DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam...

12

Click here to load reader

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

Nomor: RISALAHDPD/KMT.I-RDPU/I/2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

RDPU KOMITE I DPD RI TENTANG PENYUSUNAN RUU ETIKA

PENYELENGGARAAN NEGARA

MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017

I. KETERANGAN

1. Hari : Senin

2. Tanggal : 30 Januari 2017

3. Waktu : 10.31 WIB - 11.26 WIB

4. Tempat : R.Sidang 2A

5. Pimpinan Rapat :

1. Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua)

2. H. Fachrul Razi, M.IP (Wakil Ketua)

3. Benny Rhamdani (Wakil Ketua)

6. Sekretaris Rapat :

7. Acara : Menginisiasi penyusunan RUU tentang etika

penyelenggaraan negara dengan narasumber Deddy Supriady

Bratakusumah, Ph.D. dan Prof. Dr. Eko Prasojo.

8. Hadir : Orang

9. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 1

II. JALANNYA RAPAT :

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak Nono saya buka dulu aja Pak Nono. Nanti kemudian yang isi beliau

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Syukur alhamdulillah. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

pertama-tama mari kita bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT yang

alhamdulillah kita semua masih diberi kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan tugas-

tugas konstitusional kita dalam keadaan sehat walafiat.

Ibu dan Bapak sekalian, kalimat selamat pagi itu Pak Nono, semangat pagi gitu kan,

Pak Idris, selamat pagi, itu sebetulnya sebuah motivasi untuk kita sekalian ini. Kalau selamat

malam sudah saatnya tidur. Selamat sore itu sudah tidak ada tenaga lagi. Selamat pagi, gitu

sehingga itu menjadi motivasi sebetulnya. Kita tanggal 11 itu masih ngomong selamat pagi

sayangnya.

Pak Deddy dan Bapak Ibu sekalian, hari ini kita rapat dengar pendapat dengan dua

orang semestinya. Satu adalah Pak Deddy Bratakusuma. Ph.D. Beliau ini adalah deputi

Kemenpan RB, Deputi Bidang Tata Laksana Kemenpan RB. Seharusnya ini ada Pak Eko

juga yang hari ini menjadi Dekan Fakultas Ilmu adminstrasi UI, yang mantan Wakil Menteri.

Mungkin beliau masih sibuk atau masih dengan Tina Talisa, enggak tahu ini karena kemarin

sempat menjadi moderator dalam debat pilkada DKI Jakarta. Oleh karena itu sebelum saya

memberikan kesempatan kepada Pak Deddy, saya ingin membuka dengan ucapkan

bismillahirahmanirrahim

KETOK 1X

Rapat dengar pendapat ini dengan membahas agenda tentang etika penyelenggaraan

negara dibuka dan terbuka untuk umum.

Pak Deddy, saya kira Bapak sudah sering datang ke ruangan ini. Sebelah kanan saya

Pak Fachrul Razi kemudian sebelah kanan di meja anggota adalah Pak Nono Sampono .

Sebelah kiri saya ada Pak Rizal Sirait. Kemudian yang mendampingi adalah yang sebelah

kanan Pak Rizal adalah Pak HMI, H. Muhammad Idris. Jadi kalau kami itu keluarga dan

anggota hasil Muhammad Idris.

Bapak dan Ibu sekalian, saya ingin memnberikan beberapa latar belakang Pak Deddy.

Reformasi birokrasi itu ada beberapa undang-undang yang harus dibuat. Undang-Undang No.

5 saya kira sudah kemudain Undang-Undang yang berkaitan dengan pelayanan publik juga

sudah, kemudian undang-undang yang belum itu masih banyak, ada 4 atau 5 undang-undang

dan ketika kita bicara mengenai Prolegnas maka ada satu RUU yang harus diselesaikan

adalah RUU mengenai etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini sudah mengemuka

di ’98, reformasi itu juga salah satunya memutuskan adanya TAP tentang pokok-pokok

reformasi bangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai

haluan negara. Kemudian ada TAP/2000 tentang pemantapan persatuan dan kesatuan

nasional. Kemudian ada TAP 6 tentang etika kehidupan berbangsa. Kemudian ada TAP 8

tentang rekomendasi arah kebijakan pemberantasan dan pencegahan KKN amanat penerapan

etika dan RUU ini merupakan bagian dari longlist 2015-2018. Nah karena itu Pak Deddy,

RAPAT DIBUKA PUKUL 10.31 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 2

kami ada tim ahli. Tim ahli itu kita minta ada temen-temen dari dalam, ada Pak Fadli

kemudian ada Saudara Fahriza, kemudian ada Saudara Wawan, ada saudara Sudarman ya

kemudian juga ada teman-teman dari luar dan yang sudah bersedia untuk menjadi tenaga ahli

itu ada Mas Yudi Latif ada Kang Enceng kemudian beberapa kawan lagi. Saya kira Pak

Deddy saya mohon jangan liat forumnya tapi liat substansi yang akan kita bawa sehingga

teman-teman tenaga ahli itu menjadi basis pengetahuan kita untuk memastikan bahwa NA

dan RUU itu menjadi, harus menjadi sesuatu yang kompetensinya tinggi. Nah saya kira Pak

Deddy, saya mohon maaf sekali lagi karena harus berangkat ke MK Pak. Pak Fachrul sebagai

Pimpinan Komite I akan melanjutkan ini. Saya dan Pak Nono izin untuk ke MK ya ketemu

untuk dalam sidang bukan ketemu dengan seseorang hakim MK itu tidak. Saya kira demikian

Pak Fachrul. Mohon maaf. Selanjutnya kami silakan kepada Pak Fachrul untuk memimpin

ini.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI,MIP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Ya silakan Pak Nono. Semoga sukses di MK.

