Desa Cimenyan OVOP part 3

19
8 B. Kebijakan Pelaksanaan Industri Kreatif di Indonesia Menurut Departemen Perdagangan RI (2008), hingga saat ini terdapat beberapa inisiatif yang telah diajukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan industri kreatif, diantaranya: 1. UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI pasal 17 yang menyatakan bahwa desain produk industri mendapat perlindungan hukum 2. UU No. 31 Tahun 2000 tentang desain industri dalam perlindungan ha katas kekayaan intelektual 3. Keputusan Menteri Perindustriuan dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001 tentang pembentukan Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN) 4. Pusat Desain Nasional (PDN) sejak tahun 2001 s/d 2006, telah memilih 532 desain produk terbaik Indonesia 5. Tahun 2006, Departemen Perdagangan RI memprakarsai peluncuran program Indonesia Design Power yang beranggotakan Departemen Perdagangan RI, Departemen Perindustrian RI, Kementerian Koperasi dan UKM serta Kamar Dagang Indonesia (KADIN) 6. Tahun 2007, diselenggarakan Pameran Pekan Budaya Indonesia, berdasarkan arahan Presiden, dan diprakarsai oleh Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Masyarakat, serta melibatkan lintas departemen antara lain: Departemen Perindustrian, Perdagangan, Budaya & Pariwisata, dan Kementerian UKM & Koperasi. 7. Tahun 2007, Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemetaan Industri Kreatif Indonesia dan menetapkan 14 subsektor Industri Kreatif Indonseia berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha Industri Indonesia (KBLI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik dan sumber data lainnya (asosiasi, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, lembaga penelitian) yang rilis di media cetak, terkait dengan industri kreatif. C. Konsep OVOP Sebagai Perwujudan Industri Kreatif di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung Konsep OVOP pertama kali diperkenalkan dan dimulai oleh masyarakat perdesaan di Oita Prefecture, Jepang pada tahun 1979. Gerakan masyarakat yang tumbuh dari diri sendiri ini telah sangat berhasil meningkatkan pendapatan per kapita Jepang menjadi dua kali lipat dalam dua dekade. Keberhasilan tersebut kemudian

description

This is the third part of my school work concerning the rural development plans.

Transcript of Desa Cimenyan OVOP part 3

Page 1: Desa Cimenyan OVOP part 3

  8  

B. Kebijakan Pelaksanaan Industri Kreatif di Indonesia

Menurut Departemen Perdagangan RI (2008), hingga saat ini terdapat

beberapa inisiatif yang telah diajukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan industri

kreatif, diantaranya:

1. UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI pasal 17 yang

menyatakan bahwa desain produk industri mendapat perlindungan hukum

2. UU No. 31 Tahun 2000 tentang desain industri dalam perlindungan ha katas

kekayaan intelektual

3. Keputusan Menteri Perindustriuan dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001

tentang pembentukan Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN)

4. Pusat Desain Nasional (PDN) sejak tahun 2001 s/d 2006, telah memilih 532

desain produk terbaik Indonesia

5. Tahun 2006, Departemen Perdagangan RI memprakarsai peluncuran program

Indonesia Design Power yang beranggotakan Departemen Perdagangan RI,

Departemen Perindustrian RI, Kementerian Koperasi dan UKM serta Kamar

Dagang Indonesia (KADIN)

6. Tahun 2007, diselenggarakan Pameran Pekan Budaya Indonesia, berdasarkan

arahan Presiden, dan diprakarsai oleh Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan

Masyarakat, serta melibatkan lintas departemen antara lain: Departemen

Perindustrian, Perdagangan, Budaya & Pariwisata, dan Kementerian UKM &

Koperasi.

7. Tahun 2007, Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemetaan

Industri Kreatif Indonesia dan menetapkan 14 subsektor Industri Kreatif

Indonseia berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha Industri

Indonesia (KBLI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik dan sumber data

lainnya (asosiasi, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, lembaga penelitian)

yang rilis di media cetak, terkait dengan industri kreatif.

C. Konsep OVOP Sebagai Perwujudan Industri Kreatif di Desa Cimenyan,

Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung

Konsep OVOP pertama kali diperkenalkan dan dimulai oleh masyarakat

perdesaan di Oita Prefecture, Jepang pada tahun 1979. Gerakan masyarakat yang

tumbuh dari diri sendiri ini telah sangat berhasil meningkatkan pendapatan per kapita

Jepang menjadi dua kali lipat dalam dua dekade. Keberhasilan tersebut kemudian

Page 2: Desa Cimenyan OVOP part 3

  9  

menjadi contoh bagi sejumlah negara untuk mengembangkan potensi daerah dengan

pola serupa (Maryanti, 2011:2).

Beberapa negara yang sudah berhasil mengembangkannya adalah Thailand

(One Tambon One Product), Taiwan (One Town One Product), Malaysia (Satu

Distrik Satu Industri), Filipina (One Town One Product), dan Kamboja (One Village

One Product) (Triharini et al., 2012). Di Thailand, One Tambon One Product (OTOP)

yang diperkenalkan pemerintah Thailand sejak tahun 2001 dan dilaksanakan

sepenuhnya tahun 2002 berhasil dilaksanakan karena program OTOP didasarkan atas

keinginan kuat berbagai elemen masyarakat yang bekerja bersama-sama dengan

pemerintah untuk memperoleh manfaat yang lebih baik.

