DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran...

38
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 1 DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

Transcript of DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran...

Page 2: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga Deputi

Bidang Pengawasan mampu menjalankan tugas dan

fungsinya dalam pengawasan koperasi dan pada akhirnya

tersusun Laporan Kinerja Tahun 2018 ini. Laporan kinerja

ini merupakan perwujudan akuntabilitas pencapaian visi dan

misi terhadap penggunaan anggaran tahun 2018 yang

mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan mewajibkan setiap instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsinya serta

pengelolaan sumber daya yang ada berdasar perencanaan strategis yang telah disusun.

Berdasarkan hasil pencapaian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengawasan tahun

2018, seluruh kebijakan, program dan kegiatan yang telah direncanakan dapat

terlaksana dengan baik dan mencapai target yang telah ditentukan dalam perjanjian

kinerja tahun 2018.

Pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan selama tahun 2018 adalah hasil

kerja keras seluruh jajaran Deputi Bidang Pengawasan serta dukungan pemangku

kepentingan di pusat dan daerah, baik institusi pemerintan dan gerakan koperasi,

walaupun masih terdapat kendala dan permasalahan yang perlu perhatian untuk

diperbaiki dan disempurnakan ke depannya.

Harapan ke depannya, melalui laporan ini, kinerja Deputi Bidang Pengawasan

dapat lebih ditingkatkan lagi melalui pengoptimalan sumber daya manusia dan

anggaran yang ada, serta meminimalisasi permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga

kinerja Deputi Bidang Pengawasan lebih transparan dan akuntabel.

Jakarta, Januari 2019

Deputi Bidang Pengawasan

Suparno, SE, MM

Page 3: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 ii

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja

dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk

pertanggungjawaban dan akuntabilitas atas kinerja dalam pencapaian sasaran yang

telah ditetapkan pada tahun 2018. Laporan kinerja ini juga sebagai bentuk evaluasi

terhadap capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan serta

pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran Deputi Bidang Pengawasan yang

ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut.

Pada tahun 2018 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran

strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja utama dengan pencapaian. Secara umum,

tahun 2018 ini dapat dilaksanakan dengan baik, dan memenuhi target yang telah

ditentukan.

Masih melanjutkan tahun sebelumnya, dalam rangka meningkatkan sinergitas

antara pusat dan daerah untuk pelaksanaan pengawasan koperasi, Kementerian

Koperasi dan UKM c.q. masih menyelenggarakan Dana Dekonsentrasi Satuan

Tugas Pengawas Koperasi.

Selain itu, proses pembentukan jabatan fungsional pengawas koperasi telah

memasuki fase diundangkannya Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 43 Tahun

2018 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi. Hal ini merupakan langkah

positif menuju terbentuknya Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi, Deputi Bidang Pengawasan

telah melaksanakan reformasi birokrasi dari tahun 2016 (awal berdirinya Deputi

Bidang Pengawasan), yang dilakukan antara lain:

a. Menyempurnakan proses bisnis dan cascading indikator kinerja dari level Menteri

sampai dengan individu serta mekanisme pemantauannya.

b. Meningkatkan sinergitas, koordinasi, komunikasi dan kerjasama dalam

mensinkronkan berbagai program pengawasan koperasi dengan OPD Pembina

Koperasi melalui sosialisasi dan bimbingan teknis yang lebih intensif, serta

penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi.

c. Meningkatkan data base dan informasi koperasi melalui koordinasi dengan

berbagai pihak, Deputi terkait maupun OPD Pembina Koperasi.

d. Meningkatkan disiplin kerja pegawai melalui sistem reward and punishment.

e. Rencana penerapan SKP online pada tahun 2019.

f. Mengoptimalkan fungsi pengendalian program dan kegiatan untuk memastikan

pencapaian sesuai target.

Page 4: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ............................................................................................ i

RINGKASAN EKSEKUTIF . ................................................................................... ii

DAFTAR ISI . ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL . .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR . .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . ............................................................................................. 2

1.2 Maksud dan Tujuan . ..................................................................................... 3

1.3 Tugas dan Fungsi . ........................................................................................ 3

1.4 Struktur Organisasi . ...................................................................................... 4

1.5 Sumber Daya Manusia .................................................................................. 6

1.8 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja . ........................................................ 12

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019 . .............. 15

2.2 Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018 . ....................... 17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Tahun 2018 . ...................................................................... 20

3.3 Realisasi Anggaran Tahun 2018 . ................................................................. 26

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 29

LAMPIRAN

Page 5: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 iv

Daftar Tabel

Tabel I.1 Tabel I.1 Kinerja Perkembangan Koperasi Tahun 2015, 2017, dan 2018

Tabel II.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan

Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018 Deputi Bidang Pengawasan

Tabel III.1 Persentase Koperasi Yang Kelembagaan dan Pengelolaan Usahanya Sesuai

dengan Peraturan Perkoperasian

Tabel III.2 Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan

Tabel III.3 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2017 dan 2018

Tabel III.4 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018

Page 9: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 2

1.1. Latar Belakang

Deputi Bidang Pengawasan yang didirikan sebagai amanat dari Peraturan Presiden

Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM dan sebagai bentuk

keseriusan pemerintah dalam pembangunan koperasi di Indonesia untuk mewujudkan RPJP

2005-20025. Pada tahap ketiga RPJP 2005-2025 dinyatakan mengenai pentingnya

pembangunan perkoperasian. Hal ini, sebagaimana amanat RPJMN 2015-2019 Buku Ketiga,

bahwa pembangunan koperasi merupakan salah satu strategi pembangunan perkotaan dan

pengembangan desa dan kawasan perdesaan 2015-2019, yaitu; (1) strategi pembangunan

perkotaan adalah menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor

perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) (hal. 2-23); (2) kebijakan pembangunan desa dan kawasan perdesaan

adalah membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank khusus untuk

pertanian, UMKM, dan Koperasi (hal. 1-28).

Fokus pembangunan tersebut mengingat pertumbuhan koperasi di Indonesia pada

tahun 2015 mencapai 204.622 unit, namun kontribusi terhadap PDB yang hanya sekitar 1,7%.

Koperasi di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara industri maju yang menganut sistem

ekonomi liberal/kapitalis. Selain itu, pada kenyataannya perkembangan koperasi di

Indonesia nyaris tidak ada gaungnya, selain laporan-laporan permasalahan koperasi yang

berkembang menjadi pemberitaan negatif yang beredar di masyarakat menjadikan

koperasi nyaris tidak terlihat perkembangannya secara baik.

Berkaitan tersebut di atas, pembentukan Deputi Bidang Pengawasan dirasa mampu

menjadi pengendali koperasi-koperasi agar menjalankan perkoperasian sesuai dengan

peraturan perundang-undangan sehingga mampu memberikan mamfaat sebesar-besarnya bagi

masyarakat.

Pada tahun ketiga ini, Deputi Bidang Pengawasan terus mematangkan diri dalam

pelaksanaan pengawasan koperasi dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan

koperasi Indonesia dengan tujuan terwujudnya koperasi yang sesuai dengan peraturan

perundangan dan terwujudnya tata kelola kelembagaan pemerintah yang baik dan bersih di

Deputi Bidang Pengawasan yang dituangkan melalui RKP setiap tahunnya. Implementasi

kebijakan dilakukan melalui serangkaian kegiatan dimulai dari koordinasi, pemantauan,

evaluasi, dan, baik tingkat pusat/daerah maupun sektoral/lintas sektor, dan pelaksanaan

analisa kebijakan untuk rancangan kebijakan selanjutnya.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja pemerintah, Deputi

Bidang Pengawasan menerapkan aktif menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP). Salah satunya melalui evaluasi bulanan dalam laporan bulanan,

triwulanan dalam e-monev bappenas, dan tahunan dalam Laporan Kinerja agar pencapaian

outcomes mencapai hasil yang telah ditentukan. Hal ini ditunjukan melalui hasi penilaian

Page 10: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 3

akuntabilitas yang dilakukan oleh Tim Inspektorat untuk kepentingan verifikasi lapangan

tahun 2017, Deputi Bidang Pengawasan memperoleh kategori penilaian A (memuaskan),

dengan nilai 81.34.

