Sekjen atau yang mewakili, dari BPJS. Pimpinan ini diskusi kita tentang masalah di rumah sakit TNI kita dengan BPJS, sejak

saya di Komisi I, lagunya jadi diulang-ulang. Dan diperparah dengan masalah rujukan. Saya nggak paham dengan rujukan itu apa masalahnya, Bapak Kapten minta dijelaskan masalah utamanya apa sih?, yang diminta apa?, aku dari tadi nggak paham.

Ini maunya rujukannya cukup pakai rujukan kepala rumah sakit TNI, sehingga bisa masuk, atau bagaimana?. Yang kedua Pimpinan, pertanyaan buat kita, buat, buat rakyat Indonesia, untuk Anggota Komisi I. TNI kita ini masih diperlukan tidak oleh bangsa kita atau tidak? Itu pertanyaan utamanya? Karena Pak Sekjen yang mewakili tadi hanya, bukan tidak mengatahui kekhasannya TNI, tapi menyatakan dengan tegas tadi, bahwa banyak sekali rumah sakit TNI yang tidak berfungsi, tidak efisien. Iya, ya artinya Bapak Sekjen yang mewakili ini tidak paham, apa fungsinya TNI, dan Bapak itu organ negara, PNS sebagai organ negara, yang memandang TNI itu, menurut saya Bapak mengatakan, ah TNI sudah nggak perlu, Bapak jadi Satpol PP saja. Tidak ada bedanya dengan Satpol PP, itu pernyataan implisit. Tidak ada harganya TNI itu di negara kita. Karena tidak efisien kerjanya, apa yang mendasar? TNI itu tidak penting efisien, efektif yang dibutuhkan. Bisa mengamankan negara kita, kalau, kalau dia tidak bisa mengamankan negara kita, baru kita bubarkan. Tapi kalau tidak efisien, ah biarin saja. Itu bukan masalah, saya sebagai rakyat tidak peduli, tidak efisien itu tidak terjadi ketika tujuannya tercapai, apa tujuannya? tujuannya sesuai dengan Undang-Undang. Jadi ini masalah serius Pimpinan, dengan sikap yang dinyatakan oleh lembaga negara kita yang diwakili Kementerian Kesehatan yang memandang rendah fungsi tugas pokoknya TNI kita.

Saya mengusulkan Pimpinan, ini masalahnya tidak diselesaikan di Komisi I, saya mengusulkan kita membawa ini ke Rapat Paripurna dan mendesak, didalam Rapat Paripurna agar Ketua DPR memanggil Presiden, atas sikapnya Kementerian Kesehatan yang memandang rendah fungsi tugas pokoknya TNI kita.

Yang ketiga Pimpinan, dari BPJS bicara seperti itu, menurut saya, saya ini bertemu dengan public-service atau ketemu dengan Birokrat sih Ibu ini? Problem susah dipersulit, problem sulit ditambah sulit. Rujukan itu kan soal simple, kalau mau dicarikan solusi. Yang namanya aplikasi itu untuk mempermudah, begitu dibuat aplikasi menjadi lebih susah lagi, bodoh cara kerjanya. Aplikasi itu kan cukup rujukan itu kalau Ibu mau kerja, simple, sediakan saja dokter online-nya. Jadi begitu ada TNI kita yang sakit, atau keluarganya sakit, online, dijawab langsung, langsung keluar rujukannya, tinggal datang ke 5 meter itu, selesai. Karena Ibu nggak mau mikir saja, mau enaknya saja, gajinya 250 juta, buat tentara kita susah sekali dilayani.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih Pak Budi. Yang lain? Kalau tidak ada, saya ingin memanfaatkan untuk bertanya juga. Sepengetahuan saya Pak, BPJS itukan dibentuk sebagai badan hukum publik yang

bertanggung-jawab kepada Presiden. Sehingga harusnya, begitu Presiden mengatakan bahwa dia menginginkan untuk mengelola, yang dimaksud dengan social-welfare, dalam hal ini, termasuk di dalamnya ketenagakerjaan dan juga kesehatan. Kan coverage-nya kalau bisa seluruh Indonesia. Sebetulnya bassis pikirnya kalau tidak salah, seperti itu gitu.

Nah yang saya juga tadi sepakat sekali, kalau memang ada Undang-Undang lain yang sudah lahir lebih dulu, ya, yang mempunyai kekhususan, memang didalam Undang-Undang SJSN ya, yang mencakupi ini, saya melihat penyetaraannya semua sama, dianggap sama. Nah

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

23

ini yang sebetulnya akhirnya menjadi akar permasalahan daripada komplikasi permasalahan ini gitu. Sehingga yang dimaksud dengan Undang-Undang Lex-spesialis tadi, menjadi tidak Lex-spesialis, dan di Indonesia itu banyak Undang-Undang Lex-spesialis yang kenyataannya tidak Lex-spesialis, didalam implementasinya.

Maka yang paling penting adalah, kalau didalam penyusunan Undang-Undang, yang melakukan sinkronisasi itu adalah Kementerian Sekretariat Negara, mustinya hal ini tidak terjadi kalau ini didalam tataran eksekutif Pak. Sebaliknya kalau di DPR yang melakukan sinkronisasi, bertabrakan atau tidak 1 dengan yang lain, itu Badan Legislasi atau BALEG.

Nah kalau kita bisa bekerja sama, kalau mau menyempurnakan Undang-Undang ini, karena Undang-Undang ini napasnya kesetaraan. Nah ini sudah sesuatu hal yang fundamental, yang akhirnya menabrak daripada esensi yang sudah Lex-spesialis tadi di depan. Sementara saya mengetahui dengan pasti, pada waktu saya di Badan Anggaran, inikan semua tidak berpulang pada anggaran, pada duit gitu. Jadi kalau misalkan Kementerian Keuangan yang kebetulan juga tidak hadir di sini, disaat kita meminta kekhususan seperti ini, iya akan menjadi pekerjaan rumah yang tidak sederhana gitu. Kan negara ini lagi menginginkan kalau bisa semua dijangkau, ya, orang yang tidak mampu didanai, dikasih subsidi. Ya sementara kalau yang setengah mampu atau pun yang mampu, dia disuruh membayar iuran, kan esensinya begitu. Ya sehingga kita harus melihat dari niat baik Pemerintah untuk mengcover, jadi coverage-ratio itu, kalau asuransi, ini 100% ini, ini luar biasa ini sebetulnya. Tetapi yang dilupakan itu adalah, bahwa ada elemen-elemen masyarakat, itu yang di dalamnya adalah TNI-Polri dan sebagainya, harusnya mendapatkan 1 perilaku khusus. Nah ini yang tidak nampak di dalam Undang-Undang bu. Jadi di dalam Undang-Undang apa, BPJS sendiri itu tidak, tidak nampak itu gitu.

Makanya saya tidak yakin kalau ini hanya nanti dengan peraturan apa, Presiden ataupun apa, bisa menjembatani, karena terjemahan undang-undangnya begitu. Nah itu saya, saya menangkap ada 1 hal yang apa yang tidak mudah. Menteri Keuangan pasti tidak akan berani melaksanakan apa-apa. Karena tabrakan Undang-Undang ini justru harus ditengarai secara bersama-sama oleh eksekutif, paling tidak bisa menjadi inisiatif Pemerintah untuk mengajukan revisi Undang-Undang. Supaya kita clear saja Pak, bahwa TNI itu memang memerlukan perlakuan khusus di dalam hal ini, sebagaimana yang sudah diamanatkan sebelumnya. Nah tapi pada waktu penyusunan Undang-Undang yang 1 ini, yang lahir belakangan yang memunculkan BPJS Kesehatan dan juga apa, tenaga kerja, tidak mencerminkan itu, ini yang menjadi, menurut saya kita harus pikirkan betul, karena tadi Pak Charles tadi bagus, supaya kita berkirim surat kepada Presiden, supaya mendapatkan attention gitu, bahwa ini ada masalah loh, yang semua tidak bisa melangkah gitu.

Jadi saya tidak yakin Kementerian, ini jantungnya di Kementerian Keuangan sebetulnya Pak, Kementerian Keuangan inilah yang, bukan Kementerian Kesehatan kalau menurut saya. Karena Kementerian Keuangan inilah yang sebetulnya mendispers semuanya ini, ini social-benefit kok sebetulnya bagi, bagi warga negara ini. Hanya kita di Komisi I menginginkan, ini putra-putri Yang ada di dalam TNI ini berbeda perilakunya, kan begitu. Karena esensinya memang sudah jelas berbeda Pak, dia hadir dengan apa, dengan harapan menjaga persatuan kesatuan bangsa ini, dengan posisi sehatkan tentunya, primalah, kira-kira begitulah.

Nah ini yang menjadi hal yang tidak mudah, jadi menurut saya, mungkin kalau saya usul, tapi ini tidak ada kesimpulan rapat ya?, ada kesimpulan nggak? Ada?

Nah, kalau ada dalam 1 kesimpulan rapat, kita masukkan, supaya, satu, Pemerintah mengkaji ya, antara Undang-Undang yang mengatur BPJS ini dengan Undang-Undang TNI, itu yang, yang, yang pertama.

Terus yang kedua juga kita akan meminta kepada Kementerian Keuangan Pak, untuk supaya hadir sebetulnya didalam rapat ini, setelah saya melihat perkembangan daripada pembicaraan ini, sebetulnya Kementerian Keuangan harus ada. Percuma nanti, kita sudah ngotot gitu, Kementerian Keuangan bilang, wah kita nggak ada duit Pak, duitnya adalah menggunakan esensi daripada Undang-Undang BPJS itu sendiri, yang semua mempunyai equal-rights, ya, tidak membedakan 1 dengan yang lain. Nah ini yang kita gugat ini. Ya, antara keinginan Pemerintah melindungi warganya secara keseluruhan, sama keinginan kita memberikan

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

24

perlakuan khusus kepada TNI-Polri, karena memang secara nature, mereka diminta untuk mempunyai 1 hal, termasuk misalkan medical-record-nya apa TNI-Polri, harusnya kan tidak, tidak bisa diperlakukan sama, gitu kira-kira.

Ya kalau sekarang dengan filosofi yang melindungi seluruh warga negara, ya akhirnya semuanya bisa mendapatkan medical-record dengan enak Pak, kalau Bapak masukkan anak buah ke rumah sakit rujukan, memang mau bisa menjamin mereka, ndak. Nah inikan jadi hal, menjadi hal yang tidak kita harapkan sebetulnya. Nah ini mungkin kita hanya bisa melagkah, hampir sama lah semua kita punya pemikiran yang sama.

