Dermato-terapi

18
PENDAHULUAN Dermato-terapi adalah pengobatan untuk berbagai macam penyakit kulit Dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, antara lain : a. topikal b. sistemik c. intralesi. Kalau cara pengobatan tersebut di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu : - radioterapi - sinar ultraviolet - pengobatan laser - krioterapi - bedah listik - bedah scalpel. Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional. PENGOBATAN TOPIKAL Khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit, dengan maksud secepat-cepatnya mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil . Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi,(hidarasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Khasiat kimiawi adalah yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit itu sendiri. Pemberian obat topikal haruslah berkhasiat fisis maupun kimiawi, digunakan secara rasional, agar hasil yang diperoleh bisa optimal.

description

nnjj

Transcript of Dermato-terapi

Page 1: Dermato-terapi

PENDAHULUANDermato-terapi adalah pengobatan untuk berbagai macam penyakit kulitDapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, antara lain :

a. topikalb. sistemikc. intralesi.

Kalau cara pengobatan tersebut di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu :

- radioterapi- sinar ultraviolet- pengobatan laser- krioterapi- bedah listik- bedah scalpel.

Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.

PENGOBATAN TOPIKALKhasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat

yang diaplikasi di atas kulit yang sakit, dengan maksud secepat-cepatnya mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil .

Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi,(hidarasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar.

Khasiat kimiawi adalah yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit itu sendiri. Pemberian obat topikal haruslah berkhasiat fisis maupun kimiawi, digunakan secara rasional, agar hasil yang diperoleh bisa optimal.

Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :A. bahan dasar

pada keadaan dermatosis yang basah dipakai bahan dasar yang cair / basahpada keadaan dermatosis yang kering dipakai bahan dasar yang kering

B. bahan aktif

A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan

terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :

1. Cairan2. Bedak3. Salep

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu:

Page 2: Dermato-terapi

4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.5. Krim, yaitu campuran cairan dan salep.6. Pasta, yaitu campuran salep dan bedak.7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak, dan salep.

1. CairanCairan terdiri atas :

a. Solusio → larutan dalam air, Solusio dibagi dalam : kompres rendam (bath)

mandi (full bath)b. Tingtur → larutan dalam alcohol

prinsip → membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai.

Hasil akhir pengobatan ialah pengeringan kelainan yang basah, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi, menghilangkan gejala, misalnya rasa terbakar, rasa gatal, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.

Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering pemakaian dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya.

Di kenal 2 macam cara kompres yaitu :a. Kompres terbukaDasar

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.

Indikasi- dermatosis madidans- infeksi kulit dengan eritema yang mencolok- ulkus kotor yang mengandung pus dan kusta.

Efek pada kulit- kulit yang semula eksudatif menjadi kering- permukaan kulit menjadi dingin- vasokonstriksi- eritema berkurang.

CaraDigunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu

tebal ( 3 lapis ). Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan,

biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan.

b. Kompres tertutup

Page 3: Dermato-terapi

DasarVasodilatasi, bukan untuk penguapan.

IndikasiKelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

CaraDigunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeable, misalnya

selofan atau plastik.

2. BedakBedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak

melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak :- mendinginkan- antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi- anti-pruritus lemah- mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )- proteksi mekanis

efek yang diharapkan → efek fisis. Bahan dasar → talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan sebum, astrigen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah.

Indikasi :1. dermatosis yang kering dan superfisial2. mempertahankan vesikel/ bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan

herpes zoster

Kontraindikasi : Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder

3. SalepSalep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar

berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar : vasselin, lanolin, minyakIndikasi :- dermatosis yang kering dan kronik- dermatosis yang dalam dan kronik karena daya penetrasi salep paling kuat jika

dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.- Dermatosis yang bersisisk dan berkrusta

Kontraindikasi :

Page 4: Dermato-terapi

Dermatosis madidans. Penggunaan salep tidak dianjurkan pada daerah berambut dan jangan dipakai di seluruh tubuh.

4. Bedak kocokBedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah

dengan gliserin sebagai bahan perekat. Jumlah zat padat maksimal 40%, agar tidak terlalu kental dan tidak cepat kering. Jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui.

Indikasi:1. dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah

sedikit penetrasi2. pada keadaan subakut

Kontraindikasi :1. dermatitis madidans2. daerah badan yang berambut

5. KrimKrim ialah campuran W(water,air), O(oil,minyak) dan emulgator.

Krim ada 2 jenis :Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luarKrim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar

Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim.

