Desain Fisik ARS

36
BAB I PENDAHULUAN Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir yang nantinya akan dibuat. Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing bahan, alat serta wadah yang akan digunakan. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Dalam upaya mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara 1

description

giuhiq

Transcript of Desain Fisik ARS

Page 1: Desain Fisik ARS

BAB I

PENDAHULUAN

Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini

adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus) yang terdapat dalam

suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik untuk membunuh

atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk

maupun karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang

dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi merupakan hal yang

paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir yang nantinya akan dibuat.

Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing

bahan, alat serta wadah yang akan digunakan.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang merupakan institusi

penyedia pelayanan kesehatan adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.

Dalam upaya mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di

rumah sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian

infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan tugas dan

fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur

pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah

tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Jika terjadi hambatan pada salah

satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Jika dilihat berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di rumah sakit

demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu instalasi pusat sterilisasi

tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada dibawah dan tanggung

jawab langsung kepada direktur atau wakil direktur rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini

bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari

semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas

sterilisasi alat atau bahan secara profesional, diperlukan pengetahuan atau keterampilan tertentu

oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.

1

Page 2: Desain Fisik ARS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi CSSD

Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk

menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan

dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat penting dilakukan terutama untuk alat-alat

bedah, terlebih lagi saat ini semakin berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas

peralatan medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan

proses menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin. Disamping itu,

rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah terjadinya

resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam

pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk

mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply Department

(CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central Processing Department (CPD) dan

lain lain, namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat

steril dan bersih untuk keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi

adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan

peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi

merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,

pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.

Instalasi CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi

infeksi yang berasal dari rumah sakit itu sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari

pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label,

sterilisasi, sampai proses distribusi.

2

Page 3: Desain Fisik ARS

Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD di rumah sakit

dilatarbelakangi oleh:

Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di

lingkungan rumah sakit.

Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan

fungsi CSSD sangat penting.

2.2.1 Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi

2.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan fungsional)

dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medik. Untuk rumah sakit

swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur organisasi pemerintah. Hal-hal yang

perlu dilaksanakan agar instalasi pusat sterilisai dapat berjalan sebagai mana mestinya adalah

perlunya pembagian pekerjaan dalam jabatan fungsional. Struktur organisai pusat sterilisasi

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur organisasi instalasi pusat sterilisasi secara umum

Struktur di atas merupakan struktur minimal yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan

dan beban kerja pada masing-masing rumah sakit.

3

Page 4: Desain Fisik ARS

2.2.2 Uraian Tugas dan Kualifikasi Tenaga

Kualifikasi tenaga yang bekerja di Pusat Sterilisasi dapat dibedakan sesuai dengan

kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis pelayanan

sterilisasi.

A. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi

Uraian tugas Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:

Selalu memberi pengarahan terhadap semua aktivitas staf yang berkaitan dengan

supply alat medis yang steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.

Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan

pengembangan diri atau personel lainnya.

Harus menentukan metoda yang lebih efektif bagi penyiapan dan penanganan alat

atau bahan yang steril.

Harus selalu bertanggung jawab agar staf dapat mengerti akan prosedur dan

penggunaan mesin sterilisasi secara benar.

Harus selalu memastikan bahwa teknik aseptik yang diterapkan pada saat

penyiapan dan penanganan alat steril baik yang hanya sekali pakai maupun alat

yang dapat dipakai ulang.

Melakukan kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordinasi

yang bersifat intern ataupun ekstern.

Harus selalu melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi,

menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang

telah ditentukan.

Selalu membuat perencanaan suatu program kerja.

Harus selalu membuat laporan kinerja pusat sterilisasi. 

Kualifikasi tenaga Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:

Khusus untuk Rumah Sakit Kelas A dan B, pendidikan terakhirnya harus minimal

S1 di bidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun pada

bidang sterilisasi.

Khusus untuk Rumah Sakit C, pendidikan terakhir yaitu harus minimal D3 di

bidang kesehatan, atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun di bidang

sterilisasi.

4

Page 5: Desain Fisik ARS

Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis

pelayanan sterilisasi.

Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang manajemen.

Harus mengetahui tentang psikologi personel

Sudah mempunyai pengalaman kerja di bagian kamar operasi atau sterilisasi.

Sudah mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi.

