Deret Tak Hingga Dan Deret Pangkat
-
Upload
pakdhe-jarwo -
Category
Documents
-
view
2.223 -
download
78
Transcript of Deret Tak Hingga Dan Deret Pangkat
DERET TAK HINGGA DAN DERET PANGKAT
Tujuan Pembelajaran: • Dapat mendefinisikan pengertian deret
• Dapat membedakan deret konvergen dan divergen
• Dapat menguji suatu deret konvergen atau divergen
• Dapat mengaplikasikan deret konvergen dalam pemecahan masalah
fisika
• Dapat mengalikasikan deret divergen dalam penyelesaian masalah
fisika
• Dapat menguraikan fungsi menjadi deret (menggunakan deret Taylor
dan Maclaurin)
• Dapat mengaplikasikan deret pangkat dalam penyelsaian
permasalahan fisika
• Dapat menerapkan aplikasi deret binomial
1. DERET GEOMETRI
Deret geomeri adalah jumlah dari barisan dimana setiap dua suku yang
berurutan mempunyai pebandingan (ratio) yang sama.
Bentuk umummnya :
a+ ar+ar2+ar3+……………arn-1
Jumlah suku ke n
Rumus : Sn=a (1−r n)
1−r
dimana a : adalah suku pertama
r : perbandingan /ratio dua suku beraturan
Sn : adalah jumlah n suku yang pertama
Deret geometri tak hingga
Suatu deret geometri memiliki limit jumlah jika deret geometri tersebut konvergen.
S= limn→ ∞
Sndengan Syarat : |r|< 1
Dari Sn=a (1−r n)
1−r untuk n → ∞ maka rn → 0,
maka :
S∞=a
1−r
Contoh soal
1. 0.555 = 5/10+5/100+5/1000+5/10000+5/100000+……..
a = 5/10, r=1/10
S= a1−r
= 5/101−1/10
=59
2. 4/3+4/9+4/27+4/81+………..
S=
43
1−13
=
4323
=2
2. DEFENISI DAN NOTASI
Deret tak hingga adalah pernyataan penjumlahan bilangan yang tak hingga
banyaknya berbentuk :
a1+a2+a3+………+an+………………………………..
Penulisan deret tak hingga lazimnya ditulis dengan notasi jumlah
∑n=1
∞
❑
(dibaca “sigma n =1 sampai dengan tak hingga) diikutin dengan bentuk umum
suku an. Jadi deret tak hingga dalam notasi ditulis sebagai berikut :
a1+a2+a3+……an+…….= ∑n=1
∞
an
contoh soal :
1. ∑n=1
∞n
n+5=1
6+ 2
7+ 3
8+ 4
9+ 5
9+……….
2. 1/6+1/12+1/20+1/30+…………∑n=2
∞1
n(n+1)
3. APLIKASI DARI DERET GEOMETRI
Sebuah kelereng kecil yang dilepas jatuh menumbuk sebuah lantai datar tegar.
Bila kelentingan kelereng cukup tinggi, ia akan terpantul berulang kali dari lantai ke
udara dengan ketinggian yang semakin rendah hingga pada akhirnya berhenti dilanyai.
Andaikan kelereng dijatuhkan dari ketinggian 1 m dan ketinggian yang dicapainya
setelah terpantul adalah ¾ kali ketinggian sebelumnya. Maka ketinggian pencapaiannya
secara berturut-turut adalah
1, 3/4, (3/4)2, ………(1.1)
Jadi jarak total yang ditempuh kelereng adalah jumlah tinggi awal kelereng 1 m,
ditambah 2 kali jumlah semua tinggi berikutnya (karena kelereng menempuh lintasan
bolak balik yang sama panjang), yaitu
1, 2(3/4), 2(3/4)2, 2(3/4)3 ………(1.2)
Menghitung jumlah bilangan yang tak terhingga banyaknya ini secar pasti
tidaklah mudah, tetapi intuisi dan pengalaman menyatakkn bahwa jumlahnya menuju
suatu nilai tak berhingga.
Pernyataan jumlah bilangan yang dimulai dari suku kedua persamaan (1.2)
yakni;
2(3/4), 2(3/4)2, 2(3/4)3
Memperlihatkan suatu pola teratur dalam mana suku-sukunya, mulai dari suku
kedua, besarnya adalah ¾ kali suku sebelumnya. Jumlah bilangan persamaan (1.3)
diatas adalah contoh pernyataan matematik yang disebut “deret tak terhingga”
Contoh 1:
Sebuah bola tenis memantul dengan ketinggian 9 m, setelah mengenai lantaibola itu
memantul 2/3 tinggi sebelumnya. Panjang lintasan yang ditempuh bola sampai berhenti
adalah
Penyelesaian :
Perhatikan diagram dari lintasan bola tersebut
a = 9 , r= 2/3 maka S∞ = 2a
1−r
¿29
1−2/3=54 m
(ada angka 2 karena bola menempuh lintasan tegak bolak balik yang sama panjang) .
Maka panjang lintasan itu adalah 54 m.
Contoh 2 :
sebuah bola dijatuhka dari ketinggian 2 m. Setiap kali bola menyentuh tanah bola
dipantulkan kembali keatas dengan ketinggian ¾ dari jarak dimana bola jatuh. Tentukan
jarak total yang ditempuh sebelum bola jatuh ?
Penyelesaian :
Dari diagram dari lintasan bola tersebut didapat
a = 2 , r= 3/4 maka S∞ = 2a
1−r
= 22
1−3/ 4 = 16 m
( ada angka 2 karena bola menempuh lintasan tegak bolak balik yang sama panjang) .
4. DERET KONVERGEN DAN DIVERGEN
Deret tak hingga terbagi menjadi 2. Yaitu, deret tak hingga yang konvergen dan
deret tak hingga yang divergen. Konvergen artinya mempunyai jumlah tertentu.
Sedangkan divergen artinya tidak bisa ditentukan jumlahnya, besarnya yaitu tak hingga.