1.2. Maksud dan Tujuan

Sebagaimana peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga wajib

melaporkan pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya sebagai wujud pertanggungjawaban dalam

mencapai misi dan tujuan organisasi, serta menyampaikan Laporan Kinerja pada setiap akhir

tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014,

Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang

dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Komponen dalam

penilaian SAKIP adalah a) perencanaan kinerja, terdiri dari: Renstra, rencana kinerja tahunan,

dan penetapan kinerja; b) pengukuran kinerja, yang meliputi: pemenuhan pengukuran,

kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran; c) pelaporan kinerja yang terdiri dari:

pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja; d)

evaluasi kinerja yang terdiri dari: pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan

hasil evaluasi; dan e) pencapaian kinerja yang terdiri dari kinerja yang dilaporkan (dan

outcome), dan kinerja lainnya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan

kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara

memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Maksud penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018 adalah

sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program dan

kegiatan selama satu tahun anggaran dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan penyusunan Laporan Kinerja adalah untuk menilai

dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran Deputi Bidang Pengawasan selama tahun

2018, kemudian memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas

kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan

bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan

yang dapat menjadi salah satu masukan dan feedback dalam rangka meningkatkan kinerja dan

referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi selanjutnya.

1.3. Tugas dan Fungsi

Sebagaimana amanat yang teruang dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015

tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengawasan

mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,

Page 11: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 4

pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan

penilaian kesehatan usaha simpan pinjam serta menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai

berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,

pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan

penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan

peraturan perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha

simpan pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan

perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan

pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

4. Pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengawasan; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

1.4. Struktur Organisasi

Deputi Bidang Pengawasan dipimpin oleh Deputi yang berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Menteri. Deputi Bidang Pengawasan terbentuk semenjak tahun 2016,

serta menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM, dan Peraturan Menteri

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor

08/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koperasi dan

Usaha kecil dan Menengah sebagaimana struktur organisasi Deputi Bidang Pengawasan

(Lampiran 1), dibantu oleh 6 (enam) Eselon II, yaitu:

Gambar I.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan

Pada jajaran struktural, unit kerja Sekretariat Deputi meliputi Sekretaris Deputi yang

mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bagian. Sedangkan unit kerja

Asisten Deputi meliputi Asisten Deputi yang mengkoordinasikan para Kepala Bidang, dan

Kepala Sub-bidang. Implementasi dari tugas dan fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam

DEPUTI

Asdep

Kepatuhan

Asdep

Pemeriksaan

Kelembagaan

Asdep

Pemeriksaan

USP

Asdep

Penilaian

Kesehatan

USP

Asdep

Penerapan

Sanksi

Sekretaris

Deputi

Page 12: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 5

activity process (proses kegiatan) di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan yang ditetapkan

sebagai berikut :

1. Kajian kebijakan,

Dalam tahap ini, biasanya merupakan hasil suatu diskusi ataupun respons terhadap

perkembangan situasi yang terjadi yang diputuskan untuk perlu dibuatkan pedoman

atau peraturannya. Keberhasilan pelaksanaan aktivitas ini ditandai dengan banyaknya

kajian kebijakan yang diselesaikan;

2. Perumusan kebijakan/regulasi,

Pada tahap ini, dilakukan kegiatan perumusan dan penyusunan kebijakan yang telah

disepakati berdasarkan hasil kajian sebelumnya. Keberhasilan kegiatan ini ditandai

dengan banyaknya kebijakan yang disusun dan diselesaikan;

3. Sosialisasi kebijakan,

Tahap selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kebijakan atau peraturan yang telah

disusun dengan maksud untuk memperkenalkan kebijakan/peraturan yang baru tersebut

kepada para stakeholders Deputi Bidang Pengawasan sehingga mereka memahami dan

dapat menerapkannya sesuai dengan keputusan Pemerintah. Keberhasilan dari kegiatan

sosialisasi ini ditandai dengan puasnya masyarakat terhadap kualitas informasi publik;

4. Implementasi kebijakan,

Setelah dilakukan sosialisasi, maka stakeholders yang berkepentingan atau terkait

dengan kebijakan tersebut segera menerapkan dan melaksanakan ketentuan atau aturan

yang telah ditetapkan tersebut. Aktivitas ini akan dinyatakan berhasil apabila dari hasil

evaluasi, menunjukkan bahwa jumlah stakeholders yang menerapkan kebijakan

meningkat cukup signifikan;

5. Monitoring dan evaluasi,

Pada tahap ini, dilakukan monitoring atas pelaksanaan kebijakan/peraturan oleh setiap

K/L/Pemda dan dievaluasi prosesnya. Apabila terjadi kelemahan atau kesalahan dalam

penerapannya yang ditandai dengan banyaknya komplain atas penerapan

kebijakan/peraturan yang harus diselesaikan, maka keberhasilan atas tahap ini

ditunjukkan dengan indikator Persentase penyelesaian gugatan produk hukum.

6. Laporan dan tindak lanjut,

Dalam tahap yang terakhir ini, berhubungan dengan kegiatan penyusunan laporan hasil

pelaksanaan implementasi kebijakan dan penyelesaian tindak lanjut atas permasalahan

yang timbul selama implementasi berjalan. Keberhasilan atas kegiatan ini ditunjukkan

dengan tersusunnya laporan atas implementasi dan tindak lanjut rekomendasi dengan

baik.

Page 13: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 6

1.5. Sumber Daya Manusia

Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2018 memiliki sumber daya manusia sebanyak

84 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang dalam perjalannya terdapat 2 orang pejabat

Eselon III dan 1 orang Pejabat Eselon IV yang pensiun sehingga jumlahnya menjadi 81

orang.

Saat ini, kualitas pegawai Deputi Bidang Pengawasan cukup baik, tercermin dari

komposisi pegawai dari tingkat pendidikan, yaitu: sebanyak 20 orang (25%) berpendidikan

Master (S2); 52 orang (64%) berpendidikan Sarjana (S1), 3 orang (4%) berpendidikan

Sarjana Muda/D3, 6 orang (70%) berpendidikan SLTA. Jumlah pegawai berdasarkan tingkat

pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar I.2.

Gambar I.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari tabel tersebut, dapat dilihat, bahwa jumlah pegawai berdasarkan tingkat jabatan

terdiri dari 16 orang Pejabat Eselon I (1%), 6 orang Pejabat Eselon II (7%), 15 orang Pejabat

Eselon III (20%), 33 orang Pejabat Eselon IV (40%), staf pelaksana sebanyak 26 orang

(32&). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar I.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan

S2 25%

S1 64%

D3 4%

SLTA 7%

Es I 1%

Es II 7%

Esl III 20%

Es IV 40%

Staf 32%

Page 14: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 7

Pada tahun 2018, penerapan sistem reward and punishment bagi pegawai adalah

berdasarkan sistem kehadiran pegawai. Menurut Mahmudi (2015:177), terdapat 2 (dua)

kriteria kinerja sebagai dasar pemberian penghargaan, kriteria keuangan dan nonkeuangan.

Pegawai yang hadir sebelum batas waktu dan pulang setelah batas waktu yang ditetapkan

akan mendapatkan reward tunjungan kinerja utuh sesuai dengan ketentuan. Sedangkan

pegawai yang tidak memenuhi jam kehadiran tersebut, akan mendapatkan punishment berupa

pemotongan tunjangan kinerjanya.