Baik, karena kita juga sudah melewati 30 menit dari jadwal yang telah ditentukan,

saya pikir tidak ada perpanjangan lagi pengantar yang sebagaimana telah disampaikan oleh

Pak Muqowam sebagai Ketua Komite I. Saya rasa kepada Pak Deddy Bratakusuma yang hari

ini juga sudah hadir Pak, ada beberapa anggota yang sebenarnya masih dalam perjalanan

tentunya menunggu kehadiran senator yang lain dalam perjalanan saya pikir bisa kita mulai

karena juga staf ahli juga sudah hadir di sini . Baik kepada Pak Deddy waktu dan tempat saya

persilakan.

PEMBICARA: DEDDY SUPRIYADI BRATAKUSUMAH. PH.D (NARASUMBER)

Terima kasih Pak Wakil Ketua.

Yang terhormat Anggota.

Kebetulan kami ditugasi atau diundang untuk memberikan ya katakanlah masukan

untuk konsepsi, kalau saya katakan rencana undang-undang etika penyelenggara negara .

Kalau kita lihat bahwa etika ini diartikan oleh misalnya kita ambil dari kamus besar Bahasa

Indonesia adalah apa yang baik dan apa yang buruk dan ihwal hak dan kewajiban moral .

Pengertian pertama. Pengertian kedua, kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak, dan yang tiga nilai mengenai benar dan salah yang di anut satu golongan. Ini lah ada

pengertian apa itu etika. Ya kalau keseharian barangkali etika ini diartikan sebagai yang

buruk dan yang baik. Kalau orang Jawa bilang bilang yang boleh dan yang .... (tidak jelas,

red). Kalau orang Sunda bilang yang pamali dan tidak. Jadi seperti itu itu adalah etika kalau

menurut itu. Kita lihat berikutnya bahwa bada ahli dari Inggris Germany mengatakan bahwa

moral ethics is normative. Memang yang namanya etika ini bersifat normatif yang didasarkan

kepada apa yang kita percayai atau kita yakini itu adalah baik atau buruk kemudian dinilai

dengan sistem nilai yang kita anut ya dan akhirnya bahwa kita percaya bahwa itu adalah atau

kita harus baik dan bagaimana untuk mencapai kebaikan tersebut. Ini kira-kira begitu .

Daripada hakekatnya Bapak Ibu sekalian, etika itu adalah penerapkan value atau nilai-

nilai. Value itu bisa juga didasarkan kepada budaya ya terutama budaya kalau secara umum

itu juga di beberapa negara dipengaruhi oleh agama, adat istiadat dan sebagainya . Dan dari

budaya inilah karena didalam budaya dan katakanlah agama itu bersifat abstrak

dikongkritkan dalam bentuk etika ini. Jadi etika adalah penjawantahan dari nilai-nilai idil

suatu bangsa. Kalau kita nilai idilnya ideologi kita nilai Pancasila, nilai etika ini bagaimana

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 3

mengkonkritkan Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk norma atau hukum

atau aturan khusus. Itu begitu ininya tingkatannya.

Berikutnya kalau kita gambarkan secara diagramatik itu budaya akan terdiri dari

logika, etika dan estetika. Ini para ahli mengambarkan seperti ini. Yang terkait dengan logika

adalah ilmu pengetahuan dan sains dan teknologi itu berada di logika. Sementara estetika

adalah yang menyangkut seni bahkan orang kadang-kadang menyederhanakan seolah-olah

kebudayaan sama dengan kesenian, kan begitu. Iya betul bahwa seni itu bagian dari budaya

tersebut Sementara yang terkait dengan apa yang kita bicarakan pagi ini adalah hal yang

kedua ini, etika, dari budaya ada logika, etika dan estetika. Nah etika turunannya adalah

norma. Norma yang menyangkut pribadi yaitu agama atau religi dan kesusilaan, sementara

kalau hubungan antara pribadi, norma tersebut adalah menyangkut kesopanan dan hukum.

Nah yang kita inginkan sekarang norma yang menyangkut antar pribadi ingin kita

masukkan atau kita tuangkan didalam sebuah hukum yang disebut oleh Undang-Undang

Etika Penyelenggara Negara, karena di situ menyangkut hubungan antara atau perilaku

penyelenggara negara dan masyarakat. Ini konsep yang sedang kita bicarakan.

Selanjutnya, apa itu guna etika dalam penyelenggaraan negara? Saya kira ini semua

adalah hal-hal ideal yang kita ingin capai untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan

efisien untuk mencegah penyalahgunaan sumber daya negara untuk kepentingan pribadi dan

golongan, untuk mendorong pengutamaan kepentingan masyarakat dan sebagainya. Jadi

intinya adalah bahwasannya penyelenggara negara ini harus mengutamakan kepentingan

masyarakat daripada kepentingan pribadi dan bebas dari yang kita kenal sebagai KKN.

Selanjutnya, siapa itu penyelenggara? Ini sudah tertuang di dalam Undang-Undang

Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN. Di sana

disampaikan bahwa penjabat negara adalah yang menjalankan fungsi eksekutif atau legislatif

atau yudikatif dan penjabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan

penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Jadi ini

yang dimaksud dengan penyelenggaraan negara menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun

1999. Dan tadi disampaikan oleh Pak Ketua berbagai konsideran yang mengamanatkan

penerapan etika ini, dari mulai TAP MPR Nomor 10 tahun ’98, Nomor 5 tahun 2000, di situ

menyangkut etika. Saya kira Nomor 6 tahun 2001 dan TAP Nomor 8 tentang rekomendasi

arah kebijakan. Jadi 4 TAP MPR ini mengamanatkan akan perlunya suatu etika terhadap

penyelenggara negara.

