DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR...

160
DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) DI TERMINAL WILAYAH KOTA JAKARTA TIMUR TAHUN 2017 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : Dzul Faridah Arinal Haq NIM : 1113101000043 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017

Transcript of DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR...

Page 1: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP

(ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) DI TERMINAL

WILAYAH KOTA JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh :

Dzul Faridah Arinal Haq

NIM : 1113101000043

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2017

Page 2: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata (S-1) Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2017

Dzul Faridah Arinal Haq

Page 3: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, September 2017

Dzul Faridah Arinal Haq, NIM : 1113101000043

DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

KOTA ANTAR PROVINSI) DI TERMINAL WILAYAH KOTA

JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

xvi + 142 halaman, 18 tabel, 3 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Supir bus AKAP adalah salah satu kelompok yang berisiko

mengalami hipertensi. Hipertensi pada supir bus AKAP dapat disebabkan

banyak faktor risko diantaranya gaya hidup, status gizi dan pola kerja.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui determinan hipertensi pada

supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada Februari – Juni

2017 dengan jumlah sampel sebanyak 129 supir bus AKAP. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi

logistik berganda.

Hasil : Proporsi hipertensi pada supir bus AKAP sebesar 25,6%. Faktor

yang memiliki hubungan signifikan terhadap hipertensi pada supir bus

AKAP adalah riwayat hipertensi keluarga (Pvalue = 0,024) dengan

Adjusted Odds Ratio (AOR) 3,412 (CI 95% ; 1,177-9,889), konsumsi

rokok (Pvalue = 0,022) dengan AOR 3,816 (CI 95% ; 1,335-10,907) dan

indeks massa tubuh (Pvalue = 0,029) dengan AOR 2,683 (CI 95% ;

1,108-6,494).

Simpulan : Faktor dominan yang berhubungan terhadap hipertensi pada

supir bus AKAP adalah konsumsi rokok. Oleh karena itu, pencegahan

hipertensi pada supir bus AKAP dapat dilakukan dengan mengurangi

dan/atau berhenti konsumsi rokok dan mengubah gaya hidup.

Kata Kunci : hipertensi, supir bus, faktor risiko

Daftar Bacaan : 87 Bacaan (2000-2016)

Page 4: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

iv

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

EPIDEMIOLOGY CONCETRATION

Undergraduate Thesis, September 2017

Dzul Faridah Arinal Haq, NIM : 1113101000043

DETERMINANT OF HYPERTENSION AMONG AKAP (ANTAR

KOTA ANTAR PROVINSI) BUS DRIVERS IN TERMINAL

REGIONAL EAST JAKARTA CITY 2017

xvi + 142 pages, 18 tables, 3 charts, 3 attachments

ABSTRACT

Background: Hypertension is still a public health problem. AKAP bus

drivers is a group that having to hypertension. Many risk factors cause the

hypertension such as lifestyle, nutritional status and work patterns. The

purpose of this research is to know the determinant of hypertension of

AKAP bus driver 2017.

Method: This research is a quantitative research with cross sectional study

design. The data was collected from February - June 2017 with 129

samples of AKAP bus drivers. Data analysis used multivariate analysis

with multiple logistic regression test.

Result: Prevalence of hypertension among AKAP bus drivers is 25,6%.

Factors associated with hypertension of AKAP bus drivers are family

history of hypertension (Pvalue = 0,024) with Adjusted Odds Ratio (AOR)

3,412 (CI 95% ; 1,177-9,889), cigarette consumption (Pvalue = 0,022)

with AOR 3,816 (CI 95% ; 1,335-10,907) and body mass index (Pvalue =

0,029) with AOR 2,683 (CI 95% ; 1,108-6,494).

Conclusion: The dominant factor associated with hypertension of AKAP

bus drivers is cigarette consumption. Therefore, prevention of

hypertension among AKAP bus drivers can be implemented by reducing

and/or quitting cigarette consumption and lifestyle modifications.

Keywords : hypertension, bus driver, risk factor

Reading list : 87 (2000-2016)

Page 5: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS ANTAR KOTA ANTAR

PROVINSI DI TERMINAL WILAYAH KOTA JAKARTA TIMUR

TAHUN 2017

DISUSUN OLEH

DZUL FARIDAH ARINAL HAQ

1113101000043

Telah disetujui, diperiksa, dan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tangerang Selatan, 22 September 2017

Mengetahui,

Pembimbing

Page 6: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

vi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Tangerang Selatan, September 2017

Penguji I

Dr. M.Farid Hamzens, Msi

NIP.19630621 199403 1 001

Penguji II

Narila Mutia Nasir S.KM, M.KM, Ph.D

NIP. 19800604 200312 2 017

Penguji III

Dr. Tria Astika E.P, M.KM

NIP. 0306088303

Page 7: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA DIRI

Nama : Dzul Faridah Arinal Haq

Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 18 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku : Jawa

No.HP : 085888581913

Alamat email : [email protected]

Alamat : Jalan Tipar Cakung Gg.H.Pitang RT 014/06 No.25

Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing Jakarta

Utara

Nama orang tua : M.Amir Khoiri MA

Sri Suhartatik

Riwayat Pendidikan

2001 – 2002 TK Islam Manba’ul Hikmah

2006 - 2007 SD Islam Manba’ul Hikmah

2010 - 2011 SMP Negeri 30 Jakarta

2013 - 2014 MAN Tambakberas Jombang

2017 Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Pengalaman Organisasi

2009 – 2010 Bendahara ROHIS SMP Negeri 30 Jakarta

2012 – 2013 Sekretaris Badan Pengurus Pondok Pesantren al

Fathimiyyah Tambakberas Jombang

Page 8: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

viii

2014 – 2015 Staff PSDM Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat Indonesia Daerah Jakarta Raya

2015 – 2016 Koordinator Advokasi Ikatan Senat Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Indonesia Wilayah II (DKI

Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan)

2015 - 2016 Staff Public Relation Himpunan Mahasiswa Prodi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 – 2017 Ketua Epidemiology Student Association (ESA) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 - 2017 Pengurus Nasional / Staff Keilmuan dan Penelitian

Pengembangan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat Indonesia

Page 9: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

berkah dan rahmat-Nya, skripsi dengan judul “Determinan Hipertensi pada Supir

Bus Antar Kota Antar Provinsi Di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun

2017” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis susun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua Ayahanda M.Amir Khoiri MA dan Ibunda Sri Suhartatik

serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan penuh dan motivasi

serta do’a yang tiada henti.

2. Ibu Yuli Amran S.KM, M.KM selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi

ini sehingga terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Hoirun Nisa PhD selaku pembimbing II yang sempat memberikan

saran dan masukan sebelum berangkat ke luar negeri untuk penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan persetujuan dalam

permohonan izin penelitian di tempat penelitian.

Page 10: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

x

5. Ibu Fajar Ariyanti M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan

saran, arahan dan persetujuan mengikuti sidang skripsi.

6. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes selaku Ketua Peminatan

Epidemiologi yang memberikan motivasi kepada penulis walaupun sedang

studi S3 di Makassar.

7. Seluruh teman – teman seperjuangan epidemiologi 2013 yang selalu

memberikan dukungan semangat dan doa selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh teman – teman angkatan 2013 program studi Kesehatan

Masyarakat yang juga memberi dukungan semangat dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Rekan-rekan enumerator dan tenaga medis yang sudah membantu dalam

pengumpulan data.

10. Gilang Adhi Prabowo, S.KM yang telah memberikan saran, perhatian dan

dukungan semangat selama penyusunan skripsi ini. Akhirnya SKM di

tahun yang sama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran apabila ada kesalahan

dalam penulisan sehingga penulis dapat memperbaiki. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat. Aamiin.

Jakarta, September 2017

Dzul Faridah Arinal Haq

Page 11: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Tujuan ....................................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

2.1 Hipertensi ............................................................................................... 10

2.2 Pengukuran Tekanan Darah ................................................................... 12

2.3 Gejala Klinis Hipertensi ......................................................................... 13

2.4 Epidemiologi Hipertensi ......................................................................... 14

2.5 Determinan Hipertensi ........................................................................... 14

2.5.1 Karakteristik Supir Bus AKAP ....................................................... 14

2.5.1.1 Umur ......................................................................................................... 14

2.5.1.2 Riwayat Hipertensi Keluarga ................................................................. 16

2.5.2 Gaya Hidup ..................................................................................... 18

2.5.2.1 Konsumsi Rokok ..................................................................................... 18

2.5.2.2 Konsumsi Alkohol .................................................................................. 19

2.5.2.3 Konsumsi Kopi ........................................................................................ 20

2.5.2.4 Kebiasaan Makan Makanan Asin ......................................................... 21

Page 12: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xii

2.5.2.5 Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Lemak ......................................... 22

2.5.2.6 Kebiasaan Makan Buah .......................................................................... 23

2.5.2.7 Kebiasaan Makan Sayur ......................................................................... 23

2.5.3 Status Gizi ............................................................................................. 24

2.5.3.1 Indeks Massa Tubuh .............................................................................. 24

2.5.4 Pola Kerja .............................................................................................. 26

2.5.4.1 Lama Bekerja Sebagai Supir .................................................................... 26

2.5.4.2 Lama Mengemudi ...................................................................................... 27

2.5.4.3 Lama Tidur ................................................................................................ 27

2.6 Kerangka Teori ........................................................................................ 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 31

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 31

3.2 Definisi Operasional ................................................................................ 32

3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36

4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 36

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 36

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 36

1. Populasi .................................................................................................. 36

2. Sampel .................................................................................................... 37

4.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 39

4.5 Instrumen Data ....................................................................................... 41

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................... 46

4.7 Manajemen Data ..................................................................................... 47

BAB V HASIL .................................................................................................... 51

5.1 Analisis Univariat ................................................................................... 51

5.1.1 Distribusi Hipertensi pada Supir Bus AKAP .................................. 51

5.1.2 Distribusi Karakteristik Supir Bus AKAP ...................................... 52

5.1.3 Distribusi Gaya Hidup Supir Bus AKAP ........................................ 53

5.1.4 Distribusi IMT Supir Bus AKAP .................................................... 55

5.1.5 Distribusi Pola Kerja Supir Bus AKAP .......................................... 56

Page 13: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xiii

5.2 Analisis Bivariat ..................................................................................... 58

5.2.1 Karakteristik Supir Bus AKAP dengan Hipertensi ......................... 58

5.2.2 Gaya Hidup dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP .................. 59

5.2.3 IMT dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP .............................. 62

5.2.4 Pola Kerja dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP .................... 63

5.3 Analisis Multivariat ................................................................................ 64

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 70

6.1 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 70

6.2 Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta

Timur .............................................................................................................. 71

6.3 Determinan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur ................................................................................................. 72

6.3.1 Karakteristik Supir Bus AKAP ............................................................. 72

6.3.2 Gaya Hidup ........................................................................................... 77

6.3.3 IMT ....................................................................................................... 94

6.3.4 Pola Kerja .............................................................................................. 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 102

7.1 Simpulan ................................................................................................ 102

7.2 Saran ..................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106

LAMPIRAN 1 .................................................................................................... 114

LAMPIRAN 2 .................................................................................................... 115

LAMPIRAN 3 .................................................................................................... 120

Page 14: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa .......................................... 10

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Populasi Asia Menurut WHO 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 32

Tabel 4.1 Besar Sampel......................................................................................... 38

Tabel 4.2 Kode Variabel ....................................................................................... 48

Tabel 5.1 Distribusi Hipertensi Pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur Tahun 2017.....................................................................................51

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur Tahun 2017.....................................................................................52

Tabel 5.3 Distribusi Gaya Hidup Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur Tahun 2017 .................................................................................... 53

Tabel 5.4 Distribusi IMT Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta

Timur Tahun 2017................................................................................................. 56

Tabel 5.5 Distribusi Pola Kerja Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur Tahun 2017 .................................................................................... 57

Tabel 5.6 Karakteristik Supir Bus AKAP dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur ................................................. 58

Tabel 5.7 Gaya Hidup dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017 ............................................................. 59

Tabel 5.8 Hubungan antara IMT dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di

Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017 ............................................. 62

Tabel 5.9 Pola Kerja dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017 ............................................................. 63

Tabel 5.10 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel

Dependen............................................................................................................... 65

Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara

Variabel Independen dan Variabel Dependen....................................................... 66

Page 15: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xv

Tabel 5.12 Tabel Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Riwayat

Hipertensi Keluarga, Konsumsi Rokok dan IMT dengan Hipertensi pada Supir

Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 ....................... 67

Tabel 5.13 Tabel Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Riwayat

Hipertensi Keluarga, Konsumsi Rokok dan IMT dengan Hipertensi pada Supir

Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017 ...................... 68

Page 16: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Patofisiologi Tekanan Darah ............................................................... 12

Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 30

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 31

Page 17: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara

global. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh

dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun berada di Asia Tenggara

(WHO, 2011). Indonesia adalah negara dengan prevalensi hipertensi

tertinggi kedua setelah Myanmar di kawasan Asia Tenggara yaitu sebesar

41% (WHO, 2013). Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013

menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di

Indonesia mencapai 25,8% (Kemenkes, 2013). Tahun 2020 diproyeksikan

bahwa penyakit tidak menular termasuk hipertensi, akan melebihi penyakit

menular sebagai penyebab utama kematian (Kearney PM dkk., 2004).

Supir merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami

hipertensi (Borle dan Jadhao, 2015; Erhiano dkk., 2015; Satheesh dan

Veena, 2013). Profil Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Pemberantasan Penyakit Jakarta tahun 2015 menunjukkan tingginya

persentase hipertensi pada supir bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) di

wilayah kerja BBTKLPP Jakarta tahun 2013 hingga tahun 2014

(BBTKLPP, 2015a). Persentase hipertensi pada supir bus AKAP tahun 2013

sebesar 40,4% dan tahun 2014 sebesar 37,44 % (BBTKLPP, 2015b).

Penelitian dengan desain studi cross sectional dengan sampel 194 supir bus

dan 121 bukan supir bus menunjukkan bahwa memiliki risiko lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerjaan lainnya (Nasri dan Moazenzadeh, 2006).

Page 18: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

2

Penelitian dengan desain studi case control dengan sampel 219 supir bus

dan 219 pekerja kantor tahun 2002 di Iran menunjukkan bahwa pekerjaan

sebagai supir memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pekerjaan kantor

(G.H. Sadri, 2002). Penelitian dengan desain studi cross sectional dengan

sampel 444 supir bus di Bangkok Thailand menunjukkan bahwa hipertensi

lebih tinggi pada supir bus dibandingkan dengan masyarakat yaitu 23 %

sistolik dan 18,2% hipertensi diastol (Kaewboonchoo dkk., 2010).

Penelitian lain dengan desain studi yang sama dengan sampel 167 supir bus

di Kota Sokoto Nigeria tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

hipertensi pada supir bus cukup tinggi yaitu sebesar 33,5% (Erhiano dkk.,

2015). Dapat dikatakan bahwa kelompok pekerja supir bus banyak yang

mengalami hipertensi dibandingkan pekerjaan lainnya.

Faktor kesehatan supir berperan penting dalam hal keselamatan

penumpang. Pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan tekanan darah

pada supir penting dilakukan untuk mengurangi kecelakaan di jalan raya.

Hal ini juga mendukung kegiatan Dekade Aksi Keselamatan Jalan dengan

target global tahun 2020 menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dari

kecelakaan lalu lintas darat (Kemenkes, 2016). Berdasarkan hasil

RISKESDAS 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan proporsi

cedera transportasi darat dari tahun 2007 sebesar 25,9% dan tahun 2013

sebesar 47,7% (Kemenkes, 2013). Sedangkan berdasarkan data kecelakaan

di Indonesia selama triwulan terakhir dari KORLANTAS POLRI

menunjukkan adanya peningkatan kejadian kecelakaan yaitu pada tahun

Page 19: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

3

2015 sebanyak 24.580 kejadian dan pada tahun 2016 sebanyak 25.578

kejadian (KORLANTAS POLRI, 2016). Salah satu faktor risiko kecelakaan

lalu lintas adalah hipertensi. Penelitian dengan studi case control dengan

sampel 219 supir bus dan 219 pekerja kantor tahun 2002 di Iran

menunjukkan ada hubungan antara risiko kecelakaan bus dengan status

hipertensi pada supir bus (Sadri, 2002). Supir bus AKAP seringkali

berkendara lebih dari empat jam atau mempunyai rute yang padat dan sering

(Kemenkes, 2015). Oleh karena itu, apabila supir bus mengalami hipertensi

yang berisiko menimbulkan kecelakaan dan dapat merugikan perusahaan

dan penumpang.

Hipertensi pada supir dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya

hidup, status gizi, kebiasaan makan, pola kerja dan aktivitas fisik (Yang

dkk, 2006). Penelitian dengan desain studi cross sectional dengan sampel

167 supir bus di Kota Sokoto Nigeria tahun 2013 menunjukkan bahwa ada

hubungan antara umur supir bus diatas 40 tahun dengan hipertensi dengan

risiko 4,189 kali lebih tinggi dibandingkan umur supir dibawah 40 tahun

(Erhiano dkk., 2015). Penelitian lain dengan sampel 90 supir bus

Transjakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan riwayat

keluarga dengan hipertensi dengan risiko lebih tinggi 5,188 kali lebih tinggi

dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga (Rizkawati, 2012).

Penelitian dengan desain studi cross sectional dengan sampel 30

supir bus di India menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan hipertensi pada supir bus (Josephine dan P.Thenmozhi,

Page 20: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

4

2016). Penelitian juga dilakukan pada sampel 229 supir bus di Seoul Korea

menunjukkan bahwa hipertensi pada kelompok peminum alkohol 2,92 kali

lebih tinggi risikonya dibandingkan kelompok non-peminum alkohol

(Young-Jun Ahn dkk., 2015). Penelitian dengan desain studi kohort dengan

sampel 2985 laki-laki dan 3383 perempuan yang diikuti selama 6 dan 11

tahun menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi

kopi dengan hipertensi (Uiterwaal dkk., 2007). Penelitian dengan desain

studi cross sectional dengan sampel 150 pekerja di kota Agra India

menunjukkan bahwa ada hubungan makan makanan asin yang berlebih

dengan hipertensi (Lata Arya dkk., 2015). Penelitian dengan desain studi

yang sama dengan sampel 78 orang di kota Padang menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konsumsi tinggi lemak dengan hipertensi

(Herwati dan Sartika, 2013). Penelitian dengan desain studi kohort dengan

sampel 13.633 wanita profesional kesehatan menunjukkan bahwa ada

hubungan antara asupan sayur dan buah dengan hipertensi (Wang dkk.,

2012).

Penelitian yang didapatkan dari data pemeriksaan medis supir

komersial berbasis web di 48 negara tahun 2005-2012 menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara pengukuran indeks massa tubuh

dengan hipertensi pada supir komersial (Thiese dkk., 2012). Penelitian lain

dengan desain studi cross sectional dengan sampel 414 supir komersial di

Nigeria juga menunjukkan adanya hubungan antara status obesitas dengan

hipertensi (Oyeniyi dan Ajayi, 2016). Faktor lain yang mempengaruhi

Page 21: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

5

hipertensi pada supir adalah pola kerja yang meliputi lama bekerja sebagai

supir dan lama mengemudi. Penelitian dengan desain studi cross sectional

pada 60 supir bus antar kota menunjukkan adanya hubungan antara lama

kerja dan shift kerja dengan tekanan darah supir bus kota baik tekanan darah

sistolik maupun diastolik (Kantata JN, 2016). Penelitian dengan desain

studi yang sama dengan sampel 84 supir bus diketahui bahwa ada hubungan

lama bekerja sebagai supir dengan hipertensi (Pop dkk., 2015). Dalam

penelitian lain dengan desain studi yang sama dengan sampel 587 supir bus

di kota Nagpur menunjukkan adanya hubungan lama mengemudi dengan

hipertensi (Borle dan Jadhao, 2015). Hasil penelitian dengan desain studi

cross sectional dengan sampel 1499 pasien menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara lama tidur dengan hipertensi (Priou dkk.,

2014).

Kota Jakarta Timur merupakan salah satu kota administrasi di

provinsi DKI Jakarta yang paling banyak memiliki terminal pemberhentian

dan pemberangkatan bus AKAP. Sehingga penelitian ini dilakukan di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur. Oleh karena itu, berdasarkan

penelitian sebelumnya dan dampak dari hipertensi membuat peneliti tertarik

untuk mengetahui determinan hipertensi pada supir bus AKAP di terrminal

wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya

dan bersifat silent killer. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, salah

Page 22: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

6

satu kelompok yang berisiko menderita hipertensi adalah kelompok pekerja

supir bus. Dikarenakan faktor supir bus berperan penting dalam hal

keselamatan penumpang. Selain itu, hipertensi merupakan salah satu fakor

risiko kecelakaan lalu lintas. Penelitian dengan studi case control dengan

sampel 219 supir bus dan 219 pekerja kantor tahun 2002 di Iran

menunjukkan ada hubungan antara risiko kecelakaan bus dengan status

hipertensi pada supir bus (Sadri, 2002).

Diketahui bahwa apabila terjadi masalah kesehatan khususnya

penyakit tidak menular sebesar 10% maka penyakit tidak menular tersebut

menjadi prioritas dan harus segera ditanggulangi. Berdasarkan hasil deteksi

dini hipertensi yang dilakukan oleh BBTKLPP Jakarta diketahui bahwa

presentase hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah kerja BBTKLPP

Jakarta khususnya DKI Jakarta cukup tinggi pada tahun 2016 yaitu

hipertensi stage 1 sebesar 25,5% dan hipertensi stage 2 sebesar 8,5%

(BBTKLPPP, 2016). Oleh karena itu, hipertensi pada supir bus AKAP dapat

dikatakan menjadi masalah kesehatan yang harus segera ditanggulangi.

Supir bus AKAP yang bertugas di terminal Jakarta Timur

kemungkinan merupakan kelompok yang berisiko menderita hipertensi

yang dapat membahayakan ketika mengemudikan bus. Sehingga peneliti

tertarik ingin mengetahui determinan hipertensi pada supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

Page 23: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Berapa proporsi hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah

Kota Jakarta Timur tahun 2017?

2. Bagaimana distribusi karakteristik supir bus AKAP (umur dan riwayat

hipertensi keluarga), gaya hidup (konsumsi rokok, konsumsi alkohol,

konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan

makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan

sayur), status gizi (IMT) dan pola kerja (lama bekerja sebagai supir,

lama mengemudi dan lama tidur) pada supir bus AKAP di terminal

wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017?

3. Bagaimana hubungan karakteristik supir bus AKAP (umur dan riwayat

hipertensi keluarga), gaya hidup (konsumsi rokok, konsumsi alkohol,

konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan

makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan

sayur ), status gizi (IMT) dan pola kerja (lama bekerja sebagai supir,

lama mengemudi dan lama tidur) dengan hipertensi pada supir bus

AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017?

4. Apa faktor dominan determinan hipertensi pada supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017?

1.4 Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui determinan hipertensi pada supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

Page 24: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

8

b. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui proporsi hipertensi pada supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

2. Untuk mengetahui distribusi karakteristik supir bus AKAP (umur

dan riwayat hipertensi keluarga), gaya hidup (konsumsi rokok,

konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin,

kebiasaan makan makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah

dan kebiasaan makan sayur), status gizi (IMT) dan pola kerja

(lama bekerja sebagai supir, lama mengemudi dan lama tidur)

pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur

tahun 2017.