Misalnya deret yang konvergen yaitu seperti deret berikut ini :
12+ 1
4+ 1
8+ 1
16+…
Deret tersebut adalah termasuk deret konvergen. Karena jika dijumlahkan sampai suku
yang tak hingga, jumlahnya masih bisa ditentukan (jumlahnya masih berhingga). Kita
akan mencari hasil dari deret tak hingga tersebut
Misalnya
N=12+ 1
4+ 1
8+ 1
16+…
2 N=1+ 12+ 1
4+ 1
8+ 1
16+…=N+1
N = 1
Jumlah deret tak hingga tersebut adalah 1.
Deret yang divergen misalnya
12+ 1
3+ 1
4+ 1
5…
Misalnya
N=12+1
3+ 1
4+ 1
5…
Perhatikan bahwa
N> 12+ 1
4+ 1
8+…
N> 12+ 1
2+ 1
2+…
Jumlah deret ini tidak bisa ditentukan. Dengan kata lain jumlahnya adalah tak hingga..
Contoh soal :
∑n=1
∞
1−1/2n = 1 ini adalah deret konvergen
∑n=1
∞
1 /5n= 0 ini adalah konvergen
APLIKASI DERET DIVERGEN DALAM FISIKA
Reaksi fisi (pembelahan inti) bahan radioaktif
Deret dari reaksi fisik berantai seperti gambar di atas adalah
1 + 2 + 4 + 8 + …
Maka deret dari rekasi fisi berantai tersebut adalah
∑0
∞
2n
Dimana deret tersebut divergen, karena reaks fisi tidak akan berhenti sebelum ada
kondisi yang menyebabkan reaksi tersebut berhenti.
5. UJI DERET KONVERGEN
Untuk menguji apakah deret tersebut konvergen atau divergen
kita harus melakukan uji awal terlebih dahulu sebelum kita uji dengan
metode lain, uji awal ini adalah dengan menguji apakah untuk barisan
yang tak terhingga limn → ∞
an=0. Bila didapatkan hasilnya limn → ∞
an≠ 0 maka
dapat kita pastikan deret tersebut divergen, akan tetapi kita harus
berhati-hati bila limn → ∞
an=0 maka belum tentu deret ini konvergen, maka
untuk mendapatkan kepastiannya harus dilakukan pengujian lebih
lanjut dengan tes yang lain, jadi dapat kita simpulkan bahwa uji awal
bukan digunakan untuk menguji deret konvergen atau tidak, akan
tetapi untuk menguji deret tersebut divergen atau tidak.
Contoh
1. ∑n=1
∞
n, apakah deret ini divergen atau kemungkinan konvergen?
Jawab :
Dengan menggunakan limn → ∞
n=∞. maka jelas deret ini divergen
karena an≠ 0
2. ∑n=1
∞1n, apakah deret ini divergen atau kemnungkinan konvergen?
Jawab
Dengan menggunakan limn → ∞
n=0. maka deret ini kemungkinan
konvergen karena an=0
Latihan
Tunjukkan deret dibawah ini apakah Divergen atau perlu tes lebih
lanjut?
1. ∑n=1
∞n2
(n+1)2
2. ∑n=1
∞n!
(n+1 ) !
6. UJI KONVERGENSI DERET POSITIF
Setelah kita melakukan uji awal dan ternyata di dapatkan hasil
limn → ∞
n=0 , maka tentu saja kita memerlukan beberapa tes lanjutan
untuk menentukan kepastian konvergensinya. Untuk pembahasan
berikut kita akan membatasi pada deret yang bertanda positif saja
untuk semua barisanya (deret positif).
A. UJI BANDING
Uji banding ini digunakan untuk menguji konvergensi dan
divergensi. Untuk menguji deret yang akan kita tinjau dibutuhkan
suatu deret lain yang sudah diketahu konvergensi dan
divergensinya, Teorema
- Jika |an| < mn untuk n =1 , 2 , 3 … dan ∑ mn konvergen ,
Maka ∑ an konvergen
- Jika |an| > dn untuk n = 1, 2, 3 … dan ∑ dn, divergen, Maka
∑ an
Contoh.
Tinjaulah konvergensi deret berikut dengan pembanding
- ∑ 1
n2 Konvergen,
- ∑ 1nDivergen ;
1. ∑n=1
∞1
n2+4
2. ∑n=1
∞n2
n3−1
penyelesaian :
Maka dari hasil pembandingan deret di atas jelas terlihat bahwa
1. Berlaku 1
n2+4< 1
n2 , untuk seluruh n sehingga dengan demikian
deret tersebut Konvergen berdasarkan uji ini. Sedangakan ;
2. Berlaku 1n> n2
n3−1, untuk = 2 dan seterusnya, dengan demikian
deret tersebut divergen.
Latihan
1. Apakah ∑n=1
∞1nkonvergen atau divergen, bila diketahui ∑
n=1
∞12n
adalah divergen
2. APakah ∑n=1
∞1n!
konvergen atau divergen
B. UJI INTEGRAL
Dalam uji kovergensi dengan integral yang dilakukan adalah
melakukan integrasi secara kontinyu terhadap n dimana ∑n
∞
an →
∫n
∞
an dn . jika hasil deret yang di uji tersebut hasilnya berhingga
maka deret tersebut konvergen, dan sebaliknya jika hasilnya
tak-hingga maka deret tersebut divergen.
Contoh : Uji Konvergensi deret berikut ini
1. ∑n=1
∞1n → f ( x )=1
x dengan tes integral
Penyelesaian
¿∫1
∞1x
dx
= limb → ∞
∫1
b1x
dx = limb → ∞
[ ln x ]∞1
= limb → ∞
[ ln (b )−ln (1) ] =∞
Maka deret tersebut divergen
2. Selidiki konvergensi ∑n=1
∞50
n(n+1) dengan tes integral
Penyelesaian
∫1
∞
f ( x )dx= limb →∞
∫1
b50
x (x+1)dx
¿50 limb → ∞
∫1
b1x− 1
x+1dx
¿50 limb → ∞
ln| xx+1|b1
¿50 ln 1−50 ln12
¿50 ln 1−50 ln1+50 ln 2
¿50 ln 2 Konvergen
Latihan
Selidiki konvergensi deret
1. ∑x=1
∞1
x ln x
2. ∑x=1
∞1
x1,001
C. TES RASIO
Jika kita meninjau deret ∑n=1
∞
an dan misalkan limn → ∞ [ an+1
an]=ρ❑ , maka
a) Deret konvergen jika < 1
b) Deret divergen jika > 1
c) Pengujian tidak dapat menetukan konvergen atau divergen bila
= 1
Contoh :
Tes Konvergensi Deret berikut
1. 1 + 12!
