Deteksi Senyawa Cannabinol Dalam Urine Dengan Metode Gas Chromatography
-
Upload
arga-cpeciial-waan -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
description
Transcript of Deteksi Senyawa Cannabinol Dalam Urine Dengan Metode Gas Chromatography
DETEKSI SENYAWA CANNABINOL DALAM URINE DENGAN
METODE GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat dari India diberi nama
oleh Linnaeus (1953), yaitu Cannabis sativa, sedangkan marijuana (marihuana)
berasal dari bahasa Spanyol Meksiko (Satya,2004). Zat aktif dari ganja adalah
THC (Tetra-Hydro-Cannabinol) yang banyak terdapat di daun, batang, dan bunga.
THC dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang
berkepanjangan tanpa sebab). Nama sebutan ganja dalam pergaulan di lingkungan
Bandar dan pemakai adalah cimeng, mariyuana, rumput, bunga, ikat, labang, atau
jayus (Subagyo, )
Cannabinol adalah produk turunan dari THC. Pertama ditemukan ilmuwan
pada tahun 1896. Senyawa cannabinol ditemukan dapat membantu proses tidur,
mengurangi rasa sakit maupun keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit Lou
Gehrig), meningkatkan nafsu makan, dan menghentikan penyebaran residu obat-
obat tertentu.
Ganja memberikan rasa tenang, rileks, lupa masalah-masalah yang pelik,
mengantuk, logika berpkir berkurang sehingga mudah diajak melakukan hal-hal
buruk. Efek lainnya adalah makan dengan lahap, mudah tergelincir, bengong,
4
5
berkhayal (halusinasi). Bentuk ganja yang sering dipakai adalah daun kering
sebagai “tembakau”; budha stick, dibentuk jadi batang; minyak ganja (hasis)
(subagyo, )
1.2 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja.
2. Mampu menerapkan teori ilmu kimia dalam dunia kerja.
3. Mampu menganalisis kandungan jenis cannabinol dalam urin di
Laboratorium Forensik cabang Semarang.
1.3 Manfaat
Melalui Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman bagi mahasiswa dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai zat kimia yang terkandung di dalam narkoba yang mempunyai efek
terhadap sistem kerja tubuh yang tidak normal, sehingga diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya penggunaan narkoba
bagi tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Narkoba
Narkoba (singkatan dari narkotika dan obat / bahan berbahaya) adalah
bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum,
6
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan,
dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik
dan psikologis. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Semua istilah ini, baik narkoba atau napza, mengacu pada sekelompok zat
yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar
kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar
batas dosis (Wulansari, 2006).
2. Narkotika
Narkotika menurut istilah berasal dari kata “narkose” yang artinya membius,
namun demikian narkotika bukan obat bius. Dalam klinik narkotika digunakan
untuk analgetik dan antitutif (penekan batuk). Menurut UU no 22, tahun 1997
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Seiring berjalannya waktu
keberadaan narkotika bukan hanya sebagai penyembuh namun justru
menghancurkan. Awalnya narkotika masih digunakan sesekali dalam dosis kecil
dan tentu saja dampaknya tak terlalu berarti. Namun perubahan jaman dan
7
mobilitas kehidupan membuat narkotika menjadi bagian dari gaya hidup, dari
yang tadinya hanya sekedar perangkat medis, kini narkotika mulai tenar
digaungkan sebagai dewa dunia, penghilang rasa sakit.
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif
sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh :
ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya,
benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan
turunannya (Martono, 2006).
3. Ganja
Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat dari India diberi nama
oleh Linnaeus (1953), yaitu Cannabis sativa, sedangkan marijuana (marihuana)
berasal dari bahasa Spanyol Meksiko (Satya,2004). Zat aktif dari ganja adalah
THC (Tetra-Hydro-Cannabinol) yang banyak terdapat di daun, batang, dan bunga.
THC dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang
berkepanjangan tanpa sebab). Nama sebutan ganja dalam pergaulan di lingkungan
8
Bandar dan pemakai adalah cimeng, mariyuana, rumput, bunga, ikat, labang, atau
jayus (Subagyo, ).