Menurut TAP MPR No. 6 tahun 2000, berikut dimensi penerapan etika yang seperti

ini etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan bersifat dari ajaran agama, khususnya

yang bersifat universal, yang luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila. Saya kira

nilai ideal kita adalah Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah

laku dalam kehidupan berbangsa. Kemudian pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa

mengedepankan kejujuran, amanah dan seterusnya. Saya kira ini yang tercantum dalam TAP

MPR mengenai dimensi-dimensi etika yang harus kita tegakkan. Selanjutnya didalam TAP

tersebut, kita temukan bahwa prinsip etika adalah kejujuran, transparansi, tepat janji, taat

aturan, keadilan, kewajaran dan kepatutan, tanggung jawab dan kehati-hatian. Saya kira

sangat paraktikal atau sangat apa sesuatu yang bisa kita laksanakan secara nyata.

Selanjutnya pada dasarnya Bapak dan Ibu sekalian, etika yang diamanatkan oleh

konstitusi dan Pancasila dalam hal ini secara umum nilai-nilai yang kita anut sepertinya

sudah tertuang di dalam KUHP. Pertama yaitu criminal law kemudian yang kedua peraturan

perundang-undangan berupa formal ethic legislation itu TAP MPR No. 6 2001 tentang etika

kehidupan berbangsa. Kemudain bahkan untuk Pegawai Negeri Sipil ada PP No.42 tahun

2004 tentang pemilihan jiwa kors dan kode etik Pegawai Negeri Sipil. Pedoman dan

konvensi atau informal ethic legislation, kita sudah minimal mengetahui bahwa etika sudah

tertuang dalam berbagai peraturan perundangan ini dalam bentuk hukum. Pertanyaannya

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 4

adalah RUU Etika Penyelenggara Negara ini sebagai apa? Ini yang sedang kita Bapak dan

Ibu akan inisiasi sebagai undang-undang kan ya begitu. Apakah melengkapi ataukan

menjabarkan. Itu pertanyaan, katakanlah misi kita itu itu mau kemana Undang-Undang Etika

Penyelengara Negara ini? Apakah yang sudah diamanatkan oleh TAP MPR dan sebagainya?

Jadi pertanyaan ini yang harus kita jawab ketika kita menyusun Undang-Undang Etika

Penyelenggara Negara.

Selanjutnya, kenyataan yang ada Bapak dan Ibu sekalian, hampir semua organisasi

memiliki kode etik, bahkan di sini di DPD pun memiliki kode etik tersebut. Ketuanya kalau

tidak salah Pak Fatwa sekarang kemudian di DPR ada MKD dan seterusnya. Yang paling

jelas atau yang sering kita dengar kode etik mengenai kedokteran, kode etik dan sebagainya.

Artinya banyak organisasi saat ini telah memiliki kode etik. Organisasi profesi memiliki kode

etik. Kode etik dokter, kode etik insinyur, dan sebagainya. Kemudian lembaga dan dewan

memiliki kode etik. Kode etik DPD dengan DPR tentu berbeda. Insinyur dengan dokter juga

berbeda, organisasi sosial dengan organisasi non sosial atau yang bersifar politik misal juga

bebeda maka kami minimal saya pribadi barangkali mengusulkan bahwa Undang-Undang

atau RUU EPN (Etika Penyelenggara Negara) seyogyanya berupa rancangan undang-undang

formil. Jadi undang-undang ada dua jenis, ada materil, ada formil. Kalau materil itu seperti

misalnya Undang-Undang mengenai atau KUHP, itu adalah undang-undang materil. Di situ

kalau mencuri ayam maka hukumannya itu materil. Sementara KUHAP (Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana) itu adalah undang-undang formil. Menurut saya karena

kenyataannya yang ada sekarang adalah organisasi memiliki kode etik. Semua memiliki

kode etik, pada dasarnya begitu ya.Maka kalau kita membuat undang-undang materil itu

tidak akan tepat. Kenapa tidak tepat? Karena substansi dan apa yang dilakukan oleh masing-

masing anggota dari organisasi, organisasi profesi, dewan dan sebagainya tidak sama,

Yang tadi saya sampaikan, DPD dengan DPR tidak sama, insinyur dengan dokter

misalkan juga tidak sama. Artinya katakanlah dilarang atau tidak baik di kedokteran mungkin

baik di insinyur, kan begitu. Tidak hidup baik di DPR mungkin baik di DPD. Jadi tidak bisa

kita membuat satu undang-undang yang dipakai untuk menghukum semua orang, dalam

tanda petik. Kalau itu materil, ini pasti tidak akan jalan, karena profesinya berbeda. Oleh

sebab itu yang kami mengusulkan bahwa Undang-Undang atau RUU Etika Penyelenggara

Negera ini seyogyanya berupa rancangan undang-undang formil. Apa itu?

