DESAIN SOFT SKILLS PEMBELAJARAN MATEMATIKA …digilib.unila.ac.id/54740/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of DESAIN SOFT SKILLS PEMBELAJARAN MATEMATIKA …digilib.unila.ac.id/54740/3/TESIS TANPA BAB...
DESAIN SOFT SKILLS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASISMODEL GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Tesis)
Oleh
YULIANTO1623021008
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
DESAIN SOFT SKILLS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASISMODEL GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
Oleh
YULIANTO
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan desain soft skillspembelajaran matematika berbasis model generatif yang dapat meningkatkankemampuan komunikasi matematis siswa dan mengetahui keefektifanya.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengadaptasi modelBorg dan Gall. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 BungaMayang tahun pelajaran 2017/2018. Teknik pengumpulan data menggunakanteknik observasi, angket dan tes. Desain divalidasi oleh ahli desain pembelajaran,sedangkan perangkat pembelajaran divalidasi ahli materi, ahli media serta praktisipendidikan. Selanjutnya desain direvisi sesuai dengan pendapat ahli. Hasilpenelitian menunjukkan desain yang diuji coba lapangan pada kelas eksperimenlebih efektif dari pada pembelajaran konvesional yang diterapkan pada kelaskontrol. Disimpulkan bahwa (1) desain soft skills pembelajaran matematikaberbasis model generatif memiliki kriteria valid dan dikategorikan sangat baik, (2)desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif efektif dalammeningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kata kunci : soft skills, generatif, komunikasi matematis.
ABSTRACT
DESIGN OF MATHEMATICS LEARNING SOFT SKILLS BASEDON GENERATIVE MODELS TO IMPROVE STUDENTS'
MATHEMATICAL COMMUNICATION SKILLS
By
YULIANTO
This development research aims to produce a design of mathematics learning softskills based on generative models that can improve students' mathematicalcommunication skills and know the effectiveness. The research procedures carriedout include research and information collecting, planning, developing preliminaryfrom of products, preliminary field testing, main product revision, main field tests,and operational product revision. Data collection techniques using observation,interviews, and tests. The design is validated by learning design experts, whilelearning devices are validated by material experts, media experts and educationpractitioners. Furthermore the design was revised in accordance with expertopinion. The research subjects were VIII grade students of SMP Negeri 2 BungaMayang in the academic year of 2017/2018. The results showed that (1) thedesign of mathematics learning soft skills based on generative models had validcriteria and was categorized as very good, (2) the design of mathematics learningsoft skills based on generative models was effective in improving students'mathematical communication skills.
Keywords: soft skills, generative, mathematical communication.
DESAIN SOFT SKILLS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASISMODEL GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
Oleh
YULIANTO1623021008
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yulianto, dilahirkan pada tanggal 05 Juli 1989 di Dwi Jaya
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan. Anak
kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Warsito dan Ibu
Harsini. Mengenai pendidikan yang ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Dwi Jaya Kecamatan Tugu Mulyo
Kabupaten Musi Rawas Tahun Pelajaran 1995 s/d 2001.
2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Ma’arif NU Tugu Mulyo Kabupaten
Musi Rawas Tahun Pelajaran 2001 s/d 2004.
3. Pendidikan Madrasah Aliyah Al-Muhajirin Tugu Mulyo Kabupaten Musi
Rawas Tahun Pelajaran 2004 s/s 2007.
4. Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Persatuan Guru
Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuk Linggau Tahun Pelajaran 2008 s/d
2013.
5. Mahasiswa di Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung
pada tahun 2016.
MOTTO
”Hidup tanpa harapan adalah sebuah kemustahilan”
-Yulianto-
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur atas limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, karya ini
penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Warsito dan Ibunda Harsini tercinta sebagai ungkapan rasa hormat,
bangga dan syukur atas segala kasih sayang, bimbingan, motivasi, dan doa.
Semoga selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Kakanda sekeluarga yang selalu mendukung selama ini.
3. Sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan semangat.
4. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayah-Nya dapat diselesaikanya Tesis dengan judul ” Desain Soft Skills
Pembelajaran Matematika Berbasis Model Generatif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikanya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang
tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing I dan ketua Program Studi Magister Pendidikan
Matematika yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing
memberikan perhatian, dan motivasi selama penyusunan tesis sehingga
menjadi lebih baik.
2. Ibu Dr. Asmiati, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberi bimbingan, sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan tesis, sehingga tesis ini
menjadi lebih baik.
3. Bapak Dr. Budi Koestoro, M.Pd., selaku dosen penguji I yang telah memberi
masukan, kritik, dan saran kepada penulis serta memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku dosen penguji II dan ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam yang telah memberi masukan,
kritik, dan saran kepada penulis serta memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Suharsono S, M.Sc., Ph.D., selaku validator ahli materi pada perangkat
pembelajaran yang telah memberikan penilaian dan saran berbaikan.
6. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M.Pd., selaku validator ahli desain pembelajaran pada
buku dan desain model pembelajaran yang telah memberikan penilaian dan
saran perbaikan.
7. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd., selaku validator ahli media pada
LKPD dalam penelitian yang telah memberi banyak masukan dan saran.
8. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung, beserta staf dan jajaranya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis.
9. Bapak Prof. Drs. Mustofa., MA., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung, beserta staf dan jajaranya yaang telah memberikan
perhatian dan arahan dalam menyelesaikan tesis.
10. Bapak ibu Dosen Magister Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruanan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada
penulis.
11. Bapak Suparjo, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Bunga Mayang
beserta wakil, staf, dan karyawan yang telah memberi kemudahan selama
penelitian.
12. Ibu Sherly Devi, S.Pd., dan Ibu Susilawarni, S.Pd., selaku guru mitra yang
telah membantu dalam penelitian.
13. Siswa/siswi kelas VIII dan IX SMP Negeri 2 Bunga Mayang tahun pelajaran
2017/2018, atas semangat dan kerjasamanya.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga tesis
ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 28 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xix
I . PENDAHULUAN .................................................................................. 1A. Latar Belakang ................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9A. Pembelajaran Matematika ................................................................ 9B. Pengembangan Model Pembelajaran ............................................... 12C. Model Pembelajaran Generatif ......................................................... 15D. Soft skills pembelajaran..................................................................... 22E. Efektivitas Pembelajaran .................................................................. 26F. Komunikasi Matematis ................................................................... 27G. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 31H. Definisi Operasional ........................................................................ 33I. Kerangka Berpikir ............................................................................ 34J. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 36
III. METODE PENELITIAN........................................................................ 38A. Jenis Penelitian.................................................................................. 38B. Subjek Penelitian .............................................................................. 39C. Prosedur Penelitian .......................................................................... 39D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 44E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 53
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 59A. Hasil Penelitian ................................................................................ 59B. Pembahasan ...................................................................................... 87
IV. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 100A. Simpulan .......................................................................................... 100B. Saran ................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103
LAMPIRAN.................................................................................................. 107
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Penerapan Model Pembelajaran Generatif dalam Kelas ......... 21
3.1 Desain Uji Lapangan .............................................................................. 43
3.2 Kisi-Kisi Penilaian Desain dan Model Pembelajaran ............................ 45
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media ........................... 47
3.4 Aspek Penilaian Skor Komunikasi Matematis ....................................... 48
3.5 Interprestasi Nilai Validitas .................................................................... 49
3.6 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ............. 49
3.7 Interprestasi Nilai Daya Pembeda .......................................................... 50
3.8 Daya Pembeda Butir Soal ...................................................................... 51
3.9 Interprestasi Indeks Kesukaran .............................................................. 51
3.10 Indeks Kesukaran Butir Soal ................................................................ 52
3.11 Koefisien Korelasi dan Interprestasi Reliabilitas ................................. 53
3.12 Kriteria Tingkat Kevalidan .................................................................. 55
3.13 Nilai Rata-Rata N-Gain dan Klasifikasinya ......................................... 58
4.1 Skor Validasi Ahli Materi ...................................................................... 69
4.2 Skor Respon Praktisi .............................................................................. 70
4.3 Sintak Pembelajaran Sebelum Revisi .................................................... 72
4.4 Sintak Pembelajaran Sesudah Revisi ..................................................... 73
4.5 Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Awal .................................... 82
4.6 Rekapitulasi Hasil Homogenitas Kemampuan Awal ............................. 82
4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kemampuan Akhir .......................... 83
4.8 Rekapitulasi Hasil Homogenitas Kemampuan Akhir ............................ 83
4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Independent Sampel T-Test .......... 84
4.10 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Akhir Pembelajaran ............................... 85
4.11 Indeks N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ................ 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 RPP Setelah Revisi Penambahan Instrumen Penilaian .......................... 74
4.2 LKPD 2 Sebelum Revisi Ahli Materi .................................................... 75
4.3 LKPD 2 Sesudah Revisi Ahli Materi ..................................................... 75
4.4 LKPD 4 Sebelum Revisi Ahli Materi .................................................... 76
4.5 LKPD 4 Sesudah Revisi Ahli Materi ..................................................... 76
4.6 Sampul LKPD Sebelum dan Sesudah Revisi Media ............................. 77
4.7 LKPD Sebelum dan Sesudah Revisi Ahli Media ................................... 78
4.8 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ............. 81
4.9 Sampul Buku Desain ............................................................................. 87
4.10 Siswa Melakukan Kegiatan Soft Skills Pembelajaran Matematika ...... 90
4.11 Siswa Bekerja Sama Dalam Kelompok ............................................... 91
4.12 Siswa Bekerjasama Mengerjakan Tugas LKPD ................................... 93
4.13 Siswa Mengungkapkan Pertanyaan ..................................................... 94
4.14 Siswa Antusias dalam Diskusi Kelompok ........................................... 95
4.15 Perwakilan Siswa Mengungkapkan Ide dan Gagasan di Depan Kelas .. 96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN BUKU DESAIN
A1. Buku Desain Soft Skills Pembelajaran Matematika Berbasis ModelGeneratif Untuk Meningkatkan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa ............................................................................ 107
A2. Silabus ............................................................................................ 149
A3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................................... 159
A4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).............................................. 188
B. INSTRUMEN PENELITIAN
B1. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematis .................... 225
B2. Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ..................................... 227
B3. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Komunikasi Metematis ........... 228
B4. Analisis Uji Reliabilitas Butir Soal . ............................................... 231
B5. Analisis Uji Validasi Buti Soal ....................................................... 232
B6. Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal ............................................ 233
B7. Analisi Uji Pembeda Butir Soal ..................................................... 234
C. ANALISIS DATA
C1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa .................................................... 235
C2. Normalitas Data Pretes dan Postest ................................................ 240
C3. Homogenitas Data Pretes dan Posttest ........................................... 241
C4. Uji Independent T-Test .................................................................... 242
C5. Analisis Validasi Pengembangan Desain Soft Skills PembelajaranMatematika Berbasis Model Generatif Untuk MeningkatkanKemampuan Komunikasi Matematis Siswa .................................. 243
C6. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli Materi ........ 244
C7. Analisis Validasi LKPD Oleh Ahli Media ..................................... 248
C8. Analisis Validasi Praktisi ................................................................ 249
C9. Analisis N-Gain .............................................................................. 254
D. LEMBAR PENILAIAN VALIDASI AHLI
D1. Lembar Penilaian Validasi Ahli Desain dan ModelPembelajaran................................................................................... 256
D2. Lembar Penilaian Validasi Silabus Ahli Materi ............................ 259
D3. Lembar Penilaian Validasi RPP Ahli Materi .................................. 263
D4. Lembar Penilaian Validasi LKPD Ahli Materi ............................. 267
D5. Lembar Penilaian Validasi LKPD Ahli Media ............................. 274
D6. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran........................... 281
D7. Lembar Penilaian Validasi Praktisi ............................................... 284
D8. Lembar Penilaian validasi Ahli Soal Kemampuan KomunikasiMatematis ....................................................................................... 296
E. LAIN-LAINE1. Surat Izin Penalitian Pendahuluan .................................................. 299
E2. Surat Izin Penelitian ....................................................................... 300
E3. Surat Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 301
E4. Berita Acara Seminar Proposal ....................................................... 302
E5. Berita Acara Seminar Hasil Penelitian ........................................... 303
E6. Berita Acara Ujian Komprehensif (Tesis) ...................................... 304
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hak warga negara sebagai kebutuhan yang harus
terpenuhi. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengembangkan
sumberdaya manusia di era globalisasi. Era globalisasi saat ini kehidupan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Manusia
sangat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dan perubahan tersebut.
