desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh: HARUN ARROSYID C 0806013 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

Page 1: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DESAIN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh:

HARUN ARROSYID

C 0806013

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

DESAIN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji

Di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh :

HARUN ARROSYID

C 0806013

Pembimbing I Pembimbing II

Anung B Studyanto, SSn, MT Mulyadi,SSn,M.Ds

NIP. 19710816 200501 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn

NIP. 19621221 199201 1001

Page 3: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011

Penguji

1. Ketua : Drs. Ken Sunarko. M.Si

NIP. 19511128 198303 1 001 ( ............................... )

2. Sekretaris : Drs. IF. B. Sulistyono. Sk, MT.arch

NIP. 19621125 199303 1 001 ( ............................... )

3. Pembimbing I : Anung B Studyanto, SSn, MT

NIP. 19710816 200501 1 001 ( .............................. )

4. Pembimbing II : Mulyadi,SSn, M.Ds

NIP. 19730702 200212 1 001 ( ............................... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Soedarno, M.A

NIP. 19621221 199201 1001 NIP. 19530314 198506 1001

Page 4: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Harun Arrosyid

NIM : C0806013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir

berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar

karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya

saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan

dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan

gelar yang diperoleh.

Surakarta, 25 Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

Harun Arrosyid

NIM. C 0806013

Page 5: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

“ Jangan pernah menyerah. “ (Penulis)

“ Doa Orang tua adalah salah satu kunci kesuksesan. “

(Penulis)

Page 6: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa tulus

memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta

perjuangannya untukku.

2. kakak-kakaku dan adiku yang selalu

memotifasi supaya selalu semangat dalam

mengerjakan TA ini.

3. Dosen pembimbing maupun dosen pengajar

di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih

untuk semua bimbingan dan nasehat yang

telah diberikan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabatku Interior 2006 yang selalu

mengiringi langkahku dan menceriakan

hariku selama 4.5 tahun ini.

Page 7: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis

mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas

Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior ”Museum sepak bola

Indonesia”

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi

oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis

tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas

Sastra dan Seni Rupa.

3. Anung B Studyanto, SSn, MT selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas

Akhir.

4. Mulyadi,SSn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir.

5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.

6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga

terselesaikannya Tugas akhir ini.

7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa, motifasi dan segalanya kepada

penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.

Page 8: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Kakak-kakaku dan adiku yang selalu memberi doa dan dorongan kepada

penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

9. Sahabatku Interior 2006 (Erlin dan Fahmi yang dari awal bersama-sama dalam

melaksanakan konsultasi dan awal-awal perjuangan saat mengerjakan tugas

akhir), (Didik,Arkhi, yang telah banyak membantu penulis ketika persiapan

pendadaran sampai selesai...terimakasih untuk semuanya teman berkat kalian

pendadaran ku bisa berjalan lancar...!!!), (Ginar, Hafid, Putri, Inung, Hesti,

Adek, Maya, Kartika, Rosi, Mbak Nita, Anik, Nanik, Nur ,Putu, Ari dan semua

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) terimakasih untuk semua

kerjasama kita selama 4 tahun ini,kalian semua telah menerima penulis sebagai

sahabat dan juga terimakasih untuk segala bantuannya selama ini. Terimakasih

semuanya.........Bravo Interior 2006....

10. Mas Brew’02, Mas Cimi’03, Mas ragil 03, Mas Thom’04, Agus’08 dan semua

teman-teman yang telah membantu penulis dalam menempuh tugas akhir

sampai selesai. Terimakasih untuk semua bantuannya.

11. Mas Candra yang selalu siap setiap waktu buat ngeplot. Terimakasih buat

semua bantuanya .

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu menyelesaikan tugas akhir ini.

Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga

Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya,

Amin.

Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis

mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat

menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.

Page 9: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, Januari 2011

Penulis,

Harun Arrosyid

C 0806013

Page 10: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

Harun Arrosyid

1,

Anung B Studyanto, Ssn.MT2

Mulyadi, Ssn, M.Ds3

ABSTRAK

Harun Arrosyid. C0806013 2011. Perencanaan dan Perancangan Interior Museum

Sepak Bola Indonesia Di Surakarta . Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di

Surakarta merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara

merencanakan ruangan yang dapat dijadikan wadah memamerkan,merawat dan

menyimpan yang bersifat mendidik dan menghibur. Lokasi perencanaan ini berada di

eks Karisidenan kota Surakarta yang tepatnya berada di kawasan Sriwedari.

” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di

Surakarta ini dibatasi pada elemen interior terutama pada segi penataan ruang dan

memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan

mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan modern dan sesuai

dengan tema. Dimana dari semua pertimbangan tersebut di fungsikan sebagai

pengembangan dari ide dasar yang di tuangkan ke desain yang ingin di ciptakan pada

” Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini.

Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior

Museum Sepak Bola Indonesia yang dapat merancang tema yang sesuai dengan gaya

Modern selain itu merancang interior museum sebagai tempat pendidikan, dan

hiburan.

Tujuan dari karya ini adalah merencanakan museum sepak bola yang berada

di Kota Solo yang ditujukan bagi masyarakat penggemar sepak bola yang belum

memiliki tempat kusus untuk menampung,memamerkan koleksi persepak bolaan

indonesia , oleh karena itu dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat

mewadahi kegiatan tersebut.

Sasaran desain sebagai wadah berkumpul bagi para penggemar sepak bola

di indonesi dan menambah ilmu mengenai maupun sejarah dari sepak bola terutama

yang masuk ke Indonesia bagi para pengunjung yang datang.

Perancangan interior Museum Sepak Bola Indonesia ini bermanfaat bagi

masyarakat untuk dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sepak bola

Indonesia.

1Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0806013

2Dosen Pembimbing 1

3Dosen Pembimbing 2

Page 11: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..........

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...........

PERNYATAAN …………………………………………………………............

MOTTO ...............................................................................................................

PERSEMBAHAN………………………….........................................................

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...........

ABSTRAK ……………………………………………………………….............

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..........

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….............

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..........

DAFTAR SKEMA ……………………………………………………….............

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………………………………………............

B. BATASAN MASALAH....................................................................

C. RUMUSAN MASALAH …….……………….……….....................

D. TUJUAN …………………………………….………………............

E. SASARAN ……………………………………………………...........

F. MANFAAT ………………...…………………………......................

G. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN........................................

H. METODE DESAIN............................................................................

I. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

x

xv

xvii

xviii

1

2

2

3

3

4

5

6

8

Page 12: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Judul.......... …………………………………….............

B. Tinjauan Umum Museum ………….………...…............................

1. Pengertian Museum.................................................................

2. Sejarah Perkembangan Museum..............................................

a. Asal mula museum........................................................

b. Perkembangan Museum di Indonesia..........................

3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum..............................................

a. Tugas Museum...............................................................

b. Fungsi Museum..............................................................

4. Jenis Museum...............................................................................

a. Menurut koleksinya.........................................................

b. Menurut tingkatan...........................................................

c. Menurut Kedudukan Museum........................................

d. Menurut Penyelenggaraannya.........................................

5. Persyaratan Museum.....................................................................

C. TINJAUAN KHUSUS

1. Tinjauan Loby..............................................................................

a. Pengertian lobby.......................................................................

b. Fungsi lobby.............................................................................

c. Fasilitas lobby...........................................................................

2. Tinjauan Ruang Pamer.................................................................

a. Pengertian Ruang pamer...........................................................

b. Tipe ruang pamer......................................................................

c. Fasilitas Pendukung...................................................................

d. Tata ruang ................................................................................

3. Tinjauan Sirkulasi.........................................................................

a. Pengertian Sirkulasi...................................................................

b. Sirkulasi umum.........................................................................

10

12

12

12

12

14

15

15

15

16

16

16

17

17

18

23

23

24

24

25

25

25

26

27

28

28

29

29

31

32

33

Page 13: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c.Penerapan sirkulasi.....................................................................

d. Arus sirkulasi............................................................................

e. Sirkulasi koleksi.......................................................................

f. Sirkulasi khusus...........................................................................

g. Hubungan sirkulasi dengan ruang pamer..................................

h. Orientasi.....................................................................................

i. Pemilihan rute............................................................................

j. Alur lintasan...............................................................................

k. Kejenuhan terhadap objek..........................................................

l. Luas pergerakan manusia dalam ruang pamer ..........................

m. Penarikan perhatian...................................................................

4. Tinjauan organisasi ruang..............................................................

D. Komponen pembentuk ruang

1. Lantai..........................................................................................

2. Dinding......................................................................................

3. Ceiling.......................................................................................

E. Interior Sistem

1. Sistem Pencahayaan...................................................................

2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan.........................

3. Sistem Penghawaan...................................................................

4. Sistem Akustika.........................................................................

5. Sistem Keamanan......................................................................

6. Sistem display.............................................................................

7.Furniture.......................................................................................

8.Pertimbangan desain...................................................................

9.Tinjauan tentang sepak bola........................................................

10.Tinjauan tentang Solo.................................................................

29

31

32

33

34

36

39

41

42

43

44

45

47

48

49

50

53

59

61

63

68

74

76

80

91

Page 14: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III. STUDY LAPANGAN

A. Museum POLRI................................................................................

B. Taman Pintar.....................................................................................

C. FX Mall.............................................................................................

D. Museum sepak bola...........................................................................

BAB IV. PEMBAHASAN

A. ANALISA EXISTING

1. Asumsi Lingkungan...................................................................

2. Asumsi lokasi............................................................................

3. Analisa interior..........................................................................

B. PROGRAMING

1. Status Kelembagaan..................................................................

2. Struktur Organisasi...................................................................

3. Sistem Operasional....................................................................

4. Program Kegiatan......................................................................

a. Kegiatan Museum................................................................

b. Kegiatan Manusia................................................................

5. Benda Koleksi............................................................................

6. Fasilitas Ruang...........................................................................

7. Besaran Ruang...........................................................................

8. Furniture.....................................................................................

9. Sistem organisasi ruang.............................................................

10. Program ruang...........................................................................

11. Sistem sirkulasi.........................................................................

12. Hubungan antar ruang...............................................................

13. Zoning dan Grouping................................................................

98

99

101

104

106

106

107

108

108

109

109

109

109

112

112

113

114

117

119

121

122

122

Page 15: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. KONSEP DESAIN

1. Ide Dasar...................................................................................

2. Tema Desain...............................................................................

3. Aspek Suasana...........................................................................

4. Aspek Penataan Ruang/Layout..................................................

5. Pembentuk Ruang.......................................................................

a. Lantai....................................................................................

b. Dinding.................................................................................

c. Ceiling..................................................................................

6. Aspek bentuk dan warna............................................................

7. Interior Sistem...........................................................................

a. Pencahayaan.........................................................................

b. Akustik..................................................................................

c. Penghawaan..........................................................................

8. Sistem Keamanan.......................................................................

9. Aksesbilitas................................................................................

BAB. IV PENUTUP

A. KESIMPULAN..............................................................................

B. SARAN..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

LAMPIRAN

124

125

126

126

128

129

130

130

131

133

133

134

135

137

138

139

139

140

Page 16: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya,

untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas

dan secara cermat/mendetail.....................................................................

Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer..........................

Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer..................................................

Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer...................................................

Gambar II.5. Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya

Alami untuk Penerangan dalam Vitrin....................................................

Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang..................

Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas

ruangan...................................................................................................

Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang

berfungsi sebagai pembagi cahaya.........................................................

Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.....

Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang

vertikal...................................................................................................

Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D........................

Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh

refleksi cahaya.......................................................................................

Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical........

Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal....

Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik.....................................................

Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical..............

Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati

Materi Koleksi.........................................................................................

Gambar II.18. Penyajian Display Film........................................................................

35

38

39

39

52

53

55

55

58

57

58

58

59

59

68

69

79

72

Page 17: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar II.19. Penyajian Display Komputer................................................................

Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu..................................

Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin....................................................................................

Gambar II.22 Logo PSSI..............................................................................................

Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno.......................................................

Gambar II.23 Peta Kota Solo......................................................................................

Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo..................................

Gambar III.1 Foto bagian depan.................................................................................

Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai...................................................................

Gambzr III.3 Foto Interior Museum............................................................................

Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif......................................................................

Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan.........................................................

Gambar III.6 Foto flooring FX mall...............................................................................

Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall.........................................................

Gambar III.8 Foto ceiling FX mall..............................................................................

Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior..................................................

Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior......................................................

Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1........................................................................

72

72

74

89

89

92

93

98

98

99

100

101

101

102

103

104

105

124

Page 18: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer........................................................

Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi................................................................................................

Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer.....................................................

Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung............................................................

Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.....................................................

Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.......................................................

Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer.............................

Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung..........................................

Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer......................................

Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang...........................................................................

Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi

ruang pamer...............................................................................................

Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang...............................................................................

Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta......................

Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta...............................................................................................

Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta...............................................................................................

Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta...............................................................................................

Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta..............................................................................................

Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta..

Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di

Surakarta...................................................................................................

Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta......................

Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang......................................................

28

33

34

38

38

40

41

43

44

45

46

53

112

114

115

116

116

117

118

118

119

Page 19: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung............................................................

Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di

Surakarta....................................................................................................

Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)......................................................

Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)...................................................

Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)............................................

Tabel IV.16 analisa bentuk.............................................................................................

Tabel IV.17 analisa sifat warna......................................................................................

Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.....................

Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan........................................

Tabel IV.20 Sistem keamanan.........................................................................................

121

128

129

130

131

131

132

137

137

138

Page 20: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR SKEMA

Skema I.1 Pola Pikir Desain............................................................................................

Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta.............................................................

Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah......................................................

Skema II.3 Struktur organisasi museum secara umum....................................................

Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum...............

Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum...........................................................

Skema IV.1 Struktur Organisasi......................................................................................

Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta...............................................................................

Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum

Sepak bola indonesia di Surakarta.............................................................

Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak

bola indonesia di Surakarta........................................................................

Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta.......................................................................

Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta................................................................................................

Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta.............................................................................

Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus...........................................

Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang..............................................................................

5

21

22

22

31

32

107

108

109

109

109

110

110

110

122

Page 21: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepak bola merupakan cabang olah raga yang paling populer di

dunia saat ini. Sepak bola berasal dari daratan cina, dalam sebuah

dokumen militer disebutkan, sejak tahun 206 SM, pada masa

pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan

sepak bola yang disebut Tsu Chu. Tsu mempunyai arti menerjang bola

dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya. Merekapun

bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan

menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Seiring

perkembanganya sepak bola terus berkembang hingga dikenal dengan

sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di

sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya.

Sepak bola masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah dan

pedagang yang berasal dari Cina. Seiring perkembangan zaman sepak bola

di Indonesia sepak bola belum seperti di Eropa atau benua lainnya. Untuk

di Indonesia, tim nasional Indonesia juga pernah merasakan puncak

kejayaan di tahun 1938 dengan mengikuti putaran final piala dunia, tetapi

di hanya sampai babak 1. Tahun 1950 Indonesia ikut olimpiade di

Melbourne Australia. Setelah itu di era 90-an Indonesia mengalami

kemunduran karena tidak ada regenerasi dalam tim nasional PSSI.

Solo merupakan salah satu kota yang bersejarah dalam

perkembangan Olah raga di Indonesia antara lain: Merupakan salah satu

kota pendeklarasian PSSI tahun 1930.Pernah menjadi tempat Konggres

olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga

Republik Indonesia (OORI).Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV

atau pekan Olah Raga Cacat pada tahun 1986.

Page 22: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dari penjabaran diatas maka perlu dibangun sebuah tempat yang

dapat memberikan penghargaan kepada insan sepak bola dan dapat

memberikan pendidikan, pengetahuan dan hiburan tentang sepak bola

yaitu Museum sepak bola Indonesia.

B. BATASAN MASALAH

Dari penjabaran yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan

perancangan interior museum sepak bola yang meliputi berbagai fasilitas.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung yang sudah tentu

mengutamakan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang, maka

perancangan interior museum sepak bola dibatasi pada :

1. Membatasi pada perancangan interior ruang yang ruang pamer, lobby,

dan sarana pendukung lainnya.

2. Perancangan interior yang diterapkan pada ruang-ruang utama yang

berhubungan langsung dengan publik sebagai pengunjung.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior museum sepak bola

sebagai sarana edukasi dan entertaimen yang dapat memenuhi

kebutuhan pengunjung bangunan tersebut ?

2. Bagaimana mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat

memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola ?

3. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas museum

sepak bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan

pengunjung secara maksimal ?

Page 23: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

D. TUJUAN

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka Museum Sebak Bola

ini mempunyai tujuan :

1. Merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai

sarana promosi, informasi, hiburan, pendidikan, dan kebudayaan yang

dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut.

2. mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat

memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola.

3. Merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas Museum Sepak Bola

yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung

secara maksimal.

E. SASARAN

1. Sasaran pengunjung:

Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara)

Pelajar dan Mahasiswa

Penggemar sepak bola.

2. Sasaran perancangan desain:

Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai

dengan aktifitas di dalam museum sepak bola.

Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan,

dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan.

Memperhatikan Museum Sepak Bola dan menyelesaikan kebutuhan

estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang

tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior museum

sepak bola.

Sarana penelitian bagi para penggemar sepak bola atau masyarakat

yang berminat tentang sepak bola.

Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk mengetahui dan belajar

memahami sepak bola dan sejarah sepak bola Indonesia.

Page 24: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Sarana rekreatif bagi masyarakat untuk dapat melihat koleksi sepak

bola Indonesia secara langsung dari dekat dengan terpenuhinya

faktor keamanan dan kenyamanan.

F. MANFAAT

1. Bagi Penulis/ Desainer

a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan

merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan

pengunjung dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam

“Museum Sepak Bola di Solo ”.

b. Mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah

yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior

“Museum Sepak Bola di Solo” dengan menerapkan ide, gagasan

serta analisa yang ada.

2. Bagi pesebak bola/ penggemar sepak bola

a. Dapat memberikan inspirasi untuk lebih berprestasi lagi seperti

para pemain sepak bola jaman dulu.

b. Mengetahui sejarah perkembangan tim nasional Indonesia.

3. Bagi Dunia Akademik

a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum Sepak

Bola di Solo”.

b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam

dunia akademik.

4. Bagi Masyarakat

a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Museum

Sepak Bola di Solo”.

b. Menjadi sebuah sarana hiburan yang mampu dijadikan tempat

rekreasi, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi

dan pengalaman dikalangan penggemar sepak bola dan fans club

yang ada di Indonesia.

Page 25: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

G. Skema Pola Pikir.

Skema I.1 Pola Pikir Desain

DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA

Studi Literatur Studi Lapangan

Analisis

Konsep Desain

Norma Desain:

1. Fungsi

2. Bahan

3. Teknik

4. Estetik

Alternatif Desain

Skesta Desain

Desain Akhir

Page 26: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

H. Metode Desain

1. Permasalahan

Desain Interior Museum Sepak Bola ini berdasarkan analisa

permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan sehingga

membutuhkan bahan pembanding/ referensi dalam rancangan Museum

Sepak Bola di Surakarta.

Perancangan ini membutuhkan pembanding dengan studi

lapangan, studi literatur, dan browsing internet sehingga permasalahan

dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam

perancangan Museum Sepak Bola ini adalah penyediaan ruang-ruang

terapi yang kondusif bagi pengunjung museum. Berdasar dari analisa

permasalahan yang ada dikembangkan menjadi konsep desain yang

didukung oleh aspek-aspeknya.

2. Bentuk Perancangan

Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta

menggunakan pendekatan modern, hal ini dianalogkan dari

perkembangan pesat sepak bola terjadi pada jaman modern.

Pendekatan modern dirasa diperlukan karena bagi pengunjung dan

pengelola Museum Sepak Bola hal yang simple, menarik, dan edukatif

akan mempermudah pengunjung dapat menikmati dan mengelola

sarana dan prasarana museum. Tetapi ruangan yang mereka gunakan

harus memperhatikan kebutuhan mereka. Dari studi lapangan dan

literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan

yaitu menciptakan ruang-ruang museum yang nyaman, aman, menarik,

dan edukatif tetapi tetap modern. Organisasi ruang menyesuaikan

perancangan, pencapaian antar ruang mudah dengan tidak

mengenyampingkan interior system yang aman dan nyaman.

3. Lokasi Penelitian

a. Museum POLRI di Jakarta

b. Taman Pintar di Yogyakarta

c. FX Mall di Jakarta

Page 27: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

d. Museum Sepak Bola di Inggris

4. Bentuk Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam

penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

(uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini

mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada

hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan

suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang

sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

5. Sumber Data

Sumber-sumber data yang digunakan adalah:

1) Data Primer

Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung.

2) Data Sekunder

Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan

penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet.

6. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data

diperoleh melalui tehnik :

1) Wawancara

Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya

tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan

struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin

memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup

mendalam” ( H.B.Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

2) Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai

observasi berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara formal

Page 28: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi

penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga

menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, kamera

serta alat pendukung lainnya.

3) Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )

Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi

penelitian.