Selanjutnya kita lihat, ini prinsip dasar Undang-Undang EPN yang konsepsi kita

merupakan tata nilai moral dan etika yang berlaku secara universal di dalam kelompoknya

atau di dalam lembaganya atau profesinya yang dihormati dan pedoman dalam bersikap,

berperilaku, bertindak, dan berucap bagi penyelenggara negara ... (tidak jelas, red) dalam

menjalankan aktifitas penyelenggara negara. Berikut, oleh sebab itu kami menyarankan jadi

outline dari RUU EPN ini ada ketentuan umum etika pembuatan kode etik. Nah ini, karena

ini kalau berdasarkan tadi yang kami usulkan sebagai undang-undang formil maka undang-

undang ini akan memuat bahwa, nomor 3 misalkan pembuatan kode etik pada setiap lembaga

artinya undang-undang ini harus memerintahkan bahwa setiap lembaga penyelenggara

negara, profesi penyelenggara negara atau dewan penyelenggara negara harus memiliki kode

etik, itu perintahnya. Apabila tidak memiliki kode etik maka... Jadi sanksi kita adalah apabila

ada lembaga yang tidak membuat kode etik atau tidak menyusun kode etik . Nah di samping

itu juga kita memerintahkan bahwa di setiap lembaga tersebut memiliki majelis penegak

kode etik. Saya kira di DPD sudah contoh yang bagus, kan sudah ada, di DPR ada, di

kedokteran juga ada MKEK kalau tidak salah, kemudian di Persatuan Insinyur Indonesia

juga ada dan sebagainya hakim dan seterusnya. Jadi seperti itu perintah di dalam undang-

undang yang kita buat seperti itu. Saya juga mengatur tata cara penegakan kode etik saya kira

dan yang paling penting kita juga atur bahwa sanksi menurut kode etik masing-masing

lembaga. Artinya sanksinya diserahkan kepada masing-masing lembaga yang sudah tertuang

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 5

atau dituangkan didalam kode etik masing-masing. Intinya bahwa kode etik yang akan kita

buat untuk penyelenggara negara tidak bisa sebagai hukum materil, ini hanya bisa formil,

karena tadi, sudah ketentuan peralihan, penutup dan sebagainya. Ini ada saran outline dan

nanti bisa kita kaji bersama Pak selama ini karena ini kita baru. Bisa saja mungkin salah, tapi

ini adalah berdasarkan yang telah kaji waktu itu, sudah 3 tahun Pak kita kaji, ternyata

kesimpulannya ya seperti ini.

Selanjutnya, ini adalah gambarannya konsepsi dari RUU yang tadi kami usulkan. Jadi

Undang-Undang EPN aatau RUU tersebut memerintahkan kepada lembaga penyelenggara

negara untuk menyusun kode etik, pertama. Kedua, membentuk majelis penegak kode etik

dan yang ketiga menegakkan. Jadi Undang-Undang EPN ini intinya. Kalau tidak menyusun

maka.. Nah itu sanksi dari undang-undang yang kita.. Kalau dia tidak membentuk majelis

maka.. Di situ juga nanti kita bisa jelaskan majelasi kode etik terdiri daei.. dan sebagainya.

Kode etik nanti kita sampaikan outline-nya seperti apa dan seterusnya itu bisa kita masukan

di dalam konsepsi kita. Kemudian menegakannya bagaimana sehingga ke depan kalau

undang-undang ini sudah terbit dan lembaga negara sudah sudah memiliki ini semua kita

harapkan penyelenggara negara yang memiliki integritas tinggi dan pada gilirannya bebas

dari KKN dan rakyat akan merasakan kemakmuran dalam keadilan dan keadilan dalam

kemakmuran, saya kira seperti itu, maka dengan penegakkan etika saya kira akan tercipta

integritas penyelenggara negara. Dan dengan penyelengara yang memiliki integritas maka

cita-cita bangsa bernegara akan dapat segera terwujud.

Demikian yang bisa saya sampaikan konsepsi yang telah kami coba kita evaluasi dan

kita mintakan masukkan dari berbagai pihak.

Terima kasih dan saya kembalikan kepada Ketua.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI,MIP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, terima kasih Pak Deddy. Sudah hadir juga di tengah-tengah kita Senator Hendri

dari Sumatera Selatan dan juga Senator Jepri Geofani dari Sumatera Barat. Baik, setidaknya

saya hanya mengingatkan bahwa secara realitas politik memang kita lihat bagaimana nilai-

nilai etika sangat jauh berbeda dengan kondisi objektif di pemerintahan kita yang memang

dalam praktek pemerintahannya yang masih kita lihat pemerintahan yang jauh dari bersih

KKN dan sebagainya. Oleh karena itu menjadi penting dalam pertemuan kita hari ini dalam

pembahasan RDPU bagaimana memberikan masukan buat Komite I dalam rangka

menciptakan sebuah produk Rancangan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan

berbagai perspektifnya dan juga perkembangan-perkembangan terbaru terhadap isu-isu etika

pemerintahan.

Baik, saya rasa karena beberapa senator sudah hadir dan barangkali ingin

memberikan tanggapannya dan juga masukan-masukan saya persilakan mungkin dari sebelah

kiri barangkali ada yang ingin berikan tanggapan? Sebelah kanan saya absenkan dulu. Saya

mulai dari Pak Idris ya, Senator Idris. Kemudian, yang lain belum? Baik, silakan Senator

Muhammad Idris. Siap-siap staf ahli ya untuk memberikan beberapa masukan juga dalam

RDPU kita pagi ini. Silakan.

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S (KALTIM)

Terima kasih Pak.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Wakil Ketua dan seluruh anggota DPD RI yang kami hormati.