+ 13!
+ … + 1n !
+…
2. 1 + 12 +
13 + … +
1n+…
Jawab :
1. an=1n!
dan an+1=1
n !(n+1) ,
❑n=| 1(n+1 ) !
÷1n!|
=n!
(n+1 ) !=
n (n−1 ) …3. 2 . 1(n+1 ) (n ) (n−1 ) …3 . 2.1
= 1n+1
,
= limn → ∞ ( 1
n+1 )❑
=0
Karena ¿1, maka deret tersebut konvergen
2. ¿| 1(n+1 )
÷1n| =
nn+1
¿ limn → ∞ ( n
n+1 )=limn→ ∞
1
11n
❑
=1
Karena ¿1 , maka berdasarka uji rasio tidak bisa ditentukan
apakah deret ini konvergen atau divergen, maka deret ini harus
di uji dengan uji yang lain.
Latihan
Apakah deret berikut konvergen atau divergen
1. ∑x=1
∞2nn!
2. ∑x=1
∞2n
n20
D. UJI BANDING LIMIT
Pada uji ini terbagi atas uji konvergensi dan uji devergensi. Jika
∑ an adalah deret yang ingin di uji konvergensinya dengan
ketentuan an≥ 0 ,dan terdapat deret lain :
a. ∑ bn yang telah diketahui deret konvergen bentuk positif,
jika an ≥ 0 dan
limn → ∞
an
bn< ∞(bukan tak hingga) maka ∑ anadalah deret
konvergen
b. ∑ dn yang telah diketahui divergen bentuk positif, dan jika,
limn → ∞
an
dn
>0, maka ∑ an adalah divergen,
Contoh
1. Tes konvergensi ∑n=3
∞ √2 n2−5n+14 n3−7 n2+2
dan bila diketahui
∑n=3
∞ √n2
n3 =∑n=3
∞1n2 adalah deret konvergen berdasarkan uji
integral.
Penyelesaian ;
limn → ∞
an
bn
=limn → ∞ (√2 n2−5n+1
4 n3−7n2+2÷
1
n2 ) =
limn →∞
n2√2 n2−5 n+1
4 n3−7 n2+2
= limn →∞ √2−5
n+ 1
n2
4−7n+ 2
n3
= √24
, maka √24
< ∞ , maka deret tersebut konvergen
2. Tinjau konvergensi dari deret
∑n=1
∞3n+1¿¿ ¿ sebagai pembanding kita gunakan deret ∑
n=1
∞1n
sebagai deret divergen.
Penyelesiaan
an
dn
=limn →∞
3 n+1¿¿ ¿ =lim
n → ∞¿ 3 n+1
n2+2 n+1x n=
limn →∞
3 n2+n
n2+2n+1=3 3 > 0
Divergen
Latihan
Tentukan apakah deret berikut konvergen atau divergen
1. ∑n=1
∞3n−2
n3−2 n2+11
2. ∑n=1
∞1
√n2+19 n
7. DERET BOLAK-BALIK
Deret bolak-balik merupakan penjumlahan deret yang memiliki
tanda berubah-ubah dari positif dan negatif. Sebagai contoh :
1−12+ 1
3−1
4+ 1
5−…+¿¿
Untuk memeriksa konvergensi deret seperti di atas, kondisi yang
akan dipenuhi jika deret tersebut konvergen adalah sebagai berikut :
a. |an+1|<|an| dimana keduanya adalah nilai mutlak
b. limn → ∞
|an|=0
Contoh :
Selidiki konvergensi deret di bawah ini
1.13−1
5+ 1
7−1
9+…+¿ ,
Penyelesaian
(1)|an+1|<|an| Terpenuhi
(2)limn →∞
1
2n+1=0 terpenuhi , maka deret ini konvergen
2. 3−2+ 53−6
4+…+¿
Penyeleaian
(1)|an+1|<|an| Terpenuhi
(2)limn →∞
n+2
n=1 tak terpenuhi, maka deret ini divergen
Latihan
Tentukan apakah deret dibawah ini konvergen atau divergen
1. ∑n=1
∞
¿¿¿
2. ∑n=1
∞1n!
8. KONVERGENSI ABSOLUT DAN KONVERGENSI BERSYARAT
Misalkan deret ∑ an merupakan deret bolak-balik, maka berlaku
teorema beriku : jika deret mutlaknya ∑|an| merupakan sebuah deret
yang konvergen maka ∑ an konvergen. Tetapi tidak berlaku
sebaliknya, jika ∑ ankonvergen maka belum tentu ∑|an| konvergen.
Jika sebuah deret bolak-balik konvergen dan juga deret mutlak yang
terkait dengannya konvergen maka deret tersebut dikatakan
memiliki konvergensi mutlak. Sedangkan jika deret bolak-balik
tersebut konvergen sementara deret mutlaknya divergen maka deret
tersebut dikatakan memiliki konvergensi bersyarat.
Contoh ;
1. 1−23+ 3
32− 4
33+ 5
34… ..+¿
Penyelesaian :
Berdasarakan teorema pertama maka deret di atas di mutlakkan
1+ 23+ 3
32+ 4
33+ 5
34 + …..+n
3n−1
limn → ∞
U n+1
U n = lim
n → ∞
n+13n .
n+1n
=limn → ∞
n+1
3n =13
13<1 →deret positif konvergen
Maka deret ¿ adalah deret konvergen absolute
2. 1 – 59+ 10
28−17
65+…+¿
Penyelesaian
(1)|an+1|<|an| Terpenuhi
(2)limn →∞
n2+1
n3+1=0 terpenuhi , maka deret ini konvergen
Kemudian deret dimutlakkan menjadi
1 + 59+ 10
28+ 17
65+…+ n2+1
n3+1 divergen (sudah di buktikan dengan uji
banding).
