DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita...

30
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Selasa 2. Tanggal : 26 Januari 2016 3. Waktu : 10.09 WIB -selesai 4. Tempat : R. Sidang 2A 5. Pimpinan Rapat : Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I) 7. Acara : RDPU Komite I dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Luar Negeri membahas pengawasan UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara 7. Hadir : Orang 8. Tidak hadir : Orang

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I

MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Selasa

2. Tanggal : 26 Januari 2016

3. Waktu : 10.09 WIB -selesai

4. Tempat : R. Sidang 2A

5. Pimpinan Rapat :

Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I)

7. Acara : RDPU Komite I dengan Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Luar Negeri

membahas pengawasan UU No. 43 Tahun 2008 tentang

Wilayah Negara

7. Hadir : Orang

8. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 1

II. JALANNYA RAPAT :

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Ibu-Bapak sekalian, seizin Ibu-Bapak sekalian rapat akan kita mulai.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati Pak Dirjen Hukum dan Perjanjian Nasional Pak Ferry Adamhar,

S.H., LL.M. Kemudian, Pak Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Bapak Ir. Agung

Mulyana yang mewakili Pak Teguh. Kemudian, Dirjen Strategi Pertahanan yang dalam hal

ini diwakili oleh Pak RM. Harahap. RM itu apa, Pak? Raja Murni. Kalau Padang beda lagi

nanti itu. Jawa beda lagi ya, Raden Mas bisa. Kemudian, segenap Ibu dan Bapak Anggota

Komite I Dewan Perwakilan Daerah.

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa bahwa

alhamdulillah pada hari ini kita bisa hadir dalam rangka Rapat Dengar Pendapat antara

Komite I dengan Kementerian Luar Negeri , Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian

Pertanahan. Semoga apa yang kita lakukan ini mendapat kelancaran dan menghasilkan

sesuatu yang bermanfaat bagi kita bersama.

Ibu dan Bapak sekalian. sebelum saya buka saya mohon maaf karena di ruang tunggu

ini kan ramai tadi itu. Ada Menteri Perhubungan, ada Menteri Agama, ada Menteri

Perhubungan Agama, Pak Nono. Yang salah satu kemudian Ketua DPD juga datang, Pak

Lukman dengan kritisnya, “Bagaimana Ketua, kabarnya kok 2,5 tahun?” Begitu kan, nah itu

jadi ramailah di situ. Kira-kira begitu.

Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, RDP dengan

agenda yang saya sampaikan tadi kami nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Ibu dan Bapak sekalian, sebelum kami melanjutkan pengantar, izinkan kami

memperkenalkan anggota yang hadir. Pertama adalah dari sebelah kanan saya Pak Syarif dari

Lampung. Kemudian, Pak Azis beliau dari Jakarta, siap bersaing dengan Ahok katanya

begitu. Kemudian, Pak Nono Sampono beliau dari Maluku. Kemudian, Pak Jacob Komigi

dari Papua Barat. Kemudian, Pak Yusran Silondae dari Sulawesi Tenggara. Kemudian,

belakang yang di sana itu adalah Pak Hudarni Rani, beliau dari Bangka Belitung.

Pengalaman terakhir, Gubernur Bangka Belitung. Saya kira walaupun kecil, tetapi cabe rawit

begitu, gurunya Ahok. Kemudian, sebelah kiri saya yang berbatik biru, beliau adalah Pak

Cholid, beliau dari Yogyakarta. Kemudian, Bu Eni dari Jawa Barat. Kemudian, Pak Rijal

Sirait dari Sumatera Utara. Kemudian, belakang ada Pak Idris dari Kalimantan Timur.

Kemudian, Pak Asri Anas dari Sulawesi Barat. Kemudian, Bu Antung Fatmawati dari

Kalimantan Selatan. Kemudian, sebelah kanan saya ini Pak Fachrul Razi, beliau dari Aceh,

Wakil Ketua. Kemudian, sebelah kiri saya ini ada Pak Benny Rhamdani dari Sulawesi Utara.

Jadi yang pasti, Pak, tidak ada anggota dari provinsi yang sama dobel di Komite I ini, Pak,

jadi pasti.

Ibu dan Bapak sekalian, kami hadir juga beberapa tenaga ahli Undang-Undang

Kewilayahan ini. Saya ingin kenalkan ini walaupun sudah sangat beken, tetapi terima kasih.

RAPAT DIBUKA PUKUL 10.09 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 2

Di belakang ada Prof. Indria Samego. Kemudian, ada Ibu Ganewati, doktor. Kemudian, ada

juga yang di sana itu adalah Pak Eddy dari Tanjung Pura kebetulan. Kemudian, belakang Pak

... (kurang jelas, red.) dan Prof Indria dari UI.

Ibu dan Bapak sekalian, perlu saya sampaikan bahwa di dalam Masa Sidang III

pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

menghasilkan tiga rekomendasi:

1. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan wilayah perbatasan untuk tercapainya

kesejahteraan masyarakat, peningkatan keamanan, dan pelestarian lingkungan di

daerah perbatasan, serta memperkokoh kedaulatan negara Republik Indonesia, maka

secara regulatif perlu dilakukan perubahan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008

tentang Wilayah Negara atau membentuk undang-undang tersendiri yang khusus

mengatur pengelolaan daerah perbatasan. Jadi, Bapak-Ibu sekalian, antara judul

dengan ada yang di dalam menurut kajian kami ini belum tuntas. Judulnya itu

mestinya adalah mampu menjawab mengenai pasal atau bab wilayah negara dalam

Undang-Undang 1945.

Mampu juga memberikan jawaban terhadap geostrategis, geopolitik dari negara

kesatuan Republik Indonesia. Tetapi, di dalam Undang-Undang Wilayah Negara,

substansi yang saya maksudkan tadi tampaknya belum terakomodasi di dalam

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008. Oleh karena itu, antara mayor judul dengan

minor yang ada di dalam itu kira-kira kegedean judul daripada substansi yang ada di

dalamnya. Karena itu, kami di Komite I, pertama adalah jika mungkin maka revisi

Undang-Undang Nomor 43 itu adalah judulnya wilayah negara, tetapi substansinya

adalah ya termasuk melaksanakan pasal atau bab wilayah negara di dalam Undang-

Undang 1945, kemudian yang kedua adalah merefleksikan kedaulatan, lalu yang

ketiga adalah pertanahan dan keamanan negara. Saya kira di dalam postulat apa pun,

negara terdiri dari wilayah penduduk yang saya kira ini menjadi bagian dari kita.

Dalam hal ini, Bapak-Ibu sekalian, tampaknya undang-undang atau yang kita sebut

Deklarasi Juanda. Kemudian, lanjutnya di dalam apa yang kita sebut sebagai Undang-

Undang berapa, tahun 1985 atau tahun 1982 itu, saya lupa namanya itu UNCLOSE.

Ini namanya belum nyambung dengan wilayah negara. Karena itu, itu satu hal yang

strategis.

Yang lain bahwa di dalam Undang-Undang Nomor 43 itu mengatur mengenai

bagaimana mengelola wilayah perbatasan yang hari ini itu adalah ditangani oleh

Badan Nasional Pengelola Perbatasan. Jadi, ada sesuatu. Bicara perbatasan ini adalah

bicara bagaimana Vietnam, bagaimana Singapura, bagaimana 11 negara yang lain,

tetapi kita masih juga pada bagaimana mengelola wilayah perbatasan. Baru pada

tataran itu. Padahal, kalau bicara perbatasan maka Kalimantan Barat, Pak Eddy, saya

kira ada satu wilayah yang masih disebut antara kita dan Malaysia. Jadi karena itu,

apakah muncul Wilayah Negara, apakah kemudian undang-undang kedua

Pengelolaan Perbatasan Negara, atau kemudian yang ketiga adalah bagaimana

judulnya tetap Wilayah Negara, tetapi ada substansi yang berkaitan dengan

kewilayahan kedaulatan, ada substansi yang berkaitan pengelolaan perbatasan negara.

Lagi-lagi, apa ya, kita temui satu kenyataan bahwa Badan Nasional Pengelola

Perbatasan pun sulit sekali melakukan direction kepada yang dia kelola, ini Mas

Teguh. Jadi, apa yang dilakukan oleh BNPP sebatas koordinasi. Koordinasi dalam

bahasa saya itu selemah-lemahnya iman, dalam bahasa saya. “Sudah dikoordinasikan,

deh,” itu artinya tidak akan terjadi apa-apa di situ. Ini yang saya kira fakta di

lapangan, Bapak-Ibu sekalian, itu merupakan evaluasi kami atas Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 2008.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 3

2. Lalu rekomendasi yang kedua adalah penguatan kelembagaan pengelolaan

perbatasan, baik pada di tingkat pusat ataupun di daerah, baik provinsi ataupun

kabupaten, bahkan sampai di kecamatan. Jadi, ada sekitar 40 kabupaten, 41 kabupaten

kita berbatasan dengan 12 negara. Kita terbentang di puluhan kecamatan yang saya

kira hari ini kalau kita bicara perbatasan, sungguh pun ada nawacita itu masih pada

tataran nawaitu saja, belum kita membangun dari pinggiran, masih nawaitu saja.

3. Kemudian yang ketiga adalah melakukan penguatan penganggaran pengelolaan

kawasan daerah perbatasan dengan mendorong adanya alokasi anggaran khusus yang

bersumber dari APBN atau APBD provinsi dan kabupaten kota yang saya kira inilah

perlu pintu masuk yang lebih konsolidatif di dalam rangka keberpihakan kita kepada

daerah.

Nah, menindaklanjuti hasil rekomendasi tersebut, maka pada Masa Sidang I Komite I

memulai pembahasan dengan pada tanggal 31 Agustus yang lalu kita sudah expert meeting.

Kemudian, pada 4 sampai 7 Oktober kita sudah melakukan kunjungan kerja ke Riau,

Kalimantan Barat, dan Maluku Utara. Kemudian, pada Oktober 18 sampai 24, kita

mengadakan studi referensi ke Inggris dan Perancis. Kemudian, pada Senin yang lalu expert

meeting dengan para pakar. Ada Prof. Indria Samego, ada Prof. Eddy Suratman, kemudian

ada Dr. Ganewati, kemudian Dr. ... (kurang jelas, red.) yang secara keseluruhan ini adalah

bagian dari upaya penghormatan Komite I atas hasil yang diharapkan. Karena itu, Bapak-Ibu

sekalian, hari ini kita RDP harapannya kemudian adalah nanti akan ada raker dengan Menteri

Ketahanan, Menteri Luar Negeri, kemudian Menteri Dalam Negeri untuk memastikan

positioning dari perlu atau tidaknya Wilayah Negara dalam perspektif DPD ini. Ini saya kira

sangat kami perlukan kebijakan, appealing dari Komite I DPD, apakah kemudian juga

disepakati oleh pemerintah sehingga di ujungnya adalah ketika ada DPR, DPD, dan

pemerintah melakukan revisi Undang-Undang Nomor 43, kita sudah dalam trek yang sama.

Saya kira demikian pengantar, Bapak-Ibu sekalian, dan untuk pertama barangkali

bagaimana ini namanya Pak? Luar Negeri, Pertahanan, Dalam Negeri, atau bagaimana ini?

Jadi, dalam negeri, luar negeri, baru pertahanan sebab pertahanan akan tahu tumpasnya kalau

sudah tahu dua-duanya ini. Tumpasi tujuan dan lain-lain itu, Pak. Silakan yang mewakili

Kemendagri.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

(NARASUMBER)

Terima kasih Pak Pimpinan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Pak Pimpinan, mohon maaf Pak Ir. Agung Mulyana sebagai Dirjen Administrasi

Kewilayahan sudah pensiun, Pak. Jadi, posisi sekarang kosong, Plt jadi posisinya Plt, sekitar

1,5 tahun kurang lebih, Pak. Jadi, posisinya kosong. Sekarang Plt, tetapi pada waktu yang

sama Plt sudah ada anu, jadi tidak bisa hadir ada tugas lain. Jadi, menugaskan kami untuk

mewakili pada acara DPD ini, Pak.

Perlu kami informasikan kepada Bapak Pimpinan bahwa kinerja pengelolaan itu

sekarang kita Kementerian Dalam Negeri kebijakanya adalah kita mencoba bagaimana untuk

meningkatkan kinerja pengelolaan kawasan perbatasan itu adalah dengan cara

mengoptimalkan undang-undang yang ada. Dari Undang-Undang Nomor 43 itu kan

diperintahkan di situ harus dibuat PP. Jadi, kewenangan pemerintah, kemudian pemerintah

provinsi, dan kabupaten/kota. Jadi, kita akan buat PP dan PP-nya itu diamankan mudah-

mudahan bisa diselesaikan di tahun 2016 ini. Jadi, perintah itu di Undang-Undang Nomor 43

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 4

kalau tadi itu diperintahkan untuk membuat PP tentang kewenangan pemerintah pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota, dan bagaimana pelaksanaannya di lapangan seperti apa,

sehingga tidak lagi yang seperti dikatakan Bapak Pimpinan bahwa kita selemah-lemah

imanlah. Mudah-mudahan sudah sampai tangan begitu, Pak, jadi mudah-mudahan, itu satu.

Kemudian, di Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga diamanatkan bahwa di itu

harus membuat PP juga, Pak, untuk di dalam pengelolaan kawasan perbatasan, yaitu PP-nya

tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan. Jadi, dua-dua undang-undang ini

sudah mengamanatkan untuk membuat PP dalam agar tataran operasionalisasi pembangunan

di kawasan perbatasan itu bisa dilaksanakan secara optimal. Jadi, melalui dua undang-undang

ini kita mudah-mudahan, Pak, di tahun 2016 ini kita bisa membuat PP. Ya mudah-mudahan

ini salah satu perintah dan sekaligus juga ijtihad mudah-mudahan nanti pelaksanaan di

kawasan bertambah baik.

Karena begini, Pak, kenapa itu tidak bisa dilaksanakan? Pertama, kan namanya di

dalam konsep proses pembangunan kawasan perbatasan itu kalau diproses ke dalam itu kan

seharusnya ada tiga pendekatan ya Pak. Ada pendekatan institusi, pendekatan kewirausahaan

bagaimana untuk bisa men-drive dari kawasan itu bisa terbangun, dan ketiga adalah

pendekatan bagaimana grass root dari masyarakat di kawasan perbatasan itu siap untuk

menyongsong dan berpartisipasi di dalam pembangunan kawasan perbatasan itu. Nah,

ketiganya ini untuk mengintegrasikan ketiga pendekatan ini, memang ini dibutuhkan

kewenangan jelas begitu, baik di pusat, kemudian provinsi, maupun di kabupaten/kota. Kalau

belum ada PP-nya, memang kita mengalami kesulitan. Sebagai contohlah, Pak, bahwa di

Undang-Undang Nomor 23 di situ ada terkait dengan kawasan khusus sebagai contoh.

