DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN...

66
DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PASANGGRAHAN II PURWAKARTA DWI RUSMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN...

Page 1: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PASANGGRAHAN II

PURWAKARTA

DWI RUSMAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar
Page 3: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul determinan status

anemia, prestasi belajar dan aktivitas fisik siswa SDN Pasanggrahan II Purwakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2013

Dwi Rusmawati

NIM I14104028

Page 4: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

ABSTRAK

DWI RUSMAWATI. Determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi

belajar siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta. Dibimbing oleh HIDAYAT

SYARIEF dan IKEU TANZIHA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari determinan status anemia,

aktivitas fisik dan prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan desain cross

sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 siswa sekolah dasar. Data

konsumsi diperoleh dengan metode food recall untuk menghitung konsumsi

sumber zat besi, data prestasi belajar menggunakan nilai ujian akhir semester dan

regresi linear berganda digunakan untuk analisis determinan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar murid berada dalam status normal sebanyak

(51.92%) dan anemia sebanyak (48.08%). Pengetahuan gizi pada kedua kelompok

pada kategori kurang, sebagian besar asupan energi pada kategori defisit berat

baik pada kelompok anemia (68%) maupun normal (55.5%). Aktivitas fisik siswa

anemia dan siswa normal dalam kategori ringan. Prestasi belajar dalam kategori

kurang dengan skor kurang dari 60. Hasil uji kolerasi Spearman menunjukan tidak

ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status anemia(p>0.05) dan hasil uji

kolerasi Pearson menunjukan tidak ada hubungan antara prestasi belajar dengan

status anemia (p>0.05). Hasil regresi linear berganda menunjukan konsumsi

daging unggas berpengaruh negatif signifikan terhadap status anemia.

Kata kunci: Konsumsi pangan sumber zat besi, status anemia, aktivitas fisik dan

prestasi belajar.

ABSTRACT

DWI RUSMAWATI. Determinant of anemia status, physical activity and

academic achievement of students at SDN Pasanggrahan II Purwakarta.

Supervised by HIDAYAT SYARIEF and IKEU TANZIHA.

This study was aimed to examine determinant of anemia status, physical

activity and academic achievement of students. This research used a cross

sectional study. The number of samples were 52 elementary school student. Food

consumption recall was used to measure iron source food consumption, academic

achievement data was taken from exam semester and linear regression used for

analysis determinants. Result showed a large number of children in normal status

(51.92%) while the rest was anemia (48.08%). Nutritional knowledge of anemia

student and normal student was low. Both anemia (68%) and normal student

(55.6%) experience severe energy deficit, physical activity of anemia and normal

students was classified as light. Academic achievement of students were very low

with the score only below 60. Spearman correlation showed there was no

relationship between physical activity with anemia status (p>0.05) and Pearson’s

correlation showed there’s no relationship between academic score with anemia

status (p>0.05). The result of regression analysis showed that poultry has negative

significant effect anemia status.

Keywords: Iron source food consumption, anemia status, physical activity and

academic achievement

Page 5: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

RINGKASAN

DWI RUSMAWATI. Determinan status anemia ,aktivitas fisik dan prestasi

belajar siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta. Di bawah bimbingan

HIDAYAT SYARIEF dan IKEU TANZIHA

Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan, konsumsi

pangan sumber zat besi dengan status anemia serta kaitannya terhadap aktivitas

fisik dan prestasi belajar siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta. Adapun

tujuan khusus yaitu 1) Mempelajari status anemia siswa; 2) Mempelajari

karakteristik siswa dan keluarga siswa berdasarkan status anemia siswa; 3)

Mempelajari pengetahuan gizi siswa berdasarkan status anemia siswa; 4)

Mempelajari kebiasaan makan sumber zat besi siswa berdasarkan status anemia;

5) Mengkaji hubungan kebiasaan konsumsi pangan sumber zat besi dengan status

anemia; 6) Mengkaji hubungan status anemia dan aktifitas fisik

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, Contoh

penelitian adalah siswa kelas empat dan lima sekolah dasar Pasanggrahan II, Desa

Pasanggrahan, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa

Barat yang berjumlah 52 siswa. Cara penarikan contoh diambil secara purposive

sampling yaitu siswi bersedia berpartisipasi dan diwawancarai sampai selesai dan

telah mengisi inform consent. Jumlah siswa yang mengalami anemia sebanyak 25

siswa (48.1%) dan normal sebanyak 27 siswa (51.9%).

Karakteristik siswa yang diamati meliputi usia siswa, jenis kelamin, dan

uang saku siswa. Usia sebanyak 18 siswa (34.6%) berumur 9-10 tahun, 6 siswa

(11.5%) berumur 11 tahun dan 10 siswa (19.2%) berumur 12 tahun. Jenis kelamin

kelompok siswa anemia sebanyak 14 siswa perempuan (56%) dan 11 siswa laki-

laki (44%) demikian pula pada kelompok siswa normal sebanyak 16 siswi

perempuan (59.3%) dan 11 siswa laki-laki (42.3). Rata-rata uang saku yang

dimiliki kelompok siswa anemia yaitu Rp. 1920±972.9 dan pada kelompok

siswa normal yaitu sebesar Rp. 1740.7 ± 891.96.

Karakteristik keluarga yang diamati meliputi besar keluarga, pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga. Berdasarkan hasil

diketahui sebagian besar baik kelompok siswa anemia (56%) maupun kelompok

siswa normal (74.1%) merupakan termasuk dalam besar keluarga dalam kategori

sedang (5-7 orang), untuk pendidikan terakhir orang tua yang meliputi ayah dan

ibu diketahui bahwa sebagian besar baik kelompok siswa anemia (60%) maupun

kelompok normal (77.8%) tingkat pendidikan ayah yaitu SD (sekolah dasar)

demikian pula pada pendidikan ibu, sebagian besar baik kelompok siswa anemia

(84%) maupun kelompok siswa normal (74.1%) tingkat pendidikan ibu yaitu SD.

Pekerjaan ayah sebagian besar baik kelompok siswa anemia (64%) maupun

kelompok siswa normal (63%) bekerja sebagai buruh bagunan demikian pula

sebagian besar pekerjaan ibu baik kelompok siswa anemia (80%) maupun

kelompok siswa normal (81.5%) sebagai ibu rumah tangga dan untuk pendapatan

perkapita dikelompokan berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Purwakarta

tahun 2010 yaitu Rp 226.118/kapita/bulan. Berdasarkan data diketahui bahwa

sebagian besar baik kelompok siswa anemia (72%) maupun kelompok siswa

normal (78.8%) dikategorikan miskin. Berdasarkan uji beda T-Test diketahui

Page 6: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

bahwa niali p>0.05, hal ini menunjukan bahwa kerakteristik keluarga (besar

keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan perkapita)

tidak berbeda signifikan pada kedua kelompok. .

Pengetahuan gizi sebagian besar baik kelompok siswa anemia (88%)

maupun kelompok siswa normal (74.1%) memiliki tingkat pengetahuan dalam

kategori kurang. Berdasarkan uji beda T-Test menunjukan tidak ada perbedaan

signifikan pengetahuan p>0.05 pada kedua kelompok tersebut.

Konsumsi pangan sumber zat besi yang diteliti terdiri dari kebiasaan

makan, khususnya sumber pangan hewani seperti daging berwarna merah,daging

berwarna putih (ayam, burung), telur dan ikan segar. Berdasarkan hasil uji beda

didapatkan hasil bahwa pada kelompok siswa anemia dan normal konsumsi

pangan sumber zat besi (konsumsi daging merah, telur dan ikan segar) tidak

berbeda signifikan sebesar p>0.05, sedangkan untuk konsumsi daging putih

berbeda signifikan terhadap status anemia pada kelompok anemia dan normal.

Berdasarkan uji beda T-test memiliki nilai p<0.05. Konsumsi daging merah baik

kelompok siswa anemia (76%) maupun kelompok siswa normak (74.1%)

sebagian besar pada kategori tidak pernah menkonsumsi. Konsumsi daging

berwarna putih pada kelompok siswa anemia (56%) tidak pernah menkonsumsi

dan kelompok siswa normal (59.3%) dalam kategori jarang. Frekuensi konsumsi

telur baik pada kelompok siswa anemia (56%) dan normal (63%) dalam kategori

jarang dan kemudian pada frekuensi ikan pada anemia (80%) dan normal (58.1%)

dalam kategori jarang.

Tingkat kecukupan energi baik kelompok siswa anemia (68%) maupun

normal (55.5%) tergolong dalam tingkat defisit berat. Tingkat kecukupan protein

pada kelompok siswa anemia (28%) tergolong difisit tingkat berat sedangkan

kelompok normal (29.6%) kategori cukup, demikian pula pada tingkat kecukupan

zat besi kelompok siswa anemia (52%) kategori kurang tetapi kelompok siswa

normal (55.6%) dalam kategori cukup.Tingkat kecukupan kalsium, Vitamin B,

Vitamin C, berada dalam kategori kurang pada kedua kelompok dan tingkat

kecukupan vitamin A tergolong dalam kategori cukup pada kedua kelompok.

Prestasi belajar siswa dilihat bersadarkan evaluasi belajar didapatkan

bahwa sebagian besar baik kelompok siswa anemia (72%) maupun normal (63%)

mempunyai prestasi belajar pada kategori kurang.

Aktivitas fisik siswa didapatkan sebagian besar kelompok siswa anemia

(64%) maupun normal (55.6%) mempunyai aktivitas fisik pada kategori ringan

Bedasarkan uji beda T-Test didaptkan nilai p>0.05, hal tersebut dapat dikatakan

bahwa status anemia siswa tidak berbeda signifikan pada kedua kelompok. Dan

berdasarkan uji spearman tidak ada hubungan yang nyata antara status anemia

dengan aktivitas fisik.

Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang dilakukan bahwa factor

factor yang berpengaruhi status anemia didapatkan hasil bahwa dari semua factor

yang independen yang diuji terlihat bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap

factor dependen (status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar) dengan p>0.05.

Keywords: konsumsi pangan sumber zat besi, status anemia, aktivitas fisik dan

prestasi belajar

Page 7: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PASANGGRAHAN II

PURWAKARTA

DWI RUSMAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

Judul : Determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta

Nama : Dwi Rusmawati

NIM : I14104028

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS

Pembimbing I

Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

Page 9: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar siswa di SDN

Pasanggrahan II Purwakarta. Terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai

pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini :

1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skipsi.

2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skipsi.

3. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan

penguji skripsi yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.

4. Yayasan Nurani Dunia, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), serta para

guru dan siswa SDN Pasanggrahan II yang telah banyak membantu dalam

penelitian ini.

5. Komisi Pendidikan Departemen Gizi masyarakat IPB yang telah banyak

membantu penulis selama menempuh pendidikan S1.

6. Kedua orang tua Bapak Mansyur dan Ibu Rusmini tercinta serta keluarga

Besarku karena tanpa dorongan semangat, pertolongan, doa dan kasih sayang

mereka laporan ini tidak akan pernah terselesaikan.

7. Teman-teman gizi masyarakat alih jenis 04 yang telah banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, mengingat

penulis masih dalam tahap belajar sehingga terdapat keterbatasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman. Demikian laporan ini dibuat dengan harapan

semoga bermanfaat bagi penulis serta pembaca lainnya

Bogor, Mei 2013

Dwi Rusmawati

Page 10: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Kegunaan Penelitian 2

Hipotesis 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

KERANGKA PEMIKIRAN 13

METODE PENELITIAN 15

Desain, Tempat, dan Waktu 15

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 15

Pengolahan dan Analisis Data 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Keadaan Umum Sekolah 19

Status anemia Siswa 19

Karakteristik Siswa 20

Karakteristik Keluarga 21

Pengetahuan Gizi 24

Kebiasaan Makan 26

Asupan Energi dan Protein 31

Prestasi Belajar 33

Aktivitas Fisik 35

KESIMPULAN DAN SARAN 38

Kesimpulan 38

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 42

RIWAYAT HIDUP 54

Page 11: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

DAFTAR TABEL

1. Kecukupan zat besi untuk anak usia sekolah ..................................................... 7

2. Kadar Hb dan volume hematokrit sebagai indikator anemia ............................. 7

3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................... 15

4. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR ................................................ 18

5. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL .................................... 18

6. Sebaran siswa berdasarkan status anemia ........................................................ 19

7. Sebaran siswa berdasarkan karakteristik siswa dan status anemia .................. 20

8. Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga dan status anemia ............. 22

9. Sebaran siswa berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan pengetahuan

gizi dan status anemia .................................................................................... 25

10. Sebaran siswa berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status anemia ........ 26

11. Sebaran siswa berdasarkan frekuensi makan sehari,sarapan serta status

anemia ............................................................................................................ 27

12. Sebaran siswa berdasarkan konsumsi pangan sumber hewani dan

turunannya serta status anemia ...................................................................... 28

13. Sebaran siswa berdasarkan konsumsi pangan nabati dan status anemia ........ 29

14. Sebaran siswa berdasarkan konsumsi sayur,buah dan status anemia ........... 30

15. Sebaran siswa berdasarkan konsumsi teh dan status anemia .......................... 31

16. Sebaran siswa berdasarkan kecukupan zat gizi serta status anemia ............... 32

17. Sebaran siswa berdasarkan rata-rata asupan zat gizi dan status anemia ........ 33

18. Sebaran siswa berdasarkan uji statistika ........................................................ 34

19. Sebaran siswa berdasarkan rata-rata nilai dan status anemia .......................... 34

20. Sebaran siswa berdasarkan tingkat prestasi belajar dan status anemia ........... 34

21. Sebaran siswa berdasarkan aktivitas fisik dan status anemia .......................... 35

22. Sebaran siswa berdasarkan rata-rata alokasi waktu dan status anemia ........... 35

DAFTAR GAMBAR

1. Penyebab langsung dan tidak langsung anemia gizi besi di Indonesia .............. 9

2. Kerangka pemikiran pengetahuan gizi, konsumsi pangan sumber zat besi,

serta dampaknya terhadap aktivitas fisik dan prestasi belajar siswa dengan

status anemia di SDN Pasanggrahan II PurwakartaPenyebab langsung dan

tidak langsung anemia gizi besi di Indonesia .................................................. 14

Page 12: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar
Page 13: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal

dalam pembangunan dan kemajuan suatu Negara. Oleh karena itu kualitas

sumberdaya manusia menentukan kemajuan dan keberhasilan kehidupan. Hal

tersebut akan terwujud apabila individu-individu dalam suatu bangsa bisa

bertahan dari tantangan dan persaingan yang ada. Generasi muda merupakan

ujung tombak sebagai penerus kelangsungan hidup suatu bangsa di masa yang

akan datang.

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesehatan perorangan

atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat

gizi yang diperoleh dari makanan (Soekirman 2000). Salah satu masalah gizi

utama yaitu kekurangan zat besi, disamping masalah kekurangan energi protein

(KEP), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY), dan kekurangan vitamin A

(KVA).

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang

lebih baik daripada kelompok balita karena kelompok usia sekolah mudah

dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah

maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai

kondisi gizi pada anak sekolah yang kurang memuaskan, misalnya berat badan

yang kurang, anemia defisiensi besi, defisiensi seng dan vitamin A yang banyak

dialami oleh anak sekolah (Sediaoetama 2000).

Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa hendaknya memiliki status

gizi yang baik untuk mendukung proses belajar yang optimal. Saat ini istilah gizi

tidak hanya berkaitan dengan kesehatan tetapi gizi juga dikaitkan dengan potensi

ekonomi seseorang karena berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan

belajar, dan produktivitas kerja (Almatsier 2004).

Fungsi dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak adalah

untuk menghasilkan energi yang diperlukan anak untuk melakukan kegiatan dan

aktivitas fisik. Kekurangan energi dan protein pada anak sekolah menyebabkan

anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan konsentrasi

belajar (Depkes 2005).

Fungsi dari Vitamin A, besi dan seng berperan dalam membantu proses

pertumbuhan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak (Almatsier 2004).

Defisiensi zat besi pada anak dapat menyebabkan anemia, menghambat

pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik dan dapat menurunkan konsentrasi

belajar serta meningkatkan kejadian penyakit infeksi. Defisiensi zat besi juga

dapat mengganggu perkembangan mental dan motorik anak.

Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi penderita anemia Provinsi

Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 18.8%. Anak usia sekolah merupakan

salah satu kelompok yang banyak ditemukan menderita masalah gizi tersebut,

disamping ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Munandar (2005) pada anak

sekolah dasar di Kabupaten Purwakarta didapatkan bahwa prevalensi kejadian

anak yang menderita anemia adalah 24.3%. Departemen Kesehatan menetapkan

Cut off Point prevalensi anemia pada anak sekolah sebagai batas masalah

Page 14: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

2

kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu > 15% (Depkes RI, 1996). Prevalensi

anemia mencapai 40% maka tergolong masalah berat, prevalensi 10-39%

tergolong sedang dan kurang dari 10% tergolong masalah ringan (WHO 2000).

Pengetahuan gizi diperoleh seseorang melalui pendidikan formal dan non

formal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan gizinya.

Berdasarkan prevalensi anemia seperti yang disebutkan di atas diketahui

bahwa kejadian anemia merupakan masalah gizi yang masih menyerang anak

sekolah. Efek yang ditimbulkan anemia sangat merugikan bagi perkembangan

anak, akibat yang paling jelas terlihat dari anemia gizi besi pada anak sekolah

adalah menurunnya kemampuan berpikir seperti konsentrasi dan kecerdasan

berkurang dan terganggunya aktivitas fisik karena kondisi badan yang mudah

lelah. Selain itu anemia gizi besi dapat mengganggu respons sistem kekebalan,

terutama sel limfosit-T, sehingga mempermudah terserang penyakit infeksi

(Almatsier 2004). Mengingat pentingnya status anemia terhadap prestasi belajar

anak dan aktivitas fisik maka peneliti tertarik untuk meneliti determinan status

anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar siswa di SDN Pasanggrahan II

Purwakarta.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah determinan status anemia,

aktivitas fisik dan prestasi belajar siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut

1. Mempelajari status anemia siswa.

2. Mempelajari karakteristik siswa dan keluarga siswa berdasarkan status

anemia siswa.

3. Mempelajari pengetahuan gizi siswa berdasarkan status anemia siswa.

4. Mempelajari kebiasaan makan sumber zat besi siswa berdasarkan status

anemia.

5. Mengkaji hubungan kebiasaan konsumsi pangan sumber zat besi dengan

status anemia.

6. Mengkaji hubungan status anemia dan aktivitas fisik.

7. Mengkaji hubungan status anemia dan prestasi belajar.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran informasi

bagi siswa, guru dan wali murid tentang pentingnya fungsi zat gizi bagi tubuh kita

khususnya bagi anak sekolah dasar sehingga diharapkan siswa mampu mengatur

konsumsi makannya, sehingga pula dengan pengaturan makanan yang baik dapat

membuat siswa mampu memenuhi gizinya secara lebih baik.

Page 15: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

3

Hipotesis

1. Status anemia berhubungan dengan aktivitas fisik siswa sekolah dasar

Pasanggrahan II Purwakarta.

2. Status anemia berhubungan dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar

Pasanggrahan II Purwakarta

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang

manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan

usia anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan WHO

yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum

menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi

yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21

tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan

psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak

sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa

hingga mencapai tahap proses perkembangan sudah lengkap (Arisman 2004).

Kebutuhan yang meningkat harus diimbangi dengan makanan yang

ditingkatkan. Suatu peraturan yang baik adalah dengan memberikan makanan

kepada anak yang mengandung minimal tiga zat gizi dalam jumlah yang cukup

banyak sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal

(Nasoetion & Riyadi 1996).

Kelompok anak usia sekolah ini merupakan kelompok anak yang sedang

berada pada proses tumbuh kembang fisik dan psikososial yang pesat dan bila

berlangsung secara optimal, sangat diharapkan akan terjadi peningkatan prestasi

akademik, produktivitas kerja dan prestasi olahraga di masa kini dan akan

datang. Tetapi apabila anak sekolah mengalami anemia akan menyebabkan

berbagai macam dampak yang tidak menguntungkan. Anak usia sekolah yang

menderita anemia gizi besi akan mengalami penurunan kemampuan kognitif,

penurunan kemampuan belajar, dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi

belajar.

Menurut Almatsier (2004), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

defisiensi besi dengan fungsi otak. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap

fungsi otak terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (penghantar syaraf).

Akibatnya, kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang dapat berakhir

dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan

kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi

kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh juga menurun.

Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan

aktivitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat

menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari, sehingga sangatlah penting

Page 16: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

4

bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan

kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini

gangguan kesehatan anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi

komplikasi dan permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi.

Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan

dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat

gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan

gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah

atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui

pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku hidup

sehat. Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam hal

kesehatan dan gizi. Usia ibu yang relatif masih muda cenderung memiliki sedikit

sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam mengasuh anak

(Hurlock 1998).

Pengukuran Pengetahuan Gizi

Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda atau multiple choice test.

Instrumen ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan. Di

dalam menyusun instrumen ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di

dalam tes dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar.

Alternatif jawaban yang benar dari berbagai opsi disebut jawaban, sedangkan

alternatif yang salah disebut distracter. Distracter yang baik mempunyai ciri

karakteristik yang hampir mirip dengan jawaban, dengan demikian responden

harus berpikir dahulu sebelum menentukan pilihan jawaban yang benar. Multiple

choice test dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek yang terkait di dalam

ranah kognitif. Bentuk soal multiple choice test akan menghilangkan antivalensi

dari persoalan yang ditanyakan sehingga pertanyaan dapat dijawab sesuai dengan

yang diminta. Bentuk soal ini mempunyai reliabilitas yang tinggi. Adanya opsi

jawaban sebanyak empat butir pilihan mengurangi kesempatan menebak

(Khomsan 2000).

Pembuatan instrumen untuk mengukur pengetahuan gizi hendaknya

memperhatikan aspek reliabilitas dan validitas alat ukur, selain itu jumlah butir

tes harus cukup memenuhi untuk menggambarkan tingkat pengetahuan gizi yang

sesungguhnya. Dengan jumlah soal 20 butir kiranya cukup untuk mengukur

Page 17: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

5

domain pengetahuan gizi tertentu. Tahapan penilaian dilakukan dengan memberi

skor tertentu pada jawaban yang salah atau benar, untuk soal berbentuk correct-

answer multiple choice atau soal dengan satu jawaban benar maka penilaian

dilakukan dengan memberi skor 1 untuk opsi jawaban benar dan 0 untuk opsi

jawaban salah. Sedangkan untuk soal best answer multiple choice, maka opsi

yang paling benar diberi skor tertinggi misalnya 3 kemudian berturut-turut 2,1

dan 0 untuk jawaban yang tingkat kebenarannya kurang. Skor 0 bisa diterapkan

pada opsi tidak tahu (Khomsan 2000).

Kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik,

sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut off

point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori pengetahuan gizi yaitu 1)

baik apabila skor > 80%; 2)sedang apabila skor 60-80%; 3) kurang apabila skor

<60% (Khomsan 2000).

Kebiasaan Makan

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan akan mempengaruhi pilihan terhadap makanan yang

akan dimakan. Apabila hal ini terjadi dan berlangsung dalam waktu lama, maka

akan dapat membentuk pola konsumsi pangan suatu individu atau masyarakat.

Kebiasaan makan yang salah dapat mempengaruhi konsumsi pangan, dalam hal

ini penyerapan zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan. Apabila zat-zat

gizi yang diserap tidak cukup baik kuantitas maupun kualitasnya, maka dalam

jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi individu (Suhardjo 1989).

Kebiasaan makan mencakup empat komponen antara lain konsumsi

pangan, preferensi makanan, ideologi makanan dan sosial budaya pangan.

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang

dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dalam menghitung

jumlah zat gizi yang dikonsumsi kedua informasi ini (jenis dan jumlah pangan)

merupakan hal yang penting (Nasoetion & Riyadi 1996).

Konsumsi pangan baik keluarga, individu, maupun golongan tertentu

dapat diamati dengan cara metode recall. Metode ini umum digunakan untuk

mengetahui konsumsi pangan yang telah lalu (1-3 hari terakhir) baik dari segi

kuantitas maupun dari segi kualitas. Metode ini melibatkan peran serta yang

cukup tinggi dari responden. Responden harus mengingat-ingat lagi apa yang

telah dikonsumsi selama 1-3 hari terakhir. Alat bantu yang dapat digunakan

dalam metode ini adalah ukuran rumah tangga, model pangan (food model) dan

sebagainya untuk menentukan perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati

(Sanjur 1982).

Frekuensi makan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan

makan. Frekuensi makan bisa menjadi penduga tingkat konsumsi gizi, artinya

semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi

semakin besar.

Frekuensi pangan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau berasal

dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar

asal hewan. Pangan hewani mempunyai berbagai keunggulan dibanding pangan

nabati. Pangan hewani terasa gurih atau enak karena mengandung protein dan

Page 18: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

6

lemak yang banyak. Pangan hewani mengandung protein yang lebih berkualitas

karena mudah digunakan tubuh dan memiliki komposisi asam amino yang

lengkap (Hardinsyah & Martianto 1989).

Penilaian Konsumsi Pangan dan Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi

Energi merupakan tiga macam zat gizi (karbohidrat, lemak, dan protein)

yang jika dioksidasi akan menghasilkan energi dalam bentuk panas yang oleh

tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis (Moehji 2007). Zat-zat gizi yang

memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi

ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau

aktivitas (Almatsier 2002).

Protein

Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik

jaringan tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan, karena itu protein

disebut unsur pembangun. Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun

dan memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk

neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik

tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi. Neurotransmitter

catecholaimes dibentuk dari asam amino penting yaitu Tyrosine dan

neurotransmitter serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin menstimulasi

tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi,

sedangkan catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu

menyerap informasi di otak. Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging,

telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama 2010).

Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh memegang

peranan penting dalam proses pertumbuhan dan pengganti sel tubuh yang rusak.

Fungsi khas protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu

membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2002).

Kekurangan konsumsi protein banyak terjadi di kalangan bayi dan anak-

anak, terutama akibat dari kemiskinan. Hal ini tidak saja menyebabkan

pertumbuhan terhambat, tetapi juga perkembangan otaknya, sehingga akan

berakibat pada terbentuknya sumberdaya manusia dengan kualitas rendah

Besi (Fe)

Zat besi (Fe) merupakan komponen penting dalam Hb darah, peranan zat

besi pada umumnya berkaitan dengan proses respirasi sel. Kebutuhan zat besi jika

dihitung berdasarkan jumlah yang dapat diserap sekitar 1-3.2 mg per hari

(Karyadi & Muhilal 1995). Penyerapan besi diatur pada tingkat mukosa intestinal

dan ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Jika tubuh memerlukan banyak besi,

transferrin menjadi tidak jenuh dan dapat mengikat lebih banyak besi (Almatsier

2002).

Pemenuhan kebutuhan zat besi dari diet sulit untuk terpenuhi, meskipun

mampu terpenuhi, keadaan zat-zat penghambat penyerapan zat besi menyebabkan

ketersediaan menurun. Zat besi mudah diserap dalam bentuh fero. Fero banyak

terdapat dalam pangan hewani mengandung besi heme. Sedangkan pangan nabati

Page 19: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

7

lebih banyak mengandung besi non heme yang sulit untuk diserap tubuh

(Flourenvce & Setright 1994).

Besi heme memiliki penyerapan 10-20% dan besi non heme memiliki

penyerapan 2-5%, agar dapat diasorbsi besi non heme di dalam usus halus harus

berada dalam bentuk terlarut dan besi non heme diionisasi oleh asam lambung.

Zat yang menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah asam fitat, asam

oksalat, dan tanin yang terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh

sedangkan vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga

mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar

dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam

bentuk nonhem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C

berperan dalam memindahkan besi dari transferrin di dalam plasma ke ferritin

hati (Almatsier 2002).

Vitamin C juga membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH

lebih tinggi di dalam duodenum, sehingga sangat dianjurkan untuk menyertakan

sumber vitamin C pada setiap waktu makan. Sumber vitamin C pada umumnya

terdapat pada pangan nabati yaitu di dalam sayur daun-daunan dan jenis kol serta

buah terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, dan tomat

(Almatiser 2002).

Pangan yang mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup tinggi adalah

hati, daging dan makanan laut. Angka kecukupan zat besi untuk anak-anak dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Kecukupan zat besi untuk anak usia sekolah

Kelompok/ Umur Kecukupan Besi (mg)

Anak 7-9 tahun 10

Laki-laki 10-12 tahun 13

Perempuan 10-12 tahun 20

Sumber AKG 2004

Hemoglobin

Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di

dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru

ke seluruh tubuh. Kadar hemoglobin yang cenderung normal akan memungkinkan

seseorang mempunyai ketahanan dalam berkonsentrasi yang baik salah satunya

konsentrasi dalam belajar. Kadar hemoglobin dan volume hematokrit sebagai

indikator anemia dapat disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Kadar hemoglobin dan volume hematokrit sebagai indikator anemia

Usia/Jenis kelamin Kadar Hb (g/L)2 Hematokrit (g/L)

Anak 6bulan-2 tahun <110 <0.33

Anak 5-11 tahun <115 <0.34

Anak 12-14 tahun <120 <0.36

Lelaki Dewasa <130 <0.39

Wanita tak hamil <120 <0.36

Wanita Hamil <110 <0.33

Sumber WHO 2000, diacu dalam arisman 2007

Page 20: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

8

Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan fisiologis dimana kandungan

hemoglobin (Hb) darah dibawah normal. Anemia dapat diklasifikasikan

berdasarkan ukuran sel darah merah yaitu anemia makrositik, mikrositik dan

normositik serta berdasarkan kandungan hemoglobin didalamnya yaitu anemia

hipokromik dan normokromik. Pada anemia mikrositik yaitu ukuran sel darah

merah dan jumlah hemoglobin dalam tiap sel darah merah berkurang, sehingga

warna sel darah merah menjadi pucat (Stopler 2004).

Anemia gizi yang umum terjadi adalah anemia defisiensi besi. Anemia

defisiensi besi beresiko terjadi pada anak. Husaini (1989) menyatakan bahwa ada

tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya anemia gizi besi yaitu

kehilangan darah karena perdarahan, kerusakan sel darah merah dan produksi

darah merah tidak cukup. Anemia defisiensi zat besi salah satunya disebabkan

karena kurangnya konsumsi pangan hewani sumber zat besi, seng dan selenium

yang banyak di dalam daging, hati dan telur. Kalsium dan seng berperan dalam

pertumbuhan dan berbagai proses dalam tubuh. Zat besi bersama zat gizi lainnya

berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah hemoglobin. Hemoglobin

berguna untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Bila kadar

hemoglobin rendah (anemia) maka tubuh kekurangan oksigen sehingga badan

menjadi lemah, konsentrasi belajar dan stamina atau produktivitas kerja menjadi

menurun (Hardinsyah 2004).