Maka deret ¿ , merupakan deret konvergen bersyarat
9. ADA BEBERAPA HAL YANG DIPERHATIKAN TENTANG DERET
1. Deret konvergen atau divergen tidak dipengaruhi oleh pengalianpada setiap suku deret. Namun konvergen atau divergen dipengaruhi oleh penjumlahansuku Dari deret.
2. Dua buah deret yang diketahui konvergen yaitu ∑n=1
∞
an dan ∑n=1
∞
bn dapat
dijumlahkan atau dikurangkan pada setiap sukunya ( sehingga penjumlahan suku n adalah an + bn ). Akibatnya, deret tetap konvergen
3. Susunan deret konvergendapat diatur, tetapi tidak mengakibatkan berubahnya kekonvergenan sebuah deret
Contoh :
∑n=1
∞ (−1)n+1
2 n−1
Penyelesaian :
Bila an=(−1)n+1
2n−1, maka :
an=|an|=|(−1 )n+1
2n−1 |=| 12n−1|= 1
2n−1
Untuk n = 1,2, 3, …
an+1=¿|an+1|=
12 (n+1 )−1
¿ = 1
2n+1
Karena 1
2n+1 ≤
12n+1
dan an+1 ≤an
Dan limn → ∞
|an| limn→ ∞
12 n−1
=0
Latihan :
Tentukan nilai dari ∑n=1
∞3 n−2
n3−2 n2+11
10. INTERVAL KONVERGEN
Deret yang telah dipaparkan sebelumnya adalah deret tetapan. Adapun deret lain
yang biasa digunakan adalah deret fungsi, misalnya fungsi x. kita megenal beberapa
penampilan deret pangkat yang pada suku ke n berbentuk xn atau (x-a)n,dimana a adalah
sebuah tetapan.
Berikut adalah sebuah deret pangkat berbentuk :
∑n=0
∞
an xn=a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + … atau
∑n=0
∞
an(x−a) n = a0 + a1 (x-a) + a2 (x-a)2 + a3 (x-a)3 + …
Metode uji yang biasa kita gunakan pada pengujian deret pangkat ini adalah uji
rasio. Pada uji ini diperoleh ρn (n→∞ ¿ yang merupakan nilai mutlak hasil bagi suku ne
(n+1), sebut saja (An+1), terhadap suku ke n, sebut saja (An), Artinya ρ = limn →∞
ρn= lim
n→ ∞|An+1
A n|
Contoh 1:
1- x2
+ x2
4 - x3
8 + … +
(−x )n
2n + …
Penyelesaian:
Ρn =|(−x )n+1
2n+1÷
(−x )2
2n |=|x2|
Ρ = |x2|
Menurut rasio, deret ini disebut konvergen jika ρ < 1, yang dipenuhi oleh
|x /2|<1atqu|x|<2, artinya, deret itu divergen jika |x|>2. Jadi
, interval konvergen dari deret itu adalah|x|<2 atau -2 < x <2.
Contoh 2 :
x− x2
2+ x3
3− x4
4+…+
(−1)n+1¿
xn
n+…¿
Penyelesaian :
Ρn= | xn+1
n+1÷
xn
n |=| nxn+1|
Ρ = limn → ∞| nx
n+1| = |x|
Artinya, deret itu konvergen jika dipenuhi ρ = |x|<1 sehingga ada batas
kekonvergenan x = 1 dan x = -1, deret itu akan menjadi 1 –
12+ 1
3−1
4+… , yang disebut deret selang-seling harmonic dan termasuk deret
konvergen. Sebaliknya, jika x = -1, deret menjadi -1 – 12−1
3−1
4−…, yang
merupakan deret harmonic dengan factor pengali (-1) dan termasuk deret
divergen. Artinya interval konvergen deret itu adalah −1<x ≤1 ≤ .
Latihan 1:
Tentukan apakah deret ini konvergen atau tidak, dan nyatakan batasnya
1.x−2
1+
( x−2 )2
2+
( x−2 )3
3+…+
( x−2 )n
n
2.1−12+ 1
3−1
4+ 1
5−…
11. TEOREMA TENTANG DERET
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa deret ∑n=0
∞
an xn disebut deret konvergen jika
nilai x tertentu membuat nilai itu terhingga. Jadi konvergen deret itu bergantung pada
nilai x. berikutnya nilai dari deret itu kita sebut S(x) = ∑n=0
∞
an xn yang kekonvergenannya
bergantung pada x. jika S(x) merupakan sebuah fungsi, S(x) dikatakan konvergen ke
fungsi S(x). akibatnya, fingsi S(x) dapat dipresentasikan ke dalam deret atau
sebaliknya, deret merupakn representasi dari sebuah fungsi. Deret yang merupakan
representasi dari sebuah fungsi dikuasai oleh empat buah teorema, yaitu:
Teorema 1 :
sebuah deret dapat didiferensialkan atau di integralkan pembagian apabila deret yang
didiferensialkan atau diintegralkan itu konvergenn, dan hasil diferensiasi atau integrasi
juga konvergen
Teorema 2 :
Pada dua deret dapat dilakukan operasi penambahan, pengurangan, atau perkalian
asalkan deret hasil operasi itu konvergen atau setidaknya memiliki interval
kekonvergenan yang sama. Jika pembilang atau pembagi sama-sama nol ( misalnya
sin xx
), deret itu memiliki beberapakawasan kekonvergenan dan harus di uji dengan uji
yang lain.
Teorema 3 : Sebuah deret dapat disubsitusikan ke deret yang lain asalkan dalam kawasan kekonvergenan yang sama.
Teorema 4 : Deret (∑n=0
∞
an xn) dapat merepresentasikan sebuah fugsi apabila deret itu
konvergen ke fungsi itu.
12. EKSPANSI FUNGSI KE BENTUK DERET
Fungsi yang mengandung peubah dapat direpresentasikan sebagai deret peubah
itu dengan factor pengali di setiap sukunya asalkan deret tersebut bersifat konvergen.
