DESA UWEN Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar HutanStudi Komparatif Global – Desain dan...

1
www.cifor.org/gcs-tenure Mitra donor Mitra penelitian DESA UWEN Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar Hutan Studi Komparatif Global – Desain dan Implementasi Reformasi Tenurial (GCS-Tenure) Hutan dan hak atas tanah sering didominasi oleh kepentingan politik dan elit ekonomi sehingga mengabaikan masyarakat sekitar hutan. Namun pengakuan hukum pada hak wilayah masyarakat lokal telah meningkat, misalnya Keputusan MK 35/2012. Disamping itu, reformasi tenurial hutan melalui Perhutanan Sosial dalam satu dekade terakhir juga telah memberikan hak kepastian tenurial pada masyarakat lokal terhadap akses pemanfaatan sumber daya hutan. Dalam prakteknya, reformasi ini masih mengalami hambatan terkait dengan batas wilayah, peta, kurangnya koordinasi dan pemahaman terhadap kebijakan reformasi tenurial. Penelitian GCS- Tenure dimaksudkan untuk memperkuat hak tenurial hutan bagi masyarakat lokal dan bagaimana menyelaraskan hukum adat dengan kebijakan formal sesuai dengan alokasi sumber daya hutan. Penelitian di desa di Uwen pada Oktober 2015 telah melibatkan anggota masyarakat (laki-laki, perempuan, tua, muda). Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian, yaitu survey rumah tangga, Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Wawancara informan kunci. Isi dari poster ini menampilkan hasil penelitian GCS-Tenure di desa Uwen terkait dengan kepastian tenurial dan dampaknya terhadap mata pencaharian dan kondisi hutan. Problem Tenurial Masyarakat adat Uwen dulunya tinggal di wilayah pegunungan bersama lima desa lainnya, lalu pindah ke wilayah pesisir pantai pada 1900an. Sedangkan lima desa lainnya oleh TNI dipindahkan tahun 1950 di wilayah Uwen pantai dan wajib membayarkan retribusi pemanfaatan hasil hutan dan PBB ke Uwen. Namun sejak diresmikan menjadi desa definitif pada 1979, ke lima desa tersebut secara administratif tidak memiliki kewajiban untuk membayarkan retribusi ke Uwen. Perdes yang dibuat Uwen sebagai upaya untuk mendapatkan hak pemanfaatan atas lahan hutan masih belum disetujui pemda SBB. Kendala utama adalah belum adanya Perda pengakuan hutan adat di SBB. Konflik atas lahan dengan desa-desa tersebut masih berlangsung dan belum ada penyelesaian. Isu penting lainnya, wilayah petuanan Uwen berada di kawasan hutan produksi yang berdampak pada perubahan penggunaan lahan karena dikelola oleh HPH (1995-2005) dan untuk pembangunan infrastruktur (jalan trans Seram). Kondisi ini yang membuat masyarakat Uwen cemas akan kepastian hak tenurial lahan petuanan yang mereka miliki. Kumpulan Hak No Jenis Hak Sistem Tenurial Lahan Pengguna Petuanan Marga (SOA) Individu 1 Hak ekstrasi Raja Kepala SOA Kepala keluarga warga desa; warga luar desa dengan ijin dan tanpa ijin pemilik lahan 2 Hak pengelolaan Raja dan staff desa Kepala SOA Kepala keluarga warga desa, warga luar desa dengan ijin raja dan hanya di lahan desa 3 Hak menyewakan - Kepala SOA Kepala keluarga warga desa dan warga luar desa 4 Hak menjaminkan Raja Raja dan Kepala SOA Kepala Keluarga warga desa yang memiliki sertifikat, diketahui Raja 5 Hak menjual - - Kepala keluarga warga desa disaksikan Raja 6 Hak mewariskan - Kepala SOA Kepala keluarga warisan laki-laki lebih sama dengan perempuan Wilayah Petuanan Mornaten MATA PENCAHARIAN KONDISI HUTAN Peran perempuan di desa Uwen sudah diperhitungkan dalam pengambilan keputusan, misalnya dengan melibatkan perempuan sebagai pengurus di Badan Pemerintah Desa (BPD). A. Latutuapraya (53th), Ketua BPD Kegiatan penebangan kayu oleh perusahaan telah menyebabkan hasil hutan bukan kayu dari dalam hutan berkurang dan sulit