Selama Tahun 2018, terdapat beberapa hambatan dan permasalahan yang berkaitan

dengan Sumber Daya Manusia yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi

Bidang Pengawasan, antara lain:

a. Komposisi SDM belum ideal sesuai dengan kebutuhan, baik secara kuantitas maupun

kualitas dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja.

b. Belum optimalnya sistem jalur karier, promosi, rotasi dan mutasi untuk mendorong

motivasi kerja pegawai.

Potensi dan Isu Strategis

Perkembangan koperasi di Indonesia menunjukkan kinerja yang secara umum positif

secara jumlah koperasi (Tabel I.1). Pada tahun 2015, jumlah koperasi aktif sebanyak 147.525

unit meningkat 4,593 unit pada tahun 2017, menjadi 152.118 unit. Perkembangan tersebut

menunjukkan kebutuhan yang tinggi terhadap pendampingan dalam penerapan prinsip-

prinsip koperasi, mengingat baru sekitar 0.14 persen dari koperasi aktif yang sudah

melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) pada tahun 2017. Jumlah ini menurun sekitar

98.95 persen dari tahun 2015, bahwa pada tahun 2015 sebanyak 13,99 persen koperasi yang

melakukan RAT dan tahun 2017 sebanyak 0,14 persen, selain disebabkan data koperasi

tersebut merupakan data aktif (online data system) yang masih memerlukan verifikasi lebih

lanjut.

Tabel I.1 Kinerja Perkembangan Koperasi Tahun 2015, 2017, dan 2018

NO URAIAN SATUAN 2015 2017 2018

1 Koperasi Aktif Unit 147.525 152.118 126.122

2 Koperasi Tidak Aktif Unit 57.097 57.136 83.893

3 Koperasi Yang RAT Unit 20.633 216 34.117

4 Anggota Orang 15.021,76 41.596 17.860.678

5 Manager Orang 8.518 29 11.322

6 Karyawan Orang 124.868 540 259.726

7 Modal Sendiri Rp. (Juta) 43.336.862 246.488,5 67.182.760

8 Modal Luar Rp. (Juta) 40.636.118 176.061,7 56.487.154

9 Volume Usaha Rp. (Juta) 101.058.106 449.788,3 126.529.016,6

10 SHU Rp. (Juta) 3.128.418 18.285,4 5.449.752,1

Data ODS Per 11 Januari 2019

Page 15: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 8

Terjadi peningkatan kontribusi koperasi terhadap produk domestik bruto (PDB) dari

sebesar 14,87% dari tahun 2016 dimana kontribusi koperasi pada PDB saat itu sebesar

3,90%, sedangkan saat ini mencapai 4,48. Jauh meningkat dari tahun 2014 yang hanya

sebesar 1,71%. Kontribusi tersebut belum besar namun terjadi perkembangan yang positif.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah maka urusan Koperasi masuk dalam urusan pemerintahan wajib dengan

pembagian sub urusan pengawasan dan pemeriksaan koperasi sesuai dengan wilayah

keanggotaan koperasi. Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi Bidang Pengawasan

bertanggung jawab terhadap Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi. Adapun

pembagian wewenang dan tanggung jawab pengawasan koperasi berdasarkan UU Nomor 23

Tahun 2014, dapat terlihat dalam Gambar I.2.

Gambar I.4. Pembagian Wewenang Koperasi sesuai Wilayah Keanggotaan

Tahun 2017 dan 2018

Data ODS Per 27 November 2017 dan 11 Januari 2019

UU nomor 23 tahun 2014 yang membawa implikasi pembagian kewenangan koperasi

tersebut, memerlukan tindak lanjut upaya koordinasi agar terjadi sinergi pengawasan koperasi

di pusat dan daerah. Upaya koordinasi dilakukan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas)

Pengawas Koperasi Daerah Selindo, yang upaya peningkatan sinergitasnya dilakukan melalui

fasilitasi dana dekonsentrasi Satgas Pengawas Koperasi. Jumlah Satgas tahun 2017 dan 2018

tidak ada perubahan sebanyak 1.712 yang tersebar sampai tingkat Kabupaten/Kota Selindo.

Sementara itu, tantangan pengembangan koperasi ke depan adalah (i) menjadikan

koperasi sebagai wadah usaha bersama yang menjadi pilihan untuk meningkatkan efisiensi

usaha dan kualitas penghidupan masyarakat; (ii) meningkatkan kontribusi koperasi dalam

perekonomian; dan (iii) meningkatkan posisi tawar koperasi dalam kondisi pasar yang

semakin dinamis. Tantangan ini sejalan cita-cita pengembangan koperasi di dunia (ICA) yang

ingin menjadikan koperasi sebagai (i) pemimpin dalam pembangunan ekonomi, sosial dan

PusatProvinsi

Kab/Kota

1,410

5,443

209,274

4,700

7,591

196,414

2017 2018

Page 16: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 9

lingkungan yang berkelanjutan; (ii) model usaha yang paling disukai masyarakat; dan (iii)

bentuk usaha yang paling cepat berkembang.

Penanganan terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan koperasi

membutuhkan perbaikan paripurna dari sistem perkoperasian di Indonesia. Hal ini mengingat

kondisi koperasi saat ini masih dipengaruhi oleh krisis ideologi, krisis jatidiri dan krisis

kaderisasi. Krisis ideologi merupakan dampak dari proses Amandemen UUD 1945 yang

menjadikan posisi koperasi tidak lagi menjadi salah satu pilar dalam struktur perekonomian

nasional. Krisis jatidiri merupakan dampak dari citra koperasi yang menurun karena berbagai

masalah akuntabilitas. Sementara itu krisis kaderisasi merupakan dampak dari krisis ideologi

dan jatidiri yang muncul dalam bentuk rendahnya pemahaman dan motivasi generasi muda

untuk berkoperasi.

Penanganan berbagai tantangan dan permasalahan tersebut di atas juga membutuhkan

dukungan kebijakan yang seimbang antara keberpihakan dan pembangunan kemandirian. Hal

ini mengingat sebagian besar koperasi masih berada pada skala kecil, sehingga keberpihakan

dibutuhkan untuk membangun semangat dan keyakinan berkoperasi di kelompok akar

rumput. Di sisi lain, pembangunan kemandirian koperasi perlu dikedepankan mengingat

koperasi merupakan organisasi yang berbasis anggota serta memiliki nilai dan prinsip-prinsip

partisipasi, kebersamaan dan kemandirian. Pelaksanaan dua kebijakan tersebut membutuhkan

koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan gerakan koperasi, serta pemangku

kepentingan lainnya.

Begitupun, pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan koperasi juga menghadapi

tantangan dalam pengelolaan organisasi di Deputi Bidang Pengawasan sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas SDM, peningkatan pemahaman dan pengetahuan teknis SDM

tentang regulasi dan aspek-aspek pengawasan koperasi perlu dilakukan secara terus-

menerus dan berjenjang. Hal ini penting mengingat aparatur pengawas koperasi di pusat

sebelumnya lebih banyak menangani UKM, dan tingginya tingkat mutasi di daerah yang

mengakibatkan kapasitas aparat pengawas koperasi di daerah harus di-maintenance terus

menerus.

2. Peningkatan tata kelola organisasi, sarana dan prasarana. Di sisi organisasi, pembagian

tugas dan fungsi antar unit-unit pelaksana kegiatan perlu dilakukan secara tegas dan jelas

agar sumber daya dapat digunakan secara lebih efisien. Upaya ini perlu didukung

penguatan kerjasama antar unit karena adanya kebutuhan untuk saling melengkapi.

Sarana dan prasarana pendukung kerja dan pelayanan bagi masyarakat juga perlu

diperbaiki dalam rangka meningkatkan kualitas hasil kerja.