7. Metode pembahasan

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah

metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang

digunakan oleh peneliti, yaitu :

1) Data reduction

Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data.

2) Data display

Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun

sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

3) Concluting Drawing

Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai

melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan

sebab-akibat dan proporsi-proporsi (Sutopo HB, dalam Defi Sri

Kartikasari. 2010).

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, skema pola

pikir dan metode desain, dan sistematika penulisan.

Page 29: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II KAJIAN LITERATUR

Mengemukakan hasil proses pengumpulan data dan studi

literatur. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai dasar dan

pedoman perancangan. yang meliputi pembahasan teori tentang

ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang

pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk

ruang, sistem interior, sistem keamanan.

BAB III STUDI LAPANGAN

Data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan

proyek interior yang akan dikerjakan sehingga menjadi

pembanding dan acuan untuk merancang konsep desain.

Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai

dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun

sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses

analisa dari konsep Desain Interior Museum Sepak Bola di

Surakarta

BAB IV ANALISA DESAIN

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar

belakangi terciptanya karya desain interior.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan

keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai

perancangan Interior Museum Sepak Bola di Surakarta.

B. Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 30: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Judul

Pengertian judul perancangan dan perencanaan Museum Sepak Bola di

Surakarta adalah sebagai berikut :

Desain : Proses, pembuatan, cara, merencanakan atau merancangkan

(KamusBesar Bahasa Indonesia, 1995, hal : 741)

Interior : Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia, 1989 :195)

Museum : 1) Museum awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal

dari kata museion yang berarti sebuah gedung tempat

pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari

sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau

ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. (Moh.Amir

Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum , 1983)

2) Adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk

kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara,

menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya,

khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna

penikmatan dan pendidikan, kumpulan-kumpulan objek

dan barang-barang yang berharga bagi kebudayaan,

koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah dan

teknologi, kebun raya, kebun binatang, akuarium,

perpustakaan umum lembaga-lembaga arsip untuk

umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap akan

dianggap museum pula (Moh Amir Sutaarga, Pedoman

dan pengelolaan museum ,1983).

Sepak bola : 1) Merupakan salah satu cabang sepak bola yang di

mainkan 2 tim setiap tim terdiri dari 11 pemain dan

dipimpin 1 wasit dan 2 hakim garis

(http://www.wikipedia.com)

Page 31: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2) Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat

populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini

dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang

masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke

gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok

beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya umur.

(www.kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-

bola)

Solo : 1) Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama

sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di

Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat

kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur

kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah

satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini dulu

juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi

Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan.

Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah

pembantu gubernur". Kota Surakarta memiliki

semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari

Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah.

2) Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the Spirit of

Java yang diharapkan bisa membangun pandangan

kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

(http://www.wikipedia.com)

Jadi pengertian Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta

adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum,

dengan tujuan untuk memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan

dan pendidikan tentang sepak bola, yang mana koleksi dari museum ini

adalah koleksi dari pemerintah dan dari para mantan pemain atau para

kolektor sepak bola yang ingin disampaikan oleh museum agar masyarakat

sepak bola lebih mudah dipahami oleh masyarakat (pengunjung museum).

Page 32: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

B. Tinjauan Umum Museum

1. Pengertian Museum

Pengertian museum yang dikenal sekarang ini, awalnya dikenal

di Yunani. Museum berasal dari kata “museion” sebuah gedung tempat

pemujaan para “muse”, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi

perlambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan ilmu pengetahuan

dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1987:7).

Arti kata museum yang dapat dianggap resmi secara internasional

adalah pengertian yang ditemukan oleh International Council of

Museum (ICOM), yaitu badan dalam lingkungan UNESCO, seperti

yang dibacakan dalam Statutes of ICOM, setelah sidang umumnya ke-

11, di Kopenhagen pada tahun 1974, yang mengungkapkan :

“Museum” adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak

mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada masyarakat tetapi

untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk

umum. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)

2. Sejarah dan Perkembangan Museum

a. Asal Mula Museum

Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda

adalah merupakan hal yang lama (Collecting Instinct). Hal ini

dapat dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri

ini sudah ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000

tahun yang lalu, dan bukti-bukti berupa koleksi kepingan-

kepingan oker (jenis batuan berwarna) yang didapatkan didalam

gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal ini.

Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (Curiosities)

dalam bidang permuseuman merupakan “Curio Cabinet” atau

bentuk tata pamer yang tertua. Naluri pengumpulan benda aneh ini

terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pamer

tersendiri

Page 33: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Museum-museum pada permulaannya memang merupakan

koleksi pribadi para bangsawan, para pangeran (Princces) serta

pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan

cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian orang-orang

tersebut.

Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orang-

orang lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat dekat atau para

relasi yang dipercaya untuk menunjukan kelebihannya, sehingga

benda-benda tersebut merupakan “ajang prestise” dari pemiliknya.

Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curion cabinet

yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki

kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda-

benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing

yang telah dilakukannya sendiri atau mereka yang memiliki

kemampuan untuk mengirimi utusan-utusan guna untuk

melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda

tersebut.

Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam

sebuah “trophy room” (ruang khasanah) dan memamerkanya pada

lemari-lemari khusus. Pameran seperti ini terus “membeku”, tidak

berkembang merupakan pameran isi gudang istilah masa kini

membeku dalam bentuk animasi peragaan sampai pada ahir tahun

1700. Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai

memikirkan bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat

umum, sehingga benar-benar dapat dinikmati serta ada

manfaatnya.

Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang

etalase toko, di mulai pada abad ke-20 dan telah dicari bentuk

peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan bentuk dunia

pendidikan. Sejak itulah museum menjadi salah satu lambang

kedaulatan rakyat di bidang kebudayaan, seni dan ilmu

Page 34: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pengetahuan tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan dan

cendikiawan saja, melaikan sudah menjadi milik umum. Dalam

perkembangan selanjutnya, museum juga munuju pada fungsi

rekreasi yang lebih menonjol dari pada fungsi edukatif.

(Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta,

1993/1994 : 1)

b. Perkembangan Museum di Indonesia

Sejarah permuseuman di Indonesia dimulai ketika

pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Bataviaasch

Genoochop Van Kunstenan Wetenschappen (sekarang dikenal

dengan Museum Nasional), di Batavia pada tanggal 24 April

1778. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan

ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya

berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti:

1) Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang

dikenal dengan Nama Kebun Raya Bogor.

2) Herbarium Bogorience pada tahun 1884.

3) Setedelijk Historisch Museum (Museum Empu Tantular) pada

tahun 1922 di Surabaya.

4) Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932.

5) Museum Sonoboedoyo di Yogyakarta pada tahun 1935.

Setelah Indonesia merdeka para ilmuwan dan usahawan

Belanda pulang kenegerinya, hal ini menyebabkan kondisi

permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai

dengan akhirnya Indonesia masuk dewan museum International

(ICOM), yang pada akhirnya mulai diadakan pembinaan museum.

Page 35: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum

a. Tugas Museum

Museum mempunyai tugas yaitu:

1) Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan.

2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.

3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara

massal.

4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.

5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara

kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke

museum.

6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan

ilmiah.

b. Fungsi Museum

Museum mempunyai tujuan, yaitu:

1) Tujuan Fungsional

Memberi pengertian pada bangsa Indonesia melalui

generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini

merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan

Indonesia sangat agung juga sebagai pelindung dan

pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.

2) Tujuan Institusional

Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar

berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang

saling berpengaruh ialah:

a) Kepentingan objek

Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan

serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai

nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang

disebabkan antara lain oleh iklim, alam, biologia dan

manusia.

Page 36: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b) Kepentingan umum

Mengumpulkan penemuan-penemuan benda,

memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda

koleksi kepada masyarakat umum agar dapat:

(1) Menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan

tanggung jawab.

(2) Di pelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.

(Moh Amir Sutaarga, 1989: 26)

4. Jenis Museum

Jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari

berbagai sudut, baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya

maupun menurut status penyelenggaraannya. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta

membagi jenis-jenis museum berdasarkan:

a. Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa

bagian, tetapi secara garis besar dibagi dalam :

1) Museum Umum, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang

berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan

teknologi.

2) Museum Khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti dari material manusia atau kumpulannya

yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang satu

cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b. Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas:

1) Museum Khusus Tingkat Nasional

2) Museum Khusus Tingkat Regional

3) Museum Khusus Tingkat Lokal

4) Museum Situs

Adapun museum khusus ini dapat di klasifikasikan lagi

menjadi 6 museum khusus:

Page 37: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1) Museum Ilmu-ilmu Hayat (Natural Hitory).

2) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and

Tecnology).

3) Museum Ilmu Purbakala (Archeology).

4) Museum Ilmu Antropologi dan Etnografi (Antropological).

5) Museum Sejarah Seni Rupa (Art History).

6) Museum Sejarah (Historical).

c. Menurut Kedudukan Museum dapat dibagi dalam

1) Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh

wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2) Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh

wilayah Provinsi dimana museum itu berada.

3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh

wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum itu

berada.

d. Menurut Penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi :

1) Museum Pemerintah, museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh pemerintah. Museum ini juga dapat dibagi lagi

dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan

oleh Pemerintah Daerah.

2) Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh swasta.

Page 38: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5. Persyaratan Sebuah Museum

Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah, sbb:

a. Persyaratan Lokasi Museum

1) Lokasi harus Strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum.

2) Lokasi harus sehat, yang dimaksud sehat yaitu berada di daerah

industri, tidak berada di daerah berawa atau berpasir dan

elemen-elemen yang mempengaruhi lokasi, seperti kelembaban

udara antara 55 – 65 %

b. Persyaratan pembagian ruang

Persyaratan ruang secara fungsional untuk museum minimal

terdiri atas:

1) Bangunan Pokok, meliputi:

a) Pameran Tetap

b) Pameran Temporer

c) Auditorium

d) Kantor Administrasi dan Perpustakaan

e) Laboratorium konservasi

f) Storage

2) Bagian Penunjang, meliputi :

a) Keamanan / pos jaga

b) Ghif Shof dan Kafetaria

c) Ticket box dan penitipan barang

d) Lobby / ruang istirahat

e) Toilet

f) Tempat parkir, pertamanan, pagar

c. Persyaratan koleksi museum

Untuk meninjau pengertian koleksi dan objek museum

tersebut oleh Amir Sutaarga dalam bukunya Museografi dan

museologi memberi pengertian sebagai berikut: “Koleksi museum

adalah sebagai objek museum ayng disimpulkan menurut

sistematika dam metode-metode ilmiah atau cabang-cabang ilmu

Page 39: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas obyek yang

terhimpun dalam koleksi tertentu”.

Adapun istilah teknis yang dipergunakan oleh kalangan ahli

museologi bagi koleksi museum adalah:

1) Natural materials, untuk segala benda yang masih murni, yang

masih merupakan bagian dari lingkungan hidup.

2) Cultural material, atau benda-benda budaya, seperti archeologi,

ethnographica, numismatika, heraldika, intinya segala macam

buatan manusia, yang kadang-kadang disebut juga tangibel

kultural properties, kekayaan dalam artian abstrak, yang sering

diungkapkan dalam definisi tentang kebudayaan sebagai suatu

sistem nilai, sistem gagasan, sistem ungkapan hidup, yang

diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya (Moh Amir

Sutaarga, 1989: 35).

Adapun persyaratan koleksi museum, adalah:

1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetis).

2) Dapat diintensifikasikan mengenai wujudnya (morfologo),

tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya,

asalnya secara histories dan geografis, genusnya (dalam orde

biologi) atau priodenya dalam geologi khususnya untuk benda-

benda sejarah dan teknologi.

3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti

kenyataan dan kehadirannya ( realita dan eksistensi) bagi

penelitian ilmiah.

4) Dapat dijadikan suatu momen atau bakal jadi momen dalam

sejarah alam dan budaya.

5) Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut

persyaratan museum.

Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:

1) Etnogarafika, yaitu kumpulan banda-benda hasil budaya suku-

suku bangsa.

Page 40: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2) Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda sejarah.

3) Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkheologi.

4) Numismatika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat

tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang,

cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.

5) Naskah-naskah kuno.

6) Keramik asing.

7) Buku atau majalah antikuariat.

8) Karya seni atau seni kriya

9) Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap

reproduksi yang dijadikan dokumentasi.

10) Diorama, yaitu gambar yang berbentuk tiga dimensi.

11) Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan

maupun mineral.

12) Benda-benda wawasan nusantara, benda asli (realita) atau

reflica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah

nusantara.

13) Reflika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya

14) Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun

diperkecil.

15) Koleksi hasil abstraksi.

Sedangkan Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi

museum sbb:

1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi)

2) Social prestige collection (koleksi kepercayaan magis)

3) Magic collection (koleksi kepercayaan magis)

4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai

sebuah pernyataan kesetiaan kelompok)

5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi

memancing keingintahuan dan pertanyaan)

Page 41: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni

yang memencing pengalaman emosional) (Moh Amir sutaarga,

1989: 77)

Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan:

1) Penemuan / penggalian.

2) Pembelian.

3) Hadiah / hibah.

4) Titipan dari perorangan atau badan hokum.

d. Persyaratan organisasi

Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal

mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur

organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan

Presiden RI no. 45 tahun 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no.

079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah

Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu: unsur

pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan

adalah museum-museum. Struktur Organisasi Museum ditetapkan

berdasarkan keputusan menteri P dan K.

Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta

Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1987: 37)

BADAN PENDIRI

MUSEUM

BADAN PENGURUS

BADAN

PENGAWAS

BADAN

PENASEHAT

Page 42: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah

Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989: 40)

Skema II.3 :Struktur organisasi museum secara umum

Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989 : 43)

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum

mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1) Pembidangan tata usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi

ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan.

2) Pembidangan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang

berhubungan dengan identifikasi, klsifikasi, kalatogisasi koleksi

sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam

kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk

penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi.

BADAN PEMERINTAH

BADAN PEMERINTAH

TEKNIS

PERMUSEUMAN

M,USEUM M,USEUM M,USEUM M,USEUM

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA

DAN

PERPUSTAKAAN

KEPALA MUSEUM

KURATOR

KOLEKSI

KONSERVATOR

PERPUSTAKAAN

PREPARATOR

STUDIO

EDUKATOR

PEMBIMBING

EDUKATIF

Page 43: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi konservasi

preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban

suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium

koleksi

4) Pembidangan preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi

koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk

menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel

reparasi.

5) Pembidangan bimbingan dan publikasi yang meliputi kegiatan

bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah

dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.

6) Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi kegiatan

penanganan kepustakaan/referensi.

Setiap pembidangan tersebut diatas dipimpin oleh kepala

yang bertanggung jawab kepada kepala museum. Susunan

organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat

kedudukan dan status museum.

C. Tinjauan Khusus Museum.

1. Tinjauan Lobby

a. Pengertian Lobby

Hall atau lobby merupakan ruang kontrol dalam

pengorganisasian ruang pada sebuah fasilitas umum, sehingga

dalam perancangan harus cukup lapang, menarik, baik dari segi

sistem interior maupun komponen pembentuk ruangnya. Penataan

dan perlakuan pada dinding hall ini dibuat sedemikian rupa sehingga

bila dipergunakan tidak terlihat kosong. Pencahayaannya merupakan

perpaduan antara sinar matahari yang diperoleh dari media kaca dan

ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaan yang

mengikuti tata pencahayaan pada ruang pamer

(Fred Lawson, 2000: 113).

Page 44: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Fungsi Lobby

1) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan

fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke

tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya.

2) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi

kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di

lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama

pengunjung lain serta karyawan.

3) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi

serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.

c. Fasilitas Lobby

1) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi, ruang

pengecekan berada di kanan pintu masuk, dekat pintu tetapi

tidak menutupi lalu lintas. Meja informasi ada di kiri masuk,

karakter meja ini tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya

dapat digantikan dengan papan bulletin atau kalender peristiwa.

2) Tersedianya fasilitas telepon.

3) Tersedianya counter penjualan (bisa dilakukan di meja

informasi) jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk

menulis.

4) Tersedianya pula tempat display buku dan barang – barang

cetakan.

5) Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan (menampung apa

yang menarik dari museum), mungkin dalam minggu ini,

susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan dan

sirkulasi pengunjung. (Fred Lawson, 2000 : 114).

Page 45: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Tinjauan Ruang Pamer

a) Pengertian Ruang Pamer

1) Ruang Pamer (Show Room) Room Used For The Display Of

Good Merchandise, artinya adalah ruangan yang dipergunakan

untuk kepentingan pemajangan benda koleksi atau barang

dagangan. (Ernest Neufrest, 1980 : 359).

2) Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan

komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer

dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang

kekayaan dari koleksi. (Hadisutjipto,1998: 34).

b) Tipe Ruang Pamer

Ruang pamer dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :

1) Ruang Pamer Sementara

Untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan,

patung dan materi koleksi yang dapat dipindahkan atau

diganti-ganti di lantai pameran utama, di lantai bawah dekat

Lobby.

2) Ruang Pamer Permanen, dibagi dua :

(a) Ruang Pameran Umum (obyek dasar, ruangan

pengklasifikasian berdasarkan urutan pembuatan,

informasi tentang kain, pameran kerja).

(b) Pameran Penelitian (obyek kecil).

Skala dan proporsi ruang pamer berubah seiring dengan

waktu. Ruangan dengan ukuran sedang paling lazim untuk

bangunan-bangunan masa kini, sedangkan untuk bangunan dengan

ruangan besar banyak ditunjukkan pada bangunan kuno.

Tipe-tipe ruang pamer berdasar ukuran, yaitu :

1) Kamar Sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang

paling lazim.

2) Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang sudah

lazim dan salah satu yang tertua.

Page 46: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3) Aula Pengadilan (Ciere Story Hall) merupakan ruang yang

paling umum dalam museum seni.

4) Galeri lukis terbuka (Sky Lighting Picture Galeri), merupakan

tipe ruangan yang paling umum.

5) Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang

sesungguhnya bukan ruangan, tetapi jalan. Dipergunakan

untuk display supaya tidak tampak kosong.

6) Tipe ruangan yang bebas dibagi – bagi saat ada pameran,

ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka

untuk cahaya alami. (Setyawan, 2001 : 35)

c) Fasilitas Pendukung Ruang Pamer

1) Ruang Kerja Teknis Administrasi

Merupakan ruang yang dipergunakan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan pemrosesan bahan pustaka, administrasi, tata

usaha, dsb. Ruang ini meliputi :

(a) Ruang Sekretaris

(b) Ruang Staff

(c) Ruang Kepala dan Wakil Bagian

(d) Ruang Administrasi

(e) Ruang Arsip

(f) Ruang Gudang

2) Ruang Khusus

(a) Ruang Seminar

(b) Cafetaria

(c) Ruang Audio Visual

(d) Ruang Konsultasi

3) Ruang Penunjang Teknis dan Operasional

(a) Lobby

(b) Lavatory

(c) Ruang Pantry

(d) Mushola

Page 47: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(e) Storage

(f) Refreshment Room

(g) Ruang control listrik. (Mastini Harjoprakoso, 1991 : 5)

d) Tata Ruang

1) Area Pameran

(a) Pengertian Pameran

Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang

bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet

penjualan dengan cara memperlihatkan (display),

memperagakan (demo workshop) materi produk secara

langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J

Stanton, 1989).

(b) Lay Out

Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang

pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas.

(1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.

(2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap

aktivitas.

(3) Kapasitas ruang, formasi antrian.

(4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.

(5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.

(6) Keamanan dan perlindungan.

Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-

out pada ruang pamer adalah sebagai berikut :

Page 48: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada

pameran berskala besar.

Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana

bagian tengah menjadi inti pameran dan

dikelilingi oleh display dengan alur

tematik.

Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan

rangkaian area display dalam rute tertentu.

Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik

namun sirkulasinya bebas.

Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan

tipe display dan bangunan yang

digunakan.

Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer

(Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)

3. Tinjauan Tentang Sirkulasi

a) Pengertian Sirkulasi

Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau

tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan

kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain

dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan

tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4).

Page 49: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b) Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer)

Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer,

polanya berdasarkan lay out bangunan, namun ada kemungkinan

tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Arah sirkulasi

yang umum, pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah

pergerakan ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.

Penggunaan tangga sebagai penghubung antar lantai, serta

untuk memperlambat pergerakan pengunjung. Yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak

menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan

bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula

kemudahan untuk memindahkan barang-barang.

Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan

tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari vestibule ke lobby,

kemudian dari lobby ke ruang pamer. Untuk penanggulangan

kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan

pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.

Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup.

Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada umumnya

memiliki dua elevator. Sebagai alternatif pengganti tangga dan

elevator, dapat dipergunakan jalur landai (ramp) dan eskalator yang

banyak dipergunakan pada bangunan modern.

c) Penerepan Sistem Sirkulasi pada Bangunan

1) Sirkulasi Eksternal Bangunan

(a) Sistem Pencapaian Bangunan

Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian

berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan

sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang

menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang

mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga

Page 50: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan

mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada

pada bangunan tersebut.