Cuma sekarang gimana supaya kita masuknya itu enak gitu. Jadi Pemerintah menyadari, melindungi negaranya kita setuju, memberikan kekhususan kepada TNI-Polri, kita sepakat, karena itu ada dalam undang-undangnya. Lantas kita meminta, ini konsekuensinya didalam budget nanti. Ya kalau bisa budgetnya akan ditambahkan gitu. Kan itu anunya, ujung-ujungnya. Jangan sampai nanti kekhususan dikasih, ini dikasih, tetapi limited-budget Pak. Apa yang terjadi?, ya tetep saja nanti minimum-facility, yang diterima juga tetap saja tidak bisa menghasilkan hal yang maksimal gitu.

Nah ini yang apa, mudah-mudahan ini bisa kita ambil jalan keluar, supaya kita betul-betul masuk ke dalam apa, permasalahan dan memang ada di tangan eksekutif, dan Presiden memang. Jadi kalau Presiden betul-betul dia apa, menangkap kekhususan ini, harus dipecahkan sistem hukumnya. Nah ini yang menurut saya penting untuk mendapatkan perhatian kita semua.

Kalau ada yang lain silakan. Pak Charles. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Terima kasih Menurut saya mungkin fokus kita hari ini bukan pada anggarannya, tetapi, memang

anggaran sangat penting ya Pak. Kita tahu memang BPJS hari ini kesulitan, tetapi lebih pada prosedurnya Pak. Dan menurut saya prosedurnya itu kalau kita menunggu lagi dari bottom up, mungkin akan memakan waktu lebih lama, kenapa tidak kita coba dorong dari top-bottom Pak, kita surati ke Presiden, minta Presiden agar segera buat Ratas, dan selesaikanlah masalah ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Boleh Pak. saya sepakat, cuma dasarnya harus berdasar dari rapat ini. Maka nanti itu

harus masuk dalam kesimpulan, sebagai apa, action item kita gitu, jadi apa yang bisa kita sampaikan, misalkan Komisi I akan apa, berkirim surat kepada Presiden menyangkut mengenai kebuntuan hukum terhadap pengkhususan daripada pelayanan kesehatan TNI-Polri. Kan itu anunya apa… F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan. Maaf Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak Budi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Sepanjang saya tahu yang bisa berkirim surat kepada Presiden, hanya Pimpinan DPR. Krsaya

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

25

Betul, betul. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan komisi pun tidak bisa. Kita harus bawa dulu didalam Rapat Paripurna untuk menjadi kesimpulan di Rapat

Paripurna, tapi yang menjadi konsen kita, kenapa kita ke bawa Paripurna, karena yang stakeholder yang berwenang membuat regulasi adalah Menteri Kesehatan dan kedua Presiden. 2 itu subjek yang kita tuju Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Coba kita, kita akan cari mekanismenya yang baik Pak. Jadi yang jelas substansinya kita akan tangkap, mekanisme yang baik apakah tadi

melalui Paripurna, diketok, iya menjadi 1 sikap daripada DPR yang diwakili Pimpinan DPR, atau bisa juga menggunakan mekanisme Pimpinan Komisi berkirim surat kepada Pimpinan DPR, karena ini merupakan hasil daripada Rapat Komisi, bisa juga demikian. Yang penting adalah intinya Pimpinan DPR berkirim surat lah, kepada apa, kepada Presiden. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Iya saya rasa Pimpinan, mungkin pola kedua bisa, karena kan kita sudah pernah

melakukan yang sama Pak, berkirim surat ke Pimpinan DPR, dari sana baru Pimpinan DPR berkirim surat ke Presiden ya. Jadi salah saya rasa terlalu jauh lah kalau ini harus diparipurnakan gitu. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oke.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Pimpinan. Saya setuju itu.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak Taufiq.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Saya kira tidak perlu di bawa ke Paripurna. Cukup Pimpinan DPR saja nanti yang

bersurat. Yang kedua, yang kedua saya menegaskan ulang, bahwa Regulasi soal kesehatan itu

adalah kewenangan secara operasional itu di Kementerian Kesehatan, memang Presiden dan DPR ya, tapi Kementerian Kesehatan. Jadi saya justru masih tetap meminta, jika memungkinkan justru agar lebih simpel, itu adalah Kementerian Kesehatan sendiri. Karena inikan kebijakan operasional, sangat teknis. Bukan soal anggaran Pak, bukan soal anggaran. Karena itu jika memungkinkan, justru di Kementerian Kesehatan cukup bisa dialihkan. Ini juga, anggaran saya kira tetap saja, ini cuma lewatnya saja, lewat mana? keuangan yang dibutuhkan tetap saja tidak ada perubahan apapun.

Terima kasih.

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

26

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Iya terima kasih, mungkin ada masukan lagi sebelum saya minta untuk Pemerintah

memberikan jawaban terhadap semua pertanyaan. Ndak ada? kalau ndak ada, kita gilir saja dari Kementerian Pertahanan, nanti dari Pusat

Kesehatan TNI, seperti yang tadi dijalankan. Silakan Pak.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Terima kasih Pimpinan Rapat. Dan kami dari Kementerian Pertahanan mengucapkan apresiasi yang sangat tinggi

Kepada Anggota Komisi I DPR, yang telah memberikan banyak saran-masukan yang tentunya untuk kebaikan kita bersama, khususnya untuk ke kesejahteraan Prajurit TNI. Terima kasih juga masukan-masukan dari Kemkes dan dari pihak BPJS dan ASABRI. Saya mau menambahkan sedikit, sedikit menanggapi, bahwa kami mengajukan ini tentunya tidak ingin bahwa ada yang melanggar aturan, semua harus tetap dengan sesuai aturan dan sebagainya. Jadi kalau disampaikan oleh Dirkum BPJS tadi, ya kita sesuai aturan semuanya seperti ini, jangan sampai nanti ada mengaku aturan, 5 tahun kemudian jangan sampai ada yang kena jadi tersangka karena penyalahgunaan uang, itu kami juga tidak mau seperti itu, ya. Justru kami disini mengajak kita berdiskusi bersama ya, karena ini ada, ada masalah, bukan, bukan nggak ada masalah gitu. Nah masalah ini harus diselesaikan. Harus diselesaikan ya. Kalau soal aturan dan lain sebagainya kan bisa kita diskusikan, bisa kita inikan, seperti yang disampaikan oleh Pak Supiadin tadi, aturan bisa kita robah dan sebagainya. Nah ini bukan wahyu dari Tuhan dan lain sebagainya, ini bisa kita selesaikan, sama.

Jadi tentunya kami dalam menginginkan tentunya ada Lex-spesialis ini, tapi tidak melanggar aturan yang ada, kalau memang aturan itu bentrok, tentunya, atau tumpang tindih, mari kita diskusikan bersama, ya, kami diajak untuk berdiskusi, gitu, karena kami punya kepentingan disini, dan kami juga ikut melayani masyarakat disamping kami melayani Prajurit kami. Nah tentunya kami juga tidak ingin Prajurit kami keleleran dan lain sebagainya, makanya kami terus-menerus menyampaikan hal ini, ya, kami komunikasikan dengan Kementerian Kesehatan sebagai regulator dalam masalah kesehatan ini, tolong kami diajak bicara, karena setidaknya kami tentu akan terlibat dalam masalah kesehatan, karena kami punya rumah sakit yang juga digunakan oleh masyarakat, dan tentunya ini akan saat berhubungan dengan Kementerian Kesehatan. Beda kami dengan misalnya Kementerian lain yang tidak mengoperasionalkan rumah sakit. Karena Kenhan dan TNI, juga Polri tentunya, ini punya kepentingan didalam mengatur masalah kesehatan ini, karena kami juga punya Rumah Sakit, dimana regulatornya tentu bukan Kementerian Kesehatan tapi adalah Kementerian Kesehatan.

Untuk itu ya, sekali lagi kami terima kasih atas masukan-masukan yang lainnya. Jadi kami mohon dukungan ya, dan memang tentunya ini ada masalah, bukan tidak ada masalah, jangan dianggap tidak ada masalah dengan masalah ini ya, memang kelihatannya yang nggak menaik keatas, tapi kami juga tidak berharap nanti akan meletus keatas dan sebagainya, tidak. Tapi ini ada masalah yang harus diselesaikan mumpung belum menjadi besar, mari kita selesaikan bersama, untuk masalah ini.

Selanjutnya kami juga menyarankan, tadi malah sudah disarankan untuk Rapat Paripurna dan lain sebagainya, karena kami ini disini berbeda komisi Bapak, Kemhan dan TNI ada di Komisi I, kemudian Kementerian Kesehatan dia ada di Komisi IX, mungkin Polri yang punya masalah yang sama, ada di komisi 3, tadinya kami hanya menyarankan ada rapat gabungan antara Komisi 1, 3 dan 9, sebelum kita mungkin nanti akan maju kepada Rapat Paripurna, mungkin akan lebih baik lagi, untuk menyarankan seperti itu.

Mungkin itu sedikit dan memang dari saya, mungkin nanti rekan-rekan kami dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI akan menambahkan masalah yang lainnya.

Terima kasih.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

27

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih. Silakan dari TNI, Pusat Kesehatan TNI.

WAKIL KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (LAKSMA TNI drg. ANDRIANI S.):

Terima kasih Bapak Pimpinan rapat. Kami dari TNI mengucapkan terima kasih yang luar biasa. Ternyata Bapak-Bapak dari

Komisi I, dari seluruh Fraksi, kami sudah mendengar bagaimana pembelaannya terhadap TNI. Kami ucapkan terima kasih Bapak. Yang kedua, adalah seperti saran Bapak Pimpinan tadi, menyambut dari ke usulan Pak

Charles Honoris, ini sekarang bom waktunya ini sudah diputar, knop sudah ditekan, berdetak terus, karena dikunci Pak. 560 sekian, 500.000 anggota plus keluarga plus anak, sekarang terkunci, dengan sistem rujukan ini. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Maaf Pimpinan, Pimpinan. Aku mau mempertajam ya. Aku nggak paham ke kunci itu apa Pak? Tolong, tolong dijelaskan, apa yang masuknya ke kunci? Yang kedua, sistem rujukan itu apa yang masalah? seperti yang diceritakan Pak

Supiadin atau tidak? Lalu yang ketiga, pertanyaan saya itu, mana draftnya Kemhan? mana draftnya si BPJS?,

yang berbeda mana? saya dapat, dapat copynya Pak, sekarang Pak. Jadi saya tahu perbedaannya dimana?

Terima kasih. WAKIL KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (LAKSMA TNI drg. ANDRIANI S.):

Iya, baik terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan dilanjutkan Pak.

WAKIL KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (LAKSMA TNI drg. ANDRIANI S.):

Tadi saya pikir tidak mau membuang waktu lagi, karenakan sudah cukup lama kita rapat. Baik, terkuncinya, adalah pertama terkunci rujukan online. Jadi Anggota TNI, walaupun

rumah sakit itu, contohnya Rumah Sakit Marinir Cilandak, di belakang itu ada Batalyon Marinir, jaraknya hanya 15 meter sebelah pagar. Dia dengan sistem rujukan sekarang yang dikunci secara online, tidak bisa berobat ke rumah sakit tersebut, dia harus ke Jagakarsa, dia harus muter ke rumah sakit lain, dan sampai di situ 2 hari.