B. Kepala Sub Instalasi

Uraian tugas Kepala Sub Instalasi yaitu:

Harus bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.

Harus bertanggung jawab sebagai kepala instalasi pusat sterilisasi apabila kepala

instalasi sedang berhalangan untuk hadir di suatu pertemuan.

Harus selalu membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat,

supervisi langsung, mengajar atau merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan

melaporkannya kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.

Bisa membuat program orientasi untuk tenaga baru.

Bisa membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan

masing-masing sub instalasi.

Bisa membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang sudah rusak.

Bisa membuat laporan hasil kerja dari masing-masing sub instalasi (Sub Instalasi

dekontaminasi, sterilisasi dan produksi, Sub Instalasi pengawasan mutu,

pemeliharaan sarana dan peralatan, K3 dan diklat, serta Sub Instalasi distribusi)

kepada kepala instalasi.

Kualifikasi tenaga Kepala Sub Instalasi yaitu:

Harus berpendidikan terakhir minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja

selama 3 tahun ddi bidang sterilisasi.

Sudah pernah mengikuti kursus tambahan tentang pusat sterilisasi.

Harus sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub

instalasi yang dipimpinnya.

Harus dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi apapun.

Harus memiliki kondisi kesehatan yang baik.

5

Page 6: Desain Fisik ARS

C. Penanggung Jawab Administrasi

Uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi:

Harus dapat bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.

Harus dapat membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu perencanaan

yang berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.

Harus melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing sub instalasi.

Harus bisa menyiapkan keperluan administrasi.

Kualifikasi tenaga Penanggung jawab Administrasi :

Harus berpendidikan terakhir minimal SMA/SMU/SMEA atau sekolah

pendidikan perawat atau yang setara dengan tambahan kursus administrasi.

Harus sudah bisa melakukan pengetikan dan penggunaan komputer.

Harus bisa rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.

 

D. Staf Di Pusat Sterilisasi

Uraian tugas Staf di pusat Sterilisasi yaitu :

Harus bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi.

Harus tidak memiliki rasa alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat

sterilisasi.

Harus dapat mengerti dengan semua perintah dan menerapkannya menjadi suatu

aktivitas.

Harus dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan dan yang diperoleh dari

pengalaman atasannya.

Harus selalu mengikuti prosedur kerja atau standar prosedur operasional yang

telah dibuat dan ditetapkan.

Harus dapat menjalankan pekerjaan dengan baik melalui perintah langsung

maupun tidak langsung seperti melalui telepon.

Harus dapat mengerjakan pekerjaan secara rutin atau berulang.

Harus selalu bisa menerima tekanan kerja dan juga yang kadang-kadang lembur.

Harus selalu memakai alat pelindung diri seperti apron, masker, penutup kepala,

sandal yang khusus dan sarung tangan.

Harus bisa memelihara peralatan pusat sterilisasi, alat dan bahan yang steril.

6

Page 7: Desain Fisik ARS

Kualifikasi tenaga staf:

Harus sudah mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang sudah bersertifikasi.

Harus dapat belajar dengan cepat.

Harus memiliki keterampilan yang baik.

Mempunyai “personal hygiene” yang baik.

Harus dapat disiplin dalam mengerjakan semua tugas kesehariannya.

 

Mengingat peran yang ada di rumah sakit, jenis kegiatan, dan volume kegiatan pada

instalasi pusat sterilisasi demikian besar, maka hendaknya rumah sakit mempunyai pusat

sterilisasi yang tersendiri, dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Kecepatan Pelayanan

Diharapkan pelayanan penyediaan barang-barang steril yang diberikan oleh pusat

sterilisasi menjadi lebih cepat sampai kepada unit pemakaiannya, dengan mutu yang

dapat dipertanggungjawabkan dan memperpendek jalur birokrasi yang ada.

2. Pengendalian Infeksi Nosokomial

Bersama-sama dengan tim pengendali infeksi nosokomial rumah sakit dapat

mengoptimalkan kerja sama dalam memantau produk-produk yang dihasilkan oleh

pusat sterilisasi, memberikan masuk dan arahan kepada pemakai dilapangan dalam

mengatasi atau menurukan angka kejadian infeksi di rumah sakit.

3. Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi maka kompleksitas peralatan

medis dan teknik medis memerlukan prosedur sterilisasi yang optimal sehingga

keseluruhan proses menghasilkan kualitas sterilisasi terjamin.

