DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya...

28
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Kamis 2. Tanggal : 1 September 2016 3. Waktu : 13.58 WIB 15.56 WIB 4. Tempat : R. Rapat 5. Pimpinan Rapat : 1. Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., M.M. (Ketua Pansus Tatib) 2. Drs. H. Akhmad Muqowam (Wakil Ketua Pansus Tatib) 3. Fahira Idris, S.E., M.H. (Wakil Ketua Pansus Tatib) 6. Sekretaris Rapat : 7. Acara : RPDU dengan narasumber: 1. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. 2. Mustafa Fakhri, SH., MH., LL.M 8. Hadir : Orang 9. Tidak hadir : Orang

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB

MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Kamis

2. Tanggal : 1 September 2016

3. Waktu : 13.58 WIB – 15.56 WIB

4. Tempat : R. Rapat

5. Pimpinan Rapat :

1. Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., M.M. (Ketua Pansus Tatib)

2. Drs. H. Akhmad Muqowam (Wakil Ketua Pansus Tatib)

3. Fahira Idris, S.E., M.H. (Wakil Ketua Pansus Tatib)

6. Sekretaris Rapat :

7. Acara : RPDU dengan narasumber:

1. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.

2. Mustafa Fakhri, SH., MH., LL.M

8. Hadir : Orang

9. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

1

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita sekalian.

Bapak Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. setahu saya sudah ada professor itu ya

mungkin staf kami mestinya tulis depan situ Prof. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H yang saya

hormati.

Bapak, Ibu anggota Pansus yang saya hormati.

Pak Muqowam Pimpinan Pansus yang saya hormati.

Alhamdulillah kita bersyukur pada hari ini sesuai dengan kesepakatan di Pansus pada

pertemuan yang lalu untuk kita dalam bahasa tata tertib di DPD namanya rapat dengar

pendapat umum, bahasa lainnya adalah mendegar masukan dari pakar dan kami sepakati

untuk mengundang Bapak Prof. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H Alhamdulillah sudah ada

ditengah-tengah kita. Saya ingin informasikan Pak Hamdan, DPD ini membentuk lagi Pansus

tidak apa-apa saya ceritakan karena bapak kan lengkap punya perjalanan hidup pernah di

parlemen, pernah di Mahkamah Konstitusi menilai undang-undang dan sebagainya selain

sebagai seorang pakar. Memang DPD RI ini membentuk Pansus lagi karena hasil Pansus

yang lalu yang telah kami tetapkan dalam Sidang Paripurna tentang tata tertib kami, tata

tertib DPD itu masih kemudian ditemukan atau dianggap masih terdapat sejumlah kelemahan

lagi. Jadi proses mencari, menemukan dan menemukan bentuk yang paling ideal bagi sebuah

tata tertib Dewan Perwakilan Daerah. Pada siang ini kami ingin, saya kira tidak usah

perkenalkan satu-satu Pak Hamdan yang hadir tapi kalau Pak Muqowam saya yakin bapak

sudah kenal. Nah itu makanya saya tidak perkenalkan ke bapak karena dulu di sebelah saya

yakin selalu sama-sama sekarang beliau berhijrah ke DPD dan dimana disini menjadi virus

bagi DPD. Jadi Pak Muqowam jadi virusnya DPD pak. Kalau partainya menurut saya masih

tetap seperti dulu tetap ya Partai Rumah Rakyat kan P3 itu simbolnya rumah rakyat karena

rumahnya banyak dia buat dua rumah rakyat.

Kami berharap dalam waktu siang ini dengan Pak Hamdan mendapatkan pemikiran-

pemikiran yang akan memperkaya semua kami anggota Pansus, bapak, ibu anggota Pansus

ini keterkaitan antara Undang-Undang Dasar RI ’45 khususnya pasal yang berkait langsung

dengan DPD RI, kaitan lagi dengan Undang-Undang Susduk MD3 dan akhirnya berujug pada

status atau posisi hukum tata tertib DPD RI. Ya nanti teman-teman kami akan banyak

memperdalam disitu tetapi kami anggap bapak sangat capable untuk memberikan alur

pemikiran pada kami semua dari sudut pandang hukum karena itu kami berharap mungkin

dengan supaya agak diskusinya bisa lebih banyak. Pak Anto ini banyak yang dia mau

pertanyakan pada Pak Hamdan. Juga kami undang sebenarnya satu lagi Pak Mustofa Fahri

tapi masih di jalan dan bapak, ibu semua anggota Pansus yang saya hormati pukul 16.00 nanti

lewat kita ada Rapat Panmus, kami dengan beberapa teman di sini harus mengikuti juga

RAPAT DIBUKA PUKUL 13.58 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

2

Rapat Panmus lagi dan Pak Hamdan saya kira dengan waktu 2 jam saya kira sangat mahal

buat kita. Mungkin saya langsung saja Pak Hamdan, saya persilakan.

PEMBICARA: Prof. Dr. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H (NARASUMBER)

Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati.

Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan

pandangan-pandangan tentang tata tertib. Memang saya tadinya masih apa namanya

bertanya-tanya sebenarnya apa yang harus saya sampaikan secara spesifik. Hanya disitu

kaitan antara Undang-Undang Dasar dan putusan MK yang sudah ada 2 perkara yang paling

tidak saya ingat sudah diputuskan oleh MK dan satunya pada masa saya ketika itu diucapkan

kemudian yang kedua pada masa saya yang putusan yang kedua saya ikut memutuskan tapi

tidak mengucapkan kira-kira begitu karena sudah selesai masa jabatan saya. Mungkin hanya

pengantar umum saja yang saya ingin sampaikan nanti kita perdalam dalam diskusi.

Pertama memang DPD ya sebagaimana halnya DPR lembaga negara yang merupakan

lembaga perwakilan yang sangat penting dalam Undang-Undang Dasar. Baik DPD maupun

DPR itu diatur secara sangat ringkas dalam Undang-Undang Dasar hanya kewenangan-

kewenangan pokok kemudian susunan dan kedudukan yang paling banyak diserahkan kepada

Undang-Undang dan secara lebih detail bagaimana mekanisme dan proses kerja dari DPD

dalam melaksanakan kewenangannya demikian juga dalam mengatur urusan rumah

tangganya termasuk masalah tata cara pemilihan pimpinan, mekanisme sangsi terhadap

anggota danlain-lain itu banyak sekali yang diserahkan kepada tata tertib DPR atau DPD

sehingga posisi Tatib ini menjadi sangat penting dalam kelancaran tugas-tugas dan fungsi

dari DPD.

Pertama mungkin secara umum saya ingin sampaikan tentang posisi DPD dan fungsi

serta kewenangannya dalam perspeltif baik pada saat pembahasan Undang-Undang Dasar

maupun dalam putusan Mahkamah Konstitusi. Seperti yang sudah menjadi umum kita

ketahui bersama dan sering menjadi perdebatan, fungsi legislasi dan fungsi pengawasan serta

anggaran dari DPD adalah sangat terbatas. Yang sebenarnya dikehendaki oleh Undang-

Undang Dasar tidak sangat terbatas juga jadi cukup kuat, cukup kuat walaupun istilah yang

disampaikan disana 2 kewenangan yang pokok berkaitan dengan legislasi yaitu mengajukan

rancangan Undang-Undang, dapat mengajukan rancangan Undang-Undang dan ikut

membahas rancangan Undang-Undang yang diajukannya. Hal ini seperti kita ketahui bersama

dalam implementasinya melalui Undang-Undang MD3 sebelum putusan MK itu didegradasi.

Di degradasi sedemikian rupa, ikut membahas itu menjadi sangat sumir juga mengajukan itu

menjadi sangat sumir tetapi dengan putusan MK maka fungsi kewenangan DPD menjadi

lebih kuat dankembali kepada substansi kehendak yang dimaksud Undang-Undang Dasar.

Ikut membahas itu adalah mengenai sebagai ikut menentukan dalam proses pengambilan

keputusan setiap pembicaraan kecuali pada tahap persetujuan terakhir dalam pengambilan

keputusan di tingkat II. Pada proses pengambilan keputusan secara terus menerus dilakukan

pada tahap tingkat pertama khusus mengenai Undang-undang yang terkait dengan

kewenangan yang dimaksud dalam Pasal 22 itu. Jadi disini dengan putusan MK itu telah

mengembalikan kewenangan yang sangat siknifikan dari DPD. Ikut membahas dalam mana

ikut menentukan substansi dan materi rancangan Undang-Undang yang akan disetujui dalam

pembahasan bersama antara DPR, DPD dan Presiden. Jadi itu yang pertama, kemudian yang

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

3

kedua. Demikian juga dalam pengajuan rancangan Undang-Undangan yang sebelumnya

sangat tergantung kepada DPD, DPR tapi dengan putusan MK dan setelah saya membaca

Undang-Undang MD3 setelah keputusan MK itu telah disempurnakan di mana rancangan

Undang-Undang yang berasal dari DPD betul disampikan kepada DPR dan DPR harus

menyampaikannya dalam waktu 30 hari kepada Presiden. Kalau dulu sangat tergantung

kepada DPR ini yang saya baca dari Undang-Undangnya saya tidak mengerti bagaimana apa

praktik dan pelaksanaannya tapi ini memiliki makna yang sangat penting.

Kemudian yang saya belum review mengenai Prolegnas karena dalam putusan MK

ditegaskan bahwa karena DPD juga memiliki hak untuk mengajukan rancangan Undang-

Undang maka DPD juga diberikan hak untuk ikut menentukan prioritas dalam Prolegnas itu

menurut Undang-Undang yang apa putusan MK yang mengabulkan permohonann DPD yang

pertama. Jadi implementasi bagaimana proses pengambilan keputusan internal DPD dalam

hal ikut terlibatnya dalam penyusunan Prolegnas dalam hal ikut terlibatnya dalam

pembahasan di DPR mengenai Undang-Undang yang terkait dengan kewenangan DPD dan

bagaimana proses pengesahan rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR yang

disampaikan kepada DPD dan bagaimana proses hasil pengawasan DPD dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang berkaitan dengan kewenangan DPD itulah kira-kira

ruang lingkup substansial yang diatur dalam tatib yang terkait dengan kewenangan DPD. Jadi

tata cara, tata tertib dan proses yang detail dari ini semua ruang lingkup yang akan diatur

dalam tata tertib DPD.