Seiring perkembangan zaman, persaingan antar individu juga semakin ketat.
Persaingan dalam keterampilan, berkarya, dan menciptakan inovasi baru yang
bermanfaat menjadi hal yang sangat penting dan harus dipersiapkan secara
maksimal bagi masing-masing individu. Individu yang siap berkompetensi di
dunia global dengan segala tantangan yang ada dapat dibentuk dan dipersiapkan
oleh dunia pendidikan.
Pendidikan adalah usaha secara sadar dan nyata yang dilakukan oleh setiap orang
untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimilikinya dengan cara mendorong
dan menfasilitasi kegiatan belajarnya untuk tujuan yang ingin dicapai. Mutu
pendidikan merupakan sebuah subtansi yang sangat penting untuk dikebangkan.
Pentingnya peningkatan mutu pendidikan termuat dalam amanat Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 fungsi
2
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuanya adalah
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan penerapan
Kurikulum 2013. Kurikulum ini menginstruksikan penerapan scientific approach
atau pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah
dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan scintific approch diharapkan siswa
memiliki kemampuan ilmiah (mengindentifikasi masalah, merumuskan hipotesis,
menguji hipotesis, menganalisis hasil, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan).
Penerapan kurikulum 2013 diharapkan dapat diterapkan di semua mata pelajaran
dalam pendidikan.
Matematika merupakan salah satu komponen penting dari serangkaian mata
pelajaran dalam pendidikan. Pentingnya pelajaran matematika termuat dalam
Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah bahwa matematika perlu diberikan kepada semua siswa
mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja
sama. Pentingnya matematika juga dikemukakan oleh National Research Council
(1989) yang menyatakan bahwa “Mathematics is the key to opportunity”. Artinya
matematika adalah kunci kearah keberhasilan. Selain itu matematika juga
digunakan di seluruh dunia dalam berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik,
3
kedokteran, dan ilmu sosial seperti ekonomi dan psikologi. Pentingnya ilmu
matematika dalam kehidupan menyebabkan pelajaran matematika diajarkan
disetiap jenjang pendidikan dalam sekolah.
Pentingnya pembelajaran matematika menuntut siswa untuk mampu menguasai
matematika dengan baik. Penguasaan matematika dapat dilihat dari prestasi atau
hasil belajar siswa yang di capai. Hasil belajar matematika yang baik akan
tercapai apabila pembelajaran di kelas benar-benar efektif.
Pembelajaran matematika saat ini cenderung belum mampu meningkatkan
kemampuan pengetahuan matematis, sikap, dan keterampilan siswa karena
mereka hanya menghafal rumus dan langkah-langkah pengerjaan soal tanpa
melibatkan potensi dalam diri yang optimal. Sepaham dengan hal tersebut
menurut Yamin (2012: 10) pembelajaran di sekolah kurang bermakna dan
diberikan secara klasikal melalui metode ceramah dengan konsep-konsep
matematika yang sulit dipahami tanpa banyak melihat kemampuan penerapan
metode yang lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang
tersedia.
Pembelajaran matematika menekankan pada siswa untuk aktif dan mampu
mengembangkan potensinya secara maksimal. Pembelajaran matematika harus
terpusat pada siswa, dimana siswa aktif membangun pengetahuan, sikap serta
keterampilan secara mandiri. Keberhasilan siswa dalam membangun pengetahuan,
sikap, serta keterampilan secara mandiri akan memberi makna yang mendalam
pada kemampuan matematis yang mereka miliki.
4
Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi permasalahan,
baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Salah satu kemampuan
matematis siswa yang sangat penting untuk dikembangkan adalah kemampuan
komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan
untuk menyampaikan sesuatu yang diketahui dengan merefleksikan, membuat,
menyampaikan, membaca, menyusun, dan menjelaskan tentang matematika.
Menurut BNSP tahun 2006, salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah
siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dalam pemecahan masalah.
Pentingnya kemampuan komunikasi matematis juga di nyatakan oleh NCTM
National Council of Teacher Mathematic (2000: 29) menyatakan bahwa salah satu
standar yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah
kemampuan komunikasi (communication).
Hasil temuan lapangan di SMP Negeri 2 Bunga Mayang diketahui bahwa prestasi
belajar matematika tergolong rendah. Terungkap bahwa hasil ulangan harian
siswa pada materi bangun ruang sisi datar terdapat kurang dari lima puluh persen
siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang
digunakan yaitu sebesar 70. Hal tersebut berarti, lebih dari setengah jumlah siswa
dalam ulangan harian dengan materi bangun ruang sisi datar belum mencapai
KKM. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya guru,
karakteristik siswa, media, bahan ajar, dan model pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap guru matematika dan siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Bunga Mayang diperoleh beberapa permasalahan yang
5
dihadapi guru dan siswa, yaitu (1) siswa masih sulit memahami materi yang
diajarkan. Mereka masih bingung menyatakan permasalahan dalam bahasa
matematika sehingga tidak memahami apa yang harusnya mereka selesaikan, (2)
masih kurangnya partisipasi aktif dari siswa terutama saat diminta menyampaikan
ide gagasan dan merumuskan pertanyaan, siswa lebih banyak diam dan hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, (3) siswa mudah menyerah ketika
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan, (4) guru cenderung
terfokus pada kemampuan hard skills (kemampuan akademik) sedangkan
perhatian pada kemampuan soft skills (kemampuan diuar akademik) siswa masih
kurang, ketika guru mengajar kurang memberi kesempatan siswa untuk
memberikan ide gagasan tentang konsep yang ditawarkan siswa, serta ketika
pembelajaran berkelompok kurangnya stimulus yang diberikan bagaimana kerja
sama yang baik, saat siswa belajar diminta untuk menyelesaikan permasalahan
dalam kelompok hanya beberapa siswa yang berusaha sedang anggota yang lain
hanya menerima hasil tanpa bekerja sama.
Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran
untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan hasil belajar serta untuk
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap matematika. Oleh karena itu,
dikembangkan sebuah model pembelajaran generatif yang didalamnya
menggunakan pengintegrasian soft skills. Dengan demikian pembelajaran akan
lebih selaras antara hard skills dan soft skills.
Model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengingat konsep yang pernah ia ketahui dan
6
menggunakannya untuk mengetahui konsep yang baru. Senada dengan yang
dinyatakan oleh Wena (2009: 183) bahwa model pembelajaran generatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa mampu memiliki pengetahuan,
kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuan secara mandiri dan menekankan pada pengintegrasian secara aktif
pengetahuan baru dengan penggunaan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakanya dalam menjawab
persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu menjawab
permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam
memori jangka panjang.
Model generatif di desain dengan diintegrasikan soft skills pembelajaran
matematika berarti bahwa ada sebuah keterampilan atau kegiatan stimulan
pengembangan soft skills yang ditambahkan dalam pembelajaran tersebut.
Penambahan berupa kegiatan stimulan soft skills yaitu “Berbisik Rumus, Gambar
Bersama, Lempar Rumus, dan Mengingat Tulisku”. Soft skills dapat didefinisikan
sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih
mengutamakan intrapersonal skill (kemampuan mengatur diri sendiri) dan
interpersonal skill (ketetrampilan berhubungan dengan orang lain). Sutiarso
(2014: 10) menyatakan bahwa soft skills berpengaruh sangat besar dalam kinerja
dan hasil belajar seseorang. Senada dengan pernyataan tersebut (Alex, 2014: 10)
mengungkapkan bahwa “soft skills play a significant role in one's success in life
particularly in one's profesional”. Soft skills memainkan peran penting dalam
kesuksesan seseorang dalam kehidupan, terutama dalam diri seseorang.
7
Kemampuan soft skills tampak pada perilaku seseorang, baik saat berinteraksi
dalam situasi sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan diri, ataupun sifat-sifat
penting untuk mendukung perilaku optimis dan pengembangan diri. Soft skills
sebagai kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dan menggunakan
inisiatifnya, mempunyai pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk
dilakukan dan dapat dilakukan dengan baik, berguna untuk mengatasi persoalan
yang muncul secara tiba-tiba dan terus dapat bertahan bila persoalan tersebut
belum terselesaikan. Dengan demikian, soft skills merupakan kekuatan diri
berubah ataupun mengatasi berbagai persolaan untuk mencapai kesuksesan.
Penguasaan soft skills matematika siswa merupakan esensi kompetensi yang harus
dikuasai dan terukur melalui unjuk kerja selama pembelajaran. Pembelajaran soft
skills di pandang sebagai bagian dari upaya pembentukan kemampuan
profesional. Kemampuan ini akan memengaruhi perilaku peduli kepada mutu,
cepat, tepat, dan efisien, menghargai waktu dan reputasi. Pembentuk kemampuan
harus dilakukan sejak awal melalui proses pembiasaan dalam belajar. Soft skills
dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman yang didapat dengan
cara penularan. Sailah (2008: 37) menyatakan bahwa untuk mengembangkan soft
skills cara yang paling efektif adalah melalui penularan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk (produk) dan proses desain soft skills pembelajaran
matematika berbasis model generatif yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa?
8
2. Apakah produk desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model
generatif efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menghasilkan (produk) dan mengetahui proses pengembangan desain
soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Untuk mengetahui dan mengukur efektivitas (produk) desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan, wawasan, dan
pengetahuan sebagai sumbangan pemikiran mengenai proses pengembangan dan
hasil (produk) desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model
generatif yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran di
sekolah. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
terfasilitasi dengan baik.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Belajar secara umum bagi seorang siswa merupakan proses memperoleh
informasi untuk mengembangkan diri dalam pembelajaran. Bagi seorang siswa
kemampuan yang dimiliki sangat penting untuk mengembangkan dirinya.
Menurut Darmadi (2017: 1) bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dan pengalaman.
Daryanto (2010: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan baru. Seseorang atau siswa belum dapat dikatakan belajar apabila
tidak mengalami perubahan atau penambahan pengetahuan. Pengetahuan yang
didapat dari belajar merupakan hasil belajar. Belajar akan lebih bermakna apabila
pengetahuan yang di dapat menjadikan pengalaman yang menyenangkan.