4. Peningkatan Mutu

Produk-produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi harus melalui proses yang

ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi berjalan, selalu

dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika. Secara berkala setiap 3 bulan

dilakukan tes mikrobiologi. Diharapkan dengan kontrol yang ketat, produk yang

dihasilkan akan terjamin kualitas sterilisasinya, yang pada akhirnya dapat menekan

angka kejadian infeksi di rumah sakit.

5. Efesien dan Efektif

7

Page 8: Desain Fisik ARS

Pengelolaan pusat sterilisasi yang konvensional, diharapkan mampu menyediakan

produk steril yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menekan biaya operasional

seminimal mungkin, mencegah terjadinya duplikasi proses sterilisasi dan

memperpendek jalur birokrasi. Dengan demikian dapat meningkatkan kecepatan

pelayanan dalam distribusi barang steril.

2.3 Sumber Daya Manusia (SDM) di Pusat Sterilisasi Rumah Sakit

Sumber daya manusia (SDM) di pusat sterilisasi memiliki persyaratan khusus dalam

kesehatan sebagai berikut.

a.Data kesehatan

Data kesehatan yang harus dimiliki oleh petugas di pusat sterilisasi rumah sakit

yaitu surat pernyataan sehat jasmani dan rohani secara rutin serta catatan fisik X-Ray

untuk mengidentifikasi penyakit TBC (Tuberculosis). Tes ini dilakukan minimal satu

kali dalam setahun.

b. Status imunisasi

Status imunisasi sebagai persyaratan SDM di pusat sterilisasi harus memenuhi

minimal imunisasi hepatitis B, tetanus, dan demam tipoid.

c.Laporan mengenai status penyakit

Laporan mengenai penyakit yang dialami petugas selama bekerja di pusat

sterilisasi. Penyakit tersebut misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, infeksi

gastrointestinal, dan infeksi pada mata. Laporan mengenai penyakit dilakukan minimal

sekali dalam setahun setahun.

2.4 Peran Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit

Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril

untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi

adalah menerima, memproses, meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan

peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.

2.4.1 Tujuan Pusat Sterilisasi

8

Page 9: Desain Fisik ARS

- Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisis steril, untuk mencegah

terjadinya infeksi.

- Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi

infeksi nosokomial.

- Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan

terhadap pasien.

- Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

2.4.2 Fungsi Pusat Sterilisasi

Beberapa fungsi pusat sterilisasi antara lain:

- Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan

- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat

- Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril

lainnya

- Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,

sterilisasi dan pengiriman barang steril

- Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set

operasi di seluruh lingkungan rumah sakit

- Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen

- Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai dengan

arahan komite pengendalian infeksi

- Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya

- Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional

- Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang

berlaku

- Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan

- Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan

dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan dan

implementasi metode baru

2.4.3 Tugas Pusat Sterilisasi

9

Page 10: Desain Fisik ARS

Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat perlengkapan medik sebelum dipakai

dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama pusat sterilisasi di rumah sakit adalah:

- Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien

- Melakukan proses sterilisasi alat/bahan

- Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan

ruang lain yang membutuhkan

- Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan bermutu

- Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan

- Mempertahankan standar yang ditetapkan

- Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun

- sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu

- Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan

pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nasokomial

- Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi

- Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang bersifat

intern dan ekstern

- Mengevaluasi hasil sterilisasi.

2.4.4 Alur Fungsional Pusat Sterilisasi

Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat digambarkan sebagai

berikut :

1. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang

perawatan.

2. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum

dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

3. Pengeringan: dilakukan sampai kering.

4. Inspeksi dan Pengemasan: unit ini melakukan pengecekan barang dan instrumen

mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan pengemasan agar sterilitas dapat

terjaga. Pengemasan yang dimaksudkan disini yaitu semua material yang tersedia untuk

fasilitas kesehatan yang sudah didisain untuk membungkus, mengemas, dan menampung

alat-alat yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan

10

Page 11: Desain Fisik ARS

pengemasan adalah agar dapat berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan

pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.

5. Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan,

cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

6. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian akan

disterilkan.

7. Sterilisasi: unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang telah dikemas

menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal. Sebaiknya

diberikan tanggung jawab kepada staf terlatih. Untuk sterilisasi menggunakan etilen

oksida sebaiknya digunakan ruang tersendiri dan dilengkapi exhaust

8. Penyimpanan: unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan melakukan

penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus diatur secara baik dengan

memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik.