Raspati (2010), menyebutkan bahwa anemia defisiensi besi merupakan

bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang

sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia

dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Saat ini di

Indonesia anemia defisiensi besi masih merupakan salah satu masalah gizi utama

disamping kekurangan kalori protein, vitamin A dan iodium.

Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh penyebab langsung

maupun tidak langsung. Penyebab tidak langsung berupa ketersediaan zat besi

dalam makanan yang rendah, praktek pemberian makanan yang kurang baik dan

rendahnya keadaan sosial ekonomi sedangkan penyebab langsung berupa jumlah

zat besi dalam makanan yang kurang.

Proses terbentuknya kondisi anemia defisiensi besi terbagi menjadi tiga

fase yaitu deplesi besi, iron defisiensi dan anemia kekurangan besi. Fase pertama

merupakan pengurangan cadangan besi di hati yang tercermin pada penurunan

kadar ferritin serum atau plasma. Fase kedua, terjadi penurunan lebih lanjut

simpanan besi hingga terjadi penurunan kejenuhan transferrin dan fase terakhir,

terjadi kehabisan simpanan besi. Penurunan tingkat sirkulasi besi dan keberadaan

anemia hipokromik mikrositik yang berakibat pada berkurangnya konsentrasi

hemoglobin di sel darah merah atau kondisi ini disebut sebagai anemia defisiensi

besi (Gibson 2005).

Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak

langsung. Berikut adalah gambar penyebab langsung dan tidak langsung anemia

gizi besi di Indonesia. Menurut Depkes (1998) Anemia Gizi Besi (AGB) dapat

terjadi karena :

Page 21: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

9

1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi

kebutuhan. Anemia kekurangan zat besi ini terjadi karena pola konsumsi

makanan masyarakat Indonesia masih di dominasi sayuran

2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, pada masa pertumbuhan

seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat

tajam.

3. Menigkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh, perdarahan atau kehilangan

darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat terjadi pada penderita

1)kecacingan; 2)malaria pada penderita Anemia Gizi Besi yang dapat

memperbesar anemianya; 3)kehilangan darah pada waktu haid.

Menurut Husnaini (1989), Berikut ini gambar modifikasi penyebab langsung dan

tidak langsung keadaan kurang besi di Indonesia

Penyebab tidak langsung Penyebab Langsung Status Besi

Gambar 1 Modifikasi Penyebab langsung dan tidak langsung keadaan kurang

besi di Indonesia (Husaini 1989)

Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang

diberikan oleh guru. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan melalui

proses penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes maupun evaluasi

(Syah 2010). Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang

1. Ketersediaan zat besi

dalam makanan rendah

2. Praktek pemberian

makanan kurang baik

3. Sosek rendah

1. Komposisi makanan

kurang

2. Terdapat zat yang

menghambat absorbsi

1. Pertumbuhan fisik

2. Kehamilan dan

menyusui

1. Perdarahan kronis

2. Parasit infeksi

3. Pelayanan kesehatan

yang kurang

Jumlah zat besi dalam

makanan kurang

Absorpsi zat besi

rendah

Kebutuhan zat besi

meningkat

Kehilangan darah

Keadaan

kurang

besi

Anemia

Gizi Besi

Page 22: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

10

tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan

tes, penilaian prestasi belajar dapat berupa angka atau huruf.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

dapat digolongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Faktor internal meliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan, minat, motivasi,

konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri dan faktor intelegensi.

2. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

(seperti bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan) dan lingkungan

masyarakat.

Kecerdasan

Kecerdasan didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk

berpikir, bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan

secara efektif. Dua cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kecerdasan yaitu

dengan cara pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara

langsung menggunakan tes psikologi yang menghasilkan taraf kecerdasan yang

dikenal dengan menggunakan tes psikologi yang dikenal dengan Intelegence

Quotient (IQ), sedangkan pengukuran tidak langsung dengan cara memonitor

prestasi akademik.

Minat

Minat adalah perasaan seseorang bahwa aktivitas, pekerjaan atau objek

tertentu berharga baginya. Bila seseorang siswa sangat berminat untuk belajar dan

menggangap belajar sebagai sesuatu yang berharga maka prestasi belajar yang

diraihnya akan tinggi. Minat adalah bagian dari sikap karena dari sikap akan

timbul suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek

dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda menyenangi objek

tersebut.

Motivasi

Menurut Winkel (1996), menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi memegang

peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa

termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

Menurut Syah (2010), menyatakan bahwa motivasi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinstik (motivasi yang berasal

dari dalam diri siswa) dan motivasi ekstrinstik (motivasi yang berasal dari luar

diri siswa). Motivasi instrinsik mencakup perasaan menyenangi materi dan

kebutuhan akan materi, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan movitivasi

yang berhubungan dengan adanya pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib

serta teladan orangtua dan guru.

Cara Belajar

Cara belajar mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Beberapa hal

mengenai cara belajar yang efisien yaitu; 1)konsentrasi sebelum dan saat belajar;

2)segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima; 3)membaca secara teliti

Page 23: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

11

dan betul bahan yang sedang dipelajari serta menguasainya; 4)menyelesaikan

soal-soal. Kesulitan dalam belajar disebabkan oleh kebiasaan belajar yang kurang

baik seperti pengaturan waktu yang tidak tepat sehingga siswa sering tidak siap

untuk belajar dan hanya menemukan rutinitas tanpa tujuan sebelumnya (Gunarsa

1995).

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga sangat menentukan prestasi belajar siswa di

sekolah. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

mempengaruhi perkembangan anak. Kegagalan sering dirasakan orangtua karena

ada hal-hal tertentu yang kurang diperhatikan. Benturan nilai antara orang tua dan

anak bisa menimbulkan ketegangan yang berlarut-larut yang mengganggu pula

konsentrasi anak (Gunarsa 1995).

Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala menurut

suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan pengetahuan dan

keterampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran ini digunakan

oleh seorang tenaga pengajar untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar

anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai

kemajuan atau hasil akademik muridnya selama masa tertentu. Prestasi belajar

anak dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran

meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Skor prestasi belajar merupakan hasil yang diwujudkan

dalam bentuk angka. Menurut Syah (2010) tingkat keberhasilan belajar di bagi

menjadi 4 kategori yaitu kurang jika nilai <60, cukup jika skor 60-69, baik jika

skor 70-79, dan sangat baik jika skor ≥80.

Hubungan Prestasi Belajar dengan Anemia

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan

seseorang untuk dapat belajar secara efektif. Seseorang mungkin yang sering sakit

atau memiliki kondisi tubuh yang kurang sehat biasanya mengalami kesulitan

tertentu dalam belajar misalnya cepat lelah dan tidak bisa berkonsentrasi karena

penglihatan atau pendengaran terganggu.

Menurut Gunarsa (1995), menyatakan bahwa anak yang kurang sehat atau

kurang gizi dengan sendirinya daya tangkap dan kemampuan belajarnya kurang

dibandingkan dengan anak yang sehat. Pertumbuhan dan perkembangan anak

sekolah akan terganggu karena menderita sakit, kurang gizi atau anemia. Keadaan

ini akan mempengaruhi proses belajar yang lebih lanjut akan mengurangi

konsentrasi dan prestasi belajar disekolah.

Kadar hemoglobin dalam darah juga mempunyai peran terhadap

keberhasilan seseorang dalam belajar yang tercermin dalam prestasi belajarnya.

Page 24: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

12

Studi menunjukan adanya hubungan signifikan antara konsentrasi hemoglobin

dengan kemampuan kognitif dengan hasil dimana nilai anak-anak yang kurang zat

besi lebih rendah dibandingkan dengan nilai anak-anak dengan zat besi yang

cukup (Almatsier 2002).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi

untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga dan

lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut

lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Syafiq et al 2009).

Aktivitas fisik selain membuat sehat juga mampu berpengaruh pada

pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Anak-anak yang tetap aktif secara fisik

memiliki kebiasaan tidur yang lebih baik, selain itu mereka juga mampu

menangani tantangan fisik dan emosional seperti berlari atau belajar untuk

menghadapi ujian jauh lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak aktif. Ada

beberapa manfaat akademis dari kelas pendidikan jasmani atau anak yang terlibat

aktivitas fisik dalam waktu istirahat selama di sekolah. Beberapa peneliti

menunjukkan adanya pengaruh positif dari aktivitas jasmani terhadap peningkatan

kemampuan kognitif siswa dan juga dapat meningkatkan rentan perhatian mereka.

Hal ini dapat menghasilkan penampilan yang lebih baik secara keseluruhan di

bidang akademik. Aktivitas fisik yang teratur berhubungan dengan peningkatan

kognitif pelakunya.

Seseorang yang melakukan aktivitas jasmani yang teratur ternyata

menunjukkan hasil IQ yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak

melakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik dapat berpengaruh

langsung terhadap fungsi kognitif seseorang, seperti meningkatkan fungsi

cerebrovaskular (Syafiq et al 2009).

Menurut Sjostrom et al (2008), menyatakan bahwa terdapat perbedaan

antara aktivitas fisik dengan olahraga. Perbedaannya adalah aktivitas fisik

merupakan bentuk dari perilaku yang menghasilkan energi expenditure karena

pergerakan otot tubuh termasuk lengan dan kaki, sedangkan olahraga merupakan

bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan dilakukan berulang

berupa pergerakan tubuh untuk meningkatkan atau mencapai kebugaran.

Page 25: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

13

KERANGKA PEMIKIRAN

Kelompok anak usia sekolah ini merupakan kelompok yang sedang

berada pada proses tumbuh kembang fisik dan psikososial yang pesat sehingga

bila berlangsung secara optimal, sangat diharapkan akan terjadi peningkatan

prestasi akademik, produktivitas kerja dan prestasi olahraga di masa kini dan

akan datang (Depkes 2003).

Social ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan

dan pendapatan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi status anemia

siswa. Konsumsi makan yang terbentuk dipengaruhi juga oleh kebiasaan makan,

kebiasaan makan akan mempengaruhi konsumsi asupan zat gizi salah satunya

yaitu konsumsi pangan sumber zat besi, dimana jika konsumsi sumber zat besi

tidak mencukupi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya anemia. Anemia

gizi pada anak sekolah dasar dapat menurunkan semangat dalam konsentrasi

belajar dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar siswa.

Menurut Winkel (1996) beberapa hal yang berpengaruh terhadap prestasi

belajar adalah kecerdasan, minat, motivasi, cara belajar dan lingkungan selain itu

apabila anak sekolah mengalami anemia akan mengalami penurunan aktivitas

fisik. Anemia karena defisiensi zat besi sangat menurunkan kapasitas kerja

individual, bahkan anemia karena defisiensi dalam derajat yang ringan sekalipun

dapat menurunkan kemampuan latihan fisik yang singkat tetapi intensif. Dalam

penelitian ini prestasi belajar diukur dengan melihat evaluasi belajar siswa

sedangkan aktivitas fisik dilihat berdasarkan hasil wawancara siswa. Faktor-

faktor yang mempengaruhi status anemia, aktivitas fisik dengan status anemia

dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Page 26: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

14

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Hubungan yang dianalisis

Gambar 2.Model Kerangka pemikiran determinan status anemia, aktivitas fisik

dan prestasi belajar siswa di SDN Pasanggrahan II Purwakarta.

Kebiasaan Makan

Siswa

Social ekonomi keluarga

1. Besar keluarga

2. Pendidikan orang tua

3. Pekerjaan orang tua

4. Pendapatan orang tua

Informasi

Karakteristik Siswa

1. Kadar Hb

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Besar Uang Saku

1. Penyakit Malaria

2. Kecacingan

Ketersediaan

Pangan Keluarga

Pengetahuan Gizi

Siswa

Konsumsi Zat Gizi

(sumber zat besi) siswa

Status Anemia

Aktivitas

Fisik Prestasi

Belajar

Page 27: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

15

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan bagian penelitian dengan Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Nurani Dunia dan

IPB. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, bertempat di SDN

Pasanggrahan II, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten

Purwakarta Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai

Desember 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alasan

dipilihnya SDN Pasanggrahan II yaitu karena SDN Pasanggrahan II termasuk ke

dalam sekolah yang berhak menerima zakat. Contoh yang digunakan dalam

penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas empat dan lima di SDN

pasanggrahan II. Pertimbangan diambilnya contoh kelas empat dan lima karena

dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak sedang dalam persiapan ujian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi data karakteristik siswa, karakteristik keluarga siswa,

pengetahuan gizi siswa, dan konsumsi pangan sumber zat besi. Data karakteristik

siswa, kebiasaan konsumsi pangan sumber zat besi dan aktivitas fisik didapat

berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, sedangkan data sekunder meliputi

kadar Hb dan nilai akhir semester siswa yang digunakan untuk mengukur prestasi

belajar serta keadaan umum sekolah untuk mengetahui gambaran umum sekolah.

Data jenis dan cara pengumpulan disajikan dalam Tabel 3 berikut ini

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data Alat Pengumpul

Data

Karakteristik Individu

Identitas Siswa, Uang

saku

Primer

Wawancara Siswa

Kuisioner

Pengetahuan Gizi Primer Wawancara Siswa Kuisioner

Konsumsi Pangan Primer Wawancara Kuisioner

Kadar Hb Sekunder Data hasil screening Hb oleh

Tanziha & Prasodjo (2012)

Evaluasi Belajar Sekunder UAS

Aktivitas Fisik Primer Wawancara Siswa Kuisioner

Page 28: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

16

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data Alat Pengumpul

Data

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Primer Wawancara Kuisioner

Pekerjaan Primer Wawancara Kuisioner

Pendapatan Perkapita Primer Wawancara Kuisioner

Profil Sekolah Sekunder Laporan tahunan sekolah

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara pemberian kode data (coding),

pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Data

diolah dengan Microsoft Excel 2007 kemudian data dianalisis dengan SPSS for

windows 16.0. Data yang dianalisis meliputi karakteristik siswa yang terdiri dari

usia, jenis kelamin, uang saku dan status anemia siswa. Data Hb yang diperoleh

berdasarkan data hasil screening Hb oleh Tanziha dan Prasodjo (2012) .

Variabel uang saku siswa dengan cara pemberian kategori yang

digolongkan berdasarkan nilai skor dengan menggunakan teknik skoring Slamet

(1993) dengan menggunakan rentang kelas dengan rumus sebagai berikut :

Rentang Kelas : Skor Maksimum – Skor Minimum

Jumlah Kategori

Uang saku dikelompokkan menurut interval dibagi menjadi 3 kategori yaitu

dikategorikan kurang (<Rp1.000 – Rp2.333), sedang (Rp2.334 - Rp3.666) dan

besar (>Rp3667– Rp5000). Status anemia siswa berdasarkan WHO (2000),

anemia jika nilai hemoglobin dalam darah <11.5g/dl dan normal jika ≥11.5g/dl

Data Karakteristik keluarga yang diamati meliputi besar keluarga,

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan per kapita keluarga.