10
Pembelajaran sangat terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan proses
pendidikan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Menurut Darmadi (2017:
2) bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Senada dengan pernyataan tersebut Sagala
(2010: 16) mengartikan pembelajaran merupakan komunikasi dua arah dengan
kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi hubungan dua arah antara
guru dengan siswa menggunakan sumber belajar pada suatu lingkungan. Interaksi
guru dan siswa sangat berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran dikembangkan melalui proses pola pembelajaran yang
menggambarkan kedudukan serta peran guru dan siswa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam
pendidikan di sekolah. Matematika adalah ilmu pembuktian logis yang dapat
digunakan untuk membuktikan kebenaran ide atau gagasan. Matematika timbul
dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide dan penalaran. Johnson dan
Ringsing dalam Agustin (2011: 46) menyatakan bahwa matematika sebagai pola
pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika, pengetahuan tersetruktur yang
terintegrasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat, dan teori yang telah dibuktikan
kebenaranya.
11
Matematika dapat dikatakan sebagai ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu
yang lain. Fungsi matematika dalam kehidupan sehari-hari diantaranya untuk
menghitung, mengukur, menggunakan rumus matematika dan
mengkomunikasikan gagasan bahasa melalui model yang dapat berupa kalimat
persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Matematika sangat penting
dalam kehidupan demikian juga dengan pembelajaran matematika di sekolah.
Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai proses interaksi hubungan dua
arah antara guru dengan siswa pada suatu lingkungan belajar dengan tujuan
memperoleh kompetensi tentang matematika. Siswa dalam pembelajaran dituntut
untuk menguasai kemampuan-kemampuan yang ada dalam matematika.
Kemampuan matematika terdiri dari penalaran matematis, komunikasi matematis,
pemecahan masalah matematis, pemahaman konsep matematis, berpikir kreatif
dan berpikir kritis. Dengan sebuah pembelajaran maka akan mendapatkan hasil
belajar. Capaian dari pembelajaran akan terlihat dari prestasi atau hasil belajar.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Daryanto
(2010: 36-50) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
faktor intern (dari dalam diri) dan faktor ekstern (luar diri) yang terdiri dari:
1. Faktor Intern
Faktor intern meliputi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan
faktor kelelahan.
a. Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif serta
kematangan dan kelelahan.
12
c. Faktor kelelahan, meliputi: kalelahan, jasmani, dan kelelahan rohani (bersifat
psikis).
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar meliputi: faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, dan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum yang berlaku, hubungan
guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, dan
tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman pergaulan, serta bentuk kehidupan masyarakat langsung.
B. Pengembangan Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan serangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
dalam proses belajar mengajar. Menurut Joyce & Weil (1996: 7) menyatakan
bahwa
As we help students acquire information, ideas, skills, values, ways ofthinking, and means of expressing themselves, we are also teaching themhow to learn. In fact, the most important long-term outcome of instructionmay be the students’ increased capabilities to learn more easily andeffectively in the future, both because of the knowledge and skill they haveacquired and because they have mastered learning processes.
13
Kutipan di atas menjelaskan bahwa ketika seorang guru membantu siswa
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan cara
mengekspresikan diri, maka juga telah mendidik siswa bagaimana cara belajar.
Ternyata yang paling penting dari hasil pembelajaran jangka panjang adalah
kemampuan siswa untuk belajar secara lebih mudah dan efektif, proses
pembelajaran akan menjadikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka miliki. Sependapat dengan pernyataan tersebut menurut Gunter, Estes &
Schwab (dalam Rahmawati 2015: 39) bahwa “an instructional model is a step-by-
step procedure that leads to specific learning outcomes.” Artinya model
pembelajaran merupakan sebuah prosedur langkah demi langkah yang mengarah
pada hasil belajar.
Model pembelajaran dapat di analisis sesuai dengan konsep inti operasional model
yang mencirikan sebuah model pembelajaran tertentu. Menurut Joyce & Weil,
(1996: 13-16) bahwa komponen model pembelajaran yaitu: (1) sintaksis (urutan
aktivitas belajar dan mengajar), (2) sistem sosial (peran dan hubungan siswa dan
guru maupun siswa dengan siswa lain), (3) prinsip reaksi (cara guru memandang
dan merespons siswa terhadap apa yang dilakukan), dan (4) sistem pendukung
(persyaratan dan dukungan apa yang diperlukan), (5) tujuan dan asumsi, dan (6)
dampak pembelajaran dan dampak pengiring pembelajaran.
Model pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dengan
rangkaian uji coba dan perbaikan. Menurut Joyce & Weil (1996: 37) menyatakan
bahwa
“…the development of a model of teaching is the process of submitting aneducational idea to repeated testing and refinement until the idea has
14
matured to the point where fairly precise predictions can be made abouthow to use it and the effects to be expected if it is simple implementedwell”.
Pengembangan suatu model pembelajaran merupakan suatu proses implementasi
gagasan/ide melalui tahap ujicoba dan perbaikan sampai ide dimana
menggunakan perkiraan yang tepat tentang cara penggunaan dan efek dari hasil
ujicoba sederhana yang telah tercapai dengan tepat. Dalam hal ini suatu
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tertentu pasti perangkat
pembelajaranya akan disesuaikan dengan model yang dipakai. Perangkat yang
dipakai dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan Tes
Hasil Belajar.
Berdasarkan Lampiran Permen No 41 Tahun 2007 (BSNP, 2007: 8-11)
komponen-komponen yang harus tercakup dalam RPP, antara lain yaitu: identitas
mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup), penilaian hasil
belajar dan, sumber belajar. Selain itu, dalam penyusunan RPP juga perlu
diperhatikan beberapa prinsip, antara lain yaitu: memperhatikan perbedaan
individu, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya
membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan
dan keterpaduan, dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
LKPD merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh
pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKPD lembaran-
15
lembaran dapat berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas. Keuntungan penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar
memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis. LKPD yang baik juga harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain yaitu syarat konstruksi dan teknis.
Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan. Sedangkan
syarat teknis berkaitan dengan tulisan dan penampilan LKPD.
C. Model Pembelajaran Generatif
Model Pembelajaran generatif merupakan terjemahan dari generative learning.
Model pembelajaran generatif pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan
Cosgrove (1985) yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan pada
pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan
cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait.
Apabila pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi,
maka pengetahuan itu akan disimpan dalam ingatan jangka panjang.
Menurut Wena (2009: 183) bahwa model pembelajaran generatif merupakan
suatu proses belajar dimana siswa diharapkan mampu memiliki pengetahuan,
kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuan secara mandiri. Menurut Huda (2013: 309) bahwa model
pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran yang berusaha
16
menyatukan gagasan-gagasan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
generatif adalah pembelajaran dimana siswa mengkonstruksikan atau membangun
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki secara mandiri.
Wena (2009: 181) berpendapat bahwa dalam penerapan model pembelajaran
generatif di kelas meliputi 4 fase, yaitu fase ekplorasi, pemfokusan, tantangan,
dan fase penerapan. Pada fase persiapan guru menginvestigasikan konsep awal
siswa dengan bertanya secara lisan. fase pemfokusan, guru mengarahkan siswa
untuk menjelaskan ide/gagasannya dan menyampaikan kepada siswa topik yang
akan dibahas serta mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok. Fase
tantangan, guru menjelaskan konsep berawal dari jawaban siswa dan menugaskan
siswa bekerja ke dalam kelompoknya untuk membuktikan konsep yang mereka
miliki. Sedangkan pada fase penerapan, guru menugaskan siswa mengerjakan soal
menyimpulkan materi pelajaran secara individu.
Landasan teoritik model pembelajaran generatif bermula dari teori konstruktivis
mengenai belajar dan pembelajaran. Teori konstrutikvis menekankan
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagain
konstruksi aktif yang dibuat siswa itu sendiri. Dalam proses ini keaktifan dan
kemauan seseorang sangat menentukan perkembangan pengetahuannya.
Menurut Darmadi (2017: 19) bahwa unsur-unsur penting dalam teori konstruktivis
adalah:
1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa dalam
pembelajaran.
17
2. Pengalaman siswa dalam belajar yang bermakna.
3. Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
4. Adanya dorongan agar siswa mandiri.
5. Adanya usaha untuk mengenal siswa tentang dunia ilmiah.
Teori konstruktivis menekankan pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua
pembelajaran dapat disampaikan semua oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dibenak mereka sendiri serta menemukan dan menggunakan
suatu informasi kompleks kesituasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan. Siswa dituntut untuk
mengkonstruksi pengetahuan sendiri sehingga siswa lebih mandiri. Pembelajaran
generatif mempunyai elemen dasar yang menjadi patokan dalam pembelajaran.
Menurut Huda (2013: 310) banwa pembelajaran generatif terdiri atas 4 elemen
dasar yaitu mengingat (remembering), menggabungkan (integration), mengolah
(organizing), dan memerinci (elaboration).
1. Mengingat (remembering)
Aktivitas ini melibatkan siswa untuk menarik kembali informasi dari pengetahuan
yang sudah ada. Tujuannya mempelajari informasi dari memori lama.
Mempelajari informasi tersebut berdasarkan fakta yang saat ini dipelajari. Teknik-
teknik mengingat kembali (recall) mencakup repetisi/pengulangan,
latihan/praktik, dan menelaah kembali (review).
2. Menggabungkan (integration)
Aktivitas ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan sebelumnya. Tujuan dari integrasi adalah mentrasformasi
18
informasi kedalam bentuk yang lebih mudah diingat. Metode-metode integrasi
bisa mencakup antara lain: paraphasing (menyimpulkan dengan bentuk naratif),
summarozing (menceritakan kembali konten pelajaran agar dapat
menginterprestasikan atau menjelaskan dengan baik), issue trees (memetakan isu-
isu ke dalam jaringan ide-ide), generating analogies (membuat analog atau
metafor-metafor yang dapat memudahkan proses integrasi).
3. Mengolah (organizing)
Kegiatan ini melibatkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan sebelumnya
dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang baru dengan cara yang
sistematis. Teknik-teknik organisasi ide antara lain mancakup: analisis gagasan
kunci, melihat kembali, kategorisasi, mengelompokkan, dan pemetaan konsep.
4. Memerinci (elaboration)
Aktivitas ini mengharuskan siswa untuk menghubungkan materi baru dengan
informasi atau gagasan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Tujuan elaborasi
adalah untuk menambah gagasan-gagasan ke dalam informasi baru. Metode-
metode elaborasi mencakup antara lain: membuat gambar mental atau diagram
fisik, menelaah, elaborasi kalimat, tampilan visual, slide, dan majalah dinding.
Dalam proses pembelajaran tahap-tahap ini dapat diterapkan sendiri-sendiri
ataupun secara kombinatif antar satu sama lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Model pembelajaran generatif memiliki beberapa tahapan. Menurut Wena (2009:
177) bahwa model pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap yaitu
eksplorasi atau pendahuluan, pemfokusan, tantangan, dan penerapan.
19
1. Eksplorasi atau Pendahuluan
Pada tahap pertama ini, guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi
terhadap pengetahuan, ide, atau konsep awal yang diperoleh dari pembelajaran
pada tingkat kelas sebelumnya dan pengalaman sehari-hari. Dalam aktivitas ini
siswa diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Mereka
diminta mengkomentari pendapat teman sekelas dan membandingkanya dengan
pendapat sendiri. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi,
guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa tugas-tugas seperti melalui
penyelidikan suatu masalah yang berkaitan dengan konsep dipelajari. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk menarik perhatian siswa terhadap pokok bahasan, membuat
pemahaman mereka menjadi eksplisit, dan sadar akan variasi pendapat diantara
mereka sendiri. Untuk membuat suasana menjadi kondusif, guru diharap tidak
akan menilai mana pendapat yang salah dan yang benar. Yang perlu dilakukan
adalah membuat mereka berani mengemukakan pendapat tanpa takut disalahkan.
Sebaiknya pertanyaan/pernyataan guru yang diajukan adalah pertanyaan terbuka.
2. Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep. Pada tahap
pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis. Guru bertugas sebagai
fasilitator melakukan bimbingan dan arahan, dengan demikian siswa dapat
melakukan proses sains. Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan merangsang
siswa untuk menguji hipotesis dengan cara mereka sendiri. Penyelesaian tugas
dilakukan secara kelompok kecil terdiri dari 2 sampai dengan 4 siswa.
20
3. Tantangan
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan atau disebut juga pengenalan konsep. Setelah
siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar
kerja. Para siswa diminta mempresentasikan temuanya melalui diskusi kelas.
Melalui diskusi kelas akan terjadi proses pertukaran pengalaman diantara siswa.
Dalam tahap ini siswa dilatih untuk mengeluarkan ide, kritik, berdebat, mengharai
pendapat teman. Pada saat diskusi guru berperan sebagai moderator dan fasilitator
agar jalanya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa dapat
memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar.
4. Penerapan
Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat
memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar
dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjkan siswa diluar jam
pertemuan merupakan salah satu bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan
dalam melatih penerapan konsep. Pada tahap ini siswa di beri latihan-latihan soal.
Dengan adanya latihan soal siswa akan semakin memahami konsep secara lebih
mendalam dan bermakna.
Model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang menfokuskan
pada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Langkah pembelajaran generatif
menekankan pada keaktifan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang di
dapat dengan pengetahuan yang sudah di miliki. Kegiatan guru dan siswa selama
proses pembelajaran dapat dijabarkan seperti pada Tabel 2.1.
21
Tabel 2.1 Tahapan Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Kelas
TahapanPembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan siswa
Eksplorasi
Memberikan aktivitas melaluidemonstrasi/contoh-contoh yangdapat merangsang siswamelakukan eksplorasi.
Mengeksplorasikanpengetahuan, ide atau konsepawal yang diperoleh daripengalaman sehari – hari ataudiperoleh dari pembelajaranpada tigkat kelas sebelumnya.
Mendorong dan merangsangsiswa untuk mengemukakanide/pendapat serta merumuskanhipotesis.
Mengutarakan ide – ide danmerumuskan hipotesis.
Membimbing siswa untukmengklasifikasikan pendapat.
Melakukan klasifikasipendapat/ide – ide yang telahada.
Pemfokusan
Membimbing dan mengarahkansiswa untuk menetapkan kontekspermasalahan berkaitan denganide siswa yang kemudiandilakukan pengujian.
Menetapkan kontekspermasalahan, memahami,mencermati permasalahansehingga siswa menjaditerbiasa terhadap bahan yangdigunakan untukmengeksplorasi konsep.(dalam kelompok kecil)
Membimbing siswa melakukanproses sains, yaitu menguji(melakukan percobaan) sesuatu.
Melakukan pengujian, berpikirapa yang terjadi, menjawabpertanyaan berhubungandengan konsep .Memutuskan danmenggambarkan apa yang iaketahui dan kerjakan.Mengklasifikasi ide kedalamkonsep.
Menginterprestasi respon siswadan menguraikan ide siswa.
Mempresentasikan ide kedaamkelompok dan juga forumkelas melalui diskusi.
Tantangan
Mengarahkan dan menfasilitasiagar terjadi petukaran ide antarsiswa. Menjamin semua ide siswadipertimbangkan, membukadiskusi. Melakukan mengusulkandemonstrasi (jika diperlukan)
Memberikan pertimbangan idekepada (a) siswa yang lain (b)semua siswa dalam kelas.
Menunjukan bukti ide ilmuan(sciencetist view)
Menguji validitas ide/pendapatdengan mencari bukti.Membandingkan ide ilmuandengan ide kelas.
Penerapan
Membimbing siswa merumuskanpermasalahan yang sederhana.Membawa siswamengklasifikasikan ide baru. .
Menyelesaikan problempraktis dengan menggunakankonsep dalam situasi yangbaru.Menarik kesimpulan akhir.
22
Suatu model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran generatif diantaranya adalah:
1. Kelebihan
a. Pembelajaran generatif memberikan peluang kepada siswa untuk belajar
secara kooperatif.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran
dengan siswa yang lain, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil
untuk mempresentasikan hiotesisnya.
c. Merangsang rasa ingin tahu siswa dan dapat meningkatkan keterampilan
proses.
d. Siswa lebih terarah mandiri dan mampu bekerja sendiri. Konsep yang
dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang.
2. Kekurangan
a. Pembelajaran generatif memerlukan waktu yang relatif lama.
b. Siswa dihawatirkan terjadi kesalahan konsep karena usaha menggali
pengetahuan sebagian besar adalah dari siswa itu sendiri.
c. Ketika pembelajaran dilakukan secara berkelompok siswa harus mempunyai
keterampilan dalam kerja sama tim yang baik.
D. Soft Skills Pembelajaran
Pada dunia pendidikan, soft skills merupakan kemampuan di luar kemampuan
teknis dan akademis yang lebih mengutamakan intrapersonal skills (kemampuan
mengatur diri sendiri) dan interpersonal skills (keterampilan berhubungan dengan
orang lain). Widarto (2011: 20) menyatakan bahwa soft skills didefinisikan
23
sebagai kemampuan yang diperlukan seseorang untuk mengembangkan dirinya
dalam melakukan pekerjaan. Elfindri dkk. (2011: 67) mendefinisikan soft skills
adalah keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri, kelompok, atau
bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Menurut Sailah (2008: 17) bahwa soft
skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(termasuk dengan dirinya sendiri). Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa soft skills adalah kemampuan atau keterampilan yang
diperlukan untuk mengembangkan diri dalam hubungan dengan diri sendiri,
kelompok, masyarakat serta sang pencipta.
Soft skills tidak akan pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Setiap orang
memiliki soft skills dalam dirinya sejak lahir. Perkembangan soft skills yang
dimiliki setiap orang tidak sama sehingga tingkatan soft skills yang dimiliki
seseorang berbeda. Atribut soft skills sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi
dalam kadar yang berbeda-beda. Senada dengan pernyataan Sailah (2008: 18)
atribut soft skills dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda,
dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
Atribut soft skills memiliki banyak aspek. Aspek dalam atribut soft skills
diantaranya meliputi motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut
tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya. Perubahan atau
perkembangan atribut soft skills setiap orang memerlukan waktu yang berbeda.
Perubahan atribut seseorang dapat dilakukan dengan melatih diri dengan hal-hal
baru. Semakin sering seseorang melatih ha-hal baru maka perubahan soft skills
semakin besar.
24
Soft skills dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman belajar.
Banyak cara untuk meningkatkan atau mengembangkan soft skills dalam diri
individu. Salah satu cara untuk meningkatkan soft skills adalah dengan belajar dari
yang dikerjakan. Menurut Widarto (2011: 28) bahwa pengembangan soft skills
memerlukan 3 hal penting yaitu kerja keras, kemandirian, dan kerjasama tim.
1. Kerja Keras
Kerja keras merupakan kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dengan
semangat dan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan. Kerja keras untuk
memaksimalkan tujuan pastinya sangat dibutuhkan dalam diri sendiri maupun
lingkungan. Pembelajaran yang terencana, terarah dan dengan pengalaman
seseorang akan memiliki daya juang, pantang menyerah dan semangat untuk
mencapai tujuan. Kerja keras perlu ditanamkan kedalam siswa sejak awal dalam
pembelajaran. Siswa ditekankan pada aspek soft skills baik secara mandiri
maupun secara kelompok.
2. Kemandirian
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk
memutuskan dan mengerjakan sesuatu atas inisiatif sendiri tanpa bantuan orang
lain. Kemandirian mempunyai ciri percaya diri dan berinisiatif. Percaya diri akan
membuat semangat melakukan usaha. Inisiatif kerja sendiri akan lebih
memaksimalkan usaha dibanding dengan kerja karena dorongan orang lain,
apalagi dibarengi ide kreatif serta inovatif.
3. Kerjasama Tim
Kerjasama tim adalah usaha memadukan kemampuan individu untuk tujuan
bersama (kelompok). Sebuah tim sangat membutuhkan kemauan untuk saling
25
bekerjasama menyelesaikan pekerjaan. Saling mendukung dan mengerti satu sama
lain merupakan kunci dari kesuksesan suatu tim. Dengan kerjasama sebuah tim
akan menjadi solid dan saling melengkapi. Kerjasama sangat berpengaruh
terhadap tujuan yang dicapai dalam tim tersebut.
Kemampuan soft skills (non teknis/akademis) dan hand skills (kemampuan
teknis/akademis) dalam pembelajaran di sekolah harus dipadukan untuk
mencapainya keselarasan. Kemampuan soft skills merupakan komplemen dari
hard skills yang dimiliki oleh seseorang. Pentingnya keselarasan soft skills dan
hard skills dalam pembelajaran maka sudah menjadi kewajiban pendidik untuk
menerapkanya. Menurut Widarto (2011: 48) bahwa soft skills dapat di
integrasikan melalui pelajaran dalam pendidikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang terpusat pada siswa. Sutiarso (2014: 10) menyatakan Soft skills
merupakan keterampilan yang dapat dikembangkan, dicontohkan, dan ‘ditularkan’
kepada orang lain dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran.
Soft skills dapat ditularkan saat pembelajaran berlangsung meningkatkan
ketercapian tujuan pembelajaran. Menurut Sailah (2008: 37) bahwa penularan soft
skills dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu lecturer role model, messege on the
week, dan hidden curriculum. Lecturer role model merupakan penularan soft skills
dengan contoh figur dalam hal ini yaitu guru. Misalnya jika ingin meningkatkan
atau mengajarkan disiplin kepada siswa maka guru haruslah menberi contoh
prilaku disiplin kepada siswa. Messege on the week merupakan penularan softs
skills dengan cara penyampaian pesan atau kata-kata mutiara yang bermakna
dalam kehidupan. Dapat juga dilakukan dengan berbagi inspirasi atau diskusi
26
dengan sesama siswa. Hidded curriculum merupakan penularan dengan cara
menambahkan atau menyisipkan soft skills dalam kurikulum atau pelaksanaan
pembelajaran.
Pengembangan soft skills dengan pendekatan atau model pembelajaran pada saat
ini dirasa sangat penting. Pengembangan soft skills dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai model, misalnya model pelatihan dan pembelajaran
berbasis proyek, (project based learning) pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), pembelajaran terlibat secara langsung (hands-on
learning), pembelajaran berbasis aktivitas (activities based learning),
pembelajaran berbasis kerja (work based learning), dan pembelajaran generatif
(generative learning). Integrasi soft skills dengan model pembelajaran diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar dan mutu pendidikan.
E. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dalam bahasa ingris “Effective” berarti berhasil, tepat atau
manjur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata
dasar efektif, mempunyai arti akibat, pengaruh, atau hasil guna. Efektivitas dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana akibat, pengaruh
atau hasil guna dari rencana yang dicapai.
Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang dapat di capai sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Menurut Triyanto (2009:
20) bahwa efektivitas pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Miarso (2004: 516) bahwa
27
efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran yang bermanfaat dan bertujuan bagi
para pelajar, melalui prosedur pembelajaran yang tepat. Dunne (1996: 12)
berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik pertama
ialah memudahkan murid belajar dan memberi manfaat dengan sesuatu hasil
belajar yang diinginkan, kedua bahwa keterampilan atau kemampuan yang diakui
oleh mereka yang berkompeten menilai.