OVOP pada dasarnya adalah suatu konsep atau program untuk menghasilkan

satu jenis komoditas atau produk unggulan yang berada dalam suatu kawasan tertentu.

Pengertian kawasan dalam hal ini bisa meliputi suatu areal wilayah dengan luasan

tertentu seperti wilayah desa (village).

Penerapan OVOP atau Satu Desa Satu Poduk adalah suatu pendekatan

pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas

global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Jadi

pendekatannya adalah kompetensi inti daerah sentra. Disitulah bernaung banyak

industri kecil-industri kecil menengah yang akan dipilih adalah unggulannya, (Dirjen

Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Indonesia).

Prinsip utama dalam konsep OVOP yang sesungguhnya bisa diterapkan pada

komoditas apapun. Namun yang pasti bahwa konsep OVOP ini justru berbasis kepada

UKM dan koperasi. Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi yaitu : (1)

produk komoditas yang berbasis sumberdaya lokal namun berdaya saing global

(Locally originated but globally competetive), (2) usaha mandiri dengan kreativitas

dan inovasi yang terus menerus, (3) munculnya proses pengembangan sumberdaya

manusia (human resources development), (4) aspek penting dari implementasi konsep

ini adalah adanya usaha untuk menciptakan produk yang memiliki daya saing dan

keunggulan dalam pasar yang luas, meskipun produknya berbasis sumberdaya lokal

(Putra, S.E, 2011)

Kegiatan OVOP dilakukan dalam konteks gerakan masyarakat dalam

pembangunan wilayah (daerah), namun salah satu inti dari gerakan tersebut adalah

menciptakan produk unggulan dan memiliki daya saing yang berasal dari keunggulan

atau keunikan yang dimiliki daerah tersebut. Kegiatan dalam program OVOP melalui

Page 3: Desa Cimenyan OVOP part 3

  10  

tahapan dimana sumber bahan baku mayoritas berasal dari sektor pertanian dan untuk

produk tertentu dikombinasikan dengan bahan baku dari sektor lain. Meskipun

demikian, ciri khas produk dipertahankan dan melibatkan pengusaha kecil dan

menengah yang berasal dari wilayah setempat.

Program OVOP bagi Indonesia merupakan tantangan untuk mempromosikan

berbagai produk unggulan Indonesia. Waktunya telah tiba untuk membangun kembali

Made in Indonesia dengan semangat baru yang fleksibel sekaligus menyeluruh serta

perencanaan program yang sinergis antara lembaga pemerintah, pengusaha (UKM)

dan kelompok masyarakat, serta NGO. Kesemua pihak ini saling terkait satu sama

lain dan terjalin dalam koordinasi tiga jalur untuk meraih tujuan yang sama, yaitu

menstimulasi dan mendorong perekonomian masyarakat serta mempersiapkan

dampak positif pembangunan daerah untuk mengurangi angka kemiskinan.

Adapun dalam pengembangan OVOP, harus memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya:

1. Kesesuaian potensi sumberdaya alam. Konsep ini didukung dengan adanya rasa

kebanggaan dalam menghasilkan produk tersebut dengan menggunakan simbol,

jargon dan bentuk lainnya yang memberikan motivasi kepada penghasilnya

(IKM) untuk terus berinovasi dan berproduksi.

2. Kelompok masyarakat sebagai potensi SDM yang mempunyai keterampilan, etos

kerja dan semangat kerjasama. Strategi lain yang dilancarkan adalah penyediaan

dana konsultasi dan pelatihan untuk pengembangan SDM. Berbagai jenis

pelatihan diberikan secara gratis dan hands-on practice diselenggarakan secara

berkesinambungan baik di instansi bersangkutan maupun di masyarakat.

3. Peluang pasar yang dapat diisi baik potensi pasar dalam negeri maupun pasar luar

negeri (ekspor). Dalam kerangka mendorong usaha UKM, pemerintah mendirikan

Kantor Promosi UKM (OSMEP), Lembaga Pengembangan UKM (ISMED) dan

mengubah institusi Usaha Keuangan Industri Kecil menjadi Bank Pembangunan

UKM Thailand (SMED Bank of Thailand). Keberhasilan OTOP telah mengundang

lembaga lain untuk berperan aktif dan menggalakkan promosi dan pameran, seperti

yang diprakarsai oleh Otoritas Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand)

dan Badan Investasi (Board of Investment

4. Dukungan permodalan yang memadai. Pembiayaan ini juga diarahkan kepada

penduduk perkotaan yang kembali membangun desanya, sehingga sekaligus

memecahkan masalah urbanisasi. Penggunaan dana diantaranya untuk membeli

Page 4: Desa Cimenyan OVOP part 3

  11  

bahan baku, peralatan kerja, pendistribusian produk, dan pengembangan operasi

usaha. 5. Dukungan teknologi yang tepat guna yang memungkinkan tercapainya

peningkatan produktivitas. Pada era informasi dan globalisasi sekarang ini,

pemanfaatan sumberdaya teknologi informasi bukan lagi dinilai sebagai barang

mewah yang sulit dipahami. Pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan

berbagai piranti teknologi, seperti pembukaan situs website sebagai sumber

informasi elektronik dan untuk keperluan perdagangan (e-commerce). 6. Adanya dukungan dan koordinasi yang solid diantara institusi Pemerintah.

Program OVOP lahir dari kebijakan dan strategi yang diterapkan pemerintah dan

perkembangannya terus dipantau, dievaluasi serta diperbaharui melalui berbagai

instrumen kebijakan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu.