Ganja hadir dalam berbagai bentuk. Ganja adalah tembakau hijau-seperti
campuran daun. Hasis dan minyak hasis adalah bentuk yang lebih kuat
dampaknya dari ganja. Hasis adalah hasil lelehan dari tanaman yang dijual dalam
bentuk minyak atau blok kecil hasil pemadatan. Ganja mempunyai beberapa nama
populer seperti dele, daun, cimeng, Pot, Weed, dan lain-lain. Tanaman semusim
ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan
betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam
dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan
ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika
Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas.
Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan
terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara
berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva
menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan
9
dengan cara menghisap hashish melalui pipa chilam/chillum, dan dengan
meminum bhang.
Terdapat lebih dari 400 senyawa cannabinoids yang terdapat pada sebuah
pohon ganja. Beberapa diantara senyawa tidak beracun tersebut terbukti mampu
mengobati kanker, mengurangi kecenderungan psikotik pasien schizophrenia dan
mengobati berbagai penyakit kronis lainnya. Senyawa-senyawa berkhasiat medis
tersebut diantaranya seperti cannabidiol (CBD), cannabinol (CBN),
cannabichromene (CBC), cannabigerol (CBG) dan tetrahydrocannabivarin
(THCV).
Cannabinol adalah produk turunan dari THC. Pertama ditemukan ilmuwan
pada tahun 1896. Senyawa cannabinol ditemukan dapat membantu proses tidur,
mengurangi rasa sakit maupun keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit Lou
10
Gehrig), meningkatkan nafsu makan, dan menghentikan penyebaran residu obat-
obat tertentu.
Ganja memberikan rasa tenang, rileks, lupa masalah-masalah yang pelik,
mengantuk, logika berpkir berkurang sehingga mudah diajak melakukan hal-hal
buruk. Efek lainnya adalah makan dengan lahap, mudah tergelincir, bengong,
11
berkhayal (halusinasi). Bentuk ganja yang sering dipakai adalah daun kering
sebagai “tembakau”; budha stick, dibentuk jadi batang; minyak ganja (hasis)
(subagyo, )
Cara kerja ganja adalah asap yang mengandung ganja masuk ke paru-paru.
Di dalam paru-paru, asap diserap oleh darah, kemudian dibawa ke jantung. Dari
jantung, asap ganja kemudian beredar ke seluruh tubuh, termasuk otak sehingga
terjadi on.
Seseorang dikatakan overdosis bila dosis pemakaian terlalu banyak.
Akibatnya adalah sangat mengantuk sampai tertidur, pupil mengecil, denyut nadi
dan daya berpikir melemah, detak jantung melambat, tekanan darah turun,
kesadaran turun, pingsan, koma, mati. Bila pecandu dipaksa berhenti memakai
ganja (atas kemauan sendiri maupun orang lain), ia akan mengalami sakaw atau
withdrawal effect. Gejalanya adalah keluarnya keringat dingin, pkiran kacau,
mudah tersinggung, pupil melebar, jantung berdebar-debar, sulit tidur, hilang
nafsu makan.
Ciri-ciri orang yang sedang memakai ganja adalah pupil matanya
mengecil, mata kemerahan dan berair, mulut dan kerongkongan terasa kering
sehingga sering minum dan akibatnya sering kencing. Kewaspadaan dan perhatian
terdapat hal yang ada di sekelilingnya menurun. Reaksi otak, pikiran, perasaan,
dan fisik menurun. Sikapnya apatis, bicara cadel, asosial, malas makan, malas
mandi, kurus, sering sakit.
4. Dampak Ganja Bagi Tubuh
12
Dampak ganja bagi tubuh ada 2 macam, yaitu dampak secara langsung dan
dampak secara jangka panjang.
Dampak langsung dari ganja
Ganja mempengaruhi penggunanya dengan cara yang berbeda. Beberapa
orang mengalami reaksi lebih kuat dari yang lain. Reaksi paling umum yang
ditimbulkan oleh ganja adalah kejang-kejang dan mabuk. Ada beberapa efek lain
seperti:
Paranoid.
Muntah-muntah.
Kehilangan koordinasi.
Kebingungan.
Meningkatkan nafsu makan.
Mata merah.
Halusinasi.