TNI lahir sejak zaman…. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Sebentar Pak. Aku nggak paham kalau online itukan mempermudah, bukan memperpanjang jarak, ini

sistem online ini gimana sih?. Aku, aku agak, agak hobi dengan aplikasi Pak. jadi kalau ada online membuat orang

susah, itu yang, yang membuatnya tolol sekali itu, bodohnya luar biasa, membuat online tapi menyusahkan pemakainya.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

28

Terima kasih. Oke sebentar.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Terima kasih Bapak. Saya Direktur Kesehatan Kemhan yang tiap hari menerima komplain. Jadi sejak bulan April dilaksanakan rujukan online, jadi tadinya Anggota TNI cukup ke

poliklinik segala macam, membawa surat ke rumah sakit TNI. Kemudian sekarang dilakukan berjalan online, dan online ini dikunci oleh BPJS, berdasarkan pertama, regional. Contoh klinik Angkatan Laut di Jatibening, itu masuk Bekasi, sementara rumah sakit rujukan Angkatan Laut Marinir Cilandak dan Mintoharjo masuk Jakarta, itu dikunci karena itu beda provinsi. Yang ada di Pasir Angin… F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Sebentar, kekuncinya di aplikasi atau diregulasi?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Di aplikasi. Karena kau diaplikasi tidak keluar online, waktu dia berobat…

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Oh kalau begitu Pimpinan, ini lebih teknis. Kalau gitu kita bisa paksa ini BPJS, bikin aplikasi yang benar.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Betul. Kami minta yang pertama adalah hentikan penguncian rujukan, kami membuat ribut. Jadi

sekarang misalnya anggota AURI di komplek Halim, tidak bisa masuk ke rumah sakit Esnawan, karena dibuat harus ke rumah sakit tingkat IV, dia harus ke Cijantung dulu, Marinir Cilandak, yang jelas-jelas rumah sakitnya di tengah komplek Marinir, harus ke rumah sakit tingkat IV RSUD Jaga Karsa, tidak bisa langsung. Kalau itu langsung kesana, SOP sudah keluar, BPJS tidak membayar.

Ini yang membuat keributan, yang kami minta kalau katanya ujicoba, mohon dihentikan, karena ini mengandalkan, hanya untuk tadi dalam, 2,9 juta dari 200 juta yang dilayani BPJS.

Yang kedua, yang kami minta kepada BPJS, adalah mohon dibuat Permenkes yang turunan sana, yang mengakomodir kekhasan kami, karena regulasi seperti tadi dikatakan Bapak Dewan yang terhormat, diatur oleh Permenkes. Jadi kami minta 2 itu.

Jadi BPJS bisa mengakomodir, buka seperti dulu. Dulu itu waktu awal, hanya ada 3 namanya PPK 1, 2 dan 3. PPK 1 itu Poliklinik Pak, PPK 2 itu adalah rumah sakit tingkat 2, 3, 4. PPK 3 itu rujukan. Di TNI rujukan itu cuma, waktu itu RSPAD Gatot Subroto dan Ramelan. Waktu awal seperti tadi dikatakan Dokter Subuh sebagai Staf Ahli Menteri Ekonomi, bu Menkes, itu sudah ribut karena dari Puskesmas, misalnya Poliklinik, bisa ke rumah sakit tingkat 2, 3 dan 4, pokoknya PPK 2, yang tidak boleh langsung ke Gatot Subroto. Dengan online ini dibuat oleh sistem itu, dikunci harus ke provinsi yang terdekat, kalau beda provinsi walaupun itu dekat, tidak boleh. Harus lewat tingkat 4, tingkat 3, tingkat 2, tingkat 1, berputar. Ini yang kami

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

29

minta tadi, di surat resmi dari Dirjen Kuathan kepada BPJS, mohon Perdirjampelkes yang nomor 4, tentang kerujukan, tidak diberlakukan pada anggota TNI dan keluarganya. Hentikan penguncian online itu. Karena penguncian online itu mereka yang mengunci, kami minta hentikan itu, ya. Sampai bisa, karena aturan tadi, surat ke Presiden segala macam, buat Permenkes, itu butuh waktu. Tapi ini yang sekarang, anggota sudah ribut. Apa susahnya membuka rujukan online. Hentikan dulu uji coba ini yang sangat merugikan TNI.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Itu sudah bisa ditangkap itu Pak. Esensinya Bapak sudah bisa tangkap.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Tinggal sekarang, sebentar Pak, saya ingin dari BPJS ya, karena ini masalah teknis itu,

apakah di dalam penguncian-penguncian semacam itu sifatnya umum?, tanpa mempertimbangkan, misalkan TNI itu mempunyai banyak sekali rumah sakit, yang akhirnya menjadi lucu gitu, orang yang tinggal di dalam apa, kompleks TNI, ya karena BPJS menggunakan sistem penguncian itu yang sifatnya umum, yang seakan-akan menafikan bahwa apa, anggota TNI yang tinggal di sekitar situ menjadi sama gitu, dengan yang lain gitu, yang dia harus pergi ke provinsi mana, dia mesti, kaya-kaya diputar semacam itu, saya ingin jelas dulu dari apa, dari BPJS.

Silakan. Nanti Pak Budi nyusul.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Mohon izin menjelaskan, rangkaian sistem rujukan online ini, diawali sebetulnya karena

ada amanah dari Bapak Presiden yang melihat ke lapangan langsung bahwa banyak peserta-peserta JKM itu menumpuk di 1 rumah sakit, sehingga antrian panjang sekali. Mungkin beliau melihat beberapa kondisi seperti itu, sehingga meminta BPJS melakukan bagaimana mengurai antrian ini. Jadi jangan sampai peserta menjadi kesulitan karena antrian yang panjang.

Nah terkait dengan itu, maka kita kemudian melihat, kenapa rujukan tersebut jadi antrian?, salah satunya memang selain jumlah peserta juga bertambah, yang memanfaatkan bertambah, ternyata dari fasilitas kesehatan tingkat pertama pada saat mau merujuk peserta ke tingkat lanjutan atau rumah sakit, tidak pernah mengetahui kondisi kapasitas di rumah sakit itu sudah penuh atau tidak, sehingga rujukan itu terus dikirim saja ke rumah sakit A atau B atau C.

Namun sejak awal, program ini berjalan, baik Undang-Undang, baik Permenkesnya, Perpres atau Permenkes, F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, maf Pimpinan. Si Ibu BPJS ini ngomong alasannya Presiden, pertanyaan saya apakah Bapak Presiden

ada perintah kepada Ibu mengatakan bahwa anggota TNI yang rumahnya di komplek harus berkeliling seluruh Indonesia untuk bisa datang ke rumah sakit TNI-nya sendiri?, ada perintah dari Presiden tidak?.

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

30

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Perintah itu jelas tidak Bapak. Tetapi bahwa seluruh peserta mengikuti semua sistem rujukan berjenjang, ini yang tentu

menjadi pedoman bagi kami juga. Kami sangat memahami kondisi …. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Ada Bapak Presiden ngomong harus berjenjang?, didalam?.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Iya, dalam Undang-Undang, dalam Perpres, dalam Permenkes, semua menyatakan

pelayanan berjenjang, Bapak. Permenkes juga menyatakan bahwa pelayanan berjenjang dari rumah sakit tingkat layanan primer, sekunder, tersier. Dari pelayanan primer, sekunder, tersier. Kemudian berdasarkan kelas rumah sakit, kelas C, eh D, C, B dan A.

Ini kita harus terjemahkan dengan tepat kondisi ini. DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Interupsi Bapak Pimpinan rapat.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oh, oke silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin Bapak. Jika sistem rujukan TNI punya sistem rujukan yang jauh lebih lama dari Kemkes, dan itu

berstandar universal. Militer dimana dengan Lex-spesialis-nya. Dan kami punya Undang-Undang yang lebih tua dari itu. Kami juga punya, Perpres kami punya itu lebih dari itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Jadi gini, ini kita akan nyari jalan keluar ini sekarang ini. Harusnya bu, seperti tadi yang saya sampaikan di depan, tidak bisa disamakan,

memang ini sudah, sudah susah. Filosofi dasarnya Undang-Undang itu adalah menyamakan semua warga negara, itu yang membikin amburadul ini, sebetulnya.

Karena begitu kita berbicara TNI dengan segala macam fasilitas yang dimiliki dan segala macam apa rumah yang ada di sekitar daripada fasilitas tersebut, menjadi seakan-akan ndak ada Pak. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Pimpinan, ijin Pimpinan.

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

31

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Di Bapak kaya dipersamakan semua dengan apa, dengan masyarakat yang lain, ini yang

sebetulnya menjadi hal yang menurut saya menjadi fondamental sekali. Nah sekarang dalam rapat Komisi I ini, kita meminta Itu, supaya ini dipertimbangkan ya, bagi institusi yang memiliki fasilitas kesehatan, yang kebanyakan daripada karyawannya ya, ataupun anggotanya berada pada lingkungan yang memang ada fasilitasnya itu, gitu loh bu. Jadi kalau itu bisa dipecahkan, paling tidak dengan membuka atau meng-unlock tadi yang di, yang bersifat umum tadi, Itu saya rasa akan sangat baik ya, paling tidak bisa mengakomodasi dari apa yang dikeluhkan oleh teman-teman dari TNI dan Kemhan tadi.

Coba saya ingin dijawab dulu, mungkin atau tidak secara teknisnya ini. DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Iya, ijin Bapak. Terima kasih. Tentu tadi saya sampaikan juga, bahwa apabila regulasi di atasnya direvisi sedikit saja

tentang bagaimana pelayanan kekhususan TNI ini bisa dilakukan, maka BPJS secara teknis bisa menterjemahkannya Pak. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nggak gini bu, kalau ini Undang-Undang, akan lama ini. Ini lama ini, undang-undang, ini

karena filosofi undang-undangnya gitu, mengenai, ndak bisa bu. Permenkes malah akan salah nanti dengan, kalau undang-undangnya masih tidak, tidak apa, tidak dibetulkan.

Tapi menurut saya, karena ini sifatnya teknis, ya pintar-pintar saja ditempatnya Ibu, misalkan, untuk memberikan kekhususan gitu, terhadap, inikan kita sambil ya, sambil kita betulkan payung hukum, sedangkan maksud saya, sekarang nanti kalau tidak, ada kelompok masyarakat, yang dia punya, mengetahui isi Undang-Undang ini Pak, dia nesu Pemerintah Pak. Dia bisa class-action ke Pemerintah, dia bilang apa bedanya?, saya bayar pajak kok, nah bisa begitu, jadi panjang lagi anunya.