3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik supir bus AKAP (umur

dan riwayat hipertensi keluarga), gaya hidup (konsumsi rokok,

konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin,

kebiasaan makan makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah

dan kebiasaan makan sayur), status gizi (IMT) dan pola kerja

(lama bekerja sebagai supir, lama mengemudi dan lama tidur)

dengan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota

Jakarta Timur tahun 2017.

4. Untuk mengetahui faktor dominan determinan hipertensi pada

supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun

2017.

Page 25: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

9

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Dinas Perhubungan Terminal Pulogebang dan Kampung Rambutan

serta perusahaan otobus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta

Timur

Sebagai bahan masukan dalam upaya pencegahan hipertensi pada supir

bus AKAP yang bekerja di terminal dan perusahaan otobus.

b. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Puskesmas Cakung dan

Puskesmas Ciracas

Sebagai bahan masukan dalam upaya pencegahan hipertensi pada supir

bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur.

c. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi terkait studi epidemiologi mengenai

determinan hipertensi pada supir bus AKAP.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi analitik

dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

determinan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota

Jakarta Timur tahun 2017. Responden dalam penelitian ini adalah supir bus

AKAP yang bekerja dan bertugas di wilayah Kota Jakarta Timur. Analisis

yang akan digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari - Juni tahun 2017.

Page 26: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal tekanan darah tinggi adalah suatu

kondisi dimana pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan secara terus

menerus (WHO, 2016). Hipertensi terjadi adanya peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes, 2014). Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan ginjal, jantung dan otak apabila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2014).

Menurut JNC (Joint National Comittee) on the prevention, detection,

evaluation and treatment of high blood pressure di Amerika Tahun 2004,

mengklasifikasikan hipertensi pada orang dewasa menjadi empat yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistol

(mmHg)

Tekanan Darah Diastol

(mmHg)

Normal ≤ 120 ≤ 80

Prehipertensi 121 - 139 81 – 89

Hipertensi Stage 1 140 - 159 90 – 99

Hipetensi Stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber : Joint National Comittee (JNC), 2004

Page 27: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

11

Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut

pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air serta pengendalian

sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang

mengatur tekanan darah yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh

darah perifer. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang

dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut

jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen

pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh darah makin tinggi tahanan

terhadap aliran darah, makin besar dilatasinya makin kurang tahanan terhadap

aliran darah. Jadi makin menyempit pembuluh darah, makin meningkat

tekanan darah. Dilatasi dan kontriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan

oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin. Apabila sistem saraf

simpatis dirangsang katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan

dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah,

meningkatnya curah jantung dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya

pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan

vasokontriksi pada pembuluh - pembuluh darah (Baradero dkk., 2005).

Kedua faktor tersebut berkontribusi terhadap tinggi rendahnya tekanan

darah. Oleh karena itu, sebagian besar hipertensi lebih dari 90% tidak

diketahui penyebabnya. Berikut mekanisme yang berperan dalam kontrol

tekanan darah (Kaplan dan Ronald G. Victor, 2010).

Page 28: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

12

Bagan 2.1 Patofisiologi Tekanan Darah

2.2 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar British

Society of Hypertension, menggunakan alat spigmomanometer air raksa,

digital atau anaeroid. Dalam proses pengukuran tekanan darah hendaknya

diperhatikan beberapa hal : (Kemenkes, 2013)

1. Lakukan pemeriksaan setelah pasien duduk tenang selama 5 menit

dengan kaki menempel di lantai.

2. Lengan disangga dan letakkan tensimeter setinggi jantung.

3. Gunakan manset yang sesuai, sedikitnya melingkari 3/4 lengan dan

lebar manset 2/3 panjang lengan atas.

4. Letakkan bagian bawah manset 2 cm di atas daerah lipatan lengan atas

untuk mencegah kontak dengan stetoskop.

5. Pengukuran dilakukan minimal dua katt setiap kunjungan dengan

Page 29: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

13

selang waktu 5 sampai 20 menit pada lengan kanan dan kiri.

6. Sebaiknya orang yang akan diperiksa tidak merokok, tidak melakukan

olahraga atau mengonsumsi kopi 30 menit sebelum pengukuran

tekanan darah.

7. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran.

Selain cara pengukuran, alat pengukuran tekanan darah menjadi

penting. Spigmomanometer merkuri sejauh ini masih menjadi gold

standar dalam pengukuran tekanan darah. Namun, penggunaan

spignomanometer ini dapat mengontaminasi lingkungan. Oleh karena itu,

belum ada pengganti yang berlaku untuk spignomanometer ini maka

penggunaanya masih diperbolehkan dengan syarat harus dilakukan

pemeliharaan yang baik untuk menghindari kontaminasi merkuri ke

lingkungan (Pickering dkk, 2005).

2.3 Gejala Klinis Hipertensi

Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala. Nyeri kepala atau sakit

kepala dan gangguan penglihatan terjadi pada hipertensi berat atau progresif

(Rubenstein dkk., 2003). Gejala lain yaitu pusing, palpitasi (berdebar-debar),

dan mudah lelah. Namun, gejala-gejala tersebut kadang tidak muncul pada

beberapa penderita, bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah

tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa. Peningkatan tekanan darah

merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru akan muncul

setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung (Nurrahmi,

2012).

Page 30: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

14

2.4 Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit epidemi kesehatan masyarakat.

Dampak dari peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 9,4 juta

kematian dan 162 juta tahun hidup yang hilang pada tahun 2010. Sebesar 50%

dari penyakit jantung, stroke dan gagal jantung. Sebesar 13% kematian secara

keseluruhan dan lebih dari 40% kematian pada orang dengan diabetes. Sekitar

4 dari 10 orang dewasa di atas usia 25 memiliki hipertensi dan di banyak

negara 1 dari 5 orang dewasa memiliki pre hipertensi. Diperkirakan 9/10

dewasa yang tinggal 80 tahun akan mengalami hipertensi. Dua pertiga dari

mereka dengan hipertensi berada di negara-negara ekonomi berkembang.

Penyakit jantung dan stroke terjadi pada orang muda di negara-negara

ekonomi berkembang. Diperkirakan 10% dari pengeluaran perawatan

kesehatan secara langsung berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dan

komplikasinya (ISH, 2014).

2.5 Determinan Hipertensi

2.5.1 Karakteristik Supir Bus AKAP

2.5.1.1 Umur

Kejadian hipertensi makin meningkat seiring dengan

pertambahan umur. Dikarenakan adanya pengurangan elastisitas

pembuluh darah arteri. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

penumpukan kolagen dan hipertofi sel otot halus yang tipis,

berfragmen dan patahan dari serat elastin. Selain itu, seiring

pertambahan umur terjadi abnormalitas struktural berupa

Page 31: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

15

disfungsi endotel sehingga meningkatkan kekakuan pada

pembuluh darah arteri orang tua (Black, H.R dan Elliot W.J.,

2007).

Penelitian dengan desain studi cross sectional pada 165

pramudi bus Transjakarta pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

pramudi bus yang memiliki umur (>40 tahun) lebih tinggi

mengalami hipertensi dibandingkan dengan pramudi bus yang

memiliki umur (<40 tahun) (Sangadji dan Nurhayati, 2014).

Penelitian lain dengan desain studi yang sama dengan sampel

500 supir bus di kota Bangalore India menunjukkan pula bahwa

ada hubungan yang signifikan antara pertambahan umur dengan

hipertensi (Satheesh dan Veena, 2013). Penelitian lain dengan

desain yang sama juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara umur supir bus dengan hipertensi (Borle dan

Jadhao, 2015; Erhiano dkk., 2015; Lakshman dkk., 2014).

Dalam penelitian (Borle dan Jadhao, 2015) juga menunjukkan

bahwa supir bus yang berumur >35 tahun lebih berisiko 12,8

kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan supir bus yang

berumur ≤ 35 tahun. Namun dalam penelitian dengan desain

studi yang sama dengan sampel 82 pengemudi Transjakarta

menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan

antara umur dengan hipertensi (Rizkawati, 2012).

Page 32: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

16

2.5.1.2 Riwayat Hipertensi Keluarga

Faktor genetik dalam keluarga dapat menyebabkan

seseorang memiliki risiko menderita hipertensi. Hal itu

disebabkan ada beberapa gen yang berhubungan dengan

hipertensi yang menurun pada dirinya (Waikar dkk., 2008).

Tingkat tekanan darah menunjukkan hubungan familial kuat

yang tidak bisa dianggap hanya disebabkan oleh lingkungan

yang sama. Namun faktor genetik dan lingkungan menyebabkan

hipertensi yang mungkin sangat beragam, sehingga

membaurkan pencarian gen penyebab. Secara prinsip perhatian

dipusatkan pada identifikasi kandidat gen. Yang termasuk

diantaranya adalah gen yang terlibat dalam sistem renin-

angiotensin, bersama dengan sejumlah substansi vasokontriktor

dan vasodilator penting yang ditemukan baru-baru ini

(Rubenstein dkk., 2003). Faktor genetik adalah salah satu faktor

terjadinya hipertensi. Gen-gen yang berperan dalam mekanisme

hipertensi yaitu gen yang mempengaruhi homeostasis natrium di

ginjal, termasuk polimorfisme I/D (insersi/delesi) gen ACE

(angiotensin converting enzyme), dan gen yang mempengaruhi

metabolisme steroid. Studi menyatakan polimorfisme I/D gen

ACE dapat menghasilkan 3 genotip : II homozigot, ID

heterozigot dan DD Homozigot. Individu dengan DD

homozigot mempunyai konsentrasi ACE yang lebih tinggi

Page 33: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

17

dibandingkan dengan yang lain. Dengan konsentrasi ACE yang

lebih tinggi maka konsentrasi angiotensin II juga meningkat.

Angiotensin II yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah secara progresif melalui 2 mekanisme :

vasokontriksi di arteri perifer dan penurunan ekskresi garam dan

air oleh ginal (Ehret GB dan Caulfield MJ, 2013; Sayed-

Tabatabaei FA dkk., 2006). Penelitian lain dengan desain studi

cross sectional dengan sampel 330 pada penduduk Mlati,

Sleman, Yogyakarta, Indonesia orang diketahui bahwa untuk efek

dominan dari alel D terhadap hipertensi menunjukkan hubungan

yang signifikan secara statistik (Aziza dkk., 2010).

Penelitian dengan desain studi cross sectional pada

pengemudi Transjakarta menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara hipertensi dengan riwayat hipertensi keluarga.

Diketahui pula bahwa orang dengan riwayat hipertensi keluarga

memiliki risiko 5 kali lebih tinggi mengalami hipertensi

dibandingkan yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga

(Rizkawati, 2012). Beberapa penelitian lain dengan desain studi

yang sama menunjukkan pula hubungan yang signifikan antara

riwayat hipertensi keluarga dengan hipertensi (Borle dan

Jadhao, 2015; Oyeniyi dan Ajayi, 2016). Namun dalam

penelitian dengan desain studi cross sectional dengan 179 supir

bus di India Selatan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

Page 34: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

18

yang signifikan antara riwayat hipertensi keluarga dengan

hipertensi (Lakshman dkk., 2014).

2.5.2 Gaya Hidup

2.5.2.1 Konsumsi Rokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam

aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah

arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan

darah tinggi. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin

meningkatkan risiko pada pembuluh darah arteri (Kemenkes

RI, 2015).

Beberapa penelitian lain dengan desain studi cross

sectional dengan sampel supir bus menunjukkan bahwa ada

hubungan merokok dengan hipertensi pada supir bus (Borle

dan Jadhao, 2015; Josephine dan P.Thenmozhi, 2016).

Penelitian dengan desain studi pada 165 pramudi Transjakarta

menunjukkan bahwa kelompok pramudi Transjakarta yang

memiliki kebiasaan merokok mempunyai prevalensi hipertensi

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pramudi yang

bukan perokok dan mantan perokok (Sangadji dan Nurhayati,

2014). Namun dalam penelitian lain dengan desain studi

Page 35: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

19

cross sectional dengan sampel 179 supir bus di Kerala Utara

India Selatan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

merokok dengan hipertensi (Lakshman dkk., 2014).

2.5.2.2 Konsumsi Alkohol

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah

telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas.

Diduga alkohol dapat menyebabkan adanya peningkatan kadar

kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan

kekentalan darah yang berperan dalam menaikkan tekanan

darah (Kemenkes, 2013). Dalam penelitian Ohira (2009) pada

studi populasi yang besar insiden hipertensi meningkat apabila

seseorang minum alkohol lebih dari 3 cangkir dalam sehari

(Kaplan dan Ronald G. Victor, 2010)

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan

antara konsumsi alkohol dengan hipertensi diantaranya adalah

penelitian dengan desain studi cross sectional menggunakan

data sekunder Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi

mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir ditemukan lebih tinggi

pada kelompok hipertensi (4,0%) daripada kontrol (1,8%),

risiko hipertensi bagi kelompok yang mengonsumsi alkohol 1

bulan terakhir ditemukan bermakna, yaitu sebesar 1,12 kali

(Rahajeng dan Tuminah, 2009). Penelitian lain dengan desain

studi yang sama dengan sampel 926 supir bajaj di kota Nagpur

Page 36: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

20

India menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

konsumsi alkohol dengan hipertensi (Chaudhary dkk., 2014).

Namun, dalam penelitian lain dengan desain studi cross

sectional dengan sampel 179 supir bus di Kerala Utara, India

Selatan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

konsumsi alkohol dengan hipertensi (Lakshman dkk., 2014).

2.5.2.3 Konsumsi Kopi

Orang yang sering mengonsumsi kopi lebih berisiko

memiliki kecenderungan untuk menderita hipertensi. Hal ini

dikarenakan kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein

memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut. Peningkatan

tekanan darah ini terjadi melalui mekanisme biologi antara

lain kafein yang mengikat reseptor adenisin, mengaktifasi

sistem saraf simpatik dengan meningkatkan konsentrasi

cathecolamines dalam plasma dan menstimulasi kelenjar

adrenalin serta meningkatkan produksi kortisol. Sehingga hal

ini berdampak pada vasokontriksi dan peningkatan total

resistensi perifer yang akan mengakibatkan tekanan darah naik

(Klag dkk., 2002).

Dalam penelitian dengan desain studi kohort dengan

sampel 2985 laki-laki dan 3383 perempuan yang diikuti selama

6 dan 11 tahun menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara konsumsi kopi dengan hipertensi (Uiterwaal

Page 37: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

21

dkk., 2007). Namun dalam penelitian lain dengan desain studi

cross sectional dengan sampel 45 pengemudi Transjakarta

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

konsumsi kopi dengan hipetensi (Rizkawati, 2012).

2.5.2.4 Kebiasaan Makan Makanan Asin

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam

bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema

atau asites (Musbyarini dkk., 2010). Dalam penelitian dengan

desain studi cross sectional dengan sampel 150 pekerja

administratif di kota Agra menunjukkan bahwa ada hubungan

antara konsumsi makanan asin berlebih dengan hipertensi (Lata

Arya dkk., 2015). Penelitian lain dengan desain studi yang

sama pada 30 supir bus yang bekerja di Universitas Saveetha

India juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara konsumsi makanan asin berlebih dengan

hipertensi (Josephine dan P.Thenmozhi, 2016). Namun dalam

penelitian dengan desain studi yang sama dengan sampel 82

pengemudi Transjakarta menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan makanan

natrium atau asin dengan hipertensi (Rizkawati, 2012).

Page 38: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

22

2.5.2.5 Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Lemak

Konsumsi makanan berlemak secara berlebihan akan

menyebabkan hiperlipidemia. Hiperlipidemia akan

menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL dan/atau penurunan kolesterol HDL dalam

darah. Kolesterol diperoleh dari makanan dan disintesis di

dalam sebagian besar sel tubuh. Kolesterol adalah komponen

membran sel dan prekursor hormon steroid serta garam-garam

empedu yang digunakan untuk menyerap lemak. Konsentrasi

kolesterol dalam darah yang tinggi, terutama kolesterol dalam

partikel lipoprotein yang disebut yang disebut lipoprotein

densitas rendah (LDL), berperan menyebabkan terbentuknya

plak aterosklerosis. Plak atau endapan lemak pada dinding

arteri ini dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke. Kadar

lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cenderung

meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah dan berperan

menyebabkan terbentuknya aterosklerosis. Kemudian

menghambat aliran darah sehingga tekanan darah menjadi

tinggi (Marks dkk., 2000).

Penelitian dengan desain studi cross sectional dengan

sampel 78 orang di kota Padang menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konsumsi tinggi lemak

dengan hipertensi (Herwati dan Sartika, 2013). Namun, dalam

Page 39: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

23

penelitian dengan desain studi yang sama dengan sampel 82

pengemudi Transjakarta menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan makanan

tinggi lemak dengan hipertensi (Rizkawati, 2012).

2.5.2.6 Kebiasaan Makan Buah

Buah mengandung potasium yang berfungsi dapat

menurunkan tekanan darah (Dalimartha dkk., 2008). Dalam

sebuah penelitian meta analisis menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konsumsi potasium yang

lebih tinggi dengan penurunan tekanan darah pada populasi

hipertensi (Aburto dkk., 2013). Penelitian lain dengan desain

studi kohort dengan sampel 13.633 wanita profesional

kesehatan menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan

buah dengan hipertensi. Dalam penelitian tersebut juga

diketahui bahwa asupan tinggi buah merupakan faktor yang

dapat mencegah hipertensi (Wang dkk., 2012). Namun dalam

penelitian dengan desain studi cross sectional menggunakan

data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan

bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi

buah dengan hipertensi (Amu, 2015).

2.5.2.7 Kebiasaan Makan Sayur

Dari aspek gizi, kandungan sayur dapat menstabilkan

dan menurunkan tekanan darah. Sayur mengandung kalium,

Page 40: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

24

magnesium dan serat (Dalimartha dkk., 2008). Mekanisme

kalium dapat mempengaruhi tekanan darah dan bukti

menunjukkan bahwa interaksi antara kedua zat gizi tersebut

memainkan peran dominan dalam hipertensi khususnya

hipertensi primer (Adrogué HJ dan Madias NE, 2007).

Penelitian lain dengan desain studi kohort dengan

sampel 13.633 wanita profesional kesehatan menunjukkan

bahwa ada hubungan antara asupan sayur dengan hipertensi.

Dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa asupan tinggi

sayur merupakan faktor yang dapat mencegah hipertensi

(Wang dkk., 2012). Namun dalam penelitian dengan desain

studi cross sectional menggunakan data sekunder Riset

Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa tidak adanya

hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan

hipertensi (Amu, 2015).

2.5.3 Status Gizi

2.5.3.1 Indeks Massa Tubuh

Obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang

dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu

perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat

dalam meter. Berat badan dan indeks masa tubuh berkorelasi

langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Obesitas bukan penyebab hipertensi. Namun

Page 41: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

25

prevalensi hipertensi pada obesitas lebih besar dibandingkan

yang tidak obesitas atau normal. Orang yang obesitas 5 kali

lebih berisiko mengalami hipertensi dengan orang yang tidak

obesitas atau normal (Kemenkes, 2013).

Nilai IMT dihitung dengan rumus :

Klasifikasi IMT orang Indonesia berdasarkan rekomendasi

WHO pada populasi Asia Pasifik tahun 2000 adalah sebagai

berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Populasi

Asia Menurut WHO

Indeks Massa Tubuh

(kg/cm²)

Kategori

< 18 Berat badan kurang

18 – 22,9 Normal

≥ 23 Berat badan lebih

23 – 24,9 Berisiko

25 – 29,9 Obesitas derajat 1

≥ 30 Obesitas derajat 2

Sumber : The Asia Pasific Perspective, 2000

Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan

IMT dengan hipertensi. Beberapa penelitian dengan desain

studi cross sectional menunjukkan ada hubungan yang

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Page 42: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

26

signifikan antara IMT dengan hipertensi (Josephine dan

P.Thenmozhi, 2016; Oyeniyi dan Ajayi, 2016; Satheesh dan

Veena, 2013). Penelitian lain dengan desain studi yang sama

dengan sampel 75 supir bus di Brazil menunjukkan bahwa

supir bus yang memiliki IMT dengan berat badan lebih

berisiko 4,32 kali dibandingkan supir bus yang memiliki IMT

normal (Smolarek dkk., 2013).

2.5.4 Pola Kerja

2.5.4.1 Lama Bekerja Sebagai Supir

Penelitian dengan desain studi cross sectional ada 165

pramudi Transjakarta proporsi responden yang bekerja lebih dari

18 bulan cenderung memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi

dibandingkan dengan proporsi responden yang bekerja kurang dari

18 bulan (Sangadji dan Nurhayati, 2014). Penelitian dengan

desain studi sama pada Pramudi Transjakarta menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan

lama bekerja sebagai supir. Diketahui pula bahwa kelompok

supir yang sudah lama bekerja sebagai supir memiliki peluang 3

kali menderita hipertensi dibandingkan dengan kelompok supir

yang baru bekerja sebagai supir (Rizkawati, 2012). Penelitian lain

dengan desain studi cross sectional dengan sampel 587 supir bus di

kota Nagpur menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara hipertensi dengan lama bekerja. Dalam penelitian tersebut

Page 43: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

27

diketahui pula bahwa supir bus yang memiliki lama bekerja sebagai

supir >15 tahun berisiko 4,17 kali menderita hipertensi

dibandingkan dengan supir yang lama bekerja sebagai supir ≤ 15

tahun (Borle dan Jadhao, 2015). Penelitian lain dengan desain studi

yang sama dengan sampel 100 supir bus menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan hipertensi

(Rao dkk., 2015).

2.5.4.2 Lama Mengemudi

Supir bus memliki keterpaparan yang tinggi terhadap polusi

udara saat berkendara seperti karbomonoksida (CO), kebisingan

suara dan lainnya yang dapat meningkatkan stres kerja pada supir

(Kaewboonchoo dkk., 2010). Seringkali supir berkendara lebih

dari empat jam atau mempunyai rute yang padat dan sering

(Kemenkes, 2015). Penelitian dengan desain studi cross sectional

dengan sampel 587 supir bus di kota Nagpur menunjukkan adanya

hubungan lama mengemudi dengan hipertensi. Dalam penelian

tersebut juga menunjukkan bahwa lama mengemudi >60

jam/minggu berisiko 1,93 kali dengan lama mengemudi ≤ 60

jam/minggu (Borle dan Jadhao, 2015).

2.5.4.3 Lama Tidur

Dalam penelitian dengan desain studi cross sectional

dengan sampel 1499 pasien menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara lama tidur dengan hipertensi (Priou dkk.,

Page 44: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

28

2014). Hasil penelitian lain dengan desain studi yang sama dengan

sampel 1741 orang dewasa pada Penn State Cohort juga

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama

tidur pendek dengan hipertensi (Fernandez-Mendoza dkk., 2012).