Pak Narasumber yang kami banggakan.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 6

Terima kasih pak atas kesempatan yang diberikan. Setelah bapak memberikan

penjelasan tentang konsepsi Rancangan Undang-Undang Etika Penyelenggaraan Negara

sekalipun materinya sangat sederhana tapi karena ini merupakan kebutuhan sehari-hari di

dalam menata hidup dan kehidupan kita baik itu secara perorangan maupun menyangkut

masalah penyelenggaraan negara. Bicara masalah etika pak terkadang sulit untuk

mengomentari terlalu panjang karena semakin panjang komentarnya semakin terasa bahwa

kita ini, sulit melepaskan diri karena Nabi Allah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam

pun diutus kepermukaan bumi ini, salah satu tujuannya adalah untuk menyempurnakan

akhlakul karimah nah akhlakul karimah disini ya tidak lepas daripada etika. Nah kemudian

betapa pentingnya seorang penyelenggara, penyelenggara negara untuk memiliki dan bukan

sekedar memiliki tapi bisa memahami dan bisa melaksanakannya seperti di negara republik

kita yang kita cintai ini. Kita hanya bisa berandai-andai ia tidak usah saya keluar pak, di DPD

RI ini ya mungkin Pak Materi bisa melihat bahwa kami ini anggotanya 5 tapi ini 5 provinsi

jadi kalau satu hilang ini, ya satu hilang ya tidak hadir 1 provinsi, tidak hadir. Jadi bapak

memberikan informasi kepada kami berlima tadi ada Pak Ketua sedang ijin ini luar biasa ini

pak artinya memberikan penjelasan kepada 6 provinsi untuk dipahami dan dilaksanakan

sebagaimana mestinya. Nah kalau kita bicara soal etika tidak bisa lepas dengan religi seperti

yang bapak sampaikan tadi karena manusia ini juga dituntut pada 3 bagian. Ya orang yang

mempunyai akhlakul karimah punya etika yang benar-benar ya selalu ada di dalam hatinya

ada rasa tanggungjawab ada rasa memiliki bahwa dia ini diberi amanah nah setelah diberi

amanah ini ya kalau sadar, kalau itu adalah amanah ya dia merasa berdosa sendiri kalau dia

tidak melaksanakannya. Nah kita di DPD RI ya tentu saja ini adalah bagian daripada

penyelenggara negara di republik kita ini. Ya naib rasanya kalau saya membicarakan diluar

sementara di disini juga terjadi. Nah kaidah-kaidah agama mengatakan hasibu anfusakum

qobla antum hasabu, periksalah dirimu sebelum di periksa oleh orang lain apalagi anda mau

mengoreksi orang lain.

Nah hadirin sekalian berbahagia, mudah-mudahan Pak Materi tidak merasa ya, ya

agak kecewa karena yang hadir sedikit tapi seperti inilah gambaran pak, kita tidak bisa

pungkiri. Oleh karenanya terkadang apa yang kita ucapkan, terkadang kita tidak bisa

melaksanakan sebagaimana mestinya. Yang jelasnya dihati sudah ada, kepingin berbuat baik

tapi terkadang kita tidak bisa mewujudkannya karena kadang-kadang terhalang dengan

situasi dan kondisi dimana kita berada. Oleh karenanya berbahagialah pak, sekiranya

penyelenggara negara bisa melaksanakan apa yang bapak sampaikan disini artinya apa?

Etikanya bagus, ucapannya bagus kemudian apa ya pelaksanaannya juga bagus ini sudah

amanah. Nah kalau misalnya ini tidak dilaksanakan seperti itu ya ini tanggung jawab moral

bagi setiap individual yang bapak sampaikan tadi dalam prinsip-prinsip etika itu, bagaimana

menjaga kejujuran, bagaimana melaksanakan kebijakan secara transparansi, tepat janji atau

patuh aturan. Ini semua ini kalau ini sudah dilaksanakan dengan baik pak barangkali di

negara kita ini, selain negara makmur, negara kaya raya, ya barang kali ya masyarakat

kedepannya juga bisa merasakan apa yang diharapkan pendiri republik ini. Jadi singkat kata

saya sengat merespon sekali pak mudah-mudahan apa yang bapak sampaikan ini semuanya

bisa mendengarkan dengan baik, bisa memahami dengan sungguh-sungguh dan bisa

mengamalkannya ya sebagaimana mestinya karena ini apa namanya prinsip-prinsip etika ini

kalau di dalam agama Islam itu apa, Wa al ladhina hum li“amanati him wa'ahdi him ra'una,

orang yang beriman pasti dia amanah melaksanakan apa yang diberi kepercayaan yang

diberikan, ini mulai dari yang tingkat kecil sampai kepada yang atas. Yang kedua, wa'ahdi

him ra'una ya kalau dia beriman pasti ya seharusnya kalau dia berjanji pasti dia ya mutlak

harus melaksanakannya. Nah setiap penjabat ini, ini Pak Ketua ini, setiap penjabat pasti di

disumpah cuma kalau dia melanggar sumpahnya bukan lagi sumpah tapi sumpahin.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 7

Nah jadi saya kira ini pak mudah-mudahan apanamanya Rancangan Undang-Undang

Etika ini bisa diwujudkan sekalipun ini terlalu sulit di ukur karena ini kebanyakan yang

abstrak ya daripada yang konkrit. Saya kira demikian pak. Terima kasih. Kurang lebihnya

mohon dimaafkan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, terima kasih Senator Muhammad Idris. Selanjutnya Senator Hendri.

PEMBICARA: H. HENDRI ZAINUDDIN, S.Ag., S.H (SUMSEL)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih pimpinan.

Yang terhormat kawan-kawan anggota DPD dan Bapak Deddy S. Brata Kusuma.