didapat, seperti pandan untuk bahan tikar, gaharu dan rotan. Hasil buruan hewan juga semakin berkurang. Ini berpengaruh pada berkurangnya pendapatan masyarakat dari hutan. P.D. Lumamuly (65th), Pemangku Adat Selama ini belum terjadi tumpang tindih aturan terkait tenurial antara sistem adat dan formal, malahan kedua sistem ini saling mendukung karena sistem lembaga adat ini menyatu dengan sistem pemerintahan desa di negeri Uwen. F.H. Lumamuly (47th), Raja; P.D. Lumamuly (65th), Pemangku Adat; A. Latutuapraya (53th), Ketua BPD Lahan-lahan milik keluarga belum memiliki sertifikat tetapi wajib bayar pajak. F.H. Lumamuly (47th), Raja Uwen Peraturan Desa (Perdes) sudah dibuat Uwen tahun 2014 dan sudah mengatur kepatuhan masyarakat pada aturan desa dan pemerintah (Dinas Kehutanan) untuk pengambilan hasil hutan dan larangan untuk mengambil kayu di pinggir sungai. (FGD) KEPASTIAN/KETIDAKPASTIAN TENURIAL HUTAN Demografi Jumlah keluarga Populasi Etnies Mata Pencaharian 84 KK 345 jiwa L=181 P=164 • Masyarakat asli= 72KK • Masyarakat Pendatang= 12KK • Utama: pertanian (kelapa, cengkih, coklat dan pisang) • Lainnya: kehutanan dan perikanan Penggunaan lahan hutan saat ini terbatas pada lahan-lahan kebun milik keluarga yang telah dibagi oleh marga-marga. Sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebun milik keluarga ini tidak cukup lagi. Masyarakat desa Uwen kesulitan untuk mengambil hak lahan mereka yang telah ditempati oleh desa tetangga. Masyarakat berharap ada aturan formal yang bida dipakai untuk membantu problem tenurial di desa Uwen. (FGD) Perubahan Kondisi Hutan Respon Responden (n) 0 5 10 15 20 25 30 Memburuk (46) Bertambahnya tebangan liar/pembakaran/perambahan Perubahan penggunaan lahan Banjir/kemarau panjang Hasil hutan sedikit Penting ke-3 Penting ke-2 Penting ke-1 Ketahanan Pangan 0 10 20 40 30 5 15 35 25 Jumlah Responden (n) Persepsi ketahanan pangan Perubahan ketahanan pangan Saat ini lebih baik Saat ini lebih buruk Tidak ada masalah Sama dengan sebelumnya Selalu bermasalah Bermasalah ≤ 3 bulan Perubahan Ketahanan Pangan 0% 20% 60% 40% 100% 80% Respon Responden (%) Ketahanan pangan membaik Ketahanan pangan memburuk Pengeluaran berkurang Terima uang dari anggota HH lainnya Tidak terima uang dari anggota HH lainnya Musim kemarau panjang/cuaca buruk/hama Menerima dana pensiun/hibah/bantuan pangan Hasil panen bagus Tersedia uang dirumah Menjadi tua/sakit/mati dan tidak bisa kerja Meningkatnya kebutuhan harga, biaya kuliah, dsb Gagal panen Tidak punya uang Mata Pencaharian 0 Pertanian Memancing Jumlah Responden (n) Bisnis Buruh konstruksi Aktivitas terkait hutan Pegawai sipil/kelurahan 10 20 30 40 0% 20% 40% 80% 100% 120% % Respon responden Ancaman Perubahan Kondisi Hutan Kebakaran hutan 100% Penebangan kayu 100% Pembersihan hutan untuk pertanian 73% Perambahan lahan komunal 47% Aktivitas tambang 6% Bencana alam 6% Kepastian Tenurial Hutan 0% 20% 40% 60% 80% 100% Perundangan nasional mendukung kalim hak lokal Otonom (otoritas komunal) dan sistem adat dihormati Hak tidak tumpang tindih Tidak ada konflik dengan masyarakat Hak permananen Batas jelas Punya hak milik Alasan Kepastian Dasar hukum hak adat dihormati Hak tidak akan berubah pada waktunya Respon Responden (%) Ketidakpastian Tenurial Hutan 0% 20% 40% 60% 80% 100% Respon Responden (%) Alasan Ketidakpastian Kompetisi antar penduduk desa Kompetisi dengan investasi asing Larangan penggunaan lahan oleh pemerintah Tidak ada dasar hukum untuk klaim hak adat Konflik diselesaikan tidak adil Tidak ada pemecahan konflik Pembangunan infrastruktur/jalan Hak hanya sementara Hak tumpang tindih yang ada Hak atas lahan dapat dicabut setiap saat Lahan dipinjam/disewa Batas tidak jelas Tidak punya hak milik