Kawasan khusus macam-macam ini, Pak, dan bahkan sebelum undang-undang lahir itu

bahwa pusat telah membuat semacam kawasan-kawasan pembangunan, kawasan-kawasan

untuk pertumbuhan, baik yang di perbatasan maupun yang di luar perbatasan. Akhirnya,

karena tidak ada pembagian yang jelas dari kewenangan itu sehingga terjadi dualisme

kewenangan di lokasi itu, baik di kawasan perbatasan maupun nonperbatasan. Akibat ada

dualisme itu akhirnya performance atau kinerja dari pembangunan itu menjadi tidak perform

begitu lho Pak, karena ada dua matahari.

Untuk mencoba untuk bisa menyelesaikan ini, ya kebetulan alhamdulillah melalui

Undang-Undang kita ada PP. Nah, PP ini mudah-mudahan ini Pak, bisa sampai ke tataran

tadi, bisa membagi mana-mana yang menjadi kewenangan, siapa melakukan apa, begitu.

Jadi, sebagai contoh ada satu kawasan nanti jelas apa yang dikerjakan kabupaten, mana yang

dikerjakan pusat, provinsi. Karena kalau tidak Pak, sekarang saja salah satu contoh misalnya,

membangun satu ini, Pak, bangunan saja, mau di kiri-kanan saja di Pontianak itu, Pak. Ada

PLN itu karena dudukan ini kewenangannya siapa begitu, kabupaten harus ngapain, provinsi

ngapain, akhirnya bisa lama. Nah, itu padahal satu bangunan untuk menempatkan satu fungsi

dari untuk agar di kawasan perbatasan itu bisa berjalan dengan baik, ya susah untuk

membangun satu fungsi. Oleh karena itu, untuk menentukan ada posisi di kiri jalan atau di

kanan jalan itu membutuhkan, sempat kebinggungan karena orang daerah pun karena tidak

jelas jadi protes, kenapa di kiri, kenapa di kanan. Mudah-mudahan, Pak, dengan PP itu nanti

kita yang akan kita susun mudah-mudahan bisa memperjelas apa yang harus dilakukan oleh

masing-masing tingkatan pemerintah itu dalam mencapai tujuan penyelenggaraan

pembangunan di kawasan perbatasan.

Dengan demikian, harapan kami mungkin kami arahan ke depan jadi untuk sementara

mengoptimalkan dulu kebijakan undang-undang yang ada, kemudian PP-nya, dan mungkin

cara bekerjanya kita di dalam melaksanakan pembangunan. Saya pikir itu, Pimpinan.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 5

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Jadi pertanyaanya, Mas, kalau kemudian undang-undang itu, jadi posisinya begini,

Kemendagri dalam hal ini sebagai ketua BNPP posisinya sendiko dawuh, makanya betul

mudah-mudahan. Mudah-mudahan itu kalau orang kampung, Mas, ya mudah-mudahan nanti

selamat, mudah-mudahan terus itu, Pak. Menurut saya Kemendagri harus jelas bahwa

rekomendasinya apa. Satu.

Lalu yang kedua, bicara PP sekali lagi PP itu kalau orang Jawa, habis cuci baju,

kemudian di-PP. Kapan keringnya? Ya tergantung situasi, tergantung cuaca. Saya nanti

tolong sampaikan pada Pak Dirjen Plt-nya bahwa straith forward-nya seperti apa, visi dari

Kementerian Dalam Negeri. Cuma mudah-mudahan, mahasiswa pun bisa mudah-mudahan

terus itu, Mas, kalau mudah-mudahan saja oleh itu. Jadi, misalnya menghadapi dualisme tadi

itu, sebaiknya begini, Komite I, jelas Pak. Jangan menggunakan paradigma ......(kurang jelas

red.). Jadi, Sampean muda harus figth bagaimana visi jelas ke depan dalam menghadapi

perbatasan itu.

Terima kasih.

Silakan, Kementerian Luar Negeri.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama, terima kasih kami telah diundang dalam diskusi ini, Pak, yang menurut

hemat kami, kita mungkin bisa mengusulkan beberapa hal dalam rekomendasi. Bapak-Ibu

sekalian, seperti yang selama ini kita lakukan, yang kita lakukan adalah kita membuat road

map karena kami di dalam bidang ini kita akan menyelesaikan hal-hal yang sifatnya pending

dan malah belum pernah dilaksanakan dalam perundingan ini.

Kami di Kemenlu chief negotiator untuk laut, Pak, ya, perbatasan laut. Road map

yang kita masukkan dan kita lihat dalam quick win pemerintahan Jokowi adalah mengenai

perundingan dengan Palau dan Timor Leste yang kita sudah masukkan dan kita sudah mulai

start dan di sebelah kiri kami adalah Direktur Perjanjian ... (kurang jelas, red.) yang menjadi

chief negotiator untuk ini dan di beberapa negara yang perbatasannya belum selesai, seperti

Vietnam dan juga kita akan membahas lagi dengan Filipina ya. Palau kita sudah mulai, Pak,

dan ada juga yang sudah lama tidak, belum pernah kita inikan, Pak, sudah lama tidur, yaitu

dengan Thailand. Nah, ini yang kita arahkan, Pak.

Lalu, dengan perbatasan darat pun kita lakukan, Pak, karena kita ingin demarkasi ini

kita selesaikan. Kita selesaikan strategi yang kita lakukan of course yang menjadi chief

negotiator untuk darat ini adalah dari Kemdagri. Yang kita ingin lakukan, yang ingin kita

masukan di sini, kita terpikir seperti ini, Pak, perjanjian darat yang sudah selesai dengan

pihak Malaysia, kita seal, Pak, kita seal, kita daftarkan ke PBB, daftarkan ke PBB. Ini yang

sudah selesai ya. Memang ada beberapa tempat, ada segmen yang kita namakan OBP 9

tempat, Pak, yang masih, 9 sampai 10 yang masih dinegosiasikan, Pak. Tetapi, yang sudah

selesai ini, Pak. Malah kami berbicara dengan Kemdagri dan Sesjen Kemdagri kalau

misalnya yang belum selesai, misalnya ini Pak, kita buat virtual tata ruang, virtual tata ruang

misalnya. Kan banyak manfaat yang akan kita dapat di situ. Pertama adalah dengan kita

daftar itu, kita jelas Pak, untuk border kita. Yang kedua, sudah terdaftar di internasional.

Yang ketiga, kita bisa gunakan untuk kita kan, Pak, mau dikembangkan, mau diapakan, dan

segalanya dengan pemda. Ini dari sisi kami pemerintah pusat.

Lalu, di laut kita selesaikan itu dan hal ini yang kita sekarang sedang lakukan, Pak.

Menyangkut dengan undang-undang ini, kita memang dua tahun yang lalu ya, kita selesaikan

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 6

yang namanya Undang-Undang Kelautan, Pak. Memang di situ ada unsur kewilayahan di

sana. Mungkin along the line kita mungkin perlu juga mix making-nya dengan undang-

undang itu ya karena wilayah kita adalah wilayah laut dan wilayah darat.

Benar, Pak, mekanisme yang kita terapkan dengan negara-negara tetangga yang

berbentuk joint border committee, joint border ini sangat bagus, Pak, dan hal-hal ini mungkin

bisa dikembangkan bagaimana peran serta pemerintah daerah di situ, dalam hal ini, Pak. Jadi

itu yang bisa kami masukkan dalam hal ini, Pak, dalam hal perubahan yang akan di-ini-kan

dalam undang-undang ini sesuai dengan apa yang kita lakukan di Kemlu, Pak. Mungkin

direktur kami akan menyampaikan sedikit mengenai apa yang sekarang dilakukan.

Terima kasih.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Bapak Pimpinan.

Atas izin Bapak Pimpinan, Pak Dirjen, kami ingin menambahkan, Pak, dalam konteks

pengantar yang tadi Bapak sampaikan berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2008. Kemlu dalam beberapa kajian selama ini memang seperti yang Bapak sampaikan,

judulnya lebih besar daripada isinya. Sementara, Kemlu sendiri selama ini menggunakan kata

diplomasi perbatasan di mana diplomasi perbatasan itu mencakup dua hal. Di dalamnya

sebenarnya ada di sini. Jadi, di dalam diplomasi perbatasan itu ada penetapan garis dan yang

kedua adalah pengelolaan wilayah di perbatasan.

Kalau kita lihat undang-undang ini ketika bicara wilayah negara, maka kita

menentukan garisnya. Kemudian ketika bicara di bab-bab berikutnya mengenai kewenangan,

maka ini masuk ke wilayah pengelolaan. Sehingga, tadi pertanyaannya adalah ketika BNPP,

apakah BNPP itu ikut dalam penetapan atau dalam pengelolaan? Kan ada namanya adalah

pengelolaan. Memang jadi di sini ada banyak ruang kosong atau kalaupun kita katakan tadi

ada PP yang akan diatur sehingga ini diharapkan bisa menjadi satu gambaran yang konkret.

Tadi Pak Dirjen juga melihat Undang-Undang Kelautan juga sebenarnya sudah mengisi

wilayah negara, hanya bedanya kalau di Undang-Undang Kelautan bicaranya wilayah laut,

ini adalah wilayah negara. Nah, wilayah negara mencakup laut di dalamnya. Nah, dalam

konteks ini, Pak, jadi mohon kalau bisa kita melihat secara komprehensif Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 2008 dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah. Dari

dua undang-Undang terakhir itu yang tahun 2014 kita sepakati, ini mungkin bisa menjadi

salah satu penyempurna dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008.

Beberapa hal yang juga kami ingin tekankan di sini, ketika bicara hak berdaulat dan

kita memiliki kedaulatan, kita selalu terkotak-kotak membaginya melihat dari kewenangan.

Padahal, kalau kita lihat UNCLOS tadi Bapak sampaikan kalua UNCLOS tidak melihat dari

kewenangan, tetapi melihatnya dari ruangnya. Jadi, kalau dilihat dari undang-undang saat ini,

pertanyaannya adalah kita hanya berdaulat sampai di landas kontinen dan zona ekonomi

ekslusif. Bagaimana dengan laut lepas? Apakah kita tidak memiliki hak berdaulat? UNCLOS

bicaranya kita memiliki. Nah, ini yang tidak diatur. Jadi, di Undang-Undang Kelautan kita

coba masukkan, di laut lepas pun kita bisa memberantas kejahatan, di laut lepas pun kita bisa

mencegah pencemaran, yang tidak ada pengaturannya di sini. Jadi, itu yang sebagai apa ya,

kalau kita mau mengubah mindset-nya, jangan melihat dari hak dan kewajiban kita, tetapi

melihatnya dari ruang atau wilayah itu sendiri secara umum.

Dan, kami memang di awal melihat dalam kajian yang ada undang-undang ini

memang heavy-nya ke darat. Jadi, kalau kita lihat kan di Pasal 1 mengenai batas wilayah

negara itu kawasan perbatasan Pasal 1 Ayat (6) itu kan disebut kawasan untuk batas wilayah

darat kawasan perbatasan di kecamatan. Pertanyaan, kalau memang ini komprehensif yang di

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 7

laut di mana? Kalau dipakainya kecamatan, terlalu kecil. Kita laut bicaranya bisa provinsi

atau beberapa kabupaten yang berbatasan dengan Palau saja itu bisa dua provinsi lebih. Jadi,

ini menjadi pertimbangan kalau memang nanti ke depannya mau direvisi, visinya jangan

hanya melihatnya dari darat. Tadi Pak Dirjen sampaikan, kalau darat berarti kita hanya bicara

tiga negara, padahal mayoritas negara-negara, tujuh negara lainnya itu adalah batas lautnya.

Jadi, ini biar seimbang nanti muatan materinya, Pak. Demikian, Pak.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak.

Mudah-mudahan ini bisa lebih meng-ini-kan Pak. Bagi kami di tim perunding ini

penting sekali karena hal-hal ini akan menjadi modal kita dalam berunding. Modal kita, we

can say that this is our law, we have to accelerate it. Malaysia juga bilang begitu misalnya,

yang lain juga bilang begitu. Jadi, along that line mungkin kita bisa inikan di sini dan bisa

menjadi bahan bagi Bapak sendiri mau kasih rekomendasi ke depan.

Terima kasih, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Ibu-Bapak sekalian, saya kira sudah ada gambaran mana wilayah negara, mana

kelautan, mana perairan, ya kan. Wilayah negara undang-undangnya seperti apa hari ini,

masih melihatnya adalah dari sisi land view-nya begitu.

Saya gambarkan begini, Pak Nono barangkali sudah sangat paham, tetapi melihat laut

dari darat itu memang di mana kita berdiri itu perspektif kita tampak. Tetapi, kalau melihat

darat dari laut, nah itu baru ketahuan di mana itu Kendal, di mana itu Batang, di mana itu

Pekalongan, sama. Sama juga ketika satelit, satelit itu di mata satelit di Indonesia itu satu

titik. Kalau kemudian di dalam pembayaran telekomunikasi zona 1, zona 2 itu kan urusan

kita sendiri. Jadi, memang itu ya jadi saya mengandaikan bahwa undang-undang yang ada

seperti ini masih apa ya overlap satu dengan yang lain. Saya kira jika sepakat maka wilayah

negara itu menjadi undang-undang mother law-nya itu di sini menurut saya. Yang lain

supported dalam positioning urgency-nya itu adalah motherland itu wilayah negara.

Jadi, Pak Dirjen, masa 70 tahun merdeka tidak mengerti wilayah kita, sih. Bukan

tidak mengerti, tidak pasti wilayah kita itu kan aneh, Pak. Terakhir Sipadan-Ligitan kenapa?

Karena memang di dalam diplomasi internasional, kita tidak cukup data bahwa iki we kowe

ini milik saya itu, tidak jelas Pak. Maka, di ruangan ini saya sering joke, NKRI itu Negara

Kok Republik Indonesia, begitu lho, Pak. Itulah negara Bapak-bapak sekalian begitu. Jadi,

kalau di Komite I begitu saya jadikan joke-nya itu, Pak.

Baik, terima kasih Pak Dirjen. Belum yang lain masalah misalnya soal derivasi dari

UNCLOS, sedangkan dengan negara sekepal Malaysia saja FIR kita juga masih didikte.

Menurut saya, tidak mengerti ini Republik Indonesia ini yang sekadar Malaysia saja, “eh,

atur dong bagaimana FIR-nya itu kita punya,” flight-nya itu.

Baik, silakan dari Kementerian Pertahanan.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN PERTAHANAN (NARASUMBER)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Ketua Komite I DPD RI, Wakil Ketua Komite I, dan para Anggota

Komite I.

Kami dari Kementerian Pertahanan, Pak, menyampaikan beberapa hal. Tetapi, pada

prinsipnya bicara wilayah negara ini, Kementerian Pertahanan ini sebenarnya peserta, Pak,

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 8

pengikut. Jadi, motor kita itu berbicara di sini adalah Kementerian Dalam Negeri, kemudian

Kementerian Luar Negeri. Jadi, hampir semua perjanjian-perjanjian itu kami adalah anggota,

Pak, jadi dengan demikian kami penyempurna dari apa yang diinginkan agar kepentingan-

kepentingan Kementerian Pertahanan di wilayah negara ini tidak terabaikan.