Dalam penelitan tersebut juga menunjukkan bahwa orang dewasa

yang memiliki lama tidur <6 jam/hari lebih berisiko 3,8 kali

menderita hipertensi dibandingkan dengan orang dewasa yang

memiliki lama tidur ≥6 jam/hari. Namun dalam penelitian lain

dengan desain studi cross sectional dengan sampel 179 supir bus

di Kerala Utara, India Selatan menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara lama tidur dengan hipertensi (Lakshman dkk.,

2014). Penelitian lain dengan desain studi sama dengan sampel 100

supir bus menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara lama tidur dengan hipertensi (Rao dkk., 2015).

2.6 Kerangka Teori

Menurut Lalonde (1974) gaya hidup akan mempengaruhi status

kesehatan. Salah satu status kesehatan adalah hipertensi. Selain gaya hidup,

hipertensi pada supir dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti kebiasaan

makan, status gizi, pola kerja dan aktivitas fisik (Yang dkk., 2006 dan Young-

Jun Ahn dkk., 2015). Faktor genetik pun mempengaruhi hipertensi (Waikar

dkk, 2008).

Gaya hidup dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis (Rahajeng dan

Tuminah, 2009). Faktor sosiodemografis tersebut meliputi umur dan jenis

Page 45: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

29

kelamin. Faktor genetik dapat dilihat dari genetik dan riwayat hipertensi

keluarga. Sedangkan gaya hidup meliputi konsumsi rokok, konsumsi alkohol,

konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan tinggi

lemak, kebiasan makan sayur dan kebiasaan makan buah. Status gizi meliputi

IMT. Pola kerja meliputi lama bekerja sebagai supir, lama mengemudi dan

lama tidur. Namun faktor- faktor tersebut tidak langsung menyebabkan

hipertensi, maka disebut sebagai faktor risiko.

Page 46: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

30

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber :

Modifikasi dari (Kaplan dan Ronald G. Victor, 2010), (Black, H.R dan Elliot W.J., 2007), (Waikar dkk., 2008), (Kemenkes RI,

2015), (Klag dkk., 2002), (Musbyarini dkk., 2010), (Marks dkk., 2000), (Adrogué HJ dan Madias NE, 2007), (Kaewboonchoo dkk.,

2010)

Hipertensi

Pelepasan adrenalin dan

peningkatan saraf

simpatik Pengurangan elastisitas

pembuluh darah Retensi cairan

Konsumsi asin

berlebih

Penyempitan

diameter arteri

Konsumsi

lemak

berlebih

Peningkatan TD

Merokok

Kebiasaan

minum

allkohol

Peningkatan kortisol

Peningkatan

volume darah

Pengentalan

darah

Lama tidur

Hiperlipidemia

Stress kerja

Lama

bekerja

Lama

Mengemudi

Kurang

konsumsi

buah sayur

Hipertrofi

pembuluh darah

IMT (Obesitas) Umur

Hiperinsulinemia

Riwayat Hipertensi

Keluarga

Kebiasaan

minum

kopi

Genetik

Page 47: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

31

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

didapatkan kerangka konsep untuk mendeskripsikan variabel–variabel yang

diteliti. Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hipertensi pada

supir bus AKAP. Variabel independen terdiri dari karakteristik responden

(umur dan riwayat hipertensi keluarga), gaya hidup (konsumsi rokok,

konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan

makan makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan

sayur), status gizi (IMT) dan pola kerja (lama bekerja sebagai supir, lama

mengemudi dan lama tidur).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gaya Hidup

Konsumsi rokok

Konsumsi alkohol

Konsumsi kopi

Kebiasaan makan makanan asin

Kebiasaan makan makanan

tinggi lemak

Kebiasaan makan buah

Kebiasaan makan sayur

Hipertensi pada

Supir Bus AKAP

Status Gizi

Indeks massa tubuh

Pola Kerja

Lama bekerja sebagai supir

Lama mengemudi

Lama tidur

Karakteristik Supir Bus

AKAP

Umur

Riwayat hipertensi keluarga

Page 48: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

32

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara

Pengambilan

Data

Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Hipertensi Hasil rata-rata dari dua kali pengukuran tekanan

darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada

supir bus AKAP dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Sphygmom

anometer

Pengukuran

dilakukan setelah

supir bus AKAP

beristirahat ± 5

menit dan

dilakukan dalam

posisi duduk

1. Hipertensi, TD

sitolik ≥ 140 mmHg

dan TD diastolik ≥ 90

mmHg

2. Tidak Hipertensi,

TD sistolik < 140

mmHg, dan TD

diastolik < 90 mmHg

(Joint National

Comittee (JNC), 2004)

Ordinal

Variabel Independen

1. Umur Lama hidup supir bus AKAP yang dihitung

dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir

saat wawancara dilakukan.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

1. ≥ 44 tahun

2. < 44 tahun

Ordinal

2. Riwayat

hipertensi

keluarga

Riwayat keluarga kandung/terdekat supir bus

AKAP yang pernah didiagnosis menderita

hipertensi oleh tenaga medis (dokter, perawat,

atau bidan).

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

1. 1. Ya

2. 2. Tidak

(Borle dan Jadhao,

2015; Oyeniyi dan

Ajayi, 2016)

Ordinal

Page 49: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

33

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara

Pengambilan

Data

Hasil Ukur Skala Ukur

3. Konsumsi

rokok

Banyaknya batang rokok yang dihisap supir bus

AKAP dalam satu hari

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

3. 1. ≥ 12 batang/hari

4. 2. 1-11 batang/hari

Ordinal

4. Konsumsi

alkohol

Banyaknya alkohol yang diminum supir bus

AKAP dalam satu hari

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

5. 1. Ya (1-3

cangkir/hari)

6. 2. Pernah konsumsi

7. 3. Tidak konsumsi

Ordinal

5. Konsumsi kopi Banyaknya kopi dalam cangkir yang dikonsumsi

dalam sehari oleh supir bus AKAP.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

8. 1. 4 - 6 cangkir/hari

9. 2. 1 - 3 cangkir/hari

10. 3. Tidak konsumsi

11. (Uiterwaal dkk.,

2007)

Ordinal

6. Kebiasaan

makan

makanan asin

Frekuensi kebiasaan supir bus AKAP dalam

mengonsumsi makanan asin atau yang

mengandung tinggi natrium dalam sehari.

FFQ Wawancara 12. 1. ≥ 1 kali/hari

13. 2. < 1 kali/hari

Ordinal

7. Kebiasaan

makan

makanan

tinggi lemak

Frekuensi kebiasaan supir bus AKAP dalam

mengonsumsi makanan yang mengandung lemak

jenuh dalam sehari.

FFQ Wawancara 14. 1. ≥ 2 kali per hari

15. 2. < 2 kali per hari

Ordinal

8. Kebiasaan

makan buah

Rata-rata porsi buah yang dikonsumsi dalam

sehari.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

16. 1. < 2 porsi/hari

17. 2. ≥ 2 porsi/hari

18. (Wang et al., 2012)

Ordinal

9. Kebiasaan

makan sayur

Rata-rata porsi sayur yang dikonsumsi dalam

sehari.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

19. 1. < 2 porsi/hari

20. 2. ≥ 2 porsi/hari

21. (Wang dkk., 2012)

Ordinal

Page 50: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

34

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara

Pengambilan

Data

Hasil Ukur Skala Ukur

2.2.1. 10. 2.2.2. IMT Hasil perbandingan antara rata-rata berat badan

(kg) dengan rata-rata tinggi badan (meter)

dikuadratkan.

Timbangan

digital dan

microtoise

dengan

ketelitian

0,1 cm

Mengukur berat

badan dan tinggi

badan supir bus

AKAP kemudian

dihitung dalam

rumus IMT

1. ≥ 25 kg/m²

2. < 25 kg/m²

Ordinal

11. Lama bekerja

sebagai supir

Lama mulai bekerja sebagai supir bus AKAP di

PO atau terminal hingga penelitian dilakukan.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

1. ≥ 16 tahun

2. < 16 tahun

Ordinal

12. Lama

mengemudi

Lama mengemudi bus AKAP yang dinyatakan

dalam jam per minnggu.

Kuesioner Wawancara

Terstruktur

1. ≥ 36 jam/minggu

2. < 36 jam/minggu

Ordinal

13. Lama tidur Durasi tidur supir bus AKAP dalam sehari. Kuesioner Wawancara

Terstruktur

4. 1. < 6 jam/hari

5. 2. ≥ 6 jam/hari

6. (Fernandez-

Mendoza dkk.,

2012)

Ordinal

Page 51: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

35

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara faktor karakteristik responden (umur dan riwayat

hipertensi keluarga) dengan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal

wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

2. Ada hubungan antara faktor gaya hidup (konsumsi rokok, konsumsi

alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan

makanan tinggi lemak, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan sayur)

dengan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta

Timur tahun 2017.

3. Ada hubungan antara faktor status gizi (IMT) dengan hipertensi pada supir

bus AKAP di wilayah terminal Kota Jakarta Timur tahun 2017.

4. Ada hubungan antara pola kerja (lama bekerja sebagai supir, lama

mengemudi dan lama tidur) dengan hipertensi pada supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017.

Page 52: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

36

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif dengan menggunakan

penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi cross sectional yaitu

proses pengambilan seluruh variabel yang diteliti dilakukan dalam satu waktu.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di terminal wilayah Kota Jakarta Timur yaitu

Terminal Pulo Gebang dan Terminal Kampung Rambutan. Penelitian ini

dilakukan di terminal wilayah Kota Jakarta Timur dikarenakan salah satu kota

di provinsi DKI Jakarta yang memiliki terminal bus AKAP. Kedua terminal

tersebut memiliki klinik kesehatan terminal binaan puskesmas Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur yaitu puskesmas Cakung dan puskesmas Ciracas.

Sedangkan penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari – Juni 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh supir bus AKAP di terminal

wilayah Kota Jakarta Timur. Namun peneliti memiliki keterbatasan data

jumlah keseluruhan supir utama atau cadangan PO bus AKAP di seluruh

terminal Kota Jakarta Timur. Berdasarkan Data Badan Pengelola

Transportasi Jabodetabek tahun 2016 hanya diketahui jumlah kendaraan

bus AKAP. Diantaranya adalah sebanyak 65 bus di Terminal Pulo Gebang

dan sebanyak 834 bus di Terminal Kampung Rambutan.

Page 53: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

37

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah supir bus AKAP yang masih bekerja

dan bertugas di terminal wilayah Kota Jakarta Timur pada saat penelitian

dilakukan. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini

dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi :

Keterangan :

N = Jumlah/besar sampel minimal yang dibutuhkan

Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan (1-α/2) uji dua arah (1,96)

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji 80% 1-β = 0.84

P1 = Proporsi hipertensi pada kelompok berisiko

P2 = Proporsi hipertensi pada kelompok tidak berisiko

P = (P1 + P2) / 2

Penentuan besar sampel minimal dilihat berdasarkan perhitungan

besar sampel menggunakan nilai P1 dan P2 dari hasil penelitian

sebelumnya. Adapun besar sampel minimal pada tiap-tiap variabel adalah

sebagai berikut.

Page 54: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

38

Tabel 4.1 Besar Sampel

Variabel Penelitian

sebelumnya

P1 P2 P N n x

2

n

total

Umur (Borle and

Jadhao,

2015)

0,37 0,04 0,205 23 46 51

Riwayat

Hipertensi

Keluarga

(Borle dan

Jadhao,

2015)

0,82 0,48 0,65 30 60 63

Konsumsi

merokok

(Oyeniyi

dan Ajayi,

2016)

0,78 0,22 0,5 12 24 27

Konsumsi kopi (Uiterwaal

dkk., 2007)

0,77 0,23 0,5 13 26 29

Kebiasaan

makan makanan

asin

(Rahajeng

dan

Tuminah,

2009)

0,49 0,25 0,37 63 126 139

Kebiasaan

makan makanan

tinggi lemak

(Rahajeng

dan

Tuminah,

2009)

0,125 0,435 0,38 36 72 80

Konsumsi sayur

dan buah

(Rahajeng

dan

Tuminah,

2009)

0,94 0,6 0,77 29 58 64

Konsumsi sayur

dan buah

(Rahajeng

dan

Tuminah,

2009)

0,94 0,6 0,77 29 58 64

IMT (Oyeniyi

dan Ajayi,

2016)

0,16 0,83 0,5 8 16 18

Lama bekerja

sebagai supir

(Rizkawati,

2012)

0,67

0,41 0,54 32 64 71

Lama

mengemudi

(Borle dan

Jadhao,

2015)

0,32

0,68

0,5 30 60 66

Lama tidur

(Lakshman

dkk., 2014)

0,72 0,43 0,57 45 90 99

Page 55: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

39

Berdasarkan perhitungan hasil besar sampel pada setiap variabel,

maka jumlah sampel yang paling banyak dibutuhkan sebanyak 126 orang.

Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing maka jumlah sampel

ditambah 10% sehingga keseluruhan sampel menjadi sebanyak 139 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah systematic random

sampling. Dikarenakan adanya keterbatasan data supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur. Maka peneliti akan membuat frame

sampling pada saat pengumpulan data. Adapun kriteria inklusi sampel

penelitian ini adalah supir yang berjenis kelamin laki-laki dan supir bus

utama AKAP atau supir cadangan AKAP yang akan mengemudikan bus

atau yang sedang istirahat di terminal wilayah Kota Jakarta Timur.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah supir bus yang memiliki riwayat

hipertensi karena penyakit lainnya seperti ginjal, kelainan hormon dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 129 responden

dikarenakan adanya missing data sebanyak 10 responden. Responden

tersebut diperoleh dari dua terminal yaitu Terminal Pulogebang dan

Terminal Kampung Rambutan. Diantaranya adalah 52 supir bus AKAP

Terminal Pulogebang dan 77 supir bus AKAP Terminal Kampung

Rambutan.

4.4 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari

pengukuran langsung dan wawancara kepada supir bus AKAP di terminal

Page 56: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

40

wilayah Kota Jakarta Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui pos

kesehatan yang dibuat oleh peneliti pada masing-masing tempat penelitian.

Sebelum pengukuran dan wawancara, peneliti meminta persetujuan supir bus

AKAP untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian. Persetujuan

dilakukan dengan memberikan informed consent dan menjelaskan kepada

supir bus AKAP mengenai maksud dan tujuan penelitian. Ketika supir bus

AKAP memberikan persetujuan maka supir menandatangani informed

consent tersebut pada kolom yang telah disediakan peneliti.

Pengukuran langsung dilakukan untuk memperoleh informasi terkait

tekanan darah, berat badan dan tinggi badan untuk menentukan indeks massa

tubuh responden. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis

yaitu satu perawat/bidan yang sudah memiliki kompetensi dan keahlian

dalam mendiagnosis hipertensi. Sedangkan pengukuran berat badan dan

tinggi badan dilakukan oleh peneliti dan beberapa mahasiswa kesehatan

masyarakat. Sebelum petugas melakukan pengukuran berat badan dan tinggi

badan, peneliti memberikan arahan terkait cara pengukuran berat badan dan

tinggi badan oleh peneliti.

Metode pengumpulan data kedua adalah wawancara. Wawancara

dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi

terkait umur, riwayat hipertensi keluarga, konsumsi rokok, konsumsi alkohol,

konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasan makan makanan

tinggi lemak, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan sayur, lama bekerja

Page 57: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

41

sebagai supir, lama mengemudi dan lama tidur. Waktu pengumpulan data

untuk setiap responden dilakukan selama 5-10 menit.

4.5 Instrumen Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,

spigmomanometer, timbangan digital dan microtoise. Instrumen ini dibuat

hasil adopsi dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Berikut penjelasan cara pengukuran masing-masing variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

1. Hipertensi

Variabel ini diukur melalui pengukuran tekanan darah dengan

menggunakan spigmomanometer. Untuk memastikan supir bus AKAP

yang mengalami hipertensi, tenaga medis melakukan pengukuran

sebanyak dua kali. Kemudian hasil dari pengukuran tekanan darah

dirata-ratakan.

Dalam menjamin kevalidan data maka cara pengukuran dipastikan

harus benar. Posisi duduk supir bus AKAP dibuat tenang. Responden

diharuskan tidak melakukan aktivitas fisik, merokok dan makan

minimal 30 menit sebelum pengukuran tekanan darah. Tenaga medis

yang mengukur tidak mengajak responden berbicara atau tertawa saat

pengukuran tekanan darah berlangsung. Hal ini dilakukan oleh peneliti

dengan memberikan arahan kepada petenaga medis agar sesuai dengan

ketentuan yang ada.

Page 58: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

42

2. Umur

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Umur ditanyakan langsung pada responden dan dihitung

dengan pembulatan ke bawah atau ulang tahun yang terakhir. Umur

responden dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ≥ 44 tahun dan < 44

tahun.

3. Riwayat hipertensi keluarga

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Riwayat hipertensi keluarga ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan garis keturunan keluarga dekat

yang pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. Keluarga

dekat yang dimaksud adalah orang tua, kakek, nenek, paman, bibi atau

saudara kandung dari responden. Hipertensi yang dialami keluarga

dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Riwayat hipertensi keluarga

dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ya dan tidak.

4. Konsumsi rokok

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Statsus merokok ditanyakan langsung kepada responden.

Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam menghisap

rokok. Hasil ukur dari variabel ini ada 3 kategori yaitu ≥ 12

batang/hari, 1-11 batang/hari dan tidak merokok.

Page 59: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

43

5. Konsumsi alkohol

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Status minum alkohol ditanyakan langsung kepada responden.

Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam mengonsumsi

alkohol. Hasil ukur dari variabel ini ada 3 kategori yaitu konsumsi

alkohol (1-3 cangkir/hari), pernah dan tidak pernah.

6. Konsumsi kopi

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Kebiasaan minum kopi ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam

mengonsumsi kopi. Hasil ukur dari variabel ini dikategorikan menjadi

3 kategori yaitu 4 - 6 cangkir/hari, 1 - 3 cangkir/hari dan tidak

konsumsi.

7. Kebiasaan makan makanan asin

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Kebiasaan makan makanan asin ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam

makan makanan asin atau mengandung garam. Makanan asin yang

ditanyakan seperti telur asin, ikan asin, sayur asin, keripik kentang,

daging kaleng/kornet, kecap asin, saos dan lain-lain. Hasil ukur dari

variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ≥ 1 kali/hari dan

< 1 kali/hari.

Page 60: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

44

8. Kebiasaan makan makanan tinggi lemak

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Kebiasaan makan makanan tinggi lemak ditanyakan langsung

kepada responden. Variabel ini menanyakan kebiasaan responden

dalam makan makanan tinggi lemak. Makanan tinggi lemak yang

ditanyakan seperti sop buntut, makanan bersantan/kare/gulai,

gorengan, sate kambing, jerohan, bebek, kulit, kuning telur dan lain-

lain. Hasil ukur dari variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu

≥ 2 kali/hari dan < 2 kali/hari.

9. Kebiasaan makan buah

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Kebiasaan makan buah ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam

makan buah dalam sehari. Hasil ukur dari variabel ini dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu < 2 porsi/hari dan ≥ 2 porsi/hari.

10. Kebiasaan makan sayur

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Kebiasaan makan sayur ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan kebiasaan responden dalam

makan sayur dalam sehari. Hasil ukur dari variabel ini dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu < 2 porsi/hari dan ≥ 2 porsi/hari.

Page 61: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

45

11. Indeks massa tubuh

Variabel ini diukur melalui pengukuran berat badan dan tinggi

badan dengan menggunakan timbangan digital dan microtoise. Untuk

menjamin kevalidan data maka pengukuran dilakukan dua kali

pengukuran kemudian kedua hasil pengukuran dirata-ratakan. Hasil

ukur dari variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tidak

normal (≥ 25 kg/m²) dan normal (< 25 kg/m²).

12. Lama bekerja sebagai supir

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Lama bekerja sebagai supir ditanyakan langsung kepada

responden. Variabel ini menanyakan berapa tahun mulai bekerja

sebagai supir sampai penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam tahun.

Lama bekerja sebagai supir dikategorikan menjadi ≥ 16 tahun dan < 16

tahun.

13. Lama mengemudi

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Lama mengemudi ditanyakan langsung kepada responden.

Variabel ini menanyakan lama bekerja yang dinyatakan dalam jam per

hari. Hasil ukur variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu

kategori ≥ 36 jam/minggu dan < 36 jam/minggu.

14. Lama tidur

Variabel ini diukur dengan metode wawancara yang dilakukan

peneliti. Lama mengemudi ditanyakan langsung kepada responden.

Page 62: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

46

Variabel ini menanyakan lama tidur atau beristirahat responden yang

dinyatakan dalam jam per hari. Hasil ukur variabel ini dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu kategori < 6 jam/hari dan ≥ 6 jam/hari.

Alat ukur spigmomanometer digunakan oleh tenaga medis untuk

mengetahui status hipertensi. Spigmomanometer yang digunakan

adalah spigmomanometer aneroid. Sedangkan timbangan digital dan

microtoise digunakan untuk mengetahui berat badan dan tinggi badan

dengan ketelitian 0,01 kg dan 0,1 cm.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas

Pengujian validitas dan reabilitas dilakukan kepada subjek yang

memiliki karakteristik hampir sama dengan populasi supir bus AKAP di

terminal wilayah Kota Jakarta Timur yaitu supir bus AKAP di Terminal Bus

Kalideres Kota Jakarta Barat.

1. Uji Validitas

Pada penelitian ini, kuesioner dan lembar FFQ tidak dilakukan

uji validasi dengan menggunakan statistik dikarenakan pertanyaan

pada kuesioner dan lembar FFQ tidak menggunakan skala likert

maupun skala guttman. Selain itu, kolom pengisian pada lembar FFQ

bersifat terbuka.

Uji validitas tetap dilakukan dengan uji empiris atau uji

validitas yang berhubungan dengan kriteria, jika supir bus AKAP di

Terminal Bus Kalideres bisa menjawab kuesioner dan lembar FFQ

Page 63: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

47

dengan benar dan mudah, tidak mengalami kebingungan, maka

dinyatakan lulus uji validitas empiris/kriteria.

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana konsistensi

pengukuran apabila dilakukan berulang kali. Sama halnya dengan uji

validasi, pada penelitian tidak dilakukan uji realibilitas pada kuesioner

dan lembar FFQ dengan menggunakan statistik.

4.7 Manajemen Data

Manajemen data tetap dilakukan untuk penelitian ini dengan rincian

sebagai berikut.

1. Editing

Proses editing ini meliputi pemeriksaan isian kuesioner yang

dilakukan selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk

memastikan semua variabel, baik variabel dependen (hipertensi pada

supir bus AKAP) dan variabel independen. Selama proses tersebut

dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah, kurang

jelas terbaca atau meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada

petugas yang bersangkutan.

2. Coding

Proses pengkodean dilakukan terhadap setiap variabel yang ada

dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.

Page 64: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

48

Berikut ini merupakan kode variabel penelitian :

Tabel 4.2 Kode Variabel

Variabel Kode

Umur A4

Riwayat hipertensi keluarga A9

Konsumsi merokok B1 – B3

Konsumsi alkohol B4 – B6

Konsumsi kopi B7 – B8

Kebiasaan makan makanan asin FFQ

Kebiasaan makan makanan tinggi

lemak

FFQ

Kebiasaan makan buah B9 - B10

Kebiasaan makan sayur B11 - B12

Lama bekerja sebagai supir C1

Lama mengemudi C2 – C3

Lama tidur C4

Hipertensi D1 – D6

IMT E3

3. Entry

Proses enrtry proses memasukkan data yang sudah dikode

menggunakan salah satu software pengolahan data statistik untuk

dilakukan analisis data.