9. Distribusi: unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang membutuhkan

barang tersebut. Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit

masing-masing.

2.5 SARANA FISIK DAN PERALATAN

Pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi

adalah menerima bahan dan alat medic dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian

diproses menjadi alat/bahan medic dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada

unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu

diperhatikan :

2.5.1. Bangunan Instalasi Pusat Sterilisasi

Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat

ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di masa datang serta didesain menurut tipe

dan atau kapasitas rumah sakit.

2.5.2. Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi

11

Page 12: Desain Fisik ARS

Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat atau

bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada

efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko

terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk rumah

sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar

operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan laundry.

2.5.3. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi

Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang

dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke

ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat

sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu :

1. Ruang Dekontaminasi

Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan

pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk

mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-

benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-

syarat ruang dekontaminasi antara lain :

a. Ventilasi

- sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter

- pergantian udara 10 kali/jam

- tekanan udara negatif

- tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban

- suhu 18-22°C

- kelembaban antara 35-75%

2. Ruang Pengemasan Alat

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat, dan

penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Prosesing Linen

12

Page 13: Desain Fisik ARS

Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan

disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain

itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton

swab.

4. Ruang Sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida,

sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan

(exhaust).

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril

Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :

- Dekat dengan ruang sterilisasi

- Suhu 18-22°C

- Kelembaban 35-75%

- Ventilasi menggunakan tekanan positif

- Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)

- Jauh dari lalu lintas utama

- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

Berikut adalah contoh gambar bangunan instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit:

Gambar 2.1 Contoh bangunan instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit

13

Page 14: Desain Fisik ARS

2.6. Instalasi Pencucian Linen (LAUNDRY)

Laundry RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya

berupa mesin cuci, alat dandesinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin

setrika.

2.6.2. Pengelolaan Linen Kotor

Linen kotor adalah linen yang telah dipakai oleh pasien, pegawai, perkantoran

maupun oleh keluarga pasien dirumah sakit. Linen kotor merupakan sumber infeksi yang

dapat menjadi perantara tertularnya penyakit dari orang yang menderita penyakit

infeksius ke orang lain yang mempunyai daya tahan tubuh rendah. Linen kotor terbagi

menjadi dua macam yaitu, linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah

linen yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi sedangkan linen non

infeksius adalah linen kotor yang berasal dari pasien. Bagian administrasi, apotik dan

lain-lain yang tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.

2.6.2. Asal Linen KotorAsal linen kotor dirumah sakit berasal dari berbagai unit pelayanan sebagai berikut

1. Perkantoran / administrasi

2. Poliklinik / rawat jalan

3. Unit gawat darurat

4. Ruang rawat inap

5. Unit khusus:

a. Intensive care unit

b. Intensive coronary care unit

c. Neonatal intensive care unit

d. Unit perawatan luka bakar

e. Ruang isolasi

6. Kamar operasi

14

Page 15: Desain Fisik ARS

A. Karakteristik Linen Kotor

Karakteristik linen kotor sesuai dengan asalnya, sehingga penanganannya juga dibedakan

menjadi:

1. Linen yang berasal dari perkantoran

Berasal dari kantor direksi / staf, pendidikan dan pelatihan perpustakaan, ruang

administrasi di seluruh unit, dapur, kamar jenazah, farmasi dan lain-lain. Contohnya,

tirai jendela, lap tangan, taplak, dan lain-lain yang berkaitan dengan administrasi.

Termasuk linen non infeksius karena tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.

2. Linen kotor yang berasal dari rawat jalan

Linen kotor yang dihasilkan tergantung dari poliklinik yang menanganinya, yaitu:

a. Poli bedah, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius. Contohnya

darah dan obat-obat luka.

b. Poli penyakit dalam, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius.

Biasanya tercemar dengan keringat atau obat gosok yang dibawa oleh pasien.

c. Poli anak, menghasilkan linen kotor yang biasanya tercemar oleh urine.

d. Poli kebidanan, menghasilkan linen kotor yang tercemar oleh air ketuban dan darah.

e. Unit gawat darurat, menghasilkan linen infeksius dan non infeksius. Noda pada

linen biasanya darah, nanah, muntah, urine, tinja atau tanah.

f. Ruang rawat inap, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius.