Transcript of DESA UWEN Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar HutanStudi Komparatif Global – Desain dan...

Page 1: DESA UWEN Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar HutanStudi Komparatif Global – Desain dan Implementasi Reformasi Tenurial (GCS-Tenure) Hutan dan hak atas tanah sering didominasi

www.cifor.org/gcs-tenure

Mitra donor Mitra penelitian

DESA UWEN Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar HutanStudi Komparatif Global – Desain dan Implementasi Reformasi Tenurial (GCS-Tenure)

Hutan dan hak atas tanah sering didominasi oleh kepentingan politik dan elit ekonomi sehingga mengabaikan masyarakat sekitar hutan. Namun pengakuan hukum pada hak wilayah masyarakat lokal telah meningkat, misalnya Keputusan MK 35/2012. Disamping itu, reformasi tenurial hutan melalui Perhutanan Sosial dalam satu dekade terakhir juga telah memberikan hak kepastian tenurial pada masyarakat lokal terhadap akses pemanfaatan sumber daya hutan. Dalam prakteknya, reformasi ini masih mengalami hambatan terkait dengan batas wilayah, peta, kurangnya koordinasi dan pemahaman terhadap kebijakan reformasi tenurial. Penelitian GCS-Tenure dimaksudkan untuk memperkuat hak tenurial hutan bagi masyarakat lokal dan bagaimana menyelaraskan hukum adat dengan kebijakan formal sesuai dengan alokasi sumber daya hutan. Penelitian di desa di Uwen pada Oktober 2015 telah melibatkan anggota masyarakat (laki-laki, perempuan, tua, muda). Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian, yaitu survey rumah tangga, Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Wawancara informan kunci. Isi dari poster ini menampilkan hasil penelitian GCS-Tenure di desa Uwen terkait dengan kepastian tenurial dan dampaknya terhadap mata pencaharian dan kondisi hutan.

Problem Tenurial Masyarakat adat Uwen dulunya tinggal di wilayah pegunungan bersama lima desa lainnya, lalu pindah ke wilayah pesisir pantai pada 1900an. Sedangkan lima desa lainnya oleh TNI dipindahkan tahun 1950 di wilayah Uwen pantai dan wajib membayarkan retribusi pemanfaatan hasil hutan dan PBB ke Uwen. Namun sejak diresmikan menjadi desa definitif pada 1979, ke lima desa tersebut secara administratif tidak memiliki kewajiban untuk membayarkan retribusi ke Uwen. Perdes yang dibuat Uwen sebagai upaya untuk mendapatkan hak pemanfaatan atas lahan hutan masih belum disetujui pemda SBB. Kendala utama adalah belum adanya Perda pengakuan hutan adat di SBB. Konflik atas lahan dengan desa-desa tersebut masih berlangsung dan belum ada penyelesaian. Isu penting lainnya, wilayah petuanan Uwen berada di kawasan hutan produksi yang berdampak pada perubahan penggunaan lahan karena dikelola oleh HPH (1995-2005) dan untuk pembangunan infrastruktur (jalan trans Seram). Kondisi ini yang membuat masyarakat Uwen cemas akan kepastian hak tenurial lahan petuanan yang mereka miliki.