(b) Pengolahan Sistem Eksternal

Karena bangunan yang direncanakan merupakan

bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku

kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site

tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga

dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan

service.

2) Sirkulasi Internal Bangunan

(a) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam

bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu

yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal

juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi

bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga,

eskalator dan lift.

(b) Sirkulasi Horizontal

(1) Sistem Memusat

Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat

entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai

diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih

jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada

diagram berikut :

(2) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor sebagai

penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada

diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan

pada ruang-ruang pertemuan.

Page 51: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

d) Arus Sirkulasi Pengunjung

Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum

Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)

Page 52: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

e) Sirkulasi Koleksi

Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum

Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)

A B C D

Kolektor

Ruang Penerimaan

barang Ruang

Isolasi

Karantina

Ruang Sortir

Ruang Reproduksi

Ruang Restorasi

Gudang/Storage

Ruang Pameran

Tetap

R.Pameran

Temporer

R.Ekspedisi

Pameran/Keliling

Museum Lain

Gedung Lain

E

REGISTRASI

Page 53: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

f) Sirkulasi Khusus Pengunjung (Sirkulasi Ruang Pamer)

Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi

beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :

Tipe Sirkulasi Gambar

Langsung (straight), alur lintasan

pengunjung di arahkan oleh ruang interior

dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan

pintu keluar pada sisi lainnya.

Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh

rancangan bangunan yang permanen,

pengunjung biasanya memakai pintu masuk

dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung

berjalan melalui jalur yang menerus, tidak

peduli pada area yang sama.

Terbuka (Open), dalam hal ini tidak

disertakan dinding display permanen di

dalam ruang pamer, sehingga elemen

sirkulasi dan ruang pamer benar-benar

menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola

terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-

jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk

mempengaruhi orientasi perjalanan

pengunjung.

Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas

menjadi suatu yang dominan pada pola ini.

Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau

saling berdekatan membentuk suatu yang

teratur yang mengarah pengunjung untuk

mengintari pusat ruang tersebut, seperti

courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain.

Membentuk cabang (branch, lobby-foyer),

suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat

yang kemudian menyebar menuju arah ruang

pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara

visual tidak mengganggu sirkulasi.

Membentuk cabang (branch, gallery-lobby),

membentuk cabang (branch, linear).

Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Page 54: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

g) Hubungan Sirkulasi dengan Ruang Pamer

Beberapa pola keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi,

Menurut D. A. Robillard antara lain :

Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan

Sirkulasi

Gambar

Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to

room), pengunjung mengunjungi ruang

pamer secara berurutan dari ruang yang satu

ke ruang pamer berikutmya.

Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer

(corridor to room) . Memungkinkan

pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi

dan memilih untuk memasuki ruang pamer

melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak

menghendaki suatu ruang pamer maka

pengunjung dapat langsung menuju ke ruang

pamer berikutnya.

Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer

(nave to room), di sini pengunjung dapat

melihat secara langsung seluruh pintu ruang

pamer, sehingga memudahkan pengunjung

untuk memilih memasuki ruang pamer yang

disukai.

Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi

pengunjung menyatu dengan ruang pamer.

Seluruh koleksi yang dapat dipajang dapat

terlihat secara langsung oleh pengunjung dan

pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat

untuk memilih koleksi mana yang hendak

diamati.

Sirkulasi Linier, dalam suatu ruang pamer

terdapat sirkulasi utama yang membentuk

linier dan menembus ruang pamer tersebut.

Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer

Sumber : (D. A Robbilard, 1982 : 47)

Pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik

bergerak mengunjungi ruang pamer, antara lain :

1). Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki

ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh penglaman

yang berbeda

Page 55: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2). Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama,

sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer

untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama

yang dirasakaan cepat.

3). Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer.

4). Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan menciptakan

kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar.

5). Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom-kolom

bangunan.

6). Laurence Vail Colemen membahas tentang tingkah laku

pengunjung dalam mengamati pameran. Ada yang mengamati

benda yang sepintas saja, tetapi ada yang mengamati secara

cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan

satu sistem yang sesuai dengaan tuntutan tersebut. Hal ini

dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami melihat

pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat

secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruangan yang

lebih luas dan lebih banyak peralatannya.

Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata

pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda

pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail.

Sumber : (Laurence Vail Coleman, 1990 : 148)

Page 56: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Dalam buku Exhebition a Survey of International Design

mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak

pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah :

1). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata

pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta memiliki

jalan masuk dan keluar yang terpisah.

2). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata

pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki

jalan masuk dan keluar yang sama.

3). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata

pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki

jalan masuk dan keluar yang terpisah.

4). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata

pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua

arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang

sama.

5). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang

bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

6). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang

saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk

dan keluar yang sama.

h) Orientasi

Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda–tanda

dan peta-peta pada titik–titik lintasan utama seperti tangga, elevator,

escalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik

pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.

Page 57: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

o Terlalu banyak pilihan

membingungkan pengunjung

o Kebanyakan pengunjung bingung

terhadap posisi arah di dalam ruang

pamer seperti barat, timur, utara

dan selatan

o Pengunjung menghendaki petunjuk

arah untuk membantu mereka

dalam menentukan arah.

o Kebanyakan pengunjung

menemukan peta denah yang sulit

untuk diikuti

o Kebanyakan pengunjung kembali

mengikuti jalur semula selama

mengunjungi ruang – ruang pamer

o Pengunjung menggunakan peta

untuk mencapai semua tempat

mengikuti petunjuk–petunjuk yang

dianggap menunjukkan arah yang

menyenangkan dan menetukan

jalur khusus

o Pengunjung lebih cenderung

tertarik dengan petunjuk arah

daripada membaca peta.

o Pengunjung yang memanfaatkan

buku pedoman, membaca petunjuk

arah daan menanyakan kepada

penjaga cenderung tinggal lebih

lama daripada yang tidak sama

sekali.

o Pengunjung yang tidak terarah

cenderung cepat merasa bosan dan

langsung cepat meninggalkan ruang

pamer.

o Petunjuk yang tidak memadai

merupakan penyebab utama

timbulnya kelelahan pengunjung

o Alat petunjuk biasanya berupa peta

dan denah, buku pedoman, tanda–

tanda staf informasi dan isyarat–

isyarat penting lainnya.

o Pengunjung memerlukan sistem

orientasi fisik yang menunjukkan

arah yang akan dikunjungi baik

jenis koleksi maupun jalur

pencapaian yang mudah dan cepat.

Page 58: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (Vocal Point),

pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus

menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan

mudah dan cepat dapat memetakan ke dalam pemikirannya seluruh

konfigurasi jalur – jalur yang ada di ruang pamer.

Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah

landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.

o Pengunjung mencari titik utama

sebagai acuan arah seperti foyer,

penyeberangan, pertemuan koridor

dan lainnya.

o Beberapa pengunjung cenderung

mengikuti suatu rangkaian sesuai

maksud dari merancang ruang

pamer

Page 59: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah

yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang

materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest),

tentu tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-

lihat yang lain.

Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

i) Pemilihan Rute

Pemilihan rute pengunjung lebih cenderung pada ruang yang

memiliki fungsi pasti, seperti halnya berusaha mencari Lobby dan

ruang pameran utama.

Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap

pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding

sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek

di antara pintu masuk dan pintu keluar.

Page 60: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Setelah memasuki ruang

pamer kebanyakan

pengunjung akan belok ke

kiri membentuk rute

pengamatan berlawanan

dengan arah jarum jam.

Faktor yang mempengaruhi

pengunjung untuk belok ke

kanan setelah memasuki

ruang pamer adalah posisi

pintu keluar ruang pamer,

arah petunjuk pada pintu

masuk

jarak dinding dari

pengunjung pada titik pintu

masuk, ukuran luas ruangan

galeri dan kebiasaan

berjalan pengunjung.

Faktor yang mempengaruhi

pencarian sebuah rute adalah

lokasi pintu masuk dan

keluar, jalur dari pintu

masuk ke pintu keluar yang

dianggap dapat memberikan

suatu hal – hal baru,

landmark dan ruang pamer

yang menarik, lebar dan

keteraturan jalur yang dilalui

Pengunjung tidak akan

memasuki ruang pamer yang

tidak memiliki pintu keluar

atau yang pintu keluarnya

tidak terlihat dengan jelas.

Pengunjung cenderung

melalui jalur yang searah

dari pintu ke pintu.

Kebanyakan pengunjung

tidak memulai untuk

memasuki ruang pamer

secara sistematis (seperti

lantai pertama, kedua dan

ketiga).

Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Page 61: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

j) Alur Lintasan

Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak

lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam

memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan

orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi

kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.

Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih

sering dilakukan pengunjung

daripada dari kiri ke kanan

Pengelompokan sculpture, tempat

duduk dan lainnya letaknya di

tengah ruangan akan menggangu

alur lintasan.

Peletakan kelompokan koleksi benda

di tengah ruang pamer cenderung

mempercepat alur lintasan

pengunjung.

Ruang pamer yang memberikan

pengontrolan terhadap alur lintasan

pengunjung adalah lebih baik

dibanding yang tanpa kontrol

Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Page 62: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

k) Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer

Faktor kejenuhan pengunjung juga bisa diakibatkan oleh

kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan

obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokan

subyek dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat

pengunjung memiliki keterkaitan dengan susunan pameran yaitu

keragamannya, kekontrasan antara ruang-ruang pamer yang

bersebelahan.

Kurangnya keragaman dan

kekontrasan dalam

rancangan ruang pamer

(seperti pencahayaan,

kontras spesial dan lainnya)

akan memperpendek waktu

pengamatan terhadap area

pameran yang dilalui.

Kurangnya keragaman dan

kontras ini menyebabkan

masalah kejenuhan

pengunjung yang paling

utama daripada kelelahan

fisik setelah mengamati

koleksi.

Pengunjung mengamati

sedikit lama pada obyek

yang diminati dan melewati

banyak koleksi dan ruang

pamer yang tidak diminati.

Pengunjung menambah

kecepatan berjalannya bila

tidak ada sesuatu yang

menarik pada ruang pamer

tersebut.

Pengunjung tinggal lebih

lama pada ruang pamer

pertama dan pada ruang

pamer selanjutnya.

Page 63: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pengunjung tinggal

memberikan perhatian

secara luas kadangkala

berhenti sejenak pada obyek

tertentu dan melewatkan

beberapa obyek yang tidak

diminatinya

Lamanya waktu yang

dihabiskan di depan sebuah

pameran dan jumlah obyek

yang diminati semakin

berkurang setelah memasuki

ruang pamer.

Di ruang pamer yang besar

kemungkinan bahwa

pengunjung akan

mengamati beberapa obyek

yang tersedia adalah lebih

kecil daripada di ruang

pamer kecil

Banyaknya obyek yang

dipamerkan kadangkala

sedikit waktu diluangkan

pengunjung untuk

mengamatinya daripada area

yang memiliki obyek tidak

terlalu banyak.

Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

l) Luas Pergerakan dalam Ruang Pamer

Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi oleh

keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya

dan memasuki ruangan yang belum pernah dialaminya. Dari data

hasil penelitian menyebutkan ada sejumlah variabel (seperti warna

lantai dan dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar, dan lainnya)

dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang

pamer.

Page 64: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Pengunjung lebih banyak memanfaatkan

area dinding sebelah kanan dibanding

area sebelah kiri ruang pamer.

Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di

ruang tersebut pintu keluar.

Pengunjung cenderung lebih banyak

berjalan-jalan di ruang pamer yang

warna lantai, dinding dan atapnya

yang sedikit lebih gelap bila

dibandingkan dengan ruang pamer

yang bewarna lebih terang.

Pengunjung pria lebih banyak

mengunjungi area pamer dibandingkan

pengunjung wanita.

Pengumjung pria lebih banyak berjalan-

jalan di dalam ruang pamer.

Pengunjung akan berlama-lama dan

banyak berjalan-jalan dalam ruang

pamer bila terpampang banyak

informasi yang dibutuhkan

pengunjung bila terdapat kekontrasan

di dalam ruang pamer.

Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

m) Penarik dan Pengalih Perhatian

Penataan atau seluruh bagian ruang pamer juga sama

pentingnya dengan obyek koleksi itu sendiri dilakukan untuk

menghindari konflik antara obyek pameran dan keadaan sekitarnya,

untuk memaksimalkan ruang pamer agar dapat melakukan

Page 65: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjung dari berbagai

kalangan dan pengunjung yang hanya bersifat sementara.

Peletakan pintu ruang pamer (terutama

pintu keluar) yang kurang tepat

bisa menyebabkan pengunjung

menuju pintu keluar tanpa

memperhatikan obyek yang

dipamerkan.

Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap

obyek yang harus diamati

pengunjung cenderung

mengabaikannya dan langsung

menuju pintu keluar.

Pengunjung memberikan banyak

perhatian kepada lingkungan yang

belum pernah dikenal sebelumnya.

Ruang pamer yang cenderung

monoton tidak banyak mendapat

perhatian pengunjung

Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer.

Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

4. Tinjauan Organisasi Ruang

Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program

bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang

klasifikasi hirarki ruang dan syarat-syarat penempatan pencahayaan atau

pemandangan.

Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :

a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara

jamak.

b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan.

c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu

cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier.

d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya,

ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan.

e) Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah dijangkau.

Page 66: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai

berikut :

No Bentuk Organisasi Ruang Keterangan

1 Organisasi Ruang Tertutup

a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat

ruang-ruang di sekitarnya.

b. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan

fungsi sama dengan ruang lainnya.

c. Ruang sektar berbeda dengan ruang yang

lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.

2 Organisasi Ruang Linier

a. Merupakan deretan ruang-ruang.

b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang

lain yang sifatnya memanjang.

c. Masing-masing ruang dihubungkan secara

langsung

d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang

berbeda, tapi yang berfungsi penting

diletakkan pada deretan ruang.

3 Organisasi Ruang Secara

Radial

a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan

organisasi linier.

b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam

sedangkan yang linier mengarah keluar.

c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan

yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan

fungsi ruang.

4 Organisasi Ruang

Mengelompok

a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari

bentuk fungsi yang sama, tetapi

komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda

ukurannya, bentuk dan fungsi.

b. Pembuatan sumbu membantu susunan

organisasi

5 Organisasi Ruang Secara

Grid

a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi

ruangnya tersusun dengan pola grid.

b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara

ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.

c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid

banyak dijumpai pada interior ruang

perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.

Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang

Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1991: 205)

Page 67: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. Komponen Pembentuk Ruang

1. Lantai

a) Batasan pengertian lantai adalah :

1) Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah dan

diinjak

2) Lantai permukaan bangunan di dalam ruang dimana orang

berjalan.

3) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari

ruang dimana aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan

mempunyai sifat/fungsi ruang.

4) Sebagai pembagi ruang antar tingkat satu dengan tingkat

berikutnya. (Pamudji Suptandar, 1994 : 27)

b) Persyaratan lantai, adalah :

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya.

2) Mudah dibersihkan.

3) Kedap suara.

4) Tahan terhadap kelembaban.

5) Memberikan rasa hangat pada kaki, dsb

Lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam

pemasangan atau perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang

mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan

menyerap cahaya dan akan mengkontraskan kecemerlangan yang akan

mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui

terang. (Pamudji Suptandar, 1999 :132)

Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (faktor refleksi

difusi) kurang lebih 30 %. Sebagai contoh linoleum coklat (12 %) terlalui

gelap, marmer putih (50 %) terlalu terang., contohnya adalah jenis Teraso

warna abu-abu atau terang, atau kayu yang dicat warna hangat.

Page 68: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Dinding

a) Fungsi dinding dalam bangunan, antara lain :

(1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah.

(2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit-langit.

(3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang.

(4) Sebagai pelindung api dari bahaya kebakaran.

(5) Sebagai latar belakang dari benda dalam ruangan.

(6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang.

(7) menimbulkan kesan luas, tinggi atau sempit pada ruangan.

b) Persyaratan Dinding, adalah :

(1) Keras dan Kuat, Cukup tahan getaran dan tidak retak.

(2) Tahan terhadap panas dan dingin.

(3) Tidak tepengaruh dengan alam dan tahan lama.

(4) Warna tidak berubah.

(5) Tahan terhadap AC.

(6) Tahan terhadap air dan kelembaban.

(7) Kedap Suara.

(8) Mudah dalam pemeliharaannya.

(9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang.

Partisi hendaknya seringan mungkin, untuk membuat

fleksibilitas penyusunan.

Pada ruang pamer, dinding yang rendah (dibawah 2 m)

mempunyai tingkat kerusakan yang tinggi akibat

gesekan/tekanan/tumbukan. Oleh karena itu biasanya disusun dengan

konstruksi beton halus yang dapat dicat sesuai kebutuhan. Sedangkan

untuk bagian atasnya dapat menggunakan sistem panel atau lembaran

yang memenuhi syarat keamanan dan mempunyai tingkat

penyerapan suara yang tinggi. (Fred Lawson. 2000 :111)

Page 69: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding

adalah menggunakan:

(1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik.

(2) Rel Gantung.

(3) Draperis (sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas).

3. Ceiling

a) Bentuk dan fungsi langit-langit, antara lain :

(1) Penampilan dari langit-langit bias bervariasi, misalnya dengan

penurunan, bergelombang dan sebagainya.

(2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas

ruang.

(3) Tinggi rendah langit-langit bisa memberikan kesan luas dan

sempitnya ruang.

(4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan sistem

ruang.

b) Persyaratan langit-langit, adalah :

(1) Mudah pemeliharaannya.

(2) Meredam suara/akustik.

(3) Menunjang aspek dekoratif.

(4) Tahan terhadap kelembaban.

(5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu.

(6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu.

(7) Pemasangan harus disesuaikan dengan sistem pencahayaan atau

penghawaan baik secara alami maupun buatan.

Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling

yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan

memberi kesan mewah. (Pamudji Suptandar, 1999 : 132)

Khusus untuk ruang pamer yang menggunakan pencahayaan

buatan memerlukan ketinggian antara 12–14 kaki. Apabila

diterapkan penggunaan “skylight” adalah antara 18–19 kaki.

Page 70: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Sedangkan apabila diterapkan keduanya (mixed lighting), ketinggian

langit-langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi harus

dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi

keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik,

AC, lampu, dll.

E. Sistem Interior

1. Pencahayaan

Cahaya terang adalah persyaratan untuk penglihatan manusia,

karena dalam kegelapan total kita tidak dapat melihat apa-apa. Namun

dalam terang yang berlebihan kita tidak tahan juga kesilauannya, maka

perlu suatu daerah maksimum dan minimum untuk bisa melihat sehat

dan nikmat” (Y.B. Mangunwijaya,1997 : 211).

Jenis pencahayaan menurut Sumbernya ada dua, yaitu :

a. Sistem Pencahayaan Alami

Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat

sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang

hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain :

1) Cahaya alami siang tidak continue.

2) Cahaya matahari dapat merusak sebagian benda – benda koleksi

ruang pamer, karena tingkat iluminasinya, dan komposisi

spectrum cahaya.

Cahaya campuran, yaitu sebagian dari cahaya matahari dan

sebagian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari.

Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk

ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ruang pamer saat

ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga tidak

mengherankan bila ruangan itu begitu tertutup dari sinar matahari.

Jendela merupakan alat tradisional untuk membiarkan udara

dan cahaya masuk ke dalam ruangan, tetapi bagi ruang pamer jendela

ini sangat terbatas kegunaannya, karena diganti oleh AC dan lampu

Page 71: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

buatan. Jendela di ruang pamer beralih fungsi sebagai tempat

pengunjung dapat melihat ke luar dan membuat suasana baru dengan

perpaduan lampu buatan dan terang sinar matahari. Namun jendela

ini sering menyilaukan dan memantulkan cahaya terutama jendela

yang biasa kita lihat.

Jendela dapat diletakkan tinggi di atas batas mata (kurang lebih

8 kaki dari lantai). Jenis ini tepat jika obyeknya tidak lebih dari 5

kaki. Adapula yang memakai ribbon-window (jendela pita) terutama

yang beratap rendah.

Monitor lentera persegi yang besar di atas ruangan dan

dibentuk dengan mengambil bagian tengah langit–langit

menaikkannya untuk jendela.

(1) Pencahayaan sudut (Corner Lighting) paling berguna bagi ruang

berukuran sedang, hanya perlu satu jendela di dekat sisi ujung

dinding panjang. Obyek display diberi lampu buatan sesuai

dengan sifat obyek.

(2) Pencahayaan ujung (End Lighting) cahaya siang masuk pada

ujung ruangan melalui dinding pendek. Jendela ini memerlukan

tirai (Venetion Blind) untuk mengatur masuknya cahaya alami.

Dinding yang ada akan lebih luas untuk display.

Untuk mengatasi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang

pamer terlebih dahulu dipantulkan terhadap bidang dinding yang

sudah dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide. Dengan cara

seperti itu cahaya yang masuk akan diserap kadar radiasi

ultravioletnya oleh bidang dinding yang sudah dicat.