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari

suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Besar

keluarga dikelompokan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan

keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga

kurang dari empat orang, keluarga sedang adalah keluarga dengan jumlah anggota

lima hingga tujuh orang, sedangkan keluarga lebih besar lebih dari tujuh orang

(BKKBN 1998).

Pendidikan orang tua dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhir orang

tua, yaitu 1)tidak sekolah; 2)SD (Sekolah Dasar); 3)SMP (Sekolah Menengah

Pertama; 4)SMA (Sekolah Menengah Atas) dan 5)perguruan tinggi demikian pula

pekerjaan orang tua yang dikelompokkan berdasarkan 1)tidak bekerja; 2)petani;

3)buruh bangunan; 4)guru, PNS dan Polisi; 5)wiraswasta 6)lainnya (ojek, supir,

dan sebagainnya) serta pendapatan per kapita dikelompokan berdasarkan garis

kemiskinan Kabupaten Purwakarta sebesar Rp.226.118, dikatakan keluarga

miskin jika pendapatan perkapita keluarga kurang dari Rp.226.118 dan dikatakan

tidak miskin jika lebih atau sama dengan Rp.226.118.

Pengetahuan gizi yang diukur dengan memberiakan pertanyaan sejumlah

20 pertanyaan yang meliputi pengetahuan gizi umum, anemia dan jajanan

makanan kemudian diberi skor 0 bila salah dan 1 bila benar kemudian

dijumlahkan dan dihitung persentase jawaban yang benar secara keseluruhan.

Persentase jawaban benar dikategorikan menjadi baik apabila skor pengetahuan

Page 29: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

17

gizi lebih dari 80%, sedang apabila skor pengetahuan gizi 60-80% dan kurang

apabila skor kurang dari 60% (khomsan 2000).

Data konsumsi pangan hasil 2 x 24 jam food recall diolah menggunakan

program microsoft excel 2007 untuk mengetahui jumlah zat gizi yang dikonsumsi,

data konsumsi pangan yang telah didapatkan juga diolah dengan cara

mengkonversi jumlah zat gizi dalam satuan energi (kkal), protein (g), kalsium,

vitamin A (RE), vitamin C (mg) dan besi (mg) yang merujuk pada daftar konversi

bahan makanan (DKBM 2004). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut

KGij : (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan :

KGij : Kandungan zat gizi dalam makanan j

Bj : Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij : Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj : Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung dengan membandingkan

asupan energi dan protein siswa dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang

dianjurkan per orang per hari. Selanjutnya tingkat kecukupan (TK) energi dan

protein dikategorikan defisit tingkat berat apabila TK<70%, defisit tingkat sedang

apabila TK 70-79%, defisit tingkat ringan apabila TK 80-89%, normal apabila TK

90-119%, dan lebih apabila TK≥120% (Depkes 2003), berbeda dengan energi dan

protein, tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan sebagai kurang

apabila TK<77% dan cukup apabila TK≥77% (Gibson 2005).

Penilaian prestasi belajar dapat dilihat dengan cara mengevaluasi hasil

belajar siswa, Menurut Syah (2010) tingkat keberhasilan belajar di bagi menjadi 4

kategori yaitu, kurang jika nilai <60, cukup jika skor 60-69, baik jika skor 70-79,

dan sangat baik jika skor ≥80.

Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode wawancara langsung dan

hasilnya akan diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan

dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa besarnya aktivitas fisik yang

dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity

level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR :Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis

aktivitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis

kategori berdasarkan PAR disajikan dalam Tabel 4.

Page 30: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

18

Tabel 4 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR

Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1

PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2

PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72

PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5

PAL5 Makan dan minum 1.6

PAL6 Jalan santai 2.5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4

PAL9 Menjaga anak 2.5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75

PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7

PAL12 Kegiatan berkebun 2.7

PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan

mengetik)

1.3

PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa

arsip)

1.6

PAL15 Olahraga (badminton) 4.85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6

PAL18 Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7.5

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi empat kategori menurut

FAO/WHO/UNU (2001). Data kategori tingkat aktivitas fisik disajikan dalam

tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas Sangat Ringan < 1.40

Aktivitas Ringan 1.40-1.69

Aktivitas Sedang 1.70-1.99

Aktivitas Berat 2.00-2.40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Data tersebut diolah dengan menggunakan Microsoft excel 2007 dan hasil

pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif

dilakukan terhadap data karakteristik siswa dan keluarga siswa kemudian

dilakukan uji beda untuk menganalisis perbedaan antara karakteristik siswa,

karakteristik keluarga, aktivitas fisik dan prestasi belajar berdasarkan status

anemia. Analisis korelasi bivariat menggunakan uji korelasi pearson untuk

mengetahui hubungan antara prestasi belajar dengan status anemia dan uji

korelasi spearman mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan status

anemia serta analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisa

determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar siswa melalui

program SPSS for windows 16.0.

Page 31: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah

Sekolah dasar Negeri Pasanggrahan II berdiri sejak Tahun 1974 yang

terletak di Kampung Cilanggohar, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegal Waru,

Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Sekolah ini mendapatkan jenjang

akreditasi C. Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Pasanggrahan II

berlangsung dari hari senin hingga jumat dengan jam belajar berkisar antara

empat hingga enam jam.

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh SDN Pasanggrahan II berjumlah

sembilan orang, yang terdiri dari satu kepala sekolah, dua orang guru tetap dan

tujuh orang tenaga pengajar tidak tetap. Fasilitas sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah terdiri dari tujuh unit ruang kelas, satu unit ruang kantor,

lapangan olahraga, satu unit kamar mandi dan tempat mencuci tangan. Fasilitas

yang terdapat di dalam kelas yaitu meja dan kursi yang disesuaikan dengan

jumlah siswa tiap kelas dilengkapi pula satu buah meja dan kursi guru, satu buah

whiteboard dan papan tulis, satu buah papan absensi contoh, satu buah jam

dinding dan tempat sampah di depan ruang kelas. Sekolah ini mempunyai

kegiatan ekstrakulikuler yaitu pramuka dan PMR, Kegiatan ini dilaksanakan

seminggu sekali di luar jam pelajaran sekolah.

Kegiatan belajar mengajar untuk kelas satu sampai kelas tiga pada hari

Senin sampai Kamis dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 11.00 WIB,

sedangkan pada hari Jumat dimulai pukul 07.15 hingga pukul 10.00. Kegiatan

belajar mengajar untuk kelas empat sampai kelas enam pada hari Senin sampai

Kamis dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pada hari

Jumat kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul

10.30 WIB. Sekolah SDN Pasanggrahan II. Kondisi lingkungan lahan pada area

sekolah kering dan banyak batu-batuan besar sehingga tanaman hijau sulit

tumbuh.

Status Anemia Siswa

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar

hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2007). Menurut WHO (2000)

yang diacu dalam Arisman (2007), menyatakan bahwa kadar Hb normal untuk

anak usia lima hingga sebelas tahun yaitu 11.5 g/dl. Kadar hemoglobin menurut

WHO dikategorikan dalam dua kelompok yaitu anemia dan normal, dikatakan

anemia jika kadar Hb ≥11.5 g/dl dan anemia jika kadar Hb <11.5 g/dl Data

sebaran siswa berdasarkan status anemia yang disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan status anemia

Status Anemia n %

Anemia 25 48.08

Normal 27 51.92

Total 52 100

Page 32: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

20

Berdasarkan Tabel 6 didapatkan hasil sebanyak 25 siswa (48.08%)

mengalami anemia dan sebanyak 27 orang (51.92%) dengan status normal. Hal

ini sejalan dengan penelitian Astina (2012) yang menyatakan bahwa prevalensi

anemia di Kabupaten Purwakarta sebesar 66.7%. Menurut Depkes (1998)

menyatakan bahwa anemia gizi besi (AGB) dapat terjadi karena 1)kandungan zat

besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan; 2)meningkatnya

kebutuhan tubuh akan zat besi dan 3)meningkatnya pengeluaran zat besi dari

tubuh.

Karakteristik Siswa

Data karakteristik siswa yang diamati yaitu meliputi usia, jenis kelamin dan

uang saku siswa, contoh dalam penelitian ini merupakan siswa kelas empat dan

lima SDN Pasanggrahan II Purwakarta yang berjumlah 52 siswa dengan usia

berkisar antara 9 sampai 12 tahun. Menurut Hurlock (2004) kategori usia dibagi

menjadi dua yaitu masa akhir kanak-kanak atau late chilhood (6-12 tahun) dan

masa remaja awal (13-14 tahun). Uang saku dikelompokkan menurut interval

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu dikategorikan kurang (<Rp1.000 – Rp2.333),

sedang (Rp2.334 - Rp3.666) dan besar (>Rp3667– Rp5000). Data sebaran siswa

berdasarkan karakteristik siswa dan status anemia yang disajikan dalam Tabel 7

berikut ini.

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik siswa dan status anemia

Karakteristik Anemia Normal Total p

n % n % n %

Usia

9 11 44 7 25.9 18 34.6 0.48

10 7 28 11 40.7 18 34.6

11 2 8 4 14.8 6 11.5

12 5 20 5 18.5 10 19.2

Total 25 100 27 100 52 100

Jenis Kelamin

Perempuan 14 56 16 59.3 30 57.7 0.28

Laki-laki 11 44 11 40.7 22 42.3

Total 25 100 27 100 52 100

Uang Saku

Kurang 19 76 24 88.9 43 82.7 0.051

Sedang 5 20 2 7.4 7 13.5

Besar 1 4 1 3.7 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 7 sebaran karakteristik siswa menurut status anemia,

sebagian besar pada kelompok siswa anemia berusia 9 tahun (44%) dengan rata-

rata usia siswa pada yaitu 10±1.2, sebagian besar pada kelompok siswa normal

berusia 10 tahun (40.7%) dengan rata-rata usia siswa yaitu 10.2±1.05

Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan hasil sebesar p>0.05. Hal tersebut

menandakan bahwa tidak ada perbedaan usia yang signifikan pada kedua

kelompok. Jenis kelamin menurut status anemia didapatkan hasil bahwa sebagian

besar jenis kelamin baik kelompok siswa anemia (56%) maupun kelompok siswa

normal (57.7%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan uji beda T-Test

Page 33: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

21

didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan bahwa tidak ada

perbedaan jenis kelamin yang signifikan pada kedua kelompok.

Uang saku menurut status anemia didapatkan hasil sebagian besar baik

kelompok siswa anemia (76%) maupun kelompok siswa normal (88.9%)

memiliki uang saku dalam kategori Kurang (>Rp1.000 – Rp 2.333). Berdasarkan

uji beda T-Test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan bahwa

tidak ada perbedaan uang saku yang signifikan pada kedua kelompok. Uang saku

yang dimiliki siswa rata-rata yaitu untuk kelompok anemia sebesar

Rp.1920±942.9 dan kelompok normal sebesar Rp.1740.74±891.9. Alokasi uang

siswa yang digunakan sebagian besar yaitu untuk membeli jajanan pangan selama

disekolah, contoh yang dibeli oleh sebagian besar siswa yaitu adalah minuman

ringan dan chiki. Uang saku yang diperoleh siswa tergantung dari pendapatan

yang yang dimiliki orang tua, sehingga pada kedua kelompok siswa rata-rata

memiliki uang saku yang kurang.

Uang saku yang diperoleh siswa merupakan pemberian orang tua yang

digunakan untuk memenuhi keperluan mereka sehari-hari baik untuk jajan,

transportasi atau keperluan lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi

pemberian jumlah uang saku kepada anak sekolah dasar yaitu besarnya

pendapatan orang tua. Jumlah uang saku yang semakin besar membuat membuat

anak dapat memilih makanan yang beragam dan berkualitas. Besar uang saku

anak merupakan indikator sosial ekonomi keluarga. semakin besar uang saku,

maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan, baik di kantin

maupun di luar sekolah (Andarwulan et al 2008).

Karakteristik Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu,

dan anak (keluarga inti). Besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga

yang tinggal dalam satu rumah (Suhardjo 1989). Karakteristik keluarga data yang

diambil yaitu meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua (ayah dan ibu),

pekerjaaan orang tua (ayah dan ibu) dan pendapatan per kapita.

Besar keluarga di bagi menjadi 3 kategori yaitu kecil (≤4 orang), sedang

(5-6 orang) dan besar (≥7 orang) demikian pula tingkat pendidikan orangtua

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak terutama

pemberian makan, konsumsi pangan dan status gizi.

Menurut Suhardjo (1989) pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi, semakin tinggi pendapatan

maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya

pendapatan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan

makanan. Tingginya pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan

jenis pangan yang dikonsumsi. Data sebaran siswa berdasarkan karakteristik

keluarga dan status anemia dapat disajikan dalam Tabel 8 berikut ini.

Page 34: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

22

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga dan status anemia

Karakteristik Anemia Normal Total p

n % n % n %

Besar Keluarga

Kecil(≤ 4 orang) 8 32 6 22.2 14 26.9 0.46

Sedang (5-7 orang) 14 56 20 74.1 34 65.4

Besar (≥ 7 orang) 3 12 1 3.7 4 7.7

Total 25 100 27 100 52 100

Pendidikan Ayah

Tidak sekolah 7 28 4 14.8 11 21.2 0.55

SD 15 60 21 77.8 36 69.2

SMP 1 4 1 3.7 2 3.8

SMA 2 8 0 0 2 3.8

Perguruan Tinggi 0 0 1 3.7 1 1.9

Total 25 100 27 100 52 100

Pendidikan Ibu

Tidak sekolah 3 12 6 22.2 9 17.3 0.58

SD 21 84 20 74.1 41 78.8

SMP 0 0 0 0 0 0

SMA 0 0 0 0 0 0

Perguruan Tinggi 1 4 1 3.7 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Pekerjaan Ayah

Petani 3 12 2 7.4 5 9.6 0.58

Buruh bangunan 16 64 17 63 33 63.5

Guru,PNS 1 4 1 3.7 2 3.84

Wiraswasta 5 20 6 22.2 11 21.2

Lainnya 0 0 1 3.7 1 1.9

Total 25 100 27 100 52 100

Pekerjaan Ibu

Ibu rumah tangga 20 80 22 81.5 42 80.8 0.64

Petani 0 0 1 3.7 1 1.9

Guru,PNS 1 4 1 3.7 2 3.8

PRT 1 4 1 3.7 2 3.8

Wiraswasta 3 12 2 7.4 5 9.6

Total 25 100 27 100 52 100

Pendapatan Perkapita

Miskin 18 72 23 85.2 41 78.8 0.25

Tidak Miskin 7 28 4 14.8 11 21.2

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 8 sebaran karakteristik menurut status anemia

didapatkan hasil bahwa sebagian besar kelompok siswa anemia (32%) termasuk

dalam besar keluarga kategori kecil), (56%) siswa termasuk dalam besar keluarga

kategori sedang dan (12%) siswa termasuk dalam kategori keluarga besar.

Kemudian pada kelompok siswa normal (22.2%) termasuk dalam besar keluarga

kategori kecil, (74.1%) termasuk dalam besar keluarga sedang dan (7.7%)

termasuk dalam besar keluarga besar. Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan

hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan

besar keluarga siswa pada kedua kelompok.

Menurut Suhardjo (1989), menyatakan bahwa semakin banyak anggota

keluarga maka makanan untuk setiap anggota keluarga akan berkurang dan

semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan hidup juga akan meningkat

sehingga diperlukan suatu upaya guna peningkatan pendapatan agar kebutuhan

Page 35: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

23

dalam keluarga dapat terpenuhi. Pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari

akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga lebih banyak, hal ini menyebabkan

kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak mencukupi

kebutuhannya (Sediaoetama 2000).