Sebagai contoh, fungsi sin x dapat dideretkan dalam bentuk :
sin x = a0 + a1x + a2x2 + … + anxn +…
Nilai tetapan a0, a1,a2,…,an ditentukan dengan mengambil nilai khusus dari x sehingga
sin x diketahui (sin 0 = 0 berarti a0 = 0), serta dengan cara diferensial pada penentuan
koefisien derajat berikutnya. Turunan dari sin x adalah cos x sehingga :
d sinxdx
=cos x=0+¿ a1+2 a2 x+3 a3 x2¿+ … + (n - 1)anxn-1+…
Jika cos 0 = 1 sehingga a1 = 1. Bentuk turunan berikutnya adalah
dcosxdx
=−sin x=¿¿2a2 + 3.2a3 + 4. 3a4x2 +…
Yang memberikan 0 = a2, selanjutnya:
d (−sinx)dx
=¿ -cos x = 3.2a3 + 4.3.2a4x + …
Atau -1 = 3!a3, yang berarti a3 = -1/3!. Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk
penderetan dari sinx yang konvergen pada semua nilai x dan berbentuk
sin x=x−¿ x3
3 !+ x5
5 !¿
Cara penderetan fungsi ini disebut cara penderetan Maclaurin atau disebut deret Taylor
di sekitar titik asal (x=0).
Adapun fungsi deret Maclaurin:
f ( x )=f (0 )+ f ' (0 )1 !
+ f (0)} over {2!} {x} ^ {2} + {f left (0 right )} over {3!} {x} ^ {3} + … + {{f} ^ {left (n - 1 right )} left (0 right )} over {left (n - 1 right ) !} {x} ^ {n - 1} + ¿
Sedangkan Fungsi Taylor dinyatakan dalam deret pangkat dari (x-a)
Rumus :
f ( x )=f (a )+ f ' (a )1!
( x−a )+ f (a)} over {2!} {(x - a)} ^ {2} + … + {{f} ^ {n - 1} (a)} over {left (n - 1 right ) !} {(x - a)} ^ {n - 1} + ¿
dimana a adalah tetapan. Melalui pengambilan fungsi x = f(x) disekitar x = a dan f(x)
yang didiferensialkan diperoleh bentuk f(x) ,f’(x)=
df ( x )dx
, f (x)=d2 f(x)dx2 , …, f ' ( x )=d '} f left (x right )} over {{dx} ^ { sebagai :
f(x) = a0 + a1(x-a) + a2 (x-a)2 + a3(x-a)3 + a4(x-a)4+ … + an(x-a)n+…
f’(x) = a1 + 2a2 (x-a) + 3a3(x-a)2 + 4a4(x-a)3+… + nan(x-a)n-1 +…
f”(x) = 2a2 + 3.2a3(x-a) + 4.3a4(x-a)2+ … + n(n-1)an(x-a)n-2 +…
f”’(x) = 3!a3 + 4.3.2a4(x-a) +… +n(n-1)(n-2)an(x-a)n-3+…
F(n)(x) = n(n-1)(n-2)…1.an + (x-a)
Mengingat f(x-a)= f(a)= a0
f(a) = a0, f’(a) = a1, f”(a) = 2a2,
f”’(a) = 3!a3, … , f(n)(a) = n!an
Selanjutnya f(x) dapat dinyataakan:
f(x) = f(a) + (x-a) f’(a) + 12!
(x−a)2 f (a)+ … + {1} over {n!} {(x - a)} ^ {n} {f} ^ {(n)} (a)+
Pada saat x = 0, bentuk f)x) adalah :
f(x) = f(0) + xf’(0)+ x2
2! f”(0) +
x3
3!f (a)+ … + {{x} ^ {n}} over {n!} {f} ^ {(n)} (0)+
Sebagai contoh ke 2 yaitu fungsi cos x dapat dideretkan dalam bentuk :
Penyelesaian :
cos x = a0 + a1x + a2x2 + … + anxn + …
Bila nilai tetapan a0, a1, a2, ditentukan dengan mengambil nilai x sehingga x diketahui bahwa cos 0 = 1 berarti a0 = 1.
Secara diferensial pada koefisien derajat berikutnya turunan cos x = -sin x, sehingga:
dcos xdx
=−sin x=1+a1+2 a2 x+3a3 x+…+(n−1 ) an xn−1+…
Misalkan sin x= 0, maka a1 = 0, sehingga menjadi:
d (−sinx )dx
=−cos x=2a2+3. 2a3 x+4.3 a4 x2+…
Jika –cos x = -1, maka a2= -1 selanjutnya
d (−cosx)dx
=sin x=¿3.2 a3+4.3 .2a4 x+…¿
Jika sin x= 0, maka a3= 0
d ¿¿
Jika cos x= 1, maka a4= 1
Atau 1= 4!a4 yang berarti a4 = 1/4!,sehingga diperoleh bentuk penderetan cos x yang konvergen pada semua nilai x, yaitu:
cos x=1−¿ x2
2 !+ x4
4 !− x6
6 !¿
Latihan :
Tuliskan (1 + x)2 sebagai suatu deret Maclaurin pada selang -1 < x< 1.
13. TEKNIK UNTUK MEMPEROLEH EKSPANSI DERET PANGKAT
Terdapat teknik sederhana yang sering digunakan untuk menemukan deret
pangkat dari suatu fungsi dibandingkan dengan menggunakan proses penurunan
berturut. Melalui teorema 4 pada bagian 11 kita mengetahui bahwa fungsi apapun yang
diberikan hanya terdapat satu deret pangkat, yaitu deret pangkat dengan bentuk ∑n=0
∞
an xn
. Walaupun kita dapat memperolehnya dengan banyak metode yang tepat dan yakin
bahwa sama bentuknya dengan deret Maclaurin yang didapat pada bagian 12. Kita dapat
mengilustrasikan variasi metode untuk memperoleh deret pangkat. Di bawah ini
merupakan beberapa penyederhanaan dari deret.
a. Deret Geometris
11−z
=∑n=0
∞
xn=1+x+x2+…;|x|<1
b. Deret Binomial
(1+x )p=1+ px+p ( p−1 )
2 !x2+
p ( p−1 ) ( p−2 )3 !