4. Cleaning

Proses cleaning merupakan pembersihan atau pengecekan

kembali data yang sudah di entry untuk memastikan tidak ada

kesalahan dalam melakukan pengkodean ataupun pada saat

melakukan entry data. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan

Page 65: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

49

tabulasi frekuensi dari setiap variabel baik variabel independen

maupun dependen.

5. Analisa Data

Analisa data penelitian ini akan diawali dengan analisis

univariat terhadap variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini

yaitu variabel hipertensi, umur, riwayat hipertensi keluarga,

kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan minum

kopi, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan makanan

tinggi lemak, kebiasan makan buah, kebiasaan makan sayur, IMT,

lama bekerja sebagai supir, lama mengemudi dan lama tidur. Semua

variabel akan ditampilkan dalam satu tabel yang memuat jumlah dan

proporsi dari masing-masing variabel. Selain itu, klasifikasi

tingkatan hipertensi dibedakan menjadi hipertensi dan tidak

hipertensi. Pengelompokan hipertensi didapatkan dari klasifikasi

menurut Joint National Comittee (JNC) (2004) yaitu hipertensi stage

1 dan stage 2 sedangkan kelompok tidak hipertensi didapatkan dari

klasifikasi normal dan pre hipertensi.

Selanjutnya, analisis bivariat dilakukan untuk melihat

kecenderungan antara variabel umur, riwayat hipertensi keluarga,

konsumsi rokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, konsumsi makan

makanan asin, konsumsi makan makanan tinggi lemak, konsumsi

buah, konsumsi sayur, IMT, lama bekerja sebagai responden, lama

mengemudi dan lama tidur dengan hipertensi pada supir bus AKAP.

Page 66: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

50

Selain analisis univariat dan analisis bivariat, peneliti

melakukan analisa multivariat dalam penelitian ini. Dalam analisa

mulitavariat diketahui faktor dominan dari hipertensi pada supir bus

AKAP. Analisa multivariat yang digunakan adalah uji regresi

logistik berganda. Dalam analisis multivariat ini menggunakan

model prediksi dan didapatkan nilai koefisien B dan AOR.

Page 67: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

51

BAB V

HASIL

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Distribusi Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Pada penelitian ini hipertensi pada supir bus AKAP di terminal

wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 didapatkan dari hasil rata-rata

pengukuran tekanan darah responden yang dilakukan oleh tenaga

medis. Diketahui bahwa dari 129 responden, didapatkan rata-rata

tekanan darah sistolik (TDS) responden adalah 126,43 ± 18,585 mmHg

dengan nilai TDS terendah 80 mmHg dan nilai TDS tertinggi 185

mmHg. Rata-rata tekanan darah diastol (TDD) responden adalah 83,91

± 11,524 mmHg dengan nilai TDD terendah 50 mmHg dan nilai TDD

tertinggi 115 mmHg. Hasil distribusi hipertensi pada supir bus AKAP

di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel 5.1.

Tabel 5.1Distribusi Hipertensi Pada Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

Hipertensi n %

Hipertensi 33 25,6

Tidak hipertensi 96 74,4

Total 129 100

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa proporsi hipertensi pada

supir AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur hanya sebanyak 33

orang (25,6%) dari 129 responden. Kelompok hipertensi pada supir bus

AKAP terdapat 2 klasifikasi hipertensi menurut (JNC,2004) yaitu

Page 68: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

52

hipertensi stage 1 sebanyak 19 orang (14,7 %) dan hipertensi stage 2

sebanyak 14 orang (10,9%). Sedangkan kelompok tidak hipertensi pada

supir bus AKAP terdapat 2 klasifikasi yaitu normal sebanyak 59 orang

(49,7%) dan prehipertensi sebanyak 37 orang (28,7%). Diketahui

bahwa proporsi supir bus AKAP yang tidak mengalami hipertensi lebih

tinggi dibandingkan proporsi supir bus AKAP yang mengalami

hipertensi.

5.1.2 Distribusi Karakteristik Supir Bus AKAP

Karakteristik yang berkaitan dengan hipertensi pada supir bus

AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta tahun 2017 terdiri dari dua

variabel yaitu umur dan riwayat hipertensi keluarga. Hasil analisis

distribusi variabel umur dan riwayat hipertensi keluarga pada supir bus

AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

Variabel Kategori Frekuensi Persentase

Umur ≥ 44 tahun 65 50,4

< 44 tahun 64 49,6

Riwayat

Hipertensi

Keluarga

Ya

Tidak

28

101

21,7

78,3

1. Umur

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki umur ≥ 44 tahun hampir sama dengan supir bus AKAP yang

memiliki umur < 44 tahun. Berdasarkan analisis diketahui pula bahwa

Page 69: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

53

rata-rata umur supir bus AKAP adalah 44 ± 9,354 tahun. Sedangkan

umur termuda adalah 17 tahun dan umur tertua adalah 67 tahun.

2. Riwayat Hipertensi Keluarga

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki riwayat hipertensi keluarga hanya sebanyak 28 orang (21,7%)

dari 129 orang. Diketahui pula bahwa supir bus AKAP lebih banyak

yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga dibandingkan supir bus

AKAP yang memiliki riwayat hipertensi keluarga yaitu sebanyak 101

orang (78,3%) dari 129 orang.

5.1.3 Distribusi Gaya Hidup Supir Bus AKAP

Gaya hidup yang berkaitan dengan hipertensi supir bus AKAP

di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 terdiri dari tujuh

variabel yaitu konsumsi rokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi,

kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan makan makanan tinggi

lemak, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan sayur. Hasil

analisis distribusi gaya hidup pada supir bus AKAP dapat dilihat pada

tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Gaya Hidup Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase

1. Konsumsi rokok ≥ 12 batang/hari

1 – 11 batang/hari

Tidak merokok

75

24

30

58,1

18,6

23,3

2. Konsumsi

alkohol

Ya

(1-3 cangkir/hari)

Pernah

Tidak Pernah

7

46

76

5,4

35,7

58,9

Page 70: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

54

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase

3. Konsumsi kopi 4 - 6 cangkir/hari 11 8,5

1 - 3 cangkir/hari 76 58,9

Tidak konsumsi 42 32,6

4. Kebiasaan makan

makanan asin

≥ 1 kali/hari 79 61,2

< 1 kali/hari 50 38,8

5. Kebiasaan makan

makanan lemak

≥ 2 kali/hari 31 24

< 2 kali/hari 98 76

6. Kebiasaan makan

buah

< 2 porsi/hari 64 49,6

≥ 2 porsi/hari 65 50,4

7. Kebiasaan makan

sayur

< 2 porsi/hari 35 27,1

≥ 2 porsi/hari 94 72,9

1. Konsumsi rokok

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

mengonsumsi rokok ≥ 12 batang/hari lebih banyak dibandingkan

daripada supir bus AKAP yang mengonsumsi 1 - 11 batang/hari dan

tidak merokok yaitu sebanyak 75 orang (58,1%) dari 129 orang.

2. Konsumsi alkohol

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

tidak pernah mengonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan supir bus

AKAP yang mengonsumsi alkohol dan pernah mengonsumsi yaitu

sebanyak 76 orang (58,9%) dari 129 orang.

3. Konsumsi kopi

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

mengonsumsi kopi 1 - 3 cangkir/hari lebih banyak daripada supir bus

AKAP yang mengonsumsi kopi 4 - 6 cangkir/hari dan tidak

mengonsumsi kopi yaitu sebanyak 76 orang (58,9%) dari 129 orang.

Page 71: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

55

4. Kebiasaan makan makanan asin

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki kebiasaan makan makanan asin ≥ 1 kali/hari lebih banyak

daripada supir bus AKAP yang memiliki kebiasaan makan makanan

asin < 1 kali/hari yaitu sebanyak 79 orang (61,2%) dari 129 orang.

5. Kebiasaan makan makanan tinggi lemak

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki kebiasaan makan makanan tinggi lemak < 2 kali/hari daripada

supir bus AKAP yang memiliki kebiasaan makan makanan tinggi lemak

≥ 2 kali/hari yaitu sebanyak 98 orang (76%) dari 129 orang.

6. Kebiasaan makan buah

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki kebiasaan makan buah ≥ 2 porsi/hari hampir merata dengan

supir bus AKAP yang memiliki kebiasaan makan buah < 2 porsi/hari

yaitu sebanyak 65 orang (50,4%) dari 129 orang.

7. Konsumsi sayur

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki kebiasaan makan sayur ≥ 2 porsi/hari lebih banyak daripada

supir bus AKAP yang memiliki kebiasaan makan sayur < 2 porsi/hari

yaitu sebanyak 94 orang (72,9%) dari 129 orang.

5.1.4 Distribusi IMT Supir Bus AKAP

Indeks Massa Tubuh (IMT) berkaitan dengan hipertensi pada

supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur. IMT didapatkan dari

Page 72: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

56

hasil perhitungan rumus berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.

Distribusi IMT dibagi menjadi dua yaitu tidak normal (≥ 25 kg/m²) dan

normal (< 25 kg/m²). Hasil analisis distribusi IMT pada supir bus

AKAP dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi IMT Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah

Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase

1. IMT ≥ 25 kg/m² 66 51,2

< 25 kg/m² 63 48,8

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa supir bus AKAP paling

banyak memiliki IMT tidak normal yaitu sebanyak 88 orang (51,2%)

dari 129 orang. Kelompok supir bus AKAP yang memiliki IMT tidak

normal dibagi menjadi 2 kategori yaitu obesitas stage 1 sebanyak 49

orang (38%) dan obesitas stage 2 sebanyak 17 orang (13,2%).

Sedangkan kelompok supir bus AKAP yang memiliki IMT normal

dibagi menjadi 3 kategori yaitu normal sebanyak 37 orang (28,7%),

berat badan berlebih atau berisiko sebanyak 25 orang (19,4%) dan berat

badan kurang sebanyak 1 orang (0,8%). Didapatkan pula bahwa rata –

rata IMT supir bus AKAP adalah 25,55 kg/m². IMT terendah adalah

16,22 kg/m² dan IMT tertinggi adalah 41,17 kg/m².

5.1.5 Distribusi Pola Kerja Supir Bus AKAP

Pola kerja yang berkaitan dengan hipertensi pada supir bus

AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 terdiri dari

Page 73: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

57

lama bekerja supir, lama mengemudi dan lama tidur. Hasil analisis

distribusi pola kerja pada supir bus AKAP dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Pola Kerja Supir Bus AKAP di Terminal

Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase

1. Lama bekerja

sebagai supir

≥ 16 tahun 52 40,3

< 16 tahun 77 59,7

2. Lama

mengemudi

≥ 36 jam/minggu

< 36 jam/minggu

69

60

53,5

46,5

3. Lama tidur < 6 jam/hari

≥ 6 jam/hari

75

54

58,1

41,9

1. Lama bekerja sebagai supir

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki lama bekerja sebagai supir selama < 16 tahun lebih banyak

dibandingkan supir bus AKAP yang memiliki lama bekerja sebagai

supir selama ≥ 16 tahun yaitu sebanyak 77 orang (59,7%) dari 129

orang.

2. Lama mengemudi

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki lama mengemudi selama ≥ 36 jam/minggu lebih banyak

dibandingkan supir bus AKAP yang memiliki lama memgemudi

selama < 36 jam/minggu yaitu sebanyak 69 orang (53,5%) dari 129

orang.

3. Lama tidur

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa supir bus AKAP yang

memiliki lama tidur < 6 jam/hari lebih banyak dibandingkan dengan

Page 74: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

58

supir bus AKAP yang memiliki lama tidur ≥ 6 jam/hari yaitu

sebanyak 75 orang (58,1%) dari 129 orang.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Karakteristik Supir Bus AKAP dengan Hipertensi

Karakteristik supir bus AKAP yang meliputi umur dan

riwayat hipertensi merupakan faktor yang diduga berpengaruh

terhadap hipertensi pada supir bus AKAP. Hasil analisis antara

umur dan riwayat hipertensi keluarga terhadap hipertensi pada

supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Karakteristik Supir Bus AKAP dengan Hipertensi

pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur

Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak

Hipertensi

n % n % N %

1. Umur ≥ 44 tahun 21 32,3 44 67,7 65 100

< 44 tahun 12 18,8 52 81,2 64 100

2. Riwayat

hipertensi

keluarga

Ya 10 37 17 63 27 100

Tidak 23 22,5 79 77,5 102 100

1. Umur dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 21 orang (32,3%) memiliki

umur ≥ 44 tahun dan 12 orang (18,8%) memiliki umur < 44 tahun.

Page 75: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

59

2. Riwayat Hipertensi Keluarga dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 10 orang (37%) memiliki

riwayat hipertensi keluarga dan 23 orang (22,5%) tidak memiliki

riwayat hipertensi keluarga.

5.2.2 Gaya Hidup dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Gaya hidup merupakan faktor yang diduga berpengaruh

terhadap hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta

Timur tahun 2017 yang terdiri dari tujuh variabel yaitu konsumsi rokok,

konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan makanan asin,

kebiasaan makan makanan lemak, kebiasaan makan buah dan

kebiasaan makan sayur. Hasil analisis gaya hidup dengan hipertensi

pada supir bus AKAP dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Gaya Hidup dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di

Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak

Hipertensi

n % n % n %

1. Konsumsi rokok ≥ 12

batang/hari

13 17,3 62 82,7 75 100

1-11

batang/hari

8 33,3 16 66,7 24 100

Tidak

merokok

12 40 18 60 30 100

2. Konsumsi alkohol Ya 2 28,6 5 71,4 7 100

Pernah 7 15,2 39 84,8 46 100

Tidak

Pernah

24 31,6 52 68,4 76 100

Page 76: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

60

No. Variabel Kategori

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak

Hiperetnsi

n % n % n %

3. Konsumsi kopi 4 - 6

cangkir/hari

2 18,2 9 81,8 11 100

1 - 3

cangkir/hari

17 22,4 59 77,6 76 100

Tidak

konsumsi

14 33,3 28 66,7 42 100

4. Konsumsi makan

makanan asin

≥ 1 kali/hari 21 26,6 58 73,4 79 100

< 1 kali/hari 12 24 38 76 50 100

5. Konsumsi makan

makanan lemak

≥ 2 kali/hari

< 2 kali/hari

8 25,8 23 74,2 31 100

25 25,5 73 74,3 98 100

6. Konsumsi buah < 2

porsi/hari

11 17,2 53 82,8 64 100

≥ 2

porsi/hari

22 33,8 43 66,2 65 100

7. Konsumsi sayur < 2

porsi/hari

7 20 28 80 35 100

≥ 2

porsi/hari

26 27,7 68 72,3 94 100

1. Konsumsi Rokok dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 13 orang (17,3%)

mengonsumsi rokok ≥ 12 batang/hari, sebanyak 8 orang (33,3%)

mengonsumsi rokok 1 - 11 batang/hari dan sebanyak 12 orang (40%)

tidak merokok.

2. Konsumsi Alkohol dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (28,6%)

mengnsumsi alkohol sebanyak 1 - 3 cangkir/hari, sebanyak 7 orang

(15,2%) pernah mengonsumsi alkohol dan sebanyak 24 orang (31,6%)

tidak pernah mengonsumsi alkohol.

Page 77: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

61

3. Konsumsi Kopi dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (18,2)

mengonsumsi kopi 4 - 6 cangkir/hari, sebanyak 17 orang (22,4%)

mengonsumsi kopi 1 - 3 cangkir/hari dan sebanyak 14 orang (33,3%)

tidak mengonsumsi kopi.

4. Kebiasaan Makan Makanan Asin dengan Hipertensi pada Supir

Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 21 orang (26,6%) memiliki

kebiasaan makan makanan asin ≥ 1 kali/hari, dan sebanyak 12 orang

(24%) memiliki kebiasaan makan makanan asin < 1 kali/hari.

5. Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Lemak dengan Hipertensi

pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 8 orang (25,8%) memiliki

kebiasaan makan makanan tinggi lemak ≥ 2 kali/hari dan sebanyak 25

orang (25,5%) memiliki kebiasaan makan makanan tinggi lemak < 2

kali/hari.

6. Kebiasaan Makan Buah dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 11 orang (17,2%) memiliki

Page 78: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

62

kebiasaan makan buah < 2 porsi/hari, dan sebanyak 22 orang (33,8%)

memiliki kebiasaan makan buah ≥ 2 porsi/hari.

7. Kebiasaan Makan Sayur dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 7 orang (20%)

mengonsumsi sayur ≥ 2 porsi/hari, dan sebanyak 26 orang (27,7%)

mengonsumsi sayur < 2 porsi/hari.

5.2.3 IMT dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Indeks Massa Tubuh (IMT) diduga berkaitan dengan hipertensi

pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun

2017. Hasil analisis IMT dengan hipertensi pada supir bus AKAP dapat

dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Hubungan antara IMT dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak

Hipertensi

n % n % n %

1. IMT ≥ 25 kg/m² 23 34,8 43 65,2 66 100

< 25 kg/m² 10 15,9 53 84,1 63 100

1. IMT dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 23 orang (34,8%) memiliki

IMT tidak normal dan sebanyak 10 orang (15,9%) memiliki IMT

normal.

Page 79: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

63

5.2.4 Pola Kerja dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Pola kerja responden merupakan faktor yang diduga

berpengaruh terhadap hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah Kota

Jakarta Timur tahun 2017 yang terdiri dari tiga variabel yaitu lama

bekerja sebagai supir, lama mengemudi dan lama tidur. Hasil analisis

pola kerja dengan hipertensi pada supir bus AKAP dapat dilihat pada

tabel 5.9.

Tabel 5.9 Pola Kerja dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di

Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak

Hipertensi

n % n % n %

1. Lama bekerja

sebagai supir

≥ 16 tahun 17 32,7 35 67,3 52 100

< 16 tahun 16 20,8 61 79,2 77 100

2. Lama

mengemudi

≥ 36

jam/minggu

21 30,4 48 69,6 69 100

< 36

jam/minggu

12 20 48 80 60 100

3. Lama tidur < 6 jam/hari 18 24 57 76 75 100

≥ 6 jam/hari 15 27,8 39 72,2 54 100

1. Lama Bekerja Sebagai Supir dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 17 orang (32,7%) memiliki

lama bekerja sebagai supir selama ≥ 16 tahun dan sebanyak 16 orang

(20,8%) memiliki lama bekerja sebagai supir selama < 16 tahun.

Page 80: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

64

2. Lama Mengemudi dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa dari 129 supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi sebanyak 21 orang (30,4%) memiliki

lama mengemudi ≥ 36 jam/minggu dan sebanyak 12 orang (20%)

memiliki lama mengemudi < 36 jam/minggu.

3. Lama Tidur dengan Hipertensi pada Supir Bus AKAP

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa dari 129 responden yang

mengalami hipertensi sebanyak 18 orang (24%) memiliki lama tidur < 6

jam/hari dan sebanyak 15 orang (27,8%) memiliki lama tidur ≥ 6

jam/hari.

5.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui determinan

yang berpengaruh dan dominan berhubungan dengan hipertensi pada

supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur. Analisis

multivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik

berganda model prediksi meliputi pemilihan kandidat pemodelan dan

pembuatan model analisis multivariat.

1. Pemilihan Kandidat Model

Sebelum dilakukan analisis multivariat, terlebih dahulu

dilakukan analisis bivariat terhadap masing-masing variabel independen

dan variabel dependen yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana

yang dapat dijadikan kandidat model yang akan dimasukkan dalam

analisis multivariat. Apabila hasil uji bivariat memiliki Pvalue < 0,25,

Page 81: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

65

maka variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam pemodelan

multivariat dan sebaliknya. Hasil analisis bivariat antara variabel

independen dan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen

dengan Variabel Dependen

No. Variabel Pvalue

1. Umur 0,118*

2. Riwayat Hipertensi Keluarga 0,198*

3. Konsumsi rokok 0,035*

4. Konsumsi alkohol 0,131*

5. Konsumsi kopi 0,358

6 Kebiasaan makan makanan asin 0,904

7. Kebiasaan makan makanan

tinggi lemak

1,00

8. Kebiasaan makan buah 0,049*

9. Kebiasaan makan sayur 0,509

10. IMT 0,023*

11. Lama bekerja sebagai supir 0,188*

12. Lama mengemudi 0,249*

13. Lama tidur 0,779

*masuk ke dalam permodelan multivariat

Berdasarkan tabel 5.10, diketahui bahwa tidak semua variabel

memiliki nilai Pvalue < 0,25. Dari 13 variabel, yang memiliki nilai

Pvalue < 0,25 hanya 8 variabel yaitu umur, riwayat hipertensi keluarga,

konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kebiasaan makan buah, IMT, lama

bekerja sebagai supir dan lama mengemudi. Oleh karena itu, variabel -

variabel tersebut dapat menjadi kandidat model dalam analisis

multivariat.

Page 82: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

66

2. Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling

Dominan Berhubungan dengan Hipertensi pada Supir Bus

AKAP

Pada tahap ini, dilakukan analisis multivariat dengan tujuan

untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan determinan

(faktor penentu) hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah

Kota Jakarta Timur. Analisis multivariat yang digunakan adalah uji

regresi logistik berganda model prediksi. Apabila hasil uji menunjukkan

bahwa terdapat variabel yang memiliki nilai Pvalue > 0,05, maka

variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Variabel yang

dikeluarkan dari permodelan dilakukan secara bertahap sesuai dengan

nilai Pvalue tertinggi. Setelah dikeluarkan dilakukan uji regresi logistik

kembali hingga tidak terdapat variabel yang memiliki nilai Pvalue >

0,05. Hasil pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada tabel

5.11.

Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik

Berganda antara Variabel Independen dan Variabel Dependen

No. Variabel Model

1

Model

2

Model

3

Model

4

Model

5

Model

6

1. Lama mengemudi 0,258 0,267 0,254 - - -

2. Riwayat hipertensi

keluarga

0,050 0,053 0,041 0,025 0,042 0,024

3. Lama bekerja sebagai

supir

0,768 - - - - -

4. Alkohol 0,120 0,121 0,077 0,080 - -

5. Umur 0,507 0,550 - - - -

6. Kebiasaan makan

buah

0,041 0,042 0,044 0,058 0,116 -

7. Konsumsi rokok 0,074 0,070 0,050 0,059 0,051 0,022

8. IMT 0,077 0,078 0,068 0,034 0,028 0,029

Page 83: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

67

Berdasarkan tabel 5.11, dapat diketahui bahwa terdapat 3

variabel yang memiliki Pvalue < 0,05 meliputi riwayat hipertensi

keluarga sebesar 0,024, konsumsi rokok sebesar 0,022 dan IMT sebesar

0,029. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut

memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hipertensi pada

supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur. Hasil

pembuatan faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Tabel Analisis Multivariat Pembuatan Model antara

Riwayat Hipertensi Keluarga, Konsumsi Rokok dan IMT dengan

Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta

Timur tahun 2017

-2Log likelihood = 129,860

Pvalue 0,011

Nagelkerke R square = 0,180

3. Uji Interaksi

Setelah diperoleh model faktor penentu untuk menjelaskan

determinan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota

Jakarta Timur, tahap selanjutnya adalah memeriksa apakah terdapat

No. Variabel Kategori B Wald Pwald AOR 95% CI

1. Riwayat

Hipertensi

Keluarga

Ya 1,227 5,108 0,024 3,412

(1,177-9,889)

Tidak 1

2. Konsumsi

rokok

> 12 batang/hari 1,339 6,249 0,012 3,816

(1,335-10,907)

1 - 11 batang 0,055 0,008 0,927 1,056

(0,328-3,398)

Tidak konsumsi 1

3. IMT ≥ 25 kg/m² 0,987 4,787 0,029 2,683

(1,108-6,494)

< 25 kg/ m² 1

Constant 6,394 0,011

Page 84: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

68

interaksi antar variabel independen dalam model uji interaksi. Uji

interaksi dilakukan pada variabel independen yang diduga secara

substansi terdapat interaksi dalam model multivariat tersebut. Apabila

nilai Pvalue < 0,05, berarti terdapat interaksi antara kedua variabel

independen tersebut. Apabila terdapat interaksi, maka pemodelan akhir

yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi dan

begitu pula sebaliknya. Namun, berdasarkan variabel yang masuk ke

dalam model multivariat, ketiga variabel tersebut secara substansi tidak

berinteraksi. Oleh karena itu, uji interaksi dalam pemodelan multivariat

pada penelitian ini tidak dilakukan sehingga model yang digunakan

adalah model akhir tanpa uji interaksi, dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13 Tabel Analisis Multivariat Pembuatan Model antara

Riwayat Hipertensi Keluarga, Konsumsi Rokok dan IMT dengan

Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta

Timur Tahun 2017

-2Log likelihood = 129,860

Pvalue 0,011

Nagelkerke R square = 0,180

No. Variabel Kategori B Wald Pwald AOR 95% CI

1. Riwayat

Hipertensi

Keluarga

Ya 1,227 5,108 0,024 3,412

(1,177-9,889)

Tidak 1

2. Konsumsi

rokok

> 12 batang/hari 1,339 6,249 0,012 3,816

(1,335-10,907)

1 - 11 batang 0,055 0,008 0,927 1,056

(0,328-3,398)

Tidak konsumsi 1

3. IMT ≥ 25 kg/m² 0,987 4,787 0,029 2,683

(1,108-6,494)

< 25 kg/ m² 1

Constant 6,394 0,011

Page 85: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

69

Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa riwayat hipertensi

keluarga, konsumsi rokok dan IMT memiliki hubungan yang signifikan

terhadap terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah

Kota Jakarta Timur. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai koefisien

B dan Adjusted Odds Ratio (AOR), dimana variabel konsumsi rokok

memiliki nilai koefisien B sebesar 1,339 dan AOR sebesar 3,816 (CI

95% ; 1,335-10,907) paling tinggi dibandingkan dengan variabel

lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok merupakan

variabel yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi pada

supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur. Nilai AOR

pada konsumsi rokok menunjukkan bahwa supir bus AKAP

mempunyai peluang 3,816 kali untuk terjadinya hipertensi pada supir

bus AKAP dibandingkan dengan supir yang tidak memiliki

mengonsumsi rokok dan konsumsi rokok 1- 11 batang/hari. Selain itu,

nilai AOR tersebut juga menunjukkan bahwa semakin banyak batang

rokok yang dikonsumsi oleh supir bus AKAP maka semakin tinggi

risiko terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP.

Page 86: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

70

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang berpengaruh terhadap hasil

penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Desain studi yang digunakan adalah desain studi cross sectional sehingga

tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat. Namun, penelitian ini

sudah dapat mengetahui distribusi hipertensi dan determinan hipertensi

pada supir bus AKAP.

2. Pada pengukuran tekanan darah hanya dilakukan pada satu kali kunjungan

dengan dua kali pengukuran sehingga validitas dalam penentuan hipertensi

kurang. Namun, tenaga medis yang bertugas sudah memiliki kompetensi

dalam diagnosis hipertensi dan sebelum pengukuran sudah dilakukan

arahan agar sesuai ketentuan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Selain

itu, alat pengukuran tekanan darah menggunakan spigmomanometer

aneroid. Namun, tenaga medis menjamin kevalidan dengan menanyakan

kepada responden terkait riwayat hipertensi dan tekanan darah

sebelumnya.

3. Pada variabel riwayat hipertensi keluarga, hanya diketahui berdasarkan

ingatan responden saja dan tidak disertai bukti rekam medik dari keluarga

responden. Namun, saat wawancara petugas melakukan probing kepada

responden untuk mengingat riwayat hipertesi keluarga dengan

menyebutkan penyakit yang berkaitan dengan hipertensi misalnya stroke,

jantung dan diabetes melitus.

Page 87: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

71

4. Daftar jenis makanan asin dan makanan tinggi lemak dalam lembar FFQ

hanya beberapa makanan saja yang ditanyakan sehingga kemungkinan

adanya bias dalam variabel kebiasaan makan makanan asin dan kebiasaan

makan makanan tinggi lemak. Namun, jenis makanan yang terdapat dalam

FFQ sudah disesuaikan dengan kondisi supir bus AKAP dan sesuai dengan

literatur jenis makanan yang mengandung natrium tinggi dan lemak tinggi.

5. Dalam pengumpulan data, sebagian responden terburu-buru untuk

berangkat mengemudi busnya sehingga ada beberapa variabel yang tidak

dijawab oleh responden sehingga adanya missing data. Selain itu,

enumerator kurang teliti dalam memberikan pertanyaan dan memeriksa

kuesioner kembali setelah wawancara. Namun, missing data yang

diperoleh tidak lebih dari 10% sehingga tidak banyak mempengaruhi hasil

penelitian.

6.2 Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta

Timur

Hipertensi atau yang dikenal tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi

dimana pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan secara terus menerus

(WHO, 2016). Hipertensi terjadi adanya peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat

atau tenang (Kemenkes, 2014).

Berdasarkan hasil pengukuran oleh tenaga medis dalam penelitian ini

didapatkan 25,6 % supir bus AKAP yang mengalami hipertensi. Angka

Page 88: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

72

proporsi tersebut dapat dikatakan cukup tinggi dikarenakan sudah lebih dari

10%. Diketahui pula bahwa kelompok hipertensi pada supir bus AKAP

terdapat dua klasifikasi hipertensi yaitu hipertensi stage 1 sebanyak 19 orang

(14,7 %) dan hipertensi stage 2 sebanyak 14 orang (10,9%). Hal tersebut tidak

jauh beda dengan penelitian yang dilakukan oleh BBTKLPP Jakarta.

Diketahui bahwa proporsi hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah kerja

BBTKLPP Jakarta khususnya DKI Jakarta cukup tinggi pada tahun 2016 yaitu

hipertensi stage 1 sebesar 25,5% (BBTKLPPP, 2016). Hipertensi yang dialami

oleh supir bus AKAP dapat disebabkan banyak faktor. Faktor tersebut seperti

gaya hidup, status gizi, kebiasaan makan, pola kerja dan aktivitas fisik (Yang

dkk, 2006).

Hipertensi biasanya tidak diketahui gejalanya, sehingga supir bus

AKAP sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin tekanaan darah. Pemeriksaan

tekanan darah bagi supir bus AKAP yang memiliki tiga atau lebih faktor risko

sebaiknya dilakukan setiap bulan. Apabila kurang dari tiga faktor risiko cukup

setiap tiga bulan sekali, kecuali bagi supir yang memiliki riwayat hipertensi

atau diabetes melitus maka dianjurkan setiap bulan walaupun tidak ditemukan

fakor risiko lainnya (Kemenkes, 2010).

6.3 Determinan Hipertensi pada Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota

Jakarta Timur

6.3.1 Karakteristik Supir Bus AKAP

Karakteristik responden yang meliputi umur dan riwayat

hipertensi keluarga dengan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal

Page 89: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

73

wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 dijelaskan pada pembahasan di

bawah ini.

1. Umur

Umur diduga salah satu determinan hipertensi pada supir bus

AKAP. Hipertensi makin meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Dikarenakan adanya pengurangan elastisitas pembuluh darah arteri. Hal

ini dipengaruhi oleh adanya penumpukan kolagen dan hipertofi sel otot

halus yang tipis, berfragmen dan patahan dari serat elastin. Selain itu,

seiring pertambahan umur terjadi abnormalitas struktural berupa

disfungsi endotel sehingga meningkatkan kekakuan pada pembuluh

darah arteri orang tua (Black, H.R dan Elliot W.J., 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi memiliki rata-rata umur 44 tahun. Diketahui pula

bahwa supir bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung terjadi

pada supir yang memiliki umur ≥ 44 tahun. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Christanty, 2014) bahwa supir bus AKAP yang mengalami

hipertensi, memiliki rata-rata umur 44 tahun. Selain itu, hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian pada 165 pramudi bus Transjakarta pada

tahun 2013 yang menunjukkan bahwa pramudi bus yang memiliki umur

> 40 tahun lebih tinggi mengalami hipertensi dibandingkan dengan

pramudi bus yang memiliki umur < 40 tahun (Sangadji dan Nurhayati,

2014). Dalam penelitian lain diketahui pula bahwa proporsi kelompok

usia 45 - 54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok

Page 90: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

74

hipertensi dibandingkan kelompok kontrol (Rahajeng dan Tuminah,

2009).

Berdasarkan hasil analisis multivariat yang sudah dikontrol

dengan variabel lain, diperoleh tidak ada hubungan antara umur dengan

hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta

Timur. Hasil penelitian ini berbeda dan tidak sejalan dengan teori dan

beberapa hasil penelitian sebelumnya. Teori menyebutkan bahwa

semakin tinggi umur maka risiko menderita hipertensi akan semakin

meningkat (Sani, 2008). Berbeda dengan beberapa penelitian

sebelumnya yaitu penelitian (Borle a dan Jadhao, 2015; Erhiano dkk.,

2015; Lata Arya dkk., 2015) yang menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara umur supir bus dengan hipertensi pada supir bus.

Selain itu, tidak sejalan juga dengan penelitian lain bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pertambahan umur dengan hipertensi

pada 500 supir bus di kota Bangalore India (Satheesh dan Veena, 2013).

Namun, penelitian ini ditemukan sejalan dengan penelitian pada 82

pengemudi Transjakarta yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara umur dengan hipertensi (Rizkawati, 2012).

Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian yang menunjukkan

tidak adanya hubungan umur dengan hipertensi pada supir bus AKAP

di terminal wilayah Kota Jakarta Timur, diduga karena responden

dalam penelitian ini sebagian besar memiliki rata-rata umur 44 tahun.

Artinya, tidak ada perbedaan antara kelompok umur tua (≥ 44 tahun)

Page 91: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

75

dengan kelompok umur muda (< 44 tahun) pada supir bus AKAP

dengan terjadinya hipertensi. Dapat dikatakan pula bahwa hipertensi

pada supir bus AKAP dapat terjadi pada semua kelompok umur. Hal ini

sejalan dengan penelitian data sekunder RISKESDAS 2013 (Amu,

2015) bahwa penyakit hipertensi saat ini dapat terjadi pada semua

golongan umur. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian

hipertensi pada supir bus AKAP dapat dilakukan melalui deteksi dini

tekanan darah baik kelompok umur tua maupun pada kelompok umur

muda supir bus AKAP.

2. Riwayat Hipertensi Keluarga

Riwayat hipertensi keluarga diduga salah satu determinan hipertensi

pada supir bus AKAP. Faktor genetik dalam keluarga dapat

menyebabkan seseorang memiliki risiko menderita hipertensi. Hal itu

disebabkan ada beberapa gen yang berhubungan dengan hipertensi

yang menurun pada dirinya (Waikar dkk., 2008). Tingkat tekanan darah

menunjukkan hubungan familial kuat yang tidak bisa dianggap hanya

disebabkan oleh lingkungan yang sama. Namun faktor genetik dan

lingkungan menyebabkan hipertensi yang mungkin sangat beragam,

sehingga membaurkan pencarian gen penyebab. Secara prinsip

perhatian dipusatkan pada identifikasi kandidat gen. Yang termasuk

diantaranya adalah gen yang terlibat dalam sistem renin-angiotensin,

bersama dengan sejumlah substansi vasokontriktor dan vasodilator

penting yang ditemukan baru-baru ini (Rubenstein dkk., 2003).

Page 92: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

76

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi cenderung terjadi pada supir yang tidak memiliki

hipertensi keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian (Lakshman dkk.,

2014) bahwa dari 179 supir bus yang mengalami hipertensi cenderung

terjadi pada supir yang tidak memiliki hipertensi. Namun, jika dilihat

dari hasil analisis multivariat yang sudah dikontrol dengan variabel lain

diperoleh bahwa ada hubungan antara riwayat hipertensi keluarga

dengan hipertensi pada supir bus AKAP. Hasil penelitian ini sejalan

dengan teori dan penelitian sebelumnya. Teori (Waikar dkk., 2008)

menyatakan bahwa faktor genetik dalam keluarga dapat menyebabkan

seseorang memiliki risiko menderita hipertensi. Sedangkan penelitian

sebelumnya yaitu penelitian (Oyeniyi dan Ajayi, 2016; Rao dkk., 2015;

Shah dkk., 2015) bahwa riwayat hipertensi keluarga memiliki hubungan

yang bermakna dengan hipertensi pada supir komersial.

Penelitian ini diperoleh hasil AOR sebesar 3,412. Hal tersebut

menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang memiliki riwayat hipertensi

keluarga lebih berisiko 3,412 kali dibandingkan dengan supir bus

AKAP yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan

bahwa supir yang memiliki riwayat hipertensi keluarga lebih berisiko

4,1 kali mengalami hipertensi dibandingkan supir yang tidak memiliki

riwayat hipertensi keluarga (Oyeniyi dan Ajayi, 2016). Hal ini juga

sejalan dengan penelitian (Rizkawati, 2012) bahwa pengemudi yang

Page 93: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

77

memiliki riwayat hipertensi keluarga memiliki risiko 5 kali lebih tinggi

mengalami hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki riwayat

hipertensi keluarga.

Dapat disimpulkan bahwa salah satu determinan hipertensi yang

dialami oleh supir bus AKAP disebabkan oleh faktor riwayat hipertensi

yang diturunkan dari keluarga kandung supir bus AKAP. Gen-gen

yang mungkin berperan dalam mekanisme hipertensi yaitu gen yang

mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme

I/D (insersi/delesi) gen ACE (angiotensin converting enzyme) dan gen

yang mempengaruhi metabolisme steroid (Ehret GB dan Caulfield MJ,

2013; Sayed-Tabatabaei FA dkk., 2006). Walaupun faktor riwayat

hipertensi keluarga yang diturunkan secara gen tidak dapat diubah atau

dikontrol, tetapi dapat dikontrol oleh gaya hidup untuk mencegah

terjadinya hipertensi (Zheng, L dkk., 2010). Oleh karena itu, sebaiknya

supir bus AKAP yang memiliki riwayat hipertensi keluarga dapat

mencegah hipertensi dengan gaya hidup sehat diantaranya adalah tidak

merokok, tidak minum alkohol, tidak makan makanan asin yang

berlebih, tidak makan makanan tinggi lemak yang berlebih, banyak

mengonsumsi sayur dan buah, istirahat yang cukup dan olahraga.

6.3.2 Gaya Hidup

Gaya hidup yang dapat mempengaruhi hipertensi meliputi

konsumsi rokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan makan

makanan asin, kebiasaan makan makanan lemak, kebiasaan makan

Page 94: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

78

buah dan kebiasaan makan sayur dengan hipertensi pada supir bus

AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta Timur tahun 2017 dijelaskan

pada pembahasan di bawah ini.

1. Konsumsi Rokok

Konsumsi rokok diduga salah satu determinan pada hipertensi

pada supir bus AKAP. Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak

lapisan dinding arteri berupa plak yang menyebabkan penyempitan

pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Kandungan nikotin dalam rokok bisa meningkatkan hormon epinefrin

yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbon monoksida

dalam rokok juga menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk

menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang

lebih berat tersebut yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani

dan Tantan S, 2007). Risiko bergantung pada jumlah rokok yang

dikonsumsi per hari, bukan pada lamanya seseorang merokok

(Muttaqin, 2009).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi cenderung mengonsumsi rokok sebanyak ≥ 12

batang/hari. Berdasarkan temuan lapangan, diketahui bahwa dalam satu

bungkus biasanya terdapat 12 - 15 batang. Hal ini sejalan dengan teori

(Muttaqin, 2009) bahwa seseorang yang merokok lebih dari satu

bungkus atau ≥ 12 batang/hari berisiko mengalami hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan variabel

Page 95: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

79

lainnya, diperoleh bahwa konsumsi rokok memiliki hubungan yang

signifikan dengan hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah terminal

Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian ini sejalan penelitian sebelumnya

bahwa ada hubungan merokok dengan hipertensi pada supir bus di

India (Borle dan Jadhao, 2015; Josephine dan P.Thenmozhi, 2016).

Analisis keeratan hubungan didapatkan nilai AOR pada

konsumsi rokok ≥ 12 batang/hari sebesar 3,816. Hal tersebut

menunjukkan bahwa supir yang mengonsumsi rokok ≥ 12 batang/hari

lebih berisiko 3,816 kali dibandingkan supir yang tidak konsumsi rokok

dan supir yang mengonsumsi rokok 1 - 11 batang/hari. Artinya,

semakin banyak batang rokok yang dikonsumsi oleh supir bus AKAP

maka semakin banyak zat dalam rokok yang masuk untuk merusak

lapisan dinding arteri sehingga tekanan darah meningkat. Kandungan

nikotin dan karbon dioksida dalam rokok mempengaruhi naik turunnya

tekanan darah (Cahyono, J.B.S.B, 2008).

Jika dilihat dari nilai koefisien B, konsumsi rokok ≥ 12

batang/hari menunjukkan paling besar nilainya dibandingkan variabel

lainnya. Oleh karena itu, konsumsi rokok merupakan faktor dominan

terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP di terminal wilayah Kota

Jakarta Timur. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa

faktor dominan terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP di Jawa

Barat, DKI Jakarta dan Banten adalah konsumsi alkohol (Christanty,

2014).

Page 96: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

80

Dapat disimpulkan bahwa konsumsi rokok menjadi salah satu

determinan hipertensi supir bus AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta

Timur. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar supir bus AKAP

memiliki kebiasaan merokok yang berlebihan. Namun, ternyata rokok

yang dikonsumsi supir bus AKAP dapat menyebabkan terjadinya

hipertensi. Selain itu, responden dalam penelitian ini keseluruhannya

adalah berjenis kelamin laki-laki, sehingga sebagian besar

mengonsumsi rokok. Diketahui pula bahwa jenis rokok yang paling

banyak konsumsi oleh supir bus AKAP adalah rokok putih (rokok

filter). Rokok putih mengandung 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).

Kandungan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan hipertensi. Zat

tersebut dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga tekanan darah

meningkat (Cahyono, J.B.S.B, 2008). Oleh karena itu, sebaiknya supir

bus AKAP mengurangi dan berhenti untuk merokok untuk mencegah

terjadinya hipertensi.

2. Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol diduga salah satu determinan hipertensi pada

supir bus AKAP. Alkohol dapat menyebabkan adanya peningkatan

kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan

kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah

(Kemenkes, 2013). Alkohol mengandung ethanol yang dapat

menyebabkan efek vasodilator dalam jangka panjang dapat

meningkatkan tekanan darah (Fuchs dkk., 2001). Konsumsi alkohol

Page 97: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

81

meningkatkan katekolamin dalam air seni dan meningkatkan kadar

epinefrin dan norepinefrin dalam plasma (Baradero dkk., 2005;

Joewana, 2005). Katekolamin memiliki efek pada jantung dan

pembuluh darah yaitu dengan meningkatkan curah jantung dan

perubahan tekanan darah (Marks dkk., 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi cenderung tidak pernah

mengonsumsi alkohol. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan

hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan hipertensi

pada supir di India (Chaudhary dkk., 2014; Rao dkk., 2015; Satheesh

dan Veena, 2013). Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian pada

sampel 179 supir bus di Kerala Utara, India Selatan yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol

dengan hipertensi (Lakshman dkk., 2014).

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan antara konsumsi

alkohol dengan hipertensi pada supir bus AKAP dikarenakan sebagian

supir bus AKAP tidak pernah mengonsumsi alkohol atau sebaliknya

bahwa hanya sebagian kecil yang pernah dan masih aktif mengonsumsi

alkohol. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa supir yang

mengonsumsi alkohol hanya 1-3 cangkir/hari, tidak ada yang

Page 98: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

82

mengomsumsi > 3 cangkir/hari atau supir yang pencandu alkohol.

Menurut Sesso (2010) dalam (Rizkawati, 2012) konsumsi alkohol dalam

jumlah sedikit dan sedang justru memberikan efek yang bagus terhadap

tubuh terutama aliran darah. Dalam penelitian Ohira (2009) pada studi

populasi yang besar insiden hipertensi meningkat apabila seseorang

minum alkohol lebih dari 3 cangkir dalam sehari (Kaplan dan Ronald

G. Victor, 2010). Hal inilah yang menyebabkan tidak ada hubungan

antara konsumsi alkohol dengan hipertensi pada supir bus AKAP. Oleh

karena itu, untuk mencegah terjadinya hipertensi supir bus AKAP tidak

boleh mengonsumsi alkohol apalagi saat akan mengemudikan bus.

3. Konsumsi Kopi

Konsumsi kopi diduga salah satu determinan hipertensi pada

supir bus AKAP. Orang yang sering mengonsumsi kopi lebih berisiko

memiliki kecenderungan untuk menderita hipertensi. Hal ini

dikarenakan kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein memiliki efek

terhadap tekanan darah secara akut. Peningkatan tekanan darah ini

terjadi melalui mekanisme biologi antara lain kafein yang mengikat

reseptor adenisin, mengaktifasi sistem saraf simpatik dengan

meningkatkan konsentrasi cathecolamines dalam plasma dan

menstimulasi kelenjar adrenalin serta meningkatkan produksi kortisol.

Sehingga hal ini berdampak pada vasokontriksi dan peningkatan total

resistensi perifer yang akan mengakibatkan tekanan darah naik (Klag

dkk., 2002).

Page 99: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

83

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir yang mengalami

hipertensi cenderung mengonsumsi kopi sebanyak 1 - 3 cangkir/hari

dibandingkan dengan supir yang tidak mengonsumsi kopi. Hal ini

sejalan dengan penelitian (Sangadji dan Nurhayati, 2014) bahwa

pengemudi bus yang mengalami hipertensi cenderung lebih banyak

pada supir yang mengonsumsi kopi dibandingkan pengemudi bus yang

tidak mengonsumsi kopi. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian kohort pada 2985 laki-laki dan 3383 perempuan bahwa

orang yang mengalami hipertensi cenderung mengonsumsi kopi

sebanyak 3 - 6 cangkir/hari (Uiterwaal dkk., 2007).