Bicara masalah Undang-Undang Nomor 43 ini, wilayah negara, sebetulnya kita

sekarang sudah kami dalam kita sudah ada PP Nomor 68 tentang Tata Ruang Pertahanan.

Jadi, sebetulnya sudah masuk di sana apa yang menajdi tugas kita yang lebih detail. Namun

demikian, kami sedikit mengomentari di undang-undang ini. Memang saya lihat juga

undang-undang ini kalau bicara tadi wilayah negara tadi Ketua sudah menyampaikan

bahwasanya wilayah negara harusnya mencakup semua wilayah. Nah, di dalam definisinya

juga perlu dicantumkan saya kira di sini lebih detail lagi wilayah darat, laut, udara, dan itu

perlu ditentukan ketinggiannya. Darat juga belum disebutkan bawah daratannya, berapa

kilometer sebenarnya bawah darat itu kita berkuasa, itu wilayah kita. Karena suatu saat

teknologi semakin tinggi, maka di bawah ini diperlukan. Kalau kita tusuk terus sampai ke

bawah barangkali keluarnya di Amerika, Pak. Jadi, barangkali karena bulat, Pak, jadi kita

tidak tahu. Makanya, harus ditentukan sebetulnya bawahnya berapa. Kita saja belum punya

undang-undang bawah permukaan, bawah tanah, sehingga ketika dibuat jalan di bawah tanah

ini harus ada ininya, harus. Jadi, saya kira harus disebutkan juga di dalam wilayah negara ini,

jadi harus ada itu .

Kemudian, juga tadi udara juga dengan adanya FIR tadi Bapak sudah sampaikan

bahwasanya ke atas itu juga ada aturannya, Pak. Berapa sebetulnya luas yang boleh kita

inikan. Kita ketahui bahwasanya satelit-satelit berkeliaran di atas kita, Pak. Nanti tanggal 30

salah satu perwira kita akan menjadi security officer kapal Cina yang mengendalikan

satelitnya dari Indonesia. Jadi, ada satelitnya Cina itu pengendalinya kerja sama dengan

Lapan, Pak. Mengendalikannya, meyakinkannya di orbitnya adalah dari posisi di Indonesia,

salah satu dari Sulawesi Utara. Kemarin itu dari Maluku dia mengendalikannya. Artinya apa?

Perlu juga diatur, Pak, bahwasanya wilayah negara kita juga sampai sana.

Juga jumlah pulau, Pak, wilayah negara harusnya menyebutkan juga jumlah pulau

dan seterus juga di sini juga sudah disebutkan sebetulnya toponimi, penamaan. Saya sudah

baca juga sedikit. Tetapi, sebetulnya di sini juga disebutkan kalau wilayah negara itu pulau

apa saja. Kita baru dari sekian, 17.000 sekian, baru 14.629 yang diberi nama yang dideposit

ke PBB. Berarti masih ada tantangan seharusnya di Undang-Undang Wilayah Negara ini

harus disebutkan.

Kemudian, kami juga berbicara masalah perbatasan. Di perbatasan Kalimantan tadi

disampaikan juga dari Kemenlu bahwasanya perbatasan darat memang belum selesai, Pak,

kita masih rapat terus. Ada 9 OBP tadi, mudah-mudahan dalam waktu dekat ini kita bisa

selesaikan satu demi satu. Ketuanya adalah dari Sekjen Kemdagri. Saya ketua di bidang OBP

saja, Pak. Jadi, ada beberapa bagian perjanjian itu yang menjadi ketuanya hanya kita tiga,

kemudian nanti ada lagi BNPB dan seterusnya. Jadi, memang alot di sana. Alotnya

disebabkan oleh barangkali selama ini kita tidak punya target yang jelas, timeline-nya.

Seharusnya timeline-nya itu ditetapkan. Tetapi, itu juga bisa juga merugikan kita karena

memang Malaysia ini juga mereka sangat cerdik melihat kelemahan kita. Namun demikian,

mudah-mudahan ada kemajuan ke depan karena kemarin waktu kita berunding, saya

sampaikan posisi kita di mana. Jadi, kalau dahulu posisinya kita tidak pernah jelas, tetapi

memposisikan diri dulu, baru kami minta posisi mereka. Setelah kami sampaikan begitu,

mereka makin kebingungan karena posisi kita berdasarkan perjanjian antara Belanda dengan

Inggris. Itu yang kita pegang, buku itu yang kita pegang, itu yang menjadi patokan kami

untuk membicarakan perbatasan. Ke depan mudah-mudahan bisa selesai.

Demikian juga di Papua. Papua sebenarnya tidak terlalu banyak permasalahan di

perbatasannya. Hanya saja cara pengukurannya mereka masih, ahli mereka dari Australia,

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 9

menunggu bosnya mereka di Australia. Jadi, agak alotnya di situ. Dengan Timor Leste juga

masih ada hal-hal yang belum selesai sehingga juga berkaitan dengan lautnya. Ketika di darat

itu belum ditentukan titiknya, maka ke lautnya susah dilakukan. Maka, tantangan kita dengan

Timor Leste adalah perbatasan daratnya belum tuntas semuanya, terutama yang di pinggir

lautnya. Dengan demikian, penarikan ke lautnya susah sekali dilakukan.

Selanjutnya untuk perbatasan juga, kami berpatokan pada Perpres. Perpres yang di

perbatasan ada sembilan. Yang mengemuka adalah di Kalimantan, di Kalimantan itu ada itu

sudah kita laksanakan tahun 2015 kemarin beberapa pengelolaan perbatasan, Perpres No. 31.

Kemudian, tahun ini rencana di Papua kita akan kegiatan di perbatasan. Perpres Nomor 32 ini

bagaimana kita membangun perbatasan di Papua. Kami mohon di perbatasan ini memang ini

adalah daerah strategis. Kalau di amanatnya kita ketahui bahwasanya di perbatasan ini ada

dua, memperhatikan soal pertahanan dan lingkungan hidup. Jadi, dua itu yang menonjol di

perbatasan. Jadi, mohon nanti di wilayah negara ini juga tetap dicantumkan bahwasanya

perbatasan itu domain yang besar itu ada dua, jadi pertahanan dengan lingkungan hidup

karena bagaimanapun kita harus mempertahankan pertama kali negara kita dari perbatasan

dulu.

Selanjutnya, barangkali dari staf saya, Pak, menambahkan. Sudah? Saya kira sudah,

sudah semua kita sampaikan, Pak.

Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih Pak Harahap dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Jakarta ini untung jauh dari perbatasan, Pak, sehingga kalau ada tamu negara, wajah

jelek kita itu tidak tanpak, Pak. Coba kalau misalnya ibu kota kita di Jayapura, mau ditaruh di

mana wajah jelek Indonesia ini, Pak. Kalau misalnya di Entikong sana tampak sekali wajah

bopeng-bopeng kita. Taruh kemudian di misalnya di Belu yang perbatasan dengan Timor

Leste, akan nampak bopeng-bopeng kita. Indonesia memang dalam istilah yang lain disebut

srigunung. Dari jauh kelihatan cantik, begitu dekat masya Allah naudzubillahi mindzalik.

Itulah NKRI, Negara Kok Republik Indonesia tadi itu. Nah, jadi karena itu, untungnya

Jakarta ini jauh dari perbatasan.

Coba, Pak Dirjen, Bapak kalau misalnya mau di Amerika, mau di Asia, di Timur

Tengah, mau di Eropa, begitu mengalirnya perbatasan itu, begitu regulatifnya mereka

sehingga tidak tahu, tahu-tahu dari Jerman sudah di Perancis. Tidak berasa tahu-tahu sudah

lagi di Belgia. Mereka sudah selesaikan ini semua, Pak. Jadi, border itu buat mereka tidak

ada soal. Tetapi, kalau lihat di Entikong sekali lagi, ini kalau Indonesia ini anak tiri, sedang

mereka itu adalah anak kandung. Begitu Entikong kita masuk, owalah mak luas betul

Sarawak ini, Pak. Hebat sekali Serawak ini, Pak. Begitu tengok belakang, itulah negara

Bapak-bapak sekalian.

Jadi, saya kira konsen dari Komite I ini memang sudah geram, Pak. Ini teman-teman

dari daerah semua ini kan ada dari NTT, ada dari Papua, ada dari Sulawesi Utara Pak Benny

ini. Jadi, nama Sulawesi Utara pun banyak yang berhimpitan dengan nama orang-orang dari

General Santos di sana. Misalnya ada Sambuanga, ada Sambuaga, kan beda tipis itu. Theo

Sambuaga itu orang Sulawesi Utara, tetapi kalau Sambuanga itu orang dari sebelah sana, kan

begitu. Jadi, ini kultur yang mungkin sama, tetapi bahwa di dalam yurisdisi kewilayahan

tentu berbeda.

Baik, Bapak-Ibu sekalian, saya kira nafsu Bapak-bapak Komite I sudah sangat

meninggi. Kalau bicara masalah begini ini karena memang kita sepakat output yang kita

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 10

harapkan optimal. Saya akan daftar, satu, Pak Nono. Dari sisi kanan cukup, Pak? Pak Jacob

ngomonglah. Itu Palau itu tidak kenal namanya Papua Barat. Ini, Pak, dari Papua Barat.

Palau itu istilah Jakarta-nya, orang Pala itu, Pak. Palau itu kan di atasnya Raja Ampat itu,

Pak, tetapi begitu ketemu di Eropa, tanya di mana itu Indonesia? Kurang ajar kan itu, padahal

negara sekepal di atas Raja Ampat itu. Mau ngomong tidak? Ya harus ngomong Bapak kan

mewakili Palau dan Papua Barat. Kiri, Kaltim, Pak Idris. Bu Eni ini perbatasan dengan DKI,

urusan dengan Jabodetabek nanti itu.

Baik, pertama silakan, Pak Nono.

PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (MALUKU)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi untuk kita semua.

Ketua, Pimpinan, dan teman-teman Anggota DPD Komite I, khususnya Bapak dan

Ibu pejabat dari Menteri Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian

Pertahanan

Hari ini secara spesifik memang kita ingin melihat kembali kita membahas tentang

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Saya kira apa yang

disampaikan oleh Ketua tadi mengambarkan betapa hari ini kita menghendaki sesuatu,

sesuatu yang berarti bukan sekadar hanya kita bicara tentang bagaimana kita mengusulkan

adanya perubahan-perubahan pasal, termasuk turunan-turunan yang kita dengar dari pejabat

kementerian yang terkait. Tetapi, menurut saya hari ini sebenarnya kalau boleh saya sarankan

ditunda saja pertemuan ini karena kita tidak bicara masalah teknis. Kita menghendaki hal

yang lebih besar. Kalau memang menteri berhalangan, kita tunda saja. Bukan mengecilkan

arti pejabat yang ada di depan kita ini, bukan, tetapi yang kita inginkan lebih jauh dari itu

karena kita bicara adalah wilayah negara.

Negara memiliki tiga komponen besar: satu, rakyatnya, bangsanya; yang kedua,

wilayahnya; dan yang ketiga, pemerintah. Kita ingin mendapatkan hal penting berkaitan

dengan kewilayahan. Wilayah ini harus kita kuasai, harus kita kelola, dan harus kita

amankan. Ini tiga hal penting. Makanya....

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Saya konfirmasi, saya interupsi dulu, Pak Nono. Memang kita RDP hari ini, belum

raker, Pak. Jadi, nanti pada satu kali kita akan minta final pendapat dari kementerian dan ini

dirjen yang diharapkan hadir. Memang hari ini RDP, Pak Nono, bukan raker, Pak.

Terima kasih, Pak.

PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (MALUKU)

Oke. Saya teruskan, Pak.

Karena saya melihat tadi saya kok ada yang dikehendaki oleh kita DPD RI yang tadi

disampaikan oleh Pak Ketua adalah soal perbatasan secara spesifik. Karena, bicara wilayah

bukan hanya perbatasan masalahnya, terlalu luas untuk kita bahas memang masalahnya.

Kalau memang harus ada hal-hal yang bersifat sektoral, mungkin semua dirjen kita undang,

mungkin kira-kira begitu. Tetapi, tidak apa-apalah. Izinkan saya menyampaikan pandangan.

Jadi, kembali kepada kita bicara wilayah. Memang kita ketahui negara ini kalau

dalam keadaan tertentu, maaf presiden berhalangan, wakil presiden, maka tiga menteri ini

sebagai penguasa negara ini, bukan Menpolhukam, bukan. Konstitusi adalah Menteri Dalam

Negeri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Pertahanan dan Keamanan, bukan yang lainnya.

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 11

Saya kira sepakat untuk itu. Oleh karena itu, betapa pentingnya kita melihat bahwa wilayah

negara ini sangat-sangat memiliki tempat atau posisi yang begitu tinggi dalam kepentingan

negara ini. Oleh karena itu, dalam pemahaman saya mari kita bicara. Jangan kita

mempersempit, apalagi memperkecil, mengkerdilkan masalah ini menurut saya. Oleh karena

itu, kita sering jangan sekadar bicara, betul tadi yang disampaikan jangan kita melihat

kedaulatan semata, jangan melihat ini sebagai ruang. Tetapi, dari undang-undang ini

sebenarnya akan ada turunan undang-undang lagi.

Jadi, kita selalu melihat sektoral. Apa yang terjadi? Lahirlah undang-undang yang

berkaitan dengan ya itu sektoral. Telurnya didahulukan daripada induknya sehingga menjadi

pabaliut. Ini termasuk, maaf di harian Pelita yang kemarin maaf saya bagikan itu mulai dari

halaman 1 dan 15 terkandung di belakangnya ada masalah wilayah juga. Oleh karena itu,

memang agak lucu. Kita bicara kelautan, Undang-Undang Kelautan. Terlahir enam belas atau

lima belas undang-undang terdahulu yang sektoral dan akhirnya menyulitkan Undang-

Undang Kelautan itu sendiri. Ini nanti Undang-Undang Teroris, Undang-Undang TNI,

Undang-Undang Polri, dan lain sebagainya nanti mempersulit Undang-Undang Keamanan

Nasional. Ini juga sama sehingga menjadi masalah kita. Wilayah juga begitu nanti punya

masalah yang sama. Kalau kita tidak hati-hati dalam undang-undang ini, maka itu yang

terjadi.

Nah, kembali kepada masalah yang kita bicara tentang perbatasan secara spesifik,

saya melihat ada beberapa pertimbangan penting. Pertama, pengalaman lepasnya Sipadan

dan Ligitan, Timor Timur termasuk. Mungkin juga nanti akan muncul yang lain. Kita tampil

dalam forum pengadilan internasional, mereka bertanya apakah ada undang-undang tentang

perbatasan di Indonesia? Kita katakan sudah ada bagian sub dari undang-undang yang lain.