x3+…;|x|<1
(deret binomial; p adalah bilangan real bernilai positif atau negatif)
c. Fungsi Eksponensial
ex=∑n=0
∞xn
n !=1+ x+ x2
2 !+ x3
3 !+…;untuk semua x
d. Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik
cos x=∑n=0
∞
1n x2 n
(2n ) !=1− x2
2 !+ x4
4 !− x6
6 !+…;untuk semua x
sin x=∑n=0
∞
(−1)n x2 n+1
(2n+1 )!=x− x3
3 !+ x5
5 !− x7
7 !+…;untuk semua x
tan x= x+ x3
3+ 2 x5
15−17 x7
315+…;untuk semua x
cosh x=∑n=0
∞x2 n
(2 n )!=1+ x2
2 !+ x 4
4 !+ x6
6 !+…;untuk semua x
sinh x=∑n=0
∞x2n+1
(2n+1 ) !=x+ x3
3 !+ x5
5 !+ x7
7 !+…;untuk semua x
e. Fungsi Logaritma
ln (1+x )=x− x2
2+ x3
3− x4
4+…
−ln (1− x )=ln1
1−x=x+ x2
2+ x3
3+ x 4
4+…
ln(1+x )(1−x)
=¿2(x+ x3
3+ x5
5+ x7
7+…)¿
Berikut ini merupakan beberapa contoh untuk memperoleh ekspansi deret.
a. PERKALIAN DERET DENGAN POLINOM ATAU DERET DENGAN
DERET
1. CONTOH PENGGUNAAN
CONTOH 1: Tentukan deret untuk ( x + 1) sin x!
Penyelesaian :
( x+1 ) sin x=(x+1)( x− x3
3 !+ x5
5 !− x7
7!+…)
¿ x+x2− x3
3 !− x4
3 !+ x5
5 !+ x6
5 !+…
Contoh 2: Tentukan deret untuk ex cos x!
Penyelesaian:
ex cos x=(1+x+ x2
2 !+ x3
3 !+ x4
4 !+…)(1− x2
2!+ x4
4 !− x6
6 !+…)
¿1+x+ x2
2 !+ x3
3!+ x4
4 !+…
−x2
2 !− x3
2 !− x4
2!2 !−…
+ x4
4 !+…
1+x+0 x2− x3
3− x4
6…=1+x− x3
3− x4
6…
Contoh 3: Tentukan deret untuk (1 + x2) cos x!
Penyelesaian:
(1+x2 )cos x=¿ (1+x2 )(1− x2
2 !+ x4
4 !− x6
6 !+…)¿
¿1+x2− x2
2!+ x4
4 !− x4
2 !+ x6
4 !− x6
6 !+…
¿1+ 12!
x2−114 !
x4+296 !
x6+…
2. APLIKASI DALAM FISIKA
Contoh yang paling sederhana yang biasa kita jumpai dalam persoalan Fisika
dasar adalah persoalan bandul sederhana yang disimpangkan dan akan
mengalami gerak periodik ketika dilepaskan akibat gaya gravitasi yang
bertindak sebagai gaya pemulih seperti yang diperlihatkan pada gambar 1 untuk
bandul bermassa m dengan panjang tali l.
Berdasarkan hukum kedua Newton, penggambaran dinamika gerak bandul
dengan massa m tersebut diberikan oleh persamaan diferensial berikut:
d2θd t2 =
−gl
sinθ
Untuk sin dapat digunakan deret binomial.
sin θ=θ− θ3
3 !+ θ5
5 !− θ7
7 !+…
d2θd t2 =
−gl [θ− θ3
3 !+ θ5
5 !− θ7
7 !+… ]
Untuk deret kedua nilai sangat kecil, sehingga sin =
3. LATIHAN
1. Tentukan deret dari (1 + x) ln (1 + x)!
2. Tentukan deret dari sin x1−x
!
b. PEMBAGIAN DUA DERET ATAU DERET DENGAN POLINOM
1. CONTOH PENGGUNAAN
Contoh: Tentukan deret dari 1x
ln (1+x )!
Penyelesaian:
1x
ln (1+ x )=1x (x− x2
2+ x3
3− x4
4+…)
¿1− x2+ x2
3− x3
4
2. LATIHAN
1. Tentukan deret dari fungsi 1x
sin x!
2. Tentukan deret dari fungsi x
sin x !
c. DERET BINOMIAL
1. CONTOH PENGGUNAAN
Contoh 1: Tentukan deret dari 1
1+ x!
Penyelesaian:
11+ x
=(1+x )−1 ; p=−1
Rumus dasar Maclaurin untuk deret binomial
(1+x )p=1+ px+p ( p−1 )
2 !x2+
p ( p−1 ) ( p−2 )3 !
x3+…
Maka deret dari 1
1+ x adalah:
(1+x )−1=1−x+−1 (−1−1 )
2 !x2+
−1 (−1−1 ) (−1−2 )3 !
x3+…
¿1−x+x2−x3+…
Contoh 2: Tentukan uraian fungsi f(x) = ex
(1+x )!
Penyelesaian:
ex
(1+x )=ex (1+x )−1
¿(1+ x+ x2
2 !+ x3
3 !+…) (1−x+x2−x3+…)
¿1+x−x+x2−x2+ x2
2 !+x3−x3− x3
2 !+ x3
3!+…
¿1+ 12!
x2+ 23 !
x3+…
2. APLIKASI DALAM FISIKA
1) Energi Kinetik Relatif Energi Kinetik Newton (v << c)
Dalam relatifitas khusus, untuk sebuah partikel dengan massa m0,
E=γ m0 c2 (Total energi partikel bebas)
K=γ m0 c2−m0 c2 (Energi kinetic relatif)
Dimana γ= 1
√1−v2
c2
Dengan v = kecepatan partikel
c = kecepatan cahaya
(asas korespondensi fisika/ asas yang saling berhubungan)
Tinjau fungsi γ= 1
√1−v2
c2
dengan x = v/ c . Untuk kasus non-relativistik,
dimana x << 1, uraian Taylor fungsi tersebut hingga orde pertama di sekitar
x = 0 adalah:
Sesuai dengan deret binomial
(1+x )p=1+ px+p ( p−1 )
2 !x2+
p ( p−1 ) ( p−2 )3 !
x3+…;|x|<1
(1− v2
c2 )−12 =1+(−1
2 )(−v2
c2 )+…
1
√1− v2
c2
≈ 1+ 12 ( v2
c2 )
Sehingga jika di subsitusikan ke dalam persamaan energi kinetik relatif
diperoleh:
K=(1+ 12 ( v2
c2 ))m0 c2−m0 c2
K=m0c2+ 12
m0 v2−m0 c2
K=12
m0 v2
Dapat dilihat bahwa K ≅12
m0 v2 untuk |v| << c, sehingga energi kinetik
relatif menjadi Energi Kinetik Umum Newton (non relativistik).