Disamping unsur-unsur tersebut di atas, beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan OVOP, yaitu:

1. Adanya konsistensi pembangunan secara bertahap yang dimulai sejak

Perencanaan pembangunan tahap pertama telah dilakukan lebih dari empat

dekade yang lalu hingga masa krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1997.

Kondisi ini mendesak pemerintah bekerja lebih keras untuk memulihkan

perekonomian dalam negeri pada dekade berikutnya.

2. Keberpihakan kepada Pengusaha Ekonomi Lemah dan Menengah dimana peran

sektor UKM sangat disadari sebagai tulang punggung perekonomian dalam

negeri sebab terbukti mampu bertahan dalam berbagai fluktuasi dunia

perekonomian. Keberpihakan pemerintah ditonjolkan melalui berbagai program

dan proyek nyata. Konkritisasi diantaranya diwujudkan dalam upaya memerangi

kemiskinan dan pengembangan sektor UKM melalui strategi pembangunan

pedesaan dengan landasan perencanaan matang dengan melibatkan tiga jalur

pembangunan pedesaan yaitu pemerintah, swasta, dan LSM/organisasi lokal

lainnya.

3. Terjalinnya koordinasi yang baik diantara para pelaku pembangunan. Kata kunci

disini adalah koordinasi yang tidak lepas dari atribut kepemimpinan (leadership).

Oleh karena itu, kepemimpinan pemerintah di tingkat pusat dan daerah diuji oleh

berbagai program dalam mata rantai pembangunan.

Pemilihan tomat sebagai komoditas utama di Desa Cimenyan adalah karena

desa ini merupakan salah satu penghasil tomat terbesar di Indonesia bersamaan

Page 5: Desa Cimenyan OVOP part 3

  12  

dengan Kecamatan Pangalengan dan Kecamatan Ciwidey. Selain daripada itu, Tomat

memiliki banyak varietas yang bisa dibudidayan sehingga diversitas produksi akan

tinggi. Buah tomat juga merupakan salah satu komoditas holtikultura yang bernilai

ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal

peningkatan hasilnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, tomat yang

dihasilkan di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara

Taiwan, Saudi Arabia dan India (Kartapradja & Djuariah, 1992). Oleh karena itu,

penerapan konsep OVOP di Desa Cimenyan diharapkan dapat membantu

meningkatkan rata-rata produksi tomat di Indonesia.

Page 6: Desa Cimenyan OVOP part 3

  13  

BAB III

DATA KONDISI WILAYAH

A. Keadaan Alam dan Geografis Desa Cimenyan

Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung terletak antara:

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Ciburial

2. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Mekarsaluyu dan Desa Cibeunying

3. Sebelah Timur : berbatasan Dengan Mekar Manik dan Desa Mandala Mekar

4. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kelurahan Padasuka.

Jarak Desa Cimenyan ke ibu kota Kecamatan Cimenyan sebesar 0,5 km

dengan waktu tempuh 15 menit dengan menggunakan ojek. Sementara, jarak ke

ibukota Kabupaten Bandung sebesar 25 km atau sekitar dua jam yang dapat ditempuh

dengan angkutan kota. Desa Cimenyan memiliki topografi yang berbukit-bukit

dengan ketinggian 700-1300 m di atas permukaan laut, curah hujan 2000-3000

mm/tahun dan suhu rata-rata harian 20-30 oC. Luas keseluruhan Desa Cimenyan

adalah 704.897,2 ha. Distribusi penggunaan lahan di Desa Cimenya dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 3.1. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Cimenyan Tahun 2007

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Sawah 24 0,33 Tegalan 633.712 89,90 Permukiman 72 0,01 Hutan Lindung 250 0,04 Fasilitas Umum 70.839,2 10,05 Jumlah 704.897,2 100,00

Sumber: Profil Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung 2007 Berdasarkan Tabel 3.1, sebagian besar lahan di Desa Cimenyan digunakan dalam

bentuk tegalan (89,9 persen). Pada tegalan tersebut, petani di Desa Cimenyan

melakukan aktivitas usahatani dengan menanam berbagai macam tanaman dataran

tinggi.

B. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk di Desa Cimenyan tahun 2007 sebesar 11.347 orang Jumlah

penduduk laki-laki (5.832 orang) lebih besar dibandingkan jumlah penduduk

perempuan (5.515 orang). Jumlah kepala keluarga (KK) yang terdapat di Desa

Page 7: Desa Cimenyan OVOP part 3

  14  

Cimenyan sebanyak 3.996 KK. Kepadatan penduduk di Desa Cimenyan adalah 69

orang/km2.

Kualitas sumber daya manusia di Desa Cimenyan masih tergolong rendah.

Sebagian besar penduduk di desa tersebut merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD)

yaitu 5.425 orang atau 68 persen dari jumlah penduduk berusia lebih dari 18 tahun.

Penduduk di Desa Cimenyan yang berhasil menyelesaikan perguruan tinggi sebanyak

51 orang atau sekitar 0,01 persen.