Luar biasa penyampaiannya pak. Saya ingin melihat penyelenggara ini dalam konteks

beretika. Kalau kita lihat siapa penyelenggara negara ini? Kalau saya lihat ada 3 yang penting

pak, eksekutif, legislatif dan yudikatif. Penyelenggara negara yang kita ingin etikai itu

sebenarnya posisi semua ini memang lagi kacau balau pak. Saya lihat kita dalam menyusun

APBN, eksekutif sudah memberikan pemikiran yang luar biasa terhadap negara ini

bagaimana secara makro pembangunan SDM di tata dengan baik pak. Begitu juga dengan

legislatif sudah sangat baik pak. Begitu tingkat yudikatif juga dalam tataran baik konsep. Nah

begitu itu di implementasikan semua niat baik ini kalau bahasa kita itu macet di tengah pak

kalau kita mau jujur pembangunan kita yang di desain bagus oleh pemerintah, itu berantakan

di tingkat menengah pak. Praktek misalnya terjadi KKN itu terjadi di tingkat menengah

walaupun ada by design juga dari atas begitu praktek 10%, 15% diawal praktek apa, yudikatif

juga sering melakukan kongkalikong juga antara eksekutif dengan yudikatif sehingga negara

ini terkesan tidak ada etika pak. Nah RUU yang ingin kita lakukan di disini, dimana kata

kuncinya pak maksud kita itu, semua bagus, semua desainnya luar biasa tetapi pada saat pada

implementasi semuanya tidak beretika pak. Di legislatif sudah mulai mengarahkan, di

eksekutif juga sudah mulai mengarahkan semua kebijakan-kebijakan pembangunan. Belum

terjadi di bawah apabila terjadi kecurangan bahkan yudikatif juga bisa di ajak untuk itu. Nah

saya melihat dalam konteks RUU etika ini kata kunci kita Pak Deddy itu dimana supaya kita

penguatan aliran ini, kalau aliran darah ini tidak ada yang menyumbat pak sehingga tidak ada

stroke di tengah-tengah perjalanan ini, itu saja dulu Pak Deddy.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, cukup. Baik, selanjutnya dari staf ahli mungkin ada yang ingin menyampaikan

pemaparannya sedikit berkaitan dengan etika pemerintahan. Silakan.

PEMBICARA: STAF AHLI KOMITE I DPD RI

Terima kasih pimpinan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Atas kesempatannya. Pertama, kami ingin menanyakan beberapa hal Pak Deddy

terkait dengan terminologi siapa yang disebut penyelenggara negara pak? Karena di dalam

Undang-Undang Nomor 8 itu kan sudah ada definisi tentang penyelenggara negara namun

ada yang disebut penjabat lain yang berfungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan

penyelenggaraan negara. Nah penyelenggaraan negara sendiri di dalam Undang-Undang

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 8

Nomor 8 Tahun 99 itu tersebut tidak didefinisikan secara pasti, apa yang disebut

penyelenggaraa negara? Itu yang pertama.

Terus yang kedua, secara terminologi yang nanti terkait dengan tupoksi Komite I atau

DPD secara keseluruhan apakah yang di, apakah yang betul adalah Undang-Undang Etika

Penyelenggara Negara, Etika Undang-Undang Etika Pejabat Negara, apakah Etika

Pemerintahan Daerah atau Etika Pemerintahan. Nah kira-kira dari beberapa itu, kira-kira apa

yang bisa ada definisi pasti tentang yang membatasi, atau yang sesuai dengan tupoksi Komite

I.

Terus yang terakhir. Pak Deddy, kami ingin menanyakan bahwa mengkonstruksi

sebuah etika di dalam sebuah norma ketakutan-ketakutan yang sering kali terjadi adalah

membatasi hal yang tadinya abstrak menjadi ukuran-ukuran yang bersifat konkrit. Nah

bagaimana mengatasi hal tersebut karena ketika terjadi etika ini dinormakan, hal-hal yang

tadinya itu luas dan diterima, given begitu saja oleh masyarakat kemudian menjadi norma

dan terbatasi oleh definisi.

Terima kasih mungkin dari kami. Mungkin dari teman-teman staf ahli yang lain.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Ya silakan.

PEMBICARA: STAF AHLI KOMITE I DPD RI

Terima kasih pimpinan.

Yang pertama barangkali kami bisa diberi masukan bapak bagaimana Undang-

Undang sejenis ini di negara lain.

Kemudian yang kedua, yang paling ideal untuk Indonesia dalam konteks kekinian dan

kemasa depan pengaturannya seperti apa? Inikan mohon maaf bapak pergeseran-pergeseran

Peraturan Perundang-Undangan dulu kita banyak menginduk ke Belanda sedangkan Belanda

juga menginduk ke Amerika jadi perputaran arus hukum ini kan juga sangat, sangat tinggi.

Mengantisipasi seperti ini banyak undang-undang yang cepat aus, lalu bagaimana kami harus

mengatur supaya apa yang kami susun ini tidak, tidak cepat aus.

Dua hal itu saja bapak, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Pak Deddy banyak sekali pertanyaan yang saya rasa cukup menjadi satu

apanamanya catatan bagi kita di Komite I DPD RI. Baik, selanjutnya Pak Deddy mungkin

bisa memberikan tanggapan. Silakan.