Dalam hal lain termasuk ini diluar substansi kewenangan DPD adalah penentuan

mekanisme pengambilan sanksi terhadap anggota kemudian yang kedua adalah mekanisme

pemilihan pimpinan DPD. Itu juga adalah yang menjadi lingkup yang diatur dalam tatib DPD

karena di Undang-undang tidak secara spesifik dan detail betul bagaimana sebenarnya proses

ini dilakukan yang dalam Undang-Undang itu yang bagian akhirnya diserahkan pada tata

tertib DPD. Jadi tatib sepanjang tidak diatur atau tidak jelas diatur atau ambigu dalam

Undang-Undang boleh diatur dalam tatib DPR dan itulah yang memberikan apa itulah untuk

mengisi kekosongan atau menguraikan lebih lanjut apa pelaksanaan hak, fungsi dan

kewenangan DPD dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya. Nah posisi tatib

disini adalah tentu dari sisi peraturan perundang-undangan dia adalah peraturan perundang-

undangan yang dalam tingkat yang paling bawah dari hirarki peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan DPD. Yang pertama tentu tingkatan yang paling tinggi yang kita sudah

ketahui bersama tentu Undang-undang Dasar kemudian yang kedua adalah Undang-undang

MD3 kemudian yang terakhir adalah tatib. Tatib ini tidak boleh bertentangan dengan

Undang-Undang demikian juga dengan Undang-undang Dasar dia hanya mengisi

kekurangan-kekurangan yang tidak diatur dalam Undang-Undang atau ketidakjelasan yang

norma yang tidak diatur dalam Undang-Undang sehingga kejelasan ini diatur lebih lanjut

dalam tata tertib DPD. Memang, bagaimana kalau terjadi suatu silang, silang pemahaman

penafsiran terhadap tatib DPD bagaimanakan proses yang mana penafsiran yang benar,

bagaimana penafsiran yang benar kalau itu menjadi persengketaan di DPD ini yang menjadi

masalah. Secara teori, secara teori memang bisa diputuskan dengan pilihan suara yang siapa

lebih setuju terbanyak tapi ini akan menjadi masalah kalau yang tidak setuju dengan pendapat

mayoritas bahwa walaupun anda pendapatnya mayoritas hal itu menurut pandangan kami

bertentangan dengan undang-undang, peraturan yang diatasnya sehingga peluang untuk

diajukan judicial review ke Mahkamah Agung mungkin saja itu hal yang terjadi Nah itu

salah, itu tidak salah. Jadi saya kira inilah pokok-pokok yang mungkin pengantar diskusi

yang bisa saya sampaikan tadi saya hanya memang tidak ada yang, tidak apa, belum tahu apa

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

4

yang spesifik yang kira-kira jadi persoalan atau yang akan lebih fokus di bahas dalam

perubahan Tatib inikan karena Tatib ini sudah sebenarnya yang mungkin, karena Tatib selalu

di awal, di akhir masa jabatan kemudian di sempurnakan pada awal masa jabatan biasanya

nanti di akhir nanti di sempurnakan lagi sebagai titipan untuk anggota yang akan datang

selalu begitu. Perubahan di tengah-tengah itu jarang kecuali yang ada masalah-masalah yang

krusial yang tidak di selesaikan apa boleh buat Tatib-nya di apa, di sempurnakan kembali.

Itulah Pimpinan yang disampaikan untuk sementara, dan para anggota yang disampaikan

untuk sementara dan terima kasih.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Baik terima kasih Bapak Prof. Dr. Hamdan Zulfa. Saya pikir justru sudah sangat

masuk pada bagian-bagian substansi yang perlu kami pertajam. Perlu kita perkuat dari

pandangan Pak Hamdan dan saya pikir Bapak/Ibu Anggota Pansus ini kesempatan untuk kita

mendapatkan informasi lebih kuat lagi. Silahkan saya silahkan atau di awali oleh Pak

Muqowam.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore, dan selamat siang, dan salam sejahtera untuk kita semua.

Pak Hamdan Zulfa yang kami hormati jadi hari ini memang kita berbicara mengenai

positioning tata tertib kalau kemudian kita mengacu pada peraturan diatasnya Undang-

Undang MD3 dan Undang-Undang Dasar ’45. Ada 2 Pak Hamdan di dalam Pasal 22 itu

pertama soal kewenangan yang kedua adalah soal ruang lingkup Pak. Pasal 22 itu mulai dari

kata ikut, di dalam Pasal 22 Ayat (1) kemudian apa itu dalam positioning sebagai hal

kewenangan. Lalu yang kedua adalah ruang. Ruangnya itu berkaitan dengan hubungan pusat,

daerah, sumber daya dan seterusnya kemudian baru didalam berikutnya itu adalah yang

berkaitan pendidikan, pajak baru kemudian pengangkatan BPK dan di dalam Undang-

Undang MD3 Nah saya ingin mendalami itu bicara soal kewenangan ikut itu memang hari ini

oleh keputusan Undang-Undang de jure-nya memang sudah pemahaman seperti Pak Hamdan

tadi itu de facto-nya inikan masih ada problem ini hubungan antar lembaga antara DPD

dengan DPR. Kalau telah terjadi itu sifatnya belum menyeluruh yah pembahasan-

pembahasan yang equal antara DPD dan DPR kalau itu terjadi itu masih sifatnya adalah

kasuistis, belum menjadi apa yang kita sebut menjadi (tidak jelas terdengar, red), itu belum.

Ini menjadi apa, menjadi sesuatu yang kemudian PR DPD. Lalu yang kedua adalah

kewenangan. Dalam hal ruang lingkup, ruang lingkup di dalam Undang-Undang MD3 itu

menurut saya itu adalah jelas Nah tetapi kemudian yang terjadi hari ini adalah de jure-nya

seperti itu, de facto-nya hari ini, ini DPD ini adalah ruang yang sama dengan DPR,

ruangannya ini. Saya punya satu rumusan yang sederhana barangkali DPR itu adalah

mayornya itu adalah sektoral, minornya itu adalah teritorial. Sedangkan DPD mayornya itu

adalah kewilayahan, DPR minornya itu adalah sektoral sehingga rumusan di dalam Undang-

Undang Dasar Pasal 22 itu kami minta penjelasan. Pemahaman saya seperti itu oke dalam itu

perlu di kuatkan, dalam hal ruang ini menurut saya perlu lebih di-define begitu, lebih

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

5

didefinisi secara jelas. Dua kasus yang ingin saya sampaikan Pak Hamdan kasus dana transfer

misalnya daerah, pengalaman Pak Hamdan dengan di DPR yang dulu saya kira dana transfer

itu adalah tidak pernah menjadi urusan komisi. Padahal dalam Tatib DPR itu adalah semua

yang berkaitan dengan anggaran itu harus masuk di komisi, sayang lanjutan Pak Hamdan

dulu di Komisi II Pak Hamdan. Komisi II pun tidak mempunyai apa, ruang untuk membahas

dana transfer bagi hasil, DAU itu tidak pernah ada, tapi kemudian di blok itu menjadi

kewenangan apa namanya, Badan Anggaran sehingga ini yang menurut saya ruang itu masih

punya peluang kalau kita kemudian prospeksi cek balance sistem DPD itu bisa diberikan

kewenangan itu menjadi ruang Pasal 22D.

Lalu yang kedua Pak, 3.143 Perda yang di batalkan oleh gubernur dan menteri ini

posisinya ngambang Pak Hamdan. Perda itu dilahirkan oleh dua institusi eksekutif dan

legislatif daerah tetapi di Jakarta secara sepihak Pemerintah Kemendagri dan juga gubernur

terhadap Perda kabupaten/kota itu bisa ini, punishment itu di dia. Nah di sini muncul sebuah

apa, muncul sebuah keraguan lagi kalau begitu Perda itu di ruangnya, di ruang Undang-

Undang Nomor 12 atau Undang-Undang Nomor 23. Kalau Undang-Undang Nomor 23 murni

itu memang pemerintahan, tapi ingat posisi Perda di dalam Undang-Undang Nomor 12 Pasal

7 atau 9 itu menjadi bagian dari strategisasi peringatan hukum kita. Ini ada celah, ada ruang

yang menurut saya ya itu bisa menjadi bagian dari yang jika bicara check and balance, bicara

mengenai parlemen, bicara mengenai hubungan pusat-daerah itu menjadi urusan DPD ini

dalam kasus yang itu, dalam kasus bagaimana memberikan prospeksi kepada parlemen baik

DPR, DPD dan pemerintah. Nah yang kedua Pak, tidak itukan kaitannya dengan itu. Yang

kedua Pak Hamdan, posisi Tatib DPD itu ada 2 idealistik ada 2 cara pandang. Atas dasar itu

maka kelembagaan DPD yang tadi Pak Hamdan katakan fungsi, pelaksanaan fungsi dan lain-

lain haruslah mengacu dari Pasal 22 dan juga MD3. Hari ini saya Komite I ruang kerja saya

sampai dengan DPR Komisi I, II dan III. Komite II ruang kerja itu adalah Komisi IV, V, VI.

Komite III itu VIII, IX, X Nah itu. Jadi dari ayo Mas, dari sisi kuantitas kita kurang dari

kualitas itu bisa kita perdebatkan Nah ini karena itu secara ideal Tatib itu perlu di kontruksi

Nah 2B-nya adalah untuk kepentingan sort card kita Pak Hamdan kita itu di beri tugas untuk

apa yang kita sebut sebagai merumuskan ketentuan peralihan mengenai masa berlakunya

jabatan pimpinan alat kelengkapan Nah di Tatib lama Pak Hamdan, maksudnya begini

sepanjang Undang-Undang Dasar itu ada amanat DPD harus ada lembaga DPD. Yang kedua

cara pengisiannya harus melalui mekanisme pemilihan, pemilihan legislatif. Lalu yang ketiga

yang terpilih pejabat. saya ini pejabat. Pak Mustafa, saya angkatannya Buya Pak Mustafa

barangkali kenal. Jadi saya ini pejabat negara, apakah saya menjadi ketua komite atau tidak,

saya ini pejabat negara. Nah karena itu Pak Hamdan kemudian di DPD kemudian ada Alat

Kelengkapan, Pimpinan Alat Kelengkapan, Pimpinan DPD, Pimpinan Komite dan lain-lain

itu hal kelengkapan. Di Tatib lama Pak Hamdan memang benar bahwa kebiasanya terjadi

bahwa Pimpinan DPD itu adalah ruangnya 5 tahun, Pimpinan Lembaga itu 5 tahun, Pimpinan

Lembaga. Jadi instansi Pimpinan itu 5 tahun tapi orangnya boleh tidak 5 tahun terjadi di MK,

terjadi di KY, dan beberapa ini. Sayangnya Undang-Undang Tatib yang lama itu masa

jabatan Pimpinan sebagaimana Pasal 7 Ayat 4. Pasal 7 Ayat 4 itu keanggotaan ini Pak, jadi

konotatif ini tidak definitif karena kemudian saya bandingkan misalnya adalah Pimpinan

DPR harus ada yang kemarin ketua namanya Setya Novanto kemudian sekarang Ketua

namanya Ade Komarudin. Pimpinan Komisi III itu namanya dulu adalah Aziz Shamsuddin

sekarang adalah Bambang Satyo. Pemilihan Komisi XI juga begitu sehingga ini apakah ada 2

Pak Hamdan yang saya ingin mendapat penjelasan institusi pimpinan dan yang kedua

humannya ini Pak Nah karena itu Pak Hamid sampaikan bahwa kalau kemudian apakah

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

6

boleh 2,5 tahun. Menurut saya Pak Hamdan 5, 2, 1 atau berapa itu salah semua tapi yang

terjadi kemudian di sini adalah pokoknya 5 atau 2 pokoknya sudah, tidak logik semua ini.

Secara teori tidak logik semua ini jadi karena itu apa, di dalam hal ini adalah kemudian kita

berdebat mulainya kapan. Saya mengajukan Anggota DPD 1 Oktober 2014 kalau kemudian

saya dalam hal ini kemudian 2,5 tahun maka mulainya 2000, ada yang berpendapat mulai

Oktober 2014, ada yang bilang mulai saat itu di putuskan. Yang kemudian misalnya 5 tahun

yang kemudian menjadi pilihan, apa mulainya sejak kapan ini, mulai sekarang atau mulai 1

Oktober 2014 Nah ini Pak Hamdan jadi cara pendaratan ini yang menurut saya perlu lebih

soft lagi dan benar secara hukum, soal mendaratkan ini. Saya kira dari itulah saya ingin

mendalami bagaimana sebuah, soal mendaratkan sebuah masa jabatan ke dalam Tatib ini Pak.

Terima kasih.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (KETUA PANSUS TATIB DPD

RI)

Terima kasih Pak Muqowam. Terima kasih kedatangan Pak Mustafa kita langsung

saja nanti sekaligus diberikan tanggapan, masukan. Pak Djasarmen.

PEMBICARA: DJASARMEN PURBA, SH (KEP. RIAU)

Terima kasih.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore dan salam sejahtera semua.