Pembelajaran dikatakan efektif jika minimal 75 % dari jumlah siswa yang
mengikuti tes mencapai KKM, rata-rata indek n-gain kemampuan matematis
siswa mempunyai peningkatan dengan kriteria tinggi sebelum dan sesudah
pembelajaran. Peran guru sebagai desainer diharapkan mampu merancang dan
menejemen apa yang menjadi standar pembelajaran yang berhasil dan efektif.
Guru sebaiknya mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan pada
akhirnya dapat menumbuhkan motivasi serta peningkatan keterampilan sesuai
tujuan pembelajaran.
F. Komunikasi Matematis
Komunikasi merupakan suatu interaksi dimana seseorang atau beberapa orang
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan atau orang lain. Istilah
komunikasi dalam bahasa ingris disebut communication, yang berasal dari bahasa
communis yang memiliki arti sama atau bersama. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) mengartikan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari.
28
Komunikasi matematis merupakan hal penting yang harus dikuasai dalam
pembelajaran matematika. Matematika selain sebagai pemecahan masalah,
penemuan pola, dan menarik kesimpulan namun juga sebagai alat untuk
mengkomunikasikan ide pemikiran dengan jelas dan ringkas. Pembelajaran
matematika dalam kelas juga termasuk ke dalam pembelajaran sosial karena
melibatkan minimal dua pihak yaitu guru dan siswa. Mengkomunikasikan dan
memahami antara pertukaran informasi pengalaman dalam proses belajar
merupakan aspek yang sangat penting.
Pendapat tentang pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika
dinyatakan dalam NCTM (2000: 63) bahwa program pembelajaran matematika
sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa untuk: 1) Menyusun dan
mengaitkan berpikir matematik (mathematical thinking) mereka melalui
komunikasi, 2) Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis
dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain, 3) Menganalisis
dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain,
4) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika
secara benar.
Komunikasi matematika dapat diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.
Menulis atau menginterprestasikan masalah matematika ke dalam ide, model serta
simbol merupakan salah satu kegiatan pembelajaran matematika. Menurut
Albania (2010: 6) bahwa menulis matematika bermanfaat dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, komunikasi matematika, dan
berpikir kritis. Sepaham dengan pernyataan tersebut Shadiq (2008: 33)
29
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dapat
dilakukan dengan memberikan berbagai kesempatan baik individu maupun
berkelompok untuk mendengar, berbicara, menulis, membaca, dan
mempresentasikan.
Ada dua alasan penting komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran
matematika. Pertama, matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi
matematika itu sendiri. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan
aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan murid.
Standar komunikasi menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis,
menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika.
Belajar berkomunikasi dalam matematika membantu perkembangan interaksi dan
pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang
aktif. Ketika siswa berpikir, menanggapi, membahas, menulis, membaca,
mendengarkan, dan menanyakan tentang konsep-konsep matematika, mereka
memperoleh manfaat ganda. Mereka berkomunikasi untuk belajar matematika,
dan mereka belajar untuk berkomunikasi matematis. Kemampuan komunikasi
matematis adalah kemampuan untuk menyampaikan sesuatu yang diketahui
dengan merefleksikan, membuat, menyampaikan, membaca, menyusun dan
menjelaskan tentang matematika yang telah diketahuinya.
Komunikasi matematika secara tertulis dapat berupa uraian konsep, pemecahan
masalah dan pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah. Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan
penjelasan verbal suatu gagasan, penjelasan dan ide konsep matematika yang
30
dapat terjadi melalui interaksi antara siswa. Kemampuan komunikasi matematis
pada penelitian ini di batasi pada kemampuan komunikai matematika secara
tetulis.
Kemampuan komunikasi matematis tertulis dapat mendorong siswa untuk
membangun pengetahuan tentang konsep dan ide-ide mereka sendiri tentang apa
yang telah mereka pelajari dengan tepat. Menurut Idris (2009: 42) bahwa menulis
mempunyai tujuan untuk menciptakan situasi dimana siswa melakukan tugas
dengan cara mencari dan mengalami sendiri serta merefleksikan apa yang mereka
lakukan sehingga matematika menjadi lebih bermakna. Aktivitas menulis dalam
proses pembelajaran memberikan keuntungan bagi guru untuk mengidentifikasi
kesalahan penafsiran sebuah konsep yang siswa pelajari dalam materi matematika.
Menurut Sumarmo (2017: 61) bahwa kemampuan komunikasi matematis
merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai
kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:
1. Merefleksikan dan menjelaskan pemikiran siswa mengenai ide dan hubungan
matematika;
2. Menformulasikan definisi matematika dan menggeneralisasi;
3. Membaca wacana matematika dengan pemahaman;
4. Mengklasifikasikan dan memperluas pertanyaan matematika yang
dipelajarinya;
5. Menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematika dan peranya terhadap
pengembangan ide matematika.
31
Kemampuan komunikaasi matematis yang baik adalah apabila telah memenuhi
indikator kemampuan komunikasi matematis. Adapun indikator kemampuan
komuniasi matematis adalah sebagai berikut.
1. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri,
membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, konkret,
grafis dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika
yang dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, menulis tentang matematika,
membuat kesimpulan, menyusun argument dan generalisasi.
2. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram
kedalam ide matematika.
3. Mathematical expression, yaitu mengekpresikan konsep matematika dengan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika.
G. Penelitian Yang Relevan
Pembahasan yang relevan merupakan urutan sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan ada hubunganya
dengan penelitian yang hendak dilakukan. Dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian yang relevan terkait tentang desain soft skills pembelajaran matematika
berbasis model generatif untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa yaitu:
1. Sarjiati (2016) di Surakarta, Magister Pendidikan Ekonomi, Universitas
Sebelas Maret, dengan judul Model Pengembangan Soft Skills Dalam
Pembelajaran Praktik Untuk Kesiapan Kerja Siswa Paket Keahlian
Administrasi Perkantoran Di SMK Negeri 1 Purwodadi. Penelitian ini
32
menunjukkan bahwa produk model pengembangan soft skills yang
dikembangkan efektif dalam pembelajaran praktik.
2. Sutiarso (2014) yang dimuat dalam jurnal pendidikan MIPA Vol. 15 No. 1,
dengan judul Implementasi Lesson Study Melalui Metode Inkuiri Untuk
Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa Calon Guru Matematika. Penelitian ini
menunjukan bahwa penerapan lesson study dapat meningkatkan soft skills
mahasiswa, dan aktivitas mahasiswa dari inkuiri.
3. Arliani dan Hidayati (2012) yang dimuat dalam jurnal Pythagoras UNY Vol.
07, No.1 dengan judul Identifikasi Kebutuhan Soft Skills Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNY dalam Rangka Membentuk Insan
Cendekia, Mandiri, dan Bernurani. Penelitian menunjukkan terkait dengan
kebutuhan soft skills yang paling dibutuhkan, sebagian besar mahasiswa
menganggap aspek kepribadian, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan
berinisiatif merupakan aspek prioritas utama yang harus diperhatikan untuk
menuju terwujudnya insan cendekia, mandiri, bernurani sedangkan
keterampilan.
4. Moma, (2015) dimuat dalam jurnal Cakrawala Pendidikan Th. XXXIV, No. 2.
dengan judul Peningkatan Soft Skils Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis
Generatif. Penelitian ini menunjukan bahwa soft skillss dapat di tingkatkan
melalui pembelajaran generatif.
5. Rahmawati, (2015) dimuat dalam Jurnal Riset Pendidikan Matematika UNY
Vol. 1 No. 1 dengan judul Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
33
Berbasis Masalah Untuk Siswa SMP. Penelitian ini menunjukkan
pengembangan sebuah produk berupa buku pengembangan model
pembelajaran matematika berbasis masalah yang efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa SMP.
H. Definisi Operasional
1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu yang diketahui dengan merefleksikan, membuat,
menyampaikan, menyusun, dan menjelaskan tentang matematika yang telah
diketahui. Pengukuran kemampuan komunikasi matematis secara tertulis
dilakukan dengan indikator (1) Written text, yaitu memberikan jawaban dengan
menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan
menggunakan lisan, tulisan, konkret, grafis dan aljabar, menjelaskan dan
membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari, mendengarkan,
mendiskusikan, menulis tentang matematika, membuat kesimpulan, menyusun
argument dan generalisasi, (2) Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata,
gambar, dan diagram kedalam ide matematika, (3) Mathematical expression, yaitu
mengekpresikan konsep matematika dengan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
dan simbol matematika.
2. Soft Skills
Soft skills adalah kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dalam hubungan dengan diri sendiri, kelompok, masyarakat,
serta sang pencipta. Atribut soft skills yang dikembangkan dalam penelitian ini
diantaranya kerjasama tim, kemandirian, kerja keras).
34
3. Model Pembelajaran Generatif
Model pembelajaran generatif adalah model pembelajaran dimana siswa
mengkonstruksikan atau membangun pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
dimiliki secara mandiri. Pembelajaran generatif terdiri dari 4 elemen dasar yaitu
mengingat (remembering), menggabungkan (integration), mengolah (organizing),
dan memerinci (elaboration). Tahapan pembelajaran generatif terdiri dari 4 tahap
yaitu eksplorasi atau pendahuluan, pemfokusan, tantangan, dan penerapan.
4. Efektivitas pembelajaran
Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan setelah menggunakan desain
soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif dengan mengacu
pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi bangun ruang sisi datar.
Pembelajaran dikatakan efektif jika (1) minimal 75 % dari jumlah siswa yang
mengikuti tes mencapai KKM yang ditentukan sekolah (2) skor rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa setelah pembelajaran menggunakan
desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif lebih tinggi
dari pada skor rata-rata yang menggunakan pembelajaran konvesional (3) rata-rata
indek n-gain kemampuan komunikasi matematis siswa mempunyai peningkatan
dengan kriteria tinggi.
I. Kerangka Berpikir
Banyak kritikan muncul terhadap pembelajaran matematika yang masih
mengedepankan pencapaian dan penguasaan suatu materi tanpa dapat merasakan
dan mengaplikasikan manfaat dari materi yang dipelajarinya sehingga materi
35
matematika menjadi kurang bermakna bagi siswa. Pembelajaran tidak hanya
menegedepankan hasil namun proses juga harus menjadi fokus perhatian.
Berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh data bahwa permasalahan yang di
dapat salah satunya adalah siswa masih sulit memahami materi yang diajarkan.
Mereka masih bingung dalam menyatakan permasalahan dalam bahasa
matematika sehingga tidak memahami apa yang harusnya mereka selesaikan.
Permasalahan tersebut berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis.
Sedangkan masalah yang lain adalah mengenai kemampuan soft skills saat
pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar. Berdasarkan permasalahan
tersebut, penting untuk ditingkatkan adalah kemampuan komunikasi serta
pengembangan soft skills siswa.
Pembelajaran matematika tidak hanya mengedepankan aspek hard skills namun
juga soft skills. Pembelajaran harus mampu memberikan ruang dan suasana bagi
siswa untuk berkontribusi dan berpartisipasi sehingga siswa dapat
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh untuk
diaplikasikan dalam kehidupan. Sepantasnya pembelajaran soft skills mendapat
perhatian khususnya di sekolah yang menjadi tempat siswa dalam
mengembangkan soft skills. Pendidik/guru sedapat mungkin memberikan muatan-
muatan soft skills dalam pembelajaran.