Tabel 3.2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cimenyan Tahun 2006

No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase 1 Petani 1026 31,80 2 Buruh Tani 1610 49,91 3 Buruh/swasta 115 3,56 4 Pegawai negeri sipil 41 1,27 5 Pengrajin 53 1,64 6 Pedagang 110 3,41 7 Peternak 11 0,34 8 Jasa 244 7,56 9 TNI/POLRI 16 0,50

Jumlah 3226 100,00 Sumber: Hasil Analisis dan Rekapitulasi Potensi dan Perkembangan Desa/kelurahan Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 3.2., sebagian besar penduduk Desa Cimenyan bekerja di

sektor pertanian (81,7 persen) sedangkan sisanya (18,3 persen) bekerja di luar sektor

pertaian. Mata pencaharian utama penduduk desa yaitu buruh tani (49,91 persen) dan

petani (31,8 persen). Dari sektor non pertanian, penduduk Desa Cimenyan paling

banyak bekerja pada sub sektor jasa, yaitu penarik ojek.

C. Sarana dan Prasarana

Sarana jalan di Desa Cimenyan kurang memadai. Panjang jalan aspal yang baik

sebesar 5 km sedangkan panjang jalan aspal rusak sebesar 10 km. Alat transportasi

yang tersedia di desa umumnya ojek dan beberapa jenis angkutan sayuran. Desa

Cimenyan memiliki balai desa sendiri yang menjadi pusat pemerintahan desa. Selain

itu, tersedia sarana pendidikan hingga jenjang menengah pertama yang terdiri atas 2

Taman Kanak-kanak (TK), 8 Sekolah Dasar (SD), dan 1 Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Cimenyan terdiri dari 31 buah

mesjid dan 6 mushola. Sarana kesehatan yang dimiliki sudah cukup baik.

Page 8: Desa Cimenyan OVOP part 3

  15  

Desa Cimenyan memiliki 1 unit Puskesmas, 1 unit tempat praktek bidan, 1 pos

obat desa, 6 Posyandu pratama, 9 Posyandu madya, 3 Posyandu purnama dan 1 toko

obat. Tenaga kesehatan yang dimiliki pun sudah cukup memadai. Desa Cimenyan

memiliki sarana olahraga berupa 3 lapangan bulu tangkis, 16 lapangan voli, dan 10

lapangan bulu tangkis. Terdapat tiga pasar yang berada cukup dekat dengan Desa

Cimenyan, yaitu Pasar Suci, Pasar Cicaheum, dan Pasar Cicadas.

D. Gambaran Umum Pertanian di Desa Cimenyan

Terdapat berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan di Desa Cimenyan.

Tanaman tersebut diantaranya padi sawah, jagung, ubi kayu, bawang merah, tomat,

kentang, kubis, dan buncis. Tanaman utama yang dibudidayakan hampir seluruh

petani di Desa Cimenyan adalah kentang. Tanaman dengan luas lahan terbesar adalah

padi sawah, yaitu 17 hektar. Sementara, kubis merupakan tanaman yang memiliki

tingkat produksi tertinggi dibandingkan tanaman lainnya.

Pada tahun 2006, terdapat 2.228 Rumah Tangga Petani (RTP) di Desa

Cimenyan. Namun, sebesar 73,25 persen (1.632 RTP) tidak memiliki lahan pertanian.

Sebanyak 483 RTP memiliki lahan pertanian yang tidak diusahakan. Jumlah RTP

yang memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5 ha dan mengusahakannya sebesar 60

RTP, 41 RTP memiliki lahan antara 0,5 – 1,0 ha, dan 17 RTP memiliki lahan lebih

dari 1 ha. Dalam satu tahun, petani di Desa Cimenyan mengalami tiga kali masa

tanam. Dalam hal ini, dua kali masa tanam dilakukan pada musim hujan dan satu kali

masa tanam pada musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan pertanian di Desa

Cimenyan memiliki masalah dalam pengairan di musim kemarau. Desa Cimenyan

tidak memiliki saluran irigasi.

Page 9: Desa Cimenyan OVOP part 3

  16  

BAB IV

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS OVOP DI

KECAMATAN CIMENYAN, KABUPATEN BANDUNG

A. Sektor Penerapan OVOP di Desa Cimenyan Sebagai Perwujudan Industri

Kreatif

Pelaksanaan OVOP di Desa Cimenyan terbagi menjadi beberapa sektor yang

diharapkan dapat menarik perhatian masayrakat, diantaranya:

1. Sektor tomat organik. Pada sektor ini, petani menanam tanaman tomat hanya

dengan menggunakan pupuk organik sehingga buah tomat yang dihasilkan tidak

akan tercemar oleh pestisida dan senyawa kimia lain yang merugikan manusia.

Sektor ini menarik bagi masyarakat modern yang mulai melirik hidup sehat serta

memberikan label environmentally friendly karena tidak merusak lingkungan.

Target pelaksana sektor ini adalah petani dan buruh tani yang tidak memiliki

pendidikan tinggi namun bersedia dilatih cara penanaman tanaman organik.

2. Sektor tomat hidroponik. Pada sektor ini, petani menanam tanaman tomat dengan

menggunakan teknik hidroponik. Teknik ini merupakan teknik penanaman

tanaman tanpa menggunakan medium tanah, melainkan menggunakan air sebagai

medium penggantinya.

Penanaman tomat secara hidroponik memerlukan keterampilan serta modal yang

tinggi. Namun, hasil produksinya juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi

dengan target pasar ke supermarket-supermarket serta ekspor. Selain buah yang

dihasilkan, teknik penanaman ini juga dapat menarik pengunjung untuk melihat

dan belajar cara penanamannya.