Pak Hamdan dan Pimpinan terima kasih atas uraian yang menurut Ketua tadi dan juga

menurut saya mudah masuk pada substansi. Pertanyaan begini, saya to the point saja. Jika

terjadi potensi, ini potensi Pak ya jika terjadi potensi sesuatu aturan itu apakah sehingga ini

bisa menimbulkan gugatan ke MA yang tadi kita tahu ada potensi apakah ini masih bisa di

lanjutkan ataukah bagaimana Pak, terus terang saja ini Bapak sebut tidak ada potensi yang

bisa di jadikan gugatan Nah kita sudah tahu ada seperti itu apakah boleh apa bagaimana, ini

pertanyaan saya Pimpinan. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Terima kasih Pak Djasarmen. Sekali lagi Pak Fahri pertanyaan itu juga sekaligus nanti

di catat mungkin juga ada masukan yah Bu Eni silahkan. Pak Djasarmen ini dari daerah

pemilihan Kepri kalau Ibu Eni dari Jawa Barat.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes (JABAR)

Terima kasih Pimpinan. Bapak/Ibu sekalian Anggota Pansus Tatib yang saya

banggakan, narasumber yang kami tunggu-tunggu kehadirannya. Mungkin ini karena kita ini

sudah, sudah bukan lagi rahasia umum lagi karena sudah di blow up di media bahwa di DPD

RI ini ada suatu semacam kegaduhan internal dimana sebagian besar dari kami anggota ingin

mengadakan satu perubahan di dalam Tatib ini yang tentunya menuju arah yang lebih baik

akan tetapi ada ketidak jelasan karena tidak diatur misalkan ini saya to the point misalkan

untuk Pimpinan di sini ada pada Pasal 259 tentang alat kelengapan DPD dan khusus

membahas pimpinan Pasal 260 dari MD3 itu tidak ada, memang tidak diatur tentang masa

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

7

jabatan dari Pimpinan DPD. Di situ tidak tercantum baik Pimpinan DPD maupun kayaknya

DPR juga tidak di atur Nah dalam hal, kami semua ini ingin memberikan suatu kearah

misalkan ada suatu perubahan untuk perbaikan kedepan dengan adanya 2 ½ tahun mungkin

pertama saya ingin mekanismenya itu kalau di bolehkan atau memang sah-sah saja itu

mekanismenya agar sesuai dengan tata urutan perundang-undangan tidak menabrak aturan

perundang-undangan itu maka mekanismenya bagaimana terutama yang tadi disampaikan

oleh bapak wakil ketua pimpinan Pansus,

Yang kedua, kalau saya lihat disini yang jelas-jelas nyata bertentangan dengan MD3

adalah di tatib ini pasal 69 ayat 2, pasal 84 ayat 2, pasal 9 ayat 3, pasal 111 ayat 2, pasal 124

ayat 2, pasal 137 ayat 2 dan pasal 150 ayat 2 itu bertentangan dengan MD3 yang isinya antara

lain begini, untuk pimpinan alat kelengkapan di luar pimpinan DPD disini sudah diatur pada

pasal 267, ini ada pasal 267 kebetulan saya bawa tatib MD3 nya, pasal 264 dulu, pasal 264

bahwa keanggotaan panitia kerja dari ini Komite pak kalau di DPD RI panitia kerja Komite 1

sampai dengan Komite 4 ditetapkan oleh siding paripurna DPD pada permulaan masa

kegiatan DPD, masa siding ya, keanggotaan panitia perancang, pasal 264 yang dilanggarnya

yaitu tentang keanggotaan panitia kerja ditetapkan oleh sidang paripurna DPD pada

permulaan masa kegiatan DPD dan pada setiap permulaan tahun sidang kecuali pada

permulaan tahun sidang terakhir dari masa keanggotaan DPD,

Lantas, yang untuk Panitia perancang Undang-Undang juga itu ada

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Mungkin, maaf Bu Eni tidak usah terlalu teknis. Per ini ya..

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes (JABAR)

Jadi intinya, intinya yang bernama MD3 ini bahwa keanggotaan itu ditentukan pada

awal masa siding dan pimpinan alat kelengkapan itu dipilih pada awal masa siding, selama

satu tahun masa siding, nah ini juga sementara di tatib kita yang baru ingin 2,5 tahun. Nah,

ini sudah jelas kalau menurut bertentangan menurut Undang-Undang adalah bertentangan

dengan UU MD3. Nah, akan tetapi ini sependapat saya kalau khusus untuk alat kelengkapan

di luar pimpinan ini adalah sudah jelas-jelas mungkin harus segera dikembalikan dulu ke

Undang-Undang. Nah, akan tetapi saya ingin tau pendapat dari para nara sumber bagaimana

mekanismenya apabila ini tetap dilanjutkan atau apakah ini bisa tetap atau sesegera mungkin

meknismenya bagaimana untuk kembali agar sesuai dengan MD3 jadi mekanismenya agar

kembali sesuai dengan MD3, ini mekanisme yang kami lakukan bagaimana menurut tim

narasumber.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Terima kasih Bu Eni. Pak Benny dulu tadi.

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

8

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Terima kasih Pak Ketua, Pimpinan Pansus Tatib yang saya hormati dan Anggota, Pak

Hamdan dan Pak Fachri yang saya hormati. Lebih awal kepada Pak Hamdan tentu ya, saya

sadar persis saya berhadapan dengan tokoh besar yang pernah di Parlemen DPR dan juga

pernah menjadi Ketua MK ya, beberapa pandangan pemikiran sudah saya catat tadi Pak

Hamdan, saya to the poin saja.

Yang pertama, tadi dikatakan oleh Pak Hamdan bahwa berkaitan dengan pengambilan

keputusan di lembaga politik termasuk DPD itu terjadi silang pendapat maka ya, tata tertib

secara internal mengatur untuk ya keputusan itu diambil melalui voting misalnya ya, jika

tidak ya, bisa ditentukan melalui musyawarah mufakat ya, untuk hal ini kita setuju dan forum

paripurna adalah pengambilan keputusan politik tertinggi, Pak Hamdan pernah di DPR ya,

yang saya pahami di DPR provinsi/kabupaten/kota ya seperti itu juga, forum paripurna adalah

forum pengambilan keputusan tertinggi,

Nah, jika ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan hasil dengan keputusan yang

diambil tadi ya, maka semua termasuk yang tidak setuju itu memiliki hak untuk mengajukan

judisial review. Nah ini clear Pak Hamdan ya, yang kami pahami juga clear, misalnya di

DPR ketika ada Undang-Undang yang disahkan oleh parlemen kemudian digugat oleh publik

rakyat maka ada salurannya yaitu judicial review, seperti itu.

Pertanyaan saya satu Pak Hamdan, dalam kaitan ini karena saya merasa ini penting

jangan terjadi abuse of power. Misalnya, pengambilan keputusan dilakukan bahkan saya

terlibat dalam pengambilan keputusan itu, bahkan saya terlibat dalam voting saat

pengambilan keputusan itu dilakukan, tapi karena saya punya kekuasaan Pak Hamdan

termasuk Pak Hamdan misalnya jika Pak Hamdan Pimpinan DPR, apakah karena pendapat

Pak Hamdan yang tidak setuju dengan keputusan itu Pak Hamdan memiliki hak tidak untuk

tidak menandatangani keputusan itu? Nah kalau Pak Hamdan menggunakan kekuasaan untuk

tidak menandatangani padahal itu keputusan yang diputuskan lewat paripurna forum tertinggi

bahkan ikut terlibat di dalamnya nah ini berbahaya. Nah ini yang kita ingin konstruksi lebih

jelas dalam tata tertib selanjutnya tentu yang menjadi tugas pansus ya, ini penting Pak

Hamdan.

Menarik pertanyaannya dan saya ingin mengambil ilustrasi jika Pak Hamdan pada

posisi Ketua DPR lah atau Ketua DPD, apakah dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Pak

Hamdan atas asumsi sepihak dan pendapat yang berbeda dengan mayoritas kemudian Pak

Hamdan mengatakan saya tidak mau tandatangani deh karena ini bertentangan dengan

Undang-Undang misalnya ya, apakah bisa, padahal yang saya pahami yang saya pahami ya

fungsi pimpinan hanya fungsi administratif ya, dia menandatangani keputusan-keputusan

yang telah diambil, setuju tidak setuju bisa ada ruang lain tentu untuk dilakukan termasuk

tadi judicial review.

Kemudian yang Kedua Pak Hamdan, ini yang terakhir ya, sedikit banyak Pak Hamdan

pasti mengikuti dinamika yang berkembang di parlemen kami ya saat Pansus Tatib

sebelumnya sebelum Pansus Tatib dimana kami ada di dalam ruangan ini, DPD atau pansus

telah mengambil keputusan yang salah satunya walaupun media ini banyak memanipulasi

Pak Hamdan seolah-olah kegaduhan kemarin itu perebutan kekuasaan, seolah-olah yang

dibahas itu hanya masa jabatan, ini omong kosong lah, ada 6 dimensi yang dikonstruksi oleh

Pansus Tatib saat itu tentang fungsi legislasi, tentang penguatan fungsi pengawasan, fungsi

anggaran, kemudian sistem pendukung, fungsi representasi dan kemudian alat kelengkapan,.

Jadi masalah jabatan itu hanya bagian kecil yang dibahas yang kemudian dikonstruksi dari

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

9

pikiran-pikiran yang dielaborasi oleh pansus yang bahkan ya diambil keputusannya melalui

Paripurna DPD. Nah untuk yang kedua ini Pak Hamdan, kaitan dengan keputusan yang sudah

diambil paripurna masa jabatan pimpinan yang dulu 5 tahun kemudian dua tahun setengah,

tadi masa pemberlakuan sudah ditanyakan oleh Pak Muqowam kapan itu diberlakukan ya

kan, saya ingin minta pandangan Pak Hamdan apakah apa yang diputuskan ini bertentangan

dengan undang-undang ya sederhana. Saya tentu secara pribadi memiliki pandangan tidak

pertentangan dengan undang-undang, tapi dalam kapasitas dan posisi Pak Hamdan saya ingin

menanyakan apakah keputusan yang diambil oleh DPD ini bertentangan dengan undang-

undang? Kalau dikaitkan dengan pertanyaan pertama apakah karena pandangan itu kemudian

sebagai pimpinan lembaga bisa menggunakan kekuasaan untuk tidak menandatangani

keputusan itu dan tidak menempuh jalur lainnya yaitu judisial review misalnya.

Demikian Pak Hamdan untuk sementara.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Pak Stefi langsung saja baru pak, terlanjur di belakang sana,

PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, SH. (MALUT)

Baik terima kasih,.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang kami hormati Pimpinan Pansus beserta seluruh rekan-rekan Anggota Pansus,

yang kami hormati para narasumber kami yang hadir di hadapan kita Pak Hamdan dan Pak

Fakhri. Kita mengetahui bahwa produk hukum adalah sebuah kesepakatan politik hasil dari

pada kesepakatan politik, apa yang telah kita lakukan pada beberapa waktu yang lalu yang

mana kita telah melahirkan suatu produk melalui lembaga ini kita telah menetapkan dalam

tatib kita bahwa masa jabatan keanggotaan masa jabatan pimpinan adalah dua tahun

setengah, dan ini merupakan satu kesepakatan politik. Bicara dalam konteks kesepakatan

politik berarti pasti ada pro dan kontra, tetapi ketika dalam voting itu kita telah menyepakati

sudah pasti ada yang pro dan ada yang kontra, tetapi apa yang menjadi keputusan saat itu

sudah merupakan keputusan lembaga, oleh sebab itu saya kira kalau menyangkut dengan

membicarakan kembali masa jabatan pimpinan saya kira harus kita lewati, jangan lagi kita

utak-atik persoalan ini karena kita sudah melewati dengan melakukan voting, apakah hal

serupa ini kita akan voting untuk kedua kali, itu kan sangat tidak mungkin, ini sudah kita

lakukan voting, untuk pasal ini saya kira perlu kita lewati, kita masuk pada pasal-pasal yang

lain menyangkut dengan ya pasal-pasal peralihan yang lain bagaimana apa yang kurang perlu

kita lengkapi sehingga ini yang lebih baik. Kalau pada hasilnya seperti itu juga dan ada

pihak-pihak yang tidak setuju dengan apa yang menjadi keputusan ini kan ada ranah

selanjutnya untuk bisa melakukan upaya hukum, mungkin kalau tatib tidak akan mungkin ke

MK tetapi upaya apa yang harus dilakukan karena ini bukan undang-undang, kalau undang-

undang ke MK, ini tatib tidak mungkin ke MK kalau tatib.