Dampak jangka panjang
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada beberapa dampak yang lebih
serius jika ganja dikonsumsi secara rutin. Beberapa efek diantaranya adalah:
Beresiko tinggi terhadap bronkitis, kanker paru-paru dan gangguan
pernafasan (ganja berdampak dua kali lebih berat daripada tar dari
rokok).
Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, kehilangan tenaga,
kebosanan.
13
Mengganggu daya ingat jangka pendek, pemikiran logis dan
koordinasi.
Mengganggu gairah seksual.
Mengurangi jumlah sperma/periode menstruasi yang tidak teratur.
Perilaku gangguan mental hebat.
Merusak sistem kekebalan tubuh.
5. Urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan. Warna kuning
muda urin berasal dari zat warna empedu.
Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia.
pH urin berkisar antara 4,8 – 7,4. Secara kimiawi kandungan zat
dalan urin diantaranya adalah air, urea, asam urat, amonia, kreatinin, asam laktat,
asam fosfat, asam sulfat, dan asam klorida. Selain itu terdapat pula garam dapur,
zat-zat yang berlebihan dalam darah, misalnya vitamin C dan obat-obatan
(Sumardjo, 2008).
6. GC
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang
digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa
yang dapat menguap tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian
14
kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran
(jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan
dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert,
sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer
ataupun larutan. Adapun gambaran umum dari GC adalah sebagai berikut :
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi deferensial diantara dua fasa mengacu pada beberapa sifat
komponen sampel, yaitu
Melarut dalam cairan
Melekat pada permukaan padatan hal
Bereaksi secara kimia
Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,
yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel.
Pada prinsipnya pemisahan dalam GC adalah disisebabkan oleh perbedaan
dalam kemampuan distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam di dalam
kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.
15
JENIS DAN MACAM ALAT GC
Kromatografi gas terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan dengan
mekanisme pemisahan partisi, yaitu:
Kromatografi gas–cair (KGC),
fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung
sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen cuplikan
didasarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa diam).
Kromatografi gas-padat (KGP)
fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Pada
kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas fenomena
adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam). Namun KGP jarang digunakan
sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat ini adalah KGC.
KOMPONEN ALAT GC
Gas Pengangkut
Gas pengangkut/ pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam silinder
bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan
ini sangat besar untuk digunakan secara Iansung. Gas pengangkut harus
memenuhi persyaratan :
a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan
material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor.
d. Harus mengurangi difusi gas.
16
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar,
tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang
digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran
dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada pengukur kecepatan
aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan pengotor gas
lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas diatur melalui pengatur tekanan dua
tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatur halus (fine)
pada kromatografi. Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan dari tabung
gas) diatur pada 10-50 psi (di atas tekanan ruangan) untuk memungkinkan aliran
gas 25-150 mL/menit pada kolom terpaket dan 1-25 mL/menit untuk kolom
kapiler.
Tempat injeksi ( injection port)
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan
uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan
alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu
ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih
17
campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita
tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan maka kita harus mencoba-
coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-
puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan pertama
terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi,
sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari
senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi
yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu
banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan
pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan 0,2 - 20 ml untuk
cairan seperti pada gambar di bawah.
Kolom
18
Coulom, ada dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang pertama
adalah kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari gelas atau steinstless
berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Kolom ini memiliki ukuran
panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4 nm.
Yang kedua adalah kolom kapiler, yang biasanya terbuat dari silica
dengan lapisan poliamida. Kolom jenis ini biasanya memiliki ukuran panjang 20-
26 m dengan diameter yang sangant kecil
Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan
pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari
senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke
rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
19
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
Detector, yang paling umum digunakan dalam GC adalah detector ionisasi
nyala (FID) dan detector kondutivitas termal (TCD). Kedunya peka terhadap
berbagai komponen dan dapat berfungsi pada berbagai konsentrasi. Sementara
TCD pada dasarnya universal dan dapat digunakan untuk mendeteksi setiap
komponen selain gas pembawa (selama konduktivitas mereka berbeda dari gas
pembawa, suhu detektor),dalam jumlah besar sensitif terutama untuk
hidrokarbon. Sedangkan FID tidak dapat mendeteksi air. TCD adalah detector
non-destruktif, sedangkan FID adalah detector destruktif. Biasanya detector ini
akan dihubungkan dengan Spektrokopi Masa, sehingga akan menjadi rangkaian
alat GC-MS. Adapun salah satu bentuk dari FID adalah sebagai berikut :
Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus
diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan
20
fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa
mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah.
Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang
diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis
kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal
analitik yang dihasilkan detektor disambungkan oleh rangkaian elektronik agar
bisa diolah oleh rekorder atau sistem data.
Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan
tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal
keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika
keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram
berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis
detektor yang digunakan.
Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas.
Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis selektivitas. Detektor
non selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa, Detektor selektif
meresponi berbagai senyawa dengan sifat fisik atau kimia umum dan detektor
khusus menanggapi suatu senyawa kimia tunggal. Detektor juga dapat
dikelompokkan ke dalam concentration dependant detectors and mass flow
dependant detectors.
21
Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan konsentrasi
zat terlarut dalam detektor, dan biasanya Pengenceran sampel akan menurunkan
respon detektor. Mass flow dependant detectors biasanya menghancurkan sampel,
dan sinyal tersebut tergantung dengan laju di mana molekul-molekul zat terlarut
menuju ke detektor.
PROSEDUR DAN CARA PENGGUNAAN GC
Mengaktifkan GC
1. Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
2. Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
- Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
- Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas
(FID)
- Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
- Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
3. Aktifkan computer.
4. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di
sisi kiri bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira
2 menit).
5. Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
6. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode)
Method “Method and Run Control” pilih metode yang diinginkan.
22
7. Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu
20oC dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi
tidak diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag
column.
8. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan
untuk analisa (Method and Run Control)
Analisis Sampel
1. Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control
Name, Sub Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan
tanggal hari ini), Nama Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
2. Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui :
Sequence Isi Operator Name, Sub Directory (untuk memudahkan
Parameter pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Pastikan Data file
Prefix/Counter, Nama Signal, Counter.
Sequence Table :
3. Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime
Checklist : Sequence
- Location : isikan lokasi vial sampel
- Sample Name : sampel yang akan dianalisa
- Method Name : method yang digunakan untuk analisa
- Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
- Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
- Injector : Front atau Back
23
- Sample Info : apabila diperlukan
Save Sequence
4. Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada
display GC : Ready for Injection dan lampu indicator “not ready” (warna
merah) pada panel GC off.
Run Sequence.
5. Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
6. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak
secara otomatis.
Kalibrasi Standar
1. Setelah selesai “running” standard, pada menu View klik menu Data
Analysis, double click Data yang diinginkan.
2. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
3. Bila pada data yang dipilih terdapat “peak” yang tidak dikehendaki
(Auto Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi
nilai parameter yang cocok, klik Yes.
4. Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama
”Auto Calibration Table Concentrasi” masing-masing compound, klik
Yes.
5. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace,
bila ada waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
6. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
7. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report
24
Mematikan GC
1. Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
2. Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet, dan Detector berada pada suhu
dibawah 50 0C.
3. Close software Chemstation : File
4. Tekan tombol Off (matikan GC)
5. Matikan UPS jika ada
6. Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2),
dan Compress Air.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Pengujian urin yang diduga mengandung ganja (cannabinol) dilakukan di
Laboratorium Forensik Cabang Semarang. Metode yang digunakan untuk
pengujian urin yang diduga mengandung ganja (cannabinol) menggunakan
metode exterlut yang dilanjutkan dengan metode GC.
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan Analisis ganja pada Urin
1. Urin
2. NaOH
3. Kloroform
25
4. Metanol
3.1.2 Alat
1. Serangkaian alat Gas Chromatografi
2. Gelas Ukur
3. Exterlut
4. Pipet Tetes
5. Tabung vial
6. pH meter universal
7. Pengering (Dryer)
3.2 Cara kerja Analisis ganja pada Urin
1. Urin ditambah larutan NaOH 10 tetes (pH = 9)
2. Larutan di atas dimasukkan dalam alat exterlut sedikit demi sedikit,
lalu ditambah dengan kloroform
3. Larutan ditampung dalam tabung lalu dikeringkan menggunakan
pengering (Dryer)
4. Tabung yang sudah kering dibilas dengan metanol
5. Lalu diinjekan pada GC.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Urin yang biasa datang pada Laboratorium Forensik cabang Semarang
merupakan urin seseorang yang diduga menggunakan barang terlarang. Urin
tersebut perlu dilakukan preparasi terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis.