Namun berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan

variabel lainnya, menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan

signifikan antara konsumsi kopi dengan hipertensi pada supir bus

AKAP. Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi

kopi dengan hipertensi (Uiterwaal dkk., 2007). Namun, penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara konsumsi kopi dengan hipertensi pada

45 pengemudi Transjakarta (Rizkawati, 2012).

Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan antara

konsumsi kopi dengan hipertensi pada supir bus AKAP dikarenakan

sebagian besar supir bus AKAP mengonsumsi kopi hanya 1 - 3

cangkir/hari. Asupan kafein yang tinggi atau sebanyak lebih dari 6

Page 100: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

84

cangkir dalam sehari dapat menyebabkan hipertensi (Morton, 2005).

Oleh karena itu, konsumsi kopi pada supir bus AKAP masih dalam

batas normal sehingga kemungkinan tidak menyebabkan terjadinya

hipertensi.

Berdasarkan temuan lapangan, supir bus AKAP mengonsumsi

kopi yang beragam jenis seperti kopi hitam, kopi susu, kopi putih atau

luwak dan sebagainya. Namun, dalam penelitian ini jenis kopi tersebut

tidak diteliti oleh peneliti. Perbedaan jenis kopi tersebut memiliki

perbedaan pula pada kandungan kopi termasuk kandungan kafein.

Kandungan kafein pada kopi berbeda-beda tergantung pada jenis kopi,

asal kopi, iklim daerah kopi dibudidayakan dan proses pengolahan kopi

(Belitz dkk., 2009). Kopi instan mengandung setidaknya 60 - 100 mg

kafein. Sedangkan latte, macchiatos dan cappucino mengandung 63 mg

kafein setiap 30-50 ml (Anonim, 2016). Berdasarkan FDA (Food Drug

Administration) yang diacu dalam (Liska, 2004) dosis kafein yang

diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-7152-2006

batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150

mg/hari dan 50 mg/sajian. Sedangkan menurut Food Standards Agency

(FSA), minum kopi dengan jumlah sedang tidak mengganggu kesehatan

dan dianjurkan untuk mengonsumsi kafein tidak lebih dari 300 mg/hari

atau lebih kurang setara dengan 3 cangkir kopi (Anonim, 2008). Oleh

karena itu, kemungkinan kopi yang dikonsumsi oleh supir bus AKAP

Page 101: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

85

memiliki kandungan kafein yang rendah sehingga tidak berkontribusi

terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP.

Sebagian besar supir bus AKAP menyukai kopi baik supir bus

yang mengalami hipertensi maupun yang tidak mengalami hipertensi.

Kopi tidak hanya menyebabkan hipertensi, kopi juga memiliki dampak

positif. Berdasarkan wawancara peneliti, alasan supir bus AKAP

mengonsumsi kopi setiap hari agar mereka tidak mengantuk dalam

mengemudikan busnya. Hal ini sesuai dengan teori (Khomsan, 2005)

bahwa minum kopi dapat membuat tubuh seseorang menjadi terjaga

sehingga dapat memacu aktivitasnya. Dalam penelitian (Dewi dkk.,

2009) kandungan kafein dalam kopi lebih tinggi dibandingkan teh,

sehingga responden lebih memilih minum kopi sebagai minuman

penghilang rasa kantuk. Penelitian di New England menunjukkan

bahwa peminum kopi yang minum kopi sebanyak 2 - 3 cangkir/hari

mengalami penurunan risiko kematian sebesar 10% - 30% (Kristina,

2014). Oleh karena itu, sebaiknya supir bus AKAP mengonsumsi kopi

dalam batas normal atau tidak berlebihan.

4. Kebiasaan Makan Makanan Asin

Kebiasaan makan makanan asin diduga salah satu determinan

hipertensi pada supir bus AKAP. Asupan asin atau natrium yang

berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema

atau asites (Musbyarini dkk., 2010). Hasil penelitian menunjukkan

Page 102: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

86

bahwa sebagian besar supir bus AKAP yang mengalami hipertensi

cenderung memiliki kebiasaan makan makanan asin ≥ 1 kali/hari. Hal

ini sejalan dengan penelitian (Rizkawati, 2012) bahwa pengemudi bus

yang mengalami hipertensi cenderung sering makan makanan asin.

Namun, berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan

variabel lainnya, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan makan makanan asin dengan hipertensi pada supir bus

AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian bahwa analisis multivariat menunjukkan ada

hubungan antara konsumsi makan asin dengan hipertensi (Indrawati

2009). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori bahwa sering

makan makanan asin ≥ 1 kali/hari merupakan salah satu faktor risiko

dari penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas (Kemenkes, 2010). Namun, hasil

penelitian ini ditemukan sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

konsumsi makanan asin berlebih dengan hipertensi pada pekerja

administrasi dan supir bus India (Lata Arya dkk., 2015; Satheesh dan

Veena, 2013).

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan kebiasaan makan

makanan asin dengan hipertensi pada supir AKAP dalam penelitian ini

dikarenakan berdasarkan temuan lapangan, diketahui bahwa supir bus

AKAP jarang menjumpai makanan asin yang terdapat dalam lembar

Page 103: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

87

FFQ. Jenis makan tersebut mengikuti dalam buku Deteksi Dini Faktor

Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah diketahui bahwa jenis

makanan asin meliputi telur asin, ikan asin, sayur asin, kecap asin,

kripik kentang, keju, daging kaleng, saos tomat dan sebagainya

(Kemenkes, 2010). Diketahui bahwa sebagian dari supir bus AKAP

dalam bekerja mendapatkan makanan dari rumah makan atau restoran

yang sudah bekerjasama dengan perusahaan otobus. Makanan yang

disediakan oleh rumah makan atau restoran tersebut jarang ditemui

makanan asin.

Dalam penelitian ini menggunakan metode frekuensi makanan

asin sehingga tidak diketahui porsi atau banyaknya makanan asin yang

dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian hanya untuk

mengetahui kebiasaan makanan asin dari supir bus AKAP. Selain itu,

keterbatasan dalam penelitian ini adalah jenis makanan asin dalam

lembar FFQ penelitian ini hanya beberapa makanan saja, sehingga

kemungkinan masih banyak makanan asin lainnya yang dikonsumsi

oleh supir bus AKAP. Hal inilah yang mungkin mempengaruhi hasil

penelitian. Oleh karena itu, agar hasil penelitian lebih valid sebaiknya

penelitian selanjutnya menggunakan metode pengukuran konsumsi

makanan lainnya seperti metode food recall 24 jam, metode estimated

food records, metode penimbangan makanan (food weighing) dan

metode dietary history. Masing-masing metode pengukuran konsumsi

Page 104: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

88

mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga tidak ada satu metode

yang paling sempurna (Supariasa dkk., 2002).

5. Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Lemak

Kebiasaan makan makanan tinggi lemak diduga salah satu

determinan terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP. Kadar lemak

jenuh yang tinggi dalam makanan cenderung meningkatkan kadar

kolesterol LDL dalam darah dan berperan menyebabkan terbentuknya

aterosklerosis (Marks dkk., 2000). Plak yang terbentuk akan

mengakibatkan aliran darah menyempit sehingga volume darah dan

tekanan darah akan meningkat (Morell, 2005). Kebiasaan mengonsumsi

makanan tinggi lemak juga berhubungan dengan peningkatan berat

badan yang dapat berisiko terjadinya hipertensi (Sheps, 2005).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi cenderung memiliki kebiasaan jarang makan

makanan tinggi lemak hanya sebanyak < 2 kali/hari. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa pengemudi bus yang

mengalami hipertensi cenderung sering mengonsumsi lemak (Sangadji

and Nurhayati, 2014). Namun penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian (Amu, 2015) bahwa masyarakat kota dan desa di Indonesia

yang mengalami hipertensi cenderung jarang mengonsumsi makan

tinggi lemak yaitu sebanyak < 1 kali/hari. Jenis makanan tinggi lemak

yang diteliti mengikuti jenis makanan tingi lemak dalam buku Deteksi

Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah seperti sop

Page 105: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

89

buntut, kare, gulai, gorengan, sate kambing, jerohan, bebek, kulit ayam,

kuning telur dan sebagainya (Kemenkes, 2010).

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol variabel lainnya

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

kebiasaan makan makanan tinggi lemak dengan hipertensi pada supir

bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan makanan tinggi

lemak dengan hipertensi (Herwati and Sartika, 2013). Namun

penelitian ini sejalan dengan penelitian pada 82 pengemudi

Transjakarta yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan makan makanan tinggi lemak dengan

hipertensi (Rizkawati, 2012).

Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan kebiasaan

makan makanan tinggi lemak dengan hipertensi dikarenakan sebagian

besar supir bus AKAP jarang makan makanan tinggi lemak. Diketahui

pula bahwa sebagian supir bus AKAP yang memiliki riwayat hipertensi

sudah mengurangi makan makanan tinggi lemak sebelum penelitian

dilakukan. Menurut Hull (1996) dalam (Ismuningsih, 2013), penurunan

konsumsi lemak jenuh terutama lemak dalam makanan yang bersumber

dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya

yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang

Page 106: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

90

dapat menurunkan tekanan darah . Oleh karena itu, adanya faktor lain

yang lebih berkontribusi terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP.

Keterbatasan penelitian ini hanya diketahui kebiasaan makan

makanan tinggi lemak oleh supir bus AKAP, tidak diketahuinya porsi

makan makanan tinggi lemak. Sama halnya dengan faktor kebiasaan

makan makanan asin, daftar jenis makanan tinggi lemak pada lembar

FFQ terbatas hanya jenis makanan tinggi lemak tertentu sehingga

kemungkinan supir bus AKAP mengonsumsi makanan tinggi lemak

dengan jenis makanan lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya penelitian

selanjutnya mengggunakan metode pengukuran konsumsi makanan

lainnya seperti metode food recall 24 jam, metode estimated food

records, metode penimbangan makanan (food weighing) dan metode

dietary history.

6. Konsumsi Buah

Konsumsi buah diduga salah satu determinan hipertensi pada supir

bus AKAP. Buah mengandung potasium yang berfungsi dapat

menurunkan tekanan darah (Dalimartha dkk., 2008). Hasil

RISKESDAS 2010 - 2013 menunjukkan bahwa secara nasional

perilaku penduduk umur > 10 tahun yang kurang mengonsumsi sayur

dan buah masih di atas 90% (BALITBANGKES, 2014). Sedangkan

hasil analisis lanjut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014

menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sedikit yang mengonsumsi

buah yaitu hanya sebesar 33,2% (Hermina dan Prihatini S, 2016).

Page 107: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

91

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi cenderung mengonsumsi buah ≥ 2 porsi/hari.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Amu, 2015) bahwa

masyarakat kota maupun desa yang mengalami hipertensi cenderung

mengonsumsi buah < 2 porsi/hari. Konsumsi buah yang dianjurkan

dalam DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) adalah

sebanyak 4 - 5 porsi/hari (Grodner, 2004). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa supir bus AKAP sudah memenuhi standar dalam mengonsumsi

buah untuk mencegah terjadinya hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol variabel lainnya

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi

buah dengan hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta

Timur. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konsumsi buah

dengan penurunan tekanan darah pada populasi hipertensi (Aburto dkk.,

2013). Selain itu, penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian

(Lata Arya dkk., 2015) bahwa ada hubungan antara konusumsi buah

dengan hipertensi pada pekerja. Namun, penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Rahajeng dan Tuminah, 2009) analisis lanjut data

RISKESDAS 2007 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara konsumsi buah dengan hipertensi.

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan konsumsi buah

dengan hipertensi pada supir bus AKAP dikarenakan sebagian besar

Page 108: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

92

supir bus AKAP sudah memenuhi dalam mengonsumsi buah. Dalam

penelitian (Amu, 2015) menunjukkan bahwa konsumsi buah menjadi

faktor protektif atau menurunkan risiko hipertensi pada masyarakat di

wilayah perkotaan maupun pedesaan. Oleh karena itu, supir bus AKAP

perlu meningkatkan konsumsi buah minimal 4 - 5 porsi/hari sebagai

upaya pencegahan hipertensi.

7. Konsumsi Sayur

Sayur mengandung kalium, magnesium dan serat (Dalimartha

dkk., 2008). Mekanisme zat tersebut dapat mempengaruhi tekanan

darah dan bukti menunjukkan bahwa interaksi antara kedua zat gizi

tersebut memainkan peran dominan dalam hipertensi khususnya

hipertensi primer (Adrogué HJ dan Madias NE, 2007). Selain itu, sayur

mengandung serat yang resisten terhadap ennzim pencernaan manusia.

Serat berperan mengurangi tingkat insulin, dimana hiperinsulinemia

menyebabkan intoleransi glukosa yang dapat menyebabkan hipertensi

(Lin dan Laura, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supir bus AKAP yang

mengalami hipertensi cenderung mengonsumsi sayur ≥ 2 porsi/hari.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa masyarakat

kota dan desa di Indionesia yang mengalami hipertensi cenderung

mengonsumsi sayur < 3 porsi/hari (Amu, 2015). Konsumsi sayur yang

dianjurkan dalam DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

adalah sebanyak 4 - 5 porsi/hari (Grodner, 2004). Oleh karena itu, dapat

Page 109: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

93

disimpulkan bahwa supir bus AKAP sudah memenuhi standar dalam

mengonsumsi sayur.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan variabel

lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

konsumsi sayur dengan hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah

Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya pada sampel 13.633 wanita profesional kesehatan

menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan sayur dengan

hipertensi (Wang dkk., 2012). Namun, penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Rahajeng dan Tuminah, 2009) analisis lanjut data

RISKESDAS 2007 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara konsumsi sayur dengan hipertensi.

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan antara konsumsi

sayur dengan hipertensi dikarenakan supir bus AKAP yang mengalami

hipertensi maupun yang tidak mengalami hipertensi sudah memenuhi

dalam mengonsumsi sayur. Dalam penelitian (Amu, 2015)

menunjukkan bahwa konsumsi sayur menjadi faktor protektif atau

menurunkan risiko hipertensi pada masyarakat di wilayah perkotaan

maupun pedesaan. Oleh karena itu, sebaiknya supir bus AKAP

meningkatkan konsumsi sayur sebanyak 4 - 5 porsi/hari sebagai upaya

pencegahan hipertensi.

Page 110: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

94

6.3.3 IMT

Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak normal didiuga salah satu

determinan hipertensi. IMT yaitu perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter (Kemenkes, 2013). Curah jantung dan

sirkulasi volume darah pada penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi

dibandingkan berat badan normal. Semakin besar ukuran tubuh, semakin

banyak pula darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan

ke jaringan-jaringan tubuh. Oleh karena itu, volume darah yang beredar

melalui pembuluh darah meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah

meningkat (Marliani dan Tantan S, 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar supir bus

AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki IMT tidak normal.

Diketahui pula bahwa supir bus AKAP yang memiliki IMT tidak normal

dibagi menjadi 2 kategori yaitu obesitas stage 1 sebanyak 49 orang (38%)

dan obesitas stage 2 sebanyak 17 orang (13,2%). Hal ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya bahwa prevalensi hipertensi pada obesitas atau

tidak normal lebih besar dibandingkan yang tidak obesitas atau normal

(Kemenkes, 2013). Penelitian ini juga sejalan dengan (Marliani dan

Tantan S, 2007) bahwa seseorang yang memiliki ukuran tubuh yang besar

cenderung memiliki risiko terjadinya hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan variabel

lainnya, diketahui bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan dengan

hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

bahwa hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa IMT memiliki

Page 111: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

95

hubungan yang bermakna dengan hipertensi pada 389 supir komersial di

Jabi Park Abuja, Nigeria (Oyeniyi dan Ajayi, 2016). Selain itu, penelitian

juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya bahwa IMT tidak

normal memiliki hubungan yang signifikan dengan hipertensi pada supir

bus (Borle dan Jadhao, 2015; Lata Arya dkk., 2015; Rao dkk., 2015).

Analisis keeratan hubungan diketahui nilai AOR sebesar 2,683.

Hal tersebut menunjukkan bahwa supir yang memiliki IMT tidak normal

lebih berisiko 2,683 kali dibandingkan supir yang memiliki IMT normal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan

bahwa supir yang memiliki IMT tidak normal atau obesitas lebih berisiko

6,2313 kali dibandingkan dengan supir yang memiliki IMT normal

(Oyeniyi dan Ajayi, 2016).

Menurut asumsi peneliti, IMT tidak normal yang menyebabkan

terjadinya hipertensi dapat disebabkan karena sebagian besar supir bus

AKAP memiliki perilaku sedentari. Dalam penelitian (Arundhana dkk.,

2013) diketahui bahwa perilaku sedentari memiliki hubungan yang

signifikan dengan IMT tidak normal. Berdasarkan temuan lapangan,

diketahui bahwa supir bus AKAP memiliki rata-rata lama mengemudi

yang cukup lama yaitu 8 jam dalam sehari dan 36 jam dalam seminggu.

Akibatnya, supir bus AKAP jarang sekali beraktivitas berat atau olahraga

selain mengemudi bus AKAP. Oleh karena itu, sebaiknya supir bus AKAP

melakukan aktivitas fisik dan olahraga sebagai upaya pencegahan

hipertensi yang dapat dilakukan pada saat hari libur kerja.

Page 112: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

96

6.3.4 Pola Kerja

1. Lama Bekerja Sebagai Supir

Lama bekerja sebagai supir diduga salah satu determinan

hipertensi pada supir bus AKAP. Semakin lama responden bekerja

sebagai supir maka semakin tinggi keterpaparan responden terhadap

polusi udara maupun polusi udara yang berasal dari kendaran bermotor

serta berbagai faktor risiko hipertensi lainnya. Tingginya pencemaran

udara akibat kendaraan bermotor yang terhirup saat bernapas

selanjutnya akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga lama kelamaan

dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme di dalam

tubuh termasuk tekanan darah (Rizkawati, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar supir

bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki lama

bekerja sebagai supir selama ≥ 16 tahun. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Rizkawati, 2012) bahwa pengemudi Transjakarta yang

mengalami hipertensi cenderung pada pengemudi yang memiliki lama

bekerja sebagai supir selama ≥ 16 tahun. Selain itu, penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian (Borle dan Jadhao, 2015) bahwa supir bus

yang mengalami hipertensi cenderung memiliki lama bekerja sebagai

supir selama > 15 tahun.

Namun, berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan

variabel lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara lama bekerja sebagai supir dengan hipertensi pada

Page 113: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

97

supir bus AKAP di wilayah Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan lama bekerja

sebagai supir pada supir bus di India (Borle dan Jadhao, 2015; Rao

dkk., 2015).

Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan lama bekerja

sebagai supir dengan hipertensi pada supir bus AKAP di terminal

wilayah Kota Jakarta Timur dikarenakan supir yang sudah lama bekerja

dan yang baru bekerja sebagai supir tidak memiliki perbedaan untuk

mengalami dan mendapatkan risiko hipertensi. Dalam pembahasan

sebelumnya diketahui bahwa umur pada supir bus AKAP tidak

memiliki hubungan terhadap terjadinya hipertensi. Berdasarkan temuan

lapangan, supir yang memiliki umur lebih tua cenderung sudah lama

bekerja sebagai supir. Begitupun sebaliknya, supir yang memiliki umur

lebih muda cenderung baru bekerja sebagai supir bus AKAP. Supir

yang sudah lama bekerja sebagai supir akan sering terpapar polusi yang

dapat menyebabkan perubahan tekanan darah (Rizkawati, 2012).

Namun, dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas fasilitas bus

AKAP yang terdapat di terminal wilayah Kota Jakarta Timur

menggunakan AC (Air Conditioner) sehingga saat mengemudi

kendaraan dalam kondisi tertutup. Hal ini yang mungkin menyebabkan

tidak ada hubungan antara lama bekerja sebagai supir dengan terjadinya

hipertensi. Namun untuk mencegah terjadinya hipertensi, sebaiknya

Page 114: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

98

supir bus AKAP yang sudah lama bekerja memeriksakan dan

memastikan kondisi kesehatannya termasuk pemeriksaan rutin tekanan

darah.

2. Lama Mengemudi

Lama mengemudi diduga salah satu determinan hipertensi pada

supir bus AKAP. Supir bus memliki keterpaparan yang tinggi terhadap

polusi udara saat berkendara seperti karbomonoksida (CO), kebisingan

suara dan lainnya yang dapat meningkatkan stres kerja pada supir

(Kaewboonchoo dkk., 2010). Seringkali supir berkendara lebih dari

empat jam atau mempunyai rute yang padat dan sering (Kemenkes,

2015).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar supir

bus AKAP yang mengalami hipertensi, memiliki lama mengemudi ≥ 36

jam/minggu. Hal ini sejalan dengan penelitian (Borle dan Jadhao, 2015)

bahwa supir bus yang mengalami hipertensi cenderung pada supir bus

yang memiliki lama mengemudi ≤ 60 jam/minggu. Dalam penelitian ini

diketahui bahwa lama mengemudi yang ditanyakan rata-rata lama

mengemudi dalam keadaan lancar dan keadaan macet.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan variabel

lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

lama mengemudi dengan hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah

Kota Jakarta Timur. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang menunjukkan ada hubungan lama

Page 115: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

99

mengemudi dengan hipertensi pada 587 supir bus di kota Nagpur (Borle

dan Jadhao, 2015).

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan lama mengemudi

dengan hipertensi pada supir bus AKAP dikarenakan responden tidak

memiliki keterpaparan polusi udara saat berkendara seperti

karbomonoksida (CO). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

(Kaewboonchoo dkk., 2010) dikarenakan mayoritas bus AKAP

menggunakan air conditioner (AC) sehingga saat mengemudi dalam

keadaan tertutup. Selain itu, berdasarkan temuan lapangan sebagian

besar terutama yang perjalanan jauh seperti tujuan Jawa Tengah , Jawa

Timur dan Sumatra, ada sistem pergantian supir utama dengan supir

cadangan rata-rata setiap 6 jam sekali, sehingga supir bus AKAP dapat

berisitirahat selama pergantian supir. Dalam Peraturan Pemerintah No.

44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi sudah diatur bahwa

harus adanya pengemudi cadangan pada bus yang mempunyai trayek

300 km dan atau lebih dari 6 jam perjalanan. Dalam Undang-Undang

Lalu Lintas No, 22 tahun 2009 pun menyatakan bahwa waktu kerja bagi

pengemudi adalah 8 jam sehari dan pengemudi kendaraan umum

setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut, wajib

diberikan istirahat sekurang-kurangnya setengah jam. Sebagian

responden dalam penelitian ini sudah memenuhi ketentuan tersebut,

sehingga ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada

supir bus AKAP. Namun, untuk mencegah terjadinya hipertensi pada

Page 116: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

100

supir bus AKAP, sebaiknya supir memeriksakan atau memastikan

kondisi kesehatannya sebelum mengemudikan bus.