Nah, kalau ke Mahkamah Agung ya bisa saja dilakukan, ini kalau undang-undang ya

mungkin kita melakukan judisial review melalui Mahkamah Konstitusi tapi ini kan tata tertib

yang mengatur tentang internal kita, sehingga saya berharap teman-teman kita harus

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

10

menerima keputusan politik yang sudah kita keluarkan sendiri, kita berbeda, tetapi hasil

keputusan itu harus kita menyepakati walaupun sebagian anggota tidak menyetujui tapi itulah

adalah hasil kita yang sudah kita lewati. Demikian Pimpinan tambahan dari saya.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Ya, Pak Andre dulu, Pak.

PEMBICARA : ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Oke, terima kasih pimpinan saya mohon langsung, pertama tadi menarik sekali atas

apa yang disampaikan oleh pak Hamdan tertutama berkaitan dengan beberapa keputusan MK

yang menjadi kesulitan kami selama ini adalah DPR tidak pernah menjalankan putusan MK,

itu yang pertama, apakah ini akibat komunikasi pimpinan lembaga sebagai symbol yang tidak

mampu untuk melakukan komunikasi ataukah ada persoalan lain sehingga sampai hari ini

hamper semua keputusan MK tidak dapat dilaksanakan oleh lembaga DPD karena di DPR

selalu menganggap DPD ini tidak ada artinya gitu, itu yang pertama.

Terus yang kedua, bicara dari beberapa saudara saya yang disampaikan tadi ya saya

menyimak memang hampir sama semua, tentu adalah lembaga ini lembaga politik ya, etika

dan moral itu yang menjadi ya darda terdepan untuk memimpin lembaga ini ke arah yang

lebih baik,

Terus yang ketiga, tentunya kinerja ya, semua itu kinerja itu makanya ada keputusan-

keputusan ada yang mau ya merubah di tengah jalan ya, kalau memang kalau di DPR

memang mudah sekali dia tarik copot itu kan sesuatu yang luar biasa, nah sekarang Komisi

XI pak Melky Mekeng, Komisi III sudah diganti pak Mongso Susetyo, jadi selera, tergantung

kepentingan kalau ini tidak produktif ya dia ganti, nah sekarang dalam system bicameral ini

antara parlemen DPD dan parlemen DPR ini apakah perlakuannya bisa sama atau tidak,

tentunya ya dalam pandangan kami adalah ya seperti apa yang kami lakukan karena memang

kami ini pejabat politik karir karena mulai dari kabupaten kami jadi DPR ini ke provinsi terus

baru kita duduk disini tahu mekanisme demokrasi ini, tahu mekanisme paripurna yang benar,

Nah, kalau memang istilahnya hasil paripurna juga ya tidak dapat dilaksanakan sementara

tatibnya sudah ditandatangan ya wajib sebetulnya pimpinan untuk memasyarakatkan, nah

tetapi di lembaga kita ini kembali saya bilang dinamika ini adalah dinamika, moral dan etika

ya, ketika lihat negara-negara lain kalau memang sudah tidak produktif mundur legowo, kita

tidak masih mempersoalkan halal yang, sebentar Pak Ketua, hal-hal yang tidak rasional dan

hasil akhirnya ya seperti apa tadi apa yang ditakutkan, kalau ini juga nanti kalah suatu saat

pasti buat lagi. Nah, makanya saya bilang bapak ya ini kembali kesadaran sebagai pemimpin

lembaga dalam rangka kelanjutan organisasi.

Terima kasih.

Saya kembalikan.

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

11

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Nanti selesai Pak Gafar baru kita pindah sekalian ke sebelah kiri Pak ya. Pak Gafar

dulu terakhir dari sebelah kanan,

PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)

Ya, terima kasih pak pimpinan dan pak Hamdan, saya ada dua pertanyaan Pak, saya

Pak Abdul Gafar Rusman Pak dari Riau. Pertama, apabila terjadi antara keinginan dengan

norma, satu sisi ada menyampaikan keinginan di satu pihak ada yang menyampaikan norma,

apabila terjadi antara keinginan dengan saran norma apakah ini boleh di-voting antara

keinginan dengan norma, satu.

Yang kedua, jika terjadi memang antara pemahaman ini norma ini pengertian

keinginan kalau memang di voting saya tadi menarik apa yang disampaikan oleh tetap ada

saluran yang harus kita lakukan, nah itu pertama Pak yang ingin kami sampaikan, gimana apa

keinginan yang kita lakukan secara kuantitatif mungkin keinginan lebih banyak tapi norma,

apakah norma yang kita pakai atau keinginan, satu,

Yang kedua, saya ingin kepada Pak anu ya memang ahli hukum saya tidak ahli

hukum tapi belajar juga sedikit-sedikit, aturan apakah yang boleh berlaku surut, dan aturan

apa yang tidak boleh Pak dalam kita menetapkan ketentuan, berdasarkan ketentuan hukum,

sekali itu saja Pak Hamdan.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Terima kasih Pak Abdul Gafar. Ibu Anna.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Terima kasih pimpinan pansus tatib, Bapak Ibu yang kami hormati, Bapak

narasumber kita Pak Hamdan dan Pak Mustafa yang saya hormati.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Saya mungkin langsung to the point saja. Ada dua hal yang ingin saya tanyakan Pak,

mohon maaf kami di belakang ya, saya Anna Latuconsina perwakilan dari Provinsi Maluku.

Saya ingin menanyakan pertama mengenai masalah masa jabatan pimpinan legislatif. Dimana

kita ketahui DPR, DPR kabupaten kota provinsi dan DPR RI dan DPD adalah 5 tahun. Di

dalam Undang-Undang Dasar 45 memang tidak jelas dituliskan 5 tahun tetapi merupakan

konvensi ketatanegaraan sehingga diambil keputusan 5 tahun. Pertanyaan saya adalah apakah

berdasarkan tidak tertulis secara resmi angkanya 5 tahun hanya berdasarkan konvensi.

Apakah DPD bisa membuat aturan untuk dua setengah, satu atau sebagainya diluar seperti

itu, itu yang pertama. Yang kedua di DPR dan di DPR kabupaten kota kita katahui bersama

juga selama ini kita dengar tidak ada 2,5 tahun di DPR kalau Pak Setyanovanto tidak berganti

jabatan karena itu Fraksi Golkar yang berganti adalah orangnya pengisian lowongan karena

memang yang bersangkutan mengundurkan diri jadi berbeda. Kalau kita saat ini memang

Page 13: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

12

mengingin-inginkan 2,5 tahun dan ada yang menginginkan 5 tahun. Itulah sebabnya makanya

pansus ini ada lagi pansus yang kedua ini. Yang kedua Pak jadi pertanyaan saya apakah

memang DPR kurang kreatif sehingga tidak pernah berfikir untuk bisa 2,5 tahun. Kami DPD

lebih kreatif karena itu kami 2,5 tahun kami memikirkannya. Padahal kita ketahui bersama

partai pemenang Pemilu di DPR itu PDI tapi yang dapat Golkar kok mereka tidak kreatif

menentukan itu 2,5 tahun. Saya pikir ini DPD sanagt maju sekali Pak.

Kemudian yang kedua masa ajabatan Anggota komite dan juga pimpinan komite itu

jelas dalam MD3 disebutkan itu berganti setiap tahun sesuai dengan awal masa sidang. Di

MD3 dijelaskan seperti itu, tapi kita disini menetapkan 2,5 tahun. Pertanyaan saya apakah ini

tetap kita tinggal seperti, seperti ini ataukah kalau memang harus kita karena ini sudah ada

pansus sedang bekerja tentunya masukan-masukan dari narasumber tentang apa yang

bertentangan tentunya harus juga menjadi masukan kepada kita.

Jadi pertanyaan saya 2 tentang alat kelengkapan dan anggota alat kelengkapan di

komite-komite itu jelas bertentangan karena memang disebutkan setiap tahun berganti, tapi

kita menentukan 2,5 tahun. Kemudian yang pertama tadi konvensi ketatanegaraan

memutuskan 5 tahun walaupun pimpinan juga di diskripsikan sebagai alat kelengkapan tapi

pimpinan dilantik tersendiri oleh MA dan mempunyai SK pimpinan 5 tahun. Jadi pertanyaan

saya apakah memang tidak tertulis kita bisa membuat itu dan itu saya lihat di DPR belum ada

seperti ini.

Demikian Pak Hamdan maupun Pak Mustafa.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Saya pikira sudah terwakili semua. Oh masih ada Bang Ken silakan, silakan.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU)

Ibu yang dua saya tiga Pak. Prof Hamdan dan Pak Mustafa kami mohon ini

penjelasan lebih dalam ya tentang penyelenggaraan tugas-tugas kami termasuk DPR ini

dengan adanya keputusan MK ini. Nah kami ingin karena dalam prakteknya sekarang belum

berjalan dengan baik. Mungkin ada beberapa mungkin ada pemasukan supaya kami bisa

memaksimalkan lagi sehingga Amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang diperjelas dengan

keputusan MK itu bisa terwujud. Tapi kami menginginkan ada beberapa pendekatan mungkin

ada kiat atau bagaimana sehingga kami juga sabar ini walupun belum tahun ini, tahun depan.

Sehingga fungsi-fungsi tripartit itu bisa kita laksanakan dengan baik demi ya pelaksanaan

pembuatan Undang-undang dan sebagainya itu. Saya rasa itu saja untuk tambahan dari kami,

terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Wa’alaikumsalam.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

13

Terima kasih Bang Ken, sudah cukup Pak ya? Oh ada Pak Sofwat. Ini sudahnya Pak

Hamdan kan sudah tahu di DPD ini tidak ada fraksi jadi semua punya hak bicara tidak ada

yang boleh mewakili, tidak saling mewakili bicara. Ya Pak Sofwat silakan.

PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ya sekedar informasi saja kepada Bapak Hamdan Pak Mustofa memang ini agak

unik. Begitu tatib itu di tandatangani oleh Pimpinan ada kesepakatan di Panmus, langsung di

bentuk Pansus Tatib. Untuk menyisir, memperbaiki mana-mana yang tidak sesuai dengan

Undang-Undang. Memang saya selama 3 periode di DPD ini selalu menginginkan supaya

peraturan tatib DPD ini, peraturan internal, peraturan rumah tangga jangan sampai di voting.

Tapi yang terjadi di voting, bahkan waktu divotingpun jumlah yang voting tidak mencapai

50%, bahkan ada yang mempersoalkan. Boleh buka dokumen apa, saya tidak, tidak oke.

Bukan maksudnya ini latar belakang dibentuknya Pansus Tatib ini.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Begini Pak Sofwat supaya jelas, inikan kita ngomong itu supaya cari solusi.

PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL)

Jangan-jangan ngobrol kan ada pimpinan, kemudian memang ada perdebatan kalacu

menurut saya kita ini miskin bahasa. Alat kelengkapan itu terdiri dari pimpinan DPD,

pacnitia kerja, Panitia Perancang Undang-Undang dan lain sebagainya. Sehingga menyatakan

bahwa Pimpinan lembaga atau Pimpinan DPD itu sama dengan seluruhnya. Kalau pendapat

kami sesuai dengan bapak katakan Pimpinan DPD itu pimpinan lembaga. Tidak ada

Pimpinan DPD tidak ada lembaga DPD. Tapai kalau tidak ada komite, tidak ada PPUU, DPD

tetap berada. Oleh sebab itu kalau menurut saya tidak bisa disamakan masa jabatannya,

akhirnya sekarang 2,5 tahun Pimpinan DPD kemudian yang lainpun 2,5 tahun karena sama-

sama alat kelengkapan. Begitu Anggota DPD dilantik hari itu juga harus ada pemilihan

Pimpinan DPD karena jangan sampai ada kekosongan pimpinan lembaga. Dipilih untuk 5

tahun, dilantik oleh Mahkamah Agung untuk 5 tahun, diputuskan oleh Paripurna 5 tahun.

Yang ingin kami pertanyakan apakah boleh ditengah jalan ini dirubah menjadi 2,5 tahun?

Padahal ada azas hukum apabila ada 2 peraturan yang saling bertentangan dan akan

menimbulkan kerugian bagi seseorang yang bersangkutan boleh memilih, mau yang mana

mau dipilih, itu.

Sekarang kami hanyaminta pendapat saja karena kita inikan sedang menggali ilmu

begitu. Kemudian mengenai upaya hukum. Memang kadang-kadang terlalu sederhana, kalau

Undang-Undang tidak setuju ke MK, kalau tatib tidak setuju ke Mahkamah agung. Timbul

pertanyaan kalau publik itu apa kepentingannya dengan tatib, lain dengan Undang-Undang.

Undang-Undang itu untuk mengatur publik makanya publik boleh menggugat ke MK. Dan

tidak mungkin juga ada Undang-Undang digugat oleh Anggota DPR karena DPR yang

membuat makanya menjadi problem bagi kami kalau kami mendengarkan kalau tidak setuju

dengan tatib, kalau memang menganggap tatib bertentangan dengan Undang-Undang ke

Mahkamah agung aja kan lucu begitu.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

14

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Apa pertanyaannya Pak Sofwat?

PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL)

Yang pertanyaannya. Pertanyaannya adalah apabila tatib ini bertentangan dengan

Undang-Undang bagaimana? Sebab kalau upaya hukum tidak mungkin Anggota DPD

menggugat Tatib DPD kalau memang mau disamakan dengan Undang-Undang yang DPR

beda. Tatib DPR pasti orang publik tidak akan menggugat. Kemudian saya kira itu saja dulu.

Terima kasih.

PEMBICARA : ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Pak Ketua, saya ingin menambahi.

Saya apresiasi kepada senior saya karena sudah 3 periode. Mungkin periode 2

periode-periode kemarin ya banyak ya, ya saja tidak mau mengarahkan DPD ini kepada arah

yang lebih baik. Kami ini kelompok 97 semua ini kami ingin supaya lembaga ini kuat baik

dan berguna untuk daerah sehingga lakukan evaluasi kinerja. Bukan hanya Pimpinan DPD,

pimpinan alat kelengkapan mari kita duduk dan sudah disatukan didalam tatib ini. Sekarang

tinggal bagaimana mainnya saja ini, tidak usah kembali kebelakang karena ini sudah terjadi,

tatib pun sudah jalan. Apa yang perlu kita duduk bersama minta pendapat ahli untuk solusi?

Saya kira begitu.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Jadi pakar itu senang sekali kalau terlalu banyak berpendapat orang. Apalagi kalau

banyak berpendapat dengan berbeda-beda maka memudahkan pakar membuat pandangan-

pandangan ya. Jadi saya yakin Pak Hamdan sangat membaca suasana kebathinan ruangan ini.

Inilah suasana DPD dalam bentuk mini Pak Hamdan ini Saudara Pak Mustafa ya. Saya kira

kita dengarkan berikut ini pandangan, pikiran, masukan dari dua narasumber kita dan

masukan tersebut menjadi bahan buat kita bukan lagi untuk di diskusikan dengan narasumber

kecuali ada kesempatan beliau berikutnya kita undang lagi.

Saya mohon dengan hormat Pak Hamdan diberikan komentar tanggapan silakan.

PEMBICARA: Dr. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER)

Baik, terima kasih.

Ini luar biasa dinamikanya rupanya sangat tinggi. Saya tidak ingin menjadi penengah,

tetapi saya ingin memberikan pandangan saya berdasarkan hukum, berdasarkan pandangan-

pandangan saya yang saya pahami, berdasarkan norma hukum dalam pengalaman saya dan

aturan-aturan yang ada. Karena itu, mungkin saya pada akhirnya tidak untuk membela yang

sebelah. Kalau saya memberikan pendapat, mungkin yang sama dengan salah satu pihak

yang ada di sini. Jadi, tetapi kebetulan saja mungkin, mungkin kebetulan saja. Tetapi, dari sisi

hukumnya yang saya, ya sisi hukumnya saja, terserah mau dipakai atau tidak.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

15

Pertama, ini hal yang umum saja dulu yang berkaitan dengan kewenangan. Saya

dalam praktik tadi sudah diungkap para anggota yang terhormat bahwa de jure ya

kewenangan MK itu sudah, tetapi dalam praktik tidak. Lalu, apa kira-kira hal yang terbaik

yang bisa dilakukan oleh DPD? Mungkin langsung saja ke situ. Sebenarnya apa yang

diputuskan oleh MK, normanya adalah merupakan norma konstitusi itu sendiri. Jadi

penafsiran-penafsiran dan norma-norma yang menjadi keputusan MK adalah merupakan

norma konstitusi. Levelnya kira-kira dalam posisi seperti itu, ketika norma itu diputuskan

oleh MK. Kecuali, ada perubahan-perubahan dalam putusan, putus selanjutnya berarti ada

perubahan pemahaman atau penafsiran terhadap norma konstitusi yang sebelumnya. Karena

itu, kalau putusan MK sedemikian gamblang mengenai kewenangan, hak-hak, dan itu

ternyata tidak dilaksanakan dalam porses pembentukan undang-undang yang berkaitan

dengan kewenangan lembaga, khususnya DPD, maka ada dua langkah yang bisa dilakukan di

luar masalah komunikasi. Komunikasi dan lobi ini kan hal yang sangat relatif, lobi dan itu

sangat bergantung kepada kekuatan dan pressure. Ini dalam politik, tetapi saya tidak ingin ke

sana. Kan the politics bagaimana kekuatan mempengaruhi kan begitu. Tetapi begini, apakah

alat memaksa agar lembaga negara yang namanya DPR yang menurut DPD mengabaikan

norma-norma putusan MK, maka ada dua yang bisa dilakukan oleh DPD.

Yang pertama adalah masalah yang terkait dengan sengketa kewenangan

konstitusional, itu yang pertama yang bisa dipersoalkan di Mahkamah Konstitusi. Atau yang

lebih fatal tunggu di ujung, tunggu di ujung ketika undang-undang itu disahkan, maka

undang-undang itu sepanjang tidak melaksanakan proses menurut norma konstitusi yang

digariskan oleh norma putusan MK, maka bisa dimohonkan pembatalan berdasarkan alasan

cacat formal, kira-kira begitulah. Jadi, coba saja test case sekali begitu, ini dari sisi hukumnya

konstitusinya. Ada suatu undang-undang yang seharusnya menurut konstitusi harus

melibatkan pembahasan DPD, tetapi sama sekali diabaikan, maka di ujungnya bahwa

undang-undang itu cacat formal dalam prosedur. Nah kalau MK menyatakan betul adalah

cacat formal, maka undang-undang itu secara formal cacat dan inkonstitusional karena

pengujian itu ada dua, ada pengujian formil, ada pengujian materiil. Jadi kalau saya sebagai

seorang ahli hukum memberikan satu pandangan ya begitulah caranya. Itu yang pertama

berkaitan dengan kewenangan.

Kemudian yang kedua, berkaitan dengan masalah tatib tadi yang lebih spesifik. Saya

ingin memberikan beberapa ilustrasi lebih dulu. Dulu pada saat kita membahas Undang-

Undang Pemerintahan Daerah tahun 2004 sudah terbayangkan kehendak untuk melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak, seluruh kepala daerah tahun 2004, sudah kita bicarakan.

Akan tetapi, ada problem yuridis di sana pada saat itu. Lalu, bagaimana menentukan tanggal

yang pasti karena akan merugikan kepala-kepala daerah yang terpotong masa jabatannya. Ini

adalah persoalan-persoalan ... (kurang jelas, red.) dalam hal keadilan. Sehingga, rumitnya kita

pada saat itu tidak bisa tidak kita, sudahlah laksanakan seperti biasa saja. Nah, apa yang

terjadi dalam perubahan undang-undang yang terakhir mengenai pemerintahan daerah, maka

dibuat dalam tiga tahapan yang serentak. Kenapa? Ini untuk meminimalisir kalau menurut

pandangan saya, untuk meminimalisir banyaknya potongan masa jabatan seorang bupati atau

gubernur yang sudah ditetapkan lima tahun, kira-kira begitu. Ini juga berkaitan dengan tadi

masalah keadilan yang salah satu masalah prinsipil.

Kemudian yang ketiga, dulu Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun

2004 memutuskan bahwa seorang kepala daerah petahana apabila hendak mencalonkan diri

lagi dalam periode sebelumnya, maka enam bulan sebelum pemilihan dia harus

mengundurkan diri sebagai kepala daerah. Ini dibawa oleh salah satu kepala daerah ke

Page 17: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

16

Mahkamah Konstitusi, saya lupa yang mana, zamannya Pak Jimly. Akhirnya, putusan MK

kita bisa baca bersama, MK membatalkan undang-undang itu. Kenapa? Karena, ini juga

berkaitan dengan prinsip kepastian hukum yang adil. Pertama, dia sudah diangkat untuk masa

jabatan lima tahun, tetapi diberhentikan sebelum lima tahun walaupun mengundurkan diri,

mengundurkan diri kan atas kehendak sendiri, tetapi dalam perspektif keadilan, undang-

undang itu dianggap melanggar prinsip kepastian hukum yang adil. Sehingga, Mahkamah

Konstitusi membatalkan kewajiban petahana untuk mundur enam bulan sebelum pelaksanaan

pemilihan karena akan mengurangi hak yang bersangkutan untuk masa jabatan lima tahun

sesuai dengan SK pengangkatan.

Kemudian selanjutnya, untuk suatu di manakah, ini memang undang-undang ini saya

betul tidak ada ketegasan masa jabatan Pimpinan DPD itu berapa tahun, tidak ada. Artinya

menurut saya, dalam kerangka undang-undang ini boleh hal itu diatur secara internal oleh

DPD, ya oleh tatib, itu prinsip hukumnya boleh. Yang jadi persoalan adalah pada saat

pemilihan awal, Pimpinan DPD dipilih untuk masa jabatan 5 tahun dan diangkat berdasarkan

keputusan untuk masa jabatan 5 tahun. Dengan perubahan norma, maka menjadi 2,5 tahun.

Bagaimana posisinya di sini? Saya memberikan satu ilustrasi, Pak, yang mungkin menarik

untuk kita renungkan bersama. Untuk mengubah Undang-Undang Dasar itu menurut Pasal 37

persyaratannya adalah syarat kehadiran ¾ Anggota MPR. Tetapi, syarat menjatuhkan putusan

50 plus 1. Tetapi, syarat untuk memberhentikan presiden di Pasal 7 ayat sekian itu, syarat

kuorumnya adalah ¾, syarat putusannya adalah 2/3. Lebih sulit untuk memberhentikan

presiden daripada untuk mengubah Undang-Undang Dasar, ya kan. Nah, bagaimana kalau

begini? Daripada kita memberhentikan presiden, ubah saja undang-undangnya dari 5 tahun

menjadi 2,5 tahun sehingga presidennya berhenti. Ya sama dengan kudeta konstitusional. Ini

pandangan saya, ini maaf ini pandangan saya. Jadi artinya apa? Tidak bisa diberhentikan

dengan proses biasa, maka diubah Undang-Undang Dasar-nya menjadi 2,5 tahun. Jadi sama

dengan memberhentikan presiden di tengah masa jabatannya, tetapi dengan melalui

perubahan undang-undang. Ini maaf ini pandangan saya mungkin yang agak-agak ekstrem,

tetapi ini ilustrasi yang bisa menggambarkan bagaimana masalah ini diselesaikan dengan

baik. Jadi begitu juga dengan masalah apa lagi, sebentar, ya saya kira analog juga, analog

juga masalah apa. Tetapi, kalau keterkaitan apakah boleh ada pergantian yang ditengah?