Artinya, tentang perbatasan sendiri tidak jadi bagian penting. Cina misalnya, tentang

Hongkong, tentang Taiwan, itu undang-undang sendiri. Artinya, kalau begitu tampil di forum

internasional, resiprokal. Ini teman-teman di luar negeri juga mengerti itu. Resiprokal itu ada

kesetaraan dalam melihat prioritas masalah itu. Begitu berhadapan dengan luar negeri, kita

tidak bicara hanya batas wilayah. Kita bicara tentang pengelolaannya bagaimana, sistem

pengamanannya bagaimana. Jadi, ada yang bersifat mengatur.

Apa artinya Badan Nasional Penanggulangan Bencana, apa artinya itu? Ulangi, Badan

Nasional Pengelola Perbatasan. Posisinya di bawah menteri. Menteri sendiri juga sektoral.

Nah, kalau saya melihat mungkin lembaga badan nasional penanggulangan bencana itu

disejajarkan dengan menteri ya. Kenapa ini tidak, misalnya? Agar kewenangannya diperluas

misalnya kalau memang kepentingannya ke sana. Kalau tadi Pak Ketua mengatakan sebagai

ilustrasi ibu kota pindah, kita akan melihat wajah. Tetapi secara teori, kalau kita melihat

manajemen perbatasan itu mengambarkan manajemen negara itu. Kalau amburadul ya berarti

negara itu sistemnya amburadul. Kita tahu semua itu teman-teman di kementerian. Oleh

karena itu, kita harus letakkan ini dalam posisi yang lebih.

Tentang kewilayahan, bukan hanya perbatasan saya kira. Tentang tata ruang nasional

tadi sudah disinggung, tentang laut. Pasti harus ada Undang-Undang tentang Tata Ruang

Nasional. Di sana ada tata ruang laut nasional, darat nasional, udara nasional bahkan tadi dari

Kementrian Pertahanan di bawah. Misalnya di Batam, sekarang tiba-tiba pemerintah

Singapura untuk kepentingan tertentu, dia membuat tembus di Batam. Saya ambil contoh

Inggris dengan Perancis membuat hubungan kereta bawah tanah, bawah laut. Itu kan melalui

kedaulatan negara lain. Bagaimana kalau nanti ini muncul? Kan itu masalahnya, nah oleh

karena itu saya kira ini tata ruang nasional sangat penting juga diturunkan ke bawah,

kemudian termasuk geografi. Misalnya wilayah pulau besar atau daratan seperti apa, provinsi

kepulauan seperti apa, saya kira ini bagian dari itu semua. Jadi, jangan hanya melihat dari

aspek, maaf di teman-teman Kementerian Dalam Negeri, hanya karena uang kemudian ini

dikecilkan persoalannya.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 12

Oleh karena itu, saya mengusulkan yang pertama usulan untuk lahirnya Undang-

Undang tentang Perbatasan ini penting. Karena, ini bukan sekadar menyangkut batas

wilayah, bukan, tetapi jauh lebih penting dari itu dan karena ini lintas sektoral di sini. Kalau

tidak ada payung hukum, hanya sekadar PP, tidak cukup. Atau diberikan kewenangan,

menteri sekalipun, jangankan kepada Badan Penanggulangan Pengelola Perbatasan, satu

kementerian pun, kementerian lain tidak akan patuh. Walaupun dengan PP kayak apa pun

juga. PP artinya banyak, Pak Ketua. Itu bisa juga PP, bukan, kalau Pak Benny orang timur

bilang PP itu lain, Pak. Sama dengan tempe, Pak, orang Jawa bilang tempe itu kalau dibikin

logat yang lain juga artinya lain. Jadi, Undang-Undang Perbatasan menurut saya layak untuk

kita munculkan, di samping yang lainnya.

Yang kedua, Badan Nasional, untuk sementara, Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (Badan Nasional Pengelola Perbatasan, red.) disejajarkan dengan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana karena menyangkut mengatur juga kementerian yang lain. Kalau

tidak, dia mandul begitu saja. Misalnya contoh, dia mendapatkan anggaran tahun ini kalau

tidak salah 13, sekian triliun dari 16 yang turun tahun ini karena adanya di kementrrian lain

uang itu. Tidak sanggup dia untuk mengkoordinasikan itu.

Jadi, jangan kita berpikir sekadar hanya efisien, tetapi juga efektif. Kita harus berpikir

efisien, tetapi juga efektif sehingga apa pun yang kita hasilkan di sini dengan pertimbangan

yang tadi itu menurut saya menjadi bagian yang. Saya kira itu.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik Pak Nono, jadi tanda Inggris, Prancis ini kan sudah melintas antarnegara.

Negara berbeda, kedaulatan berbeda-beda, tetapi bahwa taste-nya, Pak. Itu mana Inggris,

mana Prancis tidak kita rasa, Pak. Serviceability itu jelas bahwa inilah pelayanan, antarnegara

pun tidak ada soal. Barangkali kalau di sini antarprovinsi barangkali itu sudah kita nikmati.

Tetapi, kalau di Jawa ini kan ketika di Jawa Timur naik bis kita bisa tidur, dulu begitu Pak.

Begitu grunjal-grunjal, ah ini Jawa Tengah, kira-kira begitu. Begitu agak pabaliut itu pasti

Jawa Barat. Jadi, yang membedakan itu infrastrukturnya, Pak, bukan karena yurisdiksinya

itu, Pak. Jadi, itulah NKRI, Negara Kok Republik Indonesia itu yang secara horisontal dan

vertikal itu selalu ada lack structural, bukan hanya kultural

PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (MALUKU)

Sedikit tambahan, masih yang tertinggal. Pengalaman kita yang lalu dengan Malaysia,

kita membentuk yang namanya GBC (General Border Committee). Di sana diketuai oleh

wakil perdana menteri, di sini diketuai oleh pada masa itu hanya panglima TNI. Malah

sekarang ini itu SPC ya di bawahnya lagi, ini GBC. Nah, kadang-kadang kita kan terlihat

betul, di sana wakil perdana menteri, di sini setingkat menteri. Jadi tidak, jomplang, tidak

resiprokal. Itulah Indonesia ya, jadi akhirnya ya begitu saja.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Masya Allah, 70 tahun merdeka kok masih begini. Semua ruang yang kita lihat tidak

beres semua, Pak. Itulah negara Bapak-bapak sekalian. Capek juga, Pak. Saya makanya

kerasan di Senayan karena memang bisa ngomong bebas. Kalau di eksekutif kan tidak bebas

kan, pokoknya ikut undang-undanglah, kan begitu tadi kan. Betul Pak, ya? Ya kayak Pak

Marwan Jafar, undang-undang begini-begini. Niatannya pada undang-undang, tidak

Page 14: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 13

ngomong bahwa revisi prepres, tidak berani, revisi undang-undang. Begitu dia ngomong

revisi prepres, posisinya direvisi oleh presiden, reshuffle kan begitu, Pak.

Baik Pak Jacob mewakili Papua Barat saya kira ya, jangan visi Palau-nya yang

kelihatan.

PEMBICARA: JACOB ESAUKOMIGI, S.E., M.M. (PAPUA BARAT)

Terima kasih, Pimpinan.

Bapak dan Ibu yang saya hormati, ada beberapa catatan yang ingin saya share dari

pengelolaan perbatasan. Yang pertama yang menjadi catatan saya bahwa paradigma berpikir

dan mengelola perbatasan masih bersifat pada pendekatan keamanan sehingga ketika

pasukan pengamanan ditempatkan di situ, maka dianggap semua selesai. Dan, kondisi yang

kita lihat sepanjang perbatasan di hampir semua wilayah, khususnya tiga wilayah negara

yang berbatasan darat, kondisi masyarakatnya hampir sama; terisolasi, kualitas hidupnya

yang rendah, dan bahkan di Atambua misalnya di situ masih menggunakan sinyal dari Timor

Leste. Sehingga, paradigma berpikir dan bertindak terhadap perbatasan ini mungkin tidak

bersifat pertahanan keamanan saja, tetapi juga bersifat ekonomi. Jadi, manfaatkan

perbatasan-perbatasan ini sebagai nilai ekonomi yang bisa bertumbuh dan masyarakat yang

berhuni di sekitar perbatasan itu bisa menikmati.

Sehingga, pada waktu-waktu yang lalu saya mendengar kunjungan teman-teman yang

ke perbatasan Malaysia dan Indonesia di Kalimantan. Anak-anak di sana sering menyanyi

garuda di dada, malaysia di perut. Itu terkandung maksud. Walaupun demikian, tetap kita

bangga sama NKRI, Pak Ketua. Kalau orang Papua yang tidak bangga sama NKRI nanti

dipikirnya lain. Kalau Pak Ketua yang bela negara, kok Indonesia itu dianggap biasa-biasa,

tetapi kalau orang Papua yang bela negara kok Indonesia atau orang Aceh itu. Biasa makar,

Pak.

Kemudian, kemarin dari hasil kita dengar pendapat dengan para intelektual Papua,

ada satu pernyataan yang disampaikan oleh mantan Bupati Merauke John Gluba Gebze itu di

wilayah perbatasan Papua NKRI itu ada satu wilayah yang ketika sang saka Merah Putih

dinaikkan itu dipaksa diturunkan oleh tentara Papua Nugini karena salah pengelolaan

perbatasan. Nah, sehingga kondisi begini saya pikir kalau tidak kita manage dengan baik

akan terjadi pengurangan wilayah NKRI karena salah mengelola.

Kemudian, yang berikut mengenai perbatasan laut Indonesia dan Palau yang ada di

paling dekat dengan wilayah Raja Ampat. Ini baru satu tahun atau dua tahun terakhir ini

terjadi hubungan diplomatik antara Palau dengan Republik Indonesia yang sampai hari ini

masih bergabung dengan kedutaan Filipina ya, kalau tidak salah. Ini laut kita zona ekonomi

eksklusifnya terjadi overlapping sehingga terjebak para nelayan-nelayan kita yang kemudian

karena ketidaktahuan, mereka masuk ke wilayah Palau dan kemudian mereka dihukum, baik

itu hukuman fisik maupun pembakaran alat-alat tangkapnya. Untuk itu, saran saya dalam

pengelolaan perbatasan ini adalah kita mengubah paradigmanya. Bukan lagi semata-mata

pengamanan keamanan, tetapi lebih daripada itu untuk kesejahteraan. Demikian, Pak Ketua.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak Yacob, ketika kita masuk ke DMZ Korea, saya kira sebegitu menegangkan ya.

Apakah memang karena psikologinya diciptakan begitu bahwa sana itu ganas sehingga kita

pun hati-hati, sepertinya itu harus pakai rompi dan macam-macam itu begitu ke DMZ itu.

Lalu yang kedua, Malaysia Serawak dalam hal ini dia tidak membangun pada batas yang

dekat dengan perbatasan Indonesia. Jauh itu, Pak. Kita aja yang kumpul di perbatasan,

Page 15: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 14

kemudian nyumpel aja di situ di Entikong itu. Begitu masuk ke sana, wah memang hebat

negara Republik itu. Kayak di penerbangan, Pak Dirjen, begitu Bapak terbang dari Jakarta ke

Singapura, begitu mendarat memang negara ini negara besar, begitu Pak ya. Sebaliknya

kalau Bapak dari pulang luar negeri ke Jakarta, langsung ini jidatnya ngerucut, bayangin

kemacetanlah, inilah, itulah, begitu Pak. Itu fakta. Itu Palau.

Kemudian saya kira sekali lagi yang tampak itu di Kalimantan Barat bagaimana kita

kalah bersaing dengan mereka. Di NTT saya kira itu terjadi penjajahan oleh diri sendiri.

Bayangkan Telkomsel operator di Timur Leste, dia memasukkan 7 kilometer dari perbatasan

ke dalam wilayah roaming Timor Leste. Ini gendeng saya pikir ini, Pak. Akhirnya kemudian,

di rapat sini ketika ketemu dengan Pak Rudiantara, kita minta coba BTS di sana itu

dibenerin, Pak. Bayangkan 1 menit 7 ribu mereka harus bayar. Itulah NKRI sekali lagi, Pak,

Negara Kok Republik Indonesia itu. Soal jajahan, jadi menjajah diri sendiri, Pak. Baik, ini

menambahkan informasi saja.

Bu Eni, ini perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah barangkali persoalkan Cisadane ini.

Silakan.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JABAR)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih, Pimpinan, rekan-rekan senator yang saya banggakan, dari Kemendagri

Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan.

Memang saya dari Jawa Barat, jadi perbatasannya juga hanya Laut Cina Selatan. Jadi,

saya tidak punya batas-batas darat yang jelas. Tetapi, kita berpikir adalah duduk di sini

adalah berpikir nasionalisme. Memang betul sampai saat ini belum ada batas wilayah yang

jelas. Jangankan antarnegara ya Pak, antarkecamatan dengan kecamatan saja masih ramai,

antardesa dengan desa masih ramai. Inilah yang kita harus segera pemetaan yang maksud

saya belum jelas itu tadi.

Pertama, karena kita ini adalah rapat dengar pendapat dengan tiga kementerian,

mungkin hal pertama yang saya seharusnya saya dapat adalah pendapat-pendapat yang ingin

diungkapkan dari para pelaksana di lapangan, dalam hal ini adalah pemerintah. Karena kita

judulnya akan merevisi UU, akan mengubah UU, mungkin hal-hal apa saja yang dirasa

belum memenuhi harapan Bapak dari perundang-undangan yang ada sehingga bisa kita

masukkan dalam undang-undang yang baru. Nanti kalau lebih luas dan lebih banyak yang

tidak bagusnya atau belum match dengan yang kita butuhkan, mungkin bukan perubahan

lagi, akan tetapi mungkin membuat undang-undang yang baru. Nah, ini langkah pertama

yang saya mohon dari ketiga kementerian ini untuk sampai kepada meja kami atau apakah ini

masih difotokopi atau memang belum ada materi tentang pendapat dari tiga kementerian

mengenai hal tentang akan diadakannya perubahan terhadap undang-undang tersebut.

Bahkan, kalau lebih besar lebih dari 50% akan kita ubah undang-undang tersebut sehingga

Bapak para pelaksana di lapangnan itu nyaman dalam melaksanakan pengabdian kepada

bangsa dan negara ini. Tadi dari yang pertama.

Yang kedua, Pak, saya sepakat dengan Pak Senator yang lain tadi, Pak Nono dan Pak

Yacob bahwa kita pendekatan di perbatasan itu tadi jangan hanya kewilayahan saja. Tadi

sudah jelas kewilayahan saja hanya banyak daratan daripada mengurus pada lautan. Akan

tetapi, kita berulangkali, Pak, bahkan rapat dengar pendapat dengan menteri bahwa

pelaksanaan rencana 2015 di perbatasan-perbatasan itu akan diberikan touch infrastructure

yang memadai. Itu dari Kemendagri bahwa di sana yang tadinya pendekatan keamanan, akan

diubah menjadi pendekatan sosial ekonomi di mana akan dibangun infrastruktur, peningkatan

derajat indeks kualitas manusia Indonesia, yaitu ditinjau dari ekonomi, pendidikan, dan

kesehatan, itu yang akan menjadi acuan dari pemerintah untuk touch terhadap daerah

Page 16: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 15

perbatasan. Ini yang saya ingin tanyakan ke Bapak-bapak semua, sampai hari ini apa yang

sudah dilakukan apakah dari segi infrastruktur, maupun dari segi pengamanan kewilayahan,

karena ini adalah keamanan dalam pembangunan adalah sesuatu yang harus sinergi. Jadi,

keamanan saja di-strike, tetapi infrastrukturnya tidak dibangun ya akhirnya seperti sekarang

ini di daerah perbatasan ini seolah-olah keangkeran yang terlihat, ketegangan yang terlihat

bukannya angle light bagi bangsa Indonesia yang ada di perbatasan dan dipandang oleh

dunia luar bahwa kita ini sudah benar-benar memanusiakan manusia untuk bangsa Indonesia.