Padahal yang kita inginkan sekarang ini, tolong yang disampaikan oleh apa, dari Kemhan dan TNI itu diakomodasi ya, dengan cara yang kita, sambil kita betulkan payung hukumnya gitu. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Interupsi. Satu saja Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan.

F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Sebelum Ibu lanjut. Kepada Pak Direktur Hukum, ada tidak regulasi yang membatasi BPJS memberikan

diskresi?, atau perlakuan khusus terhadap TNI?, ada tidak yang membatasi?, dan apakah ada sanksinya?, itu saja.

Kalau nggak ada, ya mungkin ya, ada, bisa kita kasih diskresi gitu.

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

32

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Baik. Saya memberikan jawaban berdasarkan Undang-Undang tentang SJSN, ini hukum tadi

ya, berjalan, tapi nanti kita ada saat apa, solusi, solusi ada beberapa hukum juga, ya payung hukum lain yang bisa kita gunakan.

Jadi di Undang-Undang BPJS sendiri, Nomor 24 tahun 2011, itu ada namanya azas, 3 azas dan 9 prinsip. Kemudian ada beberapa hal yang tadi saya sampaikan, di Pasal 38, itu Sanksi bagi Direksi yang tidak melaksanakan, itu akan dikenakan ganti rugi tanggung renteng, itu 1, itu Sanksi berarti.

Kemudian ada beberapa hal, kita kalau melihat Undang-Undang Nomor 44 tentang Rumah Sakit, ada nama A, B, C, kelas A, B dan C, sistem penjenjangan rumah sakit. Kemudian ada lagi namanya Permenkes Nomor 1 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Perorangan, tetapi semua itu adalah sifatnya masih Bapak Pimpinan tadi sampaikan, masih sifatnya general, umum. Ada yang khusus, ada di Undang-Undang Otonomi Daerah, itu mengatur tentang reginalisasi rumah sakit umum daerah, itu adalah kewenangannya Gubernur, Kepala Daerah Kabupaten-Kota, karena hal ini untuk rumah sakit daerah dibuat sistem regionalisasi, tolong dari Kemkes kalau tidak salah seperti itu, koreksi saya.

Kemudian untuk Kementerian Pertahanan atau TNI, itukan sudah ada Undang-Undang tersendiri, sehingga ada otonomi dari TNI, untuk mengatur reginalisaasi sistem rujukannya sendiri juga sebenarnya ada, bisa ada celah itu. Salah satu ditentukan oleh TNI, apakah itu Menhan membuat suatu rujukan, ini adalah rumah sakit kelas A, DI rujukannya umpanya Gatot Subroto, kelas B disini untuk, nah ini untuk reginalisasi sebenarnya bisa. Nah tetapi dengan dasar begitu, kita ada dasar, tapi kalau ujuk-ujuk hanya BPJS membuat suatu regulasi sendiri, tanpa dasar payung hukum yang jelas, itu salah kami. Soal keweangan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Jadi gini Pak, ini saya ingin apa, menyimpulkan ya, ini ada Undang-Undang Pertahanan,

ya, ada Undang-Undang Otonomi Daerah ya. Semuanya ada hal yang menyangkut masalah kesehatan, iyakan. Yang Otda bisa jalan, iyakan, yang Otda bisa jalan, tapi yang Pertahanan ini tidak, berarti apa?, berarti sebetulnya pertahanan itu bisa dong kalau gitu mengatur, BPJS melaksanakan tidak?. Jangan sampai nanti dikeluarkan disini ya, peraturan Menhan misalkan, mengeluarkan mengenai sistem daripada rujukan tadi, nggak dijalankan sama BPJS. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Jadi kalau untuk kekhususan keanggotaan, jadi untuk TNI polri saja itu bisa mungkin dan keluarga, tapi kalau untuk yang dimanfaatkan untuk pasien umum, memanfaatkan fasilitas TNI-Polri, ini tentu harus diberlakukan secara umum tadi.

Jadi itu jelas, jangan sampai nanti… KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

TNI dululah dengan keluarganya dululah.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Nggak artinya kitakan TNI-Polri.

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

33

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin Bapak. Perpang TNI tentang sistem rujukan TNI sudah ada. Dan kami tidak minta masyarakat

umum yang berobat kepada kami, kami hanya minta Anggota TNI, PNS Kemhan dan keluarganya, serta purnawirawan. Tidak minta yang masyarakat umum, silakan atur masyarakat umum. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nggak ini supaya tabrakan hukumnya tidak ada Pak, karena yang menurut penjelasan

barusan ini, yang Otda, itu jalan itu, iyakan. Coba Undang-Undang Otda ini jalan, ya, ada regionalisasi gitu lho maksud saya, sehingga kalau seperti itu, berarti tidak usah kita merubah yang di atas. Karena kalau saya bisa bayangin Pak, yang di atas itu asasnya sama. Ini yang saya dari tadi itu, nangkepnya itu agak sedikit repot ini.

Nah kalau Bapak sudah punya precedence-nya, bahwasanya ternyata dengan Undang-Undang Otda, regionalisasi itu bisa diberlakukan, ya sekarang kita minta, kalau sekarang apa, dari pihak TNI, ya Kemhan-TNI ini memberikan suatu aturan, sesuai dengan Undang-Undang Pertahanan, BPJS menjalankan tidak?. Jangan nanti-nanti begitu ini masuk, Ibu berpikirnya, loh saya berpikir pakai payung hukum yang diatas, harus semuanya sama, nggak ketemu lagi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan. Undang-Undang 34 itu, adalah Undang-Undang Rakyat Indonesia, negara Republik

Indonesia, bukan undang-undangnya Kementerian Pertahanan, artinya ketika Kementerian Kesehatan tidak melaksanakan Undang-Undang itu, Bapak melanggar Undang-Undang, BPJS sebagai pelaksana dari Undang-Undang, melanggar juga Undang-Undang tersebut. Jadi jangan dibalik-balik posisinya, kami kian cuma pakai Undang-Undang Kementerian Kesehatan, mana ada Undang-Undang Kementerian Kesehatan, adanya Undang-Undang Negara Republik Indonesia, ini catatan, saya nggak mau berdebat dengan Bapak soal teknis, ini prinsip Pak. Undang-Undang itu sudah ada dan harus berlaku juga di Bapak, harus juga berlaku di Kementerian Kesehatan.

Yang kedua, Pimpinan, urusan teknis ini Pimpinan. Soal rujukan penjenjangan pakai online, itu solusinya gampang sekali, apa?, jadi jawabnya online, dokter yang ngasih rujukannya online, selesai, nggak usah datang-datang, ujuk-ujuk, jauh, pakai mobil orang ditandu jalan 2 kilo, 5 kilo, dijawab sama dokter online, itu namanya pakai aplikasi Bapak, pakai online. Tapi kalau online membuat peserta BPJS tambah susah, itu yang membuat tololnya luar biasa. Bapak sudah digaji 250 juta tiap bulan, nggak bisa mendisain aplikasi secara baik. Saya marah ini, dan soal ini, aplikasi, saya kesel Pimpinan. Kenapa?, itukan cara berpikir, online itu memudahkan, bukan menambah rumit.

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

34

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Interupsi Pimpinan. Ini jangan menebar hoax bagi kita, jadi gaji Direksi BPJS tidak benar 200 juta.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Oh salah ya, berapa Pak gajinya Pak. Boleh tahu Pak berapa gajinya Pak?, gajinya berapa Pak?, gajinya berapa Pak?, biar

saya nggak salah lagi berapa?, saya mau tanya. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Sudah, sudah, sudah nggak relevan, sudah Pak.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nanti off-line sajalah disampaikan. Saya kembali lagi ya, kembali lagi kepada apa yang kita pengen capai kesepakatan

pada sore hari ini. Jadi saya hanya meng-quote dari apa yang disampaikan oleh Pak Direktur BPJS. Jadi supaya ini ada pemecahannya pak ya, kalau Bapak nanti sudah ada Permenhan-nya ada nggak Pak?, yang mengatur seperti ini Pak?. DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Rujukan diatur oleh Perpang TNI.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Perpang?, ada sudah?.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ada, sistem rujukan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nah itu saja dijalankan. Nah silakan.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Terima kasih. Izin Bapak. Sebetulnya jajaran kami dengan Kementerian Pertahanan TNI-Polri, kita sudah

seringkali bertemu, dan kita sudah sempat membahas mekanisme, kalau seandainya rujukan untuk TNI-Polri bisa kita akomodir, maka kami sudah mencoba merencanakan apakah ini akan ada tadi Bapak Charles sempat bilang diskresi, ini kita akan bawa di rapat BOD tentu, diskresi seperti ini bagaimana supaya ke kita aman semua pihak, kemudian kita sudah berencana, kalau ini bisa dilakukan, maka mungkin semua TNI, Polri, Anggota keluarga kita beli flek. Memang

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

35

pada saat pertemuan yang lalu, diminta untuk Pati dan kemudian Anggota saja, tapi kemudian ada berkembang keluarga juga, nah inikan tentu diskresi yang harus resiko mitigasi, ini resikonya harus dipikirkan dan akan diputuskan dalam rapat BOD Pak. Tentu apabila memang, sebetulnya yang kami butuhkan adalah 1 payung lagi, bahwa dari Undang-Undang JKM, BPJS, kemudian Perpres, Permenkes ini ada yang menyatakan bahwa rujukan TNI-Polri dengan ada Undang-Undang dari Kemhan juga, bisa dilakukan, maka ini bisa berjalan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya kita tahu bu, kalau itu sih kita semua sepakat disini, kita betulkan payung hukum

yang paling atas. Kan permasalahannya sekarang itu, adalah kita membutuhkan action yang lebih cepat, kita menyadari bahwa ada kekhususan, kan begitu. Ya tinggal sekarang bagaimana kita menjalankan, dan kebetulan Ibu juga atau Bapak menyampaikan tadi, bahwa di Undang-Undang Otda ada kekhususan, berarti sebetulnya ada precedence-nya sebetulnya, tanpa harus membawa membetulkan payung yang di atas gitu loh.

Nah itu kalau misalkan Otda ada, iya bawalah ke Board of Director meeting nanti. Supaya apa, peraturan apa Pak?, Permenhan ya?, Perpang TNI ya, Perpang TNI itu bisa disamakan dengan turunan daripada Undang-Undang Otda, ya, untuk masalah rujukan itu. Dan saya, saya yakin kalau itu, ya berarti yang itunya akan dijalankan Pak, sama BPJS. Inikan repotnya Bapak punya aturan nggak dijalankan. Iyakan?.

Sementara disana yang Otda ada. Nah kita paling tidak menjembatani sambil ya, saya tetap sepakat Pak, karena kalau yang di atas tidak kita rubah, dia masih menyamakan warga negara Indonesia yang terdiri dari A, B, C, itukan saya baca tadi barusan disini, sampai rakyat biasa, itu semua sama, nggak ada tulisannya khusus, ini khusus, ndak ada.