3. Lama Tidur

Lama tidur diduga salah satu determinan hipertensi pada supir

bus AKAP. Kebiasaan tidur sangat mempengaruhi tekanan darah

(Kowalski, 2010). Kondisi kurang tidur biasanya disebabkan oleh

kesulitan untuk jatuh tidur atau kurangnya waktu tidur. Gangguan tidur

yang menyebabkan kantuk berlebih diantaranya adalah sindroma

tungkai gelisah, sleep apnea dan narkolepsi. Khsusus bagi penderita

sleep apnea, bahaya yang ditimbulkan berlipat ganda karena gangguan

ini merupakan salah satu penyebab hipertensi (Prasadja, 2009). Tidur

yang kurang dapat membawa kepada perkembangan hipertensi yaitu

dengan cara meningkatkan aktivitas simpatis, meningkatkan stressor

fisik dan psikis dan meningkatkan retensi garam (Gangwisch, 2006).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar supir

bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki lama tidur

selama < 6 jam/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian (Rao dkk., 2015)

pada 100 supir bus yang bekerja di Kota Visakhapatnam, India yang

menunjukkan bahwa supir yang mengalami hipertensi cenderung

memiliki lama tidur < 6 jam/hari.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dikontrol dengan variabel

lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

lama tidur dengan hipertensi pada supir bus AKAP di wilayah Kota

Page 117: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

101

Jakarta Timur. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama tidur

dengan hipertensi (Fernandez-Mendoza dkk., 2012; Priou dkk., 2014).

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainya yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama

tidur dengan hipertensi pada 100 supir bus di (Rao dkk., 2015).

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan antara lama tidur

dengan hipertensi dikarenakan supir bus AKAP baik yang mengalami

hipertensi maupun yang tidak mengalami hipertensi, memiliki lama

tidur < 6 jam/hari. Hal tersebut dikarenakan ada faktor lain yang

menyebabkan terjadinya hipertensi. Walaupun faktor lama tidur tidak

memiliki hubungan dengan hipertensi. Namun, gangguan tidur ini

sangat menganggu aktivitas supir bus AKAP. Kurangnya tidur dapat

membahayakan apabila harus berkendara atau mengoperasikan mesin.

Berkendara saat mengantuk jauh lebih berbahaya dibanding berkendara

setelah minum alkohol ringan (Prasadja, 2009). Menurut data BPS pada

tahun 2013 , faktor penyebab kecelakaan yaitu kesalahan pengemudi

atau human error. Salah satu faktor yang dimaksud adalah mengantuk

(Syahlefi dkk., 2014). Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya

hipertensi dan kecelakaan lalu lintas pada bus AKAP, sebaiknya supir

bus AKAP memiliki tidur atau istirahat yang cukup minimal 6 jam

sehari.

Page 118: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

102

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Proporsi hipertensi pada supir AKAP di terminal wilayah Kota Jakarta

Timur cukup tinggi yaitu sebesar 25,6%.

2. Berdasarkan hasil analisis univariat disimpulkan bahwa :

a. Distribusi karakteristik supir bus AKAP lebih dari setengah memiliki

umur ≥ 44 tahun dan tidak memiliki riwayat hipertensi.

b. Distribusi gaya hidup pada supir bus AKAP lebih dari setengah

mengonsumsi rokok ≥ 12 batang/hari, tidak pernah mengonsumsi

alkohol, mengonsumsi kopi 1 - 3 cangkir/hari, kebiasaan makan

makanan asin ≥ 1 kali/hari, kebiasaan makan makanan tinggi lemak < 2

kali/hari, konsumsi buah dan sayur ≥ 2 porsi/hari.

c. Distribusi IMT supir bus AKAP lebih dari setengah memiliki IMT tidak

normal.

d. Distribusi pola kerja supir bus AKAP lebih dari setengah memiliki lama

bekerja sebagai supir < 16 tahun, lama mengemudi ≥ 36 jam/minggu

dan lama tidur < 6 jam/hari.

3. Berdasarkan hasil analisis bivariat disimpulkan bahwa :

a. Supir bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki umur

≥ 44 tahun dan tidak memiliki riwayat hipertensi.

Page 119: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

103

b. Supir bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung mengonsumsi

rokok ≥ 12 batang/hari, tidak pernah mengonsumsi alkohol,

mengonsumsi kopi 1 - 3 cangkir/hari, kebiasaan makan makanan asin

≥ 1 kali/hari, kebiasaan makan makanan tinggi lemak < 2 kali/hari,

konsumsi buah ≥ 2 porsi/hari, konsumsi sayur ≥ 2 porsi/hari.

c. Supir bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki IMT

tidak normal.

d. Supir bus AKAP yang mengalami hipertensi cenderung memiliki lama

bekerja sebagai supir ≥ 16 tahun, lama mengemudi ≥ 36 jam/minggu

dan lama tidur < 6 jam/hari.

4. Berdasarkan hasil analisis multivariat disimpulkan bahwa faktor yang

paling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada supir bus AKAP

adalah riwayat hipertensi keluarga, IMT dan konsumsi rokok. Sedangkan

faktor yang paling dominan berhubungan terhadap hipertensi pada supir

bus AKAP adalah konsumsi rokok ≥ 12 batang/hari.

7.2 Saran

1. Supir Bus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur

Dalam upaya pencegahan hipertensi sebaiknya supir bus AKAP

melakukan pola hidup sehat terutama supir bus AKAP yang memiliki

riwayat hipertensi keluarga yaitu dengan berhenti merokok dan

mengurangi konsumsi rokok < 12 batang/hari serta menjaga berat badan

dengan mengatur pola makan dengan banyak makan sayur dan buah

Page 120: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

104

minimal 4 - 5 porsi/hari serta banyak melakukan aktivitas fisik dan

olahraga saat hari libur kerja.

2. Dinas Perhubungan Terminal Pulogebang dan Kampung Rambutan serta

Perusahaan Otobus AKAP di Terminal Wilayah Kota Jakarta Timur

Dalam upaya pencegahan hipertensi pada supir bus AKAP,

sebaiknya Dinas Perhubungan dan Perusahaan Otobus memaksimalkan

pos kesehatan terminal yang sudah ada dengan bekerjasama Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur atau puskesmas setempat untuk melakukan

deteksi dini atau pemeriksaan tekanan darah secara rutin minimal sebulan

sekali terhadap seluruh supir bus AKAP yang masih aktif mengemudi.

3. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Puskesmas Cakung dan Puskesmas

Ciracas

Dalam upaya pencegahan hipertensi pada supir bus AKAP,

sebaiknya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur bersama Puskesmas

Cakung dan Puskesmas Ciracas melakukan pemeriksaan deteksi dini atau

monitoring terhadap tekanan darah supir bus AKAP secara rutin minimal

sebulan sekali.

4. Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan desain studi

yang dapat melihat hubungan sebab akibat seperti desain studi case

control atau cohort untuk studi epidemiologi mengenai faktor determinan

hipertensi pada supir bus AKAP. Dalam melihat variabel gaya hidup yang

berkaitan dengan pola makan sebaiknya mengggunakan metode

Page 121: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

105

pengukuran konsumsi makanan lainnya seperti metode food recall 24 jam,

metode estimated food records, metode penimbangan makanan (food

weighing) dan metode dietary history yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian.

Page 122: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

106

DAFTAR PUSTAKA

Aburto, N.J., Hanson, S., Gutierrez, H., Hooper, L., Elliott, P., Cappuccio, F.P.,

2013. Effect of increased potassium intake on cardiovascular risk factors

and disease: systematic review and meta-analyses. BMJ 346.

Adrogué HJ, Madias NE, 2007. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of

Hypertension. N. Engl. J. Med. 356, 1966–1978.

Amu, D.A., 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Hipertensi di Wilayah

Perkotaan dan Pedesaan Indonesia Tahun 2013.

Anonim, 2016. Kafein  : Pengertian - Sumber Kafein - Manfaat - Efek Kelebihan

dan Kekurangan.

Anonim, 2008. High Caffeine “Energy” Drinks and Other Foods Containing

Caffeine.

Arundhana, A.I., Hadi, H., Julia, M., 2013. Perilaku Sedentari sebagai Faktor

Risiko Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta

dan Kabupaten Bantul. J. Gizi Dan Diet. Indones. 1, 71–80.

Aziza, L., Sja’bani, M., Haryana, S.M., Soesatyo, M.H., Sadewa, A.H., 2010.

Hubungan Polimorfisme Gen Angiotensin-Converting Enzyme

Insersi/Delesi dengan Hipertensi pada Penduduk Mlati, Sleman,

Yogyakarta, Indonesia. Maj. Kedokt. Indones. 60, 156–162.

BALITBANGKES, 2014. Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Buku

Survei Diet Total Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Jakarta.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y., 2005. Seri Asuhan Keperawatan  :

Klien Gangguan Kardiovaskular. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

BBTKLPP, 2015a. Profil Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Pemberantasan Penyakit. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Pemberantasan Penyakit Dirjen P2P Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

BBTKLPP, 2015b. Laporan Tahunan Surveilans Faktor Risiko PTM pada Supir

Bus AKAP. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan

Penyakit, Jakarta.

Page 123: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

107

BBTKLPPP, 2016. Laporan Tahunan BBTKL PP 2016. Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Timur.

Belitz, D., Grosch Werner, Schieberle Peter, 2009. Food Chemistry. Springer,

Jerman.

Black, H.R, Elliot W.J., 2007. Hypertension  : A Companion to Braunwald’s

Heart Disease. Elsevier, USA.

Borle, A.L., Jadhao, A., 2015. Prevalence and Associated Factors of Hypertension

among Occupational Bus Drivers in Nagpur City, Central India- A Cross

Sectional Study. Natl. J. Community Med. 6, 423–428.

Cahyono, J.B.S.B, 2008. Hidup dan Penyakit Modern. Kanisius, Yogyakarta.

Chaudhary, Nagargoje, Kubde, 2014. Prevalence and Factors Affecting

Hypertension among Auto-Rickshaw Drivers Working in Nagpur city of

Maharashtra. MRIMS J. Health Sci. 2, 78–80.

Christanty, H., 2014. Faktor Dominan Kejadian Hipertensi pada Supir Bus AKAP

di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten Tahun 2013. Fakultas kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Dalimartha, S., Basuri T. Purnama, Sutarina, N., B.Mahendra, Darmawan, R.,

2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus, Jakarta.

Dewi, F.I., Anwar, F., Amalia, L., 2009. Persepsi terhadap Konsumsi Kopi dan

Teh Mahasiswa TPB-ITB Tahun Ajaran 2007-2008. J. Gizi Dan Pangan 4,

20–28.

Ehret GB, Caulfield MJ, 2013. Genes for Blood Pressure: An Opportunity to

Understand Hypertension. Eur. Heart J. 34, 51–61.

Erhiano, E.., Igbokwe, Okolo, R.., Awosan, 2015. Prevalence of Hypertension

among Commercial Bus Drivers in Sokoto, Sokoto State Nigeria. Int.

Invent. J. Med. Med. Sci. Vol. 2(3), 34–49.

Fernandez-Mendoza, J., Vgontzas, A.N., Liao, D., Shaffer, M.L., Vela-Bueno, A.,

Basta, M., Bixler, E.O., 2012. Insomnia with Objective Short Sleep

Duration and Incident Hypertension: the Penn State Cohort. 60, 929–935.

Page 124: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

108

Fuchs, F.D., Chambless, L.E., Whelton, P.K., Nieto, F.J., Heiss, G., 2001.

Alcohol Consumption and the Incidence of Hypertension the

Atherosclerosis Risk in Communities Study. Hypertens. Ahajournals 37,

1242–1250.

Gangwisch, J.E., 2006. Short Sleep Duration as a Risk Factor for Hyperetnsion  :

Analysis of The First National Health and Nutrition Examination Survey.

Am. Heart Assoc. 47, 833–839.

Sadri.G.H., 2002. A Model of Bus Drivers’ Diseases: Risk Factors and Bus

Accidents. Iran. J. Med. Sci. Vol 27 No. 1.

Grodner, 2004. Foundations and Clinical Applications of Nutrition Nursing

Approach, Third. ed. Missouri, Mosby.

Hermina, Prihatini S, 2016. Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk

Indonesia dalam Konteks Gizi Seimbang  : Analisis Lanjut Survei

Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014. Bul. Penelit. Kesehat. 44,

205–218.

Herwati, Sartika, W., 2013. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Berdasarkan Pola Diet Dan Kebiasaan Olah Raga Di Padang Tahun

2011. Jumal Kesehat. Masy. 8.

ISH, 2014. High Blood Pressure: Why Prevention and Control are Urgent and

Important. A 2014 Fact Sheet from the World Hypertension League and

the International Society of Hypertension (Fact Sheet). International

Society of Hypertension.

Ismuningsih, R., 2013. Pengaruh Konsumsi Lemak Terhadap Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Surakarta. Universitas Muhammdiyah Surakarta, Surakarta.

Joewana, S., 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zar

Psikoaktif  : Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Josephine, L., P.Thenmozhi, 2016. Assess the Level of Hypertension and Its

Determinants among Bus Drivers. Int. J. Health Sci. Res. 6.

Page 125: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

109

Kaewboonchoo, O., Morioka, I., Saleekul, 2010. Blood Lead Level and

Cardiovascular Risk Factors among Bus Drivers in Bangkok, Thailand.

Ind. Health Natl. Inst. Occup. Saf. Helath 48, 61–65.

Kaplan, N.M., Ronald G. Victor, 2010. Clinical Hypertension. Lippincott

Williams & Wilkins, USA.

Kemenkes, 2016. Pemeriksaan Kesehatan Kurangi Faktor Risiko Kecelakaan.

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes, 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan  :

Hipertensi. Kementrian Kesehatan, Jakarta.

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan, Jakarta.

Kemenkes, 2010. Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes 2015, 2015. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Deteksi Dini Faktor Risiko

Kecelakaan Lalu Lintas Bagi Pengemudi. Direktorat Jenderal PP & PL

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Jakarta.

Kemenkes RI, 2015. Pedoman Pengengdalian Hipertensi. Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Kemenkes RI, 2013. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular Subdit Pengendalian Penyakit Jantung Dan

Pembuluh Darah, Jakarta.

Khomsan, A., 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan, Kedua. ed. Rajagrafindo

Persada, Jakarta.

Klag, Michael J, Nae Yuh Wang, Lucy A.Meoni, Fredrick LKlag, Michael J,

Nae Yuh Wang, Lucy A.Meoni, Fredrick L. Bracanti, Lisa A. Cooper,

Lisa A. Cooper, Kung Yae Liang, Hunter Young, Daniel E Ford, 2002.

Coffee Intake and Risk of Hypertension. Arch Intern Med 162.

Page 126: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

110

KORLANTAS POLRI, 2016. Kecelakaan di Indoensia Selama Triwulan

Terakhir. Korp Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Jakarta.

Kowalski, R.E., 2010. Terapi Hipertensi, 1st ed. Qanita, Bandung.

Kristina, S.A., 2014. Minum Kopi Baik Untuk Kesehatan. Trib. Jogja 15.

Lakshman, A., Manikath, N., Rahim, A., Anilakumari, V.P., 2014. Prevalence and

Risk Factors of Hypertension among Male Occupational Bus Drivers in

North Kerala, South India: A Cross-Sectional Study. ISRN Prev. Med.

Lata Arya, M., Pallavi, A., Vikas, K., 2015. Correlation Of Dietary Habits,

Physical Activity and Hypertension in Administrative Officers in Western

Uttar Pradesh. J. Evol. Med. Dent. Sci. 4, 11493–11499.

Lin, P.H., Laura, 2012. Nutrition, Lifestyle Factors and Blood Pressure. Taylor &

Francis Group, United State.

Liska, K., 2004. Drugs and The Body with Implication for Society, 7th ed.

Perason, New Jersey.

Marks, D.B., Marks, A.D., Colleen M. Smith, 2000. Biokimia Kedokteran

Dasar  : Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Marliani, L., Tantan S, 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Morell, 2005. Kolesterol. Erlangga, Jakarta.

Morton, P.G., 2005. Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi

SOAPIE. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Musbyarini, K., Anwar, F., Dwiriani, C.M., 2010. Gaya Hidup Dan Status

Kesehatan Sopir Bus Sumber Alam Di Kabupaten Purworejo, Jawa

Tengah. J. Gizi Dan Pangan 5, 6–14.

Muttaqin, A., 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Salemba Medika, Jakarta.

Nasri, Moazenzadeh, 2006. Coronary Artery Disease Risk Factors in Drivers

Versus People In Other Occupations. ARYA J. 1, 75–78.

Page 127: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

111

Nurrahmi, U., 2012. Stop  ! Hipertensi. Familia (Grup Relasi Inti Media),

Yogyakarta.

Oyeniyi, O.S., Ajayi, O.Si.O., 2016. Prevalence of Hypertension and Associated

Risk Factor Among Interstate Comercial Drivers in Jabi Park Abuja. Int. J.

Med. Med. Sci. 8, 75–83.

Pickering T.G dkk, 2005. Recommendation for Blood Presure Measurement in

Human and Experimental Animal  : Part 1 Blood Pressure Measurement

in Humans  : A Statement for Professional from the Subcommitee of

Professional and Public Health of the American Heart Association Council

on High Blood Presure Research Hypertension. J. Hypertens. 45, 142–161.

Pop, C., Manea, V., Matei, C., Trambitasu, R., Mos, L., 2015. Work stress

hypertension and obesity among professional bus drivers: results of a

cross-sectional study conducted in an urban Romanian company of

transport. J. Hypertens. Res. 1, 27–32.

Prasadja, A., 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang Benar, 1st ed.

Penerbit Hikmah, Jakarta.

Priou, P., Vaillant, M.L., Meslier, N., Paris, A., Pigeanne, T., Nguyen, X.-L.,

Alizon, C., Bizieux-Thaminy, A., Leclair-Visonneau, L., Humeau, M.-P.,

Gagnadoux, F. de´ ric, 2014. Cumulative Association of Obstructive Sleep

Apnea Severity and Short Sleep Duration with the Risk for Hypertension.

J. Pone 9.

Rahajeng, E., Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Maj. Kedokt. Indones. 59.

Rao, S.B., Bhavani, G.G., Madhavi, B.D., 2015. A Study on Hypertension and It’s

Determinants Among Male Bus Drivers in State Road Transport

Corporation, Visakhapatnam, Andhra Pradesh. J. Evid. Based Med.

Healthc. 2, 7324–7329.

Rizkawati, D., 2012. Indeks Massa Tubuh, Lama Bekerja, Kebiasaan Makan, dan

Gaya Hidup Hubungannya dengan Hipertensi pada Pramudi (Pengemudi)

Bus Transjakarta Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas

Indonesia, Depok.

Page 128: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

112

Rubenstein, D., Wayne, D., Bradley, J., 2003. Kedokteran Klinis, Keenam. ed.

Erlangga, Jakarta.

Sangadji, N.W., Nurhayati, 2014. Hipertensi Pada Pramudi Bus Transjakarta di

PT. Bianglala Metropolitan Tahun 2013. Berk. Ilm. Mhs. Kesehat. Masy.

Indoensia 2 No.2.

Sani, A., 2008. Hypertension Current Perspective. Medya Crea, Jakarta.

Satheesh, Veena, 2013. A Study of Prevalence of Hypertension Among Bus

Drivers in Bangalore City. Int. J. Curr. Res. Rev. 5.

Sayed-Tabatabaei FA, Isaacs A, Van Duijn CM, Witteman JCM, 2006. ACE

Polymorphisms. Circ. Res. 98, 1123–1133.

Shah, S.M., Loney, T., Hussein, M.S., Sadig, M.E., Dhaheri, S.A., Barazi, I.E.,

Marzouqi, L.A., Aw, T.-C., Ali, R., 2015. Hypertension prevalence,

awareness, treatment, and control, in male South Asian Immigrants in the

United Arab Emirates: a cross-sectional study. BMC Cardiovasc. Disord.

15.

Sheps, S.G., 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

Jakarta.

Smolarek, G.M., Erivelton Fontana André de Camargo, Dellagrana, R.A.,

Campos, W. de, Mascarenhas, G., Laat, E.F. de, Michael Pereira da Silva,

2013. Overweight as hypertension risk prediction in bus drivers.

Reasearch Gate 35, 285–289.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I., 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Syahlefi, M.R., Sinaga, M.M., Salmah, U., 2014. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kelelahan Pengemudi Bus di CV.Makmur Medan

tahun 2014. J. USU Lingkung. Dan Kesehat. Kerja.

Thiese, M., Moffitt, G., Hanowski, M.J., Kales, S.N., Porter, R.J., Hegmann, K.T.,

2012. Commercial Driver Medical Exams: Relationships Between Body

Mass Index And Comorbid Conditions. Proceddings Eight Int. Driv.

Symp. Hum. Factors Driv. Assesment Train. Veh. Des. 261–267.

Page 129: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

113

Uiterwaal, C.S., Verschuren, W.M., Bueno-de-Mesquita, H.B., Ocké, M.,

Geleijnse, J.M., Boshuizen, H.C., Peeters, P.H., Feskens, E.J., Grobbee,

D.E., 2007. Coffee intake and incidence of hypertension. Am. J. Clin.

Nutr. 85, 718–723.

Waikar, S.S., Liu, K.D., Chertow, G.C., 2008. Diagnosis, Epidemiology and

Outcomes of Acute Kidney Injury. Clin J Am Soc Nephrol 3, 844–861.

Wang, L., Manson, J.E., Gaziano, J.M., Buring, J.E., Howard D. Sesso, 2012.

Fruit and Vegetable Intake and the Risk of Hypertension in Middle-Aged

and Older Women. Am. J. Hypertens. 25, 180–189.

WHO, 2016. Health Topics  : Hypertensi. WHO. diakses dari

http://www.who.int/topics/hypertension/en/ pada 16 November 2016

WHO, 2013. World Heath Day 2013  : High Blood Pressure Global and Regional

Overview. WHO Regional Office of South East Asia. World Health

Organization.

WHO, 2011. Hypertension Fact Sheet. Dep. Sustain. Dev. Healthy Environ.

Yang, H., et al, 2006. Work Hours and Self Reported Hypertension Among

Working People in California. Hypertension 48, 744–750.

Young-Jun Ahn, Yong-Hee Jang, Jin-Yong Ju, Song-Hun Cho, Seung-Heon Han,

2015. Relationship between Prevalence of Hypertension and Lifestyle in

Male Bus Drivers in Some Areas in Seoul. Korean J. Fam. Pract.

Zheng, L, Zhang, Sun, Z, Li, J, Zhang, X, Xu, C, Hu, D, Sun, Y, 2010. The

Assosiation Between Body Mass Index in Incident Hypertension in Rural

Women in China. J. Clin. Nutr. 64, 769–775.

Page 130: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

114

LAMPIRAN 1

Inform Consent

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Perkenalkan, nama saya Dzul Faridah Arinal Haq, mahasiswa semester 8

peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang

melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi tentang determinan hipertensi

(tekanan darah tinggi) pada supir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di

terminal wilayah Jakarta Timur. Apabila Bapak menyetujui, maka saya meminta

kesediaan Bapak untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan bersedia mengikuti

pengukuran tekanan darah dan status gizi. Saya selaku peneliti akan merahasiakan

jawaban Bapak dan penelitian ini akan sangat bermanfaat apabila Bapak

berkenan. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Form Persetujuan sebagai Responden Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

No.HP :

Bersedia mengkuti proses pengambilan data dalam penelitian ini secara sukarela

dan tanpa paksaan.