3. Perbaikan prosedur dan tata kelola. Tantangan ini perlu ditangani seiring dengan

pelaksanaan reformasi birokrasi dimana Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi

Bidang Pengawasan dituntut untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

tersistem dan terukur berdasarkan pedoman yang baku (standar kerja dan Standar

Pelayanan Minimal/SPM).

Page 17: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 10

4. Perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan melalui perbaikan prosedur perencanaan

kegiatan, pelaksanaan pengawasan, meliputi pemeriksaan rutin, sewaktu-waktu, dan

penerapan sanksi serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Upaya perbaikan tersebut perlu

didukung dengan keterbukaan informasi tentang program dan kegiatan yang dapat diakses

koperasi dan UMKM, serta masyarakat.

5. Penguatan basis data dan sistem informasi perlu didasarkan pada data dan informasi

mengenai koperasi dalam rangka meningkatkan ketepatan sasaran kebijakan dan program,

serta efisiensi penggunaan sumber daya. Penguatan basis data dan sistem informasi juga

perlu melibatkan Pemda dan pemangku kepentingan lainnya.

6. Peningkatan koordinasi, sinergi dan kerjasama di internal Deputi Bidang Pengawasan,

antara pusat dan daerah, gerakan koperasi, dan masyarakat. Hasilnya diharapkan dapat

meningkatkan lingkup dan jangkauan pengawasan koperasi secara paripurna, serta

mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk perbaikan kinerja pengawasan koperasi.

1.6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 mengenai Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja, dan Tata Cara reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Laporan

Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2017 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis

organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Tugas Poko dan Fungsi Unit Satker dan BLU

D. Sumber Daya Manusia

E. Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja

2. Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

A. Renstra Unit Satker

1. Sasaran, IKU, dan Target

2. Sasaran strategis dan program kegiatan yang mendukung pencapaian target

sasaran strategis

3. Bab III

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi sesuai dengan hasil pengukuran

kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Uraian pada

masing-masing sasaran strategis meliputi:

Page 18: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 11

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2018

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018 dengan

2017

3. Program/kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis beserta hasilnya

4. Analisis penyebab keberhasilan dan/atau kegagalan serta peningkatan dan/atau

penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

5. Analisis atas efisiensi penggunaan anggaran

6. Analisis evaluasi dampak langsung (outcome).

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi angaran yang digunakan dan yang telah

digunakan untuk mencapai target kinerja organisasi sesuai dengan dokumen

Perjanjian Kinerja.

4. Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta rekomendasi

dan langkah yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan dating untuk

meningkatkan kinerja.

Lampiran:

1) Perjanjian Kinerja

2) Dokumen lain yang dianggap perlu

Page 20: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 13

1.1. Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019

A. Visi dan Misi

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019

sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Tahun 2015- 2019, Deputi Bidang Pengawasan sebagai unit Pengawasan Koperasi di Deputi

Bidang Pengawasan menetapkan visi dan misi organisasi yang dituangkan dalam Rencana

Strategis (Renstra) Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019.

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan mencakup sasaran strategis yang

merupakan penjabaran dari sasaran umum dan gambaran pencapaian tujuan Deputi Bidang

Pengawasan. Sasaran strategis dilengkapi dengan target kinerja yang dapat menjadi ukuran

keberhasilan dalam pencapaian visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, yang penetapannya

memperhatikan sasaran strategis nasional yang tercantum pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019 bidang Koperasi dan UMKM untuk:

“Meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi

usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka

mendukung kemandirian perekonomian nasional”

Visi dan Misi Kementerian Koperasi dan UKM mengacu pada Visi dan Misi Presiden Joko

Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, yaitu:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong Royong”

Untuk mendukung visi dan misi tersebut, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,

visi Deputi Bidang Pengawasan adalah :

“Menjadi unit pengawas koperasi yang kredibel dan efektif yang mampu mewujudkan

koperasi yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 2 (dua), yaitu:

1. Mewujudkan pengawasan koperasi yang kredibel dan efektif.

2. Meningkatkan koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri sesuai dengan jati diri koperasi.

Upaya pencapaian visi Deputi Bidang Pengawasan selain dilakukan secara bersama

oleh seluruh unit di Deputi Bidang Pengawasan juga harus dilakukan bersama-sama dengan

Unit Pembina Koperasi di Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu terutama dengan Deputi

Bidang Kelembagaan, Deputi Bidang Pembiayaan, dan Deputi Bidang Pengembangan SDM.

B. Tujuan dan Capaian Indikator Tujuan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, maka visi dan misi

tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa

rumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran

atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka

Page 21: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 14

waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Sehingga, Deputi Bidang Pengawasan dapat secara

tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh unit organisasi dalam memenuhi visi

misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dan mempertimbangkan sumber

daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih lanjut, perumusan tujuan strategis ini juga

memungkinkan Deputi Bidang Pengawasan untuk mengukur sejauhmana visi dan misi unit

organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi dan misi unit

organisasi. Untuk itu, setiap tujuan strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja

(performance indicator) yang terukur. Adapun tujuan strategis Deputi Bidang Pengawasan

adalah:

“Terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi”

Tujuan strategis ini menekankan upaya untuk mewujudkan efektivitas pengawasan

koperasi agar mampu mengawasi koperasi primer nasional yang jumlahnya ribuan dengan

personel yang hanya sekitar 80 orang (jumlah Koperasi Primer Nasional 4.902 unit, data

ODS, 22 Januari 2019). Upaya-upaya yang dilakukan melalui pemeriksaan koperasi,

penilaian kesehatan USP koperasi, kerja sama, koordinasi dan sinergitas, penyusunan

kebijakan serta melaksanakan evaluasi terhadap kebijakan pengawasan, yang menekankan

terhadap terlaksananya pengawasan koperasi secara efektif dan efisiensi secara menyeluruh

melalui peningkatan kualitas tata kelola birokrasi dan profesionalisme kerja yang tinggi.

Selanjutnya, tata kelola birokrasi dan profesionalisme kerja, merupakan salah satu indicator

kerja yang menjadi tanggung jawab Unit Sekretaris Deputi Bidang Pengawasan. Terkait tata

kelola birokrasi, Deputi Bidang Pengawasan baru menerapkan sistem reward and

punishment, melalui tunjangan kinerja kehadiran. Sedangkan lebih lanjut, akan diterapkan

reward pegawai terbaik berdasarkan absensi pegawai yang tepat waktu (tidak telat masuk

kerja dan tidak pulang awal). Selain itu, partisipasi pengawasan juga mengindikasikan adanya

upaya perbaikan yang dilakukan oleh gerakan koperasi untuk menjalankan aktivitas

perkoperasiannya sesuai dengan prinsip dan jatidiri koperasi. Upaya-upaya ini yang dilakukan

melalui penerapan pembinaan melalui sanksi administratif, penguatan terhadap sistem

pengawasan internal koperasi, diseminasi dan advokasi perkoperasian serta kerja sama

dengan instansi pemerintah sehingga terjadi peningkatan kesadaran dan kepatuhan koperasi

terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Lebih lanjut, tujuan tersebut dapat dilihat pada

tabel II.1.

Tabel II.1.

Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan

No TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN

1 Terwujudnya Koperasi yang sesuai

peraturan Perundangan

Partisipasi pengawasan koperasi melalui Sistim Pengawasan Koperasi

Page 22: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 15

1.2. Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2017 merupakan perwujudan

kesepakatan dalam menetapkan kinerja sesuai tujuan dan sasaran pada Rencana Strategis

Deputi Bidang Pengawasan. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2017 akan

menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh Deputi Bidang Pengawasan

dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.