Terima kasih, Bapak, itu saja minta tanggapan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Ini Mas Teguh Depdagri, bayangkan ini perkara Cilacap sama Ciamis, sodetan

Citandui sampai sekarang tidak selesai coba. Jawa barat, Jawa Tengah ini, Pak, berantem

saja terus-terus, Pak. Jawa barat punya Mang Ihin (Solihin G. P.), Jawa Tengah punya Bibit

Waluyo, berantem-berantemlah kan begitu pada waktu itu. Dan anehnya, Pak dari

Kementerian Pertahanan, yang lucu adalah itu atas saran Menteri Lingkungan Hidup, bukan

begitu Pak Nono? Siapa itu, Pak Nabil Makarim itu. Dan, saya dorong setuju dengan

Kementerian Dalam Negeri bahwa katanya ini konon belum raker lagi dengan Kementerian

Dalam Negeri bahwa di 2016 itu akan menyelesaikan batas-batas wilayah kabupaten dan

provinsi karena ribuan batas yang belum beres di Republik ini, Pak. Itu ke dalam. Kalau mau

cerita ya misalnya di Musi Banyu Asin itu ketika saya masih bupati itu wilayah saya. Tetapi,

begitu Musirawas yang menjadi bupati kemudian saya tidak jadi bupati, Musi Rawas yang

jadi bupati adalah saudara saya, wilayah itu masuk ke sana. Aneh bin ajaib. Sekarang saya

jadi gubernur kan begitu kira-kira. Jadi, wilayah itu bisa berubah karena ada sumber daya

yang bisa diduitkan kan begitu, Pak. Jadi, NKRI lagi sekali Pak, Negara Kok Republik

Indonesia tadi itu.

Baik, kemudian Pak Idris ini punya perbatasan dengan Malaysia saya kira. Silakan.

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Ketua dan Wakil Ketua DPD RI yang kami hormati dan seluruh Senator yang

kami cintai, Bapak-bapak pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Luar Negeri dan pejabat

Dirjen Pertahanan Nasional, para pakar yang hadir pada kesempatan tadi ini yang kami

muliakan, dan hadirin sekalian berbahagia.

Intinya begini, Pak, kami dari 132 orang DPD RI ini menjadi rungguhan masyarakat

yang kami wakili. Dan, kami mewakili dua provinsi saat ini sementara; Provinsi Kalimantan

Timur dan Kalimantan Utara, yang tentu Bapak-bapak pejabat hadirin sekalian berbahagia

tahu persis bahwa Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara itu berbatasan dengan Malaysia,

Brunei Darussalam, dan sekitarnya. Sungguh sangat prihatin, Pak, kalau daerah perbatasan

ini tidak ditinjau, tidak ditentukan, tidak diperhatikan secara seksama. Kenapa? Karena, di

Kalimantan Utara beberapa tahun ini pernah ribut itu gara-gara Pulau Ambalat. Kenapa

rebut? Karena, Indonesia tidak rela kalau itu diambil oleh Malaysia. Malaysia juga kepingin

supaya itu merasa itu adalah miliknya. Belum lagi masuk ke daerah Bulungan, daerah

Nunukan. Daerah Nunukan, Pak, ini selalu saya sampaikan kalau berbicara masalah

perbatasan sebab rumah malah justru rumah-rumah yang ada disana di Nunukan dan

Bulungan itu separuh itu masuk di Indonesia, tetapi separuh juga masuk di Malaysia. Betapa

sulitnya untuk menentukan daerah di mana batasnya? Kemarin di Kucing berbatasan dengan

Kalimantan Barat ini juga masyarakatnya di sana, kami langsung datang ke sana, apa kata

Page 17: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 16

orang Indonesia di sana, Pak? Sudah 70 tahun, Pak, kami di sini. Indonesia Merdeka sekian

puluh tahun kami ada di sini, tetapi kami sampai saat ini belum pernah dikunjungi, belum

pernah diperjelas, mana itu batasan-batasannya antara patok dengan patok sana itu saja.

Kadang-kadang masyarakat sendiri yang memindahkan patoknya karena dia kepingin masuk

di wilayah Malaysia. Ini karena apa? Karena, kepeduliannya yang tidak barangkali sampai ke

sana. Oleh karenanya, mohon Pak supaya daerah perbatasan ini ada prioritas.

Ya saya sependapat tadi dengan Pak Ketua bahwa kalau kita pakai mudah-mudahan,

kita pake insya Allah, insya Allah-nya yang benar-benar itu ada standar kaidah-kaidah hukum

agama yang kita pakai, bukan sekadar penyelamat seperti itu. Untuk itu, kira-kira berapa

tahun lagi, Pak, ini Indonesia sudah 70 tahun ini. Berapa tahun lagi kira-kira insya Allah-nya

atau mudah-mudahan batas wilayah ini bisa ditentukan? Berapa tahun lagi kira kira ini batas

wilayah negara Republik Indonesia ini bisa ditentukan? Atau, insya Allah lagi atau mudah-

mudahan saja lagi atau saya tidak tahu latar atau teman-teman di samping saya ini katakan

apa dibiarkan jadi proyek untuk mendapatkan sesuatu. Di Kalimantan Timur, Pak, ini tadi

pernyataan saya itu berapa tahun lagi kira-kira baru bisa itu diketahui secara jelas bahwa

Indonesia ini seperti ini gambarannya.

Yang kedua, pembangunan ini, Pak, pembangunan yang ada di negara Republik

Indonesia ini setelah kita tahu ini perbatasannya wilayahnya apakah itu daratnya, lautnya,

dan udaranya, yang kedua kami berharap supaya nanti pembangunannya jangan selalu

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Kalau hanya selalu dibandingkan dengan

jumlah penduduk yang ada ya kapan dibangun Indonesia Timur? Seperti kapan dibangun

Kalimantan Timur? Ini, Pak, barangkali perlu ada perubahan sedikit pola pikir bahwa

membangun Indonesia ini bukan hanya di Pulau Jawa saja, bukan hanya di Pulau Sumatera

atau di Sulawesi, tetapi seluruh negara Republik Indonesia ini barangkali butuh perhatian

secara sungguh-sungguh, secara serius. Karena, kami ini, Pak, selaku dikatakan perwakilan

provinsi itu ada tiga paling tidak itu selalu menjadi takaran berhasil atau tidak.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak Idris, kereta api cepat setuju tidak, Bapak?

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Setuju, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Setuju?

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Eh, maaf, Pak?

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Kereta api cepat, setuju tidak?

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Oh, tidak setuju, Pak.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 17

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Sama. Ya lanjut.

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Ya, karena apa? Di sini saya tidak setujunya kenapa? Di sini kan sudah bagus sarana

perhubungan sudah bagus, udara sudah bagus, di Kalimantan Timur, Pak, aduh susah sekali.

Kemudian, yang kedua Pak tadi saya memberikan pemahaman.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Yang ketiga, Pak.

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALIMANTAN TIMUR)

Yang ketiga, eh saya belum selesai Pak yang kedua. Pembangunan jangan dikaitkan

hanya sekadar dengan batas jumlah penduduk, Pak. Tolong ada pemikiran yang lebih jernih

melihat secara ke depan bahwa kalau saya membuat aturan pelaksanaan pembangunan

berdasarkan jumlah penduduk, tidak akan pernah merata pembangunan seluruh Indonesia.

Yang ketiga, saya berharap supaya kita ini punya standardisasi. Seperti DPD ini, Pak,

akan didengar apa yang dia perjuangkan daerahnya untuk menjadi bagian di Indonesia.

Yang kedua, yang di daerah kepingin lihat apa hasil perjuangannya yang bisa dilihat

oleh masyarakat.

Yang ketiga, Pak, masyarakat yang kita wakili ini ingin merasakan apa sebenarnya

yang bisa kita rasakan dengan Anda diutus ke daerah mewakili provinsi-provinsi.

Saya kira itu, Pak, jadi mudah-mudahan dengan keinginan ini, musyawarah kita ini

awalnya meliput sebagai kebajikan dan akhirnya nanti ada titik temunya untuk mendapatkan

apa yang diharapkan oleh masyarakat seluruh Indonesia.

Terima kasih, Pak.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih, Pak Idris. Mudah-mudahan ini.

Jadi, Mas Teguh, gara-gara Sampeyan sih, pemerintah itu tidak ngomong mudah-

mudahan. Ini tidak pede Sampeyan itu. Mau jadi dirjen tidak pede, bagaimana.

Jadi, ini semua sudah disampaikan. Saya khawatir nanti kalau Pak Adrianus tanya

soal pertanahan. Ini pertahanan, Pak. Ya walaupun Gus Dur dulu mengangkat Pak Mahfud

itu sebetulnya Menteri Pertanahan, bukan Menteri Pertahanan dulu itu, tetapi karena sudah

jadi ya sudahlah begitu kan. Sama juga ketika ini, Pak Nono, ada dokter Syaiful Yusuf toh di

istana itu. Pak Hamzah itu kalau bicara kan agak groyok-groyok begitu ya. “Syaiful, Syaiful,

suruh Syaiful Yusuf.” Maksudnya Syaiful Yusuf yang Ketua Umum Anshor, bukan Syaiful

Yusuf yang dokter itu begitu lho. Yang datang itu adalah dokter itu. Ya sudah periksalah

saya begitu. Maksudnya Syaiful Yusuf yang BP Anshor itu begitu. Sama juga ketika Pak

Hamzah Haz, Faisal Basir. Maksudnya Faisal Basri yang ekonomi itu. Karena dulu ada

anggota DPR Faisal Basir, ya Faisal Basir yang datang. Ya bukan ini maksud saya, yang

ekonomi itu lho maksud saya. Tetapi, ya sudahlah saya silaturahim jadi ketemu juga Faisal

Basir itu. Sama lagi Gusdur pada waktu jadi mengangkat Menteri PU Menteri Negara

Page 19: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 18

Pekerjaan Umum, yang jadi kan Freeport itu sebelum Pak Ma’ruf ini, Pak Bambang siapa itu.

Itu Menteri Negara Pekerjaan Umum yang jadikan Freeport itu sebelum Pak Bambang siapa

itu. Itu Dirjen PU suruh jadi Menteri PU. Padahal, beliau itu dari geolog dari Pertambangan

Umum, jadi Menteri PU. Bingung sendiri dia. Itu waktu Gus Dur. Ya itulah Indonesia, Pak.

Baik, ada lagi? Cukup ya. Pak Anas tidak ada perbatasan ya. Baik, saya ingin

memberikan kepada Kemendagri ini. Jangan hanya berdoa, Bapak, sambil bekerja juga

silakan.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

(NARASUMBER)

Oke, Pak, terima kasih, Pak.

Jadi pertama, jadi begini untuk solusi kan jadi begini, Pak. Kita ini ada alternatif

untuk solusi dalam jangka pendek apa yang bisa dilakukan dalam rangka mendorong

pembangunan di kawasan perbatasan. Kalau revisi, kita juga tidak menutup kemungkinan

kalau memang ini revisi juga harus disiapkan karena memang ada beberapa content yang

seperti disampaikan para hadirin Bapak-bapak dari anggota DPD ini yang tadi disampaikan,

tetapi kita juga ada bahan-bahan yang memang untuk menyempurnakan itu, Pak. Untuk

jangka pendek, kita akan selesaikan di tahun 2016 ini PP tentang kewenangan pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota. Saya harapkan ini content-nya nanti bisa sampai ke tingkat

pedoman sehingga para pelaksana di lapangan tidak bingung lagi apa yang mesti para pihak

itu mengerjakan. Tetapi, pada prinsipnya PP ini adalah ingin menjadikan corner stone, jadi

batu penjuru. Jadi, seluruh KL atau seluruh UU peraturan lain bisa mengacu ke situ. Jadi,

kalau sudah begitu menyangkut kepentingan perbatasan, maka PP-PP yang membawahi

seperti tata ruanglah, itu tata ruang harus menyesuaikan mengkalibrasi diri sesuai dengan

rencana tata ruang kawasan biar ada kepastian dari pembangunan di kawasan perbatasan itu

sendiri.

Kami sepakat juga, Pak, mohon dengan Pak Nono, jadi....

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak, mohon maaf, Pak. Coba anu deh baca Undang-Undang No. 12 Tahun 20111

deh, Kementerian PU juga punya undang-undang sendiri. Jadi karena itu, kalau PP itu ya

begini mejen, Pak. Mejen itu nanti. Jangan penah punya cita-cita PP melawan undang-

undang, pasti kalah. Sektoral pasti menang lagi di situ.

Dilanjut.

Mas, mohon ini soal Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, kemudian di... (kurang

jelas, red.) PP No. 27 Tahun 2008. Beda lagi Mas, itu adalah khusus spesifik tata ruang.

Sedangkan, BNPP itu adalah maunya itu menjadi juragan dari semua sektoral. Mestinya,

undang-undang seperti Pak Nono tadi disampaikan. Kalau PP, sampai lebaran kuda pun tidak

akan ada koordinasi, Pak.

Silakan.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

(NARASUMBER)

Terima kasih, Pak.

Ya ini jangka pendeklah, Pak. Untuk jangka menengah, mudah mudahan bisa pas

direvisi, bisa semoga pelaksanaan ini bisa efektif.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 19

Oke, kemudian yang tadi apa namanya kapan ini target harus dipenuhi begitu ya, Pak,

jadi apa tahun depan, tahun lagi? Yang jelas begini, Pak, ini khusus untuk Kementerian

Dalam Negeri, kebetulan saya mau ke sektoral sebetulnya. Jadi, kecamatan perbatasan itu

kalau kami tugasnya Kementerian Dalam Negeri adalah menyediakan infrastuktur

pemerintahan, jadi seperti kantor kecamatan, kantor lurah, kantor pertemuan di kawasan,.

Untuk itu, seluruh kecamatan di kawasan perbatasan hampir seluruhnya sudah dibangun.

Barangkali yang sudah bobrok dan lainnya sekarang lagi direvitalisasi di beberapa kecamatan

di wilayah Kalimantan itu. Jadi, teragenda kapan? Ini setiap tahun kita untuk paling untuk

memperbaiki dari kantor-kantor kecamatan.