Nah itu memang harus kita betulkan, tapi betulkan Undang-Undang itu butuh waktu yang lumayan lama Pak. Nah maksud saya, terobosan ini harusnya bisa dipakai ya, dengan apa precedence-nya Otda tadi, harusnya bisa dijalankan. Nanti saya masukan dan kesimpulan rapat ini.

Jadi kita minta waktu, di dalam BOD itu, paling tidak 2 minggu dari sekarang atau Ibu nanti menyampaikan ke kita, 3 minggu dari sekarang, itu bisa diputuskan ya, supaya betul-betul ada ininya, ada apa, ada manfaatnya kita rapat, kalau nggak percuma kita lama-lama ini Pak, lebih bagus saya ke dapil ini, daripada ketemu Bapak-Bapak semuanya, tapi ternyata nggak menyelesaikan masalah. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan. Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Iya, dengan solusi yang tadi, kita soal payung hukum, dilanjutkan, saya setuju. Tapi jika sampai kita ajukan belum ada kejelasan dari Menteri Kesehatan dan Direktur

BPJS, saya akan mengusulkan, akan membuat inisiatif untuk Hak Angket ke BPJS. Untuk memperjuangkan teman-teman TNI kita.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak, ini hak yang melekat secara konstitusi di kami semua.

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

36

Jadi apa yang disampaikan oleh Pak Budi Youyastri tadi, tidak menutup kemungkinan, tapikan kita tidak ingin sampai Hak Angket dan lain sebagainya. Nah tadi saya mohon betul, untuk supaya bisa ditindaklanjuti gitu.

Mungkin ada, dari tadi ingin bicara Pak Sekjen Kemenkes. DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Terima kasih Pak. Saya kira, kita cukup meluruskannya, yang pertama, Permenkes 001/2012, itu dibuat

sebelum BPJS Pak, era BPJS. Jadi belum mengakomodir sistem rujukan yang pola sekarang, ya. Jadi artinya apa?, kita sudah sepakat dengan pihak TNI, bahwa kita akan melakukan bawuran ya, terhadap revisi 001/2012 tersebut, yang akan kita akomodir, bagaimana pemanfaatan secara optimal, secara maksimal, fasilitas punya TNI yang bisa dimanfaatkan.

Nah sebenarnya langkah yang paling praktis adalah pada saat ini adalah meninjau kembali per, Peraturan Direktur Pelayanan untuk ujicoba online itu Pak. Kalau kita mau khususnya pada, khusus pada TNI dan keluarga dan kepada ini, saya kira itu bisa dilakukan dengan memberikan bendera kepada sistemnya, supaya ini bisa tidak terkunci, gitu pak ya. Kami sudah, sudah apa, sudah membuat kesepakatan task-force kami dengan pihak TNI, dan juga Polri ya, kemudian juga kami mengundang BPJS ya, untuk bisa merevisi tentang rujukan tersebut. Itu adalah hasil kesepakatan kami.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya sudah, makin meruncing sekarang ya, mengerucut bahwa ternyata peraturan itu jauh

sudah ada sebelum BPJS, sehingga tidak mengatur rujukan secara detil. Ini yang bisa dirubah Pak ya?.

Iya silakan, kalau ada yang lain. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin Pimpinan. Saya menambahkan boleh?.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan Pak.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Jadi prinsipnya adalah kami tentu ingin melaksanakan amanat Undang-Undang dan

prinsip dari Sila Kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tadi sudah mengerucut, bahwa TNI adalah Lex-spesialis dan harus mendapat suatu

perlakuan khusus untuk menjaga kedaulatan NKRI, kami sepaham akan hal itu. Dalam hal Sistem Rujukan Online kami juga ada mempunyai prinsip, agar peserta itu

mendapatkan akses kepastian jaminan len kesehatan dengan hasil yang berkualitas dan sesuai dengan yang diharapkan, yang dikenal dengan 3S. istilahnya Save, Safety and Satisfaction. Jadi aman, selamat dan juga puas, ini yang kita lakukan.

Tentu dengan era digitalisasi atau distruption ini, kita agar semua itu bisa mendapatkan transparansi, akses yang mudah dan sebagainya.

Tadi disampaikan ada Undang-Undang tentang TNI dan juga ada Undang-Undang BPJS

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

37

dan sudah ada Undang-Undang SJSN yang mana tadi waktunya itu berbeda, jadi dinamikanya tentu berbeda. Dengan adanya ini, tentu kita ingin agar semua itu mendapatkan tadi 3S tadi, Save, Safety, Satisfaction termasuk TNI dan keluarganya, ini kita senang. Tetapi tentu ada beberapa hal yang harus kita perbaiki, tadi disebut bahwa Undang-Undang, peraturan regulasi tentang sistem rujukan Permenkes Nomor 1 tahun 2000, 2012, ini juga harus diperbaiki, karena sudah ada Perpres 82 tahun 2018 tertanggal 18 September 2018 yang baru. Nah ini baru, ini adalah suatu momentum yang ingin kita perbaiki, nanti ada Per BPJS, yang dalam hal ini lebih tinggi dari Perdir, apakah Perdijampelkes atau Perdir lain. Dan ada lagi nanti, yaitu ada, ada 14 Permen yang akan dilahirkan, tentu nanti akan difasilitasi termasuk kalau memungkinkan, ini adalah Kewenangan Kemkes untuk mengatur TNI-Polri secara khusus. Sehingga itu payung hukumnya cukup bisa lebih cepat. Karena dalam hal Permenkes ini, itu Pak, maksimal 6 bulan harus sudah terlaksana semuanya itu. Nah ini juga kalau memungkinkan dalam 1 bulan ini kita kerjasama bareng-bareng, nanti kita buat 1 task-force tadi, kita akan memfasilitasi.

Jadi prinsipnya kami tidak mengada-ada, tapi ingin mengakselerasi, mensinergikan, agar seluruh masyarakat termasuk Keluarga TNI-Polri mendapatkan akses kepastian jaminan pelayanan kesehatan, sehingga dirasakan kehadiran negara saat dibutuhkan. Orang lain saja, yang warga umum, kami perlakukan, apalagi TNI-Polri.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan Pak.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Izin. Jangan nunggu 1 bulan, kami mohon kalau bisa besok atau hari ini pun online dibuka

dulu sampai Permenkes itu, karena ini anggota sudah resah Pak. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Setuju Pimpinan. Saya usul bagian kesimpulan kita mendesak agar sistem online-nya dibuka khusus untuk

Anggota TNI, Polri kan tetangga, Anggota TNI, keluarga TNI dan Purnawirawan. Dijadikan kesimpulan kita dan sifatnya memaksa. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silakan. Nanti kita, pasti kita akan masukkan, tetapi kan tadi disampaikan bahwa perlu ada board

of directors meeting ya, ya kita kalau bisa ini menjadi landasan untuk segera dimintakan extra-ordinary lah untuk board of directors meeting, supaya bisa dilakukan dalam waktu yang cepat.

Ada tambahan lagi mungkin?, dari kesehatan TNI?. Silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Terima kasih Pimpinan sidang. Mohon ijin, tadi apa yang disampaikan Biro Hukum daripada BPJS, kami rasa kalau

mengikuti aturan-aturan yang disampaikan beliaunya saya rasa masih sangat panjang mungkin ya, rujukan online tersebut bisa dibuka.

Pada kesempatan ini, kami minta ketetapan dari Bapak Biro Hukum BPJS, apakah

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

38

dengan Perpang TNI saja, sudah bisa membuka rujukan online tersebut?. Karena kita tahu bahwa TNI dan keluarganya saat ini sangat menderita sekali, sebagai contoh di rumah sakit Halim. Rumah Sakit Halim itu PPK 1 nya hanya berjarak sekitar 15 meter daripada rumah sakit Halim, tapi namun demikian, rujukan dari pada PPK 1 tidak bisa ke rumah sakit Halim yang jaraknya 15 meter. Dia harus jalan ke Pusdikkes, yang jaraknya sekitar 10-15 kilometer.

Jadi mohn dengan ini, saya rasa mungkin pertemuan dengan BPJS ini sudah berkali-kali dengan Bu Maya, sudah berkali-kali, namun tidak pernah membuahkan hasil. Karena apa?, karena Dirut BPJS sendiri tidak pernah hadir, dan saya tahu dokter Maya adalah bukan orang yang bisa mengambil keputusan dlam hal ini.

Jadi pada kesempatan ini mohon Bapak Biro Hukum, apakah dengan Perpang TNI bisa membuka rujukan online tersebut?.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Kita interaktif saja, mungkin bisa dijawab Pak, supaya apa, kita saksikan secara

bersama. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Karena TNI sifatnya kekhususan tadi Pak, jadi undang-undangnya juga tahun 2004,

sedangkan Undang-Undang SJSN ini tahun 2004 juga, dan BPJS tahun 2011, tetapi ada lagi yang aturan yang di bawahnya, itu Permenkes, Perpres, kemudian ada Permenkes yang memang sudah sebelum lahir adanya BPJS. Kemudian kalau sifatnya khusus, tentu dalam hal kebijakan, karena ini sifatnya kesehatan nasional, ini harus ada pengambil kebijakan, yaitu pemrakarsa, dalam hal ini adalah Kesehatan, tentu kemeb Kesehatan.

Jadi kuncinya adalah nanti Panglima TNI, sama seperti di otonomi daerah, Gubernur, Walikota dan sebagainya, itu diatur, yang mengatur juga daerah itu, ada Permenkes tersendiri. Jadi nanti ada diatur Permenkes. Kuncinya adalah kalau Permenkes ada, kami tinggal mengeksekusi, tapi kalau tidak ada, kami tidak ada koneksi masalah kesehatan itu. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya sudah, sekarang Kementerian Kesehatan ini.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Surat Menhan ke Menkes sudah dibuat dan tadi sudah ditayangkan yang meminta

Permenkes. Surat Menhan itu sudah mencakupi KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nah sekarang gimana Pak Sekjen?. Coba Pak Sekjen, untuk eksekusi ini.

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Iya Pak, kami sudah bertemu dengan pihak TNI, kami untuk membahas Permenkes 01/2012 tersebut, ya. Tentunya perlu proses Pak, yang namanya Permenkes perlu proses gitu. Tetapi kalau menunggu proses, saya kira sebulan, mungkin satu setengah bulan, karena perlu

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

39

harmonisasi dan perlu yang lain-lain, saya kira sudah terlalu terlambat buat pelayanan. Iya agak legowo sedikitlah dari BPJS untuk menunda dulu ujicoba online di TNI dan Anggotanya, itu saja, dengan untuk masyarakat umum yang mau masuk rumah sakit TNI, iya silakan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Gini Pak, ini pak ini kalimatnya bagus sekali, jadi menunda pemberlakuan Sistem online

untuk TNI ya, ya itu jadi kita jadikan kesimpulan rapat.