Contohnya darah, urine, atau tinja tergantung dari asal ruangannya.

3. Linen yang berasal dari unit khusus

Menghasilkan linen infeksius dan non infeksius. Contohnya noda yang

disebabkan oleh darah, urine dan obat-obatan.

4. Linen yang berasal dari Kamar Operasi

Terbagi menjadi dua, yakni operasi terencana yang menghasilkan linen infeksius

dan operasi cito dapat menghasilkan infeksius dan non infeksius. Contohnya darah dan

obat-obatan.

15

Page 16: Desain Fisik ARS

2.6.3. Sistem Pengelolaan Linen

1. Sistem Sentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen yang meliputi perencanaan,

pengusulan, pengadaan, distribusi, pencucian, pemeliharaan sampai inventorinya

dikelola oleh satuan kerja yaitu Laundry.

2. Sistem Desentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen dimana perencanaan,

pengusulan

pengadaan serta inventorinya dilakukan oleh masing-masing satuan kerja, sedangkan 

Laundry hanya melaksanakan pencucian dan pemeliharaan linen saja.

2.6.4. Penanganan Dan Pengangkutan Linen

1. Troli yang berbeda antara linen kotor dengan linen bersih (pembedaan warna/kode)

2. Troli/wadah mampu menampung beban linen

3. Muatan tidak berlebih

4. Pembersihan troli linen dengan chlorin 0,5%

5. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan

2.6.5. Penyortiran

Linen disortir dengan tiga kategori umum:

1. Tingkat Kotoran ( Jenis)

2. Jenis Kain ( Serat dan warna)

3. Proses (Sesuai alat yang digunakan)

2.6.6. Pencucian

1.Flush (Pembasahan)

Satu atau lebih pembasahan diperlukan untuk menghilangkan kotoran yang larut pada air

dan membantu penyerapan bahan kimia secara cepat keserat benang pada saat proses

penyabunan berlangsung. Pembasahan umumnya memakai level air tinggi dengan kisaran

waktu 2-3 menit. Fungsi lain dari pembasahan adalah menyesuaikan suhu sebelum proses

penyabunan yang umumnya memakai suhu tinggi.

16

Page 17: Desain Fisik ARS

2. Washing (Penyabunan)

Tahap ini adalah tahap pencucian yang sebenarnya, tahap ini umumnya memakai deterjen

powder(bubuk)/liquid (cair) dengan suhu tinggi dan berkisar 8 – 15 menit.

3. Carryover Suds (pembilasan awal)

Step ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu dan kadar detergent  sebelum

memasuki proses penghilangan noda. Umumnya menggunakan level air tinggi dan 2-5

menit.

4.Bleaching

Proses ini untuk menghilangkan noda, umumnya menggunakan bahan kimia bersifat

chlorine dengan suhu antara 60 – 65° C dengan waktu 8 – 10 menit.

5.Rinse (Pembilasan) dua atau tiga kali menggunakan Sour

Tahapan ini untuk mengurangi kadar bahan kimia dan menurunkan suhu, 2-3 menit

dengan level air yang tinggi.

6.Soft (Final Rinse)

Langkah ini adalah untuk perawatan linen dengan cara mendapatkan kadar pH yang

sesuai dengan kulit manusia dan ditambahkan Softener untuk penampilan dan rasa

nyaman terhadap linen. Umumnya memakai air hangat atau dingin dengan level air

menegah dan 3-5 menit.

7. Extract (Pemerasan)

Tahap ini untuk mengurangi kadar air di linen sebelum ke proses pengeringan. Umumnya

membutuhkan waktu antara 2 – 12 menit tergantung jenis dan ketebalan kain.

Ada beberapa langkah tambahan sekalipun jarang dipakai seperti:

a. Break (prewash) Pre wash (pencucian awal) digunakan untuk cucian dengan tingkat

kotoran lebih berat yang cenderung berminyak. Tahap ini biasanya menggunakan suhu

hangat 50 – 55° C. Waktu yang biasa digunakan adalah 6 – 8 menit.

b. Intermediate Extract, digunakan untuk mempercepat penurunan kadar bahan kimia

sehingga tidak membutuhkan pembilasan terlalu banyak. Tetapi ada hal yang perlu

diperhatikan adalah mengenai suhu, jangan sampai ini membuat pengerutan dikain

karena penurunan suhu terlalu cepat.17

Page 18: Desain Fisik ARS

c.Starch/Sizing (Pengkanjian), langkah ini adalah untuk menambahkan

suatu Starchener untuk membantu mengeraskan kain agar mudah dibentuk dan licin

sehingga memudahkan dalam penyetrikaan. Umumnya tahap ini menggunakan level air

yang lebih rendah, dengan suhu menengah. Kain yang biasa dikanji adalah napkin,

table cloth dan uniform.