Boleh, boleh kalau pergantiannya berdasarkan mekanisme yang sudah diatur dalam norma

sebelumnya. Misalnya Novanto, Novanto berhenti dalam jabatannya tidak 5 tahun karena dia

mengundurkan diri kalau tidak pada saat itu kira-kira berhenti lah oleh suatu proses paripurna

begitu. Ataukah ditarik oleh yang punya kewenangan menurut norma, ada yang mengatur

sebelumnya begitu juga pimpinan komisi di DPR ada mekanisme ditarik oleh pimpinan fraksi

itu juga tidak ada masalah tapi memang norma itu sudah mengatur sebelumnya bahwa

mekanisme itu ada, kira-kira begitu.

Kemudian, ya jadi begini, tadi ada pertanyaan menarik, bagaimana kah, apakah

pengambilan suatu pengambilan keputusan boleh karena keputusan paripurna tidak sesuai

dengan norma Tatib? Menurut azas legalitas tidak boleh, walaupun itu adalah paripurna yang

menentukan legalitas, kecuali prosesnya diubah dulu normanya mulai keputusan baru itu bisa

dilakukan karena apa? Karena kalau itu yang menjadi praktik maka akan terjadi secara terus

menerus pengubahan norma melalui tindakan atau kebijakan yang melanggar azas-azas

legalitas. Jadi itulah cara berpikir hukumnya, ini cara berpikir itu. Jadi apapun putusan, tapi

apakah norma itu bisa digugurkan ada dua cara. Untuk menggugurkan sebuah norma maka

ada dua cara dalam perspektif hukum administrasi. Cara pertama dicabut oleh lembaga yang

mengeluarkannya, kemudian cara kedua adalah dibatalkan oleh pengadilan. Nah jadi yang

Page 18: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

17

satu istilahnya pencabutan yang satu istilahnya pembatalan. Jadi dicabut kembali kalau oleh

pengadilan namanya pembatalan itu dalam perspektif hukum administrasi.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Tadi itu kan Pak Hamdan katakan, ya kalau tidak Mahkamah Agung.

PEMBICARA: DR. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER)

Iya betul, artinya pada tahap akhir terjadi sengketa yang ribut-ribut tidak ada cara

penyelesaian yang lain kalau tidak sepakat jadi Mahkamah Agung. Tapi begini, ada tadi

pertanyan tadi yang belum sempat jawab. Pimpinan DPR maupun Pimpinan DPD hanyalah

pejabat administratif, pejabat administratif yang melaksanakan apapun putusan-putusan dari

lembaga karena itu dia ikut melakukan voting kalau dalam pengambilan keputusan, dia bukan

duduk saja dalam pengambilan keputusan dia ikut dalam penentuan voting. Kalau pada saat

itu dia kalah dia harus melaksanakan apapun putusan Paripurna karena dia adalah pejabat

administratif semata-mata jadi dia tidak bisa meng-cup kira-kira begitu, putusan paripurna itu

karena dia hanya alat kelengkapan dari dewan. Jadi ini saya bicara dari perspektif hukumnya

saja.

Apakah hanya dengan konvensi bisa berlaku sebagai norma atau kah mungkin masa

jabatan? Jadi tadi sudah saya jawab, tapi begini konvensi itu banyak orang salah paham,

konvensi itu sebenarnya bukan norma, artinya kebiasaan yang kalau dilangkah itu rasanya itu

tidak enak, tapi sebenarnya bukan norma hukum. Kalau di Inggris memang ada istilahnya

konvensi tapi konvensi di sana itu terabaikan, diabaikan oleh peraturan perundang-undangan

atau keputusan-keputusan parlemen yang berlandaskan konstitusi.

Saya kira itu, saya tidak jawab satu persatu tapi mungkin mudah-mudahan sudah

terjawab beberapa hal tadi yang disampaikan. Tidak ada suatu mekanisme yang lain kalau

Anggota, begini, kita tidak tahu di Mahkamah Agung tetapi di DPR dulu, di MK khusus yang

berkaitan dengan DPR sudah membuat suatu aturan MK yang memutuskan bahwa khusus

anggota DPR dan fraksi tidak memiliki legal standing untuk mengajukan bisa judicial review

terhadap Undang-Undang yang telah diputuskan oleh mereka sendiri karena mereka kalah

mereka bawa ke DPR, kira-kira begitu

Walaupun saya memiliki dissenting opinion aturan di Mahkamah Konstitusi itu

aturannya. Artinya apa? Saya tidak tahu di MA kalau begini, apakah Anggota DPD yang

kalah dalam voting kira-kira begitu bisa diterima oleh di Mahkamah Agung melakukan

judicial review. Dulu alasan di MK itu adalah nanti setiap Undang-Undang yang dibuat kalah

datang ke MK setiap Undang-Undang yang kalah datang ke MK, tidak selesai-selesai

urusannya kira-kira begitu sehingga diputuskan pada saat itu anggota DPR itu tidak memiliki

legal standing, kalau pun sekali lagi saya dalam hal ini memang memberikan dissenting

opinion tapi itulah aturannya yang berlaku di MK. Saya kira itu Pak.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

18

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Baik, terima kasih Pak Hamdan. Kita dengarkan juga penjelasan dulu tanggapan dari

Pak Fahri siapa tahu justru tertanggapi apa yang Bapak belum ditanggapi tadi kan begitu, kita

hargai karena kita undang Pak beliau Pak Mustofa.

Silakan, bisa mic sebelah kanan, silakan.

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Terima kasih Pimpinan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati. Pak Hamdan pertama saya mohon maaf

karena terlambat dari Depok tadi habis kuliah, ngajar. Saya catat ada 10 kayanya ini dari

rangkuman tanggapan dari Bapak-Ibu sekalian terkait dengan persoalan yang sedang kita

hadapi tapi pertama-tama saya ingin memberikan catatan soal TOR. Di sini disebutkan lex

posteriori derogate legipriori, lex superiori derogate dan lain sebagainya tapi dalam

kurungnya norma hukum yang baru membatalkan norma hukum yang terdahulu dan

kemudian norma hukum yang lebih tinggi tingkatannya membatalkan norma hukum yang

lebih rendah. Saya kira tidak tepat artian dibatalkan ya atau membatalkan. Karena pembatalan

itu harus lewat lembaga peradilan sementara yang kita barangkali terjemahan yang lebih pas

itu mengesampingkan. Jadi normanya sebentulnya masih hidup. Norma aturan yang lebih

tinggi itu masih hidup tapi kebetulan dikesampingkan oleh yang lebih rendah.

Kemudian soal tata tertib yang sedang kita hadapi memang ini bagian dari rule of

prosedural atau internal legalment terkait dengan lembaga DPD dan tapi jangan kita lupakan

bahwa ini juga delegated legislation sebetulnya kalau satu bentuk dari delegated legislation.

Undang-Undang MD3 juga memberikan pengaturan atau mandat secara khusus

pendelegasian kepada DPD secara internal untuk mengatur alat kelengkapan dan lain

sebagainya yang belum diatur di dalam undang-undang didalam tata tertib yang terakhir ini

ada tahun 2016 iya, sudah 6 kali kalau tidak salah melakukan perubahan. Nah, tata tertib ini

sebetulnya bagian dari mengisi kekosongan hukum atau loop holes yang diatur dalam

undang-undang.

Kebetulan terkait dengan masa jabata, di Undang-Undang MD 3 memang tadi

sebagaimana yang kita bahas tidak ada pengaturan yang secara lebih tegas ya di Undang-

Undang MD 3 terkait dengan masa jabatan ketiga lembaga perwakilan kita baik MPR, DPR,

maupun DPD apakah 5 tahun atau 2,5 tahun dan kebetulan diatur kemudian oleh delegated

legislation, oleh Tatib. Yang terakhir dengan kesepakatan bahwa 2 tahun 6 bulan apakah

Pimpinan bisa menolak hasil Paripurna? Saya kira tidak bisa ini tidak diatur veto. Jadi

Pimpinan tidak memiliki veto power untuk kesepakatan yang sudah di buat oleh Paripurna.

Nah problem-nya sekarang kapan itu bisa dilaksanakan Itu problem pertama. Problem

utamanya itu karena kita tidak bisa merobos hukum administrasi negara kalau kita beli tiket

Jakarta-Papua terus kebetulan tiba-tiba kita berhenti di Surabaya itu harus ada force majeure

kenapa kita berhenti di Surabaya, tidak lagi di Papua? Force majeure yang di atur di dalam

Undang-Undang kita Pimpinan Dewan itu bisa berhenti atau kekosongan Pimpinan itu bisa

disebabkan oleh, karena dia wafat, mundur atau diberhentikan, hanya 3 itu saja. Nah ini kan

kita mau berhentikan dia di tengah jalan itu kan, apakah kemudian bisa diberhentikan di

tengah jalan harus ada alasan-alasan yang sesuai dengan undang-undang tentunya kan. Kalau

Page 20: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

19

yang pertama kita, tentu kita tidak inginkan bersama ya wafat, yang paling mungkin yang

kedua meminta beliau mundur. Nah problem-nya kalau beliau tidak ingin, tidak bersedia

untuk mundur diri bagaimana? Dan tadi saya juga sudah cek ternyata di bagian akhir juga

tidak ada transitional close untuk pengaturan soal ini. Artinya bagaimana kita ingin membuat

2,5 tahun ini saat ini juga tidak diatur mekanismenya itu juga problem tidak diatur di dalam

ketentuan peralihan.

Saya kira kalau ingin landing-kan tidak ada cara lain kecuali meminta beliau mundur,.

Kecuali Bapak Ibu sekalian merelakan beliau sampai selesai masa jabatan, saya kira tidak ada

cara lain karena kita juga tidak bisa menerobos Undang-Undang MD3 sendiri karena cara-

cara memberhentikan Pimpinan memang sudah diatur spesifik oleh Undang-Undang MD3.

Apa boleh berlaku surut, hukum administrasi negara tidak mengatur berlakuan surut. Ketika

seseorang sudah diangkat, dilantik jangka untuk 5 tahun selesai sampai 5 tahun. Jadi ada

problem memang di sini.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

(berbicara tanpa mic, red)

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Lanjutkan, bukan pemilihan ulang.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

(berbicara tanpa mic, red)

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Diganti oleh wakilnya.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

(berbicara tanpa mic, red)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

Baik, baik. Yang intinya di sini adalah hukum administrasi negara tidak mengatur

istilah berlaku surut pada sebuah keputusan begitu yah saya tetapkan sekarang berlaku di

hitung mulai dari 2014 ke depan, tidak bisa begitukan hitungannya?

Jadi saya ulang, saya ulang biar konkrit saya kira biar pas di pikiran kita sama. Saya

masa jabatan saya putuskan misalnya 2,5 tahun hitungannya itu berarti 2,5 tahun saya mau

hitung dari Agustus dan itu masa jabatannya Agustus bukan Oktober, masa pelatikan Oktober

yah Agustus itu adalah masa jabatan pergantian pimpinan alat kelengkapan yaitu adalah awal

Page 21: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

20

tahun sidang dan masa sidang. Awal tahun sidang bagi DPD maupun DPR kalau di hitung

dari situ maka 2,5 tahun ini adalah bulan Februari atau Maret 2017. Saya buat peraturan masa

berhenti 2,5 tahun sebagai masa jabatan pimpinan saya ketua komite maka kalau saya mau

menghitungnya dari agustus 2014 ke Maret 2017 ataukah ketika saya tetapkan Tatib misalnya

Tatib ditetapkan April 2016 ke sekian 2018. Nah kira-kira dari hukum administrasi mana

yang..