Kumpulan Hak

No Jenis HakSistem Tenurial Lahan

Pengguna Petuanan Marga (SOA) Individu

1 Hak ekstrasi Raja Kepala SOA Kepala keluarga

warga desa; warga luar desa dengan ijin dan tanpa ijin pemilik lahan

2 Hak pengelolaan

Raja dan staff desa

Kepala SOA Kepala keluarga

warga desa, warga luar desa dengan ijin raja dan hanya di lahan desa

3 Hak menyewakan

- Kepala SOA Kepala keluarga

warga desa dan warga luar desa

4 Hak menjaminkan

Raja Raja dan Kepala SOA

Kepala Keluarga

warga desa yang memiliki sertifikat, diketahui Raja

5 Hak menjual - - Kepala keluarga

warga desa disaksikan Raja

6 Hak mewariskan

- Kepala SOA Kepala keluarga

warisan laki-laki lebih sama dengan perempuan

Wilayah Petuanan Mornaten

MATA PENCAHARIAN KONDISI HUTAN

Peran perempuan di desa Uwen sudah diperhitungkan dalam pengambilan keputusan, misalnya dengan melibatkan perempuan sebagai pengurus di Badan Pemerintah Desa (BPD).

A. Latutuapraya (53th), Ketua BPD

Kegiatan penebangan kayu oleh perusahaan telah menyebabkan hasil hutan bukan kayu dari dalam hutan berkurang dan sulit didapat, seperti pandan untuk bahan tikar, gaharu dan rotan. Hasil buruan hewan juga semakin berkurang. Ini berpengaruh pada berkurangnya pendapatan masyarakat dari hutan.

P.D. Lumamuly (65th), Pemangku Adat

Selama ini belum terjadi tumpang tindih aturan terkait tenurial antara sistem adat dan formal, malahan kedua sistem ini saling mendukung karena sistem lembaga adat ini menyatu dengan sistem pemerintahan desa di negeri Uwen.

F.H. Lumamuly (47th), Raja; P.D. Lumamuly (65th), Pemangku Adat; A. Latutuapraya (53th), Ketua BPD

Lahan-lahan milik keluarga belum memiliki sertifikat tetapi wajib bayar pajak.

F.H. Lumamuly (47th), Raja Uwen

Peraturan Desa (Perdes) sudah dibuat Uwen tahun 2014 dan sudah mengatur kepatuhan masyarakat pada aturan desa dan pemerintah (Dinas Kehutanan) untuk pengambilan hasil hutan dan larangan untuk mengambil kayu di pinggir sungai.

(FGD)

KEPASTIAN/KETIDAKPASTIAN TENURIAL HUTAN

Demografi

Jumlah keluarga Populasi Etnies Mata Pencaharian

84 KK 345 jiwaL=181 P=164

• Masyarakat asli= 72KK

• Masyarakat Pendatang= 12KK

• Utama: pertanian (kelapa, cengkih, coklat dan pisang)

• Lainnya: kehutanan dan perikanan

Penggunaan lahan hutan saat ini terbatas pada lahan-lahan kebun milik keluarga yang telah dibagi oleh marga-marga. Sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebun milik keluarga ini tidak cukup lagi. Masyarakat desa Uwen kesulitan untuk mengambil hak lahan mereka yang telah ditempati oleh desa tetangga. Masyarakat berharap ada aturan formal yang bida dipakai untuk membantu problem tenurial di desa Uwen.