Jakarta, Februari 2017

Peneliti Responden

(Dzul Faridah Arinal Haq) ( )

Page 131: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

115

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS ANTAR KOTA ANTAR

PROVINSI DI TERMINAL WILAYAH KOTA JAKARTA TIMUR

TAHUN 2017

Pewawancara :

Hari/Tanggal Wawancara :

Isilah jawaban dari pertanyaan berikut pada kolom jawaban. Jika jawaban

berupa pilihan, lingkari pada jawaban yang sesuai.

A. Karakteristik Responden

No. Pertanyaan Jawaban Koding

(Diisi

petugas)

A1 Nama lengkap ...

A2 No. KTP/NIK ...

A3 Tanggal lahir ...

A4 Umur ... tahun

A5 Terminal ...

A6 Tempat tugas/PO ...

A7 Pekerjaan 1. Pengemudi Utama

2. Pengemudi Cadangan

A8 Apakah Bapak memiliki

riwayat penyakit hipertensi

sebelumnya?

1. Ya

2. Tidak

A9 Apakah keluarga Bapak ada

yang memiliki riwayat

hipertensi atau pernah

didiagnosis menderita

hipertensi (tekanan darah

tinggi) oleh tenaga medis

(dokter,perawat, bidan) ?

1. Iya

(pilih boleh lebih dari satu)

a. Ayah

b. Ibu

c. Kakek/nenek

d. Saudara Kandung

e. Lainnya ...

f. Tidak ada

Page 132: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

116

B. Gaya Hidup

No. Pertanyaan Jawaban Koding

(Diisi

petugas)

B1 Apakah Bapak merokok dalam 1

bulan terakhir?

1. Ya

2. Pernah

3. Tidak pernah (lanjut B4)

B2 Berapa batang rokok yang

dihisap dalam sehari ?

... batang/hari

B3 Sejak kapan berhenti merokok ? ... hari/bulan/tahun yang lalu

B4 Apakah Bapak minum alkohol

dalam 1 bulan terakhir?

1. Ya

2. Pernah

3. Tidak pernah (lanjut

B7)

B5 Berapa banyak Bapak minum

alkohol per hari?

1. 0 cangkir/hari

2. 1-3 cangkir/hari

3. >3 cangkir/hari

B6 Sejak kapan berhenti minum

alkohol?

... hari/bulan/tahun yang lalu

B7 Apakah Bapak mengonsumsi

kopi ?

1. Ya

2. Tidak (lanjut B9)

B8 Berapa banyak kopi yang

dikonsumsi ?

1. 0 cangkir/hari

2. 1-3 cangkir/hari

3. 4-6 cangkir/hari

4. > 6 cangkir/hari

B9 Apakah Bapak mengonsumsi

buah?

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak (lanjutB11)

B10 Berapa rata-rata porsi buah yang

dikonsumsi dalam sehari ?

... porsi/hari

B11 Apakah Bapak mengonsumsi

sayur?

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak (lanjut C1)

B12 Berapa rata-rata porsi sayur

yang dikonsumsi dalam sehari ?

... porsi/hari

Page 133: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

117

C. Pola Kerja

No. Pertanyaan Jawaban Koding

(Diisi

petugas)

C1 Berapa lama Bapak bekerja

sebagai supir bus AKAP ?

... bulan/tahun

C2 Berapa hari Bapak mengemudi

dalam semingu ?

... hari/minggu

C3 Berapa rata-rata waktu Bapak

dalam mengemudi ?

... jam/hari

C5 Berapa lama Bapak tidur dalam

sehari?

... jam/hari

D. Tekanan Darah

No. Pertanyaan Jawaban Koding

(Diisi

petugas)

D1 Apakah Bapak pernah

didiagnosis menderita hipertensi

(tekanan darah tinggi) oleh

tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) ?

1. Ya

2. Tidak (Lanjut D3)

D2 Kapan didiagnosis pertama kali

?

Tahun ... Bulan ...

D3 Apakah Bapak saat ini sedang

minum obat medis untuk

tekanan darah tinggi?

1. Ya

2. Tidak

D4 Berapa besar tekanan darah

terakhir Anda?

... mmHg

Nama petugas pengukuran :

No. Kategori TD Pengukuran 1 Pengukuran 2 Rata-Rata

D5 Sistolik

D6 Diastolik

Page 134: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

118

E. Status Gizi

Nama petugas pengukuran :

No. Status Gizi Pengukuran 1 Pengukuran 2 Rata-Rata

E1 Berat Badan (kg)

E2 Tinggi Badan (m)

E3 IMT (Indeks Massa

Tubuh)

Page 135: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

119

Form Food Frequency Questionnaire (Pola Makan)

No. Bahan Makanan Hari

(.. kali)

Minggu

(.. kali)

Bulan

(... kali)

Tahun

(.. kali)

Tidak

pernah

Makanan asin

1. Telur asin

2. Ikan asin

3. Sayur asin

4. Kripik asin

5. Daging kaleng

6. Kornet

7. Kecap asin

8. Saos

9. Lainnya ..

Makanan tinggi lemak

1. sop buntut

2. Kare

3. Gulai

4. Gorengan

5. Sate kambing

6. Jerohan

7. Bebek

8. Kulit

9. Kuning telur

10. Lainnya ...

Page 136: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

120

LAMPIRAN 3

HASIL ANALISIS DATA

A. Analisis Univariat

1. Hipertensi

hipertensi_supir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid hipertensi 33 25.6 25.6 25.6

tidak hipertensi 96 74.4 74.4 100.0

Total 129 100.0 100.0

2. Umur

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 129 17 67 43.56 9.534

Valid N (listwise) 129

umur_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= 44 tahun 65 50.4 50.4 50.4

< 44 tahun 64 49.6 49.6 100.0

Total 129 100.0 100.0

3. Riwayat Hipertensi Keluarga

riwayatkeluarga_hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 28 21.7 21.7 21.7

Tidak 101 78.3 78.3 100.0

Total 129 100.0 100.0

Page 137: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

121

4. Konsumsi rokok

rokok_baru1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= 12 batang 75 58.1 58.1 58.1

1-11 batang 24 18.6 18.6 76.7

0 batang 30 23.3 23.3 100.0

Total 129 100.0 100.0

5. Konsumsi alkohol

alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 7 5.4 5.4 5.4

Pernah 46 35.7 35.7 41.1

Tidak Pernah 76 58.9 58.9 100.0

Total 129 100.0 100.0

6. Konsumsi kopi

kopi_baru1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >4 cangkir/hari 11 8.5 8.5 8.5

1-3 cangkir/hari 76 58.9 58.9 67.4

0 cangkir/hari 42 32.6 32.6 100.0

Total 129 100.0 100.0

7. Kebiasaan makan makanan asin

makan_asinbaru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= median 79 61.2 61.2 61.2

< median 50 38.8 38.8 100.0

Page 138: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

122

makan_asinbaru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= median 79 61.2 61.2 61.2

< median 50 38.8 38.8 100.0

Total 129 100.0 100.0

8. Kebiasaan makan makanan tinggi lemak

makan_lemakbaru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= median 31 24.0 24.0 24.0

< median 98 76.0 76.0 100.0

Total 129 100.0 100.0

9. Konsumsi makan buah

buah_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < median 64 49.6 49.6 49.6

>= median 65 50.4 50.4 100.0

Total 129 100.0 100.0

10. Konsumsi makan sayur

sayur_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < median 35 27.1 27.1 27.1

>= median 94 72.9 72.9 100.0

Total 129 100.0 100.0

Page 139: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

123

11. IMT

IMT_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= 25 66 51.2 51.2 51.2

< 25 63 48.8 48.8 100.0

Total 129 100.0 100.0

12. Lama kerja

lamakerja_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= mean (>=16 tahun) 52 40.3 40.3 40.3

< mean (<16 tahun) 77 59.7 59.7 100.0

Total 129 100.0 100.0

13. Lama mengemudi

lama_mengemudi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >= median (>=36 jam) 69 53.5 53.5 53.5

< median (<36 jam) 60 46.5 46.5 100.0

Total 129 100.0 100.0

14. Lama tidur

tidur_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 6 jam 75 58.1 58.1 58.1

>= 6 jam 54 41.9 41.9 100.0

Total 129 100.0 100.0

Page 140: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

124

B. Analisis Bivariat

1. Umur

umur_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

umur_baru >= 44 tahun Count 21 44 65

% within umur_baru 32.3% 67.7% 100.0%

< 44 tahun Count 12 52 64

% within umur_baru 18.8% 81.2% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within umur_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.114a 1 .078

Continuity Correctionb 2.442 1 .118

Likelihood Ratio 3.146 1 .076

Fisher's Exact Test .106 .059

Linear-by-Linear Association 3.090 1 .079

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,37.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for umur_baru

(>= 44 tahun / < 44 tahun) 2.068 .915 4.672

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.723 .927 3.202

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .833 .679 1.023

Page 141: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

125

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for umur_baru

(>= 44 tahun / < 44 tahun) 2.068 .915 4.672

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.723 .927 3.202

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .833 .679 1.023

N of Valid Cases 129

2. Riwayat keluarga responden

riwayatkeluarga_hipertensi * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

riwayatkeluarga_hipertensi Ya Count 10 17 27

% within

riwayatkeluarga_hipertensi 37.0% 63.0% 100.0%

Tidak Count 23 79 102

% within

riwayatkeluarga_hipertensi 22.5% 77.5% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within

riwayatkeluarga_hipertensi 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.354a 1 .125

Continuity Correctionb 1.654 1 .198

Likelihood Ratio 2.224 1 .136

Fisher's Exact Test .141 .101

Linear-by-Linear Association 2.336 1 .126

N of Valid Casesb 129

Page 142: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

126

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

riwayatkeluarga_hipertensi

(Ya / Tidak)

2.020 .814 5.013

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.643 .893 3.021

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .813 .598 1.106

N of Valid Cases 129

3. Konsumsi rokok

rokok_baru1 * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

rokok_baru1 >= 12 batang Count 13 62 75

% within rokok_baru1 17.3% 82.7% 100.0%

1-11 batang Count 8 16 24

% within rokok_baru1 33.3% 66.7% 100.0%

0 batang Count 12 18 30

% within rokok_baru1 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within rokok_baru1 25.6% 74.4% 100.0%

Page 143: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

127

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 6.714a 2 .035

Likelihood Ratio 6.604 2 .037

Linear-by-Linear Association 6.449 1 .011

N of Valid Cases 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 6,14.

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a rokok 4.148 2 .126

rokok(1) .976 .635 2.361 1 .124 2.653 .764 9.211

rokok(2) .116 .759 .023 1 .879 1.122 .253 4.972

Constant .336 .586 .330 1 .566 1.400

a. Variable(s) entered on step 1: rokok.

4. Konsumsi alkohol

alkohol * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

alkohol Ya Count 2 5 7

% within alkohol 28.6% 71.4% 100.0%

Pernah Count 7 39 46

% within alkohol 15.2% 84.8% 100.0%

Tidak Pernah Count 24 52 76

% within alkohol 31.6% 68.4% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within alkohol 25.6% 74.4% 100.0%

Page 144: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

128

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.064a 2 .131

Likelihood Ratio 4.301 2 .116

Linear-by-Linear Association 2.139 1 .144

N of Valid Cases 129

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,79.

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a alkohol 3.904 2 .142

alkohol(1) .143 .872 .027 1 .870 1.154 .209 6.377

alkohol(2) .944 .479 3.889 1 .049 2.571 1.006 6.574

Constant .773 .247 9.817 1 .002 2.167

a. Variable(s) entered on step 1: alkohol.

5. Konsumsi kopi

kopi_baru1 * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

kopi_baru1 >4 cangkir/hari Count 2 9 11

% within kopi_baru1 18.2% 81.8% 100.0%

1-3 cangkir/hari Count 17 59 76

% within kopi_baru1 22.4% 77.6% 100.0%

0 cangkir/hari Count 14 28 42

% within kopi_baru1 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within kopi_baru1 25.6% 74.4% 100.0%

Page 145: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

129

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.054a 2 .358

Likelihood Ratio 2.016 2 .365

Linear-by-Linear Association 1.895 1 .169

N of Valid Cases 129

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2,81.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower

Up

per

Step 1a kopi_baru1 2.024 2 .363

kopi_baru1(1) .811 .847 .916 1 .339 2.250 .427 11.846

kopi_baru1(2) .551 .428 1.661 1 .197 1.735 .750 4.013

Constant .693 .327 4.484 1 .034 2.000

a. Variable(s) entered on step 1: kopi_baru1.

6. Konsumsi asin

makan_asinbaru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

makan_asinbaru >= median Count 21 58 79

% within makan_asinbaru 26.6% 73.4% 100.0%

< median Count 12 38 50

% within makan_asinbaru 24.0% 76.0% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within makan_asinbaru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 146: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

130

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .107a 1 .743

Continuity Correctionb .014 1 .904

Likelihood Ratio .108 1 .743

Fisher's Exact Test .837 .455

Linear-by-Linear Association .106 1 .744

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,79.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

makan_asinbaru (>= median

/ < median)

1.147 .506 2.600

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.108 .599 2.048

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .966 .787 1.185

N of Valid Cases 129

7. Konsumsi lemak

makan_lemakbaru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

makan_lemakbaru >= median Count 8 23 31

% within makan_lemakbaru 25.8% 74.2% 100.0%

< median Count 25 73 98

% within makan_lemakbaru 25.5% 74.5% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within makan_lemakbaru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 147: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

131

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .001a 1 .974

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .001 1 .974

Fisher's Exact Test 1.000 .573

Linear-by-Linear Association .001 1 .974

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,93.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

makan_lemakbaru (>=

median / < median)

1.016 .403 2.558

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.012 .509 2.009

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .996 .785 1.263

N of Valid Cases 129

8. Konsumsi buah

buah_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

buah_baru < median Count 11 53 64

% within buah_baru 17.2% 82.8% 100.0%

>= median Count 22 43 65

% within buah_baru 33.8% 66.2% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within buah_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 148: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

132

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.701a 1 .030

Continuity Correctionb 3.867 1 .049

Likelihood Ratio 4.774 1 .029

Fisher's Exact Test .043 .024

Linear-by-Linear Association 4.664 1 .031

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,37.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for buah_baru (<

median / >= median) .406 .177 .928

For cohort hipertensi_supir =

Ya .508 .269 .959

For cohort hipertensi_supir =

Tidak 1.252 1.018 1.539

N of Valid Cases 129

9. Konsumsi sayur

sayur_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

sayur_baru < median Count 7 28 35

% within sayur_baru 20.0% 80.0% 100.0%

>= median Count 26 68 94

% within sayur_baru 27.7% 72.3% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within sayur_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 149: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

133

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .786a 1 .375

Continuity Correctionb .435 1 .509

Likelihood Ratio .814 1 .367

Fisher's Exact Test .497 .258

Linear-by-Linear Association .780 1 .377

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,95.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for sayur_baru (<

median / >= median) .654 .255 1.680

For cohort hipertensi_supir =

Ya .723 .345 1.514

For cohort hipertensi_supir =

Tidak 1.106 .899 1.361

N of Valid Cases 129

10. IMT

IMT_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

IMT_baru >= 25 Count 23 43 66

% within IMT_baru 34.8% 65.2% 100.0%

< 25 Count 10 53 63

% within IMT_baru 15.9% 84.1% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within IMT_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 150: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

134

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.096a 1 .014

Continuity Correctionb 5.140 1 .023

Likelihood Ratio 6.236 1 .013

Fisher's Exact Test .016 .011

Linear-by-Linear Association 6.049 1 .014

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,12.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for IMT_baru (>=

25 / < 25) 2.835 1.218 6.595

For cohort hipertensi_supir =

Ya 2.195 1.138 4.236

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .774 .630 .952

N of Valid Cases 129

Page 151: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

135

11. Lama bekerja sebagai supir

lamakerja_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

lamakerja_baru >= mean (>=16 tahun) Count 17 35 52

% within lamakerja_baru 32.7% 67.3% 100.0%

< mean (<16 tahun) Count 16 61 77

% within lamakerja_baru 20.8% 79.2% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within lamakerja_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.314a 1 .128

Continuity Correctionb 1.730 1 .188

Likelihood Ratio 2.285 1 .131

Fisher's Exact Test .152 .095

Linear-by-Linear Association 2.296 1 .130

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,30.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 152: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

136

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

lamakerja_baru (>= mean

(>=16 tahun) / < mean (<16

tahun))

1.852 .833 4.118

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.573 .876 2.824

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .850 .681 1.060

N of Valid Cases 129

12. Lama mengemudi

lama_mengemudi * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

lama_mengemudi >= median (>=36 jam) Count 21 48 69

% within lama_mengemudi 30.4% 69.6% 100.0%

< median (<36 jam) Count 12 48 60

% within lama_mengemudi 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within lama_mengemudi 25.6% 74.4% 100.0%

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.836a 1 .175

Continuity Correctionb 1.328 1 .249

Likelihood Ratio 1.857 1 .173

Fisher's Exact Test .226 .124

Linear-by-Linear Association 1.821 1 .177

N of Valid Casesb 129

Page 153: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

137

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,35.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

lama_mengemudi (>=

median (>=36 jam) / <

median (<36 jam))

1.750 .775 3.951

For cohort hipertensi_supir =

Ya 1.522 .819 2.826

For cohort hipertensi_supir =

Tidak .870 .711 1.063

N of Valid Cases 129

13. Lama Tidur

tidur_baru * hipertensi_supir Crosstabulation

hipertensi_supir

Total Ya Tidak

tidur_baru < 6 jam Count 18 57 75

% within tidur_baru 24.0% 76.0% 100.0%

>= 6 jam Count 15 39 54

% within tidur_baru 27.8% 72.2% 100.0%

Total Count 33 96 129

% within tidur_baru 25.6% 74.4% 100.0%

Page 154: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

138

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .235a 1 .628

Continuity Correctionb .079 1 .779

Likelihood Ratio .234 1 .628

Fisher's Exact Test .685 .388

Linear-by-Linear Association .234 1 .629

N of Valid Casesb 129

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,81.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tidur_baru (<

6 jam / >= 6 jam) .821 .370 1.822

For cohort hipertensi_supir =

Ya .864 .479 1.557

For cohort hipertensi_supir =

Tidak 1.052 .854 1.296

N of Valid Cases 129

C. Analisis Multivariat

Model 1

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 22.855 8 .004

Block 22.855 8 .004

Model 22.855 8 .004

Page 155: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

139

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 123.853a .162 .239

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a lama_mengemudi .590 .486 1.472 1 .225 1.804 .696 4.678

riwayatkeluarga_

hipertensi .841 .553 2.313 1 .128 2.319 .784 6.853

lamakerja_baru -.199 .543 .135 1 .713 .819 .283 2.374

alkohol -.614 .437 1.971 1 .160 .541 .230 1.275

umur_baru .457 .518 .778 1 .378 1.579 .572 4.355

buah_baru -.925 .479 3.738 1 .053 .396 .155 1.013

rokok_baru1 -.605 .299 4.086 1 .043 .546 .304 .982

IMT_baru .825 .472 3.049 1 .081 2.282 .904 5.759

Constant 1.292 2.141 .364 1 .546 3.641

a. Variable(s) entered on step 1: lama_mengemudi, riwayatkeluarga_hipertensi, lamakerja_baru, alkohol,

umur_baru, buah_baru, rokok_baru1, IMT_baru.

Model 2

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 22.719 7 .002

Block 22.719 7 .002

Model 22.719 7 .002

Page 156: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

140

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 123.989a .161 .238

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a lama_menge

mudi .573 .484 1.401 1 .236 1.774 .687 4.579

riwayatkeluarg

a_hipertensi .821 .550 2.230 1 .135 2.273 .774 6.679

alkohol -.589 .430 1.880 1 .170 .555 .239 1.288

umur_baru .382 .476 .646 1 .422 1.466 .577 3.723

buah_baru -.914 .477 3.672 1 .055 .401 .157 1.021

rokok_baru1 -.567 .280 4.107 1 .043 .567 .328 .982

IMT_baru .825 .473 3.044 1 .081 2.281 .903 5.760

Constant 1.000 1.978 .255 1 .613 2.717

a. Variable(s) entered on step 1: lama_mengemudi, riwayatkeluarga_hipertensi, alkohol, umur_baru,

IMT_baru.

Model 3

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 22.071 6 .001

Block 22.071 6 .001

Model 22.071 6 .001

Page 157: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

141

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 124.636a .157 .231

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a lama_menge

mudi .590 .482 1.498 1 .221 1.804 .701 4.638

riwayatkeluarg

a_hipertensi .874 .543 2.585 1 .108 2.396 .826 6.950

alkohol -.678 .417 2.652 1 .103 .507 .224 1.148

buah_baru -.893 .473 3.571 1 .059 .409 .162 1.034

rokok_baru1 -.614 .274 5.015 1 .025 .541 .316 .926

IMT_baru .854 .469 3.319 1 .068 2.349 .937 5.886

Constant 1.683 1.785 .889 1 .346 5.382

a. Variable(s) entered on step 1: lama_mengemudi, riwayatkeluarga_hipertensi, alkohol, buah_baru, rokok_baru1,

IMT_baru.

Model 4

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.542 5 .001

Block 20.542 5 .001

Model 20.542 5 .001

Page 158: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

142

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 126.165a .147 .217

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a riwayatkeluarg

a_hipertensi .978 .534 3.351 1 .067 2.659 .933 7.575

alkohol -.629 .413 2.322 1 .128 .533 .237 1.197

buah_baru -.803 .464 3.002 1 .083 .448 .180 1.111

rokok_baru1 -.576 .269 4.578 1 .032 .562 .331 .953

IMT_baru .985 .458 4.630 1 .031 2.678 1.092 6.571

Constant 1.828 1.765 1.073 1 .300 6.222

a. Variable(s) entered on step 1: riwayatkeluarga_hipertensi, alkohol, buah_baru, rokok_baru1, IMT_baru.

Model 5

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 18.022 4 .001

Block 18.022 4 .001

Model 18.022 4 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 128.686a .130 .192

Page 159: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

143

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a riwayatkeluarg

a_hipertensi .975 .532 3.365 1 .067 2.652 .935 7.519

buah_baru -.706 .452 2.438 1 .118 .494 .203 1.198

rokok_baru1 -.590 .267 4.869 1 .027 .554 .328 .936

IMT_baru .982 .453 4.709 1 .030 2.671 1.100 6.485

Constant .074 1.334 .003 1 .956 1.077

a. Variable(s) entered on step 1: riwayatkeluarga_hipertensi, buah_baru, rokok_baru1,

IMT_baru.

Model 6

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 16.847 4 .002

Block 16.847 4 .002

Model 16.847 4 .002

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 129.860a .122 .180

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Page 160: DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36711/1/DZUL FARIDAH... · DETERMINAN HIPERTENSI PADA SUPIR BUS AKAP (ANTAR

144

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a riwayatkeluarga_hipertensi 1.227 .543 5.108 1 .024 3.412 1.177 9.889

rokok_baru1 7.657 2 .022

rokok_baru1(1) 1.339 .536 6.249 1 .012 3.816 1.335 10.907

rokok_baru1(2) .055 .596 .008 1 .927 1.056 .328 3.398

IMT_baru .987 .451 4.787 1 .029 2.683 1.108 6.494

Constant -3.202 1.266 6.394 1 .011 .041

a. Variable(s) entered on step 1: riwayatkeluarga_hipertensi, rokok_baru1, IMT_baru.