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Kalau peraturan kan beda dengan beschikking Pak. Keputusan pejabat publik itu kita

menyebutnya beschikking, cputusan penetapan dan itu yang saya maksud tidak berlaku surut.

Beschikking atau keputusan untuk pengangkatan pelantikan pimpinan 2014 sampai 2019 dan

itu harus dilihat SK-nya atau kepresnya barangkali di sana kan juga tertera ya kan nah itu

yang saya maksud dan setiap beschikking itu tentu dia menyandarkan pada konsideran

peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang dirujuk itu yang

kemudian tidak bisa diganggu gugat.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (KETUA PANSUS TATIB

DPD RI)

Jadi begini, tidak usah.. Kita hanya mendengarkan tanggapannya jadi bukan mencari

benar atau salah dari dia, kita mau cari pandangannya kan begitu dari beliau-beliau ini.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, SE., M.Si (NTT)

Satu menit saja.

Oke, terima kasih Pak Mustofa.

Tadi dibilang kalau dari Papua ke Jakarta turun ke Makassar force majeure, ketika di

lembaga misalnya kita evaluasi kinerjanya tidak benar lakukan mosi tidak percaya. Apakah

ini, apakah ini bukan force majeure? Begitu kan pertanyaanya.

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Itu ada di Undang-Undang MD3 Bapak dia bisa diberhentikan jadi ada proses

impatchment menit katakanlah begitu. Tapi tentu kita harus cek lagi prasyaratnya apakah ada

yang sesuai atau tidak begitu. Kalau tidak sesuai, ya berarti pelanggaran hukum yang

dilakukan oleh upaya untuk mengkudeta itu ya jadinya inkonstitusional, bisa dikatakan

demikian.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Pak Benny, satu menit.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

21

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Tadi disampaikan bahwa tidak ada undang-undang yang mengatur tegas kaitan

dengan perubahan masa jabatan pimpinan dari 5 tahun ke 2,5 tahun. Maka, jika tidak diatur

secara tegas oleh undang-undang, bisa diatur dalam tata tertib. Saya sependapat dengan

pendapat itu. Tetapi, tadi Pak Hamdan menarik sebuah ilustrasi pendekatannya ke presiden.

Jika Presiden dipaksa diturunkan 2,5 tahun dari 5 tahun, maka bisa dikatakan ini kudeta

konstitusional. Nah ini ilustrasinya tidak masuk begitu dengan tema, kaitan dengan masa

kepemimpin alat kelengkapan atau Pimpinan DPD karena masa jabatan Pimpinan DPD tidak

tegas diatur oleh undang-undang, tetapi presiden diatur oleh Undang-Undang Dasar

disebutkan lima tahun. Maka saya setuju, ketika presiden masa jabatan dan wakil presiden

diatur secara tegas oleh Undang-Undang Dasar dan jika harus diberhentikan di tengah jalan,

itu kudeta konstitusional, jadi tidak masuk dengan pendekatan kepemimpinan DPD tadi.

Kemudian, Pimpinan tidak mempunyai hak veto power, saya setuju Pak Fakhri ya,

tetapi tadi juga Pak Fakhri menyebutkan kalau pun harus mengganti pimpinan di tengah

jalan, maksudnya dari 5 tahun ke 2,5 tahun itu harus ada mekanisme yang mengatur. Pansus

inilah diberikan mandat oleh lembaga kami untuk mengatur mekanisme ini. Jadi, keputusan 5

tahun ke 2,5 tahun sudah diambil dalam tata tertib ya, pimpinan akhirnya dengan cara dipaksa

dan timbulnya kegaduhan akhirnya menandatangani, karena dulu pimpinannya bohong ini ke

publik ngomong di koran, “Kami tidak mau tanda tangan karena ini bertentangan dengan

undang-undang”. Kan menipu rakyat ini karena tadi Pak Hamdan sudah menjelaskan

tanggung jawab administrasi harus tanda tangan, tidak ada alasan apa pun. Nah Pansus inilah

yang sedang ditugaskan untuk merumuskan mekanisme pemberlakuan keputusan tata tertib

dari 5 tahun ke 2,5 tahun. Nah tolong bantu kami tentang mekanisme-mekanisme yang akan

mengatur tpemberlakuan itu.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Pandangannya ya, pandangan.

Pak Gafar.

PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)

Terima kasih Pak, Pak Hamdan dan Pak Mustafa ya.

Bahwa aturan administrasi tidak ada yang berlaku surut. Pengertian tidak berlaku

surut berarti pada waktu ditetapkan berlaku dia pada waktu itu, itu pemahaman saya. Dan

barangkali yang disampaikan oleh Bapak juga. Dengan demikian, tidak ada suatu argumen

yang lain.

Kedua, antara keinginan dengan norma yang belum dijawab, apakah kita berpihak

kepada keinginan atau berpihak kepada norma? Kalau memang harus ada pilihan. Jika

memang terjadi force majeure ternyata menang yang berkeinginan, lalu pihak norma apa

sikapnya jika ini bisa dipertanggungjawabkan secara norma? Itu Pak, bagaimana Pak?

Page 23: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

22

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Iya, selesai Pak Gafar. Jadi sedikit lagi, Bu Eni silakan.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT)

Hanya ada ganjalan saja, begini Prof.

Masa pemberlakuan pimpinan ini masa jabatannya kan dari surat keputusan,

beschikking ada surat keputusan Mahkamah Agung dulu 2014 sampai 2019, oke. Nah itu

apakah termasuk itu yang dimaksud dengan tadi kebutuhan yang ketetapan atau beschikking

tadi. Nah kemudian, ya putusan, kemudian dalam periode antara 2014–2019 ini kami

membuat tatib dengan 2,5 tahun. Tadi dikatakan bahwa ketetapan tersebut tidak bisa berlaku

surut, berarti tidak bisa diganggu gugat apabila ada tidak hal, tidak ada hal-hal yang sesuai

dengan konstitusi, antara lain tadi berhalangan tetap, terus tadi ada hal-hal yang lain-lain. Nah

yang dimaksud dengan teman-teman itu tadi, apabila ada hal yang tidak cocok dengan apa

yang diinginkan oleh anggota, maka apakah anggota berhak untuk memberhentikan dengan

mekanisme tatib tadi atau bagaimana mekanismenya agar menjadi legal begitu? Yang itu

yang saya dapat tangkap.

Yang saya lebih mungkin kedepankan ada satu lagi hal, antara Pimpinan DPD RI

dengan Pimpinan Alat Kelengkapan ada beda. Pimpinan DPD RI tidak ada aturannya di MD3

masa jabatannya, akan tetapi alat kelengkapan lain di luar Pimpinan DPD itu sudah jelas

diatur ya. Berarti bertentangan dengan MD3, ada di sini. Setiap awal tahun sidang, maka alat

kelengkapan itu bersidang untuk menentukan pimpinannya yang dipilih oleh anggota alat

kelengkapan tersebut setiap awal tahun masa sidang. Nah itu sudah jelas sudah yang saya tadi

sampaikan Pak. Jadi beda, di sini ada perbedaan, kalau di alat kelengkapan lain di luar

Pimpinan DPD itu sudah jelas diatur di MD3. Nah yang menjadi permasalahan

sepengetahuan saya yang minim dengan aturan-aturan hukum, bahwa seberat apa pun,

sebesar apa pun undang-undang yang berada, atau aturan apa pun yang berada di bawah

undang-undang itu ketetapannya itu harus disesuaikan dengan undang-undang. Berarti ini

tatib ini bisa menyesuaikan dalam hal ini apabila hal yang bertentangan dengan MD3. Nah,

ini pintu masuknya, apakah tatib yang sekarang ini bisa langsung mengubah hal-hal yang

bertentangan dengan MD3 untuk kemudian untuk disesuikan dengan MD3. Ini ada cerita lain

antara Pimpinan DPD dengan Pimpinan alat kelengkapan. Demikian.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Baik, baik.

Pertama Pak Hamdan, Pak Fakhri, kita sepakat tadi beschikking ya tatib itu. Tidak,

tatib kelasnya, peraturan, beschikking bukan? Apa regeling? Regeling toh. Paham dan di

MPR itu ada keputusan ada ketetapan. TAP itu untuk Indonesia TUS itu untuk Anggota

MPR. Tatib itu TUS berarti ya, kelasnya TUS tadi kan. Oleh karena itu kemudian, tidak tepat

kemudian kalau didalam DPR, legislatif, itu kemudian ada kata yang namanya berlaku surut.

Setyanovanto dan Ade satu masa jabatan, masuk kepemimpinan itu, kepemimpinan, periode

Page 24: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

23

kepemimpinan DPR. Jadi oleh karena itu apakah tepat menggunakan kata berlaku surut itu

kecuali kalau TAP. Ini yang saya kira, saya minta konfirmasi.

Lalu yang kedua, ini minta konfirmasi lain lagi adalah, Tatib, kelasnya lebih tinggi

daripada keputusan dibawah Tatib didalam DPD. Misalnya, SK kami ini, SK Pansus, ini kan

posisinya di bawah Tatib ini, posisi hukumnya, ini ada yang menarik ini bahwa antara Tatib

dengan Keputusan Pansus ini akan juga menjadi perdebatan kita didalam, ini aneh,

seharusnya kita malu ini hal seperti itu. Jadi saya kira, saya ingin konfirmasi tentang dua hal

tadi, soal TUS dan soal yang berkaitan dengan apakah tepat penggunaan kata berlaku surut

itu?

PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H (KALSEL)

Sedikit saja Pak, apa yang disampaikan Pak Muqowan antara Setyanovanto dengan

Ade Komarudin tidak pas karena DPR tidak mempersoalkan masa jabatan sedangkan yang

kita persoalkan sekarang adalah masa jabatan, bukan orangnya apalagi kolektif kolegial,

masa salah satu orang semuanya mau diubah saya kira.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Itu, itu tak usah kita entar saling-saling ini ya, kita mau mendapatkan ilmu dari kedua

narasumber kita begitu ya, bahkan pendangan beliau berdua saja bisa saja kita berbeda oleh

karena itu jangan kita mau membuat pendapat kita menjadi pembenaran bagi pakar. Saya

mau pakar menjadi pembenaran pandangan kita. Pak Zulfa saya persilakan Pak.

PEMBICARA : DR. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER)

Jadi saya sebenarnya termasuk yang merasa aneh, ada di Undang-Undang Pemda

terakhir yang memberikan kewenangan kepada Kemendagri untuk membatalkan peraturan

daerah itu. Sebenarnya yang benar itu Undamg-Undang yang lama. Ya Undang-Undang yang

lama. Jadi boleh dibatalkan dan challenges untuk dibawa ke harus diputuskan oleh

Mahkamah Agung karena Perda itu dasarnya Undang-Undang Dasar. Di Undang-Undang

Dasar itu pemerintah daerah dapat membuat peraturan daerah dalam melaksanakan

otonominya dan ini diperkuat dengan undang-undang. Jadi sebenarnya konsianor norma

konstitusi yang tidak bisa dengan mudah dibatalkan begitu saja oleh kementerian dalam

negeri.