F-PDIP (CHARLES HONORIS): Pimpinan, pimpinan. Mohon maaf. Saya sebetulnya agak kecewa kepada BPJS, Direktur Utama tidak hadir, sehingga

apakah yang hadir punya kuasa untuk mengambil keputusan kita kan juga nggak tahu ya. Saya rasa kedepan kalau ada rapat lagi, BPJS diundang, tapi tidak hadir, iya kita nggak

usah rapat Pak, buang-buang waktu gitu loh. Karena nggak bisa ambil keputusan juga gtu. DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Mohon ijin menjelaskan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Iya silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Beberapa kali kita pertemuan dengan BPJS, namun demikian Dirut BPJS tidak pernah

hadir. Dan yang hadir adalah dokter Maya saja. Kami rasa dengan kehadiran dokter Maya tidak akan memutuskan masalah, karena beliaunya adalah bukan decision-maker.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Betul, kalau Ibu datang nggak ngambil keputusan?.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Terima kasih. Ijin Bapak.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA) :

Saya saran, Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan.

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

40

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA) : Ini saya lihat berapa kali kita rapat, karena tidak dihadiri oleh decision-maker, oleh

karena itu saya sarankan, ini semua masukkan untuk kita, dan kita agendakan untuk rapat dengan pengambil keputusan. Jadi Menhan hadir disini, Menteri Kesehatan hadir disini, Direktur Utama BPJS hadir disini, saya kira itu akan menghasilkan keputusan.

Saran saya itu, jadi para pengambil keputusan yang terkait dengan pelayanan BPJS ini, untuk hadir diruangan ini, kalau tidak kita selamanya akan berlarut-larut. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Ndak Pak, saya, saya tidak mau rapat ini seakan sia-sia Pak. Apa yang kita simpulkan

harus dilaksanakan, Ibu harus lapor kepada Dirutnya, ya. Lantas Bapak-Bapak yang didepan ini pada atasannya masing-masing gitu. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Ijin Pimpinan. Setuju Pimpinan. Mereka, Bapak datang atas perintahnya Menteri kan?. Ibu datang

sebagai perintahnya Dirut kan?. Sudah kita ambil keputusan saja Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Sebuah keputusan, hari ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Setuju, kalau tidak dilaksanakan, kita perpanjang, kita naikkan statusnya.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Baru kita tempuh yang Pak Supiadin tadi. Kita naikkan status daripada…

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Ini ada niat tidak baik dari Menteri Kesehatan dan Dirut BPJS kepada rakyat Indonesia.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Silahkan Pak dari belakang.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Ijin Bapak.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Mohon ijin. Terima kasih. Di Instansi manapun apabila kita mewakili Kepala atau Pimpinan kita, berarti kita

mempunyai hak dan tanggungjawab untuk melaksanakan segala sesuatu yang akan diputuskan

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

41

oleh Pimpinan kita, dalam hal ini Dirut BPJS diwakili oleh dokter Maya, saya rasa mungkin dan harus dalam hal ini dokter Maya membuat keputusan, karena beliau adalah mewakili Direktur BPJS pada saat ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya cukup saya pikir ya. Kita paham masalah mekanisme itu ya. Jadi saya tetap berkesimpulan bahwa rapat ini

mengambil keputusan dan harus dijalankan oleh masing-masing instansi, sesuai dengan kewenangannya gitu. Soal kalau tidak ini akan iya pasti akan ramai lah, inikan Ibu hadir disini dengan lembaga politik ini, iya DPR RI. Jadi saya pikir kita juga tidak elok sebetulnya kalau ini akan di blow up didepan dan lain sebagainya. Kita ini ini ada 1 solusi dan kesimpulan yang akan kita tulis disini, iya ditindaklanjuti.

Sebetulnya akan sederhana, tadi sudah ada jalan keluar, Pak Sekjen Kemenkes juga, ditunda saja, ya, ditunda sementara daripada penggunaan sistem online untuk TNI. Saya pikir sudah, sudah jalan keluar yang, yang bisa kita laksanakan dalam hitungan beberapa jam dari sekarang. Nanti baru sempurnakan, kita mengetahui semualah, inikan juga kita nggak ingin cacat hukum Pak. Tapi kalau menunda pelaksanaan kan tidak ada masalah, karena ini masalah teknis kan, ya, tidak ada pelanggaran dalam hukum, kalau kita menunda dengan alasan teknis dan sambil kita sempurnakan nanti, apa yang menjadi catatan-catatan kita semua yang ada di sini.

Saya rasa bisa kan Bu ya?. DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Ijin Bapak. Dari awal tadi, saya menyampaikan bahwa kami akan berusaha melakukan solusi

apapun bisa kita lakukan. Tadi saya sudah sampaikan, kita sudah dialog dengan TNI dan Polri. Kami waktu itu diminta untuk Pati saja, kita sudah melakukan inventarisir nama Pati dan kita flag, bahwa untuk beliau-beliau ini, rujukan ini bisa kita diskresi, walaupun nanti dengan rapat BOD tentunya itu dilakukan.

Nah kemudian permintaan bertambah, untuk seluruh anggota dan keluarganya. Nah inikan jumlah yang besar yang harus di flag satu-satu, ini memang ada 2 hal namanya, secara regulasi dan secara teknik, regulasi, silakan diatur seperti apa. Secara teknis kami akan siapkan. Artinya kami tentu diberi waktu, kalau besok tidak diberlakukan, maka yang kami siap untuk Pati, karena pembicaraan yang lalu untuk Pati semua kami sudah flag, untuk Pati, jadi kalau Pati dirujuk mungkin kita nanti rapat dari sini kami pulang kami akan rapat BOD, apa yang kita putuskan. Tapi untuk Anggota dan keluarganya, tentu perlu waktu, karena jutaan tadi yang harus di flag satu persatu, karena kalau kami buka, maka terbuka untuk seluruh rujukan yang sedangkan diujicobakan, sebetulnya kita pun akan sempurnakan, bahwa pasien dirujuk dari faskes, kemudian melihat kompetensi faskes dan jarak, inipun kita sempurnakan. Jadi mana yang terdekat, dia boleh langsung ke situ. Jadi ini kita sedang sempurnakan Pak, dalam uji coba ini.

Namun ada permintaan kekhususan tadi, kita akan coba untuk Pati kami sudah siap, kami pulang dari sini, kita akan rapat BOD, memutuskan itu, kemudian untuk yang sisanya, tentu kita perlu waktu untuk melakukan flagging tersebut.

Terima kasih Pak. DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin.

Page 42: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

42

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Silakan Pak.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Jadi yang Pati ini terjadi pada bulan Mei, pada saat itu BP Pangkalan Jati Angkatan Laut

yang tempat para pensiunan Pati Angkatan Laut berada, tidak bisa berobat ke rumah sakit Cilandak hanya 2 kilometer. Kebetulan ada mantan Kasal, beliau marah, mengadu langsung pada Bapak Kasal dan langsung malam itu juga pertemuan dengan Aspers Kasal dan Dirut BPJS.

Berikutnya kami sampaikan bahwa BPJS bisa mengakomodir untuk Pati dan pensiunan Pati, tapi kami menolak, karena yang namanya TNI, bukan hanya Pati dan Pensiunan Pati. Justru yang paling harus kita perhatikan adalah yang dibawah, tamtama. Karena itu kami menolak tawaran BPJS, hanya untuk mengakomodir Pati dan Pensiunan Pati, tidak. Kami minta dari pangkat yang terbawah sampai pensiunan seluruhnya kami minta dibuka, ini yang tidak mencapai titik temu sampai saat ini.

Jadi …. kami tidak berubah. Terima kasih.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, Pimpinan, boleh Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan Pak Budi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Jika diakomodirnya karena mantan Kasal marah, maka mungkin, mungkin ya, mungkin

TNI seluruh pasukannya datang saja ke BPJS, 600.000 orang, kepung saja BPJS, baru bisa dipenuhi.

Gimana sih logikanya institusi berpikir seperti itu, ngaco itu, BPJS ini menurut aku cara berpikir ngaco Pimpinan. Saya menolak Pimpinan, hanya pada Pati, harus seluruh TNI kita dan keluarganya. Masa, masa nasib dari 600 ribu Prajurit kita, ditentukan oleh 1 orang yang namanya Dirut BPJS, yang gajinya 249 juta, saya sudah rubah Pak ya,bukan 250, 250 katanya hoax, berti 249.

Terima kasih. DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Ijin Bapak, koreksi. Kami mengelola Patii saja karena permintaan awalnya itu. Pada saat ada perubahan

tentu kita perlu waktu untuk melakukan itu. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Ini, sebentar.

Page 43: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

43

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Bukan kami tidak melakukan Bapak. Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Bukan, gini bu, intinya adalah saya tidak ingin pertengkaran didepan kita. Yang jelas

bahwa permintaannya untuk seluruh TNI beserta keluarganya, sudah itu saja kita musti jalankan bu. Tinggal sekarang kita minta berapa lama? ini bisa dilakukan? Dan yang mungkin bisa dilaksanakan dalam waktu yang cepat itu adalah me-hold dulu, ya menunda pemberlakuan daripada sistem rujukan tadi. Gimana Bu? Nggak sebentar ini, bisakan kalau misalkan ditunda dulu pemberlakuannya? Berapa lama?, butuh waktu berapa lama? DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Karena sangat teknis Bapak, izin, mem-flagging-nya berapa lama, saya tidak bisa

memastikan, tetapi pulang dari sini kami akan rapatkan. Nanti semuanya. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Pimpinan, Pimpinan. Ndak ini masalahnya teknis, atau ada tidak adanya will? ya kalau misalkan teknis tapi

ada keinginan, berarti kan bisa masuk kesimpulan, bahwa BPJS akan bla-bla-bla, tinggal masa waktunya saja, kalau masalahnya teknis, sepakat ya? KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oke, sepekat. Jadi supaya paling tidak di sekarang Pak, kita nanti akan minta 2 minggu dari sekarang

ya, untuk kembali ke kita panggil rapat lagi kesini. Jadi kita sama-sama melihat progressnya lah, dari apa yang telah dihasilkan dalam rapat pada sore, siang-sore ini. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Saya menolak 2 minggu Pimpinan. Kita putuskan rapat bahwa BPJS segera menunda, ini kesimpulan kita, tinggal kita

nyatakan, BPJS menolak sebagian dari kesimpulan rapat, nggak perlu nunggu 2 minggu, orang sudah jelas menolak ini. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Bukan kita akan, memang jelas kita akan menunda, tapi 2 minggu lagi kita panggil

mereka ke sini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Kesimpulan kita, kita sudah bersepakat ini, dengan Kementerian Kesehatan, dengan Kemhan dengan, dengan TNI, kita sudah bersepakat, kecuali BPJS menolak, dalam waktu 2 minggu kita akan panggil lagi.