Atribut Soft skills yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya kerjasama tim,
kemandirian, kerja keras. Kerjasama tim merupakan soft skills diamana siswa
harus mampu memadu kemampuan individu dengan kemampuan kelompok dalam
pembelajaran tim. Kemadirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang dalam
36
mengambil keputusan atas inisiatif sendiri dengan demikian seseorang mampu
mengambil keputusan untuk mengembangkan diri. Kerja keras merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh semangat untuk mencapai
tujuan, siswa yang mempunyai kemampuan kerja keras tinggi akan lebih
meningkatkan hasil belajar karena mempunyai tujuan yang telah ditetapkan. Soft
skills yang dikembangkan akan mampu mempengaruhi efektifitas model
pembelajaran dan meningkatkan prestasi serta tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran yang dikembangkan dengan pengembangan soft skills adalah
model pembelajaran generatif. Desain pengembangan yang dimaksud adalah
model pembelajaran generatif yang di dalam tahapan pembelajaranya
dikembangkan dengan menambah sebuah kegiatan stimulan soft skills
pembelajaran matematika yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kegiatan
stimulan tersebut adalah Berbisik Rumus, Gambar Bersama, Lempar Rumus, dan
Mengingat Tulisku. Desain pengembangan ini diharapkan dapat menfasilitasi
guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dengan
meningkatnya kemampuan komunikasi matematis serta soft skills diharapkan
pembelajaran lebih bermakna.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dan pengembangan ini adalah (1) desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif secara efektif dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, (2) peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif lebih tinggi daripada
37
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan
pembelajaran konvesional.
38
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif yang dapat meningkatkan
kemampuan matematis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Research & Development (R&D), yaitu suatu penelitian proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan menvalidasi data produk-produk pendidikan. Menurut
Sugiyono (2011: 407) bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah
“metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut, supaya dapat berfungsi di masyarakat luas”.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bord and Gall (dalam Hasyim,
2016: 42), yaitu “a proses use to develop and validite educational products”,
penelitian pengembangan merupakan sebuah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan.
Penelitian dan pengembangan dalam hal ini digunakan sebagai pendekatan untuk
mengembangkan desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model
generatif yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Desain ini
dikembangkan supaya dapat mengatasi masalah kesenjangan soft skills
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
39
berdasarkan uraian tersebut dapat simpulkan penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan (research and development) yang digunakan untuk menghasilkan
produk desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif yang
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas VIII
SMP Negeri 2 Bunga Mayang serta menguji keefektifannya.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bunga Mayang pada semester genap
tahun pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Bunga Mayang. Alasan yang mendasari penelitian ini
mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Bunga Mayang khususnya siswa kelas VIII
adalah sebagai berikut:
1. Sekolah tersebut mengijikan digunakan untuk kegiatan penelitian
2. Proses pengambilan data dilakukan dengan mudah karena peneliti bekerja di
wilayah kecamatan yang sama
3. Peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sesuai dengan peneliti.
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur pengembangan desain soft skills pembelajaran matematika berbasis
model generatif ini mengacu pada prosedur Research & Development dari Borg
& Gall (1989) melalui beberapa modifikasi. Langkah-langkah penelitian
pengembangan sebagai berikut:
1. Research and information collecting (studi pendahuluan)
2. Planning (merencanakan penelitian)
40
3. Develop preliminary from of product (mengembangan desain)
4. Preliminary field testing (uji coba lapangan awal)
5. Main product revision (revisi hasil uji coba)
6. Main field test (uji lapangan produk utama)
7. Operational product revision (revisi produk)
8. Operational field testing (uji coba lapangan secara luas)
9. Final product revision (revisi produk final)
10. Dissemination and implementation (desiminasi dan implemnetasi produk).
Penelitian pengembangan desain soft skills pembelajaran matematika berbasis
model generatif ini bersifat terbatas, tahapan R&D hanya dilakukan hingga
langkah 7. Operational product revision atau revisi produk. Langkah penelitian
dan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Research and Information Collecting (Studi Pendahuluan)
Langkah awal melakukan studi pendahuluan dan pengumpulan data adalah
mengkaji proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Bunga Mayang Kelas VIII
sebagai salah satu acuan dalam penyusunan desain. Studi literatur juga dilakukan
untuk mendapatkan analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) materi pembelajaran serta mengkaji penelitian yang relevan.
2. Planning (Merencanakan Penelitian)
Setelah melakukan studi pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan langkah
kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian dan pengembangan
ini meliputi menentukan tujuan pengembangan, menentukan rancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan prosedur pengembangan.
41
3. Develop Preliminary From Of Product (Pengembangan Desain)
Peneliti setelah mengkaji studi pendahuluan dan perencanaan kemudian
menyusun rancangan berupa draf pengembangan desain soft skills pembelajaran
matematika berbasis model generatif. Draf tersebut mencakup tahapan
pembelajaran yang akan dituangkan dalam desain. Desain yang telah disusun
oleh peneliti kemudian divalidasi. Validasi desain merupakan proses kegiatan
untuk menilai instrumen-instrumen akan lebih efektif atau tidak serta apakah
masih terdapat kekurangan atau tidak dalam model yang dikembangkan. Validasi
di sini masih bersifat penilaian validasi berdasarkan rasional belum fakta
lapangan. Validasi dilakukan oleh peneliti dengan penilaian dan rekomendasi para
ahli/pakar yang sudah berpengalaman untuk menilai, serta perbaikan pada desain
yang peneliti susun, antara lain:
a. Validasi ahli materi (content)
Validasi ahli materi bertujuan untuk mendapatkan penilaian yang mencerminkan
ketepatan dan kesesuaian materi yang dikembangkan.
b. Validasi ahli pengembangan desain (construct)
Validasi ahli pengembangan desain bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang penilaian terhadap desain yang dikembangkan terkait dengan model
pembelajaran dan pengembangannya.
c. Validasi praktisi
Validasi praktisi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
penilaian dan saran keefektifan model/desain, keterlaksanaan, dan kesesuaian
pengembangan desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model
generatif. Desain yang telah divalidasi oleh ahli kemudian direvisi sesuai saran
42
dan arahan. Selain melakukan revisi, penulis pada tahap ini juga melakukan
analisis terhadap lembar penilaian desain yang diberikan kepada ahli. Validasi
ahli dilakukan untuk mengetahui kebenaran isi dan format desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa.
4. Preliminary Field Testing (Uji Coba Lapangan Awal)
Uji coba lapangan awal merupakan bagian yang penting dalam penelitian
pengembangan setelah rancangan model selesai. Uji coba yang dilakukan dengan
uji keterlaksanaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kegiatan pembelajaran
terlaksana dengan baik atau tidak. Untuk mengetahui keterlaksanaan data berupa
lembar angket keterlaksanaan dengan dua pilihan jawaban ya dan tidak. Uji coba
lapangan awal dilakukan pada satu kelas yang berbeda dengan kelas penelitian.
Uji coba ini dilakukan pada satu kelas yaitu kelas VIII 3 SMP Negeri 2 Bunga
Mayang. Uji coba dilakukan satu kali pertemuan pembelajaran yang mana dalam
pertemuan tersebut di hadiri oleh observer atau pengamat. Observer diminta untuk
melakukan pengamatan, saran dan tanggapan mengenai proses pembelajaran
yang berlangsung dengan menggunakan desain soft skills pembelajaran
matematika berbasis model generatif.
5. Main Product Revision (Revisi Hasil Uji Coba)
Revisi hasil uji coba lapangan awal dilakukan setelah pelaksanaan uji coba
dengan mengacu pada hasil analisis data dari angket observer serta saran dan
masukan yang diberikan. Desain model yang sudah diujicoba kemudian direvisi.
43
Hasil dari perbaikan revisi dan sudah baik maka siap untuk diujicoba lapangan di
kelas dalam pembelajaran.
6. Main Fiedl Test (Uji Lapangan)
Uji lapangan utama dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk. Uji coba
lapangan utama menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen (menggunakan
desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif) dan kontrol
(menggunakan model pembelajaran konvesional). Pada tahap uji lapangan produk
utama ini, desain penelitian yang digunakan adalah pretest dan posttest control
group design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel dan Wallen (1993: 248)
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Uji Lapangan
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestE Y1 Desain Soft Skills Pembelajaran Matematika
Berbasis Model GeneratifY2
K Y1 Pembelajaran konvesional Y2
Keterangan:E = kelas eksperimenK = kelas kontrolY1 = dilaksanakan pretest instrumen tes pada kelas eksperimen dan kontrolY2 = dilaksanakan posttest instrumen tes pada kelas eksperimen dan kontrol
Kelas dipilih secara purposive sampling sebagai kelas eksperimen VIII 4 dengan
jumlah 28 siswa dan VIII 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 30 siswa.
Pelaksanaan uji coba di awali dengan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
kemudian pemberian treatment dan di akhir pertemuan di beri posttest untuk
mengukur hasil belajar matematika siswa.
44
7. Operation Product Revision (revisi produk)
Pada tahap ini produk revisi berdasarkan masukan dan temuan hasil uji coba
lapangan untuk perbaikan dan penyempurnaan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tiap tahapan
penelitian pengembangan. Uraian analisis data yang digunakan pada penelitian
adalah:
1. Instrumen Studi Pendahuluan
Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan wawancara. Lembar
observasi digunakan saat melakukan pengamatan mengenai permasalahan dalam
pembelajaran. Wawancara, digunakan untuk melakukan wawancara dengan guru
dan siswa setelah melakukan observasi mengenai permasalahan yang ada dalam
pembelajaran matematika.
2. Instumen Validasi Ahli
Instrumen dalam validasi desain soft skills pembelajaran matematika berbasis
model generatif diserahkan kepada ahli materi, dan praktisi. Instrumen yang
diberikan berupa angket pernyataan skala likert dengan empat pilihan jawaban,
yaitu sangat baik, baik, kurang, dan sangat kurang, serta dilengkapi komentar dan
saran dari para ahli.
a. Angket uji validasi desain dan model pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kevalidan desain dan model
pembelajaran yang digunakan. Angket memuat pernyataan kevalidan tentang
45
sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional dan pengiring yang
terdapat dalam desain dan model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun kisi-
kisi penilaian yang divalidasi adalah seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Desain dan Model Pembelajaran
No PenilaianSintak
1 Ketercakupan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.
2Kesinambungan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatanpembelajaran
3Potensi keterlaksanaan lanngkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatanpembelajaran
Sistem Sosial4 Ketercakupan sistem sosial dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.5 Potensi terciptanya sistem sosial dalam rangkaian kegiatan pembelajaran6 Potensi keterlaksanaan sistem sosial dalam rangkaian kegiatam pembelajaran
Prinsip Reaksi7 Ketercakupan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan pembelajaran8 Potensi keterlaksanaan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan pembelajaran
Dampak Intruksional dan Pengiring
9Ketercakupan dampak intruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatanpembelajaran
10Potensi ketercapaian dampak instruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatanpembelajaran
b. Angket uji validasi materi
Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian. Perangkat yang diuji diantaranya silabus, RPP,
LKPD, dan instrumen tes hasil belajar. Instrumen ini meliputi kesesuaian
indikator dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Instrumen
diisi oleh pakar matematika.
Angket uji validasi materi pada silabus menggunakan instrumen untuk
menvalidasi silabus dengan kriteria (1) aspek isi, meliputi kesesuaian silabus
dengan KD dan indikator, kegiatan dirancang dengan desain pembelajaran
matematika berbasis model generative, (2) aspek bahasa, meliputi penggunaan
46
bahasa sesuai dengan EYD, kesederhanaan struktur kalimat, (3) aspek waktu,
meliputi kesesuaian pemilihan alokasi waktu.