Menurut Sukandar (2007), menyatakan bahwa tingkat pendidikan

orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak

terutama pemberian makan, konsumsi pangan dan status gizi. Umumnya

pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih

makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai jenis pangan yang

tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat

terpenuhi dengan baik.

Berdasarkan tingkat pendidikan ayah didapatkan hasil bahwa sebagian

besar baik kelompok siswa anemia (60%) maupun kelompok siswa normal

(77.8%) pendidikan terakhir ayah yaitu SD (sekolah dasar). Berdasarkan uji beda

T-Test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan

terakhir ayah tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.

Sukandar (2007), menyatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi

cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai

dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga

kebutuhan gizi dapat terpenuhi dengan baik. Menurut Atmarita (2004)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang lebih tinggi akan memberi

stimulasi lingkungan (fisik, social, dan psikologis) bagi anak-anaknya

dibandingkan dengan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah.

Berdasarkan pendidikan ibu didapatkan hasil bahwa sebagian besar baik

kelompok siswa anemia (84%) maupun kelompok siswa normal (74.1%)

pendidikan terakhir ibu yaitu pada tingkatan SD (sekolah dasar). Berdasarkan uji

beda T-Test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan bahwa

pendidikan terakhir ibu tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua

kelompok.

Pekerjaan orang tua yang terdiri dari pekerjaan ayah dan ibu, didapatkan

hasil bahwa sebagian besar baik kelompok siswa anemia (64%) maupun

kelompok siwa normal (63%) pekerjaan ayah siswa adalah sebagai buruh

bangunan. Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal

tersebut menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan pekerjaan ayah pada

kedua kelompok.

Menurut Suhardjo (1989), menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang

dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan

kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan

yang diterima.

Pekerjaan ibu didapatkan hasil bahwa sebagian besar baik kelompok

anemia (80%) maupun kolompok siswa normal (81.5%) pekerjaan ibu siswa

adalah tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan uji beda T-Test

didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pekerjaan ibu pada kedua kelompok. Menurut

Suhardjo (1989) ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk

mempersiapkan makanan bagi keluarga, namun seseorang istri yang turut bekerja

akan meningkatkan pendapatan keluarga.

Page 36: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

24

Pendapatan perkapita dikelompokan berdasarkan garis kemiskinan

Kabupaten Purwakarta tahun 2010 yaitu 226.118/kapita/bulan. Berdasarkan data

pendapatan perkapita dapat dilihat bahwa sebagian besar baik kelompok status

anemia (72%) maupun kelompok siswa normal (85.2%) tingkat pendapatan

keluarga dikategorikan pada keluarga miskin. Berdasarkan uji beda T-Test

diketahui nilai p>0.05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan

pendapatan perkapita pada kedua kelompok. Pendapatan perkapita pada kedua

kelompok sebagian besar dikategorikan pada keluarga miskin, hal tersebut akan

mempengaruhi terhadap kuantitas dan kualitas makan yang akan dikonsumsi dan

daya beli makanan sehingga akan mempengaruhi kebiasaan makan siswa,

khususnya kebiasaan pangan sumber zat besi yang salah satu faktor penyebab

langsung anemia.

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas

makanan yang dikonsumsi, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar

peluang untuk memilih pangan yang baik (Suhardjo 1989). Penurunan kuantitas

dan kualitas konsumsi pangan serta aksesibilitas yang rendah akan berdampak

negatif pada kesehatan anak yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi

(Hardinsyah 2007).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan

makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan dan makanan yang

aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit serta cara mengolah

makanan yang baik agar zat gizi tidak menimbulkan penyakit (Notoatmodjo

1993).

Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga pernyataan yaitu

1)status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan;

2)setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal;

3)ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga masyarakat dapat belajar

menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Tingkat pengetahuan gizi sanagatberpengaruh terhadap sikap dan perilaku

hidu sehat. Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan akan lebih mudah menyerap informasi dan

mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup, khusunya dalam hal

kesehatan pangan dan gizi (Hurlock 1998).

Pertanyaan - pertanyaan pangan dan gizi yang diajukan dalam penelitian

ini sebanyak 20 pertanyaan yang meliputi pengetahuan gizi umum, pengetahuan

jajanan dan pengetahuan tentang anemia, dimana dari masing-masing pertanyaan

diberikan skor kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kurang,

sedang dan baik. Data sebaran siswa berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan

pengetahuan gizi dalam Tabel 9 berikut ini.

Page 37: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

25

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan pengetahuan

gizi dan status anemia

No

Pertanyaan

Anemia

(n:25)

Normal

(n:27)

Total

(n:52)

n % n % n %

1 Pengertian makanan bergizi 20 80 22 81.5 42 80.8

2 Manfaat makanan bergizi 11 44 12 44.4 23 44.2

3 Sumber makanan yang mengandung

vitamin dan mineral

10 40 10 37.0 20 38.5

4 Sumber makanan yang mengandung

karbohidrat

15 60 8 29.6 23 44.2

5 Sumber makanan yang mengandung

lemak

15 60 14 51.9 29 55.8

6 Sumber makanan yang mengandung

proteinhewani

14 56 19 70.4 33 63.5

7 Sumber makanan yang mengandung

protein nabati

5 20 7 25.9 12 23.1

8 Sumber makanan yang mengandung

vitamin A

18 72 19 70.4 37 71.2

9 Pengertian makanan sehat 17 68 24 88.9 41 78.8

10 Contoh makanan seimbang 17 68 23 85.2 40 76.9

11 Contoh makanan jajanan sumber

karbohidrat

15 60 10 37 25 48.1

12 Contoh makanan jajanan sumber

hewani

0 0 4 14.8 4 7.7

13 Contoh makanan jajanan sumber

nabati

8 32 4 14.8 12 23.1

14 Contoh minuman yang baik untuk

tubuh

19 76 23 85.2 42 80.8

15 Pengertianmakanan jajanan 3 12 8 29.6 11 21.2

16 Pengertian anemia 12 48 13 48.1 25 48.1

17 Penyebab anemia 4 16 10 37 14 26.9

18 Tanda-tanda anemia 5 20 7 25.9 12 23.1

19 Cara pencegahan anemia 2 8 6 22.2 8 15.4

20 Contoh makanan yang tidak

termasuk makanan sumber zat besi

7 28 10 37 17 32.7

Anak usia sekolah dasar berada pada usia pertumbuhan dan

perkembangan. Kelompok usia ini beresiko mengalami masalah kekurangan gizi,

hal tersebut terjadi karena nafsu makan yang kurang selama periode tertentu.

Berdasarkan Tabel 9 didapatkan hasil bahwa pertanyaan yang masih sama-sama

belum dimengerti kedua kelompok siswa baik kelompok siswa anemia maupun

normal yaitu mengenai pertanyaan contoh makanan sumber jajanan hewani

(7.7%), sumber makanan yang mengandung protein nabati (23.1%), contoh

makanan jajanan sumber nabati (23.1%), pengertian makanan jajanan (21.2%),

tanda-tanda anemia (23.1%) dan cara pencegahan anemia (15.4%), sehingga perlu

adanya pendidikan pengetahuan gizi terhadap pengetahuan jajanan pangan dan

pengetahuan tentang anemia dan pencegahannya.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab oleh kedua responden yaitu

tentang pengertian makanan bergizi (80.8%) kemudian dari jawaban pertanyaan

pengetahuan gizi dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000) yang membagi

Page 38: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

26

pengetahuan gizi menjadi tiga, yakni baik dengan skor >80%, sedang dengan skor

60-80%, dan kurang dengan skor <60%. Data sebaran siswa berdasarkan tingkat

pengetahuan gizi dan status anemia disajikan dalam Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status anemia

Pengetahuan gizi

Anemia Normal Total p

n % n % n %

Kurang (<60) 22 88 20 74.1 42 80.8 0.34

Sedang (60-80) 3 12 7 25.9 10 19.2

Baik (>80) 0 0 0 0 0 0

Total 25 100 27 100 52 200

Berdasarkan Tabel 10 sebaran kategori tingkat pengetahuan gizi

didapatkan hasil bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan baik kelompok siswa

anemia (88%) maupun kelompok siswa normal (74.1%) memiliki tingkat

pengetahuan gizi dalam kategori kurang dan tidak ada seorangpun siswa yang

mempunyai tingkat pengetahuan dalam kategori baik. Berdasarkan uji beda T-

Test didapatkan hasil nilai p >0.05. Hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan

yang signifikan pengetahuan gizi siswa pada kedua kelompok.

Menurut Irawati et al (1992), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang, maka akan cenderung memilih makanan yang murah

dengan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis pangan yang tersedia

sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, berdasarkan pertanyataan tersebut

diharapkan contoh dapat lebih memenuhi kebutuhan zat gizinya.

Kebiasaan Makan

Kebiasaan Makan Sehari dan Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia

dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan dan pemilihan makanan. Frekuensi makan akan menentukan jumlah

makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang sehingga akan menentukan

tingkat kecukupan gizi.

Kebiasaan makan akan mempengaruhi pilihan terhadap makanan yang akan

dikonsumsi. Apabila hal ini terjadi dan berlangsung dalam waktu lama maka

dapat membentuk pola konsumsi pangan suatu individu atau masyarakat.

Kebiasaan makan yang salah dapat mempengaruhi konsumsi pangan, dalam hal

ini penyerapan zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan. Apabila zat-zat

gizi yang diserap tidak cukup baik kuantitas maupun kualitasnya maka dalam

jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi individu (Suhardjo 1989). Data

sebaran siswa berdasarkan frekuensi makan sehari, frekuensi sarapan dan status

anemia disajikan dalam Tabel 11 berikut ini.

Page 39: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

27

Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi makan sehari, frekuensi sarapan

dan status anemia

Frekuensi

Anemia Normal Total p

n % n % n %

Frekuensi makan sehari

1 kali 1 4 1 3.7 2 3.8 0.24

2 kali 10 40 19 70.4 29 55.8

3 kali 14 56 7 25.9 21 40.4

4 kali 0 0 0 0 0 0.0

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi sarapan pagi

Tidak pernah 0 0 0 0 0 0 0.27

Jarang (<4kali/minggu) 15 60 11 40.7 26 50

Sering (4-6kali/minggu) 7 28 7 25.9 14 26.9

Selalu (7 kali/minggu) 3 12 9 33.3 12 23.1

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 11 sebaran kebiasaan frekuensi makan sehari

didapatkan hasil bahwa pada kelompok siswa anemia (56%) sebagian besar

memiliki frekuensi makan yaitu 3 kali dalam sehari dan pada kelompok siswa

normal (70.4%) sebagian besar siswa memiliki frekuensi makan yaitu 2 kali

dalam sehari demikian pula untuk kebiasaan sarapan baik kelompok siswa anemia

(60%) maupun kelompok siswa normal (40.7%) melakukan sarapan dengan

kategori jarang (<4kali/minggu). Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan hasil

nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan

frekuensi makan sehari dan kebiasaan sarapan siswa pada kedua kelompok siswa.

Kebiasaan sarapan pada kedua kelompok rata-rata sebagian besar jenis pangan

yang biasa mereka konsumsi yaitu nasi uduk dan mie instan sedangkan untuk

kebiasaan makan sehari sebagian besar kelompok siswa anemia dan normal

tergolong kurang bergizi, beragam dan berimbang.

Seseorang sebaiknya makan utama beberapa kali dalam sehari. Secara

kuantitas dan kualitas akan sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi apabila

hanya dari satu atau dua kali makan dalam sehari. Keterbatasan volume lambung

menyebabkan tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Hal inilah yang

menyebabkan makan dilakukan beberapa kali sehari termasuk makan pagi

(Khomsan 2002).

Frekuensi makan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan

makan. Frekuensi makan bisa menjadi penduga tingkat konsumsi gizi, artinya

semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi

semakin besar. Konsumsi yang beraneka ragam relatif akan menjamin

terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur bagi

anak.Kebiasaan sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk

menunjang aktivitas di pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya

karena melakukan sarapan dapat menunjang 25% dari total kebutuhan energi

harian (Khomsan 2002).

Kebiasaan Mengkonsumsi Pangan Hewani dan Turunannya

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan

zat gizi. Konsumsi pangan yang cukup dapat membuat keadaan kesehatan

Page 40: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

28

seseorang menjadi lebih baik. Anak-anak dalam kehidupannya sangat aktif dan

sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat sehingga harus mendapatkan

makanan yang bergizi. Data sebaran siswa berdasarkan konsumsi pangan hewani

dan turunannya serta status anemia disajikan dalam Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan kebiasaan konsumsi pangan hewani dan

turunannya serta status anemia

Frekuensi Anemia Normal Total p

n % n % n %

Frekuensi konsumsi daging berwarna merah

Tidak pernah 19 76 20 74.1 39 75 0.43

Jarang (<4kali/minggu) 6 24 7 25.9 13 25

Sering (4-6 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0

Selalu (7kali/minggu) 0 0 0 0 0 0

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi daging berwarna putih (daging ayam, daging burung)

Tidak Pernah 14 56 7 25.9 21 40.4 0.04

Jarang (<4kali/minggu) 8 32 16 59.3 24 46.2

Sering(4-6 kali/minggu) 2 8 3 11.1 5 9.6

Selalu (7kali/minggu) 1 4 1 3.7 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi telur

Tidak pernah 0 0 1 3.7 1 1.9 0.7

Jarang (<4kali/minggu) 14 56 17 63.0 31 59.6

Sering(4-6 kali/minggu) 9 36 7 25.9 16 30.8

Selalu (7kali/minggu) 2 8 2 7.4 4 7.7

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi ikan segar

Tidak pernah 2 8 2 7.4 4 7.7 0.16

Jarang (<4kali/minggu) 20 80 13 48.1 33 63.5

Sering(4-6 kali/minggu) 3 12 10 37.0 13 25.0

Selalu (7kali/minggu) 0 0 2 7.4 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi susu

Tidak pernah 4 16 4 14.8 8 15.4 0.87

Jarang (<4kali/minggu) 14 56 20 74.1 34 65.4

Sering(4-6 kali/minggu) 5 20 2 7.4 7 13.5

Selalu (7kali/minggu) 2 8 1 3.7 3 5.8

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 12 sebaran kebiasaan konsumsi pangan hewani

didapatkan hasil bahwa pada kelompok siswa anemia sebagian besar baik

frekuensi konsumsi daging berwarna merah (76%) maupun konsumsi daging

putih (56%) seperti daging ayam dan burung menyatakan bahwa meraka tidak

pernah mengkonsumsinya selama satu minggu, frekuensi konsumsi telur (56%)

maupun ikan segar (80%) memiliki frekuensi makan dalam kategori jarang.

Konsumsi pangan daging merah pada kedua kelompok menyatakan tidak pernah

dalam seminggu dikarenakan, sebagian besar konsumsi daging merah hanya pada

saat perayaan-perayaan besar tertentu seperti idul firi dan idul adha.