Page 44: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

44

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Tidak menolak kan?. Tidak menolak. Iyapun.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (Dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK):

Tidak menolak, tapi perlu waktu tadi saya sampaikan Bapak, ijin. Untuk melakukan flagging jutaan orang itu. Karena harus satu-satu, tidak by-system, tapi

satu-satu, mana orang yang harus di flag satu-satu. Kami sudah punya yang untuk yang Pati. Kami menyusul untuk yang keluarga dan lainnya.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oke, silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin Pak. Bisa mungkin nanti dilihat F-KTP TNI Pak. disitu sudah Prajurit semua, hampir semua

disana. Tinggal nanti kalaupun ada ternyata yang pindah ataukan didalam itu juga kalau ada pindah, Prajurit keluar F-KTP, itu harus seijin dari Dansat masing-masing. Jadi bisa dilihat dari F-KTP TNI. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oke, saya rasa kita bisa sepakati ya, mengenai langkah-langkah yang akan kita tempuh,

dan saya ingin kita menuju ke draft kesimpulan rapat, kita sempurnakan sama-sama. Supaya kita tidak berputar.

Silakan. Saya bacakan, draft kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan

Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Pusat Kesehatan TNI, PT. ASABRI dan BPJS Kesehatan. Tanggal 16 Oktober tahun 2018.

Nomor satu, Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Puskes TNI dan BPJS Kesehatan untuk berkoordinasi dalam rangka penyelesaian payung hukum terkait pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan, agar bisa memberikan pelayanan secara prima dengan mempertimbangkan kekhususan sejarah organisasi dan tugas Kemhan-TNI meliputi :

a. Pelayanan fasilitas kesehatan Kemhan-TNI yang bersifat komando dan sentralistik. b. Pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta

Purnawirawan diberikan dan dilaksanakan di fasilitas kesehatan Kemhan-TNI. c. Sistem rujukan dan pelayanan kesehatan harus diatur tersendiri sesuai dengan

kepentingan Kemhan dan TNI, karena kekhasan organisasi dan tugasnya. Saya mohon pendapat dari Anggota dan juga nanti pada gilirannya dari Kemhan. Setuju?. Setuju ya, nomor 1 bisa kita sepakati ya?. Pemerintah?, silakan Pak ASABRI ya.

DIREKTUR UTAMA PT. ASABRI (PERSERO) (SONNY WIDJAJA):

Ijin Pak, karena kami membawa misi mewakili TNI-Polri, ini nanti berlaku bagi TNI,

berartikan berlaku bagi Polri juga, sehingga mungkin redaksinya bisa bagi Prajurit TNI, Polri, PNS kemhan dan Polri, sekaligus Pak, sekaligus, siap.

Page 45: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

45

Terima kasih Pak.2 KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya kebetulan Komisi I tidak bisa mendesak Polri Pak, yang bisa Komisi 3. Ini nanti malah

agak sedikit tidak tepat gitu Pak. Tapi tentunya Pak, tentunya dengan kesimpulan Komisi I dengan bunyi seperti ini, Polri

pasti akan apa terkait gitu. Supaya kita tidak salah. Ada tanggapan dari Dirjen? akur ya?. Jadi kita sepakat ya? Nomor 1.

(RAPAT SETUJU) Nomor dua, Komisi I DPR RI melalui Pimpinan DPR RI meminta Presiden RI untuk

segera melakukan Rapat Koordinasi terbatas dengan Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Puskes TNI, PT ASABRI, BPJS Kesehatan, tambah lagi deh, Kementerian Keuangan dalam rangka penyelesaian masalah pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan.

Sebentar, sebentar. Oh ya Panglima TNI ya. DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Ijin. Berarti yang Kementerian Pertahanan/Panglima TNI.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya jangan di ini, ini bukan Menhan. Karena ini Pak, karena ini rapatnya tingkat I, mungkin bukan Kementerian, tapi Menteri

Pertahanan, Menteri Kesehatan, Menteri…

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Iya ya, betul. Langsung pada pada jawabannya. Karena kan Presiden segera melakukan rapat koordinasi terbatas, ratas lah kita minta.

Menteri Pertahanan, Panglima TNI, Menteri Kesehatan, ya sudah, Panglima TNI sudah membawahi semua ini. Mungkin ASABRI tetap ya. Dirut ASABRI, Kepala BPJS Kesehatan, Menteri Keuangan.

Karena kita segera setelah rapat ini, Bapak Pimpinan Komisi I akan berkirim surat kepada Pimpinan DPR. DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Mohon ijin, Pimpinan sidang.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oh silakan Pak.

Page 46: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

46

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Untuk nomor 2, mungkin perlu ditambahkan waktunya, sekurang-kurangnya berapa

minggu, ijin. Untuk membuat batas yang tegas, supaya tidak berlarut-larut. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Segera saja, jadi Komisi I DPR RI melalui Pimpinan DPR RI segera meminta, segera

saja Pak, karena di internal DPR ya, saya kira hanya memberikan apa act-knowledgement saja kepada Bapak-Ibu sekalian.

Dari Komisi I DPR melalui Pimpinan DPR RI segera meminta. Kita sepakati ya?. Teman-teman Komisi I?.

(RAPAT SETUJU) Nomor 3, Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk menunda rujukan online

bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan agar bisa berobat langsung ke fasilitas kesehatan Kemhan-TNI. Coba redaksinya disempurnakan.

Ada masukan dari Pemerintah? dari BPJS? F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Pimpinan. Kalau inikan hanya mendesak, tapi apa ya, kita semua termasuk BPJS Kesehatan

sepakat untuk menunda, kalau inikan mendesak Pak. Tadikan sudah sepakat, akan menunda, tinggal waktunya, teknisnya seperti apa kan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Coba kalimatnya, kalimatnya Pak Charles. Komisi I DPR RI, ada, ada, naik keatas, coba. Kalau yang ini task-force Pak.

F-PDIP (CHARLES HONORIS): Sepakat, sepakat, sepakat untuk menunda.

F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Mungkin gini saja Pak, Komisi I DPR dan Pertanahan, TNI, Kementerian Kesehatan dan

BPJS, sepakat untuk menunda. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nah itu sudah bagus. Jadi nggak usah mendesaknya nggak perlu ya. Jadi Komisi I DPR RI koma BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Kemenhan,

Kementerian Pertahanan. F-PDIP (CHARLES HONORIS):

Ijin pimpinan. Bila diperkenankan tambah per kesempatan pertama.

Page 47: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

47

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Di mana Pak?.

Pada kesempatan pertama ya. Pada kesempatan pertama. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Izin Pimpinan. Mohon izin Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Kebetulan saya cukup memahamilah secara teknis tentang, kalau kita mau menuju

dirujukan online seperti itu. Kalau kita mau membuka, intinya adalah minta dibuka ke rumah sakit TNI yang B itu, artinya membuka untuk seluruh peserta JKM, jadi tidak mudah. Oleh karenanya kalau pun misalnya memberi waktu, jangan menggunakan kata-kata pada kesempatan pertama, lebih bagus ditetapkan waktunya.

Kami mohon diberikan kami waktu pada awal bulan November, itu kita selesaikan. Karena penyelesaiannya bukan melalui membuka b, Tapi yang kita lakukan adalah memberikan diri kepada setiap anggota TNI dan anggota keluarganya yang jumlahnya cukup besar. Kita juga harus mencari mereka ada dimana, untuk kita sesuaikan. Jadi mohon izin Pimpinan, untuk yang nomer 3, itu bisa diberikan waktu mungkin di awal November, katakanlah. Insya Allah kita akan kita akan selesaikan.

Jadi prinsipnya, niatnya kita sudah siap, kemudian mohon izin, kami ingin bertanya yang nomor 2 itu membahas agenda apalagi Pimpinan? yang Nomor 2? Boleh bisa dilihat. Untuk berbicara dengan Presiden itu, boleh, mohon izin apa yang akan dibahas ya Pimpinan. Biar kami menyesuaikan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Kan ada payung hukum yang diatas yang sebetulnya sampai saat ini tidak memberikan

privilege Pak. Jadi kita berbicara hukum, kalau yang dengan Presiden itu. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Berarti ini ada regulasi iya Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya, yang Nomor 3 lebih kepada teknis.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Iya baik.

Page 48: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

48

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Saya ingin merevisi juga, yang Nomor 3 itu nggak usah ada Komisi I DPR RI nya di

depan. Jadi Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan sepakat untuk

menunda rujukan online bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan agar bisa berobat langsung ke fasilitas kesehatan Kemenhan-TNI dan melaporkan kepada Komisi I pada awal November, atau November tanggal 1, 1 November. DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nah silakan Pak.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Kami masih membaca semangatnya beda, kalau kami service-oriented, dari BPJS

budget dan profit-oriented. Jadi kami tetap menyarankan pada kesempatan pertama, karena tadi sudah sampaikan, ini bom waktu. Jadi dalam 1-2 hari bisa meledak lagi, kalau tidak segera besok aplikasi ini ditutup.

Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Begini Pak, yang saya juga apa, concern sebetulnya, kalau untuk kita tulis, tetapi tidak

implementatif itu juga percuma juga Pak. Jadi kita ingin ini dihargai betul gitu. Nanti kita bilang katakan pada kesempatan pertama,

ndak dijalankanlah sama mereka. Nah ini yang karena secara teknis tidak memungkinkan untuk dijalankan, maka saya ingin penjelasan tadi, Bapak-Bapak sekalian yang dari TNI, kira-kira komprominya dimana? Karena kita ingin.. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Saya berbeda pandangan Pimpinan. Rapat ini kita dalam membuat hukum Pimpinan,

kita membuat norma, soal implementasi urusan Pemerintah, Eksekutif. Ketika kita sudah berkehendak, rakyat sudah berhendak, maka seketika itu juga harus dijalankan, bahwa pelaksanaannya proses, itu urusan di eksekutif, mereka berkompromi.

Jadi saya bersepakat, pernyataan itu berlaku seketika, menjadi kepakatan, menjadi norma. Iya pelaksanaannya Ibu susah menginput, bu itu tanya TNI ada 600 ribu orang, minta tenaganya, bantu. Jadikan juga sama-sama happy, dikerjakannya. Langsung dientry satu-satu, dikasih aksesnya. Inikan soal teknis, soal teknis kita bicarain topiknya beda Pimpinan. Kita disini

Page 49: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

49

membuat norma. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Tapi kita sepakat ya, bahwa mereka melaporkan kepada kita pada awal November ya.

Mereka melaporkan kepada kita. Jadi harus ada progres pada awal November, kita sepakati. Perlu ditulis tanggal atau minggu pertama November? DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Ijin Pimpinan sidang. Mungkin perlu tanggal, supaya lebih tepat, karena kalau awal itu bisa tanggal 1 sampai

10 itu awal juga. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Nggak mungkin, iya nanti melaporkan tidak mesti dalam bentuk rapat Pak, karena kita

reses pada November. Jadi nanti segera dilaporkan secara tertulis gitu, pada kami. Ditulis saja minggu pertama bulan November. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Bukan pekan minggu pertama ya? Minggu pertama bulan November 2018.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Minggu pertama ya.