Cahaya yang dipantulkan ke dalam ruang pamer atau vitrin

sebagai alat pamer, hanyalah cahaya yang dapat dilihat dan tidak

mengandung kadar ultra violet lagi. Hal ini untuk melindungi koleksi

yang rentan seperti yang terbuat dari kertas, tekstil dan benda yang

berwarna karena dicat akan terlindung dari bahaya kerusakan akibat

sinar alami.

Page 72: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar II.5 Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya

Alami untuk Penerangan dalam Vitrin.

Sumber : (M. Brawe, 1981 : 174)

b. Sistem Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua

macam, yaitu:

1) Lampu Fluoresensi di sini proses pengubahan energi listrik

menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam

tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas,

biasanya lampu ini berbentuk pipa.

2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang

panas, dimana sebagian energi berubah menjadi energi panas

dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Disini

energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada

tingkat molekul dan disertai pengeluaran energi panas.

Pencahayaan buatan dengan kualitas terbaik dengan indeks

penampakan warna minimal 90, suhu warna kurang lebih 4000

Kelvin. Untuk itu dapat digunakan sebagai pencahayaan umum,

lampu-lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus.

Meskipun pemakaian lampu “menghidupkan“ benda yang

sedang dipamerkan, tapi berpengaruh buruk pada meteri koleksi di

ruang penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang. Bila

pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang

menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga

diperoleh cahaya dengan intensitas sebesar + 1000 foot candles saja.

Page 73: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Intensitas sebesar inilah yang terbaik bagi benda – benda yang

mudah rusak oleh pengaruh cahaya.

OBYEK MAX ILUMINASI

Benda – benda yang tidak sensitive terhadap

cahaya antara lain : Logam, batu, kaca,

keramik, barang perhiasan (batu-batu intan,

berlian, dan sebagainya), tulang.

Bebas dari ukuran cahaya

Benda-benda yang sensitive terhadap cahaya,

lukisan, lukisa dinding, kulit, tanduk

150 LUX

Benda-benda yang sangat sensitive terhadap

cahaya, tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat

air, lukisan tempera, printing, dan drawing,

naskah, benda-benda etnografi dan yang

sejenis dengan itu.

50 LUX

Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi

ruang pamer

Sumber : (VJ. Herman, 1981 : 72)

2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan

a) Pencahayaan Buatan Umum

Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan Ruang

Pamer. Ada empat macam sistem pencahayaan secara umum, yaitu :

1) Sistem Pencahayaan Langsung.

2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung.

3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung.

4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung

Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang

Sumber : (John E Flyn & Segel, 1970 : 141)

Page 74: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Lampu buatan langsung, digunakan untuk penerangan

obyek, diantaranya :

1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan reflector ini

diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat

baris paralel dengan empat dinding.

2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat

efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi

pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap.

3) Spotlight.

4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau banyak

lampu pijar. Sinarnya ke bawah dan yang diterangi bisa sempit

atau luas. Lampu ini akan membentuk bayangan hias di lantai.

5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari

lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang–

silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan

tanpa menyilaukan.

6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa

penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk

mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim dipakai di Galery.

7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di

langit–langit. Untuk ruang pamer, panel ini ditutup oleh lensa

langsung khusus yang menempatkan cahaya di sudut dinding atau

tempat lain yang diinginkan.

8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan

menolong penglihatan.

9) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam

pencahayaan obyek langsung.

Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung

obyek:

1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini tidak

langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar.

Page 75: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan

cahaya ke langit-langit. Bayang-bayang yang tidak

menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan

alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar

peralatan yang sudah terpasang itu.

2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan

untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar

atau barang lain. Jenis portable lampu ini tidak tepat dipakai di

ruang pamer tapi dapat dipakai di lobby.

Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas

ruangan.

Sumber: (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)

3) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil horizontal di

dinding yang menyembunyikan sumber cahaya sangat efektif

untuk pencahayaan tidak langsung, cocok untuk ruang sedang

atau besar (aula)

4) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat terbuka

dengan lampu palung yang tersembunyi di tepinya. Panel langit-

langitnya berbentuk variatif (bulat, persegi, bujur sangkar atau

bebas)

Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus

cahaya yang berfungsi sebagai pembagi cahaya.

Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 :18)

Page 76: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b) Pencahayaan Buatan Khusus

Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang ditujukan

terhadap benda pamer museum.

Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.

Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)

Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda, yang dalam

hal ini dapat dibagi menjadi :

(1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi.

(2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi.

Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua

dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(1) Untuk benda pamer pada bidang vertikal.

Peletakan benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya

sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat

pemasangan benda pamer tersebut.

(2) Untuk benda pamer pada bidang horizontal

Benda pamer yang terletak pada bidang horizontal,

sebaiknya peletakan pencahayaan ada di luar daerah refleksi. Hal

ini disebabkan oleh sering terjadinya kesilauan yang mengganggu

pengunjung.

Page 77: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar II.10. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer

diletakkan.

Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineer Society, 1970 : 20)

(3) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat daerah gelap

pada langit-langit atau lantai yang berada pada benda pamer

tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pantulan yang terjadi.

Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang

vertikal.

Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970:20)

Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

(1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka.

Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup,

dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasinya

yang tinggi dengan tujuan untuk menonjolkan benda pamer serta

menghilangkan bayangan. Salah satu cara yang tepat dalam hal

ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat

dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek

cahaya yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak

sumber pencahayaannya.

Page 78: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D

Sumber : (M Brawe, 1981 : 175)

(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca

Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari

penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi,

menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk mengatasi refleksi

pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu :

(a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal.

Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar

belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang

tersembunyi di bawah ambalan.

Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi

pengaruh refleksi cahaya

Sumber : (M Brawe, 1981 : 176)

(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal.

Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke

arah vertikal, refleksinya dapat diatasi dengan meletakkan

lampu yang dilengkapi penutup di bagian dalam kotak (pada

bagian atas) dan meletakkan cermin di bagian bawah kotak.

Page 79: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah

Vertical

Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society,

1970 : 21)

(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal

Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah

horizontal

Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi :

1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk

mengurangi silau dan juga menyebarkan pemantulan khususnya

dari langit – langit dan dinding

2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde), diafragma.

Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan kre (venetian

blinde)

3. Penghawaan

a. Penghawaan alami

Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural).

Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“

dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami

di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal

Page 80: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

yang terbuka secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang

dipergunakan itu sesuai dengan kebutuhan. (YB. Mangunwijaya,

1997 : 148).

Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang cocok

dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20oC dan 24

oC,

sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan

AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik

sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan

ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan

menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan,

dapat digunakan alat dehumidifier.

Gambar II.14. Kemungkinan yang terjadi pada sistem vertical silang

Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)

Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari,

rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat membantu.

Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk mencegah

terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar benda-

benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis

polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton

webbing)

Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu tinggi

dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian alat

humidifer.

DAERAH UDARAMATI

Page 81: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu menyaring

debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air

laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat

membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan. (IGN.

Soekono,1996 : 23)

b. Penghawaan Buatan

Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia.

Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan dalam sebuah

ruang pamer adalah :

1) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan suhu

dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan di

daerah yang beriklim sub tropis.

2) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

temperatur, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga kualitas

udara yang betul dan terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada

umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis.

4. Akustik

Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang

ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar bangunan ruang

pamer.

Gangguan bunyi khususnya pada suatu ruang pamer, biasanya

berasal dari faktor kebisingan dari luar (berupa keramaian kendaraan

pada jalur transportasi atau areal parkir) serta faktor dari dalam ruang itu

sendiri (Karena aktivitas/kegiatan yang berlangsung di dalamnya seperti

bunyi langkah kaki dan pembicaraan pengunjung atau bunyi yang

ditimbulkan oleh perangkat sound system pada ruang

audiovisual/auditorium serta materi koleksi peragaan pada ruang pamer

yang menggunakan efek sound system).

Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi gangguan

bunyi dengan pengurangan atau pemisahan dari yang lain sehingga

terjadi penyerapan dan pemantulan bunyi. Pemakaian material interior

Page 82: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pada unsur pembentuk ruang (lantai, dinding dan ceiling) sangat

berpengaruh. Selain itu tingkat kekuatan bunyi perlu diatur untuk

mengurangi kebisingan dalam ruang.

Klasifikasi bahan penyerap diantaranya yaitu :

a. Bahan berpori

Karakteristik dari bahan berpori :

1) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibanding

rendah.

2) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya lapisan

penahan dan bertambah jarak dari lapisan penahan.

Contoh : papan serat (fiber board), mineral wools, selimut

isolasi (semacam jaringan dengan pori-pori saling berhubungan),

plester lembut (soft plester).

b. Panel Penyerap

Tiap bahan kedap suara yang dipasang, akan berfungsi sebagai

penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang

bunyi. Getaran lentur dari panel tersebut yang akan menyerap energi

bunyi yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas.

Karakteristik dari penyerap panel, yaitu merupakan penyerap

bunyi yang efisien pada frekuensi rendah. Contoh : panel kayu (hard

board), plastic board, langit–langit plesteran yang digantung,

gypsum board, lantai kayu/panggung, pelat logam.

c. Resonator Rongga (helm oltz)

Resonator rongga udara terdiri dari sejumlah udara tetutup

yang dibatasi oleh dinding tegar yang dihubungkan oleh lubang/celah

sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.

Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap energi bunyi

maksimal pada frekuensi rendah yang sempit.

Contoh : Resonator rongga individual (balok beton standar,

soundblox), resonator berlubang (lembaran asbestos semen,

Page 83: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

hardboard mesonite, lembaran baja/aluminium polos), resonator

celah (batasan beton berongga khusus, rusuk/slat kayu)

Selain itu, penggunaan bahan-bahan akustik dalam

perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara fungsi

penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior.

Oleh karena itu, pemilihan bahan-bahan dengan petimbangan-

pertimbangan di luar segi akustik juga perlu diperhatikan,

diantaranya :

1) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan)

2) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur dan

kondensasi ruang.

3) Biaya dan kemudahan instalasi.

4) Mudah dalam perawatannya.

5) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan

lighting).

6) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan)

7) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat.

5. Sistem Keamanan

Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha

melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan

pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang disebabkan

oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk pencurian,

perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan jahil, konflik

politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya. (IGN Soekono,

1996 : 3)

Tujuan pengamanan ruang pamer adalah terciptanya suatu ruang

pamer yang utuh, lengkap dan tenteram dimana pengunjung, staf ruang

pamer yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta

tenaga administrasi meseum merasa tenang selama berada di dalam

museum.

Page 84: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Sifat pengamanan ruang pamer statis ditujukan khusus kepada

pengunjung ruang pamer, yaitu mengawasi para pengunjung yang

sedang melihat pameran di ruang pameran.

Pengamanan ruang pamer yang kedua bersifat dinamis atau mobil

(keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan-ruangan,

pameran tetap, pameran temporer, auditorium, ruang administrasi, ruang

kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan

laboratorium serta kompleks ruang pamer dimana terdapat koleksi –

koleksi yang terbuka, ketika ruang pamer akan dibuka, ruang pamer

sedang dibuka, ruang pamer menjelang tutup serta pada malam hari.

Ada beberapa faktor unsur pengamanan ruang pamer yang perlu

diperhatikan antara lain :

a) Aspek Manusia, meliputi :

1) Pengunjung ruang pamer yang datang dengan tujuan yang

berbeda. Ada pengunjung ruang pamer yang memanfaatkan

untuk mengadakan studi dan penelitian, ada sekedar untuk

berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan

untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang-

barang koleksi yang ada di ruang pamer.

2) Beberapa kebiasaan pengunjung yang secara iseng mengotori,

membuat corat-coret di dinding tembok dan pagar atau merusak

taman, membuang sampah dan kotoran dengan sembarangan.

b) Aspek Fisik bangunan, meliputi :

1) Bahan-bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak

disimpan di tempat yang baik dan aman.

2) Pintu jendela dan lemari-lemari koleksi tidak dipasang dengan

kunci-kunci yang baik dan kuat.

3) Memilih dan menentukan bahan-bahan bangunan yang tidak

mudah terbakar oleh api.

4) Dan lain-lain.

Page 85: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

c) Aspek Peralatan dan Sarana, meliputi :

1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul

bahaya kebakaran sudah tidak tertolong lagi.

2) Pada umumnya saluran air dari hidran (wall and freezing

hydrant). Tidak mudah diperoleh, karena hanya pada gedung

yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari

PDAM.

Cara pengamanan benda-benda koleksi dapat dilakukan dengan

cara:

a. Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang.

Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi ini maka perlu

ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara

para petugas. Adapun tugas-tugas itu antara lain :

1) Memeriksa ruang-ruang penyimpanan secara rutin/berkala.

2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas

penyimpanan.

3) Membuat peraturan yang ketat.

Dalam perencanaan sebuah gedung harus diperhatikan

hubungan antara ruang-ruang penyimpanan dan bagian gedung

lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan.

b. Pengamanan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

Ada dua jenis alat pengamanan untuk maksud ini. Dan alat

tersebut sebaiknya dipakai diseluruh bangunan, antara lain adalah :

1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection System)

Beberapa kekhawatiran dan kerusakan benda koleksi yang

disebabkan oleh pengunjung juga mepengaruhi perancangan

furniture, diantaranya:

a) Vandalisme

Kebiasaan vandalisme ini banyak terjadi karena

keisengan dan kurangnya kesadaran akan ada benda-benda

Page 86: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai-

nilai kebudayaan bangsa.

b) Touch Complex (penyakit ingin meraba)

Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih

penasaran apabila tidak meraba banda-benda koleksi yang

dilihatnya.

2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System)

Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata

sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal

telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam

gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang

paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.

Interior protection system diantaranya adalah:

a) Saklar magnetic (magnetic contac switch).

b) Pita kertas logam (metal foil tape).

c) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass

breaking sensor).

d) Kamera pemantau (photo electronic eyes).

e) Pendeteksi getaran (vibration detectors).

f) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor).

g) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door

control).

h) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red)

c. Pengamanan Terhadap Kebakaran.

Ruangan perlu memiliki pintu-pintu api. Juga dapat pula

digunakan dinding-dinding khusus.

Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api)

adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga

utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder

untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dinding dan

pintu.

Page 87: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan ruang pamer

terbagi dua :

1) Ruangan-ruangan dimana air untuk memadamkan api dapat juga

merusak seperti halnya api itu sendiri. (Contoh : Ruang Pamer,

Ruang Kuratorial, Ruang Penyimpanan)

2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. (Contoh

: Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan,

peti).

Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak menggunakan

air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat dipasang otomatis ataupun

portable.

Basement adalah ruang yang biasa menggunakan instalasi air

sebagai pengamanan kebakaran. Ruangan di atasnya bisa diawasi

manual atau dengan sistem deteksi.

Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu:

1) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi terhadap

perubahan suhu.

2) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap gas

atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran.

Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih dibawah

ini:

1) Sistem penyemprotan (sprinkle system)

2) Sistem pemadam dengan gas (gas system)

3) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher)

Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portble fire

extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya

paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak

merusak semua jenis benda. (IGN Soekono, 1996 : 15).

Page 88: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

6. Sistem Display

a. Faktor yang Mempengaruhi

1) Benda koleksi

Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal,

yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu

pameran dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

a) Ukuran barang detail kritisnya.

b) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras

sekitarnya.

c) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.

d) Warna cahaya yang menerangi benda itu.

e) Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 197:24).

2) Medan Penglihatan Manusia

Secara geometris medan penglihatan pada mata

dipengaruhi anatomi tubuh manusia. Gerakan kepala yang wajar

adalah 30 derajat ke atas dan ke bawah, gerakan ke samping

kanan maupun kiri adalah 45 derajat. medan pengamatan

dipengaruhi jarak pandang agar pengunjung dapat melihat

dengan seksama secara keseluruhan.

Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik

Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)

Page 89: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical

Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam

Mengamati Materi Koleksi

Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat,

tapi pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis

horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masing-

masing orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10o,

saat duduk 15o, saat rileks 30

odan 38

o di bawah garis horizontal.

Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas

pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya

(Polychromatic). Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan

horisontal.

Batas pandangan mata manusia normal yaitu:

a) Vertikal : - max.50 , min 27 di atas sumbu mata

- max 40 , min 10 di bawah sumbu mata

b) Horizontal :- max 79 di bawah sumbu mata

Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar

rotasi leher dan gerak sekitar 45o kekiri dan kanan, dapat dicapai

tanpa kesulitan oleh semua orang.

Page 90: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Cara penyajian materi koleksi :

a) Berdasarkan Bentuk Penyajian (wadah materi koleksi yang

ditampilkan) dibagi menjadi 4, yaitu:

1) Bentuk sistem panel (Panel System)

Panel, terdiri dari panel dinding, panel transparan,

panel elektroli. Biasa digunakan untuk benda 2D, misal :

gambar, bagan grafik, lukisan, dan foto.

2) Sistem Pedestal (Alas Koleksi)

Pedestal/alas koleksi, terdiri dari sistem box standar

dan sistem box khusus. Biasa digunakan untuk penyajian

benda 2D dan 3D, misal : foto, benda kecil yang berharga,

benda dari kulit dan tekstil.

3) Sistem Vitrin

4) Sistem Diorama

Penyajian untuk benda 3D, diorama suatu

peristiwa/kisah, diorama suatu tema pameran. dll

b) Berdasarkan aspek aksentualisasi materi yang ditampilkan.

Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat

dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar :

1) Benda/materi koleksi dapat sebagai point of interest.

2) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi

sehingga menambah daya tarik pengamat.

3) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail

dan teliti.

Adapun cara yang dilakukan adalah dengan :

1) Perbedaan tinggi lantai (split level)

Penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur,

replika, patung.

2) Sistem Mezanin

Dipakai pada ruang pamer yang multi level

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pengamat

Page 91: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah

untuk penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur,

replika patung, dll. Aksentualisasi yang ditampilkan

mengurangi penggunaan sekat dinding sehingga

kebebasan ruang gerak terbentuk.

3) Memasukkan dalam dinding dengan Dekorasi Mural

Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan

dengan dekoratif mural.

Aksentualisasi yang ditampilkan ;

- Materi koleksi diperagakan pada lubang yang

terfokus.

- Aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih

menonjol

4) Split Level Plafon/Langit – langit

Penyajian untuk benda 3D, Aksentualisasi yang

ditampilkan :

- Penurunan ceiling pada materi koleksi dengan fokus

penerangan dapat meningkatkan daya tarik obyek

pamer.

- Materi koleksi sebagai pusat utama.

c) Berdasarkan Faktor Teknologi

Penggunaan teknologi modern sangat mendukung

fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan. Hal ini akan

menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan

teliti.

1) Sistem Display Film/Sinematografi

Penyajian berupa teater film/multi media yang

menggambarkan suatu peristiwa/kisah yang sesuai dengan

tema ruang pamernya.

Page 92: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar II.18. Penyajian Display Film

Sumber : (Fred Lawson, 2000 : 111)

2) Sistem Display Komputer/Monitor TV

Penyajian menggunakan program komputer baik

dengan sistem layar lebar atau tidak.

Gambar II.19. Penyajian Display Komputer

Sumber: (Fred Lawson, 2000 : 111)

3) Sistem Display Remote Control dan Tata Lampu

Penyajian materi dapat berupa materi koleksi 2D

dan 3D dengan dilengkapi tombol pengatur.

Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 112)

4) Sistem Materi Koleksi Berputar

Penyajian berupa materi 3D dengan ukuran kecil

dan sedang (0,5 m² - 3,0 m²) serta persyaratan berat

maksimum 150 kg

CONTROL PROGRAMING

TV LAYAR LEBAR

Page 93: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

d) Berdasarkan Kronologis

Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang

muda usianya.

e) Persyaratan Media Display Koleksi

Persyaratan-persyaratan dalam perencanaan pembuatan

vitrin sebagai berikut :

1) Keamanan benda koleksi harus terjamin.

2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih

leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata

di dalamnya.

3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh mengganggu

koleksi maupun menyilaukan pengunjung.

4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding.

Menurut jenisnya, vitrin terbagi atas :

(a) Vitrin Dinding

Vitrin dinding adalah vitrin yang diletakkan

berhimpit dengan dinding. Pandangan hanya dari sisi

samping kanan, kiri dan dari depan.

(b) Vitrin Tengah.

Vitrin tengah adalah vitrin yang diletakkan

berada di tengah ruangan. Arah pandang dari sisi

depan, belakang dan samping kanan maupun kiri.

(c) Vitrin Sudut

Vitrin sudut adalah vitrin yang diletakkan di

sudut ruangan dan hanya dapat dilihat dari arah

depan.

(d) Vitrin lantai

Vitrin lantai adalah vitrin yang diletakkan di

lantai mendatar ke bawah pandangan mata kita.

Page 94: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

(e) Vitrin Tiang

Vitrin Tiang adalah vitrin yang letaknya di

seputar tiang atau kolom, vitrin ini juga termasuk

golongan vitrin tengah.