Kontainer penanaman hidroponik yang digunakan juga merupakan material-

material plastik yang di reuse atau recycle, seperti botol bekas minuman, paralon

bekas, ember bekas, tong yang sudah tidak terpakai, dll. Pemerintah desa bisa

menyediakan petugas khusus penyedia barang-barang bekas tersebut atau bisa

bekerja sama dengan desa lain yang memiliki kegiatan dalam reuse dan recycle

barang-barang plastik. Gambar 2.2. menunjukkan contoh penggunaan barang-

barang bekas untuk container hidroponik.

Page 10: Desa Cimenyan OVOP part 3

  17  

Gambar 2.2. Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Kontainer Penanaman Tanaman

Hidroponik12

Target pelaksana sektor ini adalah petani yang memiliki pendidikan yang cukup

tinggi sehingga dapat menguasai teknik penanaman hidroponik serta teori yang

mendasarinya.

3. Sektor pengolahan tomat. Tomat-tomat yang dihasilkan baik secara organik

maupun secara hidroponik, tidak hanya dijual langsung dalam keadaan mentah.

Melainkan ada juga yang diolah menjadi berbagai macam produk, seperti:

berbagai macam saus dan sambal (saus tomat, sambal pedas, sambal terasi, saus

spaghetti, dll), sari tomat, jelly drink tomat, yogurt tomat, sirup tomat, puree

tomat, selai tomat, permen jelly tomat, manisan tomat, torakur (tomat rasa

kurma), serta leather tomat.

Sektor pengolahan ini bertujuan untuk memperbanyak diversifikasi produk serta

memperpanjang umur tomat dikarenakan tomat merupakan salah satu buah yang

mudah mengalami kerusakan setelah dipanen (Winarno, 1986).

Produk-produk olahan tomat yang dihasilkan dikemas menggunakan botol kaca

atau plastik, toples kaca atau plastik, serta kemasan lain yang merupakan hasil

daur ulang. kemasan menggunakan desain khusus yang dibuat oleh masyarakat

Desa Cimenyan sehingga akan menjadi ciri khas produk Desa Cimenyan

walaupun penjualannya telah menyebar secara nasional ataupun internasional.

Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu Desain.

Pemerintah Desa dianjurkan untuk tidak menyediakan petugas khusus dalam

pembuatan botol/toples kaca/plastik, namun bekerjasama dengan daerah lain                                                                                                                1 http://thehydrogarden-cebu.blogspot.com/2013/01/how-to-turn-empty-petsoda-bottles-into.html 2 http://www.urbangardensweb.com/2013/04/11/hydroponic-wine-bottle-wall-garden-at-student-bar/ 2 http://www.urbangardensweb.com/2013/04/11/hydroponic-wine-bottle-wall-garden-at-student-bar/

Pemanfaatan  botol  plastik  bekas  minuman  sebagai  kontainer  

penanaman  tanaman  hidroponik1  

Pemanfaatan  botol  kaca  bekas  minuman  sebagai  kontainer  

penanaman  tanaman  hidroponik2  

Page 11: Desa Cimenyan OVOP part 3

  18  

yang memiliki komoditas utama barang-barang kaca atau plastik yang di daur

ulang.

Target pelaksana sektor ini adalah masyarakat yang tadinya berprofesi sebagai

buruh tani namun telah memiliki atau bersedia dilatih keterampilan mengolah

tomat.

Gambar 2.3. Contoh Botol dan Toples Hasil Daur Ulang3

4. Sektor pengembangan pariwisata. Sektor ini bertujuan untuk membuat Desa

Cimenyan tidak hanya sebagai sentra penghasil tomat dan olahannya, namun juga

sebagai daerah agrowisata perkebunan tomat. Sektor ini terbagi ke dalam

beberapa sub-sektor diantaranya:

a. Desain lansekap perkebunan tomat baik tomat organik maupun tomat

hidroponik. Pada sub-sektor ini, beberapa wilayah penanaman tomat organik

dan tomat hidroponik di-desain menjadi indah sehingga mengundang para

wisatawan untuk mengunjungi perkebunan tomat. Konsep ini sesuai dengan

salah satu pilar ekonomi kreatif, yaitu Arsitektur.

b. Permainan alam terbuka (outbond). Dengan dibuatnya desain lansekap yang

mengundang para wisatawan, masyarakat desa juga bisa memanfatkan

kesempatan dengan membuat permainan alam terbuka seperti flying fox,

permainan-permainan yang menguji kerjasama tim, atau penyediaan camping                                                                                                                3  http://www.greatgreengoods.com/2006/08/09/eco-­‐friendly-­‐cookie-­‐jar-­‐from-­‐recycled-­‐glass/  

Page 12: Desa Cimenyan OVOP part 3

  19  

ground di daerah Padasuka yang berdekatan dengan hutan pinus bagi para

wisatawan yang menyukai camping di alam terbuka dengan pemandangan

yang indah. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar ekonomi kreatif, yaitu

Games.

Gambar 2.4. Contoh Desain Arsitektur dan Desain Lansekap Pada Tempat

Penanaman Sayuran Hidroponik dan Organik yang Dapat Diterapkan Di Desa

Cimenyan4

c. Sektor kerajinan (craft). Pada sektor ini, masyarakat yang memiliki keahlian

dalam membuat kerajinan seperti boneka atau barang-barang hias lainnya

dapat membuat kerajinan bercorakkan tomat untuk menarik perhatian

pengunjung dan sebagai cinderamata sepulang dari lokasi perkebunan.

Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu Craft.