Penyusunan Perjanjian Kinerja ini dimulai dengan rumusan Rencana Strategis yang

dilanjutkan dengan menjabarkan rencana lima tahunan tersebut ke dalam rencana kerja

tahunan. Berdasarkan rencana kerja tersebut, maka diajukan dan disetujui anggaran yang

dibutuhkan untuk membiayai rencana kerja tahunan, yang kemudian ditetapkan dalam suatu

Perjanjian Kinerja yang merupakan kesanggupan dari penerima mandat untuk mewujudkan

kinerja seperti yang telah direncanakan. Informasi yang disajikan dalam Perjanjian Kinerja

ini meliputi Program, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, Target Kinerja, dan Alokasi

Anggaran. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan tahun 2017 tersebut berdasarkan

Renstra Deputi Bidang Pengawasan tahun 2015-2019, diimplementasikan melalui 2 (dua)

program sebagai berikut:

1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.

2) Program Penguatan Kelembagaan Koperasi.

1. Sasaran, IKU, dan Target

Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan penjabaran dari tujuan yang telah

ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan

dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara

tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam

suatu Rencana Kinerja (performance plan). Penetapan sasaran yang diperlukan untuk

memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi

dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.

Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan bagian integral dalam proses perencanaan

strategis yang menjadi dasar kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja

Deputi Bidang Pengawasan serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka

panjang yang sifatnya menyeluruh, yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di

lingkungan Deputi Bidang Pengawasan. Sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung

pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang

ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis terkait juga dapat dicapai.

Sasaran strategis, indikator kinerja utama Deputi Bidang Pengawasan sebagaimana

pada Tabel II.2.

Page 23: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 16

Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018

Deputi Bidang Pengawasan

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya efektivitas

pengawasan koperasi

1. Persentase koperasi yang

kelembagaan dan pengelolaan

usahanya sesuai dengan peraturan

perkoperasian.

15%

2. Persentase sertifikat yang diterbitkan

dari hasil penilaian kesehatan.

70%

3. Persentase penanganan rekomendasi

laporan hasil pemeriksaan (LHP)

terhadap koperasi

50%

Page 25: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 18

3.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018

Berdasarkan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019, pada

tahun 2017 Deputi Bidang Pengawasan UKM mempunyai tujuan strategis mewujudkan

koperasi yang sesuai dengan peraturan perundangan, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut

ke dalam sasaran strategis terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi dengan 3 indikator

kinerja utama dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018. Pengukuran

capaian sasaran kinerja dilakukan dengan menghitung persentase realisasi capaian

dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja Deputi

Bidang Pengawasan Tahun 2018, dari masing-masing unit Eselon II di Deputi Bidang

Pengawasan.

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran

kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan

meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan

seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi akuntabel. Pengukuran

kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan

kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala (bulanan/triwulan)

dan tahunan. Pengukuran dan pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup

menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah. Evaluasi dan analisis pencapaian kinerja

berdasarkan atas hasil pencapaian pengukuran kinerja pada masing-masing pencapaian

strategis yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun

2018. Hal ini dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian

pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang Pengawasan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019

dalam mendukung keberhasilan kinerja Kementerian Koperasi dan UKM. Hasil evaluasi

kinerja utama dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis: Terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Target Realisasi

2017 2018 2017 2018

Terwujudnya

efektivitas

pengawasan

koperasi

1. Persentase koperasi

yang kelembagaan dan

pengelolaan usahanya

sesuai dengan

peraturan

perkoperasian.

10% 15% - 5% kelembagaan

- 21% USP Koperasi

- 16% kelembagaan

- 15% USP Koperasi

2. Jumlah sertifikat yang

diterbitkan dari hasil

penilaian kesehatan.

40% 70% 89% 83%

3. Persentase

penanganan

rekomendasi laporan

hasil pemeriksaan

50% 50% 100% 100%

Page 26: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 19

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Target Realisasi

2017 2018 2017 2018

(LHP) terhadap

koperasi Keterangan: Penurunan angka capaian tahun 2018 pada indicator 2 bukan karena penurunan capaian, hal ini

karena koperasi yang dinilai kesehatannya berbeda dengan koperasi tahun sebelumnya dan

karena koperasi yang dikunjungi mengalami penurunan karena penurunan anggaran, namun

capaian masih memenuhi target (penjelasan lengkap di bawah ini).

1. Indikator Kinerja 1 :

Persentase koperasi yang kelembagaan dan pengelolaan usahanya sesuai dengan

peraturan perkoperasian

Pada tahun 2018, pemeriksaan kelembagaan koperasi dilakukan pada 50 koperasi

yang berada di 5 Propinsi yaitu : Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan

Bali. Adapun tujuan dari pemeriksaan kelembagaan koperasi adalah untuk memperoleh

masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di bidang

kelembagaan koperasi. Dari hasil pemeriksaan kelembagaan, diperoleh hasil 8 koperasi

(16%) yang sebagian besar kelembagaannya sesuai peraturan perundang-undangan, 2

diantara koperasi tersebut hanya memiliki kelemahahan saja.

Untuk Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam Koperasi, pada tahun 2018 dilakukan di

7 Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan

Bali. Dari hasil pemeriksaan USP koperasi diperoleh 15 USP Koperasi yang sebagian

besar sesuai peraturan perkoperasian.

Pada tahun 2018, berdasarkan rekomendasi tahun 2017, penetapan jumlah anggaran

pada Asisten Deputi Pemeriksaan Kelembagaan dan Asisten Deputi Pemeriksaan USP

sudah memperhatikan jumlah target pemeriksaan yang hendak dicapai, yaitu Asisten

Deputi Pemeriksaan USP yang mempunyai target 100 USP Koperasi lebih besar dari

Asisten Deputi Pemeriksaan Kelembagaan yang hanya 50 koperasi.

Tabel III.1 Persentase Koperasi Yang Kelembagaan dan Pengelolaan Usahanya

Sesuai dengan Peraturan Perkoperasian

No Uraian 2017 2018 %

Capaian

IKU 2018 Target Capaian Target Capaian

1 Jumlah Koperasi yang diperiksa

kelembagaannya

50 50 50 50 100%

2 Jumlah Usaha Simpan Pinjam

Koperasi yang diperiksa

100 100 100 100 100%

3 Kelembagaan Koperasi yang

sesuai peraturan

5 Kop 6 Kop 5 Kop 8 Kop 16%

4 Koperasi yang pengelolaan 10 USP Kop 21 USP Kop 10 USP Kop 15 USP Kop 15%

Page 27: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 20

No Uraian 2017 2018 %

Capaian

IKU 2018 Target Capaian Target Capaian

usahanya sesuai peraturan

Sumber: Asdep Pemeriksaan Kelembagaan dan Asdep Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2018 Dari

Tabel III.1, apabila dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi kenaikan capaian indikator

kinerja pada pemeriksaan kelembagaan koperasi, dan terjadi penurunan pada

pemeriksaan USP Koperasi. Tabel ini tidak sepenuhnya bisa menjadi acuan, karena tidak

semua koperasi yang diperiksa tahun 2018 adalah koperasi yang sama diperiksa pada

tahun 2017. Terdapat kebijakan bahwa Koperasi yang sudah diperiksa pada tahun 2017,

tidak boleh diperiksan kembali pada tahun 2018. Selain itu, pada pemeriksaan USP

Koperasi, khususnya USP Syariah, validitas data USP Syariah tidak bagus, yaitu banyak

terdapat USP Syariah yang tidak ditemukan keberadaannya. Dan karena keterbatasan

anggaran, maka koordinasi lanjutan tidak dapat dilakukan. Berbeda dengan tahun lalu,

koordinasi masih dapat dilakukan karena anggaran mencukupi.

Selain itu, baik tidaknya kelembagaan koperasi dan usaha USP koperasi bukan

sepenuhnya menjadi akibat dari pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang Pengawasan. Hal

ini karena, fungsi pembinaan koperasi berada pada Deputi lain di Kementerian Koperasi

dan UKM. Sehingga penetapan indikator kinerja dirasa belum sepenuhnya tepat.