Ada yang ingin menyempurnakan kalimatnya?. Pak Budi? Jadi bisa kita sepakati Nomor 3?

(RAPAT SETUJU)

Selanjutnya Nomor 4. Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan untuk

membentuk gugus tugas atau task-force dalam rangka menyiapkan kebijakan diskresi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan dan melaporkan perkembangannya kepada Komisi I dalam tenggang waktu 2 pekan.

Sebetulnya ini hampir, hamir redundant ya? Yang di nomor 3. Tapi pembentukan task-force itu saya pikir perlu disampaikan disini. Coba tolong disempurnakan kalau ada. DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Saran saya Kementerian Pertahanan dan TNI dilibatkan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Oh, oke. Tambahin, tambahin. Kementerian, kita memikirkan Bapak, tapi Bapak tidak ikut serta karena itukan

maksudnya. Disitukan kita memikirkan, Kementerian Pertahanan dan TNI koma, Kementerian Kesehatan dan BPJS.

Page 50: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

50

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Mohon izin Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya.

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Yang Nomor 4 itu, 2 pekan itu adalah waktu untuk melaporkan progressnya atau harus

sudah menyelesaikan kebijakannya?, nggak artinya begini… KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Pak membentuk Pak, disini, ini tulisannya, kalau saya ngikutin kalimatnya, membentuk

gugus tugas. Jadi kalau sudah ada gugus tugasnya, ya silakan saja, nggak apa-apa, tapi kita dalam waktu 2 pekan harus sudah terbentuk gugus tugas itu.

Kalau yang nomor 3 kan dasarnya tidak ada gugus tugas, Bapak kerja. Tolong ini apa, dilaksanakan gitu kira-kira. Tetapi nomor 4 itu membentuk gugus tugas. Siapa tahu didalam implementasi nanti ada hal-hal yang perlu disempurnakan dan lain sebagainya, maka perlu ada gugus tugas yang dibentuk.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya silakan Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Yang namanya TNI itu perintahnya disuruh kerja 24 jam pasti kerja kan. Sedangkan ini,

inikan pegawai semua nih, swasta, hitungannya gajinya berapa, lemburnya berapa. Bapak, pekerjaan Bapak bisa diselesaikan, minta 100 ribu tentara yang kerjanya 24 jam, pasti ada, nggak perlu ngeluarin duit mungkin, kenapa?, menyangkut kehidupan mereka, kesejahteraan mereka.

Jadi masa nggak punya empati sedikit sih sama tentara kita, begitu. Dan saya yakin Bapak Panglima perintah, kerja semua.

Begitu Pimpinan. Task-force itu apakah prajurit itu bodoh-bodoh, nggak bisa didepan komputer? yakin deh

Pak, bisa Pak, hanya disuruh membedakan namanya siapa, negara mana, RT-RW nya di mana, bisa Pak, cepet kerjanya.

Begitu maksud saya Pimpinan. Kita kenal TNI kita, aduh asal sudah perintah komandan, apapun nggak bisa ditolak,

nggak punya uang pun langsung berangkat mereka kan. Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Siap, tadi sudah, semangatnya sudah ada itu. Jadi saya pikir, bisa dilaksanakan sesuai

Page 51: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

51

apa yang kita tulis disini. Demikian kesimpulan yang bisa kita ambil pada rapat dari siang hingga sore hari ini.

KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (MAYJEN TNI DR. BEN YURA RIMBA, MARS.):

Mohon ijin. Kalau masih boleh ditambahkan Pimpinan sidang?.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Iya.

KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (MAYJEN TNI DR. BEN YURA RIMBA, MARS.):

Untuk nomor 4, belum digetok palu. Kami rasa supaya gugus tugas atau task-force ini berjalan dengan baik dan efektif, harus

ada leading sector. Karena tanpa leading sector suatu gugus tugas tanpa Pimpinan tidak akan berjalan dengan baik. kami rasa mungkin gugus tugas task-force disini adalah sebagai leading sector adalah Kementerian Pertahanan, ijin.

Karena menyangkut kepentingan daripada TNI dan Polri disini. Soalnya kalau tidak ada leading sector, mereka akan uber-uberan, kamu saja yang kerja, kamu saja yang kerja, gitu. Tapi kalau ada leading sector, dia adalah sebagai leader.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Iya. Bisa disepakati tidak diantara Pemerintah ini? Kalau kita karena gugus tugas itu yang jelas, karena menurut saya, apa yang diusulkan

tadi masuk akal, karena melaporkan perkembangannya kepada Komisi I. Karena nanti kalau dipegang oleh Kementerian Kesehatan, sudah beda lagi nanti laporannya.

Silakan kalau ada masukan Pak Sekjen Kemkes ataupun dari BPJS, silakan. DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. BAMBANG WIBOWO, MARS.):

Terima kasih Pak. Saya kira karena memang mitranya adalah Komisi I ya, saya kira baik juga dipegang

oleh Kemhan Pak. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Kemhan ya, sepakat ya? Sepakat Pak ini Pak? Tinggal ditulis saja, dengan leading sector Kementerian Pertahanan. Pertanyaan dari saya mungkin yang belum masuk disini, Kementerian Keuangan perlu

tidak Pak? ada implikasi nggak? hal-hal seperti ini dengan keuangan?. Kalau saya. KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (MAYJEN TNI DR. BEN YURA RIMBA, MARS.):

Kami rasa tidak tidak.

Page 52: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

52

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) : Hah?.

KEPALA PUSAT KESEHATAN TNI (MAYJEN TNI DR. BEN YURA RIMBA, MARS.):

Tidak, tidak.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Coba BPJS yang jawab, gimana? Tidak? cukup ya, cukup dengan lingkaran kita saja ya. Jadi saya ulangi lagi, nomor 4, Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Pertahanan,

TNI, Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan untuk membentuk gugus tugas (task-force) dengan leading sector Kementerian Pertahanan dalam rangka menyiapkan kebijakan diskresi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya serta Purnawirawan dan melaporkan perkembangannya kepada Komisi I DPR RI dalam tenggat waktu 2 pekan.

Bisa kita sepakati ya?. Sepakat.

(RAPAT SETUJU) Iya dengan demikian berakhir sudah rapat yang kita selenggarakan dari siang hingga

sore hari ini, dan kita berharap semua kesepakatan yang telah tertuang di dalam kesimpulan rapat, akan bisa berjalan dengan baik tentunya.

Sebelum saya menutup rapat, saya akan meminta yang mewakili Pemerintah untuk memberikan kata akhir.

Silakan mungkin dari Dirjen Kemhan.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.Sc.):

Alhamdulillahirrobbil'alamin. Terima kasih Bapak Pimpinan rapat.

Pada akhirnya kita dalam rapat koordinasi hari ini bisa menyepakati hal-hal yang kiranya nanti akan menjadi pegangan kami kedepan untuk pelaksanaan BPJS Kesehatan ini dilingkungan Kemhan dan TNI.

Kami berharap memang kita disini mungkin berbeda pendapat dan lain sebagainya, tapi koordinasi kita dibawah antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan, BPJS dan Komisi I, ini tetap berjalan dengan baik dan tanpa halangan apapun. Semua kami lakukan untuk kepentingan bangsa dan negara ini, dan juga untuk kesejahteraan di samping Prajurit dan Prajurit TNI tentunya, dan keluarganya, juga kami juga untuk membantu masyarakat dalam pelaksanaan kesehatan di seluruh wilayah NKRI ini.

Terima kasih sekali atas diskusi dan masukan, saran-saran yang sangat baik bagi kami, tentunya sangat membangun dan tentunya ini didengar oleh Prajurit kami di seluruh Indonesia, dan mereka tentunya memonitor apa kemajuan dari proses BPJS ini.

Sekali lagi ini terima kasih. Wabilahit taufik walhidayayah. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh. Hom santi santi santi hom.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.Sc.) :

Terima kasih atas kata akhirnya dan saya atas nama Pimpinan dan Anggota Komisi I,

sekali lagi mengucapkan terima kasih didalam diskusi yang juga produktif menurut saya, karena

Page 53: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. ... Pak Ben Yudha Rimba, kemudian Sekjen Kemenkes, dokter Bambang Wibowo, ada tadi,

53

Ini adalah upaya kita untuk memberikan tata kelola yang baik di dalam pelayanan kesehatan bagi bangsa dan negara.

Kita mengetahui banyak hal yang mungkin perlu ada 1 perbaikan-perbaikan, dan tentunya itu akan kita sampaikan kepada otoritas yang memang bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang sebagaimana tertera dalam kesimpulan rapat kami, dan tentunya dalam semua diskusi. Jadi kalau tadi ada yang menanyakan gaji dan lain sebagainya, tidak dimaksud untuk menyerang personal Pak, tetapi itu hanya ungkapan-ungkapan yang kita sampaikan dalam rangka kekeluargaan ya, kebersamaan, karena kita semua punya niat yang sama. Punya niat untuk membenahi bangsa ini, membenahi sektor-sektor yang kita pandang memang hal yang perlu mendapatkan prioritas didalam pengelolaan tata negara kita.

Kita tidak mengatakan bahwa TNI adalah segalanya, tetapi yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari pengelolaan negara ini, dan saya berharap, dan juga para Anggota Komisi I tentunya, akan menindaklanjuti sesuai amanah konstitusi yang diberikan dan melekat pada kita semua. Mudah-mudahan bisa kita jalankan dengan baik amanah ini, dan Insya Allah kita ketemu dengan kabar yang baik dan kita mempunyai 1 progres yang baik, dan saya juga berharap Bapak Presiden tentunya akan mem-follow-up dan mendengar, apabila kita mengajukan surat untuk segera melakukan Ratas, sehingga sudah tidak ada lagi celah hukum yang kita takutkan secara bersama di kemudian hari, karena kami juga tidak ingin bahwa hal-hal yang baik ternyata mempunyai implikasi hukum yang akhirnya kita pun juga akan direpotkan oleh masalah hukum. Ya karena kita sebagai pejabat publik, tentunya hal-hal ini akan kita hindari, agar kita didalam menata kehidupan bangsa dan negara ini berjalan sesuai dengan governance yang baik tentunya kedepan. Atas nama Pimpinan dan Anggota, saya mohon maaf sebesar-besarnya, atas hal-hal yang tidak disengaja, mudah-mudahan kedepan kita akan berjalan lebih baik lagi.

Terima kasih. Akhirul kalam, Wabilahit taufik walhidayah. Assalamu'alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.25 WIB)

Jakarta, 16 Oktober 2018 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.I.P., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001