Khusus yang BNPP ini, Pak, sampai kapan itu memang sebaiknya Pak, kami juga

sempat lapor ke Pak Pimpinan kenapa BNPP tidak diundang karena dia yang masterplan

grand design keseluruhannya BNPP. Jadi, target harus lima tahun menyelesaikan apa dan

lain sebagainya. Tetapi, yang jelas tadi untuk khusus Kementerian Dalam Negeri, kita

sekarang ini sedang merevitalisasi kantor-kantor kecamatan di kawasan perbatasan.

Kemudian, yang daerah, Bu, mohon maaf ini kebetulan ini batas daerah, kalau batas

daerah memang dari 799, sekarang baru 30%. Jadi, sekarang itu akhirnya kita pun sedang

menyempurnakan metodologi cara kerja ini supaya cepat. Misalkan yang sebelumnya kartu

matrik supaya tanpa kita ke lapangan, tetapi bisa kita lihat peta, bisa dilakukan. Nah,

sekarang lagi menyempurnakan lagi Permen supaya akselerasi dari penyelesaian batas daerah

itu bisa segera diselesaikan.

Jadi itu, Pak, kami itu solusinya solusi jangka pendek tadi yang untuk PP itu. Jadi,

kita optimalkan betul betul PP ini content-nya betul-betul bisa menyelesaikan beberapa

persoalan yang dihadapi di lapangan. Tetapi, seperti apa yang Bapak sampaikan tadi memang

ketika berbenturan dengan undang-undang memang, Pak, kita akhirnya agak susah. Nah, ini

saran akan saya sampaikan ke sana ke pimpinan bahwa ketika ini ada Undang-Undang

Perbatasan seperti disarankan Pak Nono tadi, kita akan sampaikan. Mudah-mudahan kita pun

kita melihat itu menjadi sesuatu yang penting karena itu apalagi akan dijadikan corner stone

bahwa kawasan perbatasan itu adalah satu kawasan yang memang betul-betul penting

adanya. Tidak hanya dari aspek pembangunan, tetapi juga aspek keamanan dan aspek

kedaulatan. Saya pikir itu, Pak, respons sementara dari kami.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih.

Lanjut Kementerian Luar Negeri. Silakan, Pak Dirjen.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak Ketua.

Kami memang menyimak seluruh intervensi dan juga pernyataan dari Bapak-bapak

dan Ibu-ibu Senator yang terhormat yang mungkin ada beberapa hal yang bisa kami

sampaikan atau mungkin sedikit klarifikasi. Kebetulan kami pun juga ikut di dalam

pembahasan-pembahasan di bidang penanganan wilayah perbatasan. Maaf sejujurnya kalau

kami sampaikan di sini, pemerintah yang sekarang memang sangat serius untuk men-deal

dengan masalah perbatasan ini. Bahkan, presiden sendiri menunjukkan target waktu Pak,

seperti Entikong menimbulkan dua hal. Pertama, bangunan untuk pembangunan perbatasan

tidak boleh lebih jelek dari negara tetangga, itu satu. Lalu kedua, dibangun dalam jangka tiga

tahun harus selesai, dan itu pun selalu dilakukan di daerah Kalimantan Barat dan juga Timur.

Page 21: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 20

Menyangkut usulan Pak Nono mungkin kita lihat ini dari broad minded, ya Pak ya,

just very very useful untuk kita, Pak, dalam hal kita menegosiasikan. Tetapi, yang perlu kami

sampaikan juga di sini bahwa seperti yang saya sampaikan tadi dari awal kita punya juga

roadmap-nya, Pak, dalam berunding. Jadi, kami lihat dalam ... (kurang jelas, red.)

pembentukan undang-undang ini yang perlu waktu kita pun melakukan juga yang secara

paralel, Pak. Jadi, kita lihat dari sisi seperti itu.

Mengenai BNPP mungkin Kementerian Dalam Negeri yang akan lebih menjelaskan.

Bapak Senator dari Papua, kami sedikitnya sepakat, Pak. Kami kemarin berunding

dengan pihak PNJ, Pak, di Bandung yang kita juga melihatnya bukan hanya dari pendekatan

keamanan, Pak. Kita coba memilah-milah ya Pak ya, pertama dari pendekatan keamanan

terutama kita minta dengan sangat dan mereka menyetujui dan ada dalam record kita bahwa

minta maaf tidak akan ada kejadian yang mengenai penurunan bendera itu. Mereka setia

untuk minta maaf ini. Dan, juga kita minta bahwa mereka punya yang dinamakan kalau ada

pasukan yang jalan itu pakai pangkat dan ininya. Ini yang membedakan dengan gerombolan.

Lalu, menyangkut no man’s land kita juga sepakat untuk menamakan bukan no man’s land

karena itu wilayahnya berdasarkan basic agreement yang kita tandatangani adalah wilayah

Indonesia. Nah, itu kita tegaskan di situ dan nanti mungkin akan jadi zone militer.

Nah, satu hal yang kami ... (kurang jelas, red.) pertemuan di Bandung itu adalah

bagaimana menyikapi jika terjadi cross border dan terjadi penangkapan dan kejahatan, dua-

duanya, Pak. Jadi, kita mengusulkan yang namanya mandatory consular notification, yaitu

kalau sekiranya orang warga negara Indonesia tertangkap di sana, mereka harus memberitahu

kepada konsulat dan juga kita punya embassy di... (kurang jelas, red.). Begitu juga kita, Pak.

Jadi, kalau ada warga Papua Nugini yang cross ke tempat kita, tertangkap, pertama kita harus

wajib memberi tahu. ... (kurang jelas, red.), kita sudah tanda tangani dengan Australia, Pak.

Mungkin tambahan di sini, Pak, kami menyetujui menginikan sekali, Pak,

ketertarikan mereka untuk membuka lebih luas kesempatan border di daerah Vanimo.

Ternyata, Bapak Ketua, daerah sana perkembangan perekonomiannya luar biasa, Pak, sampai

miliaran. Jadi, banyak orang sekarang lebih tertarik pergi ke Jayapura ketimbang pergi ke

Papua Nugini, eh Port Moresby, sorry, karena Port Moresby juga kurang aman di situ mereka

bilang. Tetapi, kalau ke Jaya Pura mereka dapatkan semua, Pak, bisa ke kafe, bisa ke mana-

mana, Pak. Ini promosi yang bagus. Kita sekarang lagi menyelesaikan dengan teman-teman

dari imigrasi, Pak, adalah untuk membuat cross border-nya itu sedemikian nyaman, Pak.

Jadi, mereka bisa keluar masuk dengan melakukan pembahasan di antara tim teknis, Pak.

Dan, juga dikembangkan tempat yang dinamakan karantina. Jadi, karantina kedua belah

pihak sekarang sudah berunding untuk melakukan ini. Kami lihat ada perubahan di situ

dalam kita menyelesaikan masalah perbatasan, bukan melulu kita melihat dari sudut

keamanan saja, tetapi kesejahteraan juga dilihat untuk itu.

Untuk Pak Idris, saya sih agak optimis untuk pengembangan. Memang kita dari awal-

awal di tingkat Asia pun kita kembangkan yang kita namakan dalam konsep DNG. Jadi,

konsep wilayah-wilayah yang akan kita kembangkan yang tidak di dalam mainstream -nya di

perbatasan-perbatasan antara beberapa wilayah kita. Yang di Kalimantan salah satunya

adalah dengan Sabah dan wilayah Sabah dan wilayah Kalimantan Utara. Mungkin ini masih

kita bahas terus dengan negara Malaysia, Pak. Nah, terlepas dari ini, Pak, saya melihat

mungkin juga kita bisa lakukan dengan tentunya teman-teman di Kemendagri melihat

sesuatu yang di luar dari scope ini, Pak. Mungkin kita pakai mekanisme sister city, Nunukan

dengan wilayah lainnya. Jadi, apa pun export dari wilayah yang sebelah sana, harus melalui

tempat kita, Pak. Ini along that line untuk inikan, Pak Idris, bagaimana kita memperjuangkan

wilayah itu bukan hanya wilayah perbatasan. We are ready to do that, Pak, untuk melakukan

ini.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 21

Kembali yang dapat kami tambahkan di sini, kita harus sangat fleksibel, Pak, tetapi

yang sebenarnya kami sampaikan tadi bahwa roadmap dengan agenda kita adalah kita

menyelesaikan hal-hal yang masih tersisa dengan perbatasan ini. Syukur-syukur kita punya

time table, Pak, karena seperti perbatasan yang belum selesai di Kalimantan, di wilayah darat

memang agak lama sekali. Kita mudah-mudahan selesai itu dan bagaimana kita memasukkan

itu ke dalam yang tadi Pak Nono sampaikan tata ruang nasionalnya, Pak. Ini yang kami lihat

secara garis besarnya yang mungkin bisa juga paralel yang bisa Bapak-bapak lakukan di sini

dalam hal melihat atau pengubahan mengenai Undang-Undang Nomor 38 ini. Mungkin kalau

mohon izin Bapak Pak Direktur bisa menyampaikan.

Terima kasih.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak Dirjen. Atas izin Pak Pimpinan, jadi hanya menambahkan, Pak,

untuk Pak Nono mungkin untuk berkaitan dengan UU tentang Perbatasan. Kalau kita lihat

dengan tadi Tiongkok misalnya atau Vietnam atau Filipina, jadi memang yang paling penting

undang-undang tersebut mungkin harus jelas peta yang kita pakai yang mana karena di dalam

Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 kan hanya membuat titik-titik koordinat seperti itu,

tetapi ditanya mana petanya, mana tadi mungkin Pak Harahap juga sampaikan jumlah

pulaunya ada berapa itu belum muncul di dalam undang-undang ini. Kalau ini nanti akan

berubah, apalagi pulau tidak semuanya dinamai, akan ada lagi tambahan nama-namanya

paling tidak list koordinat yang sudah kita depositkan ke PBB dengan PP-nya itu kan PP-nya

sudah ada PP No. 37 Tahun 2008 itu tentunya bisa ditingkatkan menjadi undang-undang.

Jadi, itu kalau berkaitan dengan Undang-Undang Perbatasan. Sedangkan, pengelolaan ini

yang memang ini, Pak, hampir sama dengan Undang-Undang Kelautan harus benar-benar

dipastikan semua masuk di dalamnya, termasuk peran BNPP. Kita ambil contoh Undang-

Undang Kelautan saat ini misalnya dengan adanya Bakamla dimasukkan di dalamnya, itu

pun setelah satu tahun masih belum bisa berjalan karena memang pada akhirnya

permasalahnya adalah apakah badan ini nanti menjadi aktor baru atau menjadi juragan, kalau

tadi Pak Ketua sampaikan menjadi juragan dari semua kementerian lembaga. Ketika dia

menjadi juragan, kita berharap jadi semacam Pankorwilnas yang dulu pernah ada, tetapi

kalau menjadi aktor baru ya contohnya sekarang ini Bakamla menjadi aktor baru yang bisa

membantu menyelesaikan masalah atau malah menambah permasalahan yang ada. Jadi,

kajian mengenai keberadaan BNPP, apalagi kalau rumusan yang sekarang ini antara pusat

dan daerah, BNPP pusat dan daerah sifatnyanya hanya koordinatif, bagaimana dia bisa

membuat satu instruksi kepada daerah kalau tidak ada kesamaan dalam pengunaan anggaran

atau dalam pelaksanaan tugasnya.

Kemudian untuk Pak Jacob, saya hanya menambahkan untuk nelayan kita di Palau itu

memang permasalahannya adalah kalau untuk pengamanan, ini wilayah perairan kita dengan

Palau yang begitu luas yang selalu sering kita sampaikan kepada KKP agar Satgas IUU

Fishing itu juga tidak hanya sekadar di Kepulauan Natuna atau yang ada di Laut Sulawesi

atau di Selat Malaka, tetapi juga sampai ke sekitar Palau karena itu yang tadi Bapak

sampaikan, lebih banyak nelayan kita yang kemudian ditangkap dan yang menangkap juga

mungkin tidak hanya Palau karena Palau mendelegasikan wilayah zona ekonomi

eksklusifnya kepada negara ketiga, apakah kepada Taiwan atau kepada Jepang. Jadi, kita

berhadapan dengan negara-negara lain di wilayah yang sebenarnya wilayah Palau. Kalau kita

lebih tegas karena garis kita sebenarnya jelas ada di Peta NKRI, kita beroperasi sesuai garis

yang kita klaim ini sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran bahwa kita akan ditangkap.

Apalagi, kalau kita lihat kan berhadapan dengan Filipina kita berani menangkap, kemudian

kita bakar atau kita tenggelamkan. Melihat kasus serupa dengan Malaysia juga sama, dengan

Page 23: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 22

Vietnam apalagi, banyak sekali kapal mereka yang kita tangkap dan kita tenggelamkan. Jadi,

hal serupa mestinya dengan Palau bisa kita lakukan. Jadi, itu untuk Palau, Pak.

Untuk kaitannya dengan kita dilarang menaikkan bendera di wilayah kita sendiri Ini,

Pak, termasuk kategori pengelolaan kawasan perbatasan karena kalau dari garis batasnya

sudah jelas itu di wilayah kita sekitar satu kilometer di dalam wilayah kita. Permasalahannya

adalah penduduk yang tinggal di situ ternyata penduduk yang berasal dari wilayahnya Papua

Nugini sehingga mereka gunakan mata uang Cina, kemudian KTP-nya juga ada KTP Papua

Nugini. Jadi, ada 92 warga negara Indonesia dari ... (tidak jelas, red.) yang kita pertanyakan

apakah dia ini ilegal atau dia ini orang asing dari Papua atau orang kita. Hal yang sama

kemarin juga di koran, Pak, yang berkaitan dengan batas kita dengan Timor Leste kan

dikatakan di media ada 55 kepala keluarga yang mendapat KTP Timor Leste. Jadi, kita punya

permasalahan di aspek kependudukan. Seringkali tidak bisa dimonitor apakah benar yang

tinggal di situ WNI atau WNA. Ketika mayoritas adalah WNA, maka wajar saja aparat

pengamanan negara tetangga kita masuk ke dalam dan melarang kita menaikkan bendera

Indonesia. Jadi, benderanya itu symbol, tetapi itu merupakan ujung dari permasalahan yang

lebih luas, penduduknya yang harus kita data. Kita sudah sepakat dengan Papua Nugini, kita

akan melakukan pendataan. Kalau tidak salah 2015 kemarin sudah sebagian kita data, tetapi

tidak hanya di sekitar Merauke itu, masih ada di beberapa kabupaten lain yang perlu kita data

ulang, khususnya mengenai siapa yang mendiami wilayah kita, apakah tadi Pak Dirjen

sampaikan termasuk daerah steril itu kadangkala OPM-nya bisa masuk, terus kitanya tidak

bisa ngapa-ngapain, nah ini juga pengawasan atau Pamtas kita itu harus diperkuat. Berkaitan

dengan Pamtas, kemarin juga kita melihat mungkin Pak Harahap nanti bisa sampaikan, itu

bahkan di wilayah-wilayah yang masih bersengketa, perangkatnya pun dibawa dari Jawa.