Faktor-faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2018

- Dukungan SDM yang kompeten untuk memeriksa koperasi atau USP Koeprasi.

Rekomendasi

- Perlu dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

- Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi

Bidang Pengawasan dari aspek kelembagaan Koperasi dan USP Koperasi.

2. Indikator Kinerja 2 :

Jumlah sertifikat yang diterbitkan dari hasil penilaian kesehatan

Sebagaimana rekomendasi tahun 2017, maka pada tahun 2018 target/jumlah

Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi Konvensional lebih besar

dibandingkan dengan Penilaian Kesehatan USP Koperasi Syariah. USP Konvensional

sebanyak 65 KSP/USP dan USP Syariah sebanyak 35 KSPPS/USPS. Namun demikian,

target tersebut mengalami perubahan karena kesulitan data dan kesiapan USP Syariah

untuk dinilai kesehatannya, namun tetap memperhatikan jumlah total target sebagaimana

tahun sebelumnya, sebanyak 100 KSP/USP/KSPPS/USPPS. Target Penilaian Kesehatan

untuk tahun 2018, yaitu: 67 USP Koperasi Konvensional dan 33 USP Koperasi Syariah.

Selain itu pada tahun ini, jumlah anggaran penilaian kesehatan juga sudah menyesuaikan

target yang ditetapkan pada Asisten Deputi lainnya.

Page 28: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 21

Rincian hasil Penilaian Kesehatan tahun 2018 terhadap 100 Koperasi yang

dikunjungi, yaitu:

KSP/USP Koperasi :

a) Sehat : 7 KSP/USP

b) Cukup Sehat : 45 KSP/USP

c) Dalam Pengawasan : 9 KSP/USP

d) Tidak dapat diperiksa : 2 KSP/USP

KSPPS/USPPS Koperasi :

a) Sehat : 13 KSPPS/USPPS

b) Cukup Sehat : 18 KSPPS/USPPS

c) Dalam Pengawasan : 5 KSPPS/USPPS

d) Tidak dapat diperiksa : 1 KSPPS/USPPS

USP Koperasi yang tidak dapat dinilai kesehatannya sebanyak 3 koperasi, karena:

a) Belum melakukan audit eksternal;

b) Belum dipisahkan laporan keuangannya (unit usaha simpan pinjam);

Data penilaian kesehatan koperasi tahun 2017 dan 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel III.2

Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan

No Uraian 2017 2018 %

Pertumbuhan

1 Koperasi yang dikunjungi 150 100 -0,33

2 Koperasi yang berhasil

dipenkes

100 97 -0,03

3 Yang dinyatakan sehat 13 20 0,54

4 Sertifikat yang diterbitkan 89 83 -0.07

Sumber; Asdep Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam

Dari Tabel III.2 diketahui bahwa jumlah koperasi yang dinyatakan sehat mengalami

peningkatan sebanyak 0.54%. Untuk jumlah sertifikat yang diterbitkan pada tahun ini,

sebanyak 83 USP Koperasi atau 83%. Persentase sertifikat yang diterbitkan mengalami

penurunan 0.07% dari tahun 2017, namun masih memenuhi target yang ditetapkan yaitu

70%. Namun demikian, tabel ini tidak dapat menjadi acuan peningkatan koperasi sehat,

karena tidak semua koperasi yang dinilai kesehatannya tahun ini adalah koperasi yang

dinilai kesehatannya pada tahun sebelumnya.

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2018

Page 29: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 22

Jumlah koperasi yang dikunjungi mengalami penurunan karena alokasi dana/anggaran

penilaian kesehatan mengalami penurunan dari tahun 2017. Hal ini berpengaruh terhadap

sertifikat yang diterbitkan.

Sebelum melaksanakan kegiatan penilaian kesehatan Usaha Simpan Pinjam Koperasi,

terlebih dahulu Tim Penilai Kesehatan melakukan koordinasi kepada Koperasi yang

bersangkutan untuk memastikan apakah sudah memenuhi syarat untuk dinilai

kesehatannya. Koordinasi tersebut dilakukan antara lain terkait apakah koperasi tersebut

sudah melaksanakan RAT, dan bagi koperasi yang volume usahanya sudah mencapai Rp.

2,5 M atau lebih apakah sudah melaksanakan audit eksternal dari Kantor Akuntan Publik.

Dengan demikian pelaksanaan penilaian kesehatan dapat dilakukan apabila persyaratan

sebagaimana di atas sudah dipenuhi.

Karena pada tahun 2017, ketika koperasi tidak dapat dinilai kesehatannya dan anggaran

memungkinkan, maka diupayakan untuk mencari koperasi lain, mengingat data

keberadaan koperasi (data base koperasi) tidak valid.

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2018

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang kompeten dalam hal penilaian kesehatan usaha simpan pinjam

koperasi.

Rekomendasi

- Perlu dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

3. Indikator Kinerja 3 :

Persentase penanganan rekomendasi laporan hasil pemeriksaan (LHP) terhadap koperasi

Pada tahun 2018, terdapat 149 LHP yang masuk ke Asdep Penerapan Sanksi, dari

jumlah tersebut dikeluarkan 47 SK sanksi. Data jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2017

dan 2018, adalah sebagai berikut:

Tabel III.3 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2017 dan 2018

Variabel 2017 2018 % Pertumbuhan

LHP 108 149 37,96

LHP yang dibahas 60 99 65

SK Sanksi 11 47 327.27

% Penanganan 100 100 0

% SK sanksi 10,19 31,54 209,67

Pada tahun ini, Persentase penanganan rekomendasi laporan hasil pemeriksaan

(LHP) terhadap koperasi sebesar 100%, capaian ini sama dengan tahun lalu karena pada

dasaranya semua LHP yang masuk ke Asdep Penerapan Sanksi akan diteliti dan dibahas

Page 30: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 23

(baik secara eksternal atau internal) untuk ditentukan penanganan selanjutnya. Namun

LHP yang masuk tersebut, sebagian tidak dapat diproses menjadi SK Sanksi

dikarenakan:

1. Alamat tidak ditemukan,

2. Akan diperiksa lagi di tahun berikutnya,

3. Pasca pemeriksaan dan terbitnya LHP (sebelum terbit SK Sanksi), koperasi telah

memenuhi perbaikan.

4. Dalam temuan LHP tidak ada "Pelanggaran"

5. Sedang dalam masa pemantauan oleh Asdep Sanksi

6. Terdapat temuan pelanggaran dalam LHP, namun terdapat ketidaksiapan dalam

implementasi peraturan, misal izin melalui OSS

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2018

Tidak ada kendala dan permasalahan yang berarti untuk mencapai target kinerja tahun

2018, hal ini karena target yang ditetapkan masih berupa output, dan diharapkan pada

tahun 2019 target dapat outcome. Penetapan target yang berupa output karena untuk

menjaga kemungkinan LHP telat/mengalami keterlambatan disampaikan ke Asdep

Penerapan Sanksi. LHP yang terlambat dimungkinkan karena data base koperasi yang

masih belum valid.

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2018

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang kompeten dalam penerapan sanksi.

Rekomendasi

- Perlu dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

- Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi

Bidang Pengawasan dari aspek penerapan sanksi.

Selain itu, dalam upaya mendukung pelaksanaan indikator-indikator kinerja

tersebut, sebagaimana amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

huruf Q mengenai pembagian urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil, dan

menengah, maka agar pengawasan koperasi di Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan

efisien diperlukan koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

Daerah sebagai pemegang otonomi seluas-luasnya, diharapkan memerankan fungsi

regulatornya untuk menunjang pengawasan koperasi. Sedangkan fungsi Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diharapkan sebagai koordinator pengembangan

koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, selain fungsi regulator yang tetap ada.