2.6.7. Drying (Pengeringan)

Setelah linen dicuci lalu menuju ketahap berikutnya adalah pengeringan. Semua linen

yang keluar dari proses pencucian harus dikeringkan sesuai dengan masing masing jenis

pengeringan: dry cleaning, tumbling, ironing, finishing dan pressing.

Dry cleaning: Untuk memeriksakan pakaian yang akan dicuci, menyortir pakaian

dan menghindari kerusakan bahan.

Tumbling: Lebih untuk mengeringkan handuk. Alat ini beragam jenis dan

kapasitasnya. Sumber pemanasnyapun beragam dari uap panas (steam), gas (api)

atau listrik heater.

Ironing: Untuk penyetrikaan cucian yang berbentuk lembaran

Finishing: Untuk menyelesaikan pengepresan dan penyetrikaan pakaian tamu

setelah selesai dikeringkan. Bila ada yang belum bersih maka dikembalikan ke

bagian pencucian.

Pressing: untuk penyetrikaan cucian yang menggunakan setrika (iron) maupun

setrika press (press machine).

2.6.8. Folding (Pelipatan linen bersih)

Setelah proses pengeringan maka dilanjut proses pelipatan, umumnya laundry

kecil dilakukan secara manual. Dengan menyemprotkan pelicin (mengandung pewangi).

Mesin pelipat otomatis juga trsedia untuk sprei dan handuk baik sekala kecil sampai

besar. Keuntungannya adalah mampu mengurangi tenaga kerja sehingga menekan biaya

operasional. Sementara pelipatan secara manual biasanya mendapatkan kualitas lipatan

lebih baik dan mampu menyeleksi hasil cucian yang lebih baik karena secara detail noda

yang masih tertinggal bisa segera dipisahkan.

18

Page 19: Desain Fisik ARS

2.6.9. Storing (penyimpanan)

Setelah linen semua terlipat, sebelum sebagian disimpan digudang dan sebagian

dipakai langsung. Evaluasi hasil cucian bisa dilakukan ditahapan ini, tetapi perlu hati hati

karena penataan sinar lampu diruangan penyimpanan terkadang kurang bagus sehingga

hasil cucian terlihat kurang bagus. Gudang penyimpanan sebaiknya jangan tercampur

dengan linen kotor karena bisa cross kontaminasi, dengan membersihkan secara rutin

digudang penyimpanan dan memperhatikan sirkulasi udara sangatlah membantu untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

2.6.10. S u h u

Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil:

- Katun 90° C

- Polykatun 80°,

- Polyster 75° C,

- Wool dan Silk 30° C

2.6.11. Penggunaan bahan-bahan kimia

Detergen :Untuk menghilangkan kotoran (noda keringat, darah, dan muntah)

Alkali :Untuk mengangkat segala jenis noda yang menempel pada linen

C.Bleach :Memutihkan linen putih, membunuh bakteri dan mengangkat noda

Emulsifier :Membersihkan segala jenis pengotor ang bersifat lemak

Netralisir :Mengatur pH pada pencucian akhir, mengangkat residu padalinen

Softener :Melembutkan dan mengharumkan linen yang telah dicuci

Prosedur

Prosedur untuk linen kotor infeksius:

Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 – 15 detik sebelum dan

sesudah melakukan pekerjaan.

Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron

Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan infeksius, kantung dalam

linen infeksius, kantung luar linen infeksius dan tali untuk pengikat.

Lipat bagian terinfeksi di bagian dalam.

Siapkan trolly linen kotor.

19

Page 20: Desain Fisik ARS

Kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan dikumpulkan ke

trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry.

Prosedur untuk linen kotor non infeksius:

Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 – 15 detik sebelum dan

sesudah melakukan pekerjaan.

Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron

Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan, kantung linen tidak

terinfeksi.

Siapkan trolly linen kotor

Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan

dikumpulkan ke trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry.