(FGD)

Perubahan Kondisi Hutan

Respon Responden (n)

0 5 10 15 20 25 30

Mem

buru

k (4

6)

Bertambahnya tebanganliar/pembakaran/perambahan

Perubahan penggunaan lahan

Banjir/kemarau panjang

Hasil hutan sedikit

Penting ke-3

Penting ke-2

Penting ke-1

Ketahanan Pangan

0

10

20

40

30

5

15

35

25

Jum

lah

Resp

onde

n (n

)

Persepsi ketahanan pangan Perubahan ketahanan pangan

Saat ini lebih baik

Saat ini lebih buruk

Tidak adamasalah

Sama dengansebelumnya

Selalubermasalah

Bermasalah≤ 3 bulan

Perubahan Ketahanan Pangan

0% 20% 60%40% 100%80%

Respon Responden (%)

Keta

hana

n pa

ngan

m

emba

ikKe

taha

nan

pang

an

mem

buru

k

Pengeluaran berkurang

Terima uang dari anggota HH lainnya

Tidak terima uang dari anggota HH lainnya

Musim kemarau panjang/cuaca buruk/hama

Menerima dana pensiun/hibah/bantuan pangan

Hasil panen bagus

Tersedia uang dirumah

Menjadi tua/sakit/mati dan tidak bisa kerja

Meningkatnya kebutuhan harga, biaya kuliah, dsb

Gagal panen

Tidak punya uang

Mata Pencaharian

0Pertanian Memancing

Jumlah Responden (n)

BisnisBuruh konstruksi

Aktivitasterkait hutan

Pegawaisipil/kelurahan

10

20

30

40

0%

20%

40%

80%

100%

120%

% Respon responden

Ancaman Perubahan Kondisi Hutan

Kebakaran hutan100%

Penebangan kayu100%

Pembersihan hutanuntuk pertanian

73%

Perambahan lahan komunal47%

Aktivitas tambang6%

Bencana alam6%

Kepastian Tenurial Hutan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Perundangan nasional mendukung kalim hak lokal

Otonom (otoritas komunal) dan sistem adat dihormati

Hak tidak tumpang tindih

Tidak ada konflik dengan masyarakat

Hak permananen

Batas jelas

Punya hak milik

Ala

san

Kepa

stia

n

Dasar hukum hak adat dihormati

Hak tidak akan berubah pada waktunya

Ketidakpastian Tenurial Hutan

Respon Responden (%)

0% 20% 40% 60% 80% 100%Respon Responden (%)

Ala

san

Ketid

akpa

stia

n

Kompetisi antar penduduk desa

Kompetisi dengan investasi asing

Larangan penggunaan lahan oleh pemerintah

Tidak ada dasar hukum untuk klaim hak adat

Konflik diselesaikan tidak adilTidak ada pemecahan konflik

Pembangunan infrastruktur/jalan

Hak hanya sementara

Hak tumpang tindih yang adaHak atas lahan dapat dicabut setiap saat

Lahan dipinjam/disewa

Batas tidak jelasTidak punya hak milik

Kepastian Tenurial Hutan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Perundangan nasional mendukung kalim hak lokal

Otonom (otoritas komunal) dan sistem adat dihormati

Hak tidak tumpang tindih

Tidak ada konflik dengan masyarakat

Hak permananen

Batas jelas

Punya hak milik

Ala

san

Kepa

stia

n

Dasar hukum hak adat dihormati

Hak tidak akan berubah pada waktunya

Ketidakpastian Tenurial Hutan

Respon Responden (%)

0% 20% 40% 60% 80% 100%Respon Responden (%)

Ala

san

Ketid

akpa

stia

n

Kompetisi antar penduduk desa

Kompetisi dengan investasi asing

Larangan penggunaan lahan oleh pemerintah

Tidak ada dasar hukum untuk klaim hak adat

Konflik diselesaikan tidak adilTidak ada pemecahan konflik

Pembangunan infrastruktur/jalan

Hak hanya sementara

Hak tumpang tindih yang adaHak atas lahan dapat dicabut setiap saat

Lahan dipinjam/disewa

Batas tidak jelasTidak punya hak milik