Indikasi :1. indikasi kosmetik2. dermatosis yang subakut dan luas, yang lebih besar daripada bedak kocok3. krim boleh digunakan di daerah yang berambut

Kontraindikasi : dermatitis madidans

6. PastaPasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan

mengeringkan.

Indikasi :Penggunaan pasta adalah dermatosis yang agak basah.Kontraindikasi :Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

7. Linimen

Page 5: Dermato-terapi

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salap.

Indikasi : dermatosis yang subakut

Kontraindikasi : dermatosis madidans

8. gelGel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa organik. Zat pembuat gel ialah karbomer, metilselulosa, dan tragakan.

Gel segera mencair, jika kontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi perkutan lebih baik daripada krim.

B. BAHAN AKTIFMemilih obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang

dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai.

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Yang penting ialah apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya OTT(obat tidak tercampurkan), contoh : resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat oksidator. Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh :konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek vehikulum terhadap kulit.

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah :1. Aluminium asetat

Contoh : larutan burowi yang mengandung aluminium asetat 5%.Efeknya → astrigen dan antiseptik ringan. Untuk kompres diencerkan 1 : 10

2. Asam asetatSebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi pseudomonas.

3. Asam benzoateMempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam salep, contohnya salap Whitfield dengan konsentrasi 5%.

Salep AAV II berisi asam salisislat 6% dan asam benzoat 12%, yang digunakan untuk penyakit jamur superficial. Salep AAV I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoate 6%

4. Asam boratKonsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salep berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.

5. Asam salisilat

Page 6: Dermato-terapi

Merupakan zat keratolitik. Efeknya → mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, (menunjang pembentukan keratin yang baru). Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1% dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptik.. Asam salisil 3%-5% juga bersifat mempertinggi absorpsi per kutan zat-zataktif.

6. Asam undesilenatBersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salep atau krim. Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 20%.

7. Asam vit.A (tretinoin, asam retinoat)Efek :

- memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan - meningkatkan sintesis DNA dalam epitelium germinatif- meningkatkan laju mitosis- menebalkan stratum granulosum- menormalkan parakeratosis

Indikasi :- penyakit dengan sumbatan folikular- penyakit dengan hyperkeratosis- pada proses penuaan kulit akibat sinar matahari

8. BenzokainBersifat anesthesia. Konsentrasinya ½ - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam minyak dan alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi.

9. Benzil benzoateCairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.

10. CamphoraKonsentrasinya 1-2%. Bersifat antipruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim.

11. Kortikosteroid topikalkortikosteroid mempunyai khasiat yang sangat luas yaitu :- Antiinflamasi- Antialergi- Antipruritus

- antimitotik- Vasokonstriksi

Page 7: Dermato-terapi

Zat-zat fluorinated corticosteroid pada konsentrasi 0,025% sampai 0,1% akan memberikan pengaruh antiinflamasi yang kuat. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah :

- Betametason- Betametason valerat- Betametason benzoate- Flusinolon asetonid- Triamsinolon asetonid

Glukokortikoid mempunyai sifat imunosupresif, dimana akan menekan limfosit tertentu yang merangsang atau menggalakkan proses radang

Keuntungan pemakaian steroid topikal :- Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang

cukup memadai- Bila pilihan tepat maka pemakaiannya dapat dikatakan aman- Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik- Banyak kemasan yang dapat dipilih seperti krem, salep, semprot, gel,

losio, salep berlemak dlla) PENGGOLONGAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL

- Kortikosteroid topikal dapat dibagi menjadi 7 golongan besar, diantaranya berdasarkan anti inflamasi dan anti mikotiknya

- Golongan I yang paling kuat daya antiinflamasi dan antimikotiknya super poten. Sebaliknya golongan VII yang terlemah/ potensi rendah

b) INDIKASIKortikosteroid dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakitKortikosteroid selalu bersifat palitif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal

Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid antara lain :- psoriasis- dermatitis atopik- dermatitis kontak- dermatitis seboroik- neurodermatitis

sirkumsripta

- dermatitis numularis- dermatitis statis- dermatitis venenata- dermatitis intertriginosa- dermatitis solaris/

fotodermatitis

Dermatitis yang kurang responsif terhadap kortikosteroid antara lain :- lupus eritematosus

discoid- psoriasis di telapak

tangan dan kaki- nekrobiosis lipoidika- diabetikum

- vitiligo- granuloma anulare- sarkoidosis- liken planus- pemfigoid- eksantema fikstum