Ini persfektifnya agak sedikit salah melihat pada hirarki ekskutif dalam sistem

pemerintahan kita karena kepala daerah itu adalah hierarkinya dibawah ekskutif di presiden,

dibawah ekskutif garisnya begitu, dalam kelompok eksekutif maka dia adalah bawahan dari

ekskutif padahal tidak bisa dimaknai secara, secara mudah seperti itu karena ini agak-agak

rumit karena dipilih langsung karena ada peraturan norma-norma Undang-Undang Dasar dan

norma-norma sebagainya. Karena itu sebenarnya saya termasuk merasa aneh ada, ada

undang-undang yang seperi itu ya, dibatalkan dengan mudah begitu. Saya sampaikan bahwa

orang sudah capek-capek dialog dengan masyarakat dengan gubernur, dengan bupati dengan

Page 25: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

24

DPRD, dibahas terus-menerus mengundang ahli segala dalam semalam dibatalkan karena

3000 lebih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Maaf, dievaluasi sebelumnya oleh mendagri.

PEMBICARA : DR. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER)

Ya jadi ini bagi saya gak pas gitu tapi ini komentar bagi saya.

Yang kedua memang ada masalah. Undang-Undang Dasar mengadakan kewenangan

mengajukan rancangan undang-undang dan kewenangan ikut membahas rancanangan

undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukkan pemekaran dan

penggabungan daerah mengenai sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta

hubungan keuangan pusat dan daerah. Pasal 22 D Ayat (1) atau ayat (2) itu.

Nah kalau mengenai otonomi daerah, kalau mengenai otonomi daerah yang berkaitan

dengan pembentukkan, pemekaran, penggabungan itu masalahnya sangat sederhana karena

objeknya jelas tapi yang berakaitan dengan sumber daya alam maka Undang-Undang yang

mana sajakah yang berkaitan dengan sumber daya alam maka itu akan bisa mencakup hampir

semua undang-undang, itu satu. Kemudian yang berkaitan dengan hubungan pusat keuangan

dan daerah maka teramasuk mengenai anggaran apa yang dibuat oleh banggar itu, itu lah

yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang harus merupakan

kewenangan DPD untuk ikut membahas karena itu pada saat itu saya memberikan saran, ya

sudah diatur dalam undang-undang itu, undang-undang yang mana saja yang dimaksud secara

spesifik biar tidak terjadi sanketa gitu.

Jadi ini memang perlu penegasan perlu diatur undang-undang yang dimaksud dengan

undang-undang yang mengenai sumber daya alam, sumber daya ekonomi yang lainnya mana

saja? Itu didetailkan disana, kemudian undang-undang yang mengenai perimbangan

keuangan pusat dan daerah itu yang mana saja itu lebih didetailkan kesana. Memang undang-

undang dasar tidak memberikan satu guidances yang pasti, bahkan di undang-undang dasar

diayat selanjutnya itu yang berkaitan dengan APBN, yang berkaitan dengan APBN, DPD

hanya memberikan pertimbangan. Padahal ya APBN itu terkait juga dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah. Jadi ini yang perlu apa diatur secara tegas dalam undang-undang

jadi pekerjaan selanjutnyalah untuk Pak Muqowam lah ya. Jadi pimpinan partai ya jadi itu.

Kemudian yang kedua, begini, mengenai pimpinan, jadi pendangan saya begini Pak.

Masa jabatan memang tidak diatur dalam Undang-Undang maupun juga dalam tatib pada

saaat awal pertama sekali ketika pimpinan diangkat. Pertanyaannya, dalam berapa tahunkah

masa jabatan pimpinan itu kita kembali kepada pikiran bening kita pada saat pengangkatan

pikiran yang belum ada pengaruh apa-apa gitu. Itu dapat dilihat pada SK pengangkatannya

maka maknanya walaupun tidak diatur dalam undang-undang dan walaupun tidak diatur

dalam tatib masa jabatan itu adalah keputusan administratif itu. Ini pemaknaannya, itu

Page 26: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

25

administratif itu, karena apa? Karena pada saat itu begitulah kesepakatan semua pihak pada

waktu itu.

Nah, yang dimaksud tadi begini, ini menurut saya berlaku surut apakah masa jabatan

yang 2,5 tahun diatur dalam Tatib yang baru berlaku juga untuk pimpinan yang sudah

diangkat untuk masa jabatan 5 tahun pada awal masa periode? Nah kalau berlaku kesana itu

berlaku surut kalau berlaku kesana, itu namanya berlaku surut tapi kalau untuk kedepan tidak

berlaku untuk suatu jabatan yang sudah ditentukan sebelumnya itu namanya kedepan tapi

kalau sudah menyentuh kesana, itu sudah masuk dalam makna yang berlaku surut itu.

Nah Undang-Undang Pemda itu memberikan solusi, pemda itu. Nah, bagaimana

dengan orang yang sudah diangkat 5 tahun maka dia dikasihlah konpensasi undang-

undangnya membatasi masa jabatan dia karena ikut dalam pemilihan secara bersamaan

konpensasi berapa tahun dia tidak yang 105 tahun, konpensasi dia, jadi Undang-Undang

Pemda ada, ya di konpensasi dia, jadi itu anunya, di SK itu, ya di SK-nya itu betul, ya di

konpensasi. Nah ini untuk memenuhi untuk landing-nya ini tadi kalau-kalau di saya

mengambil ilustrasi saja, kesana kira-kira begitu.

PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, MM (RIAU)

Mohon maaf Pak maksudnya keputusan dari suatu aturan itu boleh gak berlaku surut

oh secara formal keilmuwan?

PEMBICARA : DR. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER)

Prinsip umumnya menurut normanya tidak boleh. Normanya tidak ada, normanaya

tidak berlaku surut karena itu prinsipnya keadilan ya.

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH.,MH.,LL.M (NARASUMBER)

Saya rasa keinginan versus norma tadi ya.

Keinginan kalau saya ganti kata lain, aspirasi barangkali ya, aspirasi versus rule of

law. Jadi kalau demokrasi tidak sesuai dengan rule of law namanya anarki. Jadi memang

aspirasi atau keinginan itu harus sesuai dengan norma, normal juga harus sesuai dengan

keinginan masyarakat gitukan atau keinginan dari pembentuknya. Jadi saya kira itu 2 hal

yang tidak dapat dipisahkan. Norma juga harus berangkat dari keinginan atau original intern

dari para pembentuknya.

Yang kedua, soal tadi saya agar bisa sesuai dengan MD3 gimana? Tadi sempat diulas

jugakan soal review-nya soal pra peradilan atau lewat lembaga pembentuknya. Nah tadi kalau

mau di-challenge MA, Tatib di-challenge MA inikan kita diskusi aja ya apakah bisa

pembentuk tatib itu kemudian ke MA? Saya kira banyak juga peraturan Undang-undang itu

yang dibawah undang-undang itu di-challenge ke Mahakamah Agung lewat LSM ya. Jadi

mereka berfungsi sebagai fame of the court ya bukan pembentuk Undang-Undang itu frame

of the court memang harus dicek juga legal standing-nya apakah memungkinkan atau tidak.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

26

Terus terkait dengan test case untuk Pasal 20 D Ayat (2) ya tadi terkait dengan ikut

membahas rancangan undang-undang saya kira banyak momentum yang ternyata diabaikan

pimpinan DPD. Banyak sekali rancangan undang-undang yang sebetulnya bisa di-challenge

ke MK lewat pengujian pormil tadi. Nah saya kira bahkan Mk juga menunggu-nunggu dia

sepertinya, saya yakin sekali Mahkamah Konstitusi itu ingin agar putusan mereka itu dipatuhi

oleh DPR. Caranya lewat challenge uji formil jadi harus di-challenge via uji formil terkait

dengan undang-undang yang memang sudah diatur dalam undang-undang dasar. rancangan

undang-undang yang berkaitan dengan sumber daya alam, sumber daya ekonomi lainnya.

Sumber ekonomi lainnya banyak sekalikan bahkan undang-undang tax amnesty pun dikaitkan

kesana.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Baik

PEMBICARA : MUSTAFA FAKHRI, SH., MH., LL.M (NARASUMBER)

Terus kemudian yang terakhir tadi terkait dengan bagaimana me-landing-kan safe the

best for last. Pertama barangkali pansus ini bisa mendesain kembali saya enggak tau ya

kewenangan pansus apakah bisa memunculkan norma baru yang tidak sempat dibahas di

paripurna kalau itu, kalau Pansus memiliki kewenangan tersebut maka saya menyarankan

agar dibuat transtitional clause atau aturan peralihan terkait dengan bagaimana mengekskusi

masa jabatan 2,5 tahun tadi. Itu harus diatur dalam peraturan peralihan terus kemudian jadi

ketentuan atau norma ini bisa kemudin mengesampingkan aturan umum dan atau lewat

proses impeachment kalau itu memang masih punya napas barangkali Bapak Ibu sekalian.

Via Pasal 52 Ayat (3) poin B atau jadi devil advokat ini. Entah dia mengundurkan diri atau

saya gak tahu apakah tidak hadir dalam sidang yang artinya alasan itu harus sesuai dengan

norma, ya harus sesuai dengan norma. Kalau tidak ya nanti saya khawatir akan terjadi upaya

balas dendam. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M (KETUA PANSUS

TATIB DPD RI)

Baik terima kasih Pak Mustafa.

Sekali lagi Bapak Ibu sekalian, kita bukan mau kita mendapat banyak masukkan dan

kita sudah peroleh itu, menurut saya terutama dari Pak Hamdan dan saya kira sudah,

waktunya cukup ada narasumber lagi ya bahkan dulu juga ada pandangan begini, kalau 3

pakar hukum biasanya juga 3 pandangan berbeda itu kata ini tapi saya tidak seperti itu. Yang

saya pahami itu mana yang paling aktual, objectif pandangannya.

Pak Mustafa seandainya sewaktu-waktu anda punya kesempatan bisa mencoret-coret

sedikit tentang bagaimana sumbangsih pemikiran kepada kami bagaimana apa yang disebut

Page 28: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan

RDPU PANSUS TATIB DPD RI MS I TS 2016-2017

KAMIS, 1 SEPTEMBER 2016

27

oleh Pak Muqowam itu me-landing-kan di peraturan-peraturan peralihan terhadap penjabaran

ini. Sebenarnya itu tugas pokok kami di Pansus, menjabarkan ini dalam bentuk bagaiman ini

mengatur di peraturan peralihan. Kalau ada catatan-catatan tertulis anda nanti, Bapak nanti

sangat berharga buat kami, terima kasih.

Saya sengaja minta kepada yang muda-muda karena biasanya lebih segar daripada

kami cara berpikirnya. Saya tidak minta kepada Pak Prof. Ramdan karena ya, baik sekali lagi

ya atas nama Pansus sekali lagi mengucapkan terima kasih Pak Hamdan pak Mustofa atas

kesediaannya hadir kesediaannya memberikan pemikiran-pemikiran amat sangat berharga

buat kami pansus dan dinamika antar kami biarlah ada diruangan ini, biarlah Bapak

melihatnya dalam ruangan sini tapi inilah nuansa DPD. Memang harusnya diatur nanti di

Undang-Undang Dasar 1945 lebih konkrit, tidak ada fraksi, tidak ada, antar provinsi saja

kami berbeda karena tidak juga ada disana pimpinan dan dipimpin, semua memimpin diri

sendiri, disinilah demokrasi tak terbatas sehingga tidak menjadi demokratis lagi karena

demokrasi kalau tidak terbatas itu ya sudah anarkis juga.

Terima kasih sekali lagi Pak, mohon maaf kalau ada kurang berkenan, ada perasaan

yang terganggu karena forum ini Pak Hamdan, Pak Mustofa.

Bapak Ibu semua terima kasih banyak. Kita ketemu lagi pada Kamis yang akan

datang dengan narasumber yang lain. Saya tutup sore ini dengan mengucapkan

alhamdulillahi robbil 'alamin

KETOK 3X

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore.

RAPAT DITUTUP PUKUL 15.56 WIB