Jadi, kalau mengandalkan fasilitas yang ada di Pamtas, petugas kita tidak bisa secara

maksimal melaksanakan tugasnya. Belum bicara bensin atau bicara kelengkapannya. Jadi, ini

sering masih membawa, jadi batalion punya satu kelengkapan yang ada di Udayana atau di

tempat lain itu dibawa sampai ke wilayah perbatasan. Nah, ini menambah biaya juga. Jadi,

itu mungkin.

Sedangkan, untuk Pak Idris ya memang kalau kita bicara time line, Pak, untuk

pembangunan ini kami menjadikan satu benchmark yang ada di Sebatik, Pak, karena Sebatik

itu Presiden Jokowi sudah hadir melihat langsung. Kami memang concern-nya di batas

maritim, Pak, saat itu jetinya diperintahkan untuk diperluas. Dan, ini 100% BNPP biayanya,

Pak, tetapi memang sampai sekarang masih belum selesai. Jadi, bagaimana kita bisa

merealisasikan apa yang menjadi instruksi presiden kalau memang dalam waktu satu tahun

ini tidak juga ada kemajuan. Jadi, dalam konteks ini untuk pembangunan itu memang

sifatnya wajib bagi kita di eksekutif untuk melaksanakan, apalagi sekarang Presiden Jokowi

sudah dua kali ke Kupang, jadi dua kali ke NTT, dan nanti tinggal tunggu waktu akan ke

Kaltim ataukah Kalimantan Utara dan ini semua akan dicek. Jadi, mohon kami juga

diingatkan, Pak, kalau memang ada janji atau instruksi yang saat itu disampaikan dan tidak

tindak lanjuti. Itu mungkin.

Kalau Bu Eni mungkin ya masalah yang perlu disempurnakan dari Undang-Undang

No. 43 Tahun 2008 tadi diawal sudah kita sampaikan ini heavy-nya lebih ke darat, jadi udara

dan laut tadi juga sudah disampaikan FIR itu belum masuk, kemudia, yang lain masalah

kewenangan. Jadi, harapannya nanti undang-undang ini bisa komprehensif seperti Undang-

Undang Kelautan yang sifatnya lintas sektor, lintas matra, dan mungkin ini kerjanya panjang,

tetapi mudah-mudahan ya kita sama-sama sepakati apakah ini akan dimasukkan sebagai

Prolegnas atau tidak karena sepanjang yang kami lihat dalam nampaknya dari pemerintah

belum, mungkin dari Kemendagri nanti bias. Demikian, Pak.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 23

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Pak. Terima kasih dari Kementerian Pertahanan. Jadi, memang sebaiknya

pemerintah itu integrated dalam hal melihat misalnya Sebatik. Sebatik itu meraung-raung

mau menjadi kota saja susahnya minta ampun. Sudah jelas tahu bahwa wilayah itu strategis

nasional. Tetapi, ya itulah kalau ada koordinasi baik itu bukan Indonesia, Pak, repot kita ini.

Silakan Kementerian Pertahanan.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN PERTAHANAN (NARASUMBER)

Terima kasih.

Yang pertama kami coba komentari apa yang disampaikan oleh Pak Nono, masalah

Undang-Undang Perbatasan. Saya kira betul, Pak, jadi undang-undang ini sebenarnya

menurut pendapat saya ini kebetulan kami dari Kemhan, Undang-Undang Wilayah Negara

ini harus lebih tinggi posisinya dibandingkan Undang-Undang Tata Ruang, Pak, karena

Undang-Undang Tata Ruang ada, Undang-Undang Wilayah Negara ada, tetapi ini perlu

disinkronkan keduanya karena memang pemberdayaan itu larinya di tata ruang. Demikian

juga di perbatasan, yang ada adalah PP, Pak. Saya sampaikan tadi bahwasanya Indonesia

dikelilingi oleh 9 PP, perpres, 9 perpres mengelilingi Indonesia ini, termasuk di Kalimantan

itu 31, Papua 32, 179 NTT, kemudian kemudian Maluku dan seterusnya sampai 9. Baru 5

yang diini, Pak, yang lainnya belum juga diumumkan. Jadi, belum kuat sekali, Pak, jadi kalau

dengan adanya barangkali Undang-Undang Wilayah Negara ini yang lebih kuat lagi, strong

ini akan bagus sekali. Hanya kami menitipkan, Pak, masalah pertahanan di perbatasan ini

masih masih lemah sekali, sedikit sekali disinggung, bahkan tidak disinggung sama sekali di

di Undang-Undang No. 43 ini. Mohon nanti dimasukkan karena bagaimana pun di perbatasan

itu ada tiga faktor yang harus diperhatikan di sana: ekonomi, pertahanan, dan lingkungan

hidup, sehingga peran dari pertahanan ini mohon dicantumkan betul di 43 nanti ketika ada

perubahan-perubahan.

Kemudian, menyangkut sedikit masalah perbatasan tadi, tadi disinggung memang

kami mengharapkan di perbatasan itu kalau itu peralatan TNI, di perbatasan seharusnya

memang tidak dibawa dari pasukan di pangkalannya karena itu untuk tempur. Perbatasan

perlakuannya pasti khusus. Karena itu, kami memang mencoba sekarang ini untuk

melengkapi itu, tetapi ini belum lagi optimal, Pak. Jadi, barangkali dari DPD ini mohon

bantuannya sehingga ini didorong lagi agar pemerintah memfasilitasi lebih besar lagi

anggarannya karena tahun ini di Kalimantan saja belum tuntas, Pak. Masih ada tambahan-

tambahan dan perkiraan kita mungkin lima tahunan baru bisa tuntas sesuai dengan, supaya

bisa mengimbangi yang di sebelah. Kami bukan menonjol banget, tetapi mengimbangi di

sebelah. Di Papua juga begitu.

Kemudian, berbicara wilayah tadi, Pak, di Undang-Undang No. 43 ini kami lihat

memang berbicaranya masih terlalu dangkal, Pak. Jadi, wilayah laut juga masih belum. Kita

bicara wilayah laut ini kita sekarang ini mengemuka di bawah permukaan laut, Pak, didsana

ada pipa, ada kabel, ada pengeboran, dan lain sebagainya, dan bahkan seringkali penempatan

pipa-pipa itu sangat berpengaruh kepada pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh

daerah. Satu contoh kita liat di Batam itu ketika mau dikembangkan pelabuhannya itu sangat

sulit karena beberapa pipa itu sudah salah tempat dulunya, Pak. Itulah Indonesia, Pak, tetapi

ke depan kalau bisa jangan salah, Pak. Tetapi, memang kalau kita salah itu wajar karena saya

teringat itu, Pak, tahun ‘45 itu sudah, tahun ’40-an sudah ada buku Salah Asuhan, Pak. Jadi,

sejak itu sudah salah asuhan Indonesia ini, Pak. Jadi, mohon dari DPD barangkali

memperpaiki salah asuhan ini sehingga tidak salah lagi, Pak.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 24

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Kalau ngga salah, ngga ada proyek lagi, Pak.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN PERTAHANAN (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak.

Kemudian, kami tambahkan masalah di Sebatik tadi sudah disampaikan juga karena

ketepatan Ketua Delegasi untuk OBB di Sebatik itu adalah saya, Pak. Kita coba

pendekatannya memang pendekatan sosial, Pak. Jadi, kalau kita pendekatan berdasarkan

garis delimitasi yang sudah ditentukan patok-patok itu, maka tadi terjadi seperti apa yang

disampaikan oleh Bapak tadi Pak Idris tadi, ada rumah orang kita yang sudah di sana, di

daerah sana. Kalau ke depan, harapan kita nanti melalui Kementerian Luar Negeri,

kelihatannya batas itu tidak bisa lurus, Pak, tetapi mungkin belok-belok nanti berdasarkan

rumah mereka yang masuk ke dalam. Itu yang kita coba sedang nogosiasi, Pak. Jadi, kalau

ada masyarakat kita yang rumahnya sudah masuk daerah mereka, semoga Malaysia

mengizinkan. Nanti kita ganti di tempat lain begitu, jadi nanti belok-belok. Itu yang kita coba

asalkan masyarakat kita tidak merasa dirugikan. Itu yang kita coba diplomasinya, nanti yang

menyampaikan diplomasinya dari Kemenlu, kami hanya teknisnya saja, Pak, agar

masyarakat kita tidak terasa bahwasanya ada penetapan-penetapan. Tetapi, ke depan itu

harapan kita memang tidak ada lagi mereka bertempat tinggal di tempat yang lain.

Kemudian, barangkali tadi juga perlu saya sampaikan masalah penaikan bendera itu.

Itu memang terus terang kita sangat sangat merasa bertanggung jawab juga,Pak, Kementerian

Pertahanan karena kita bertanggung jawab di perbatasan. Itu sudah minta maaf, Pak, ya

kemarin itu jelas karena kami juga langsung mengunjungi yang namanya Desa Yakyu itu,

Pak. Jadi, memang ya tidak semudah di Jawa ataupun di tempat lain kalau kita bicara di

Papua itu karena tanah adat itu memang ceritanya sangat panjang, Pak. Jadi, boleh dia

bertempat tinggal di sana, tetapi mata pencariannya di Indonesia itu sering terjadi atau yang

di Indonesia ada tanah wilayahnya di derah sana. Jadi, memang untuk itu saya kira butuh

waktu yang cukup panjang, Pak, karena memang kita masih memperhatikan adat ini. Ketika

negara tidak memperhatikan adat barangkali akan mudah, Pak, tetapi ketika adat ini masih

menjadi diperhatikan oleh negara, maka saya yakin akan sulit, Pak. Saya kira itu, Pak, yang

kami sampaikan.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Ibu-Bapak sekalian, saya kira baik eksplisit atau tidak bahwa Bapak-bapak yang

di depan saya, baik Kementerian Pertahanan, Luar dan Dalam Negeri masih merasakan

bahwa optimum regulasi belum ada di dalam wilayah negara dan perbatasan negara. Ini

faktanya bahwa masih ada situasi satu fakta bahwa bahwa uncoordinate itu menjadi satu

fakta di lapangan. Jadi karena itu, ya tetap saja jangan kemudian apa yang menjadi nawacita

Pak Jokowi itu tidak ada, baru hanya masuk pada wilayah nawaitu saja. Jadi, sekali lagi

nawacita jangan sekadar nawaitu, itu penting. Pada waktu orde baru juga begitu, mulai Pak

Harto sampai dengan RT ngomong SDM semua, sumber daya manusia. Ngomong doang

begitu lho, Pak. Optimize-nya tidak ada. Itu orang NU ditolak SDM itu, masa yang dibangun

cuma SD Muhamadiyah saja, SD NU-nya kapan, katanya begitu, Pak.

Baik, saya tidak menyimpulkan, tetapi paling tidak ada catatan-catatan yang akan

disampaikan oleh Prof. Indria. Ada yang mau disampaikan, Prof.? Silakan.

Page 26: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 25

PEMBICARA: Prof. Dr.INDRIA SAMEGO, M.A. (STAF AHLI)

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang, Bapak-Ibu sekalian, dan terima kasih sekali pada Bapak Pimpinan,

khususnya Pak Ketua, serta Bapak-Ibu Anggota Bapak-Ibu Senator yang saya hormati dan

Bapak-bapak dari Kementerian Pertahanan, Luar Negeri, serta Kemendagri, dan teman-

teman, Bu Ndari yang sama-sama diminta untuk hadir di sini. Saya punya catatan sedikitnya

tiga.

Pertama, sebagai pribadi saya berterima kasih karena diundang dilibatkan dalam

forum DPD yang dulu ketika embrionya ini dipikirkan, saya berharap DPD menjadi kamar

yang lain dari sebuah proses politik yang lebih demokratis di samping DPR RI. Jadi, istilah

bikameral itu bisa ditemukan di sini ya. Tetapi, ya tadi Negara Kok Republik Indonesia itu.

Jadi, bikameralnya ditambahi, kata Pak Jimly itu, soft bicameral-lah. Anda jangan tuntut

macam-macam katanya kan begitu. Saya bilang, itu harus ada upaya-upaya yang lebih

konkret untuk meningkatkan peran lembaga ini. Tetapi, walaupun masih samar-samar peran

dalam penyusunan undang-undang Republik Indonesia, sekali lagi secara pribadi saya

melihat ada dinamika, ada dialog-dialog yang terbuka antara eksekutif dengan dewan. Dan,

Anggota DPD menurut saya masing-masing memiliki kemerdekaan dari 132 itu.

Kemerdekaan karena tidak ada ketua fraksinya sehingga beda sekali kalau misalnya Pak

Muqowam ngomong di sana itu ada yang jewer itu. Kalau di sini tidak ada, jadi bebas

berpendapat. Moga-moga pendapatannya juga bebas lagi. Ya, Ketua Komite makanya.

Nah, saya tentu saja pada tataran wacana senang ini adalah satu kejujuran untuk

melakukan evaluasi diri suatu momen-momen reflektif untuk menilai di mana posisi kita,

kemana kita akan pergi sebagai bangsa modern rupanya saya temukan di sini. Jujur, Pak

Ketua, dibandingkan di sana. Tetapi, ya tadi karena NKRI tadi perannya minimum yang bisa

disampaikan, walaupun begitu kita sudah ditantang untuk menyampaikan gagasan tentang

undang-undang yang sebetulnya sangat mendasar bagi kita sebagai negara yang 70 tahun

merdeka itu memiliki regulasi yang bukan hanya berlaku ke dalam, tetapi ke luar juga

dengan negara tetangga yang kita semua tahu ada banyak negara tetangga bersebelahan

dengan kita. Nah, saya punya catatan bisik-bisik dengan Saudara Ndari bahwa sebetulnya

kalau kita bicara wilayah negara itu kalau boleh digunakan istilah undang-undang induk,

walaupun setiap undang-undang equal, tetapi undang-undang utama seperti dulu saya awal-

awal transisi menginginkan ada satu undang-undang politik yang lengkap di dalamnya

menyangkut parpol, pemilu, kemudian undang-undang mengenai DPR, DPD begitu plus

undang-undang terkait. Jadi, kita melihat secara total, secara keseluruhan. UU Wilayah

sebagai induk, kemudian di dalamnya ada undang-undang wilayah darat, wilayah laut

wilayah udara, apakah itu undang-undang atau PP. PP dalam arti peraturan pemerintah,

bukan PP berjemur itu. Itu satu.

Tetapi kemudian yang kedua, kita ingin memberdayakan wilayah masyarakat supaya

perbatasan tidak left behind, dianggap sebagai backyard, tetapi sungguh-sungguh ini wilayah

yang menjadi semacam etalase kita berhadapan dengan negara lain. Jadi, contoh yang

disampaikan oleh Pak Ketua, yaitu mengenai Entikong, saya juga berapa kali lihat sana beda

sekali antara kantor imigrasi kita dengan imigrasi Malaysia saja, padahal jaraknya cuma

berapa meter begitu, dari situ kelihatan. Belum lagi ketika seberang sana kita lancar jalannya,

semacam highway begitu, tetapi masuk sini wilayah kita dari Pontianak sampai ke Entikong

mungkin sekarang sudah rusak jalannya. Jadi, itu menunjukkan ignorance kita terhadap

daerah. Dari sisi politik dan saya merasakan secara empiris bahwa mungkin sentralisasi

selama ini terlau kuat sehingga pendekatan yang tadi Bung Jacob sampaikan tetap terikat

pada security approach, belum pada society dan state, belum pada society dan prosperity.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 26

Jadi, mestinya tidak ada beda antara pinggiran dengan center. Jadi, mau mana yang dibangun

karena Jakarta atau daerah besar itu tidak perlu dibangun lagi, sudah bisa jalan sendiri.