Gambar II.19. Vitrin LantaiSumber : (Depdikbud, 1994 : 45)

Gambar II.18. dindingSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 43)

Gambar II.16. Vitrin SudutSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 40)

Gambar II.17. Vitrin tengahSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 37)

Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin

(Sumber : Depdikbud 1993/1994)

Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam yaitu:

(a) Vitrin Tunggal

Vitrin berdiri sendiri dalam satu fungsi.

(b) Vitrin Ganda

Vitrin yang mempunyai dua fungsi, yaitu; selain

untuk memajang benda koleksi yang dipamerkan, juga

berguna untuk menyimpan benda yang tidak

dipamerkan (baik di atas maupun di bawahnya)

F. Furniture

Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis

besar dibagi menjadi dua yaitu :

1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak

terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.

2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu

berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan

dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.

Page 95: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam

kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti

dibawah ini :

1. Sifat Peletakan.

Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.

2. Ukuran.

Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan

besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.

3. Bentuk.

a) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar

kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang

maksimal.

b) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu

tema tertentu.

c) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu

kepentingan.

Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan

pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :

1. Penentuan daerah aktif dan pasif.

1. Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi

tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow),

gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.

2. Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan

frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai

digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.

2. Bentuk Kegiatan.

Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan

furniture.

Page 96: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

3. Ukuran Gerak.

Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan ruang/jarak

yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia. (Drs. Ken

Soenarko. 1999 : 6-9)

G. Pertimbangan Desain

1. Bentuk

Ciri – ciri visual bentuk yaitu :

a) Wujud adalah ciri-ciri pokok yang mewujudkan bentuk. Wujud

ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan sisi suatu

bentuk.

b) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi, dimensi-dimensi ini

memerlukan proporsinya, adapun skalanya ditentukan oleh ukuran

relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.

c) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu

bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang

membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga

mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

d) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur

mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun

kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaaan bentuk tersebut.

e) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar arah

mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.

f) Inersia visual adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk

tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang

dasar dan garis pandangan kita. (D.K Ching, 1996 : 50)

2. Unsur-Unsur Desain

Beberapa unsur dasar di dalam desain, meliputi unsur visual

(yang dapat dilihat) maupun yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan

adalah garis, nada, warna, tekstur, ruang, ritme, aksen, tension, arah dan

ukuran. (Arfial A.H, 1993 : 3)

Page 97: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Unsur-unsur yang melebur dalam desain membentuk satu

kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk diperoleh pula dari pertimbangan:

a) Proporsi adalah hubungan antara ukuran bagian terhadap

keseluruhan, antara bagian yang satu dengan yang lain.

b) Keseimbangan adalah suatu kondisi atau kesan berat, tekanan,

tegangan, sehingga memberi kesan kestabilaan, tenang dan

seimbang.

c) Irama diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud dan

warna secara teratur atau harmonis.

d) Emphasis atau tekanan suatu bentuk yang mendapat perhatian atau

tingkat kekuatan tertentu atau penonjolan bagian tertentu.

3. Warna

Warna adalah satu hal yang sangat vital, hubungan ini

dikarenakan warna membawa misi untuk masing-masing ruang dan

benda tentang keberadaannya.

a) Pemahaman Sifat Warna terhadap cahaya menurut ilmu Fisika

Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang

gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang

memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang

sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Dispersi terjadi

apabila sinar matahari melalui prisma kaca yang berbentuk

spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang

gelombangnya. Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah

biru, kuning dan merah dengan kombinasi-kombinasi yang dapat

membentuk segala warna.

b) Pemahaman Warna menurut ilmu Bahan

Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna.

Pigmen memberikan warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga

pada cat, plastik dan barang produksi lainnya kecuali pada tekstil

yang menggunakan istilah zat celup untuk mewarnainya. Suatu

pigmen berwarna khas karena menghisap beberapa panjang

Page 98: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak

digunakan dalam industri, misalnya plastik, tinta karet dan

lenolum.

c) Pemahaman Warna secara Psikologis

Sebagai bagian dari unsur desain, warna memegang peran

sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan

atau tujuan dari ruang tersebut. menurut Henry Dreyfuss, bahwa

warna digunakan dalam simbol-simbol untuk mempertegas

maksud dari simbol-simbol tersebut .

Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan

efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan

Drs. Mansyur bahwa warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat

diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan

penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita

akan bermacam-macam benda.

Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain

hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi

perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut

menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Sifat dan

pengaruh warna :

a) Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya

menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal

emosi).

b) Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya,

kesulitan dsb.

c) Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak

adanya sifat atau kehidupan spesifik.

d) Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan

(berkuasa), aktif dan vital (hidup).

Page 99: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

e) Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan

wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan

mengesankan sesuatu.

f) Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu

(dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu

memiliki sifat tantangan.

g) Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras,

membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya

baru.

(Henry Dreyfuss, Symbol Sourcebook. 1972 , J. Linschoten dan Drs.

Mansyur, Pengantar Ilmu Jiwa Fenomenologi. 1983).

Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian

Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi :

a) Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari

suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.

b) Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya

warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.

Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang

berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.

4. Elemen Estetis

Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang

memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda

tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur

yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada

akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti

jelas hunian.

Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat

berupa :

1). Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.

2). Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur

Page 100: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3). Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching, 1996:

272-275).

5. Tema

Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang

penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk

karakter ruangan tertentu.

Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan

bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan

dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang

sesungguhnya.

H. Tinjauan Tentang Sepak bola.

a. Sejarah sepak bola dunia

Menurut Bill Muray, dalam bukunya The World Game :a history

of soccer,sepak bola sudah di mainkan Sejak awal masehi.saat itu

orang-oarang di era mesir kuno sudah mengenal permainan membawa

dan menendang bola yang dibuat dari bantalan kain linen. sejarah

yunani kuno juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut

episcuro,permainan menggunakan bola.bukti itu tergambar pada relief-

relief di dinding museum yang melukiskan anak muda memegang bola

bulat dan memainkanya dengan paha

Sepak bola juga disebut-sebut berasal dari daratan cina.dalam

sebuah dokumen militer disebutkan,Sejas tahun 206 SM,pada masa

pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan

sepak bola yang disebut Tsu Chu.Tsu mempunyai arti menerjang bola

dengan kaki.Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya.merekapun

bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang

dan menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang.

Page 101: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

b. Sejarah sepak bola modern

Sepak bola modern yang kita kenal sekarang diakui oleh

berbagai pihak berasal dari Inggris. Sepak bola modern ini mulai

dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah

Inggris Raya. Pada tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di

dunia, dengan nama Sheffield Football Club. Klub sepak bola ini

merupakan gabungan dari beberapa sekolah yang memainkan

permainan sepak bola. Pada saat yang sama, tepatnya tahun 1863,

berdiri badan asosiasi sepak bola di Inggris, dengan nama Football

Association (FA). Pada saat itu badan inilah yang mengeluarkan

peraturan dasar permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi

terorganisir.

Pada tahun 1886 terbentuk badan yang mengeluarkan peraturan

sepak bola modern di dunia, dengan nama International Football

Association Board (IFAB). IFAB terbentuk setelah adanya pertemuan

antara FA dengan Scottish Football Association, Football Association

of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris. Hingga

saat ini IFAB adalah badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada

permainan sepak bola, mulai dari peraturan dasar hingga peraturan yang

menyangkutteknik permainan serta perpindahan pemain.

Tidak adanya badan yang mengatur permainan sepak bola di

dunia internasional membuat perkembangan olah raga ini agak

terhambat. Disadari oleh para pelaku sepak bola bahwa penting untuk

membentuk sebuah organisasi yang membawahi dan mengatur

permainan sepak bola secara global. Karena itu pada tanggal 21 Mei

1904 dibentuk sebuah badan sepak bola internasional di Perancis

dengan nama Fédération Internatinale de Football Association (FIFA).

Meskipun tebentuk di Perancis, namun kantor pusat dari FIFA terdapat

di Zurich, Swiss. Sedangkan presiden pertama FIFA adalah Robert

Guérin.

Page 102: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Sejak FIFA terbentuk, perkembangan sepak bola di dunia pun

semakin pesat. Hal ini karena salah satu tugas utama dari FIFA adalah

melakukan promosi dan sosialisasi tentang sepak bola ke berbagai

belahan dunia. Perkembangan sepak bola yang pesat di dunia ini dapat

dilihat dari banyaknya negara yang masuk menjadi anggota FIFA.

Hingga saat ini sudah lebih dari 200 negara yang masuk menjadi

anggota FIFA.

c. Sejarah sepak bola eropa

Berawal dari ide Sekretaris Federasi Sepakbola Prancis (FFF)

Henri Delaunay pada akhir dekade 1920-an. Kala itu, ia melihat kutub

sepakbola dunia terbagi dua. Yakni, Eropa dan Amerika Latin. Ia telah

melihat ada kepincangan di antara dua kutub itu, di mana negara

Amerika Latin terlalu kuat bagi Eropa. Uruguay meraih medali emas di

Olimpiade 1924 dan 1928. Bahkan, Uruguay ditunjuk sebagai tuan

rumah Piala Dunia I tahun 1930 sebagai penghormatan atas prestasinya.

. Untuk mengimbangi prestasi Uruguay dan negara Amerika Latin

lainnya, Delauney ingin memperbanyak frekuensi pertandingan di

Eropa. Caranya dengan menggelar kejuaraan antarnegara. Sayang, ide

Delauney diabaikan UEFA (Uni Sepakbola Eropa). UEFA malah

menggelar kejuaraan antarklub Eropa yang kelak dikenal sebagai Liga

Champions, Piala UEFA dan Piala Winners mulai 1954.

Keputusan itu memukul Delauney sehingga pria kelahiran Paris

15 Juni 1905 itu jatuh sakit dan meninggal dunia pada November 1955.

Hal ini membuat para pengurus UEFA tersentak. Dalam kongres UEFA

1957, barulah ide Delauney itu disetujui. Kongres juga memutuskan

Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 1960 sekaligus menghormati

Delauney. Sebagai tuan rumah, Prancis langsung lolos ke putaran final.

Babak penyisihan diikuti 17 negara. Dari kualifikasi itu loloslah

Yugoslavia, Cekoslowakia, Uni Soviet. Di putaran final, Uni Soviet

mengalahkan Cekoslowakia 3-0, sedangkan Yugoslavia mengalahkan

Page 103: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

tuan rumah Prancis 5-4. Dengan demikian, Uni Soviet jumpa

Yugoslavia di final

Dalam partai final yang dimainkan di Stade de Frances, Paris,

Yugoslavia unggul lebih dulu melalui Milan Galic. Keunggulan ini

berlangsung cukup lama sehingga banyak yang mengira Yugoslavia

bakal juara dan Soviet “habis”. Namun, beberapa menit sebelum

pertandingan usai, Slava Metreveli menyamakan kedudukan menjadi 1-

1. Pertandingan diperpanjang 2 x 15 menit. Saat itulah, sundulan Viktor

Ponedelnik membuyarkan harapan Yugoslavia dan mengantarkan

Soviet juara. Mungkin dari alam sana, si pemilik ide, Henri Delauney

berkata,” Regardez C’est fantastique! C’est magnifique!” Lihatlah,

betapa fantastis, betapa menariknya.

Jumlah peserta Piala Eropa II, yang berlangsung di Spanyol,

1964, membengkak dari 17 negara menjadi 29 negara. Pembengkakan

ini antara lain ditandai masuk masuknya Inggris dan Italia dalam kancah

perhelatan akbar se-Eropa ini. Namun, formatnya sama, putaran final

hanya diikuti empat tim. Di final di Stadion Santiago Bernabeu, yang

salah satu penontonnya adalah diktator Spanyol, Jendral Franco, tuan

rumah mengalahkan Uni Soviet. Spanyol pun juara.

Italia menjadi tuan rumah Piala Eropa ketiga pada 1968. Italia jumpa

Yugoslavia pada partai final di Roma. Kedudukan tetap 1-1 kendati

sudah dilakukan perpanjangan waktu. Pertandingan dilanjutkan dua hari

kemudian, Italia mengalahkan Yugoslavia 2-0. Karena pesertanya

makin banyak, formatnya diubah. Setiap peserta harus menjadi juara

dan runner up grup terlebih dahulu untuk lolos final.

Italia, yang menjadi runner up di Piala Dunia 1970 setelah

dikalahkan Brasil, difavoritkan bakal menjuarai Piala Eropa 1972 di

Belgia. Namun, ternyata penampilan Italia di bawah standar dan

tersingkir. Jerman Barat yang ditangani Helmut Schoen menjadi juara

dengan mengalahkan Uni Soviet 3-0 di final. Materi pemain Jerman

waktu itu antara lain Franz Beckenbauer, Paul Breitner, Uli Hoeness,

Page 104: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Gunter Netzer dan Gerd Mueller yang dua tahun kemudian menjadi

juara Piala Dunia 1974 dengan meredam “total football” Belanda 2-1 di

final.

Piala Eropa 1976 untuk pertama kalinya digelar di negara Blok

Timur, Yugoslavia. Jerman Barat terlalu tanggung bagi lawan-

lawannya. Tanpa hambatan yang berarti, Der Panzer melenggang ke

final. Pasukan Schoen jumpa Cekoslowakia. Der Panzer sempat

tertinggal 0-2, tapi kemudian Dieter Muller dan Bernd Holsenbein

menyamakan 2-2. Cekoslowakia menang lewat adu penalti, yang

ditentukan oleh tendangan Antonin Panenka. Keberhasilan

Cekoslowakia mengubah peta sepakbola Eropa yang selama ini

didominasi Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, Uni Soviet dan

Yugoslavia. Salah satu pemain Cekoslowakia adalah Joseph Masopust,

yang kemudian sempat menjadi pelatih nasional PSSI.

Piala Eropa pun makin gemerlap, bahkan disebut-sebut sebagai

Piala Dunia Mini. Jumlah peserta Piala Eropa 1980 menjadi dua kali

lipat dari 17 negara yang ikut Piala Eropa pertama. Piala Eropa 1980

dimenangi Jerman yang mengalahkan Belanda 2-1 di final. Gol penentu

kemenangan Jerman dicetak “mesin giling” Horst Hrubesch.Empat

tahun berikutnya, Piala Eropa 1984, adalah zaman keemasan Michel

Platini, Alain Giresse, Jean Tigana dan Luis Fernandez yang dijuluki

“Le Carre Magique” atau segi empat ajaib. Platini, yang juga bintang di

Juventus, mencetak satu gol dan mengantarkan Prancis juara Piala

Eropa 1984 dengan mengalahkan Spanyol 2-0 di final.

Peta kekuatan bergeser ke Belanda empat tahun kemudian. Trio

Belanda yang sehari-hari merumput di AC Milan: Frank Rijkard, Ruud

Gullit dan Marco van Basten terlalu sulit untuk dibendung. Mereka

mengantarkan Belanda juara Eropa 1988, dengan mengalahkan Uni

Soviet di final. Salah satu gol Belanda dicetak Van Basten dengan

tendangan voli sudut sempit dan gagal diblok kiper Rinat Dessayev. Gol

ini dianggap sebagai gol terindah dalam sejarah Piala Eropa.

Page 105: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Jumlah peserta Piala Eropa 1992 semakin banyak. Hal ini

disebabkan pecahnya Uni Soviet menjadi Rusia, Ukraina, Georgia,

Kazakhstan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan sebagainya. Kala

itu, Yugoslavia juga sedang berada di ambang perpecahan. Akibatnya,

Yugoslavia dikenai sanksi internasional oleh PBB. Sanksi itu berbuntut

ke UEFA, di mana Yugoslavia dilarang ikut walaupun lolos kualifikasi

Denmark yang berposisi sebagai tim peringkat ketiga di babak

kualifikasi, otomatis naik ke peringkat kedua dan lolos ke putaran final.

Inilah kejutan terbesar sepanjang sejarah, Denmark yang tampil tanpa

beban, melaju ke final dan mengalahkan Jerman. Orang pun makin

percaya bahwa Denmark memang “dinamit”.

Peserta Piala Eropa 2000 di Belgia dan Belanda makin banyak

setelah Yugoslavia juga pecah menjadi negara-negara kecil seperti

Kroasia, Serbia, Montenegro, Serbia Herzegovina, Slovenia, Macedonia

dan sebagainya. Situasi ini menguntungkan negara-negara raksasa

sepakbola. Sebab, sejak itu peta kekuatan sepakbola Eropa sepertinya

kembali ke jalur semula. Piala Eropa 1996 dijuarai Jerman, Piala Eropa

2000 dijuarai Prancis yang baru saja juara dunia 1998. Baru pada 2004

terjadi lagi kejutan ketika tim underdog,yunani menjadi juaranya

Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya ditemukan

pada hari pertandingan.

Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya

ditemukan pada hari pertandingan.

d. Perkembangan sepak bola di Asia

Beralih ke asia perkembangan sepak bola di asia tidak seperti di

eropa walaupun sepak bola berasal dari China.Perkembangan sepak

bola di asia cukup lamban hal ini dapat dilihat dari ke ikut sertaan

negara-negara asia dalam piala dunia,ini terbukti belum ada negara di

asia belum pernah menjadi juara dunia. bahkan kompetisi di asia belum

bisa bersaing dengan kompetisi eropa.Hal ini terjadi karena sepak bola

di asia dulu bukan olah raga yang terpopuler di asia,sekitar beberapa

Page 106: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

tahun belakangan ini setelah piala dunia 2002 di Korea dan Japan sepak

bola asia semakin berkembang karena ternyata sepak bola asia tidak

tertinggal jauh dari eropa,Hal ini dilihat dari prestasi korea yang lolos

ke semifinal dengan mengalahkan italia.Dan membuat negara lain di

asia ingin menyaingi prestasi tersebut

Sejarah berkembangnya sepak bola di indonesia dibawa oleh

kaum penjajah.hal ini terbukti indonesia pernah mengikuti piala dunia

pada tahun 1938 dan tidak terlepas pula peran dari PSSI(Persatuan

sepak bola seluruh Indonesia)

e. Sejarah PSSI (Persatuan sepak bola seluruh Indonesia)

PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta

dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai

organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran

PSSI ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan.

Apabila mau meneliti dan menganalisa lebih lanjut saat-saat sebelum,

selama, dan sesudah kelahirannya hingga 5 tahun pasca proklamasi

kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terlihat jelas bahwa PSSI lahir

dibidani oleh muatan politis, baik secara langsung maupun tidak, untuk

menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih

nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia yang ikut bergabung.

PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin

Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah

Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali

ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada

sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang

berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya

orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan

konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme

yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari

perusahaan tersebut.

Page 107: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak

aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar

bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-

butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para

pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda).

Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai

nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang

Belanda.

Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan

pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan

Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-

diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian,

ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat

17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan

juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk

sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan

gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo

yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti

Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno

(bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya,

pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir,

seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpulah wakil dari

VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche

Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan Sepakbola

Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir

Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno),

MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM -

Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -

Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan

tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari

Page 108: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah

dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai

ketua umumnya.dan perkembangan sepak bola Indonesia mengalami

system periodesasi

Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan

tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia

FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia

Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria, yang hingga kini menjadi satu-

satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia,

meski merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat

besar.tim nasional indonesia penah dijuluki macan asia pada tahun

50,60,70n

Pada tahun 50n di olimpiade Melbourne australia tim nasional

indonesia berhasil menahan uni soviet 0-0 dan pemain bintang pada saat

itu adalah Ramang dan dilatih oleh Tony Pogacnik yang menemukan

bakat Ramang

Pada tanggal 26 februari 1976 di Stadion Senayan Jakarta ,tim

nasional berhadapan dengan korea utara di final penyisihan indonesia

hampir saja meraih tiket ke olimpiade 1972 andai Suab Rizal dapat

mencetak gol dari penalti dan akhirnya indonesia kalah adu penalti

dengan skor 4-5dengan fomasi pemain Sutjipto

soentoro(penyerang)Abdul kadir(kiri luar)jakop

sihasale(penyerang)M.basri(kanan dalam) iswadi idris(kanan luar)Sinyo

aliando(kiri dalam)Surya lesmana(gelandang kiri)Mulyadi (gelandang

kanan)Anwar ujang(gelandang tengah)Yuswardi (bek)Sunarto

(bek)Ronny pasla(kiper) setelah itu muncul nama-nama generasi emas

berikutnya di antaranya Junaidi Abdulah,Andi lala,Rony

patinasaranidan banyak lagi

Di Era 80n PSSI prestasinya cukup menggembirakan saat Asian

Games di Seoul dengan menembus semifinal sebelumnya dalam

Page 109: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

kulifikasi piala dunia 1986 indonesia nyaris lolos ke putaran final

karena kalah 0-4 dari Korsel.Prestasi lain ,juara SEA Ganes di Jakarta

tahun1987 mengalahkan malaysia 1-0.