Kelompok siswa normal sebagian besar frekuensi konsumsi daging

berwarna merah (74.1%) menyatakan tidak pernah demikian pula untuk daging

berwarna putih (59.3%), telur (63%) dan ikan segar (48.1%) memiliki frekuensi

Page 41: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

29

makan dalam kategori jarang (<4kali/minggu). Berdasarkan uji beda T-Test

didapatkan hasil konsumsi daging berwarna merah, konsumsi telur, dan konsumsi

ikan segar memiliki nilai p>0.05, hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara frekuensi pangan sumber hewani yang meliputi daging

berwarna merah, telur dan ikan terhadap kedua kelompok, sedangkan berdasarkan

uji beda T-Test didapatkan hasil untuk frekuensi daging putih atau unggas

(daging ayam dan daging burung) berbeda signifikan antara kelompok siswa

anemia dengan normal dengan nilai p<0.05.

Berdasarkan hasil sebaran kebiasaan konsumsi susu, didapatkan hasil

bahwa baik kelompok siswa anemia (56%) maupun kelompok siswa normal

(74.1%) jarang mengkonsumsi susu. Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan

hasil nilai p>0.05 hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan

frekuensi konsumsi susu siswa pada kedua kelompok. Jenis konsumsi susu yang

dikonsumsi pada sebagian besar siswa yaitu susu kental manis (SKM).

Kebiasaan Pangan Nabati

Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik

jaringan tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan, karena itu protein

disebut unsur pembangun. Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun

dan memelihara sel jaringan tubuh. Data sebaran siswa berdasarkan kebiasaan

konsumsi pangan nabati dan status anemia disajikan dalam Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan kebiasaan konsumsi pangan nabati dan status

anemia

Frekuensi Anemia Normal Total p

n % n % n %

Konsumsi Pangan Nabati

Tidak pernah 1 4 0 0.0 1 1.9 0.53

Jarang (<4kali/minggu) 17 68 17 63.0 34 65.4

Sering (4-6 kali/minggu) 6 24 9 33.3 15 28.8

Selalu (7kali/minggu) 1 4 1 3.7 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 13 sebaran kebiasaan konsumsi pangan nabati,

didapatkan hasil bahwa baik kelompok siswa anemia (68%) maupun kelompok

siswa normal (63%) jarang mengkonsumsi pangan nabati. Berdasarkan uji beda

T-Test didapatkan hasil nilai p>0.05. Hal tersebut menandakan tidak ada

perbedaan yang signifikan frekuensi konsumsi pangan nabati pada kedua

kelompok. Pangan nabati yang sering dikonsumsi siswa baik siswa anemia

maupun siswa normal yaitu tahu dan tempe.

Kebiasaan konsumsi sayur dan buah

Sayuran dan buah merupakan bahan pangan yang mengandung vitamin

dan mineral. Selain itu, di dalam sayuran hijau mengandung zat besi yang cukup

Akan tetapi, beberapa jenis sayuran hijau juga memiliki kandungan asam oksalat

yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti yang terdapat dalam bayam.

Data sebaran siswa berdasarkan konsumsi sayur dan buah serta status anemia

disajikan dalam Tabel 14 berikut ini.

Page 42: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

30

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan konsumsi sayur dan buah serta status anemia

Frekuensi

Anemia Normal Total p

N % n % n %

Frekuensi konsumsi sayur berwarna hijau

Tidak pernah 2 8 1 3.7 3 5.8 0.77

Jarang (<4kali/minggu) 18 72 21 77.8 39 75.0

Sering(4-6 kali/minggu) 2 8 4 14.8 6 11.5

Selalu (7kali/minggu) 3 12 1 3.7 4 7.7

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi sayur berwarna putih

Tidak pernah 2 8 4 14.8 8 15.4 0.96

Jarang (<4kali/minggu) 21 84 20 74.1 41 78.8

Sering (4-6 kali/minggu) 1 4 3 11.1 4 7.7

Selalu (7kali/minggu) 1 4 0 0.0 1 1.9

Total 25 100 27 100 52 100

Frekuensi konsumsi buah berwarna

Tidak pernah 3 12 2 7.4 9 5 0.77

Jarang (<4kali/minggu) 19 76 23 85.2 6 42

Sering (4-6 kali/minggu) 2 8 2 7.4 5 4

Selalu (7kali/minggu) 1 4 0 0.0 7 1

Total 25 100 27 100 27 100

Frekuensi konsumsi buah tidak berwarna

Tidak pernah 2 8 0 0 2 3.8 0.96

Jarang (<4kali/minggu) 20 80 26 96.3 46 88.5

Sering (4-6 kali/minggu) 2 8 0 0 2 3.8

Selalu (7kali/minggu) 1 4 1 3.7 2 3.8

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 14 sebaran siswa menurut konsumsi sayur dan buah

didapatkan hasil bahwa sebagian besar konsumsi sayuran berwarna hijau baik

kelompok siswa anemia (72%) maupun kelompok siswa normal (77.8%)

tergolong pada kategori jarang demikian pula frekuensi konsumsi sayuran

berwarna putih seperti kol dan kubis, sebagian besar kelompok siswa anemia

(84%) maupun kelompok siswa normal (74.1%) tergolong dalam kategori jarang.

Adapun jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh siswa yaitu bayam, sop

sedangkan buah yang sering dikonsumsi yaitu pisang, mangga dan jeruk.

Konsumsi sayur yang rendah pada kedua kelompok salah satunya dikarenakan

lingkungan rumah yang kering sehingga tidak dapat menanam sayuran dan akses

ke pasar kurang memadai merupakan salah satu faktor rendahnya konsumsi

sayuran pada kedua kelompok siswa.

Konsumsi buah berwarna baik kelompok siswa anemia (76%) dan

kelompok siswa normal (85.2%) pada kategori jarang demikian pula pada

frekuensi konsumsi buah tidak berwarna baik kelompok siswa anemia (80%)

maupun kelompok siswa normal (96.3%) tergolong pada kategori jarang. Sayur

dan buah mempunyai fungsi yang sangat penting bagi. Berdasarkan uji beda T-

Test didapatkan hasil nilai p>0.05, hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan

yang signifikan frekuensi konsumsi sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna

putih, buah berwarna dan buah tidak berwarna pada kedua kelompok. Riskesdas

(2007), menyatakan bahwa prevalensi nasional didapatkan bahwa prevalensi

kurang makan sayur dan buah pada penduduk umur >10 tahun sebesar 93.6%.

Page 43: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

31

Kebiasaan konsumsi Teh

Raspati (2010) menyatakan bahwa makanan selain memiliki zat yang

membantu peningkatan penyerapan zat besi terdapat pula zat yang menghambat

penyerapan zat besi. Jenis makanan yang mengandung asam tanin (terdapat dalam

teh dan kopi) akan mengurangi penyerapan zat besi. Zat besi dengan senyawa

tersebut akan membentuk senyawa kompleks yang sulit untuk diserap usus.

Kebiasaan konsumsi teh pada siswa SD. Data sebaran siswa berdasarkan

kebiasaan konsumsi the dan status anemia disajikan dalam Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan kebiasaan konsumsi teh dan status anemia

Frekuensi

Anemia Normal Total p

n % n % n %

Frekuensi konsumsi teh

Tidak pernah 1 4 0 0 1 1.9 0.96

Jarang (<4kali/minggu) 11 44 14 51.9 25 48.1

Sering (4-6 kali/minggu) 12 48 9 33.3 21 40.4

Selalu (7kali/minggu) 1 4 4 14.8 5 9.6

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 15 sebaran kebiasaan konsumsi teh menurut status

anemia, dari data diperoleh sebagian besar baik kelompok siswa anemia (48%)

frekuensi konsumsi teh dalam kategori sering sedangkan pada kelompok siswa

normal (48.1%) konsumsi teh tergolong dalam kategori jarang. Berdasarkan uji T-

test didapatkan nilai p>0.05, itu berarti bahwa konsumsi teh pada kelompok

anemia dan normal tidak berbeda signifikan. Konsumsi teh yang dikonsumsi

berasal dari jajanan minuman teh dingin yang biasa dikonsumsi disekolah. Rata-

rata konsumsi jajanan teh pada kedua kelompok yaitu 1 gelas per hari atau 200 ml

teh. Jenis makanan yang mengandung asam tanin (terdapat dalam teh dan kopi),

kalsium, fitat, polifenol, oksalat, fosfat dan obat-obatan (antasid, tetrasiklin dan

kolestiramin) akan mengurangi penyerapan zat besi. Zat besi dengan senyawa

tersebut akan membentuk senyawa kompleks yang sulit untuk diserap usus.

Tanin dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi pada waktu makan

sebesar 70% (Raspati 2010)

Asupan Energi dan Zat Gizi

Konsumsi pangan diukur menggunakan metode recall 2x24 jam,

kemudian data tersebut diolah dan dikategorikan menurut tingkat kecukupan

zatgizi. Jenis zat gizi yang dianalisa meliputi berberapa zat gizi makro yaitu

energi dan protein sedangkan zat gizi mikro yaitu kalsium, besi, Vit A, Vit B dan

Vit C.

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak yang berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengatur suhu tubuh dan kegiatan fisik (Sinaga et al 2012). Menurut Widyakarya

Naional pangan dan Gizi (WNPG) 2004 menetapkan kecukupan energi anak usia

10-12 tahun sebesar 2050 kkal. Data sebaran siswa berdasarkan kecukupan zat

gizi dan status anemia disajikan dalam Tabel 16 berikut ini.

Page 44: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

32

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan kecukupan zat gizi dan status anemia

Zat Gizi

Anemia Normal Total

N % n % n %

Energi

Defisit Tingkat Berat 17 68 15 55.5 32 61.5

Defisit Tingkat Sedang 6 24 4 14.8 10 19.2

Defisit Tingkat Ringan 1 4 5 18.5 6 11.5

Cukup 1 4 3 11.1 4 7.7

Lebih 0 0 0 0.0 0 0.0

Total 25 100 27 100 52 100

Protein

Defisit Tingkat Berat 7 28 5 18.5 12 23.0

Defisit Tingkat Sedang 2 8 3 11.1 5 9.6

Defisit Tingkat Ringan 3 12 4 14.8 7 13.4

Cukup 7 28 8 29.6 15 28.8

Lebih 6 24 7 25.9 13 25

Total 25 100 27 100 52 100

Kalsium

Cukup 2 8 2 7.4 4 7.7

Kurang 23 92 25 92.6 48 92.3

Total 25 100 27 100 52 100

Besi

Cukup 12 48 15 55.6 27 51.9

Kurang 13 52 12 44.4 25 49.1

Total 25 100 27 100 52 100

VitA

Cukup 25 100 27 100 52 100

Kurang 0 0 0 0 0 0.0

Total 25 100 27 100 52 100

VitB

Cukup 2 8 1 3.7 3 5.8

Kurang 23 92 26 96.3 49 94.2

Total 25 100 27 100 52 100

VitC

Cukup 8 32 4 14.8 12 23.1

Kurang 17 68 23 85.2 40 76.9

Total 25 100 27 100 52 100

Berdasarkan Tabel 16 diperoleh hasil bahwa baik kelompok siswa anemia

(68%) maupun kelompok siswa normal (70.4%) sebagian besar mengalami defisit

tingkat berat untuk asupan energi. Tingkat kecukupan protein kelompok siswa

anemia (28%) sebagian besar siswa yang mengalami defisit tingkat berat dan

cukup (28%) kategori cukup, sedangkan kelompok siswa normal (29.6%). Zat-zat

gizi yang memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi

zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan

kegiatan atau aktivitas (Almatsier 2002).

Tingkat kecukupan kalsium baik kelompok siswa anemia (92%) maupun

kelompok siswa normal (92.6%) berada dalam kategori kurang demikian pula

pada tingkat kecukupan zat besi kelompok siswa anemia (52%) kategori kurang

tetapi kelompok siswa normal (55.6%) dalam kategori cukup.

Zat gizi mikro lainnya yang diteliti yaitu vitamin A, vitamin B, vitamin C

.Pada kelompok siswa anemia (100%) maupun kelompok siswa normal (100%)

diperoleh bahwa pada tingkat kecukupan vitamin A dalam kategori cukup

Page 45: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

33

sedangkan tingkat kecukupan vitamin B kedua kelompok siswa dalam kategori

kurang demikian pula pada tingkat kecukupan vitamin C. Zat-zat gizi yang

memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi

ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau

aktivitas (Almatsier 2002).

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Semua kelangsungan hidup sel

sangat berhubungan dengan zat gizi protein. Nama protein berasal dari kata

Yunani protebos, yang artinya yang pertama atau yang terpenting. Fungsi protein

didalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hayati hidup sel selalu

bersangkutan dengan fungsi protein (Sediaoetama 2000). Data sebaran siswa

berdasarkan rata-rata asupan zat gizi dan status anemia disajikan dalam tabel 17

berikut ini

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan rata-rata asupan zat gizi dan status anemia

Jenis Zat Gizi Anemia Normal

Rata-rata±Sd Rata-rata±Sd

Energi (kkal) 1067.0±155.8 1084.7±196.1

Protein (g) 42.5±27 51.5±52.2

Kalsium 262±250.2 223.6±253.5

Besi 7.2±4.18 10.3±7.53

Vitamin A 1057.5±427.5 883.5±326.9

Vitamin B 1.45±46.75 1.49±7.08

Vitamin C 30.5±38.8 20.9±31.0

Berdasarkan Tabel 17 hasil recall konsumsi 2 x 24 jam, diketahui bahwa

asupan energi rata-rata pada kelompok anemia yaitu 1067.0±155.8 lebih kecil

dibandingkan rata-rata asupan energi pada kelompok normal yaitu 1084.0±196.1,

sedangkan rata-rata asupan protein pada kelompok anemia sebesar 42.5±27 lebih

kecil dibandingkan asupan protein rata-rata pada kelompok siswa normal yaitu

sebesar 51.5±52.2. Rata-rata asupan zat micro seperti Fe asupan kelompok siswa

normal lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa anemia, tetapi untuk

asupan kalsium, Vit A dan Vit C, rata-rata asupan lebih tinggi pada kelompok

siswa anemia dibandingkan dengan siswa normal.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan cara pengukuran kecerdasan kognitif secara

tidak langsung. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan

aspek lain yang ada pada individu belajar. Penilaian prestasi belajar yang

dilakukan di sekolah adalah dengan melihat hasil evaluasi belajar siswa. Menurut

Rina (2008) dalam Masruroh (2011) menyatakan bahwa prestasi belajar anak

dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran meliputi

Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan

Sosial. Data sebaran siswa berdasarkan uji statistika disajikan dalam Tabel 18

berikut ini.