Kasarnya kalau ekonomi bilang, ini sudah autopilot begitu ya kalau kota-kota besar, tetapi

pinggiran itu harus di-drive sehingga pendekatannya bukan ekonomisentris, tetapi

pendekatan yang kalau bicara NKRI sesungguhnya ya itulah NKRI. Jadi, kalau Jakarta

dicubit, Nunukan juga merasa, atau sebaliknya Nunukan dicubit, Jakarta merasa, itu baru

NKRI. Tetapi kalau seperti sekarang, menurut saya masih melanjutkan tradisi sentralisme

yang terlalu kuat sehingga daerah itu orientasinya ke atas. Bupati dan lain-lain ke atas karena

penilaian itu datang dari atas, bukan dari rakyat. Nah, ini memerlukan aturan yang sungguh-

sungguh diubah berdasarkan yang saya usulkan kemarin itu ada pemikiran yang lebih

mengarah kepada paradigm shift, pergeseran paradigma di dalam mengelola itu. Nah, jadi

walaupun DPD posisinya tidak equal dengan DPR RI, tetapi kalau usulan-usulan kita lebih

konkret, what should be done-nya itu jelas. Apakah kita bicara undang-undang induk

"wilayah negara" yang katanya itu sudah bisa di-Prolegnas-kan 2016 atau 2017 atau

membuat undang-undang baru yang khusus membicarakan soal pemberdayaan atau

pembangunan wilayah perbatasan. Ini suatu yang ditunggu-tunggu supaya punya dasar

hukum yang jelas. Jadi, di samping soal batas wilayah yang bersifat fisik itu sampai sekarang

jadi joke saja di antara kita. Punya 17.500 pulau, tetapi tidak jelas, namanya pun tidak jelas,

batasnya tidak jelas. Kita cuma berhenti pada joke dari masa ke masa. Mari kita selesaikan

itu. Kemudian, yang lain soal memberdayakan secara sosial ekonomi.

Jadi, saya mengusulkan forum, terutama Komite I ini menggulirkan ini dan betul

seperti Pak Nono tadi harapkan ini kita serius bicara mengenai roadmap, bicara mengenai

elemen-elemen yang terkait di situ. Saya kaget teringat juga, bukan kaget benar, tetapi

teringat ada Undang-Undang Kelautan. Ada lagi nanti UU, mari kita coba untuk integrasikan

itu sehingga mendekati persoalan itu secara tadi bahasanya Pak Nono itu efisien dan efektif.

Jadi, efisien oke, tetapi kalau tidak efektif, ya.... Mungkin itu dari saya.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Waalikumsalam.

Jadi what should be done itu kadang-kadang begini, Prof, what should be don’t. Sama

dengan law enforcement menjadi low enforcement. Nah, jadi inilah banyak sekali joke-joke

yang faktanya memang low enforcement, bukan law enforcement. NKRI. Allah, jadi Negara

Kesatuan Republik Insya Allah.

Baik, jadi Bapak-Ibu sekalian, saya kira kerisauan kita menghadapi fakta seperti ini

sebetulnya ya kita di DPD ini, Pak Indria, ya memang keakraban kita itu karena bicara

republic, bukan bicara yang sifatnya faksional, tidak. Jadi karena itu, mulai barat sampai

timur kalau sudah bicara Indonesia ini asyik saja di sini ini, Pak. Bicara Golkar apalagi muak

di sini, bicara PPP mbahnya muak kan begitu kira-kira begitu kan. Ini kira-kira begitu, Pak

Indria. Jadi, ya fakta memang kita konsen pada hal seperti itu dan ruang-ruang Indonesia

terlalu banyak yang harus kita berikan apresiasi untuk solve the problem berbagai daerah tadi

itu. Kalau Pak Jimly ngomong masih baguslah soft bicameral. Yang repot lagi kalau ada by

cameral, repot lagi itu. Bukan bi, tetapi by cameral.

Baik, dan di sini pun saya katakan kepada teman-teman bahwa jangan pernah berpikir

kita itu seperti DPR. Pegang Pasal 22c dan 22d Undang-Undang Dasar 1945, itu kuat kita.

Jadi, kalau Komite I sudah satu visi, yang lain barangkali yang belum satu visi karena

memang 22c dan d itu menjadi pegangan kita. Karena itu, dalam negeri pertahanan

Page 28: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 27

keamanan luar negeri pun persis cara pandang kita, perspektif kita adalah daerah

kewilayahan.

Saya kira demikian, Bapak-Ibu sekalian, terima sekali. Saya sekali lagi tidak

menyimpulkan karena ada pakar-pakar yang ada dua hari ini yang nanti output-nya dua hal.

Pertama, NA (nasakah akademik, red.). Lalu, yang kedua adalah sudah barang mesti draf

revisi Undang-Undang No. 43 Tahun 2008. Mau tambah? Silakan, Pak Dirjen kalau mau

tambah.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

Terima kasih, Pak.

Kalau boleh izin, ini mungkin sudah kedua kali kami sudah menghadiri acara ini yang

kami merasakan dan melihat manfaatnya di sini. Karena, pertama yang iklim yang Bapak

kembangkan di komisi ini yang sangat juga kita akan membuka suatu diskusi yang jujur

mengenai membangun Indonesia. Itu pertama, Pak.

Yang kedua, mungkin kesempatan ini dan supaya juga fungsi dan juga peran Bapak

dan Ibu Senator bisa juga mendorong pemerintah dalam rangka membangun dari pinggiran

itu, Pak. Seperti saya sampaikan seperti ini, misalnya Pak dalam sisi ekonomi di daerah

perbatasan, siapa yang tidak bilang bahwa wilayah Kalimantan yang kurang dari sumber

energinya. Mungkin start dari sekarang mungkin Bapak-bapak dari senator yang dari wilayah

itu bisa memaksakan pemerintah daerah misalnya membuat zona yang tidak ada, zona

khusus yang tidak ada tax di situ. Tentu dengan itu para penguasa ataupun pebisnis mereka

akan tertarik ke situ. Kami dulu pernah jadi konjen di Hongkong, Pak, energi 85%, 90%

energi Hongkong dari Kalimantan. Mungkin daripada ... (kurang jelas, red.) itu mampir ke

Singapura, akan lebih efisien dan jika langsung dari Kalimantan naik ke atas ke Hongkong.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

... (kurang jelas, red.) lewat Jakarta, Pak.

PEMBICARA: PERWAKILAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI (NARASUMBER)

That’s exactly, Pak. Nah, untuk ini mungkin Bapak-bapak dari Senator dan Ibu-ibu

dari Senator bisa mendorong pemerintah daerah untuk memberikan preferable cost. Kami

waktu di New York tinggal di New Jersey, tetapi kenapa orang-orang New York belanja ke

New Jersey? Karena, New Jersey kasih tax hanya 3%. Semua ... (kurang jelas, red.), semua

dipasang di sana, Pak. Harga murah, Pak. Jadi, yang seperti ini mungkin bisa dimainkan

peranan oleh Bapak-bapak, Ibu-ibu Senator melalui bukan menekan ke pemerintah pusat,

tetapi pressure juga ke pemerintah daerah. Look what to see you advantage, Pak. Kami

waktu itu pergi ke wilayah Kuching, Pak. Wilayah Kuching mereka sudah menyebutkan

yang dinamakannya ... (kurang jelas, red.), mereka invest di sana. Mungkin Bapak-bapak

berasal dari Pontianak akan mendorong juga pemda di sana untuk menyetujui ini, Pak, jadi

produksi yang akan kita ... (kurang jelas, red.) bisa melalui hal-hal seperi itu. Jadi, hal-hal

preferable ini bisa dimainkan olehBapak-bapak, Ibu-ibu Senator, bukan mem-push

pemerintah. Off course pemerintah akan melihat ke situ, tetapi juga pemerintah daerah karena

tanggung jawab seperti yang disampaikan Pak Idris ke sana, Pak. Produksi dari Pak Idris

nanti mekanismenya kita akan bicarakan, Pak, misalnya melalui sister city dengan pihak

Malaysia dan lainnya.

Ini mungkin tambahan dari kami. Sekali lagi terima kasih kami sudah dilibatkan dan

Pimpinan Kemlu menugaskan ini, Pak, selalu memperhatikan seperti ini. Jadi, kita selalu full

Page 29: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 28

team ke sini, Pak, dengan maksudnya adalah dikskusi yang bisa berkembang dan juga

penghormatan kami kepada lembaga ini.

Terima kasih, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, ini catatan saja, Ibu-Bapak sekalian, saya kira menarik yang beliau sampaikan

tadi. Jangan hanya minta ke atas, tetapi bagaimana bahwa daerah pun atas basis otonomi itu

bisa melakukan direction networking dengan berbagai macam di luar negeri. Ini menarik ini,

jadi Kemendagri juga harus paham ini lho ya. Jadi, karena itu jangan hanya Bapak tekan-

tekan saja daerah. Beri ruang untuk mereka mengapresiasi luar negeri, jangan hanya

kunjungan kerja saja.

Pak Nono silakan, Pak Nono.

PEMBICARA: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si

(MALUKU )

Iya, karena Pak Dirjen juga minta ditambahkan, saya izinkan minta tambah,

Pimpinan. Saya hanya ingin tadi oleh Ketua katakan bahwa tidak akan membuat kesimpulan,

tetapi izinkan saya untuk sedikit untuk menggiring saja beberapa poin-poin penting di

samping tadi saya sampaikan, juga apa yang tadi disampaikan oleh kita semua.

Yang pertama, saya perlu mengingatkan lagi bahwa wilayah negara itu adalah hal

yang sangat penting buat kita, termasuk perbatasan karena itu menyangkut berbagai aspek.

Saya setuju dengan teman saya, yang pertama adalah menyangkut kedaulatan karena itu

menyangkut martabat negara dan itulah standing posisi politik kita menurut saya di situ,

harus kita. Yang kedua, perbatasan juga menyangkut masalah kesejahteraan ekonomi, saya

setuju. Oleh karena itu, bahkan sosial budaya ada di situ juga karena banyak masalah yang

muncul di sana yang perlu kita selesaikan. Dan, yang terakhir tentu menyangkut keamanan,

bukan hanya pertahanan, tetapi keamanan negara karena keamanan nasional, keamanan

negara di dalamnya menyangkut masalah pertahanan itu sendiri. Oleh karena itu, wilayah ini

pertama harus kita kuasai. Bukan hanya dikuasai secara fisik, tetapi juga dengan konstitusi,

dengan undang-undang. Dan, bukan hanya menyangkut domestik kepentingan, tetapi juga

kepentingan internasional, mau itu wilayah perbatasan, wilayah laut, wilayah apa pun juga.

Yang kedua, wilayah itu harus dikelola dengan benar, baik secara ekonomi dan lain

sebagainya katakanlah begitu. Dan yang terakhir, harus diamankan dan dilindungi. Oleh

karena itu, penting sekali undang-undang sebagai payung hukum buat kita semua. Tanpa

undang-undang nonsense, tanpa konstitusi nonsense. Legal formal kita untuk posisi kita itu

lemah kalau tanpa itu. Kita bisa memberikan payung hukum, maaf bukan mengiri, tetapi

kepada Yogya sebagai daerah istimewa, kepada Papua dan Aceh otsus dengan undang-

undang secara spesifik, masa perbatasan ini tidak.

Oleh karena itu, ada tiga hal yang saya usulkan, Pak Ketua. Pertama adalah perlunya

undang-undang tentang perbatasan, ini penting. Tentu yang lainnya nanti akan menyertai,

tata ruang misalnya, tentang laut, darat, dan lain sebagainya. Yang kedua, perlu kita membuat

kajian, mungkin DPD RI membuat stratifikasi. Tadi Prof. Samigo mengatakan bahwa antara

telur dan ayam ini harus jelas dulu. Kita buat kajian mana undang-undang yang secara

stratifikasi berada pada, walaupun ini sama undang-undang, tetapi tentu berbeda. Ini kan ada

kan induk dan ini turunannya sektoral, jangan disamakan kira-kira begitu. Ini penting saya

kira buat kajian kita ke arah itu. Dan yang ketiga, kepentingan perbatasan mungkin untuk

sementara jangka pendek kita dorong agar BNPP ini menjadi sebuah badan. Saya ini pernah

Kepala Badan, Badan Nasional SAR ya, tetapi beda posisinya dengan Badan Nasional

Page 30: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. ... Seizin Bapak-Ibu sekalian, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, ... Kewilayahan

RDPU KOMITE I DPD RI MS III TS 2015-2016

SELASA, 26 JANUARI 2016 29

Penanggulangan Bencana. Nah ini bisa, kenapa BNPP tidak bisa karena ini penting sekali

menurut saya di situ. Dan oleh karena itu, memang ada badan yang semua badan di bawah

presiden, tetapi posisinya satu-satunya badan yang setingkat menteri adalah Penanggulangan

Bencana. Saya pikir ke depan, Pengelolaan Perbatasan pun harus didorong ke sana.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih, Pak Nono.

Jadi, Badan Nasional apa bencana itu? Bukan, yang bencana. Penanggulangan

Bencana, kalau di Jepang itu tujuh belas kementerian di bawah perdana menteri itu adalah ini

sudah perdana menteri, bukan hanya menteri, tetapi sudah perdana menteri, tujuh belas

kementerian langsung directly urusan apa pun dengan badan ini. Lalu yang kedua, pilihan

pada waktu adalah di setingkat kementerian atau menteri. Ini kan dulu dari badan koordinasi,

dulu badan koordinasi apa itu namanya yang sebelum Pak Syamsul Maarif itu, yang

kemudian sekarang Pak Syamsul Maarif. Jadi, karena sekarang memang sudah perkuatan,

tetapi bahwa tidak masuk pada kelas kementerian. Waktu itu afiliasinya adalah masuk

kementerian sosial atau kementerian sendiri atau kemudian lembaga setingkat menteri.

Sekarang ini lembaga setingkat menteri.

Baik Pak Nono, jadi kuasai, kelola, dan amankan, maka istri TNI Angkatan Laut pasti

aman menjadi istri Angkatan Laut itu. Kuasai, kelola, dan amankan, wah ini, wilayah laut,

udara, belum termasuk kepolisian, tetapi mereka menguasai semua.

Terima kasih, Ibu-Bapak sekalian. Alhamdulillahirabbil'alamin rapat kami tutup.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETOK 3X

RAPAT DITUTUP PUKUL 12.21 WIB