Alur pengiriman linen kotor

20

linen kotor yang

dipakai pasien

infeksius

Dikirim ke

laundryNon

infeksius

distribus

i

Dipisah -

ditimbang -

dicuci

distribus

i

CSSDGudang penyimpanan

Linen Non sterilLinen

steril

Dikeringkan- disetrika

Page 21: Desain Fisik ARS

2.6.12. Penggantian linen pasien

1. Sebelum penggantian linen pasien, wadah untuk menempatkan linen kotor

sudah disiapkan.

2. Pada waktu penggantian linen pasien, petugas diwajibkan menggunakan masker,

sarung tangan dan apron.

3. Pisahkan antara linen kotor biasa dan linen ternoda (darah dan cairan tubuh

lainnya)

4. Linen kotor dilipat, bagian yang bernoda tempatkan dibagian dalam

5. Tidak meletakan linen kotor dilantai

6. Tidak mengibaskan linen kotor

7. Linen kotor yang bernoda darah (darah dan cairan tubuh lainnya) dibersihkan

dulu diruangan.

8. Direndam dengan disinfektan.

9. Linen kotor dari pasien langsung dimasukan ke wadah atau kantong plastik

berwarna kuning untuk linen infeksius, kantong plastik berwarna hitam untuk

linen kotor non infeksius dan disegel. Biasakan cuci tangan sebelum dan sesudah

melaksanakan tindakan.

Penyimpanan linen bersih siap pakai:

1. Tangan petugas harus bersih sebelum memegang linen

2. Pastikan semua permukaan lemari dalam keadaan bersih dan kering dengan

suhu ruangan 22-27° C

3. Simpan linen sesuai dengan jenis linennya

4. Pisahkan area linen kotor dan linen bersih

5. Pencatatan linen yang masuk dan keluar dengan sistim FIFO

6. Persediaan linen di Ruang Rawat minimal 3 parstok

7. Pengambilan linen/distribusi harus menggunakan form pengambilan

21

Page 22: Desain Fisik ARS

2.6.13. Monitoring dan evaluasi

Kualitas dan kuantitas linen:

1. Kualitas :Bersih, tidak bernoda, tidak berbau, cemerlang, dan bebas kuman

2. Kuantitas : Jumlah linen, frekuensi pencucian (150 x (VIP), 200 (biasa))

Selain itu, pemakaian detergent, pelembut, pengharum, pemutih dan bahan kimia lainnya

harus dievaluasi guna menguji keefektifannya.

2.6.14. Jenis Linen Rumah Sakit

1. Seprei/ Laken

2. Steek Laken

3. Perlak / Zeil

4. Sarung bantal

5. Sarung Guling

6. Selimut

7. Boven Laken

8. Alas Kasur

9. Bed cover

10. Handuk mandi

11. Handuk tangan

12. Handuk muka

13. Wash lap

14. Keset kamar mandi

15. Baju Pasien

16. Baju Operasi

17. Celana operasi

18. Jas operasi

19. Laken operasi

20. Topi kain

21. Masker

22. Doek

23. Sarung kaki

24. Sarung meja instrument

25. Mitela

26. Barak schort

27. Kain Penutup tabung Gas

28. Celemek

29. Popok Bayi

30. Baju bayi

31. Kain bedong

32. Gurita bayi

33. Steek Laken Bayi

34. Laken bayi

35. Selimut bayi

22

Page 23: Desain Fisik ARS

36. Tirai / Gorden

37. Kainpenyekat/taplak

23

Page 24: Desain Fisik ARS

BAB III

KESIMPULAN

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan

Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses

pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam

kondisi steril, sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah

sakit itu sendiri (infeksi nasokomial). Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu

menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit.

Bahwa pengelolaan linen kotor di ruangan rawat inap bukan hal yang bisa

diabaikan, terutama karena linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi

perantara tertularnya penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain

yang mempunyai daya tahan tubuh rendah. Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya,

selain untuk mencegah infeksi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan

agar lebih berhati-hati dengan kegiatan yang berdentuhan dengan linen kotor. Semua unit

yang berada di rumah sakit beresiko mendapat infeksi dari linen kotor, tidak terkecuali unit

yang tidak berkaitan dengan hal medis (contoh: unit administrasi)

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Desain Fisik ARS

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply

Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta : DepKes RI.