PEMBICARA: DEDDY SUPRIYADI BRATAKUSUMAH. PH.D (NARASUMBER)

Terima kasih atas pertanyaan dan masukannya yang saya kira dari Pak Idris terutama,

bahwasannya kita ingin menciptakan penyelenggara itu mewujudkan begitu ya untuk

menganjurkan para penyelenggara negara ini menjadi baik dan benar serta amanah. Betul

tadi secara umum juga ada pertanyaan bahwa memang yang namanya etika berawal dari

value, dari nilai, sistem nilai, nilai-nilai, values bukan point tapi values, bisa berasal dari

agama, bisa juga dari budaya, dari adat istiadat dan sebagainya. Contoh dari etika ini sehari-

hari misalnya di Bandung saja misalnya manggil orang tua hanya namanya itukan tidak

sopan tapi di Amerika anaknya manggil bapaknya namanya aaja tidak apa-apa, nah itu salah

satu contoh bahwa etika seperti itu. Nah etika seperti ini lantas kalau ditulis di dalam suatu

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 9

peraturan maka berubah dari etika menjadi hukum. Kalau sudah menjadi hukum wajib

ditegakkan dan harus ada sanksinya sementara kalau tadi masih bersifat etika adat istiadat,

sanksinya hanya memalukan, tidak sopan ora ilo hanya begitu tetapi kalau sudah tertulis di

dalam satu hukum maka harus ada sanksi yang bersifat ya katakanlah memaksa baik berupa

fisik atau apapun. Ini juga menjawab pertanyaan tadi norma menjadi etika dan sebagainya.

Jadi artinya sesuatu kebiasaan yang sehari-hari kita lakukan bahwa itu tidak baik, kurang ajar

barangkali begitu ya itu masuk dalam etika, tapi begitu tertulis. Nah oleh sebab itu

ketidaksopanan, kekurangajaran, ketidakbaikan di dalam satu lembaga atau kelompok atau

kelompok profesi akan berbeda dengan kelompok lain. Tadi saya ambil contoh di kedokteran

dengan di insinyur misalnya atau di DPR dengan DPD misalnya itu berbeda, pasti, di sana

tidak apa-apa tapi ditempat lain mungkin itu yang menjadi apa-apa, apalagi kalau kita

mengingat adat istiadat atau daerah dan sebagainya. Nah oleh sebab itu maka agar tidak

terjebak di dalam generalisasi hal seperti ini kami menyarankan memang undang-undang

yang akan kita susun ini bersifat undang-undang formil, bukan materil. Jadi di dalam

undang-undang yang akan kita buat katakanlah kalau anda memanggil orang tua, harus

memakai bapak tidak harus begitu karena kalau yang seperti itu, itu sudah etika tapi kita di

dalam undang-undang yang akan kita buat agar setiap kelompok membuat, mana yang

disebut sopan, mana yang tidak sopan, mana yang tidak baik, mana yang pantas, dan

sebagainya.

Tadi ingin memberi gambaran. Misalnya negara lain pak, etika ini wujud nyatanya

adalah mengundurkan diri. Ya jadi kalau seseorang di dalam majelis etik bahwa dia bersalah

maka yang bersangkutan tidak harus dipecat tapi mengundurkan diri. Namun perkara

mengundurkan diri ini atau kelakuan mengundurkan diri ini tidak diatur dalam undang-

undang tapi ada di dalam kode etiknya barangkali apabila anda melakukan ini, ini, ini maka

anda telah membuat mempermalukan nah kan begitu ya, maka seyogyanya anda

mengundurkan diri misalnya, dan itu tertuang di dalam kode etik masing-masing instansi

atau lembaga, atau organisasi dan tidak bisa kita membuat di dalam Undang-Undang Etika.

Nah ini, ini, ini saran dari kami ya, bahwa konsepnya nanti adalah bersifat undang-undang

formil. Nanti kalau sudah menjadi materil, maka itu udah menjadi hukum dan harus ada

sanksi, dan untuk itu etika, yang sudah menjadi hukum sebetulnya sudah ada seperti, KUHP

dan sebagainya kan begitu. Jadi gambarannya adalah bahwa apabila seseorang penjabat

negara melakukan, katakanlah korupsi misalnya itu bisa kita beri sanksi dari dua sisi, yang

pertama dari etika, yang kedua dari hukum. Hukum juga turunnya dari etika kan kalau

nyolong itu jelek maka tertulis itu, apabila anda nyolong maka hukumannya 5 tahun misalnya

menjadi hukum tetapi juga di dalam kode etik misalkan ya katakanlah saya anggota suatu

organisasi kemudian saya korupsi, menurut kode etik apabila anda melakukan korupsi anda

telah merusak nama baik organisasi, maka seyogyanya anda mengundurkan diri, atau bahkan

mungkin dipecat oleh organisasi tersebut, tetapi dia tidak lepas dari pidana karena pidana

juga dari kode etik, bahwa nyolong itu merugikan maka dia di hukum 5 tahun. Jadi seorang

penjabat negara, atau penyelenggara yang melakukan KKN misalnya, bisa dihukum dan

harus di hukum oleh 2 instrumen tadi. Yang pertama kode etik, yang kedua adalah pidana.

Pidana pun sebetulnyakan berasal dari norma dan etika, yang diformalkan menjadi hukum

ya.

Kemudian pertanyaan siapa penyelenggara negara. Saya kira secara garis besar,

memang ada di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 disitu itu ada penyelenggara

negara lainnya. Artinya penyelenggara negara, tidak semata-mata diselenggarakan oleh

eksekutif yudikatif dan legislatif yang formal tetapi juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.