Memasuki era 90n tim nasional hanya merasakan sekali gelar

menjadi juara SEA Games di Manila.Setelah itu tak pernah lagi menjadi

juara dengan materi pemain binaan dari Italia atau yang biasa disebut

dengan PSSI Primavera diantarnnya kuniawan dwi yulianto,Bima

sakti,Kurnia sandi dan banyak lagi

Di tahun 2000 atau abad 21 prestasi tim nasional melorot tajam

hanya mendapatkan piala kemerdekaan di tahun 2008 dan itupun setelah

Saudi Arabia tidak mau bertanding dan prestasi individu Bambang

pamungkas yang menjadi pencetak gol terbanyak.

Gambar II.22 Logo PSSI

Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno

Nama Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno

Dibangun : 1962

Kapasitas : 110.000 Penonton (Duduk Semua & Beratap)

Page 110: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Rekor di Piala Dunia

1930 - Tidak ikut

1934 - Tidak ikut

1938 - Babak ke-1 (sebagai Hindia Belanda)

1950 - Mengundurkan diri

1954 - Tidak ikut

1958 - Mengundurkan diri selama kualifikasi

1962 - Mengundurkan diri

1966 - Tidak ikut

1970 - Tidak ikut

1974 hingga 2010 - Tidak lolos

Rekor di Piala Asia

1956 hingga 1964 - Tidak ikut

1968 hingga 1992 - Tidak lolos

1996 - Babak ke-1

2000 - Babak ke-1

2004 - Babak ke-1

2007 - Babak ke-1

Page 111: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

H. Tinjauan Tentang Kota Solo

1. Sejarah Kota Solo

Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan

dimulai pembangunan Keraton Mataram sebagai ganti keraton di

Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang Tionghoa

melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II yang bertahta di Kartasura

pada tahun 1742. Pemberontakan ini bahkan mengakibatkan PB II

menyingkir ke Ponorogo.

Dengan bantuan VOC, pemberontakan dapat ditumpas dan

Kartasura direbut kembali, tapi keraton sudah hancur dan dianggap

"tercemar". Sunan Pakubuwana II kemudian memerintahkan

Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta

komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari

lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah

keraton baru di Surakarta (menurut pihak tertentu, nama asli adalah

"Salakarta"), 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, di desa

Sala di tepi Bengawan Solo. Pembangunan kraton baru ini menurut

catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan hutan didekat

Wonogiri (Alas Kethu) dan kayunya dihanyutkan melalui sungai.

Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan

Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan

rajanya PB III. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan

Yogyakarta, dengan rajanya Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono

(HB) I). Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755,

dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu

dibangun.

Perjanjian Salatiga 1757 memperluas wilayah kota Solo, dengan

diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran

Sambernyawa (Mangkunagara I). Sejak saat itu, Solo merupakan kota

dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1946, pada masa

Perang Kemerdekaan Republik Indonesia. (www.wikipedia.org)

Page 112: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

2. Keadaan Geografis Kota Solo

Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang

lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau

hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo.

Selain Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe,

Kali Anyar dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo.

Kota Surakarta terletak diantara: 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur,

70 36’ - 70 56’ Lintang Selatan.

Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah

timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Sukoharjo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo,

di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Karanganyar.

(Sumber : www.surakarta.go.id.)

Gambar II.23 Peta Kota Solo

Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C

dan suhu udara minimum 21,6 C sedangkan tekanan udara rata-rata

adalah 1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin

berkisar 4 knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas.

(www.surakarta.go.id)

Page 113: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo.

(Sumber : RUTRK Surakarta)

Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 1993-

2013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP

(Sub Pembangunan

Wilayah), yaitu:

a) Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan,

Sangkrah, Kampung Sewu, dan Semanggi

b) Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon,

Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon,

Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Dinoprajan.

c) Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan,

Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti,

Kedung Lumbu dan Jogosuran.

d) Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari,

Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen.

e) Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan.

f) Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten.

g) Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar.

h) Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo.

i) Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan.

j) Mojosongo.

1 3

8

7

6

5 4 2

10 9

Page 114: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

3. Keadaan Demografi Kota Solo

Kota Solo mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah

552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar

di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06%

yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka

ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003

jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000

yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan

sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan

oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam bidang pendidikan, Kota Solo mempunyai 2 Perguruan

Tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.. Keberadaan pendidikan

tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Solo telah memiliki lembaga

pendidikan tinggi yang relatif lengkap, sehingga cukup layak untuk

disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana

dan prasarana yang penting bagi penyediaan sumber daya manusia

terdidik di Kota Solo.

4. Solo sebagai kota olah raga

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam

bulan Januari 1947, bertempat di Balai Pertemuan Hadipraja

Solo(Surakarta) berkumpullah para pemimpin olahraga dari seluruh

wilayah Republik Indonesia dalam Usaha menentukan langkah-langkah

yang harus diambil untuk menggerakkan olahraga secara teratur.

Pertemuan tersebut terkenal sebagai Kongres olahraga pertama

yang diselenggarakan dalam Negara Republik Indonesia Merdeka.

Kongres tersebut dipimpin oleh almarhum dr.Abdul Rachman Saleh,

salah seorang tokoh olahraga terkemuka. Kongres ini telah melahirkan

dua organisasi dengan nama satu Persatuan Olahraga Republik

Indonesia disingkat dengan PORi. Dengan didirikannya PORI tadi,

maka Republik Indonesia adalah telah memiliki suatu organisasi

olahraga tingkat nasional, sedang organisasi olahraga bernama

Page 115: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Geerakan olahraga disingkat Gelora yang dipimpin oleh Sri Paku Alam

VIII, telah meleburkan diri dengan PORI tersebut.

Tujuan PORI kecuali memperatukan gerakan-gerakan

keolahragaan di Tanah Air adalah juga sebagai organisasi untuk

memperkuat kesatuan bangsa guna mempertahankan Negara Republik

Indonesia yang telah diproklamirkan tanggal 17 Agutus 1945.

Dalam Rangka keinginan untuk ikut serta daam Olympic Games

XIV Di London, yang diselenggarakan dalam tahun 1948, maka

dipandang perlu adanya suatu organisasi khusus yang mendapat tugas

menyelenggarakan hubungan dengan Komite Olimpiade Internasional

dan yang memenuhi ketentuan-ketentuan Komite Olimpiade

Internasional tersebut. Dan unuk itu dibentuklah organisasi Olahraga

organisasi Olahraga Kedua yang bernama Komite Olimpiade Republik

Indonesia yang berkedudukan di yogyakarta dan diketuai oleh Sri

Sultan Hamengkubuwono IX yang merupakan organisasi keolahragaan

yang memenuhi ketentuan dimaksud.

Dengan demikian terdapatlah dua organisasi yang mengurus

/membina keolahragaan di Indonesia pada masa itu,yaitu:

1. Persatuan Olahraga Republik Indonesia Disingkat PORI yang

mendapat tugas khusus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

olahraga dalam negeri.

2. Komite Olimpiade Republik Indonesia disingkat KORI yang

mendapat tugas menyelenggarakn hubungan dengan Komite

Olimpiade Internasional Dan Federasi-Federasi olahraga

Internasional lainnya.

Untuk mewujudkan keinginan guna ikut serta dalam Olympic

Games XIV diLondon tersebut.KORI mengadakan persiapan-persiapan

yang menyusun delegasinya. Namun karena adanya serbuan tentara

Belanda ke wilayah Republik ndonesia yang dikenal dengan nama

Agresi Belanda I, maka semua potensi dikerahkan untuk menghadapi

serbuan Belanda tersebut hingga semua soal-soal keolahragaan

Page 116: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

khususnya persiapan untuk mengikuti Olmpiade XIV terpaksa tidak

dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya . Baru setelah adanya

persetujuan Renville pada tanggal 13 Januari 1948, kegiatan-kegiatan

keolahragaan itu dapat dihidupkan kembali.

Akan tetapi karena persiapan untuk memilih atlit-atlit tidak

dapat dilakukan berhubung waktunya yang sangat sempit serta pula

adanya macam-macam kesulitan lainnya, maka cita-cita untuk ikut

dalam olimpiade XIV di London tidak dapat diwujudkan.

Atas dasar inilah, timbul gagasan untuk menghidupkan kembali

Pekan olah raga yang dilakukan oleh ISI (ikatan sport indonesia)pada

tahun 1938 di Solo. Insyaf akan pentingnya olahraga untuk perjuangan

dan pembangunan negara , maka pekan Olahraga yang akan dihidupkan

kembali itu harus didasarkan kepada tujuan yang luas , yaitu bukan saja

untuk meningkatkan prestasi olahraga, tetapi juga dimaksudkan untuk

kepentingan politik baik ke dalam maupun ke luar negeri. Ke dalam

negeri dimaksudkan ntuk membina integrasi bangsa, sedang ke luar

negeri digunakan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia mampu

meakukan suatu pekerjaan besar di tengah-tengah kesulitan negara

akibat rongrongan kaum penjajah Belanda pada waktu itu, yang

penyelenggaraannya dengan menggunakan seluruh potensi masyarakat.

Dan dengan kesepakatan bersama dari para olahragawan Indonesia

maka penylenggaraan PON akan dilaksanakan dimaksudkan untuk

meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui sarana olahraga,

dengan konep dasar sebagaimana telah ada yaitu adanya 1)Pembukaan;

2)Penyelenggaraan Pertandingan; dan Perlombaan serta 3)Penutupan

(Tim IT Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

© 2008)

Page 117: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Sebagai catatan bahwa kota Surakarta pernah menjadi tempat

berbagai peristiwa penting olah raga penting antara lain:

a) Merupakan salah satu kota pendeklarasian PSSI tahun 1930

b) Pernah menjadi tempat Konggres olahraga pada Januari 1946

dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga Republik Indonesia

(OORI).

c) Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV atau pekan Olah Raga

Cacat pada tahun 1986.

Berdasarkan RUTRKI 1993-2013 kota Solo memiliki

kesempatan dalam strategi penyediaan fasilitas berskala nasional

maupun internasional (www.surakarta.go.id)

Page 118: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

BAB III

STUDI LAPANGAN

A. MUSEUM POLRI

Museum ini berada di daerah Blok M, Jakarta Selatan. Merupakan

museum modern yang menggunakan teknologi dalam penyajian materi

koleksi. Yaitu pada media informasi yang memberi informasi tentang

materi – materi yang ada di tiap ruag masing – masing lantai.

1. Waktu Operasional :

Buka pada hari Selasa hingga Minggu pada pukul 09.00 hingga

16.00 WIB.

2. Dokumentasi

Gambar III.1 Foto bagian depan

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 119: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Gambzr III.3 Foto Interior Museum

Sumber : dokumentasi pribadi

B. TAMAN PINTAR

1. Alamat :

Jl. Panembahan Senopati No. 1-3 Yogyakarta INDONESIA

55122 telp: +62-274-583631, 583713 fax: +62-274-583664

Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan

kreasi dalam suasana yang menyenangkan dengan moto

“mencerdaskan dan menyenangkan”.

2. Waktu Operasional :

Setiap hari Selasa hingga Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB

(Hari Senin Tutup).

3. Fasilitas:

- Alat peraga iptek interaktif

- ruang pameran dan audiovisual

Page 120: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

- Food court

- Mushola

- Toko suvenir

- Pusat Informasi

4. Dokumentasi display yang interaktif

Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 121: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

C. FX MALL

Sebuah bangunan komersial di Jakarta Selatan yang menggunakan

pendekatan gaya Modern pada interiornya.

- Foto Dokumentasi

Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan

Dokumetasi pribadi

Gambar III.6 Foto flooring FX mall

Dokumentasi Pribadi

Page 122: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall

Dokumentasi Pribadi

Page 123: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Gambar III.8 Foto ceiling FX mall

Dokumentasi Pribadi

Page 124: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

D. Museum Sepak Bola

Bertempat di Kota Preston, ada sebuah museum tentang sejarah

nasional sepakbola Inggris. Museum ini berada di samping stadion tertua

di Inggris yaitu Deepdale Stadium. Alasannya adalah Preston yang

memiliki klub sepakbola Preston North End adalah juara 2x Liga Inggris

pertama kali (Liga Profesional Dunia) yaitu pada tahun 1888-1889 dan

1889-1890.

Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior

Sumber : internet

Beberapa foto tentang sejarah sepakbola Inggris dan film pendek

dari keseluruhan museum ini.

Page 125: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior

Sumber : internet

Kaos timnas Inggris terbuat dari wol di pertandingan sepakbola

pertama kalinya antar negara. Inggris vs Skotlandia tahun 1872.

Simulator elektronik untuk tendangan penalti. Disini kita bisa

melihat kekuatan tendangan.

Page 126: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

BAB IV

ANALISA DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

A. Analisa Eksisting

1. Asumsi Lingkungan

Lokasi museum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Lokasi museum harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum

b. Lokasi museum harus sehat, pengertiannya yaitu :

1) Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi

polusi udara maupun pencemaran lainnya.

2) Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah rawa

maupun tanah yang berpasir disamping didukung pula oleh elemen -

elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut, seperti misalnya

kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan

antara 55% sampai 65%.

3) Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.

4) Memiliki daya tarik wisata yang tinggi, sehingga menarik banyak

pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut.

2. Asumsi Lokasi

Dalam menentukan pemilihan lokasi perancangan yang tepat perlu

adanya berbagai pertimbangan baik secara fisik maupun secara ekologis,

yang tentunya ini sangat berpengaruh terhadap minat pengunjung. Adapun

pertimbangan-pertimbangan tersebut, antara lain:

a. Lokasinya tidak jauh dari Stadion Sriwedari,Markas Persis Solo .

b. Lokasi tersebut mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas

kepariwisataan, seperti hotel, mall dan tempat perdagangan.

c. Lokasi tersebut mempunyai akses terhadap fasilitas dan sarana penunjang

operasional.

d. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat konsentrasi publik sehingga

mudah untuk dijangkau.

Page 127: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dapat

ditentukan lokasi proyek Desin Interior Museum Sepak Bola Indonesia yaitu

berada di kawasan Slamet Riyadi .

Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Jalan Slamet Riyadi merupakan pusat keramaian malam maupun jalan

utama kota Solo.

b. Tidak jauh dengan Stadion bersejarah Sriwedari.

c. Dekat dengan pusat perbelanjaan, yakni Solo Grandmall.

d. Merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Solo

3. Analisa Interior

Urutan akses masuk museum sebagai berikut :

a. Area Penerima

1) Lobby

2) Area resepsionis dan informasi

3) Area penitipan barang

4) Ruang introduksi

b. Area Edukasi dan Rekreasi

1) Ruang Pamer tetap

2) Ruang Audio visual dan Ruang Auditorium dan Seminar

3) Library

c. Area service

1) Counter souvenir

2) Lavatory Mushola

3) Mushola

d. Area Private

1) Ruang Pengelola

2) Ruang Konservasi (restorasi)

Dalam penerapan ruang pamer dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Ruang pamer tetap museum sejarah, ruang berdiri sendiri dalam satu

fungsi.

Dasar pertimbangan:

Page 128: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

1) Penyajian materi koleksi yang harus didisplay secara runtut, sesuai

dengan kronologisnya.

2) Materi display lebih bersifat pemanen, karena ditujukan lebih kepada

kajian sejarah.

b. Ruang pamer temporer, berdiri menjadi satu fungsi dengan ruang

auditorium.

Dasar pertimbangan :

1) Kegiatan pameran bersifat temporer, bukan merupakan kegiatan

utama sebuah museum sepak bola ini.

2) Ruang auditorium memiliki frekuensi penggunaan yang tidak tetap,

sehingga akan lebih efisien jika dalam satu ruangan mempunyai dua

fungsi yang tidak saling mengganggu.

B. Programing

1. Status Kelembagaan

Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta ini merupakan museum

yang dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah

daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surakarta.

2. Struktur Organisasi

Skema IV.1 Struktur Organisasi

KEPALA MUSEUM

SUB BAG

TATA USAHA

SEKSI PAMERAN

DAN EDUKASI

SEKSI KOLEKSI DAN

PERAWATAN SUB KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

Page 129: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

3. Sistem Operasional

Waktu operasional Museum Musik Rock Indonesia adalah :

a. Hari Selasa - Jum’at : pukul 08.00 – 16.00 WIB

b. Hari Sabtu dan Minggu/Libur : pukul 08.00 – 17.00 WIB

4. Program Kegiatan

a. Program kegiatan Museum

1) Kegiatan pengelolaan museum yang meliputi kegiatan menjalankan

dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di dalam museum agar

dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.

2) Kegiatan pendidikan (edukatif), bimbingan dan penyebarluasan

informasi melalui sarana pameran, pemutaran film, perpustakaan,

penelitian, dan sebagainya.

3) Kegiatan pendukung, antara lain yaitu kegiatan merawat,

memperbaiki dan mendokumentasi materi koleksi dan sarana

pendukungnya.

4) Kegiatan servis, yaitu semua kegiatan pelayanan baik pada

pengunjung maupun pada gedung itu sendiri. Kegiatan tersebut antara

lain : menjaga keamanan gedung, menjaga kebersihan gedung,

memberi pelayanan dalam bidang logistik dan sebagainya.

b. Pola Kegiatan Manusia

1) Kegiatan Pengelola

a) Pengelola Administrasi

Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta.

Datang/Pulang

ME/SE

- Musholla

- Lavatory

- Kafetaria

Kantor /

Adminstrasi

Rapat,diskusi,

pertemuan

Page 130: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

b) Pengelola Perawatan dan Dokumentasi

Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi

Museum Sepak bola indonesia di Surakarta. .

c) Pengelola Bimbingan dan Edukasi

Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum

Sepak bola indonesia di Surakarta.

d) Pengelola Persiapan Pameran

Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak

bola Indonesia di Surakarta.

Kantor /

Adminstrasi

- Musholla

- Lavatory

- R. Pamer

- R. Audio Visual

- R.Serbaguna

- Perpustakaan

Datang/Pulang

ME/SE

Rapat,diskusi,

pertemuan

- R. Informasi

- R. Data

- R. Kontrol / Jaga

- Loket Tiket

- R. Penitipan Barang

- Gudang

- Toko Souvenir - Musholla

- Lavatory

- Kafetaria

Rapat,diskusi,

pertemuan

Kantor /

Adminstrasi

Datang/Pulang

ME/SE

Datang/Pulang

ME/SE

Rapat,diskusi,

pertemuan

Kantor/

Administrasi

- Musholla

- Lavatory

- Kafetaria

- R. Penerimaan Barang

- R. Koleksi

- Konservasi

- R. Preparasi

- Storage

Page 131: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

e) Kegiatan Servis

Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta.

2) Kegiatan Pengunjung Museum

a) Wisatawan Umum

Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta.

b) Pelajar dan Mahasiswa serta Peneliti (wisatawan khusus)

Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus

Datang/Pulang

ME

Membeli Tiket

Menitipkan

barang

- Melakukan penelitian/ R. konservasi & Storage

- Melihat pemutaran film/audiovisual

- Membaca buku/ perpustakaan

- Mushola

- Lavatory

- Istirahat

R.Tamu/

R.Tunggu

R.Informasi

- Musholla

- Lavatory

- Kafetaria

- R. Informasi

- R. Kontrol/ Jaga

- Loket Tiket

- Storage

- Toko Souvenir

Datang/Pulang

SE

Merawat dan

menjaga gedung/

bangunan

Datang/Pulang

ME Membeli Tiket

Menitipkan

barang

- Melihat pameran

- Melihat pemutaran

film/audiovisual

- Membaca buku/

perpustakaan

- Ke mushola

- Ke lavatory

- Istirahat

Page 132: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

5. Benda Koleksi

Materi (benda) koleksi yang akan di pamerkan antara lain :

a. Kostum

b. Majalah, koran, poster, fotografi dan dokumen

c. Perangkat pertandingan.

d. Film, video clip, dan dokumentasi.

e. Oral historis

f. Patung

g. Tropi dan Medali

Pengelompokan :

a. Menurut kronologis (sesuai perkembangan sejarahnya)

b. Menurut bentuk 2D (lukisan,photo,poster) dan 3D (patung, miniature)

c. Menurut ukuran (besar – kecil sesuai standard NAD)

d. Menurut tingkat sensitivitas material(standard NAD).