5. Sektor pemasaran. Sektor ini bertujuan untuk mempromosikan daerah cimenyan

sebagai sentra penghasil tomat dan produk olahannya serta pariwisata yang bisa

dikunjungi di dalamnya. Pemasaran yang dilakukan berupa situs web (website)

dengan pertimbangan masyarakat Indonesia dan Dunia sudah memasuki era

Internet sebagai sumber informasi utama. Selain dari itu, website tersebut juga

dibantu oleh iklan animasi pendek yang dapat membuat masyarakat lebih sering

mengunjungi website. Iklan animasi pendek tersebut bisa ditayangkan di televisi,

baligo digital, ataupun sebagai iklan baris di situs atau blog lain seperti facebook

atau blogspot. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar industri kreatif, yaitu

Pemasaran.

Target pelaksana sektor ini adalah penduduk Desa Cimenyan yang memiliki

pendidikan yang cukup tinggi dan memiliki pengalaman di bidang informasi.                                                                                                                4  http://matteroftrust.org/7786/beautifully-­‐ingenious-­‐greenhouse-­‐in-­‐vietnam-­‐is-­‐made-­‐from-­‐recycled-­‐plastic-­‐bottles-­‐bamboo  

Contoh  desain  arsitektur  tempat  penanaman  hidroponik  

Contoh  desain  lansekap  kebun  tanaman  sayuran  yang  dapat  diterapkan  pada  sektor  

tanaman  tomat  organik      

Page 13: Desa Cimenyan OVOP part 3

  20  

Gambar 2.5. Contoh Website Pemasaran Desa Cimenyan Sebagai Sentra Pertanian

Tomat

6. Sektor Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Tomat. Sektor ini berfokus pada

riset dan pengembangan budidaya tanaman tomat di Desa Cimenyan. Pemerintah

Desa harus bekerjasama dengan Institusi atau Universitas yang bergerak di

bidang holtikultura dan pertanian. Pemerintah desa juga terbuka terhadap

mahasiswa atau peneliti dari berbagai Universitas yang akan melakukan

penelitian seputar budidaya tomat. Konsep ini sesuai dengan salah satu pilar

ekonomi kreatif, yaitu Research and Development.

Target pelaksaana sektor ini adalah petani atau penduduk desa yang memiliki

pendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan di bidang holtikultura.

B. Analisis SWOT Industri Kreatif Berbasis OVOP di Kecamatan Cimenyan,

Kabupaten Bandung

Analisis SWOT diperlukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman industri kreatif berbasis OVOP. Analisis ini dapat menentukan

kebijakan strategi yang diperlukan oleh industri kreatif berbasis OVOP dalam

pengembangannya. Hasil analisis SWOT terhadap industri kreatif berbasis OVOP

adalah sebagai berikut:

1. Strength (Kekuatan)

kekuatan dari industri kreatif berbasis OVOP ini antara lain:

a. Potensi produksi pertanian khususnya tomat semakin meningkat

Page 14: Desa Cimenyan OVOP part 3

  21  

b. Kualitas produksi tomat semakin meningkat. Hal ini dikarenakan tanaman

tomat yang tadinya ditanam dengan cara biasa dan menggunakan pupuk

anorganik berubah menjadi tanaman organik dan hidroponik, hal ini akan

menambah nilai jual di pasaran.

c. Pertanian tomat yang dilakukan tidak hanya menitik beratkan pada produksi

namun juga memanfaatkan prosesnya. Pelaksanaan agrowisata tomat

membuat proses penanaman tomat menjadi suatu hal yang menarik untuk

dilihat, baik untuk kepentingan rekreasi maupun untuk kepentingan studi.

d. Pemanfaatan limbah plastik dan kaca sebagai kontainer hidroponik, serta

peniadaan penggunaan pupuk anorganik dapat mengurangi pencemaran

lingkungan

e. Penyerapan tenaga keja yang lebih banyak daripada sebelumnya dikarenakan

akan ada banyak sekali lapangan pekerjaan. Hal ini terutama pada sektor

pariwisata serta sektor pengolahan tomat.

2. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan dari industri ini yaitu:

a. lemahnya penguasaan teknologi pendukung industri kreatif yang tentunya

akan mempengaruhi hasil produksi

b. Kualitas SDM di Indonesia sebagai pondasi pendukung pelaksanaan industri

kreatif masih kurang memadai. Hal ini dikarenakan masih rendahnya rata-rata

pendidikan penduduk Indonesia terutama di daerah perdesaan.

c. Tomat hasil produksi memiliki sifat mudah rusak setelah dipanen dan

memiliki potensi merugikan petani jika tidak diolah dan didistribusikan

dengan efektif dan efisien

d. Masih kurangnya lembaga pemerintahan dan swasta yang mau membiayai

industri kreatif sehingga hal ini menjadi kendala bagi pengembangan industri

kreatif

3. Opportunities (Peluang)

Peluang yang dapat diambil dari pengembangan industri kreatif berbasis OVOP

antara lain:

a. Potensi pasar domestik dan pasar Internasional yang besar dikarenakan

konsep industri kreatif berbasis OVOP masih jarang diterapkan di Indonesia

b. Karakter masyarakat Indonesia yang menyukai hal yang baru dan menarik

Page 15: Desa Cimenyan OVOP part 3

  22  

c. Produk olahan tomat seperti saos sambal, sari tomat, dll banyak sekali

dikonsumsi di Indonesia

d. Meningkatnya keperdulian masyarakat terhadap lingkungan akan menambah

daya jual produk tomat organik dan hidroponik yang menggunakan barang-

barang reuse dan recycle

4. Threats (Ancaman)

Ancaman yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan industri kreatif berbasis