Angket penilaian validasi RPP dengan kriteria (1) aspek perumusan tujuan,
meliputi kesesuaian RPP dengan KD, indikator dan tujuan pembelajaran, (2)
aspek isi yang di sajikan, meliputi sistematika penyusunan RPP, tahapan
pembelajaran yang di rancang berdasarkan desain soft skills pembelajaran
matematika berbasis model generatif dan intrumen penilaian, (3) aspek bahasa,
meliputi penggunaan bahasa sesuai dengan EYD, (4) alokasi waktu, meliputi
kesesuaian penggunaan alokasi waktu yang didasarkan pada KD.
Angket penilaian validasi LKPD dengan kriteria (1) aspek kelayakan isi, meliputi
kesesuaian materi dengan KI dan KD, kelayakan materi, mendorong
keingintahuan, (2) aspek kelayakan penyajian, meliputi teknik penyajian,
kelengkapan penyajian, mendorong keingintahuan, koherensi dan keruntunan
proses pembelajaran, (3) aspek pembelajaran generatif, meliputi karakteristik
pembelajaran generatif.
c. Angket uji validasi media
Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi LKPD sebagai media
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Instrumen ini berisi angket
tentang kelayakan kegrafisan dan bahasa yang didalamnya memuat ukuran, desain
isi, kelugasan, kekomunikatif, kesesuaian dengan kaidah bahasa, dan penggunaan
istilah. Kisi-kisi instrumen validasi LKPD oleh ahli media dipaparkan dalam
Tabel 3.3.
47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media
Kriteria Indikator
Aspek kelayakan grafisUkuranDesain sampulDesain isi
Aspek kelayakan bahasa
LugasKomunikatif penyajianKesesuaian dengan kaidah bahasaPenggunaan istilah, simbol maupun lambang
d. Angket validasi praktisi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan praktisi tentang produk
yang dikembangkan. Subtansi yang di uji yaitu, desain model pembelajaran,
silabus, RPP, LKPD, dan instrumen tes hasil pembelajaran. Adapun instrumen
dan kisi-kisi yang digunakan dalam validassi praktisi ini sama dengan validasi
ahli materi.
3. Instrumen Uji Lapangan Awal
Instrumen ini diberikan kepada observer yang melakukan pengamatan untuk
mengetahui keterlaksanaan desain soft skills pembelajaran matematika berbasis
model generatif. Instrumen yang diberikan berupa lembar observasi yang berisi
pernyataan keterlaksanaan proses pembelajaran dengan dua pilihan jawaban yaitu
ya dan tidak. Instrumen mengacu keterlaksanaan sintak, sistem sosial, prinsip
reaksi, sistem pendukung, dampak intuksional dan pengiring yang digunakan
dalam pembelajaran.
4. Instrumen Uji Lapangan Utama
Instrumen yang digunakan pada uji lapangan utama ini berbentuk tes. Dalam
kegiatan ini, harus mempersiapkan instrumen tes hasilbelajar. Instrumen ini di
berikan pada siswa di awal dan akhir materi. Sebelum diberikan, instrumen ini di
48
uji cobakan terlebih dahulu pada kelas lain yang telah menempuh materi bangun
ruang sisi datar untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembedanya, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Uji validasi
1) Validasi isi, validasi isi dapat diketahui dengan membandingkan isi yang
terkandung dalam tes kemampuan komunikasi dengan indikator yang telah
ditentukan. Indikator kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud
dijelaskan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Aspek Pemberian Skor Komunikasi Matematis
SkorMenulis
(Written texts)Menggambar (Drawing)
Ekspresi Matematis(Mathematical
Expression)
0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsepsehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
1Hanya sebagian kecil daripenjelasan yang benar.
Hanya sebagian kecilgambar, diagram, atau tabelyang benar.
Hanya sebagian kecilmodel matematika yangbenar.
2
Penjelasan secara matematismasuk akal namun hanyasebagian lengkap dan benar.
Melukiskan diagram, gambaratau tabel secara benarnamun masih terdapat sedikitpenjelasan yang kurang
Membuat modelmatematika denganbenar, namun salahdalam mendapatkansolusi.
3
Penjelasan secara matematismasuk akal dan benar,meskipun tidak tersusunsecara logis atau terdapatsedikit kesalahan bahasa.
Melukiskan diagram, gambaratau tabel secara benar sertapenjelasan lengkap dan logis.
Membuat modelmatematika denganbenar, kemudianmelakukan perhitunganatau mendapatkan solusisecara benar dan lengkap.
4Penjelasan secara matematismasuk akal dan jelas sertatersusun secara logis.
Skor Maksimal = 4 Skor Maksimal = 3 Skor Maksimal = 3
2) Validasi butir soal, validasi butir soal yang dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment, (Widoyoko, 2012: 137) yaitu
sebagai berikut:
49
rxy =
2222
YYNXXN
YXXYN
Keterangan :rxy = koefisien korelasi antara skor soal (x) dan total skor (y)N = banyak subjekX = skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaanY = skor total
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat validitas butir soal dapat dilihat
pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Validitas
Koefisien Korelasi Korelasi Interprestasi Validitas0,90 ≤ rxy < 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi Tepat/baik0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah Tidak tepat/ buruk
rxy < 0,20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
Koefisien korelasi validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah yang
mempunyai korelasi validitas minimal sedang dengan nilai rxy ≥ 0,40.
Berdasarkah hasil perhitungan uji coba instrumen kemampuan komunikasi
matematis, diperoleh nilai koefisien validitas butir soal disajikan pada tabel 3.6.
Perhitungan lengkap terdapat pada Lampiran B4.
Tabel 3.6 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Nomor Soal rxy Korelasi1a 0,80 Tinggi1b 0,74 Tinggi2 0,77 Tinggi3 0,76 Tinggi4a 0,62 Sedang4b 0,66 Sedang5 0,86 Tinggi
50
b. Daya pembeda
Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan
antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya
beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau
angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Sudijono (2008: 120)
menyatakan bahwa menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:
DP =A
BA
I
JJ
Keterangan :DP = indeks daya pembeda butir soal
AJ = jumlah skor jawaban siswa kelompok atas
BJ = jumlah skor jawaban siswa kelompok bawah
AI = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Kriteria yang digunakan untuk menginterprestasikan indeks daya pembeda soal
disajikan dalam tabel Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interprestasi0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik0,40 < DP ≤ 0,70 Baik0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interprestasi minimal baik,
atau dengan nilai DP > 0,40. Berdasarkah hasil perhitungan uji coba instrumen
kemampuan komunikasi matematis, diperoleh nilai koefisien daya pembeda
disajikan pada Tabel 3.8. Perhitungan lengkap terdapat pada Lampiran B7.
51
Tabel 3.8 Daya Pembeda Butir Soal
Nomor Soal Nilai DP Interprestasi1a 0,41 Baik1b 0,41 Baik2 0,47 Baik3 0,58 Baik4a 0,42 Baik4b 0,42 Baik5 0,58 Baik
c. Tingkat kesukaran
Tuingkat kesukaran soal adalah kemampuan soal tersebut menjaring banyaknya
siswa peserta tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Jika banyak siswa yang
menjawab benar maka taraf kesukaran soal rendah, sebaliknya jika sedikit siswa
yang menjawab benar maka taraf kesukaran soal tinggi. Menurut Sudijono (2008:
372) rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran (TK) tiap butir
soal adalah sebagai berikut:
TK =IT
JT
Keterangan:TK = tingkat kesukaran butir soal
X = jumlah skor jawaban siswa pada suatu butir soalIT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada butir soal
Tingkat kesukaran suatu butir soal di interprestasikan dalam kategori seperti pada
Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai InterpretasiIK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK 0,30 Sukar
0,30 < IK 0,70 Sedang0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
52
Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan interpretasi
sedang, yaitu memiliki nilai tingkat kesukaran 0,30 ≤ IK ≤ 0,70. Hasil
perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.10.
Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada
Lampiran B6.
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nomor Soal Nilai IK Interprestasi1a 0,70 Sedang1b 0,54 Sedang2 0,57 Sedang3 0,56 Sedang4a 0,48 Sedang4b 0,41 Sedang5 0,42 Sedang
d. Uji reliabilitas tes
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari nilai reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha
Cronbach (Arikunto, 2011: 109) yaitu:
2
2
11
t
i
n
nr
Keterangan :r = koefisien reliabilitasn = banyak butir soal
2i = variansi skor butir soal ke-i
2i = variansi skor total
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan
berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 3.11.
53
Tabel 3.11 Koefisien Korelasi dan Interprestasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Korelasi Interprestasi Reliabilitas0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik0,70 ≤ r < 0,89 Tinggi Tepat/baik0,40 ≤ r < 0,69 Sedang Cukup tepat/cukup baik0,20 ≤ r < 0,39 Rendah Tidak tepat/buruk
r < 0,19 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen kemampuan komunikasi
matematis, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,86. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga
instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen dapat dilihat
pada Lampiran B5.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Studi Pendahuluan
Data studi pendahuluan berupa hasil observasi dan wawancara di analisis secara
deskriptif sebagai latar belakang diperlukanya penelitian dan pengembangan
untuk desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif. Hasil
review berbagai penelitian, model pembelajaran, serta standar kompetensi dan
kompetensi dasar matematika SMP juga dianalisis secara deskriptif sebagai acuan.
2. Data Kevalidan
Data yang di peroleh saat validasi produk adalah hasil penilaian validator terhadap
skala kevalidan. Analisis yang digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dari validator di deskripsikan
54
secara kualitatif sebagai acuan untuk memperbaiki produk. Data kuantitatif berupa
skor penilaian ahli desain/model, materi, media dan praktisi pembelajaran di
deskripsikan secara kuantitatif menggunakan skala likert dengan 4 skala
kemudian di jelaskan secara kualitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ini adalah 4 skala, yaitu:
a. Skor 1 adalah kurang baik
b. Skor 2 adalah cukup baik
c. Skor 3 adalah baik
d. Skor 4 adalah sangat baik
Untuk mengukur presentase kevalidan, data yang berupa skor kemudian diukur
dengan menggunakan rumus:
Persentase =∑ ( × )× ×100%
Keterangan :∑ = Jumlahn = Jumlah seluruh item kuesioner
hasil perhitungan presentase digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk merevisi produk yang dikembangkan menggunakan kriteria penilaian.
Adapun kriteria penilaian tingkat kevalidan dan revisi produk dapat dilihat
ditunjukkan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kriteria Tingkat Kevalidan
No Persentase (%) Kriteria Kevalidan1. 76-100 Valid/Layak2. 56-75 Cukup Valid/Cukup Layak3. 40-55 Kurang Valid/Kurang Layak4. 0-39 Tidak Valid/Tidak Layak
55
3. Data Uji Coba Lapangan Awal
Data pada saat uji coba lapangan awal dilakukan dengan menganalisis lembar
observasi yang telah di isi oleh observer. Data ini digunakan untuk mengetahui
keterlaksanaan proses pembelajaran dan ada atau tidak kesalahan pelaksanaan.
Untuk mengetahui keterlaksanaan data berupa lembar angket keterlaksanaan
dengan dua pilihan jawaban ya dengan skor jawaban 1 dan tidak dengan skor 0.