6. Fasilitas Ruang

Fasilitas dan Program Ruang

ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG

Penerimaan - Menerima pengunjung

- R. tamu/R.tunggu

- Menjual tiket

- Memberi informasi

- Penitipan barang

- Menjaga keamanan gedung

Lobby / hall

Publik

Bimbingan dan

Edukasi - Pameran tetap

- Pameran temporer

- Pemutaran

film/audiovisual

- Membaca

- Seminar

R. Pamer

Lobby

R. Audiovisual

Library

auditorium

Semi publik

Pengelola Pengelolaan R. Administrasi

R. Kantor/staf

R. Security Kontrol

R. Konservasi

R. Persiapan pamer

Privat

Service Kebersihan

Penyimpanan

Ke kamar kecil

Sholat

R.Cleaning Service

Gudang

Lavatory

Mushola

Servis

Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang

Page 133: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

7. Besaran Ruang

a. Lobby ( ruang pamer Temporer)

ruang kapasitas standard luasan sumber

Loket tiket

Ruang

informasi

Toko

souvenir

Ruang

tunggu dan

sirkulasi

Lavatory

Telepon

umum

2 orang

2 orang

1 ruang

1 ruang

2 ruang

2 unit

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42 m²

Diperlukan ruang

315 cm x 180 cm = 4,725 m²

Diperlukan ruang

500 cm x 600 cm = 30 m²

Diperlukan ruang

10 m x 9 m = 90 m²

Diperlukan ruang

120 cm x 120 cm = 1,44 m²

3,42 m² x 2 = 6,84 m²

4,725 m² x 2 = 9,45 m²

30 m² x 1 = 30 m²

90 m² x 1 = 90 m²

24 m² x 2 = 48 m²

1,44 m² x 2 = 2,88 m²

NAD

NAD

NAD

TSS

TSS

NAD

Total minimun ruang yang dibutuhkan 187,17 m²

b. Ruang pamer

ruang kapasitas standard luasan sumber

R. Introduksi

R.Pamer

Pengertian

Sepak

Bola

R.sepak Bola

Dunia

R.Pamer

Dekade 38-

60an

R.Pamer

Dekade 70an

R.Pamer

Dekade 80an

R.Pamer

Dekade 90an

15 orang

8 orang

18 orang

8 orang

35 orang

10 orang

40 orang

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

3,42 m² x 20 = 68,4 m²

3,42 m² x 8 = 27,36 m²

3,42 m² x 18 = 61,56 m²

3,42 m² x 8 = 27,36 m²

3,42 m² x 35 = 119,7 m²

3,42 m² x 10 = 34,2 m²

3,42 m² x 40 = 136,8 m²

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

Page 134: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

R.Pamer

Dekade 00an

R.Pamer Hall

of Fame

R.Interval 1

R.Interval 2

R.Interval 3

35 orang

30 orang

10 orang

10 orang

20 orang

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

180 cm x 180 cm = 3,42

Diperlukan ruang

90 cm x 90 cm = 1,8 m²

Diperlukan ruang

90 cm x 90 cm = 1,8 m²

Diperlukan ruang

90 cm x 90 cm = 1,8 m²

3,42 m² x 35 = 119,7 m²

3,42 m² x 30 = 102,6 m²

1,8 m² x 10 = 18 m²

1,8 m² x 10 = 18 m²

1,8 m² x 20 = 36 m²

NAD

NAD

NAD

NAD

NAD

Total minimun ruang yang dibutuhkan 769,68 m²

Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

Besaran ruang direncnakan disesuaikan menurut kebutuhan dan

standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :

- NAD : Neufert Architect Data

- TSS : Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara

- DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior

- Analisa kebutuhan ruang

8. Furniture

a. Analisa

Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di

dalam Museum Sepak Bola Indonesia secara umum adalah:

1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan tema ruangan, dengan

bentuk yang lebih fleksibel, tidak kaku dan cenderung atraktif.

2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia

(ergonomic).

3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas

di dalam Museum (compatible).

4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam

ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi

penggunannya(savety)

Page 135: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi

museum dan memberikan efek psikologis bagi para penggunanya

(positive effect)

b. Dimensi

Diambil total ukuran rata –rata kebutuhan aktifitas.

1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan

Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi

Pimpinan

- Kepala Museum

- Wakil

- Sekretaris

- Kabag. Umum

- Kabag.Teknis

Operasional

- Rapat/ Pertemuan

- Kerja

- Meja & kursi rapat

- Meja & kursi kerja

- Meja computer

- Lemari cabinet

- Meja & kursi tamu

- Rak buku

150 x 250 x 75

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

150 x 150 x 45

100 x 40 x 180

Administrasi

- Kerja

- Pengarsipan data

- Meja & kusi kerja

- Meja computer

- Lemari /loker

- Rak buku

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

Humas &

Pemasaran

- Kerja

- Berhub. dgn dlm &

luar. (instansi

&masyarakat)

- Meja&kursi kerja

- Meja komp

- Lemari cabinet

- Loker

- Rak Buku

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

Keuangan

- Kerja

- Pembukuan Keluar

& Masuk Keuangan

- Meja&kursi kerja

- Meja komp

- Lemari cabinet

- Loker

- Rak Buku

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

Operasional

Bangunan &

Service

- Koordinasi Staf

- Menjaga, merawat,

operasional

bangunan.

- Meja & kursi kerja

- Meja komp

- Lemari cabinet

- Loker

- Rak Buku

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

Bimbingan &

edukasi

- Kabid bimb &

edukasi

- Kerja

- Meja & kursi kerja

- Meja komp

- Cabinet

- Loker

- Rak Buku

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di

Surakarta.

Page 136: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

2) Kelompok Kegiatan Bimbingan dan Edukasi

Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi

Pengunjung - Melihat pemutaran

film

- Melihat informasi

dalam computer

- Membaca buku

- Mengikuti seminar

- Kursi pengunjung

- Meja computer

- Meja & kursi baca

- Stage

50 x 45 x 90

60 x 80 x 75

100 x 80 x 75

Pengelola - Mengontrol

pemutaran film

- Mengelola buku-

buku

- Mengatur acara

seminar

- Meja & kursi kerja

- Lemari/cabinet

- Lemari peralatan

- Rak buku

- Meja computer

100 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 40 x 180

60 x 80 x 75

Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di

Surakarta.

3) Kelompok Kegiatan Penunjang dan Service

Pelaku Kegiatan Fasilitas dan

furniture

Dimensi

Pengelolaan

Pengelola

Divisi

Dokumentasi,

perawatan &

persiapan

Pameran

- Koordinasi Kerja TU

& Administrasi

- Mendokumentasikan

- Menerima &

mengolah koleksi

- Menyimpan koleksi

sementara

- Menyimpan alat

perbaikan koleksi &

alat pamer

- Medokumentasi

koleksi

- Meja, kursi kerja

- Cabinet

- Kursi kerja

- Lemari peralatan

- Lemari cabinet

- Meja gambar

- Lemari simpan

koleksi

150 x 200 x 75

80 40 x 180

40 x 40 x 90

150 x 60 x 180

80 x 40 180

80 x 100 x 75

300 x 60 x 200

Service

- Pengelola

- Keamanan

- Cleaning

service

- Teknisi

mesin &

listrik

- Koordinasi

- Pengamanan

- Membersihkan

- Kegiatan mechanical

& electrical

- Mengelola

- Instalasi listrik

- Meja, kursi kerja

- Rak penyimpanan

150 x 200 x 75

60 x 80 x 180

Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di

Surakarta

Page 137: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

4) Kelompok Kegiatan Penerimaan

Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi

Pengunjung - Datang/ pulang

- Persiapan/

menunggu

- Membeli tiket masuk

- Menelpon

- Mencari informasi

- Menitipkan barang

- Masuk

- Loket tiket

- Box telephone

- Lemari/rak

penitipan barang.

200 x 150

150 x 150

200 x 40 x 180

50 x 200 x 180

Pengelola - Datang/ Pulang

- Menerima Tamu

- Meja resepsionis

& informasi

- Kursi kerja

- Lemari/rak

penitipan barang.

200 x60 x 100

40 x 40 x 45

80 x 40 x 180

Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di

Surakarta.

9. Sistem Organisasi Ruang

Sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang selaras

dengan fungsi dan sasaran desain Museum Sepak Bola Indonesia , dengan

pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi :

a. Pengelompokan jenis koleksi dan penyajian

b. Pengelompokan fungsi ruang

c. Tingkat efisiensi sirkulasi

d. Kebutuhan pencapaian

e. Interior sistem

f. Ruang gerak yang cukup

g. Tingkat efisiensi ruang

Page 138: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Analisa Alternatif Organisasi Ruang

Bentuk Organisasi Ruang Keterangan

Organisasi Ruang

Tertutup

Analisa pertama, penataan ruang pada Museum Sepak

Bola Indonesia dengan memilih sebuah ruang besar dan

dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya,. Ruang

sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi berbeda

dengan ruang lainnya.

Kelebihan pada tingkat efisiensi ruang dan aksibilitas

ruang sedangkan kekurangan pada pengelompokan fungsi

ruang dan arah pandang.

Organisasi Ruang Linier

Analisa kedua, penataaan ruang pada Museum Sepak Bola

Indonesia dibentuk dengan deretan ruang, Masing-masing

dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang,

ruang dihubungkan secara langsung

Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi

yang berfungsi penting seperti ruang pamer diletakkan

pada urutan pertama

Kelebihan pada pengelompokan fungsi ruang san sirkulasi

lebih sederhana.

Kekurangan pada tingkat efisiensi ruang dan arah

pandangnya, memungkinkan terjadi persilangan sirkulasi

jika penataan tidak runtut. Pemisahan atau batasan ruang

terlalu vulgar , mungkin terkesan kaku

Organisasi Ruang Secara

Radial

Analisa ketiga, penataaan ruang pada Museum Sepak

Bola Indonesia menggunakan kombinasi dari organisasi

yang terpusat dan organisasi linier. Beberapa fungsi ruang

terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier

mengarah keluar atau sebaliknya, lengan radial dapat

berbeda satu sama lainnya, tegantung pada kebutuhan dan

fungsi ruang.

Kelebihan ruang dapat diatur sesuai kebutuhan dan fungsi,

pemisahan zoning grouping lebih mudah, penentuan arah

sirkulasi lebih effektif

Kekurangan kemungkinan jalur sirkulasi berjarak lebih

jauh

Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.

Hasil Analisa bentuk organisasi Ruang

Pertimbangan Penilaian

Alt. 1 Alt. 2

Tingkat efisiensi ruang

Pengelompokan fungsi ruang

Aksesbilitas

Arah pandang

-

+

-

+

-

+

+

+

Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.

Dari analisis di atas, secara umum penerapan organisasi ruang dan

keruntutan penyajian yang menjadi pertimbangan, maka organisasi ruang

yang terpilih adalah organisasi ruang linier.

Page 139: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

10. Program ruang

ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG

Penerimaan Menerima

pengunjung

(ticketing)

Memberi informasi

Pameran temporer

Lobby / hall Publik

Bimbingan &

Edukasi

Pameran tetap

Membaca

Melihat film

dokumenter

R. Pamer

r.audio visual

R. Auditorium

Perpustakaan

publik

Pengelola Pengelolaan R. Kantor/staff

R. konservasi

Privat & semi

Privat

Service Kebersihan

Penyimpanan

Ke kamar kecil

Sholat

R. Cleaning Service

Gudang

Lavatory

Mushola

Service

Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.

Analisa Pendekatan Perencanaan Ruang

No. Ruang Pertimbangan Analisa Pemecahan

1. Lobby Keterbukaan

Menarik Perhatian

Orientasi Publik

Arah Sirkulasi

Membuat batasan maya antar-

ruang yang berorientasi pada

lobby.

Meciptakan elemen estetik

pada bagian-bagian lobby.

Luas ruang yang tidak terlalu

luas dan tidak terlalu tinggi.

2. Receptionist/ +

informasi

Penerima Tamu

First Eye Cather

dalam ruang

Berada pada area lobby yang

ditempatkan searah dengan

sirkulasi pengunjung.

Receptionist sebagai tempat

pertama yang dilalui

pengunjung memiliki daya

tarik untuk memikat

pengunjung lainnya.

Background dengan logo atau

simbol Museum

3. Cloakroom/

Tempat

Penitipan Barang

Keamanan

Kapasitas

Penitipan barang diterima oleh

2 orang petugas yang akan

menempatkannya pada locker

yang tersedia dan pengunjung

mendapatkan nomor locker.

Ukuran locker bervariasi dan

penempatan barang

disesuaiakan berdasarkan besar

kecilnya ukuran.

5. R. Sirkulasi Kemudahan

Penempatan meja sirkulasi

berada pada ruang transisi

antar-ruang lobby dan ruang

koleksi sehingga sirkulasi dapat

Page 140: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Keamanan

berjalan lancar sekaligus

memudahkan petugas untuk

mengembalikan ke ruang

koleksi.

Penempatan meja sirkulasi

menunjang keamanan koleksi

tanpa sepengetahuan petugas

dengan adanya sensor pada

tempat keluar masuknya

pengunjung.

6. R. Koleksi

ruang pamer

tetap

r. pamer

temporer

perpustakaan

(koleksi

buku)

Kapasitas

Perlindungan

terhadap material

koleksi

Sistem Pelayanan

Layout

Kapasitas ruang disesuakan

dengan banyaknya koleksi dan

memungkinkan adanya penam-

bahan koleksi dengan besarnya

ruang dan rak-rak yang

movable.

Ruang koleksi ditempatkan

pada tempat dengan resiko

kerusakan koleksi rendah, yaitu

jauh dari sinar matahari,

memiliki tingkat kelembaban

tinggi. Suhu ruangan yang

dapat mengubah kimia bahan

pustaka. Furnitur didesain

dengan bahan tahan serangga,

awet, dan dihindarkan dari

jangkauan sinar matahari

langsung.

Pada library Sistem pelayanan

menggunakan sistem pelayanan

terbuka (open access), dimana

penunjung dapat langsung

memilih dan mengambil bahan

pustaka yang diinginkan.

Sedangkan pada sistem

pelayanan tertutup (closed

access), dapat dilakukan

dengan permintaan secara

online pada meja masing-

masing pengunjung yang

selanjutnya akan diantarkan

kemudian oleh petugas

museum.

layout diterapkan untuk

memudahkan menjangkau

wilaya-wilayah lainnya seperti

ruang baca, ruang diskusi dan

lainnya.

Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang

Page 141: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

11. Sistem Sirkulasi

Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global , yaitu :

Sirkulasi horizontal Gambar Squential Circulation (linier)

Linier (linear), sirkuasi diarahkan oleh rancangan

bangunan yang permanen, pengunjung atau berbeda

membentuk satu jalur memakai pintu masuk dan

keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan

melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area

yang sama.

Random Circulation

Pengunjung pada umumnya merasa lebih nyaman

dengan memilih sendiri jalur yang ingin dikunjungi

dan menikmati karya seni dari ruang tersebut, ruang

yang dibentuk tanpa adanya batasan – batasan

dinding pemisah Linier baercabang

Sirkulasi pengunjung tidak terganggu, pembagian

koleksi jelas dan pengunjung bebas memilih

Keterkaitan sirkulasi dan ruang yang dipakai Gambar

Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room),

pengunjung mengunjungi ruang pamer secara

berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer

berikutmya.

Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to

room). Memungkinkan pengunjung untuk mengitari

jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang

pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak

menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung

dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.

Sirkulasi vertikal keterangan

ramp

tangga

Kelebihan :

1. Memperlambat arus gerak sirkulasi, sehingga

pengunjung dapat lebih lama menghayati koleksi

yang dipamerkan.

2. Memberikan nilai lebih bagi koleksi yang

ditampilkan.

3. Memberikan suasana yang tidak

membosankan / monoton bagi pengunjung

Kekurangan :

Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah

Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung

Page 142: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

12. Hubungan Antar Ruang

Proses penentuan pola hubungan antar ruang bertujuan untuk

mendapatkan hubungan dan pola organisasi baik secara makro maupun

mikro, yang didasarkan pada hasil analisis adalah sebagai berikut :

Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang

13. Zoning dan Grouping

Dalam penentuan zoning dan grouping pada Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan antara lain :

a. Pertimbangan umum :

1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola, pengunjung dan materi koleksi

yang baik dan terarah

2) Menghindari sirkulasi silang pada tiap ruang.

3) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan aksesibilitasnya

terarah

b. Pertimbangan khusus :

1) Kelompok kegiatan

a) Kelompok penggemar sepak bola : Pemain, pelajar atau

mahasiswa, supporter , kolektor dan masyarakat umum.

b) Kelompok diskusi dan mediator : pengamat musik/musisi dengan

pelajar, mahasiswa, pengelola terhadap pengunjung dan materi

koleksi, kurator dengan musisi, wartawan terhadap masyarakat

umum.

Page 143: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

c) Kelompok ”intelektual audience” : mahasiswa atau pelajar,

musisi, kolektor, pengamat Sepak Bola.

2) Jenis kegiatan

a) Menikmati materi koleksi (sejarah perkembangan sepak bola

indonesia dari awal hingga sekarang)

b) Pendidikan informal (diskusi atau seminar)

c) Wacana tentang Sepak bola secara literatural (biografi Pemain,

perjalanan tim nasional,hingga peraturan sepak bola).

3) Formasi kegiatan

Bersifat linier searah pada display materi koleksi yang diatur

sesuai dengan pola kebutuhan fungsi dan kenyamanan ruang.

a) Tuntutan : dapat menikmati materi koleksi dengan posisi yang

nyaman tanpa saling mengganggu antara aktivitas keduanya.

b) Persyaratan : ruang memenuhi kebutuhan untuk sirkulasi dan

aktivitas museum

c) Tujuan : pembagian dan penempatan ruang dapat berfungsi secara

maksimal sesuai kebutuhan pemakai.

Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat

kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam museum. Dengan dasar

pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam museum terbagi dalam beberapa

zona sebagai berikut :

1) Zona Publik

Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan

kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan dapat

dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas penunjang.

2) Zona Semi Publik

Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh

publik maupun oleh personalia termasuk zona ini sebagian besar ditempati

oleh fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang

memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia

Page 144: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

3) Zona Privat

Merupakan pengelompokan ruang yang hanya di gunakan oleh staf

dan karyawan museum dan tertutup untuk umum, yang termasuk di

dalamnya adalah fasilitas pengelola.

4) Zona Servis

Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang

menunjang segala kegiatan dalam museum dan digunakan oleh

pengunjung (umum) maupun oleh personalia

ZONING GROUPING

Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1

C. Konsep Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta

1. Ide Dasar

Ide gagasan pada perancangan kali ini berawal dari keberadaan

museum saat ini yang kebanyakan kurang representatif dan kurang

komunikatif dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Informasi yang

dimiliki hanya disajikan melalui media visual saja, yaitu dengan tulisan,

gambar atau diorama. Hal ini membuat museum menjadi tempat yang

membosankan dan kurang menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut seharusnya

tidak terjadi, karena dalam museum menyajikan sejarah, informasi, ilmu

Page 145: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

pengetahuan yang sangat banyak dan bermanfaat, selain juga sebagai tempat

rekreasi.

Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan citra baru

pada museum, secara visual bahwa museum dapat dikemas modern dan lebih

multifungsi yaitu benar-benar bisa menjadi tempat edukasi yang rekreatif.

Dengan desain yang tepat dan penerapan tema yang sesuai dengan

karakter sepak bola, museum ini akan menjadi tempat yang sangat menarik

untuk dikunjungi, selain dapat menceritakan runtutan perkembangan dan hal

– hal yang berhubungan dengan sepak bola indonesia, juga merupakan tempat

rekreasi yang menyenangkan. Sistem display didukung oleh kemajuan

teknologi saat ini, akan menyajikan materi koleksi dengan keterangan yang

lebih mudah diakses secara privat. Antara lain dengan peggunaan electronic

guide yang disertai ear phone akan menggatikan tugas seorang guide. Dengan

pemberian kode pada setiap display materi koleksi sebagai kode akses untuk

mendapatkan keterangan dari electronic guide tersebut, sehingga pengunjung

dapat menikmati materi koleksi dari media visual sekaligus audio, unsur

privasi akan lebih terasa saat tiap pengunjung.

Selain itu, hal yang belum dijumpai pada museum yang sudah ada

adalah sistem display yang interaktif, yang mengajak pengunjung untuk ikut

berpartisipasi dalam kegiatan materi koleksi. Hal ini akan sangat menarik

bagi pengunjung, karena pengunjung akan dapat ikut merasakan suasana

pertandingan dan dapat memahami permainan sepak bola itu sendiri.

2. Tema

Tema dalam Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia adalah

”Indonesian Football dengan pendekatan gaya modern. Pertimbangan

pengambilan tema merupakan usaha untuk memberikan kedekatan suasana

interior ruang dan materi koleksi. Sepak bola di indonesia mempunyai banyak

ciri permainan di setiap daerah.Hal itu kemudian dilebur menjadi satu dalam

tim nasional Indonesia yang mempunyai karakter yang keras,cepat, atraktif,

yang akan diaplikasikan pada seluruh bagian museum dari lobby, ruang

pamer di tiap dekade hingga akan keluar dari museum. Melalui penataan

Page 146: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

layout yang tidak monoton, bentuk ruang yang dinsmis, hingga bentuk

furniture yang berkarakter atraktif, dengan penataan yang formatif.

Ada beberapa hal sebagai pertimbangan pengambilan arah pendekatan

modern, yang pertama sepak bola mulai dikenal luas pada era modern,

sehingga membutuhkan suasana yang nyaman pula untuk mendukung

kegiatan tersebut, dan dengan gaya modern, suasana yang nyaman akan

tercapai, sehingga dapat menjadi tempat yang nyaman bagi pengunjung

museum. Yang kedua,sepak bola indonesia sendiri mepunyai karakter yang,

keras,cepat, atraktif dan terus berkembang, Yang ketiga, berhubungan dengan

tujuan museum yang edukatif dan rekreatif, gaya dekonstruksi dapat

menyajikan materi koleksi (edukasi) dengan suasana informal.