2) Aproxsimasi Medan Jauh (“Far Field Approximation”)
Untuk menentukan medan pada titik P, dengan x >> d.
E= q
x2− q
(x+d )2
Catatan :
1( x+d )2
= 1
x2(1+ dx )
2=1x2 (1+ d
x )−2
,
Merupakan deret Binomial untukdx<1
1
( x+d )2= 1
x2 (1−2dx+…)
Sehingga E= q
x2−q [ 1
x2 (1−2dx+…)]=2 qd
x3≅ E
x
d
-q q P
Persamaan tersebut merupakan aproksimasi medan jauh, menunjukkan
bagaimana sebaran dominan dari E dengan jarak.
3. LATIHAN.
1. Tentukan deret binomial dari 1+x1−x
!
2. Tentukan deret binomial dari 1
(1+ x )2!
3. Tentukan deret binomial dari
1
√1−v2
c2
!
4. Tentukan deret binomial dari 3
1−x2!
d. DERET TAYLOR MENGGUNAKAN DASAR DERET MACLAURIN
1. CONTOH PENGGUNAAN
Contoh 1. Tentukan deret fungsi ln x disekitar x = 1!
Penyelesaian.
Ini artinya deret dari pangkat (x – 1) dekat dengan x, sehingga dapat dituliskan:
ln x = ln [1 + (x – 1)]
dengan menggunakan persamaan, dapat kita subsitusikan x dengan (x – 1)
ln (1+x )=x− x2
2+ x3
3− x4
4+…
Maka didapat
ln (1+(x−1))=(x−1)−¿¿
Contoh 2: Uraikan cos x disekitar x = 3π/2!
Penyelesaian:
cos x=cos[ 3π2+( x−3 π
2 )]Dengan menggunakan sifat: cos (A±B) = cos (A) cos (B) ± sin (A) sin (B)
Maka persamaan di atas dapat diuraikan menjadi
cos x=cos[ 3π2+( x−3 π
2 )]¿cos (x−3 π
2 )cos ( 3 π2 )−sin (x−3 π
2 )sin( 3 π2 )
¿cos (x−3 π2 )(0 )−sin( x−3 π
2 )(−1)
¿ sin( x−3 π2 )
Dengan menggunakan persamaan,
sin x=¿ x− x3
3 !+ x5
5 !− x7
7 !¿ , subsutusi x dengan (x−3π
2 )Maka
cos x=cos[ 3π2+( x−3 π
2 )]=sin( x−3 π2 )
sin( x−3 π2 )=¿(x−3 π
2 )− 13 ! (x−3 π
2 )3
+ 15 ! (x−3π
2 )5
− 17 ! (x−3 π
2 )7
+…¿
2. APLIKASI DALAM FISIKA
1) Penentuan Besar Waktu Paruh pada Peluruhan Radioaktif Pada
Nuklida Radioaktif yang Berumur Panjang (“Long-Life Nuclide”)
Pernahkah kamu membayangkan waktu paru untuk nuklida yang
berumur panjang dapat ditentukan dengan periode waktu yang singkat?
Selama peluruhan adalah proses acak, kita tidak dapat menentukan kapan
sebuah atom tertentu akan meluruh. Banyaknya peuruhan dN pada waktu
tertentu bergantung pada nomor atom sampel, N. Jadi -dNdt
∝ N .
Peluruhan nuklida bervariasi, sehingga setiap radionuklida memiliki
konstanta peluruhan tersendiri yaitu λ. Kebalikan dari konstanta peluruah
adalah waktu T sebuah partikel sebelum meluruh. Peluang untuk peluruhan,
−dNN
sebanding dengan waktu peningkatan dt.
Olehkarena itu ,−dNN
=λdt
Tanda negatif menunjukkan bahwa N berkurang tiap pertambahan
waktu. Hasil dari penurunan persamaan di atas adalah
N=N 0 e−λt=N0 e−tT
Dimana N0 adalah nilai N saat t = 0. Persamaan tersebut dapat ditulis:
e−tT = N
N 0
=N0−ΔN
N0
=1− Δ NN0
Dimana Δ N adalah banyaknya nuklida yang meluruh selama waktu t. Dapat
kita gunakan deret Taylor untuk mengembangkan e−tT .
e−tT =1+
(−tT )1!
+(−t
T )2
1!+(−t
T )3
1!+…≈ 1− t
T
Karena t jauh lebih kecil dari T. Oleh karena itu, di dapat
1− tT=1− Δ N
N0
→tT= Δ N
N0
Hubungan di atas dapat digunakan untuk menentukan waktu paruh dari
sebuah nuklida yang berumur lama.
2) Penentuan Besar Energi Potensial
Mengapa V = m gy untuk gravitasi?
Bukankah dalam permasalahan ini v=−GmM
r
M
mr
Rv ( R )=−GmM
R
v ' (R)=GmM
R2
v ' ' (R)=−2GmM
R2
Sehingga dengan menggunakan ekpansi Taylor untuk V (r) sekitar r = R
V (r )≅−GmMR
+GmM
R2(r−R )−GmM
R3(r−R)2+…
Dari gambar dapat dilihat bahwa (r – R) merupakan ketinggian dari atas
tanah sehingga nilai GM
R2 = g = 9,81
Maka :
V ( y )≅−GmMR
+mgy , dengan eror hinggaGmM
R3y2
Inilah yang sering kita sebut dengan Energi Potensial = mgy = mgh, di dekat
permukaan bumi.
3. LATIHAN.
1. Uraikan sin x disekitar a = 3π/2!
2. Uraikan cos x disekitar a = π!
3. Uraikan cot x disekitar a = 3π/2!
4. Uraikan ex disekitar a = 3π/2!
14. AKURASI DALAM PERHITUNGAN
Karena suku-suku deret Taylor tidak berhingga banyaknya, maka -untuk alasan
praktis- deret Taylor dipotong sampai suku orde tertentu.