OVOP ini antara lain:

a. Kurangnya kesiapan SDM kreatif di Indonesia dan kurangnya pemahaman

mengenai konsep kreatif membuat konsep industri kreatif berbasis OVOP di

Desa Cimenyan kurang diharga oleh beberapa kalangan masyarakat

b. Maraknya kasus pembajakan dan pelanggaran atas HKI yang berpengaruh

terhadap keberlangsungan industri kreatif

c. Kurang komitmen dari masyarakat Desa Cimenyan untuk mengembangkan

industri kreatif berbasis OVOP menimbulkan gagalnya penerapan strategi

yang akan dilakukan

Tabel 4.1. Matriks Analisis SWOT Industri Kreatif Berbasis OVOP

Inte

rnal

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) a. Potensi produksi pertanian

khususnya tomat semakin meningkat

b. Kualitas produksi tomat semakin meningkat

c. Pertanian tomat yang dilakukan tidak hanya menitik beratkan pada produksi namun juga memanfaatkan prosesnya.

d. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan

e. Penyerapan tenaga keja yang lebih banyak daripada sebelumnya

a. lemahnya penguasaan teknologi pendukung industri kreatif

b. Kualitas SDM di Indonesia masih kurang memadai

c. Tomat hasil produksi memiliki sifat mudah rusak setelah dipanen

d. Masih kurangnya lembaga pemerintahan dan swasta yang mau membiayai industri kreatif

Ekst

erna

l

Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman) a. Potensi pasar domestik dan pasar

Internasional yang besar b. Karakter masyarakat Indonesia

yang menyukai hal yang baru dan menarik

c. Produk olahan tomat seperti saos sambal, sari tomat, dll banyak sekali dikonsumsi di Indonesia

d. Meningkatnya keperdulian

a. Kurangnya kesiapan SDM kreatif di Indonesia dan kurangnya pemahaman mengenai konsep kreatif membuat konsep industri kreatif berbasis OVOP di Desa Cimenyan kurang diharga oleh beberapa kalangan masyarakat

b. Maraknya kasus pembajakan dan pelanggaran atas HKI

Page 16: Desa Cimenyan OVOP part 3

  23  

masyarakat terhadap lingkungan c. Kurang komitmen dari masyarakat Desa Cimenyan untuk mengembangkan industri kreatif berbasis OVOP menimbulkan gagalnya penerapan strategi yang akan dilakukan

C. Strategi Berdasarkan Analisis SWOT Pada Industri Kreatif Berbasis OVOP

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, strategi yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Matriks Strategi Pengembangan Industri Kreatif Berbasis OVOP Berdasarkan Analisis SWOT

Strategi SO (Strength-Opportunities) Strategi WO (Weakness-Opportunities) a. Meningkatkan promosi pasar, baik

dalam media digital amupun cetak b. Membuat inovasi-inovasi dalam

penanaman, pengolahan dan pengemasan tomat serta memperindah wilayah pariwisata dengan lansekap dan arsitektur yang dapat menarik perhatian pengunjung

c. Membuat label environmentally friendly karena penanaman dan pengemasan tomat menggunakan bahan-bahan yang tidak mencemari lingkungan

d. Memperluas area produksi beriringan dengan timbulnya inovasi-inovasi baru dari sektor research and development. Dengan begitu, tenaga kerja yang terserap dapat lebih banyak dan kesejahteraan masyarakat Desa Cimenyan dapat merata

a. Mengadakan pelatihan penerapan teknologi holtikultura kepada masyarakat Desa Cimenyan

b. Meningkatkan dan mengasah keterampilan masyarakat Desa Cimenyan baik dalam penanaman, pengolahan, desain lansekap, pelayanan public, pembuatan kerajinan, dll.

c. Penjualan diutamakan untuk produk olahan untuk memperpanjang umur tomat

d. Sektor research and development bekerjasama dengan berbagai institusi untuk mencari lembaga-lembaga yang bersedia mendanai program penerapan OVOP tomat di Desa Cimenyan

Strategi ST (Strength-Threat) Strategi WT (Weakness-Threat) a. Perlindungan hukum terhadap

produk kreatif yang dihasilkan b. Pemberdayaan tenaga-tenaga kerja

terampil melalui pembinaan rutin yang berorientasi pada peningkatan produktifitas, kualitas dan keunikan produk

c. Pembinaan seluruh lapisan pelaksana program untuk meningkatkan komitmen dalam melaksanakan program sampai sukses dan berkelanjutan

a. Mempersiapkan SDM dengan skills dan kompetensi yang dibutuhkan agar dapat menghadapi perdagangan bebas dan produk yang dihasilkan tidak mudah ditiru

b. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga meningkatkan daya saing di pasar

Page 17: Desa Cimenyan OVOP part 3

  24  

BAB V

KESIMPULAN

Industri kreatif berbasis OVOP dapat dijadikan sebagai solusi dalam

mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat Desa Cimenyan. Selain daripada

itu, program ini juga dapat meningkatkan produksi tomat yang masih rendah di

Indonesia di bandingkan dengan Negara lain dan meningkatkan kualitas produk dalam

negeri. Rencana penerapan program ini terbagi ke dalam beberapa sektor, antara lain:

(1) sektor tomat organik; (2) sektor tomat hidroponik; (3) sektor pariwisata yang

terbagi lagi menjadi sub-sektor lansekap perkebunan, sub-sektor permainan, dan sub-

sektor kerajinan; (4) sektor pengolahan tomat; (5) sektor pemasaran; dan (6) sektor

research and development. Pengembangan sektor-sektor tersebut menikuti pilar-pilar

industri kreatif yang telah ditetapkan oleh Departemen Perdagangan Republik

Indonesia pada tahun 2008.