Page 46: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

34

Tabel 18 Sebaran siswa berdasarkan uji statistika nilai

Uji B.Indonesia Matematika IPA IPS

Rata-rata 57.3 50.2 61.4 60.7

Stdev 7.4 9.5 11.0 6.5

Min 40 30 40 50

Max 70 75 90 75

Berdasarkan Tabel 18 sebaran nilai UAS (ujian akhir semester) yang

dilakukan pada bulan september 2012, didapatkan hasil yaitu nilai rata-rata

terendah yaitu pada mata pelajaran matematika dengan nilai yaitu sebesar 50.2

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika masih sulit

dimengerti oleh siswa dibandingkan mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, IPA

dan IPS. Data sebaran siswa berdasarkan rata-rata nilai dan status anemia

disajikan dalam Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19 Sebaran siswa berdasarkan rata-rata nilai dan status anemia

Mata pelajaran

Anemia Normal

rata-rata±Sd rata-rata±Sd

Indonesia 60.3±6.21 61.3±8.4

Matematika 52.6±8.16 54.8±10.5

IPA 61.12±10.4 66.2±10.7

IPS 63.4±5.96 63.5±7.4

Berdasarkan Tabel 19 didapatkan hasil bahwa pada kedua kelompok

anemia memiliki nilai rata-rata terbesar yaitu pada mata pelajaran IPA dan IPS,

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPA dan IPS lebih mudah

dimengerti oleh siswa. Rata-rata nilai kelompok anemia lebih rendah

dibandingkan dengan nilai kelompok normal pada keempat mata pelajaran yang

diuji. Menurut Syah (2010) tingkat keberhasilan belajar di bagi menjadi 4

kategori yaitu, kurang jika nilai <60, cukup jika skor 60-69, baik jika skor 70-79,

dan sangat baik jika skor ≥80. Data sebaran siswa berdasarkan tingkat prestasi

belajar dan status anemia disajikan dalam Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20 Sebaran siswa berdasarkan tingkat prestasi belajar dan status anemia

Kategori prestasi

belajar

Anemia Normal Total

n % n % n % p

Kurang 18 72 17 63.0 35 67.3

Cukup 6 24 9 33.3 15 28.8 0.43

Baik 1 4 1 3.7 2 3.8

sangat baik 0 0 0 0.0 0 0.0

Total 25 100 27 100.0 52 100.0

Berdasarkan Tabel 20 sebaran tingkat prestasi belajar menurut status

anemia didapatkan hasil bahwa sebagian besar kelompok siswa anemia (72%)

maupun kelompok siswa normal (63%) mempunyai prestasi belajar dalam

kategori kurang Berdasarkan uji beda T-Test diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan pada kedua kelompok dengan

nilai p>0.05.

Menurut Almatsier (2004), akibat yang paling jelas terlihat dari anemia

gizi besi pada anak sekolah adalah menurunnya kemampuan berfikir

(konsentrasi dan kecerdasan berkurang) dan terganggunya aktivitas fisik

Page 47: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

35

karena kondisi badan yang mudah lelah. Selain itu, anemia gizi besi dapat

mengganggu respons sistem kekebalan, terutama sel limfosit-T sehingga

mempermudah terserang penyakit infeksi (Almatsier 2004).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal

dan membutuhkan pengeluaran energi (Hoeger & Hoeger 2005 dalam Astina

2012). Aktivitas fisik dikategorikan menjadi empat kategori menurut

FAO/WHO/UNU (2001), yaitu aktivitas sangat ringan, aktivitas ringan, aktivitas

sedang, dan aktivitas berat. Data sebaran siswa berdasarkan aktivitas fisik dan

status anemia disajikan dalam Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan aktivitas fisik dan status anemia

Jenis Aktivitas

Anemia Normal Total p

n % n % n %

Sangat Ringan 7 28 10 37.0 17 32.7 0.62

Ringan 16 64 15 55.6 31 59.6

Sedang 1 4 2 7.4 3 5.8

Berat 1 4 0 0 1 1.9

Sangat Berat 0 0 0 0 0 0

Total 25 100 27 100 52 100

Bedasarkan Tabel 21 sebaran aktivitas fisik menurut status anemia,

didapatkan hasil bahwa sebagian besar baik kelompok siswa anemia (64%)

maupun kelompok siswa normal (55.6%) aktivitas fisik dalam kategori ringan.

Berdasarkan uji T-test didapatkan nilai p >0.05, hal tersebut dapat dikatakan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan terhadap aktivitas fisik pada kedua

kelompok.

Anak usia sekolah sedang berada pada proses tumbuh kembang fisik

dan psikososial yang pesat, dan bila berlangsung secara optimal, sangat

diharapkan akan terjadi peningkatan prestasi akademik, produktifitas kerja

dan prestasi olahraga di masa kini dan akan datang (Depkes, 2003). Data

sebaran siswa berdasarkan rata-rata alokasi waktu siswa dan status anemia

disajikan dalam Tabel 22 berikut ini.

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan rata-rata alokasi waktu dan status anemia

No Kegiatan

Anemia Normal

Rata-rata±Sd

(Menit)

Rata-rata±Sd

(Menit)

1 Tidur (tidur siang dan malam) 458 ± 56 432 ± 73

2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan

membaca

89 ± 56 107 ± 73

3 Duduk sambil menonton TV 109 ± 64 105 ± 67

4 Berdiri diam, beribadah,berhias 28± 71 30 ± 72

5 Makan dan minum 28 ± 15 25 ± 10

6 Jalan bolak-balik kesekolah 121 ± 47 114 ± 53

7 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 41± 32 84 ± 76

8 Belajar (Sekolah dan Pengajian) 409 ± 110 395 ± 98

9 Berjalan-jalan (Main dan menjaga adik) 60 ± 56 53 ± 32

10 Olahraga 28 ± 4 38 ± 19

11 Olahraga (sepak bola, dan lain-lain) 50 ± 23 51 ± 23

Page 48: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

36

Berdasarkan Tabel 22 rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa selama 24

jam berdasarkan status anemia siswa didapatkan hasil bahwa rata-rata kegiatan

terlama siswa yang mengalami anemia dan normal dilakukan untuk tidur yaitu

tidur dimalam hari dan siang hari, untuk siswa anemia (458.4 ± 56) dan siswa

normal (432 ± 73) dan alokasi waktu yang dilakukan terlama selain tidur yaitu

baik kelompok siswa anemia (409 ± 110) maupun kelompok siswa normal (395 ±

98), rata-rata alokasi waktu mereka dilakukan untuk duduk didepan meja dan

menulis, pada kedua kelompok ini mengatakan bahwa rata-rata waktu mereka

dilakukan untuk belajar disekolah dan mengikuti pengajian diluar sekolah.

Hubungan pengetahuan gizi, konsumsi sumber zat besi, prestasi

belajar dan aktivitas fisik dengan status anemia

Hasil uji kolerasi spearman yang telah dilakukan, tidak ada hubungan

nyata antara pengetahuan gizi dengan status anemia. Sehingga pada penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan signifikan dengan

status anemia dengan nilai p>0.05. Menurut Nasoetion dan khomsan (1995),

menyatakan individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan pangan.

Hubungan antara pangan sumber zat besi terhadap status anemia,

berdasarkan uji spearman didapatkan hasil bahwa konsumsi pangan sumber zat

besi daging merah terhadap status anemia tidak berhubungan signifikan dengan

nilai p>0.05 sedangkan konsumsi pangan sumber zat besi daging putih terhadap

status anemia berhubungan signifikan dengan nilai p <0.05.

Hasil uji kolerasi pearson yang telah dilakukan bahwa prestasi belajar

tidak ada hubungan signifikan dengan status anemia dengan nilai p>0.05. Hal ini

berbeda dengan penelitian Sinaga (2005), yang menyatakan bahwa status anemia

berhubungan dengan prestasi belajar. Sedangkan berdasarkan hasil uji kolerasi

spearman yang dilakukan bahwa aktivitas fisik tidak ada hubungan signifikan

dengan status anemia dengan nilai p>0.05.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia, aktivitas fisik dan

prestasi belajar

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengatahui pengaruh

antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang

ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Persamaan regresi linear pada

penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen seperti

pengetahuan gizi dan konsumsi pangan sumber zat besi berpengaruh terhadap

status anemia yang dilihat dari kadar hemoglobin darah siswa, berikut ini adalah

Persamaan 1 regresi linear

Y1 : a+ b1X1+ b2X2

Y1 : 10.036 + 0.011 X1 +0.034 X2

Keterangan :

Y1: Status anemia siswa (kadar Hb)

X1 : Skor pengetahuan gizi siswa

Page 49: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

37

X2 : Konsumsi pangan sumber zat besi

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa skor

pengetahuan gizi dan konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh

signifikan terhadap status anemia dengan p>0.05. Hal ini menunjukan bahwa

pengetahuan gizi dan konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh

terhadap status anemia, kemudian dilakukan analisis determinasi yang bertujuan

untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen, berdasarkan hasil uji didapatkan nilai Adjusted R Square

sebesar 0.004 atau 0.4%. Hal ini menunjukan bahwa presentase sumbangan

pengaruh variabel independen (pengetahuan gizi dan konsumsi pangan sumber

zat besi) terhadap variabel dependen (status anemia (Hb)) sebesar 0.4%.

Persamaan II regresi linear bertujuan untuk menguji apakah variabel

independen seperti status anemia (Hb) dan konsumsi pangan sumber zat besi

berpengaruh terhadap aktivitas fisik siswa, berikut ini adalah Persamaan II regresi

linear

Y2 : a+ b1X1+ b2X2

Y2 : 1.143 + 0.029 X1 +0.00 X2

Keterangan :

Y2: Aktivitas Fisik

X1 : Status anemia siswa (kadar Hb)

X2 : Konsumsi pangan sumber zat besi

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa status anemia

dan konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh signifikan terhadap

aktivitas fisik dengan p>0.05. Hal ini menunjukan bahwa status anemia dan

konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh terhadap status anemia,

kemudian dilakukan analisis determinasi yang bertujuan untuk mengetahui

presentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,

berdasarkan hasil uji didapatkan nilai Adjusted R Square sebesar 0.009 atau

0.9%. Hal ini menunjukan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel

independen (status anemia dan konsumsi pangan sumber zat besi) terhadap

variabel dependen (aktivitas fisik) sebesar 0.9%.

Persamaan III regresi linear bertujuan untuk menguji apakah variabel

independen seperti aktivitas fisik, status anemia dan konsumsi pangan sumber zat

besi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, berikut ini adalah Persamaan III

regresi linear

Y3 : a+ b1X1+ b2X2+ b3X3

Y3 : 42.247 + 2.068 X1 + 0.814 X2 + 0.097 X3

Keterangan :

Y3: Prestasi Belajar

X1 : Aktivitas Fisik

X2 : Status anemia siswa (kadar Hb)

X3 : Konsumsi pangan sumber zat besi

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa aktivitas fisik,

status anemia dan konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar dengan p>0.05. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas

fisik, status anemia dan konsumsi pangan sumber zat besi tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar, kemudian dilakukan analisis determinasi yang bertujuan

untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap

Page 50: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

38

variabel dependen, berdasarkan hasil uji didapatkan nilai Adjusted R Square

sebesar 0.021 atau 2.1%. Hal ini menunjukan bahwa presentase sumbangan

pengaruh variabel independen (aktivitas fisik, status anemia dan konsumsi pangan

sumber zat besi) terhadap variabel dependen (prestasi belajar) sebesar 2.1%.

Berdasarkan hasil dari ketiga persama regresi tersebut diketahui bahwa semua

faktor-faktor variabel independen yang diuji tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen yang diuji.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebanyak 25 siswa (48.08%) mengalami anemia dengan persentase 48.08%,

dan sebanyak 27 orang (51.92%) dengan status normal. Usia berkisar antara 9

sampai 12 tahun, terdiri dari 25 siswa perempuan (48.1%) dan 27 siswa laki laki

(5.19%), sebagian besar kelompok siswa anemia mempunyai uang saku minimal

yang diberikan orang tua yaitu sebesar Rp. 1000 dengan rata-rata uang saku

sebesar Rp.1920±942.9 pada kelompok siswa normal, uang saku minimal yang

diberikan orang tua yaitu sebesar Rp. 1000 dengan rata-rata jumlah uang saku

sebesar Rp. 1740.7±891.9.

Tingkat pendidikan ayah pada kelompok siswa anemia (60%) maupun

kelompok siswa normal (77.8%) pada tingkatan SD. Demikian pula tingkat

pendidikan ibu baik kelompok siswa anemia (84%) maupun kelompok siswa

normal (74.1%) pada tingkatan SD. Pekerjaan ayah baik kelompok anemia (64%)

maupun kelompok siswa normal (63%) bekerja sebagai buruh bangunan.

Pekerjaan ibu pada kedua kelompok sebagian besar sebagai ibu rumah tangga.

Berdasarkan pendapatan perkapita keluarga baik kelompok siswa anemia (72%)

maupun kelompok siswa normal (85.2%) dikategorikan sebagai keluarga miskin.

Tingkat pengetahuan gizi siswa berada pada kategori kurang sebesar

(80.8%) dan tidak ada seorangpun siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan

gizi dalam kategori baik. Berdasarkan uji beda T-Test didapatkan hasil nilai

p>0.05 hal tersebut menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status

anemia terhadap pengetahuan gizi siswa.

Berdasarkan nilai kedua kelompok memiliki nilai rata-rata terbesar yaitu

pada mata pelajaran IPA dan IPS, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelajaran

IPA dan IPS lebih mudah dimengerti oleh siswa. Hasil uji kolerasi pearson yang

telah dilakukan bahwa prestasi belajar tidak ada hubungan nyata dengan status

anemia

Aktivitas fisik, pada kelompok anemia sebagian besar (64%) aktivitas

fisik dalam kategori ringan, demikian pula kelompok normal sebagian

besar(55.6%) tergolong pada aktivitas ringan. Hasil uji korelasi spearman yang

telah dilakukan bahwa aktivitas fisik tidak ada hubungan nyata dengan status

anemia. Hasil uji regresi linear berganda menunjukan bahwa semua variabel

independen yang diuji tidak berepengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Page 51: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

39

Saran

Status anemia pada sekolah dasar sebaiknya lebih diperhatikan karena

pada penelitian ini masih terdapat 48.08% siswa anemia,sehingga disarankan

penggunaan suplementasi zat besi untuk menanggulai anemia, diberikan

pendidikan gizi khusunya tentang jajanan pangan, pengetahuan anemia dan

pencegahannya. Untuk penelitian lanjutan faktor-faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar sebaiknya diteliti seperti motivasi belajar siswa dan pola

belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan N, Madanijah S, & Zulaikhah. 2009. Laporan Penelitian: Monitoring

dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nasional Tahun 2008. Southeast Asian Food and Agricultural Science

and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan

Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI, Bogor

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Kedokteran FGC.

Arisman. 2007. Gizi dalamDaur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.

BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.Jakarta: Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Perkapita. www.bps.go.id. [13

Oktober 2012]. Depkes. 1998a. Informasi Tentang Anemia Gizi dan tablet Tambah darah untuk

Calon Pengantin wanita. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta

Depkes, 1996. Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gzi di

Indonesia. Jakarta, Depkes RI

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Gizi dalam Angka. Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta.

Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar. www.depkes.go.id [13

September 2012].

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar. www.depkes.go.id [06

Desember 2012]

Ernst et al. 1998. Iron status, menarche, calcium supplementation in adolescent

girls. Am J Clin Nutr 68:880-7.

Florence TM, Setright RT. 1994. The handbook of preventive medicine (a

complete guide to diet, dietary supplements and lifestyle faktors in the

prevention of disease). newYork: Kingsclear Books.

Gibney, Michael J. et all. Gizi Kesehatan Masyarakat. Gibney, Penerjemah,

Andry Hartono. Jakarta: EGC, 2005

Page 52: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

40

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment 2nd

edition. USA:Oxford

University Press.

Gunarsa, S.A & Y.S.A Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis, anak, Remaja, dan

keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta

Hardinsyah. 2004. Manfaat dan Kiat Memilih. Makalah yang disajikan dalam

Seminar Nuansa Pangan Gizi Keluarga VI. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Hardinsyah & Martianto D. 1989. Menaksir Kebutuhan Energi dan Protein serta

Penilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wisari

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga

Husain MA, Husain YK. 1989. Study Nutritional Anemia and Assessment of

Information Compilation for Supporting and Formulating National Policy

and Program. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Bogor: Depkes RI &

Puslitbang Gizi.