Penciptaan suasana tiap ruang pamer dekade, disesuaikan dengan

karakter dekade masing – masing.

3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang

Suasana yang di ambil dari Desain Museum Sepak Bola Indonesia,

ini mengambil unsur yang ada dalam sepak bola.

Unsur yang diangkat adalah seperti stadion yang kemudian

diaplikasikan pada ruang pamer.Kemudian penataan display menggunakan

formasi yang digunakan tim nasional indonesia pada tahun 1938 yang saat

itu berlaga di Piala Dunia.

Sehingga atmosfer yang diterapkan merupakan bentuk

penerjemahan lagu yang di aplikasikan langsung terhadap ruang interior.

4. Aspek Penataan Ruang/ Lay Out

a. Pertimbangan

Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang selaras dengan

fungsi ruang dan kemudahan aksesnya, maka harus memilki kriteria

sebagai berikut :

1) Pengelompokan massa berdasarkan kelompok kegiatan yang

diwadahi.

2) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.

3) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.

Page 147: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

4) Hierarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.

5) Pencahayaan dan perlindungan terhadap koleksi

6) Arah pandang atau view.

b. Penataan Ruang

1) Analisa Umum

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka organisasi ruang

secara keseluruhan yang sesuai dengan sifat dan karakter Museum

Sepak Bola Indonesia adalah organisasi cluster (berkelompok).

Dengan sistem organisasi ruang cluster (berkelompok), maka

pengelompokan ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia Indonesia

ini didasarkan pada zona tiap ruang. Kelompok zona publik yang

meliputi fasilitas-fasilitas lobby dan ruang pamer, zona privat pada

ruang pengelola semi publik pada ruang restorasi dan servis yang

meliputi fasilitas penunjang museum yaitu ruang perpustakaan, coffe

shop, counter souvenir dan ruang penunjang lainnya.

2) Analisa Khusus

a) Ruang pamer tetap

Pengolahan dititikberatkan pada garis, bidang dan volume

yang digunakan untuk menghadirkan ruang imajiner di dalam

ruang pemer tetap sesuai dengan pemecahan masalah dalam tema,

sehingga ruang pamer tetap tidak berkesan terbuka secara mutlak.

Membuat sebuah pola dengan enclose garis dan bidang

sebagai suatu cara membentuk ruang imajiner sebagai ruang

display dan koridor sebagai jalur sirkulasi yang saling

berhubungan (continue).

b) Lobby

Memakai pola penataan ruang terbuka, akan membuat

ruang terkesan luas.

Lobby akan dipisahkan dengan pembatas imajiner yang

akan memisahkan area – area dengan fungsi yang berbeda.

Page 148: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

c. Sistem Display

Sistem Penyajian materi koleksi pada Museum Sepak Bola

Indonesia ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi

literatur, yaitu :

Alternatif tata pameran Analisis

Artistic / Estetik

Kelebihan

Koleksi yang dipamerkan terdiri dari koleksi yang

tampilannya baik dan menarik. Hal ini dapat

memotivasi banyak pengunjung untuk melihatnya

Kekurangan :

Sulitnya mendapat rentetan citra dari sebuah

pagelaran dan seolah-olah benda-benda yang

dipresentasikan berdiri sendiri-sendiri.

Evokatif / romantik

Kelebihan :

Mempermudah penghayatan pengunjung dalam

memahami benda koleksi yang dipamerkan

Kekurangan :

Memerlukan area pamer yang luas karena untuk

menyajikan satu atau dua buah koleksi, diperlukan

pembentukan suasana yang mendukung koleksi.

Sistem penyajian ini dapat dilihat pada

sistemdisplay diorama maupun minirama.

Tematis / Intlektual / edukatif

Kelebihan :

Informasi yang ingin disampaikan akan jelas dan

mudah dipahami oleh pengunjung , karena susunan

koleksi yang disajikan runtut (mempunyai jalan

cerita) dan terkonsep

Kekurangan :

dapat mengakibatkan benda-benda yang dipilih agak

kurang menarik, karena bisa saja benda-benda yang

menarik, tidak sesuai dengan konseptual dengan

jalan cerita yang mendukung pameran tersebut.

Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di

Surakarta

Dari hasil analisis di atas maka sistem penyajian koleksi di

Museum Spak Bola Indonesia di Surakarta dipilih dari perpaduan antara

penyajian dengan sistem artistik tapi tematis/intelektual dan edukatif.

5. Aspek Pembentuk Ruang

Komponen pembentuk ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia di

Serakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi

literatur, yaitu :

Page 149: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

a. Lantai

1) Analisa umum

- Lantai harus mudah dalam perawatan (low maintenace) dan

penggantian bahan.

- Lantai pada ruangan yang membutuhkan tingkat ketenangan lebih

tinggi harus mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah

kaki dan suara bising lainnya.

- Lantai harus tahan bahan kimia dan mikroorganisme.

- Lantai pada ruangan yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi,

hendaknya tidak menggunakan banyak warna sehingga dapat

mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamya, khususnya pada

ruang staff dan karyawan.

- Lantai harus mampu menjadi penunjuk arah dan mempertegas

batas ruang yang ada.

- Lantai harus mempunyai sistem pendukung seperti rongga untuk

penempatan jaringan kabel dan lain sebagainya.

2) Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif

Bahan

Keterangan

LOBBY

Kuat menahan beban

dan gesek

Tidak licin

Menarik dan berkesan

mewah

Memiliki bermacam

warna

Mudah dlm perawatan

dan pembersihan

Mendukung suasana

tema interior

Granit

Granito

Keramik

Rumput

sintetis

Pola lantai sesuai dan

mendukung arahan tema

serta untuk mempertegas

daerah sirkulasi dan

untuk perbedaan area

R.

PAMER

Kuat menahan beban

dan gesek

Tidak licin

Menarik

warna

Mudah dlm perawatan

dan pembersihan

Mendukung suasana

tema interior

Granito

Keramik

Granito

Rumput

sintetis

Pola lantai sesuai dan

mendukung arahan tema

serta untuk memperjelas

fungsi dan sirkulasi

ruang

Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)

Page 150: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

b. Dinding

1) Analisa umum

- Dinding harus melindungi bagian dalam bangunan dari sinar

matahari.

- Dinding harus bersifat isolator yang mengalangi kalor yang datang

dari luar bangunan.

- Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu

dengan ruang lainnya.

- Dinding merupakan pembatas yang mempertegas fungsi ruang.

- Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun

luar ruangan.

2) Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

LOBBY

- tahan lama

- tahan gesekan

- tahan air

- tembus pandang (dapat digunakan

sebagai view)

- tidak mudah kotor

- mudah perawatan dan pembersihan

- alternatif warna dan motif yang

beragam - Mendukung suasana tema interior

- Kaca

- Panel alumunium

dengan berbagai

finishing

R. PAMER

- tahan gesekan, tahan air

- tidak mudah kotor

- mudah perawatan dan pembersihan

- alternatif warna dan motif yang

beragam - Mendukung suasana tema interior

- Dnding plester

- Panel alumunium

dengan berbagai

finishing

- Dinding kaca

Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)

c. Langit-langit

1) Analisa Umum

- Ceilling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical

Electrical).

- Ceilling sebagai peredam dan pemantul suara

- Ceilling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.

- Ceilling mampu memperkuat instalasi pencahayaan.

Page 151: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

- Ceilling harus memiliki ketinggian yang cukup sehingga tidak

berkesan menekan.

2) Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

LOBBY

- Multi fungsi dengan akustik dan

membantu sitem pencahayaan

alami

- Menarik dan mendukung tema

interior

- Kaya desain, motif dan warna

- Tahan panas dan mudah dalam

perawatan

- Gypsumboard

- Panel kayu

- Fiber

- accrilyc

R. PAMER

- Multi fungsi dengan akustik dan

membantu sitem pencahayaan

alami

- Menarik dan mendukung tema

interior

- Kaya desain, motif dan warna

- Tahan panas dan mudah dalam

perawatan

- Dapat menyerap bunyi

- Gypsumboard

- Fiber

- acrilyc

Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)

6. Aspek Bentuk dan warna

a. Analisa pemilihan bentuk dan warna

Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bentuk

dan warna perancangan interior Museum sepak bola di Indonesia adalah:

1) Analisa Bentuk

Bujur Sangkar

- Suatu bentuk yang murni dan rasional.

- Bersifat Statis dan netral.

- Tidak menpunyai arah tertentu.

Segitiga

- Merupakan bentuk yang sangat stabil dan

kokoh.

- Besifat dinamis.

Lingkaran

- Suatu bentuk yang terpusat ke arah dalam.

- Bersifat stabil dan dinamis.

- Memperkuat sifat sebagai poros.

- Mempunyai pandangan ke segala arah.

Asimetri

- Merupakan bentuk yang tidak stabil

- Bersifat dinamis

- Bebas dan cenderung atraktif

Tabel IV.16 analisa bentuk

Page 152: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Bentuk yang diterapkan dalam Museum ini yaitu bentuk bulat,

asimetris dan, kotak dimana bentuk tersebut sesuai dengan karakter

sepak bola serta dapat mendukung penciptaan karakter dan suasana

ruang yang sesuai tema.

2) Analisa sifat Warna :

Warna yang akan diterapkan dalam Museum ini antara lain :

1. Merah : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus dan feminim (pink),

memberi semangat, dramatis, memberi ruangan berkesan kecil dan objek

berkesan besar.(pada lis furnitur sebagai aksen juga pada r. pamer sebagai

penciptaan suasana)

2. Oranye : Hangat, akrab, ringan, happy, efektif sebagai aksen pada ruangan dan

menghangatkan ruangan yang berkesan dingin. (pada r. pamer sebagai

penciptaan suasana)

3. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,

menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan

bila terlalu banyak digunakan. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana)

4. Biru : Mencerminkan perasaan yang kuat baik itu senang ataupun benci,

atraktif, berat, menekan, terbuka, pasif, dapat menurunkan tekanan darah,

menurunkan temperatur atau suhu badan, membuat objek berkesan lebih kecil,

dan membuat warna terang terlihat kontras. (pada ruang interval sebagi kontras

dari r. pamer)

5. Abu-abu : Tenang, netral, tidak menyilaukan bila dipadukan dengan warna

lain, dapat membawa keberuntungan, namun juga bisa berkesan tidak

menyenangkan. (pada hampir di seluruh r. pamer sebagai penetral)

6. Hitam : Menggugah, menekan, kekuatan, serius, gengsi, ketakutan, dramatis

bila dipadukan dengan warna putih dan metalik tone, mengurangi cahaya dan

bayangan. (pada r. pamer sebagai aksen)

7. Putih : Suci, kesederhanaan, ketulusan, bersih, namun juga bisa berarti

kosong, dan membosankan, memantulkan cahaya dengan kuat. (pada hampir

di seluruh bagian museum sebagai penyeimbang dari warna yang lain)

Tabel IV.17 analisa sifat warna

Penerapan warna dalam museum ini didominasi warna merah

putih dan hijau. Pada tiap ruangan dalam museum ini, penerapan

warna disesuaikan dengan karakter warna tim nasional indonesia di

tiap dekade, yaitu pada ruang pamer sepak bola dunia hingga ruang

pamer dekade 00-an didominasi warna Merah Putih dan hijau sebagai

aksen. Pada ruang klub liga indonesia didominasi warna Primer .Pada

ruang pamer Hall of Fame yang didominasi warna hitam karena dapat

mendukung penonjolan materi pamer.

Page 153: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

7. Interior Sistem

a. Analisa umum

1) Sistem Pencahayaan

a) Dasar Pertimbangan

(1) Tidak menimbulkan sinar ultra-violet yang dapat merusak

koleksi karya.

(2) Tidak menimbulkan mata lelah.

(3) Dapat mempertegas ruang dan benda.

(4) Disesuaikan dengan kegiatan yang ada di dalam museum.

(5) Memberikan kontribusi pada penampilan eksternal dan

internal.

(6) Tidak meningkatkan suhu ruangan.

b) Analisa Sistem Pencahayaan

(1) Cahaya Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan alami didapatkan dari ceiling, sedangkan

untuk menanggulangi pencahayaan yang berlebihan

digunakan twinlight (poly carbonat), acrilyc blur atau vertical

blind pada daerah masuk cahaya metahari dan pada dinding

diberi lapisan sinc oxide atau titanium trioxide.

(2) Cahaya Buatan (Artificial Lighting)

Pencahayaan buatan dilakukan dengan pemasangan

lampu TL sebagai penerangan umum.

c) Teknik Pencahayaan

(1) Teknik pencahayaan pada dinding :

- Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel

dinding, berfungsi lebih kepada estetis.

(2) Teknik pencahayaan pada plafond :

- Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana

proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu

dipantulkan ke arah plafond. Teknik pencahayaan ini

diterapkan pada lobby, dan ruang lounge library.

Page 154: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

- Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu

di dalam plafond untuk mengurangi udara panas dan

mengurangi efek kerusakan terhadap koleksi untuk

menciptakan ruangan yang terang.

- Cornices, adalah type valance yang melekat pada plafond,

dimana seluruh cahayanya langsung dipancarkan ke bawah

menerangi bagian ruang koleksi digunakan pada ruang

pemer karya 3D (patung).

2) Sistem Akustik

a) Dasar Pertimbangan

(1) Sistem akustik mampu menyerap energi dan gelombang bunyi

yang dapat menimbulkan kebisingan.

(2) Sistem akustik harus dapat mengurangi tingkat kebisingan

yang berasal dari dalam dan luar ruangan.

b) Penerapan Sistem Akustik

(1) Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari

sumber bising terutama yang berasal dari keramaian lalu lintas

dan sumber bising lainnya yang berasal dari luar ruangan.

(2) Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel

plywood, gypsum board, fiber dan lain-lain yang diterapkan

pada ruang museum khusunya ruang pamer tetap dan quiete

room pada lounge library.

(3) Pengguaan bahan karpet pada sebagian besar ruang lounge

library untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah

kaki, gesekan kursi dan lain sebagainya.

3) Sound system

Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar music ke

seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang

perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat

informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada

pihak pengunjung museum.

Page 155: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

4) Sistem Penghawaan

a) Dasar Pertimbangan

(1) Sistem penghawaan mengendalikan tingkat kelembaban dan

suhu dalam ruang.

(2) Sistem penghawaan dapat mengendalikan dan mengatur suhu

ruangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan.

(3) Pengendalian suhu dan kelembaban dengan alat pengatur

penghawaan akan mengurangi serangan jamur dan serangga,

serta menambah secara nyata unsur kimia kertas dari serangan

asam yang lengket.

(4) Penghawaan ruang perpustakaan harus mempunyai cukup

ventilasi lainnya sehingga pertukaran udara dapat terjamin.

b) Penerapan Sistem Penghawaan

(1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner

(AC) Window dan Split.

(2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar

ruang.

Page 156: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

b. Analisa khusus

RUANG

CAPAIAN

KEBUTUHAN

ALTERNATIF SISTEM

INTERIOR

Lo

bb

y

Pencahayaan (uk. Ilum

50 -100 lux) :

Merata

Tidak menimbulkan panas

Berfungsi sebagai

penunjuk arah

Mengandung unsur

decorative

Sifat Fleksibilitas pada

ruang pamer temporer

dalam pemasangan karena

sifatnya yang berubah-

ubah

Sistem alami :

Dengan sinar matahari yang masuk

melalui pintu dan jendela

Sistem buatan :

Penggunaan lampu tabung

fluorescent berefisiensi tinggi

dengan sistem difused lighting,

pemakaian armature.

Dengan pencahayaan langit (down

light),

Fleksibilitas menggunakan track

lampu spot dinding (wall lamp), dan

setempat (spot light).

Fleksibilitas dicapai dengan

pemakaian rel penyambungan

dengan stop contact.

Penghawaan :

Nyaman / standart

sistem alami :

udara masuk melalui pintu dan

ventilasi sistem buatan :

dengan menggunakan AC

Akustik :

Mendukung fungsi ruang

Diterapkan melalui pemakaian

material pada komponen pembentuk

ruang.

Are

a pam

er

corniches lighting,

pencahayaan distribusi

langsung dengan

sumber cahaya

ditempatkan secara

jelas pada langit-langit

dan direfleksikan ke

bawah.

Recessed in ceiling,

yaitu pencahayaaan

distribusi langsung

dengan sumber cahaya

yang ditempatkan

secara tersembunyi

masuk ke dalam langit-

langit.

Pencahayaan (uk ilum

50-100 lux) :

Merata

Penciptan efek khusus

untuk menonjolkan materi

Tidak menimbulkan silau

dan panas

Sistem alami :

Dengan sinar matahari yang

direfleksikan dengan kaca, dan

logam melalui ceiling dan floor.

Kerusakan materi diatasi dengan

menyerap kadar radiasi UV melalui

pemantulan pada bidang yang dicat

dengan sinc oxide atau titanium

trioxide

Sistem buatan :

Pencahayaan umum dicapai dengan

penggunaan luminous ceiling, lampu

tunggal, lampu flourecent

Pencahayaan khusus dicapai dengan

menggunakan spotlight, wall lamp,

lampu dengan efek warna, misalnya;

Lampu fluorescent jenis colour

matching/nor light

Lampu pijar dalam armature dengan

filter warna.

Panas yang ditimbulkan lampu

diatasi dengan pemverian lubang

ventilasi yang cukup pada etalase/

Sistem display lainya.

Penghawaan :

Merata dan nyaman

(kestabilan kelembaban

Sistem alami :

Dengan kisi-kisi didinding yang

Page 157: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

udara dalam ruang),

meredam panas

apabila diperlukan dapat dibuka dan

ditutup

Sistem buatan :

Dengan menggunakan AC jenis

central untuk menetralisir panas

Akustik :

Tidak merusak materi

pamer,

Mendukung fungsi ruang.

Diterapkan melalui pemakaian

material komponen pembentuk

ruang.

Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

8. Sistem Keamanan

Cara pengamanan benda-benda koleksi dilakukan dengan cara:

a) Pengamanan Umum.

Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan oleh

para petugas keamanan.

b) Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

T

a

b

e

l

4

.

1

9

Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Lobby Dapat bekerja secara

otomatis.

Dapat memantau dan

segera mendeteksi lokasi

kejadian.

Dapat membantu

petugas untuk

mencegah lebih dini

hal – hal yang tidak

diinginkan.

CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada

setiap bagian ruangan yang perlu

pengawasan, yang rekaman ini

nantinya dapat diputar kembali untuk

keperluan (sebagai bukti dalam suatu

kasus)

Heavy duty door contact

Sejenis sensor yang dipasang untuk

memproteksi pintu dan jendela yang

terbuat dari besi atau logam.

Alat ini baru bereaksi setelah terjadi

proses perusakan pada benda atau

bidang yang diproteksinya.

Shock sensor /vibrationsensor

Ruang

Pamer

Dapat bekerja secara

otomatis.

Dapat memantau dan

segera mendeteksi lokasi

kejadian.

Dapat membantu petugas

untuk mencegah lebih dini

hal – hal yang tidak

diinginkan.

CCTV (Close Circuit Television)

Heavy duty door contact

Shock sensor / vibration sensor

Page 158: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

c) Pengamanan terhadap kebakaran

Tabel IV.20 Sistem keamanan

9. Aksesbilitas

a) Akses masuk museum menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan

ramp untuk penyandang cacat.

b) Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.

Untuk ramp minimal lebar 25 inc (63,5 cm) sesuai standard

(Chairbound people, Barrier free design,1977)

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Lobby

(ruang pamer

temporer)

dapat mendeteksi api dan bekerja

secara otomatis.

dapat memadamkan api dalam

pencapaian area yang luas.

dapat dengan segera memadamkan

api yang besar.

dapat diletakkan di ruang mana

saja.

Pendeteksi panas

(thermal detector).

Sprinkle

Emergency lighting

and fixture

Multipurpose dry –

cremical extinguisher

Ruang Pamer

tetap

dapat mendeteksi api dan bekerja,

secara otomatis.

dapat memadamkan api dalam

pencapaian area yang luas.

dapat dengan segera memadamkan

api yang besar.

dapat diletakkan di ruang mana

saja.

tidak merusak koleksi karya

Pendeteksi asap

(smoke detector).

Multipurpose dry –

cremical extinguisher

Emergency lighting

and fixture

Page 159: desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Mempelajari dari uraian – uraian yang tertulis dari bab sebelumnya

penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Museum Sepak Bola diharapkan mampu memberikan pendidikan dan

hiburan kepada masyarakat sehingga mampu memberikan inspirasi

untuk memajukan sepak bola Indonesia

2. Dalam desain ini menerapkan konsep modern, dimana konsep tersebut

dirasa sesuai dengan perkembangan sepak bola saat ini.

B. Saran

Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari :

1. Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai

2. Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan

kebutuhan

3. Tema yang mendukung perancangan

4. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis

Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk

menciptakan keberhasilan desain.