Untuk itu, dalam upaya meningkatkan sinergitas tersebut, Kementerian Koperasi dan

UKM melalui Deputi Bidang Pengawasan membentuk Satuan Tugas Pengawas Koperasi di

daerah. Pembentukan ini juga sebagai upaya stimulan untuk meningkatkan kinerja

Page 31: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 24

pengawasan koperasi di daerah.

Adanya Satuan Tugas Pengawas Koperasi ini, sangat diapresiasi oleh karena itu,

OPD Pembina Koperasi. Dengan adanya Satuan Tugas Pengawas Koperasi, penyebaran

informasi mengenai pengawasan koperasi lebih mudah dan lebih fokus untuk

dilaksanakan. Mengingat keterbatasan jumlah Aparat Sipil Pengawas Koperasi di daerah.

Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio pengawasan Kab/Kota 1:61. Provinsi 1:21,

dan Pusat 1:17 dan sistem mutase/rotasi pegawai di daerah yang cukup tinggi, sehingga

update terbaru isu-isu pengawasan koperasi menjadi hal yang sangat penting.

Opini dan apresiasi tersebut, di dapatkan dari beberapa kunjungan ke daerah yang

meminta kiranya alokasi dana dekonsentrasi tersebut, dapat ditingkatkan, mengingat

APBD yang terbatas. Untuk itu, Deputi Bidang Pengawasan mengajak Pemerintah

Daerah untuk mendukung pengawasan koperasi melalui keberpihakan dalam regulasi dan

penganggaran.

Sebagai bentuk apresiasi Deputi Bidang Pengawasan, maka pada tahun 2017 telah

dilakukan penilaian terhadap kinerja Satgas di masing-masing provinsi yang dinilai

berdasarkan capaian pengawasan koperasi, kesesuaian format laporan, kertas kerja,

pokok-pokok temuan, dan rekomendasi. Provinsi yang mendapatkan nilai terbaik adalah

Gorontalo, Lampung, Bali, Riau, dan Maluku Utara.

3.2. REALISASI ANGGARAN TAHUN 2018

Dalam kerangka penganggaran yang berbasis kinerja, penyerapan anggaran bukanlah

merupakan target alokasi anggaran. Perfomance Based Budget lebih memfokuskan pada

kinerja daripada penyerapan anggaran itu sendiri. Akan tetapi berdasarkan kondisi

perekonomian saat ini, variabel dominan pendorong pertumbuhan perekonomian adalah

faktor konsumsi, sehingga belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut

menjadi penentu pertumbuhan tersebut. Kegagalan dalam target penyerapan anggaran

memang akan berakibat hilangnya manfaat belanja, karena dana yang telah dialokasikan

ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan yang berarti terjadi iddle money. Padahal apabila

pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat

dioptimalkan untuk mendanai kegiatan strategis. Sumber-sumber penerimaan negara yang

terbatas, dihadapkan pada kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, mengharuskan

Pemerintah menyusun prioritas kegiatan dan pengalokasian anggaran yang efektif dan

efisien. Oleh sebab itu, ketika penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah

terjadi inefisiensi dan in-efektivitas pengalokasian anggaran. Namun demikian, beberapa

penyerapan yang maksimal bisa juga disebabkan oleh hal lain, misalnya efisiensi pelaksanaan

kegiatan.

Total pagu anggaran Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2018 sebesar Rp

18.209.000.000,- (delapan belas milyar dua ratus sembilan juta rupiah) dengan nilai realisasi

per 31 Desember 2018 mencapai Rp. 18.055.666.179,- atau 99,16%. Pagu ini mengalami

penurunan sebesar 30,72% jika dibandingkan pagu tahun 2017 yang sebesar Rp. 26.283.319,-

Page 32: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 25

dengan realisasi anggaran mencapai sebesar 97,96%,. Adapun sisa anggaran 2018, sebanyak

Rp.153.333.821,- merupakan penghematan/efisiensi (perjalanan dinas, efektivitas rapat yang

tidak perlu, jasa konsultan/kegiatan kontraktual, belanja modal dan efisiensi lainnya).

Tabel III.4. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan

Tahun 2018

UNIT KERJA PAGU REALISASI % SALDO %

SESDEP 6 4,000,000,000 3,981,084,512

99.53

18,915,488

0.47

ASDEP 1 2,630,000,000 2,591,562,434

98.54

38,437,566

1.46

ASDEP 2 2,675,000,000 2,655,349,990

99.27

19,650,010

0.73

ASDEP 3 3,150,000,000 3,131,273,689

99.41

18,726,311

0.59

ASDEP 4 3,150,000,000 3,109,260,932

98.71

40,739,068

1.29

ASDEP 5 2,604,000,000 2,587,134,622

99.35

16,865,378

0.65

JUMLAH 18,209,000,000 18,055,666,179

99.16

153,333,821

0.84

Sebagaimana masukan, evaluasi dari tahun sebelumnya bahwa terjadi ketimpangan

antara jumlah anggaran dan beban kinerja, maka pada tahun 2018, jumlah anggaran sudah

memperhatikan beban target kinerja tahun 2018, yaitu Asdep 3 dan 4 mempunyai target 100

KSP/USP/KSPPS/USPPS mempunyai jumlah anggaran yang sama, Asdep 2 mempunyai

jumlah anggaran yang kurang dari kedua Asdep tersebut karena beban kinerjanya lebih

sedikit.

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target anggaran tahun 2018

Tidak ada kendala dan permasalahan yang berarti untuk mencapai target realisasi anggaran.

Namun demikian, terdapat ketidakkonsistenan penyerapan anggaran perbulannya. Hal ini

karena implementasi realisasi anggaran belum sepenuhnya mengacu pada POK. Selain itu,

hambatan dan permasalahannya pencapaian realisasi anggaran adalah:

- Perencanaan program/kegiatan dan anggaaran yang kurang cermat, sehingga memerlukan

revisi anggaran.

- PAGU minus yang disebabkan kurangnya kontrol penyerapan anggaran di masing-

masing Asisten Deputi, pada akhirnya dilakukan revisi anggaran.

- Koreksi SPM.

- Keterlambatan penyelesaian administrasi oleh pihak ketiga.

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2018

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang profesional.

Page 33: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 26

Rekomendasi

- Perencanaan program/kegiatan dan anggaran secara cermat untuk meminimalisasi

kemungkinan revisi anggaran.

- Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar

sesuai rencana.

- Kontrol anggaran yang baik di masing-masing unit Eselon II untuk meminimalisasi

PAGU minus dan koreksi SPM.

- Koordinasi yang baik dengan pihak ketiga

Page 35: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 28

Dari hasil penilaian dan evaluasi kinerja Deputi Bidang Pengawasan sampai dengan

akhir tahun 2018 menunjukkan hasil yang baik, karena mampu mencapai bahkan beberapa

melebihi target yang telah ditentukan.

4.1. Capaian

A. Indikator Kinerja

Capaian indikator kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018, Deputi Bidang

Pengawasan mempunyai tujuan strategis mewujudkan koperasi yang sesuai dengan

peraturan perundangan yang kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran

strategis terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi dengan 3 indikator kinerja

utama dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018. Dari

indikator kinerja tersebut, Deputi Bidang Pengawasan mampu memenuhi target yang

telah ditentukan, yaitu:

a. Persentase koperasi yang kelembagaan dan pengelolaan usahanya sesuai dengan

peraturan perkoperasian target 15%, capaian 16% kelembagaan dan 15% USP

Koperasi. Capaian tersebut sudah memperhatikan besaran anggaran dan target

pemeriksaan yang hendak dicapai pada masing-masing Asisten Deputi (berdasarkan

rekomendasi tahun 2017), yaitu: Asisten Deputi Pemeriksaan USP yang mempunyai target

100 USP Koperasi lebih besar dari Asisten Deputi Pemeriksaan Kelembagaan.

b. Jumlah sertifikat yang diterbitkan dari hasil penilaian kesehatan target 70%, capaian 83%.

c. Persentase penanganan rekomendasi laporan hasil pemeriksaan (LHP) terhadap koperasi

target 50%, capaian 100%.