Pada lembar observasi juga diberi kolom komentar dan saran untuk perbaikan
produk. Analisis data dilakukan dengan menghitung presentase keterlaksanaan
desain pembelajaran berupa angket keterlaksanaan dengan rumus:
Persentase =∑ ( × )× ×100%
Keterangan :∑ = Jumlahn = Jumlah seluruh item kuesioner
4. Data Uji Lapangan Produk Utama
Analisis data saat uji lapangan produk utama dilakukan dengan menghitung hasil
pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol
maupun eksperimen. Analisis data yang dilakukuan adalah melakukan uji
normalitas, uji homogenitas, pengujian hipotesis penelitian, dan uji efektifitas N-
gain. Adapun tahapan analisis data uji lapangan produk utama adalah sebagai
berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah
satu syarat pengujian selanjutnya apakah menggunakan stratistik parametrik atau
56
non parametrik. Uji normalitas dilakukan pada dua kelas yaitu kontrol dan
eksperimen. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogrov Smirnov Z menggunakan SPSS 20. Dengan kriteria pengujian jika
nilai signifikansi P-value > maka data berdistribusi normal, dengan = 0,05.
Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:
Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan uji leneve dengan SPSS 20 dengan kriteria pengujian
jika probabilitas Sig > dengan = 0,05 maka hipotesis nol diterima. Dengan
makna lain data homogen. Adapun hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut:
H0 : 21 = 2
2 ( kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen)
H1 : 21 ≠ 2
2 (kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak homogen)
c. Uji hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas selanjutnya yaitu uji
hipotesis. Berdasarkan analisis data uji normalitas dan homogenitas dapat
disimpulkan jika data normal dan homogen maka pengujian hipotesis
menggunakan statistik parametrik dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-
rata yaitu Independent Sample T-Test. Selanjutnya apabila data tidak normal dan
homogen maka menggunakan statistik non parametrik dengan menggunakan uji
Mann-Whitney U adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut.
57
H0 : tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan desain soft skills pembelajaran berbasis model generatif
dengan pembelajaran konvesional.
H1 : ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan desain soft skills pembelajaran berbasis model generatif
dengan pembelajaran konvesional.
Jika hipotesis nol ditolak maka perlu di lakukan analisis lanjutan untuk
mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan
desain pembelajaran matematika berbasis model generatif lebih tinggi dari pada
kemampuan komunikassi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvesional. Adapun analisis lanjutan tersebut adalah dengan melihat data sampel
mana yang nilai rata-ratanya lebih tinggi dan di analisis kembali untuk
mengetahui seberapa besar peningkatanya.
d. Uji efektifitas N-gain
Data N-gain digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa
antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.. Nilai N-gain ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
N-gain =
Tinggi rendahnya nilai N-gain ditentukan dengan berdasarkan klasifikasi Hake
(1999: 01) dapat dilihat pada Tabel 3.13.
58
Tabel 3.13 Nilai Rata-rata N-Gain dan Klasifikasinya
Nilai N-Gain Kriteria0,70 - 1,00 Tinggi0,30 - 0,70 Sedang
0,00 -0,30 Rendah
114
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengembangan yang berupa desain soft skills pembelajaran matematika
berbasis model generatif menunjukkan bahwa valid dan layak digunakan
dengan kategori sangat baik. Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini
adalah tersusun produk berupa buku desain soft skills pembelajaran
matematika berbasis model generatif yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matemais siswa (Lampiran D1).
2. Desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif
berdasarkan uji beda kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan efektif
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata skor posttest kemampuan komunikasi matematis
siswa yang menggunakan desain soft skills pembelajaran matematika
berbasis model generatif lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi
matematis yang menggunakan pembelajaran konvesional.
3. Hasil analisis indeks n-gain menunjukkan adanya peningkatan skor
kemampuan komunikasi matematis siswa setelah menggunakan desain soft
101
skills pembelajaran matematika berbasis model generatif dan peningkatan
tersebut masuk kedalam kriteria tinggi. Peningkatan dapat dilihat dari rata-
rata n-gain kelas eksperimen sebesar 0,75. Sedangkan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol 0,69 termasuk dalam
peningkatan sedang. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa desain soft
skills pembelajaran matematika berbasis model generatif lebih efektif
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa daripada
pembelajaran konvesional.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dan penelitian ini, dikemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Desain soft skills pembelajaran matematika berbasis model generatif dapat
menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Bagi guru yang hendak menggunakan desain soft skills
pembelajaran matematika berbasis model generatif agar memperhatikan (a)
perencanaan dalam memanajemen waktu pembelajaran (b) menyesuaikan
kegiatan stimulan pengembangan soft skills pembelajaran matematika dengan
materi ajar (c) menyesuaikan soft skills yang akan dikembangkan dengan
karakteristik siswa.
2. Kepada penelitian selanjutnya diharapkan (a) hasil penelitian ini dapat
menjadi inspirasi untuk dapat mengembangkan lebih lanjut. (b) penelitian
dan mengembangkan pada ruang lingkup materi yang lain atau pada tingkat
satuan pendidikan yang berbeda, karena penelitian ini dilakukan hanya
102
terbatas pada materi bangun ruang sisi datar pada pembelajaran matematika
SMP kelas VIII semester genap, (c) melakukan pengujian korelasi dengan
kemampuan matematis dan aspek pendukung lain karena pengujian yang di
analisis dalam penelitian ini hanya pada pengujian korelasi dengan
kemampuan komunikasi matematis.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. RefikaAditama, Bandung. 128 hlm.
Albania. 2010. Menulis Matematika Menggunakan Sistem Aljabar Komputerdengan Setting Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan PemahamanMatematis dan Kecerdasan Emosi. (Tesis). UPI, Bandung.
Alex, K. 2014. Soft Skill Know Yourself and Know the Word. Rajendra RavindraPrinters, New Delhi. 254 hlm.
Amin, Muhammad. 2017. A Model of Soft Skill Instruction Based on the LocalCulture for Vocational Teacher Candidates in North Sumatra. JurnalPendidikan Vokasi.7:129-138.
Ansari, Bansu Irianto. 2009. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahamandan Komunikasi Matematis Siswa SMU Melalui strategithink-Talk-Write(Disertasi). UPI. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta, Jakarta. 413 hlm.
Brungardt, Christie. 2011. The Intersection Between Soft Skill Development andLeadership Education. Journal of Leadership Education. 10: 1-22.
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran DalamDinamika Belajar Siswa. Deepublish Budi Utama, Yogyakarta. 432 hlm.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Yrama Widya, Bandung. 252 hlm.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007,tentang Standar Proses.
Dunne, Richard & Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif (terjemah). RinekaCipta, Jakarta. 196 hlm.
Elfindri., Jimmy Rumengan., Muhammad Basri Wello., Poltak Tobing., FitriYanti., Zein Elfa Eriyanti., Ristapawa Indra. 2011. Soft Skills untuk Pendidik.Baduose Media, Padang. 264
104
Fraenkel Jack, R. and Wallen Norman, E. 1993 How to Design and EvaluateResearch in Education. 2nd Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York. 602 hlm.
Grugulis, Irena. 2016. Skill, Training and Human Resource Development.England: Palgrave Macmilan. 272 hlm.
Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia http://www.physics.indiana.edu/sdi.AnalizingCgange-Gain.pdf/. [20 Desember2017].
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Media, Surabaya. 344 hlm.
Hasyim, Adelina. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan Disekolah. MediaAkademik, Yogyakarta. 130 hlm.
Huda, Miftahul. 2013. Model Model Pengajaran dan Pembelajaran. PustakaPelajar, Jakarta. 358 hlm.
Idris, Norani. 2009. Enhancing Student Understanding in Calculus ThroughWriting. International Electronic Journal of Mathematics Education. Online.Vol 4, (1), 36-55.
Inra, Azwar. 2016. Developing A Model of Soft-Skill Teaching for CivilEngineering Students. J. of Research And Evaluation In Education. 02: 122-134
Joyce, Bruce., & Weill, Marsha. Emily Calhoun. 1996. Models of Teaching.Pustaka Pelajar, Jakarta. 757 hlm.
Lestari, Eka Karunia., M. Ridwan Yudhanegara. 2017. Penelitian PendidikanMatematika. PT. Refika Aditama, Bandung. 366 hlm.
Moma, La. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Self-Efficacy, dan Soft Skills Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. TesisPPS UPI.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. PrenadaMedia, Jakarta. 643 hlm.
NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.[online] http:// www.nctm.org /standards/content.aspx? Id (6 Desember2017).
Pereira, Orlando Petiz., Carlos Alberto Atcosta. 2017. The Importance of SoftSkill in Univercity Academic Curriculum: The Perception of Students in theNew Society of Knowledge. International Journal of Business and SocialResearch. 07: 25-34.
105
Putra, Ikhsan., Ariyanti Pratiwi. 2005. Sukses dengan Soft Skills. Bandung:Direktorat Pendidikan Tinggi Institis Teknologi Bandung. 129 hlm.
Putri, L. 2017. Analysis of Mathematical Communication Skills and Confidenceof 10th Grader of SMK in Geometry Material Viewed from Cognitive Style.Unnes Journal of Mathematics Education. 6: 98-107
Rahmawati, Uki. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika BerbasisMasalah untuk Siswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan Matematika UNY/ 1: 1 -8.
Sagala, Syarifudin. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.266 hlm.
Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Soft Skill Perguruan Tinggi. DitektoratJenderal Pendidikan Tinggi, Bandung. 58 hlm.
Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada,Jakarta. 236 hlm.
Sarjiati. 2014. Model Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran Praktikuntuk Kesiapan Kerja Siswa Paket Keahlian Administrasi Perkantoran DiSMK Negeri 1 Purwodadi. (Tesis). PPS UNS. Surakarta.
Schulz, Bernd. 2008. The Importance of Soft Skills: Education Beyond AcademicKnowledge. Journal of Language And Communication. 1: 146-154.
Shadiq, Fadjar. 2008. Bagaimana Cara Mencapai Tujuan PembelajaranMatematika di SMK. PPPPTK Matematika, Yogyakarta. 50 hlm.
Sudijono, Anis. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada,Jakarta. 488 hlm.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. AlfabetaBandung. 380 hlm.
Sumar, Warni Tune., Intan, Abdul Razak. 2016. Strategi Pembelajaran DalamImplementasi Kurikulum Berbasis Soft Skill. Deepublish, Yogyakarta. 265hlm.
Sumarmo, Utari. 2017. Hard Skill dan Soft Skill Matematik Siswa.. RefikaAditama, Bandung. 282 hlm.
Sutiarso, Sugeng 2011. Statistika Pendidikan & Pengolahanya dengan SPSS.Aura Creation, Bandar Lampung. 137 hlm.
106
Sutiarso, Sugeng 2014. Implementasi Lesson Study Melalui Metode Inkuiri UntukMeningkatkan Soft Skill Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan MIPA.5: 9-14.
S, M. J Dewiyani. 2015. Improving Student Soft Skills Using Thingking ProsesProfile Base on Personality Types. International Journal of Evaluation andResearch in Education. 04: 118-129.
Triyanto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. KencanaPrenda Media Grup, Jakarta. 376 hlm.
Tulgan, Bruce. 2015. Bridging the Soft Skills Gab. John Wiley & Sons. Inc, NewJersey. 261 hlm.
Widarto, 2011. Pengembangan Soft Skills Mahasiswa Pendidikan Vokasi MelaluiClop-Work. Paramitra, Yogyakarta. 159 hlm.
Widoyoko, Eko, Putro. 2013. Evaluiasi Program Pembelajaran. Pustaka Belajar,Yogyakarta. 300 hlm.
Wena, Made. 2016. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara,Jakarta. 261 hlm.
Yamin, Martinis., Bansu Irianto Ansari 2012. Taktik MengembangkanKemampuan Individual Siswa. Referensi, Ciputat. 169 hlm.