Preparasi urin diawali dengan penambahan 10 tetes larutan NaOH agar pH
= 9. Setelah itu urin dimasukkan dalam alat exterlut dengan penambahan
kloroform. Larutan yang keluar ditampung pada tabung vial kemudian
dikeringkan menggunakan pengering (dryer). Hal ini bertujuan untuk
menguapkan larutan kloroform sehingga akan diperoleh lapisan urin yang diduga
masih mengandung ganja. Selanjutnya lapisan urin yang mengandung ganja
ditambahkan metanol yang berfungsi sebagai pelarut. Larutan kloroform yang
telah menguap akan menyebabkan lapisan urin berbentuk seperti kerak sehingga
perlu adanya penambahan metanol untuk melarutkan lapisan urin tersebut. Hal ini
untuk memudahkan dalam penginjeksian lapisan urin yang mengandung ganja ke
Gas Chromatography.
Setelah sampel diinjeksikan ke dalam Gas Chromatography didapatkan
hasil berupa output analisis yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
27
Analisis senyawa yang terkandung di dalam urin dengan menggunakan
instrumen Gas Chromatography. Gas Chromatography (GC) dihidupkan untuk
memanaskan kondisi alat dan memprogram suhunya. Gas pembawa dialirkan
keseluruh bagian instrumen tersebut agar semua bagian jenuh dengan gas
pembawa. Gas pembawa yang digunakan dalam hal ini adalah Helium (He),
karena gas ini bersifat inert, murni, tidak mudah terbakar dan mempunyai
konduktifitas panas yang tinggi (Hendayana, 2006). Proses operasional urin pada
Gas Chromatography (GC) dengan menginjeksikan 1 μl sampel dengan shiring.
Pengaturan suhu injektor diatur 250 0C untuk mengubah sampel dari fase cair
menjadi fase gas, suhu kolom diprogram pada suhu 150-255 0C (tiap 1 menit
dinaikkan 5 0C), agar pemisahan terjadi secara optimum serta untuk mencegah
terjadinya kerusakan komponen dalam kolom (Hendayana, 2006).
28
Jenis kolom yang digunakan adalah MS (molecular sieve) 5A berbentuk
sintetik zeolit untuk pemisahan gas (oksigen, metana, karbon monoksida) dan gas
inert (helium, argon, neon dan xenon) yang berkualitas tinggi sehingga dapat
menghasilkan peak kolom yang mempunyai optimasi tinggi. MS 5A mempunyai
daya tahan lebih besar sehingga dapat mempercepat proses pemisahan dalam gas
inert. Kolom ini dapat memisahkan sampel dengan kecepatan 21 ml/menit, di
dalam kolom ini terjadi proses pemisahan senyawa-senyawa dalam cuplikan
berdasarkan prinsip “like dissolve like” senyawa-senyawa yang bersifat sama akan
tertahan lebih lama, sedangkan untuk senyawa-senyawa yang sifatnya berbeda
dengan kolom akan diteruskan menuju detektor dan memiliki retensi yang lebih
singkat. Suhu detektor diprogram pada suhu 250 0C untuk mencegah terjadinya
kondensasi dari cuplikan setelah keluar dari kolom. Detektor yang digunakan
adalah thermal conductivity detector (TCD). Semakin besar daya hantar panas
semakin cepat pula panas dipindahkan. Detektor ini terdiri dari filamen panas
tungstenrhenium yang ditempatkan pada aliran gas yang datang dari arah kolom
(Hendayana, 2006).
Pada hasil gambar diketahui bahwa kandungan urin yang telah dianalisis
mengandung banyak senyawa (muncul banyak peak). Maka untuk mengetahui
positif ganja atau tidak menggunakan peak pembanding yang berasal dari ganja
murni. Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa sampel urin yang diuji
menggunakan GC menunjukkan hasil positif mengandung “GANJA”.