Nah pihak ketiga ini juga termasuk di dalam konsideran atau apa objek dari Undang-Undang

Nomor 28 tersebut. Misalnya kita mengkontrakan ya katakanlah penyelenggaraan

transportasi kepada PT apa begitu, kemudian ada sesuatu maka dia juga terkena sebagai,

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 10

penyelenggara negara. Nah ini, lebih jelasnya bisa bapak dan ibu baca di dalam Undang-

Undang Pelayanan Publik nah disitu lebih jelas lagi, siapa, karena pihak ketiga pun apabila

dia menyelenggarakan fungsi penyelenggara negara, mungkin dia masuk dalam objek, dari

Undang-Undang 28 tersebut, jadi seperti itu pak ya.

Kemudian norma menjadi etika dan law, saya kira tadi gambarannya seperti itu.

Kemudian contoh di negara lain, yang paling jelas adalah di Jepang pak bahkan di dalam

kode etiknya apabila seperti ini maka anda mengundurkan diri. Yang tidak tertulis dia harus

harakiri kan begitu itu sampai sebegitunya. Ya kalau dia malu dia bunuh diri berbeda di

Indonesia, barangkali kalau malu, malah membunuh orang, kan begitu ya itu bedanya. Nah

kenapa demikian? Karena memang sistem nilai disana ya seperti itu dan itu yang masuk

dalam kode etik. Disini yang mudah-mudahan apabila dengan cepat undang-undang ini kita

segera terbitkan, semua institusi, semua kelompok membuat kode etik yang disepakati

bersama disitu, yang baik dan tidak baik disana itu apa dan beda-beda itu yang maksud kami

agar undang-undang ini bersifat undangan formil, bukan materil karena sistem

penghukumannya pasti berbeda-beda. Contoh di kedokteran, misalkan apabila dia melanggar

kode etik maka minimal misalkan, 2 tahun, 3 tahun, tidak boleh berpraktek dan kemudian,

ada advokat dicabut apa brevetnya dan seterusnya itu beda-beda kan. Nah itu maksud kami,

kenapa undang-undang ini lebih baik diarahkan kepada undang-undang formil.

Kemudia Pak Anggota DPD Senator dari Sumatera Selatan. Memang Undang-

Undang Etika ini lebih bagus formil tapi bukan materil, jadi bersifat memaksa untuk

membuat kode etik disetiap penyelenggara negara, kemudian membuat majelis penegak kode

etik. Saya kira di DPD sudah ada, DPR sudah ada, kedokteran sudah ada, di advokat sudah

ada, hampir semua instansi saya kira tetapi mungkin kita dengan nanti ada undang-undang

setiap kementerian pun harus ada majelis atau semacam itu ya menegakan kode etik sehingga

seseorang tadi gambaran yang saya sampaikan melakukan korupsi misalkan di hukum

dengan 2 instrumen dia, dia akan malu dan juga dia menanggung pidana proses hukum.

Sebetulnya kita sudah lengkap pak, tinggal bagaimana menegakannya. Kode etik juga sudah

ada di beberapa instansi, maka dengan undang-undang ini kita akan memaksa harus ada,

harus ada karena memang beberapa instansi ada yang belum memiliki.

Saya kira sementara seperti itu pak ya. Jadi contoh yang baik di negara lain adalah

Jepang dan yang terakhir di salah satu negara bagian Australia, di New South Wales.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Pak Deddy dan senator yang lain, staf ahli. Saya melihat banyak hal yang

menarik apa yang disampaikan oleh Pak Deddy berkaitan dengan masukan-masukannya

maupun perspektifnya berkaitan dengan etika penyelenggaraan negara. Ada beberapa

kesimpulan yang ingin saya coba rangkum, dan yang sangat terpenting disini adalah

bagaimana menggiring RUU ini kepada isu-isu formil bukan materil. Ini yang sangat penting

artinya kepada penekanannya kepada domain personality dari penyelenggara negara itu

sendiri ini sangat penting. Nah menarik juga ketika Jepang mempraktekan secara etika

pemerintaannya ketika dia gagal dia melakukan harakiri atau mengundurkan diri namun di

Indonesia sebaliknya. Ini merupakan satu tantangan kita ketika memang Indonesia hari ini

juga menjadi sorotan baik di publik maupun di teman-teman yang lain.

Baik yang sangat menarik disini Pak Deddy yang perlu saya sampaikan juga ketika

Presiden Jokowi me-louching apanamanya ide revolusi mental. Seharusnya memang etika

pemerintahan ini adalah menjadi approach ya pendekatan yang sangat penting oleh seorang

presiden dengan gagasan revolusi mentalnya untuk menisisionalkan revolusi mental itu

adalah dengan etika penyelenggaraan pemerintah ini dalam bentuk undang-undang. Jadi ini

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · PDF filetugas konstitusional kita dalam keadaan ... etika penyelenggaraan negara. Sebetulnya hari ini ... dan normalisasi kehidupan

RDPU KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER (PAGI) MS III TS 2016-2017

(SENIN, 30 JANUARI 2017) 11

yang menjadi sangat penting bagi kita untuk terus mendesak pemerintah bagaimana

menjadikan RUU Etika Pengelenggaraan Negara yang merupakan usulan dari DPD RI

khususnya Komite I bisa menjadi sebuah RUU yang menjadi prioritas dan penting bagi masa

depan Indonesia.

Baik, saya rasa cukup dengan diskusi kita hari ini. Terima kasih atas pandangan yang

sangat komperhensif berkaitan dengan etika penyelenggara negara yang disampaikan oleh

Pak Deddy, sebelumnya kita berikan applause buat Pak Deddy. Saya Fachrul Razi dari Aceh

ya Wakil Ketua Komite I dengan mengucapkan Alhamdulillah saya tutup.

Wabillahi taufiq walhidayah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakath.

KETOK 3X

RAPAT DITUTUP PUKUL 11.26 WIB