B. Anggaran

Nilai realisasi per 31 Desember 2018 mencapai Rp. 18.055.666.179,- atau 99,16%,

dengan sisa anggaran 2018, sebanyak Rp.153.333.821,-.

4.2. Kendala/hambatan

Secara umum kendala atau hambatan untuk mencapai indikator kinerja adalah data base

koperasi yang tidak valid. Sedangkan untuk realisasi anggaran hambatan dan

permasalahnnya adalah: 1) perencanaan program/kegiatan dan anggaran yang kurang

cermat; 2) PAGU minus yang disebabkan kurangnya kontrol penyerapan anggaran di

masing-masing Asisten Deputi; 3) Koreksi SPM’ dan 4) Keterlambatan penyelesaian

administrasi oleh pihak ketiga.

4.3. Rekomendasi

A. Rekomendasi dalam mencapai indikator kinerja

1. Perlu dukungan anggaran yang memadai

2. Dukungan data base koperasi yang valid

3. Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi

Bidang Pengawasan dari pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaaan USP Koperasi, dan

penerapan sanksi.

Page 36: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 29

B. Rekomendasi dalam mencapai anggaran

1. Perencanaan program/kegiatan dan anggaran secara cermat untuk meminimalisasi

kemungkinan revisi anggaran.

2. Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar

sesuai rencana.

3. Kontrol anggaran yang baik di masing-masing unit Eselon II untuk meminimalisasi

PAGU minus dan koreksi SPM.

4. Koordinasi yang baik dengan pihak ketiga

Page 37: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPUTI...Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2018 1

DEPUTI BIDANG

PENGAWASAN

Suparno, SE, MM

SEKRETARIS

Daniel Asnur, S.Kom, MM

Bagian Perencanaan

Saptiati Prihastuti, BSc

Bagian Umum

Edi Wahono, S.Sos

Kepala Bidang Pelaksanaan Sanksi

Indriana, S.Sos., M.Si

-Kasubbid. Pemeriksaan

Penghimpunan Dana

Siti Aedah, S.Pt

Kasubag Keuangan

Febry Andriyadi, SE

-Kasubag. Rencana dan Program

Leonardi Pratama, SH

-Kasubag Evaluasi & Pelaporan

Eko Sari Budirahayu, SE

/(III(III/b)

Eko Purwanto

Ria Apriyani SE

Asdep Kepatuhan

Moh. Yusuf Choerullah, ST

Kepala Bidang Kepatuhan Legal

Mohamad Hidayat, SE, ME

Kepala Bidang Kepatuhan Usaha dan Keuangan

Hasanah, BSc

Kepala Bidang Kepatuhan Transaksi

Dra. Retno Satyastuti

Kasubbid. Kepatuhan Usaha

Sivanadira, SE

- Kasubbid. Kepatuhan Keuangan

Drs. Adi Abduddin Arfan

Kasubbid. Pencegahan Transaksi

Mencurigakan

A. Rhamdoni. M, S.Kom

Kasubbid. Pemeriksaan dan

Pelaporan

Milda Sari, SE

-Kasubbid. Penerapan Peraturan

dan Hukum

Netty Arbie, SE

-Plt Kasubbid. Evaluasi Penerapan

Peraturan dan Hukum

Mohamad Sofan Sova, S.Kom

Devi Yus

Asdep Pemeriksaan Kelembagaan

Suparyono, SH, MM

Kepala Bidang Pemeriksaan Organisasi

Mimbaryani, S.Sos, MM

Kepala Bidang Pemeriksaan Kinerja

Ari Gunawan, SE

Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan Keuangan

Heri Basuki, SE

-Kasubbid. Pemeriksaan

Manajemen Organisasi

Suryono Ahmad, ST

- Kasubbid. Pemeriksaan

Manajemen Usaha

Leny Hamiyati, S.Sos

Husni Kamal

- Kasubbid. Pemeriksaan

Kinerja Kelembagaan

Wahidin, SE, MM

- Plt. Kasubbid. Pemeriksaan

Kinerja Keuangan

Hendri Yansyah

Debora JS

-Kasubbid. Pemeriksaan

Eksternal

Ferry Indraputra Aziz, SE

- Kepala Sub Bidang Pemeriksaan

Internal

Sholeh Gialhak, SE, MM

Stepen Stanly,

SE

Asdep Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam

Ir. Achmad H. Gopar, MPPA

Kepala Bidang Pemeriksaan USP

Konvensional

Drs. Joko Sutrisno, MM

Kepala Bidang Pemeriksaan USP Syariah

Pensiun

Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan

Keuangan Simpan Pinjam

Yayah Rodiana, Sm.Hk

Budi Lesmana

Kasubbid. Pemeriksaan

Pembiayaan

Moh. Riza, S.Ag, MM

Sri Sekar

Inne, SE

- Kasubbid. Audit Financial

Pensiun

Kasubbid. Audit Khusus

Devita Dwi Artanti, SE

Septina

Teguh F.

- Plt. Kasubbid. Pemeriksaan

Penghimpunan Dana

Indra Wiryawan

Kasubbid. Pemeriksaan

Penyaluran Dana

Adie Setiawan, SE

Asdep Penilaian Kesehatan Usaha

Simpan Pinjam

Ir. Asep Kamaruddin, MP

Kepala Bidang Penilaian Kesehatan USP

Konvensional

Niken Prasetyawati, S.Kom

Kepala Bidang Penilaian Kesehatan

USP Syariah

Mulyanto, S.Sos, MM

Kepala Bidang Tidak Lanjut Penilaian

Kesehatan

Cecep Setiawan, S.Kom

Kasubbid. Penilaian Kesehatan KSP

Maria Cristina YR

Plt. Kasubbid. Penilaian

Kesehatan USP Koperasi

Rachmat Efendi ,SE

Kasubbid. Penilaian Kesehatan

KSP Pola Syariah

Agung Suyadi, SE

Kasubbid. Penilaian Kesehatan USP Pola Syariah

Bagus Dwi Yatmoko, SE, MM

-Kasubbid. Pelaksanaan Rekomondasi

Rahmat Wahyudi, SE

- Kasubbid. Pemantauan

Tindak Lanjut Rekomondasi

Kun Ismandari, S.Pt

Faisal Mhd

Alhaq, SE

Kasubbid. Pelaksanaan Sanksi Administrasi

Dandy Bagus Ariyanto, SH,MH

Asdep Penerapan Sanksi

Budi Suharto, SH, SE, M, Kn

Kepala Bidang Pemantauan

Wiworowati, S.Ap

Kepala Bidang Rehabilitasi

Rudy Witjaksono, SE

- Kasubbid. Pelimpahan

Perkara

Yori Andriani, SS

Suratno

Kasubbid. Pemantauan Pelaksanaan Sanksi Keumala Dewi, SE

- Kasubbid. Pemantauan Keputusan Hasil Limpahan Ajeng Purwaningrum, S.Psi

Fajar Dwi L

Kasubbid. Rehabilitasi Kelembagaan

Mohammad Ibnu Aryanto, S.Kom

- - Kasubbid. Rehabilitasi

Usaha

Ahmad Fauzi, ST

Ade Guntur,SE

Kasubag Tata Usaha

Edi Yanto, S.Hut, ME Samsudin Saragih

Dian Stayaning

Asmoro, A.Md

Zulkifli Moh Said, SH.

M.Si

Syorswens Gerri, S.Kom

Ira

Dunggio,

S.STP.

Alice Besty

Steven Rossenberg

Mega Bhakti