Deret Taylor yang dipotong sampai suku orde ke-n dinamakan deret Taylor
terpotong dan dinyatakan oleh:
Rn ( x )=f ( x )−[ f (a )+ ( x−a )1 !
f ' (a )+ ( x−a )2
2 !f ' ' (a )+…+
( x−a )n
n !f n ( a )]
Atau sering ditemui persamaan:
Rn ( x )= ( x−a )n+1 f (n+1)(c )(n+1 )!
Dimana c adalah titik diantara a dan x. formula ini dapat digunakan untuk membuktikan
deret Taylor dan Maclaurin untuk sebuah fungsi konvergen atau tidak.
15. BEBERAPA PENGGUNAAN DERET
Perhitungan Numerik
Aplikasi deret pangkat dapat digunakan untuk menghitung nilai dari suatu fungsi tanpa
menggunakan alat bantu hitung/kalkulator. penggunaan deret untuk perhitungan nilai
fungsi yang tidak dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan kalkulator.
Contoh 1.
Tentukan nilai dari ln√ (1+x )(1−x) – tan x dengan x = 0,0015.
Penyelesaian.
ln √ 1+ x1−x
−tan x=(x+ x3
3+ x5
5+ x7
7… ..)−(x+ x3
3+ 2 x5
15+ 17 x7
315….)
¿ x5
15+ 4 x7
45….
= 5,06 x 10-16
Dengan galat sebesar x7 atau 10-21.
Contoh 2.
x = 0,0015 x = 0,0015
x = 0,0015
Tentukan nilai d 4
dx4 ( 1x
sin x2)
Penyelesaian.
1x
sin x2= 1x (x2− x6
3 !+ x10
5 !…..)=x− x5
3 !+ x9
5!… ..
Kemudian persaaman tersebut di turunkan empat kali dan dihitung nilainya dengan x =
0,1
−5∙ 4 ∙3 ∙ 2 x3 !
+ 9∙ 8 ∙7 ∙6 x5
5 !=−2+0,00025 …
Atau sekitar -2 dengan eror 10-4
Penjumlahan Deret
Contoh. Tentukan jumlah dari deret harmonik berikut:
1−12+ 1
3−1
4+…
Bentuk ini sama dengan deret.
ln (1+x )=x− x2
2+ x3
3− x4
4+…
Dengan mensubsitusi nilai x = 1
ln 2=1−12+ 1
3−1
4+…=0.6931471805599
Evaluasi Deret Tentu
Contoh.
Integral Fresnel (integral dari sin x2 dan cos x2) muncul dalam permasalahan difraksi
Fresnel dalam optik.
∫0
1
sin x2 dx=∫0
1
( x2− x6
3 !+ x10
5 !−…)dx
¿ 13− 1
7 ∙3 !+ 1
11 ∙ 5 !−…
= 0,33333 – 0,02381 + 0,00076 – …
= 0, 31028 – … (dengan galat kurang dari 1/(15.7!) atau sekitar 10-5)
x = 0,1
RANGKUMAN
1. Deret adalah penjumlahan semua suku-suku suatu barisan.
2. Jika jumlah deret S menuju harga tertentu, maka deretnya disebut konvergen.
Sedangkan jika S nilainya takhingga, maka deret disebut divergen.
3. Uji konvergensi deret positif
a. Uji Pendahuluan
Jika limn→∞
an≠0 , maka deret divergen. Tetapi jika
limn→∞
an=0 , maka perlu uji
lanjut.
b. Uji banding
i). Jika suku demi suku dari deret an≤ mn, dengan ∑ mn adalah deret
konvergen, maka ∑ an juga konvergen.
ii). Jika suku demi suku deret an≥ dn , dengan ∑ dn adalah deret divergen,
maka ∑ an juga divergen.
c. Uji integral
I=∫∞
an dn ⟨ berharga tertentu, deret konvergen¿±∞ , deret divergen
d. Uji banding limit
Pengujian deret positif ∑n=1
∞
an menggunakan uji banding limit terdiri dari dua
bagian yaitu uji konvergen dan uji divergen.
(i). Jika deret positif ∑n=1
∞
bnkonvergen dan
limn→∞
an
bn
<∞ (bukan takhingga),
maka deret ∑n=1
∞
ankonvergen.
(ii). Jika deret positif ∑n=1
∞
dndivergen dan
limn→∞
an
dn
>0 , maka deret
∑n=1
∞
an
divergen.
e. Uji bagi (Rasio)
ρ=limn→∞
ρn=limn→∞
|an+1
an
|
Kriteria uji hasil bagi dinyatakan sebagai berikut:
(i). Jika ρ<1 , deret konvergen
(ii). Jika ρ>1 , deret divergen
(iii). Jika ρ=1, uji bagi tidak dapat memberikan kesimpulan
4. Uji konvergensi deret ganti tanda
Deret ganti tanda ∑n=1
∞
(−1)n+1 an dengan an>0 , konvergen jika memenuhi dua
persyaratan berikut:
(i). limn→∞
an=0 .
(ii). Setiap suku deret ini nilainya selalu lebih kecil dari suku-suku sebelumnya,
yaitu |an+1|<|an|.
Untuk deret ganti tanda yang konvergen, jika deret mutlak dari deret ganti tanda
juga konvergen, maka dikatakan bahwa deret ganti tanda konvergen mutlak.
Sebaliknya apabila deret mutlaknya divergen, maka dikatakan sebagai
konvergen bersyarat.
5. Deret Taylor dirumuskan sebagai:
f ( x =∑n=0
∞ 1n!
f (n)(b )(x−b )n
. Jika b = 0, uraian dikenal sebagai deret
Maclaurin yaitu
f ( x )=∑n=0
∞ 1n!
f (n)( b) xn
6. Interval konvergensi deret pangkat dapat ditentukan menggunakan uji bagi.
7. Deret pangkat digunakan untuk perhitungan numerik, penjumlahan deret,
evaluasi hasil dari integral tentu.
8. Aplikasi deret pangkat Taylor pada fisika ditemui pada energy kinetik relative,
penentuan waktu paruh nuklida berumur panjang (long half life nuclide), energy
potensial pada benda dekat dengan permukaan bumi, dan pendekatan medan
jauh dalam elektostatis.