Irawati, Damanhuri, Fachrurrozi.1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di

Kotamadya Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan (15);21-28.Bogor: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Gizi

Karyadi D, Muhilal. 1995. Angka kecukupan ghizi yang dianjurkan. Jakarta:

Gramedia.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi.Diktat Departemen Gizi

Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor

Khomsan A. 2002. Studi evaluasi PMT-AS terhadap kesehatan dan status gizi

anak. Media Gizi dan Keluarga. XXIV 1, 103-107

Lucas BL. 2004. Nutrition in Childhood. Di dalam : LK, Escott-Stump E.

Krause:Food, Nutrition and Diet\

Moehji, Sjahmien. 2007. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan

Penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muhilal & S. Saidin. 1980 ketelitian hasil penetuan Hemoglobin dengan cara

sianmethoglobin, cara sahli dan Sianmethoglobin tidak langsung.

Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 4. Depkes RI, Jakarta.

Muhilal, F. Jalal & Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

Dalam Widya Karya Pangan dan Gizi VI. LIPI, Jakarta.

Munandar, Abdul Haris. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Anemia pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Purwakarta Tahun

2004. Depok : Skripsi FKM UI, 2005.

[NAAC] National Anemia Action Council. 2002. Anemia Hidden Epidemic. Los

Angeles: NAAC.

Nasoetion A, Riyadi H.1994. Gizi Terapan. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Nasoetion A, Riyadi H. 1996. Gizi Terapan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Riyadi H. 2006. Materi Pokok Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Universitas

Terbuka

Sanjur, D. 1982. Social and cultural perspective in nutrition. New Jersey:

Prentice Hall Inc.

Sediaoetama AD. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta:

Dian Rakyat.

Page 53: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

41

______________ . 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta:

Dian Rakyat.

Sinaga, E. 2005. Hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar pada murid

SD Negeri kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Jurnal Mutiara

Kesehatan Indonesia. Vol. 1, No.2 Edisi Desember 2005.

Sinaga T, et al. 2012. Dampak Menu Sepinggan Terhadap Konsumsi dan Tingkat

Kecukupan Energi serta Zat Gizi lain pada Siswa SD. Jurnal Gizi dan

Pangan, 7(1),27-34.

Sjostrom M, Ekelund U, Yngve A. 2008. Assessment of Physical Activity. Di

dalam: Gibney MJ, Magetts BM, Kearney JM, Arab L, editor. Public

Health Nutrition. Oxford: Blackwell Publishing.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional.

Soewondo S, Husaini M & Pollitt E. 1989. Effect of Iron Deficiency on Attention

and Learning Processes in School Children: Bandung, Indonesia. Am J

Clin Nutr, 50, 667-74.

Spear B. 2004. Nutrition in Adolescence. Di dalam: Mahan LK & Stump SE,

editor. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy 11th

edition. USA:

Elsevier.

Stopler. 2004. Medical Nutrition Therapy for Anemia. Di dalam: Mahan LK &

Stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy 11th

edition.

USA: Elsevier.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas, Pangan dan

Gizi, Institut Pertanian Bogor.

_______ . 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukandar, D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi.

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Supriasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Syafiq, A et al. 2005. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Syah M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru .PT Remaja Prima

Karya. Bandung

Thanthowi. 1991. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung

Winkel W .S. 1991. Psikologi Pengajaran. Grasindo. Jakarta

[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan

Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi.Jakarta: LIP

Page 54: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

42

Lampiran 1. Uji Hubungan antar variabel

a. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Hewani dengan Status Anemia

Uji Variabel Sig (2-tailed)

Spearman Daging berwarna Merah 0.33

Daging berwarna putih 0.019

Ikan 0.205

Telur 0.717

b. Hasil hubungan aktivitas fisik dan prestasi belajar dengan Status Anemia

Uji Variabel Sig (2-tailed)

Spearman Aktivitas fisik 0.63

Pearson Prestasi Belajar 0.22

c. Hasil regresi linear berganda pengaruh pengetahuan gizi dan konsumsi

pangan terhadap status anemia

Variabel B Beta T p

Konstanta 10.036 9.989 0.000

Pengetahuan Gizi 0.011 0.117 0.836 0.407

Kebiasaan makan 0.034 0.164 1.192 0.239

d. Hasil regresi linear berganda pengaruh status anemia dan konsumsi pangan

terhadap aktivitas fisik

Variabel B Beta T p

Konstanta 1.143 5.117 0.000

Status Anemia 0.029 0.220 1.553 0.127

Kebiasaan Makan 0.000 -0.004 -0.031 0.975

e. Hasil regresi linear berganda pengaruh aktivitas fisik, status anemia,

konsumsi pangan terhadap prestasi belajar

Variabel B Beta T p

Konstanta 42.247 3.572 0.000

Aktivitas fisik 2.068 0.049 0.339 0.736

Status anemia 0.814 0.148 1.004 0.320

Kebiasaan makan 0.0097 0.985 0.519 0.557

Page 55: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

43

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian

KODE:

KUESIONER PENELITIAN

DI SDN PASANGGRAHAN 11 KABUPATEN PURWAKARTA

Nama Responden : …………………………………………………

SD/MI : SDN Pasanggrahan II Purwakarta

Enumerator : ………………………………………………….

Tanggal Wawancara : …………………………………………………..

DEPA RT EMEN G I ZI MAS YAR AK AT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 56: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

44

Karakteristik Responden

A. Anak Sekolah

1. Nama siswa : ………………………………………………………….

2. Kelas : ……………………………………………………….....

3. Umur/ TTL : ……………………………………………………….....

4. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

5. Anak ke- : …….. dari …….. bersaudara

6. Kadar Hb : …….. mg/dL

7. Besar uang saku : …………/hari

8. Alokasi uang saku:

Jajan makanan/minuman : Rp……..

Membeli peralatan sekolah : Rp……..

Transportasi : Rp……..

Menabung : Rp……..

Lainnya, sebutkan : Rp……..

B. Keluarga No. Nama Tanggal

lahir

Jenis

kelamin

Pendidikan

terakhir

Pekerjaan

Utama Tambahan

1.

2.

3.

4.

5.

Jenis kelamin:

Perempuan (P) atau laki-laki

(L)

Pekerjaan:

Tidak bekerja/ibu rumah

tangga

Petani

Buruh bangunan

Guru, ABRI, polisi, PNS

Wiraswasta

Pembantu rumah tangga

Wirausaha (pedagang,

Lainnya (supir, ojek, ....)

Pendidikan:

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Page 57: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

45

Nama : ……………

Kelas : ……………

Tanggal : ……………

A. Pengetahuan Gizi

Berikan tanda (x) pada jawaban yang paling benar

1. Makanan bergizi adalah

a. Makanan yang menyenangkan

b. Makanan yang menyehatkan

c. Makanan yang member tenaga

d. Makanan yang tidak bersih

2. Tubuh yang terpenuhi zat gizinya akan

a. Kuat dan pintar

b. cerdas dan pintar

c. sehat dan aktif

d. sehat dan kuat

3. Makanan sumber vitamin dan mineral adalah

a. Ayam c. susu

b. Sayur dan buah d. nasi

4. Makanan sumber karbohidrat adalah

a. roti c. apel

b. ayam d. tempe

5. Makanan sumber karbohidrat adalah

a. roti c. apel

b. mentega d. tempe

6. Makanan sumber protein hewani adalah

a. roti c. apel

b. ayam d. tempe

7. Makanan sumber protein nabati adalah

a. roti c. apel

c. ayam d. tempe

8. Makanan sumber vitamin A adalah

a. tahu c. nasi

b. wortel d. ikan

9. Makanan yang sehat adalah

a. makanan yang mengandung gizi yang cukup dan hygiene

b. makanan yang mudah didapat dan pengolahannya praktis

c. makanan yang mahal dan enak

d. makanan yang sudah basi

10. Contoh makanan yang seimbang adalah

a. makanan yang banyak mengandung karbohidrat

b. makanan yang banyak mengandung protein

c. makanan yang berimbang antar zat gizi

d. makanan yang banyak mengandung lemak

11. Makanan jajanan yang mengandung sumber karbohidrat adalah

a. biskuit

b. bakso

c. bubur kacang hijau

d. buah papaya potong

Page 58: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

46

12. Makanan jajanan yang mengandung sumber protein hewani

a. bubur ayam

b. chiki

c. buah jeruk

d. tahu goring

13. Makanan jajanan yang mengandung sumber protein nabati

a. tahu goring

b. lontong sayur

c. bubur ayam

d. buah papaya potong

14. Minuman yang paling baik untuk tubuh adalah

a. jas jus c. teh kotak

b. teh sistri d. air putih

15. Makanan jajanan adalah

a. makanan yang dijual diwarung, dikemas untuk dinikmati

b. makanan yang diual di kantin sekolah atau pedagang kaki lima

c. makanan cemilan atau selingan yang dipersiapkan untuk dimakan

langsung

d. jawaban a, b dan c benar

16. Apakah itu anemia

a. tidak tahu

b. tekanan darah rendah

c. darah tinggi

d. rendahnya kadar Hb dalam darah dibawah kadar normal

17. Apa salah satu penyebab seseorang menderita anemia

a. olah raga teratur

b. sering makan sayuran hijau

c. kurang aktifitas fisik

d. kurang makanan kaya zat besi

18. Apakah tanda-tanda anemia

a. cepat letih

b. bersemangat

c. tidak bisa konsentrasi belajar

d. jawaban a dan c benar

19. Bagaimana cara mencegah seseorang agar tidak menderita anemia

a. tidak tahu

b. banyak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani

c. banyak konsumsi sayuran hijau

d. banyak makan sayuran hijau dan sumber protein hewani

20. Makanan sumber zat besi, kecuali’

a. anggur

b. hati sapi

c. tempe

d. kacang hijau

21. Menurut kamu apakah manfaat sarapan itu

adalah……………………………………………………..

22. (khusus wanita) apakah adik sudah datang

bulan/haid/mentruasi…………….

Page 59: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

47

Bila sudah, sejak kapan pertama kali datang

bulan/haid/menstruasi…………..

B. Kebiasaan makan

1. Berapa kali kamu makan dalam sehari?

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali d. 4 kali

2. Apakah kamu biasa sarapan pagi?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

3. Apa yang paling sering kamu makan saat sarapan? (jika tidak pernah,

jangan diisi)

a. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah

b. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur

c. Nasi dan lauk hewani

d. Lainnya,

sebutkan……………………………………………………………

4. Berapa gelas kamu minum air putih dalam sehari……………………

5. Apakah kamu biasa mengkonsumsi sayur-sayuran

a. Setiap hari

b. 4-6 kali dalam seminggu

c. 1-3 kali dalam seminggu

d. Tidak pernah

6. Sebutkan jenis sayuran yang sering kamu konsumsi

7. Apakah kamu biasa mengkonsumsi sayur berwarna hijau (kangkung,

bayam,brokoli)

Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

8. Apakah kamu biasa mengkonsumsi sayur berwarna putih (kol, sawi

ptuih,lobak)

Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

9. Apakah kamu biasa mengkonsumsi buah-buahan

a. settiap hari

b. 4-6 kali dalam seminggu

c. 1-3 kali dalam seminggu

d. Tidak pernah

10. Sebutkan jenis buah-buahan yang sering kamu konsumsi

11. Berapa sering kamu makan buah berwarna merah (apel dan rambutan)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

12. Berapa sering kamu makan buah berwarna kuning (jeruk)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

13. Berapa sering kamu makan daging berwarna merah (daging sapi, kambing

dan kerbau)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

Page 60: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

48

14. Berapa sering kamu makan daging berwarna putih (daging ayam, daging

burung, daging bebek)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

15. Berapa sering kamu makan telur?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

16. Berapa sering kamu makan ikan segar (ikan mas, mujair, nila, lele, bawal,

gurame)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

17. Berapa sering kamu makan ikan asin?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

18. Berapa sering kamu makan protein nabati (tahu, tempe, kacang-

kacangan)?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

19. Apakah kamu suka minum susu?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

20. Jenis susu apakah yang biasa kamu minum?

a. Susu kental manis c. Susu cair

b. Susu bubuk d. Lainnya, sebutkan…

21. Apakah kamu sering miNum teh?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

22. Apakah kamu sering jajan?

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

23. berikut ini jenis makanan jajanan apa yang sering anda konsumsi

a. mie ayam

b. chiki

c. bakso

d. lainnya, sebutkan…

24. Apakah kamu biasa minum-minuman yang bersoda

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

25. Apakah kamu biasa minum-minuman yang bergula ( contoh : teh manis,

susu, sirup)

a. Selalu (7kali/minggu) c. Jarang (< 4 kali/minggu)

b. Sering(≥ 4-6 kali/minggu) d. Tidak pernah

26. sebutkan jenis minuman yang sering kamu konsumsi………..

27. Apakah kamu biasa mengkonsumsi suplemen

a. ya b. tidak

28. Jika ya, sebutkan jenis suplemen apa saja dan alasannya

Page 61: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

49

………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

…………………………………………………………

29. Apakah ada makanan yang dipantang?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, sebutkan jenis makanannya apa saja…

………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

…………………………………………………………

Alasan mengapa makanan tersebut menjadi pantangan?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Page 62: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

50

Konsumsi Pangan (Kuantitatif)

Recall konsumsi pangan 2 x 24 jam (Hari Sekolah)

Nama :

Kelas :

Tanggal :

Waktu

Makan

Menu Bahan pangan URT Berat (gram)

Pagi

Selingan1

Siang

Selingan 2

Malam

Page 63: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

51

Recall konsumsi pangan 2 x 24 jam (Hari Libur)

Nama :

Kelas :

Tanggal :

Waktu

Makan

Menu Bahan pangan URT Berat (gram)

Pagi

Selingan1

Siang

Selingan 2

Malam

Page 64: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

52

AKTIVITAS FISIK

Nama :

Kelas :

Tanggal :

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

04.00

(Pagi)

05.00

06.00

07.00

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

Page 65: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

53

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

1.700

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

00.00

01.00

02.00

03.00

Page 66: DETERMINAN STATUS ANEMIA, AKTIVITAS FISIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64331/1/I13dru.pdf · determinan status anemia, aktivitas fisik dan prestasi belajar

54

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 09 Desember 1989 di Bogor, anak dari

pasangan Bapak Mansyur dan Ibu Rusmini. Penulis lulus sekolah dasar di SD

Kebon Pedes 1 Bogor, setelah itu penulis melanjutkan sekolah menengah pertama

di SMP Negeri 12 Bogor dan menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA plus

YPHB Bogor jurusan Ilmu Pengetahuan Alam pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2007 melalui

jalur reguler di Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan Diploma

IPB. Penulis melakukan Praktek kerja lapang di PT. Indofood Sukses Makmur

Cibitung tahun 2010. Penulis Praktek Kerja Lapang di RSUD Cibinong pada

tahun 2013. Setelah menempuh pendidikan diploma, penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang selanjutnya di program alih jenis (ekstensi) ilmu gizi IPB

pada tahun 2010. Selama kuliah di program alih jenis, penulis pernah menjadi

anggota kegiatan Seminar Pangan dan Gizi Nasional ”FIT FESTIVAL” yang

dilaksanakan di Hotel Brajamustika. Selain itu, penulis pernah melakukan kuliah

kerja profesi di Kabupaten Brebes selama 2 bulan.