Berdasarkan analisis SWOT, terdapat berbagai kekuatan, kelemahan, peluang

dan tantangan dalam pelaksanaan program OVOP tomat di Desa Cimenyan. Strategi

yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT dalam melaksanakan program

OVOP di Desa Cimenyan diantaranya: (1) meningkatkan promosi pasar baik berupa

media digital ataupun cetak; (2) membuat label environmentally friendly terhadap

produk-produk yang dihasilkan; (3) membuat inovasi-inovasi dalam penanaman,

pengolahan, pengemasan dan pelayanan public. hal ini dilakukan beriringan dengan

pengembangan skills masyarakat Desa Cimenyan dengan pelatihan-pelatihan yang

berhubungan dengan proses dan produksi tomat di Cimenyan; (4) membuat

perlindungan hukum terhadap kreativitas yang dihasilkan masyarakat Desa

Cimenyan; dan (5) meningkatkan penjualan untuk produk olahan dibandingkan

produk mentah sebagai upaya memperpanjang umur buah tomat yang dihasilkan.

Page 18: Desa Cimenyan OVOP part 3

  25  

BAHAN BACAAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Afif,   F.   (2012).   Pilar-­‐Pilar   Ekonomi   Kreatif.   BINUS   University.   Jakarta:   BINUS  

University.  

Agustina,  L.  (2008).  Analisis  Tataniaga  dan  Keterpaduan  Pasar  Kubis:  Studi  Kasus  

Desa   Cimenyan,   Kecamatan   Cimenyan,   Kabupaten   Bandung,   Provinsi   Jawa  

Barat.   Institut   Pertanian   Bogor,   Program   Studi   Ekonomi   Pertanian   dan  

Sumber  Daya.  Bogor:  Repository  IPB.  

Anugrah,   P.,   Dewi,   R.,   &   Pambayu,   S.   (2010).   Strategi   pengembangan   industri  

kreatif   berbasis   limbah   industri   perikanan   sebagai   solusi   mengatasi  

permasalahan  ekonomi  dan  lingkungan  indonesia.   Institut  Pertanian  Bogor,  

Manajemen.  Bogor:  Repository  IPB.  

Departemen  Perdagangan  Republik   Indonesia.   (2008).  Pengembangan  Ekonomi  

Kreatif   Indonesia   2025.   Departemen   Perdagangan   Republik   Indonesia.  

Jakarta:  Departemen  Perdagangan  RI.  

Derwanti,  T.,  Rukmi,  W.,  Nurcholis,  M.,  &  Maligan,  J.  (2010).  Aneka  Produk  Olahan  

Tomat  dan  Cabe.  Brawijaya  University,  Teknologi  Hasil  Pertanian.  Malang:  

Brawijaya  University.  

Kartapradja,   R.,   &   Djuariah,   D.   (1992).   Pengaruh   Tingkat   Kematangan   Buah  

Tomat   Terhadap  Daya  Kecambah,   Pertumbuhan   dan  Hasil   Tomat.  Buletin  

Penelitian  Hortikultura  ,  XXIV  (2).  

Maryanti,   S.   (2011).   Gerakan   One   Village   One   Product   (OVOP):   Gerakan   satu  

Nagari  Satu  Produk.  Jakarta.  

Peratutan   Menteri   Perindustrian   Nomor:   78/M-­‐IND/PER/9/2007,   tentang  

peningkatan  efektivitas  pengembangan  IKM  melalui  pendekatan  satu  desa  

satu  produk  

Putra,   S.   (2011).  Perancangan  Diversifikasi  Produk  Berbasis  Tenun  Songket  Khas  

Nagari   Halaban.   ITENAS.   Kabupaten   Limapuluh   Kota:   Kabupaten  

Limapuluh  Kota  Propinsi  Sumatera  Barat.  

Rifqie,   A.   S.   (2008).   Analisis   Faktor-­‐Faktor   yang   Mempengaruhi   Produksi  

Usahatani   Kubis   (Studi   Kasus   di   Desa   Cimenyan,   Kecamatan   Cimenyan,  

Kabupaten   Bandung).   Institut   Pertanian   Bogor,   Program   Studi   Ekonomi  

Pertanian  dan  Sumber  Daya.  Bogor:  Repository  IPB.  

Page 19: Desa Cimenyan OVOP part 3

  26  

Triharini,  Meirina,  Larasati,  D.,  &  Susanto,  R.  (2012).  endekatran  One  Village  One  

Product   (OVOP)   untuk   mengembangkan   potensi   kerajinan   daerah:   studi  

kasus  kerajinan  gerabah  di  kecamatan  plered,  kabupaten  purwakarta.  ITB  J.  

Vis.  Art  &  Des.  ,  6  (1),  28-­‐41.  

Winarno,  F.  (1986).  Kimia  Pangan  dan  Gizi.  Jakarta:  PT.  Gramedia.