Page 8: Dermato-terapi

Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid intralesi (contoh : triamsinolon asetonid) antara lain :- keloid- jaringan parut hipertropik- alopesia areata- akne berkista- prurigo nodularis- morfea

- dermatitis dengan likenifikasi

- liken amiloidosis- vitiligo yang sebagian

responsif

c) PEMILIHAN JENIS KORTIKOSTEROIDDalam memilih kortikosteroid yang akan digunakan, harus dipilih yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah atau terjangkaubeberapa faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam memilih kortikosteroid yang akan digunakan, seperti :

- Jenis penyakit kulit yang dihadapi- Umur penderita- Jenis vehikulum- Kondisi penyakit, yaitu:

- stadium penyakit- Luas tidaknya lesi

- Dalam atau dangkalnya lesi

- Lokasi lesi

d) APLIKASI KLINISa. Cara aplikasi

- dianjurkan pemakaian 2-3 kali sehari sampai penyakit sembuh- perhatikan adanya reaksi atau gejala takifilaksis

b. Lama pemakaian steroid topikal- sebaiknya tidak lebih 4-6 minggu untuk steroid berpotensi lemah dan tidak

lebih dari 2 minggu untuk yang berpotensi kuat

sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh-contoh berikut :No PENYAKIT / GEJALA PENGOBATAN TOPIKAL1. Penyakit psoriasis dengan

skuama tebal berupa plakatSteroid yang poten- golongan I- dengan vehikulum salap atau krim

2. Dermatitis atopik Pada anak diperlukan steroid topikal yang lemah, mengingat umur anak, lokalisasi ruam dan masih halus dan tipisnya kulit. Sebaiknya dipilih bentuk krim. Pada orang dewasa diperlukan kortikosteroid yang poten dalam bentuk salap

3. Dermatitis kontak alergik Steroid dengan potensi sedang biasanya sudah cukup. Zat penyebab harus dihindari

No PENYAKIT / GEJALA PENGOBATAN TOPIKAL

Page 9: Dermato-terapi

4. Dermatitis dishidrotik Diperlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab kulit di daerah itu tebal

5. Dermatitis numular Lesi biasanya multiple dan memerlukan kortikosteroid yang poten

6. Dermatitis seboroik Cukup sensitive terhadap kortikosteroid dan diberikan steroid dengan potensi sedang

7. Dermatitis intertriginosa Memerlukan steroid dengan potensi sedang untuk menghilangkan gejala gatal dan rasa panas

e) EFEK SAMPINGEfek samping daripada pemakaian kortikosteroid dapat terjadi apabila :

- digunakan untuk waktu yang lama dan berlebihan- mempergunakan steroid dengan potensi kuat atau sangat kuat atau

digunakan secara oklusifSemakin kuat potensi steroid yang digunakan maka akan semakin cepat terjadi efek samping

gejala-gejala terjadinya efek samping :- Atrofi- Strie atrofise- Telangiektasis- Purpura- Dermatosis akneformis- Hipertrikosis setempat- Hipopigmentasi

- Dermatitis perioral- Menghambat

penyembuhan ulkus- Infeksi mudah terjadi dan

meluas - Gambaran klinis penyakit

infeksi menjadi kabur

Dermatofitosis yang diobati dengan kortikosteroid, gambaran klinisnya menjadi tidak khas karena efek anti inflamasinya. Pinggir yang eritematosa dan berbatas tegas menjadi kabur dan meluas, yang dikenal sebagai tinea incognito

f) PENCEGAHAN EFEK SAMPING- Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dianjurkan dosis

yang diberikan tidak lebih dari 30 gram sehari tanpa oklusi- Pada bayi dengan kulit yang masih tipis, sebaiknya diberikan steroid yang

lemah- Pada kelainan yang akut dipergunakan steroid yang lemah; pada kelainan

subakut digunakan steroid sedang; bila kronik dan tebal dipakai steroid yang kuat

- Bila kelainan telah membaik, maka pengolesan sebaiknya dikurangi, yang semula 2 kali sehari menjadi satu kali sehari atau diganti dengan steroid yang sedang atau lemah untuk mencegah efek samping

Page 10: Dermato-terapi

- Bila mempergunakan cara oklusi, jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten

- Pada daerah lipatan seperti inguinal atau ketiak, dan muka digunakan steroid yang lemah atau sedang

- Jangan menggunakan steroid untuk infeksi bakterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies

- Pemakaian di sekitar mata sebaiknya hati-hati, untuk mencegah terjadinya glaukoma atau katarak

- Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, dengan dosis maksimum per kali 10 mg.

12. MentolBersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora. Konsentrasinya ¼-2%.

13. PodofilinDamar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.

14. Selenium disulfideDigunakan sebagai shampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadi efek toksik rendah.

15. SulfurBersifat antiseboroik, anti-akne, anti-skabies, antibakteri positif gram dan anti jamur. Yang digunakan adalah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan dalam pasta, krim, salep, dan bedak kocok. Contoh dalam salap ialah salep 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Dalam bedak kocok losio Kummerfeldi dipakai untuk akne.

16. Ter Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara,

kayu dan fosil. Yang berasal dari batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Yang berasal dari fosil ialah iktiol.

Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya antipruritus, antiradang, anti-ekzem, anti-akantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam salep. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorpsi dan memberi efek toksik terhadap ginjal.

Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, Hari 1: kepala dan ekstremitas atas, Hari 2 : batang tubuh, Hari 3: ekstremitas bawah.

Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian dalam waktu yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.

Page 11: Dermato-terapi

17. Tiosulfans natrikusKristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor

dengan larutan 25%.18. urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.

19. Zat antiseptikZat ini bersifat antiseptik dan/atau bakteriostatik. Zat-zat antiseptik lebih

disukai dalam bidang dermatologi daripada zat antibiotik, sebab dengan memakai zat antiseptik persoalan resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan. Golongan antiseptik :

a. Golongan alkoholEtanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya

kulit menjadi kering.b. Golongan fenol

- Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh mempunyai efek kausti, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan antipruritik ( ½ - 1% ).

- Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0,5% dalam bentuk tingtur.- Resorsinol : efeknya ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseroboroik,

konsentrasi 2 – 3%.- Heksaklorofon : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan

heksaklorofon 3% berkhasiat terhadap kuman positif- Gram.c. golongan halogen

Yodium. Bersifat bakteriostatik, misalnya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi kulit, vesikulasi kulit, dan deskuamasi. Khasiatnya antibakterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%.

d. Zat pengoksidasiZat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermato-terapi topical,

antara lain :1. Permanganas kalikus

Zat ini mempunyai efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Pada konsentrasi tinggi bersifat astrigen dan kaustik. Dipakai sebagai kompres untuk dermatosis yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus uang eksudatif dapat dipakai konsentrasi 1 : 5000. larutan harus dibuat segar karena dapat mengadakan dekomposisi (warna coklat).

2. Benzoil peroksidZat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5-10%.

Bersifat antiseptik, merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik. Efek samping : kadang-kadang terjadi alergi dan memutihkan pakaian.

Page 12: Dermato-terapi

e. Senyawa logam berat1. Merkuri

Zat ini dulu banyak dipakai dalam dermatoterapi. Sekarang tidak dipakai lagi karena sensitisasi garam-garam merkuri.

2. Peraka. Larutan perak nitrat

Perak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, warna perak nitrat berubah menjadi hitam bila terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan dalam botol berwarna gelap.

Larutan perak nitrat kami pakai untuk ulkus yang disertai pus yang disebabkan oleh kuman negative gram. Konsentrasinya 0,5% atau 0,25% bersifat antiseptik dan astrigen. Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan hilang sendiri perlahan-lahan. Dapat pula dipakai dengan konsentrasi 1% untuk dermatitis eksudatif yang kurang atau tidak memberi perbaikan dengan kompres lain.

Larutan dengan konsentrasi 20% bersifat kausatik dipakai pada ulkus dengan hipergranulasi. Caranya ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali. Kulit di sekitarnya tidak boleh terkena karena akan rusak.

b. Sulfadiazin perakSulfadiazine perak dipakai untuk pengobatan luka bakar. Selain itu

juga dipakai untuk nekrolisis epidermal toksikKerjanya sebagai antiseptik berdasarkan gugus sulfa dan

gugus peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman positif gram, sedangkan perak bersifat astrigen dan untuk kuman negative gram. Konsentrasi 1% dalam krim.

f. Zat warnaZat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah

astrigen dan antiseptik. Misalnya :- Zat warna akridin, misalnya akridin laktat (rivanol) dipakai untuk kompres

dengan konsentrasi 1%, juga bersifat deodorant.- Metil rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1-1%

dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikroba terhadap Candida albicans, di daerah intertrigo atau anogenital.

Dibuat oleh: Liza Maulani (406057055)

Diana Lylyana (406057050)

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminPeriode 10 oktober – 12 November 2005

Fakultas Kedokteran UniversitasTarumangara