Depresi AKPER PEMKAB MUNA

58
ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA) I.PENGERTIAN Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19) Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388) Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun. Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas). Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

Transcript of Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Page 1: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA)

I.PENGERTIAN

Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang

mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam

perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan

kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.

(Hawari, 2001, hal. 19)

Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,

yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat

cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak

berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388)

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik :

rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik:

anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit

menurun.

Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan

disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan

kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam

perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung

dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan

kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,

penyimpangan seksual.

II. Rentang Respon Emosional

Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :

Page 2: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

1) Reaksi Emosi Adaptif

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima

dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :

a) Respon emosi yang responsive

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu

dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

b) Reaksi kehilangan yang wajar

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan.

Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses

kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri,

berlangsung tidak lama.

2) Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3

tingkatan, yaitu :

a) Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau

menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.

b) Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu.

Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.

c) Mania/Depresi

Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan

pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.

IV. Psikopoatologi

Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam

jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi

tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang,

emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya

dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang

dari reaksi adaptif sampai maladaptive.

Page 3: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

1) Penyebab Terjadinya Depresi

Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada

orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan

harapannya.

a) Kekecewaan

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel, tidak

dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk iri sendiri lebih

besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak

senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-

menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

b) Kurang Rasa Harga Diri

Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya

kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang

realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar

khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan

prestasi yang dicapainya.

c) Perbandingan yang Tidak Adil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik

dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin

terjadi.

d) Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu yang

mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.

e) Aktivitas Mental yang Berlebihan

Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

f) Penolakan

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi

maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)

Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis

adalah :

a) Kematian orang yang dicintai

Page 4: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,

prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker,

sakit Parkinson)

c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit,

krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat

meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)

d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.

2) Gejala Klinis Depresi

Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :

a) Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat,

merasa tidak berdaya.

b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.

c) Nafsu makan menurun

d) Berat badan menurun

e) Konsentrasi dan daya ingat menurun

f) Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia

(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak

menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.

g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)

h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas

menurun, produktivitas juga menurun.

i) Gangguan seksual (libido menurun)

j) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.

3) Tingkat Depresi

a) Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi social dan rasa

tidak nyaman.

b) Depresi Sedang

(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.

(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal,

komunikasi non verbal meningkat.

Page 5: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal

meningkat.

(4) Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung

c) Depresi Berat

(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.

(2) Gangguan proses piker

(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif,

kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan

lingkungan.

V. FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI

1.Faktor Predisposisi

1.1.Faktor genetik,mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan

melalui garis keturunan.Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar

monozygote daripada dizygote.

1.2.Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan

oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.Freud mengatakan bahwa

kehilangan obyek/orang,ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik

menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.

1.3.Teori kehilangan.Berhubungan dengan faktor perkembangan;misalnya kehilangan

orang tua pada masa anak,perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang

sangat dicintai.Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.

1.4.Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan

seseorang mengalami depresi atau mania.

1.5.Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang

Page 6: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.

1.6.Model belajar ketidakberdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari

kehilangan kendali diri,lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.

Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan

kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.

1.7.Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian

(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

1.8.Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan

kimiawi,yaitu defisiensi katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi

kortisol.

2. Faktor Presipitasi

Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi:

Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan

atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,neoplasma dan ketidakseimbangan

metabolisme.

Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,termasuk kehilangan cinta,

seseorang,dan kehilangan harga diri.

Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran,perceraian,kehilangan pekerjaan.

VI. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING

Perilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi.

Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang

tinggi,dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1;Perilaku yang berhubungan dengan Mania

Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku

a).Gembira yang

berlebihan

Page 7: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

b).Harga diri

meningkat

c).Tidak tahan kritik a).Ambisi

b).Mudah terpengaruh

c).Mudah beralih

perhatian

d).Waham kebesaran

e).Ilusi

f).Flight of ideas

g).Gangguan penglihatan a).Dehidrasi

b).Nutrisi yg tidak

adekuat

c).Berkurangnya

kebutuhan tidur/

istirahat

d).Berat badan menurun a).Agresif

b).Hiperaktif

c).Aktivitas motorik

meningkat

d).Kurang bertanggung

jawab

e).Royal

f).Iritatable/suka berdebat

g).Perawatan diri kurang

h).Tingkah laku seksual

yang berlebihan

i).Bicara bertele-tele.

Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi

agitasi,

dapat dilihat pada tabel 2.

Page 8: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Tabel 2;Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku

#Sedih,cemas,apatis,

murung,

#.Kebencian,kekesalan

marah,

#.Perasaan ditolak,

perasaan bersalah,

#Merasa tdk berdaya,

putus asa,

#.Merasa sendirian,

#.Merasa rendah diri,

#.Merasa tak berharga

#Ambivalensi,bingung,

ragu-ragu,

#Tidak mampu

konsentrasi,

#Hilang perhatian dan

motivasi,

#Menyalahkan diri sendiri,

#Pikiran merusak diri,

#Rasa tidak menentu,

#Pesimis #Sakit perut,anoreksia,

mual,muntah,

#Gangguan pencernaan,

konstipasi,

#Lemah,lesu,nyeri,kepala,

pusing,

#Insomnia,nyeri dada,

overakting,

#Perubahan berat badan,

Page 9: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

gangguan selera makan,

#Gangguan menstruasi,

impoten,

#Tidak berespon terhadap

seksual. #Agresif,agitasi,tidak

toleran,

#Gangguan tingkat

aktivitas

#Kemunduran

psikomotor,

#Menarik diri,

isolasi sosial,

#Iritabel(mudah marah,

menangis,

tersinggung),

#Berkesan

menyedihkan,

#Kurang spontan,

#Gangguan kebersihan

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial

dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka

yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial

dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi

yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI

1.Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi,presipitasi,dan

perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien(lihat point III & IV).

Page 10: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

2.Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respons emosional (gangguan alam

perasaan ) antara lain:

Berduka disfungsional

Ketidakberdayaan

Peningkatan mobilitas fisik

Gangguan pola tidur

Risiko terhadap cedera

Perubahan nutrisi

Defisit perawatan diri

Ansietas

3.Perencanaan

Tujuan Umum:Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adptif dan

meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.

Tindakan keperawatan:

Lingkungan

Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya

kecelakaan.Karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah,hiperaktif,senang

tindakan yang berisiko tinggi,maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,yaitu

dilantai dasar,perabotan yang dasar,kurangi rangsang dan suasana yang tenang.Sedangkan

merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri,karena klien merasa tidak

berdaya,tidak berharga dan keputusasaan.

Hubungan perawat – klien

Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.Bekerja dengan

klien depresi perawat harus bersifat hangat,menerima,diam aktif,jujur dan empati.Bicara

lambat,sederhana dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab.

Page 11: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Berbeda bila bekerja dengan klien mania,perawat harus membuat batasan yang

konstruktif,hal ini perlu untuk mengontrol perilaku klien.Kontrol dari lingkungan

(perawat,dokter,klien) yang konsisten akan mempercepat kesadaran klien untuk

mengontrol perilakunya.

Afektif

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama.Merawat klien

depresi,perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik.Sikap perawat

yang menerima klien,hangat,sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada

klien.Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan

menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.Klien didorong untuk

mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal,hal ini

akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.

Kognitif

Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan control diri klien pada tujuan dan

perilaku,meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.

Cara mengubah pikiran yang negatif:

1.Identifikasi semua ide,pikiran yang negatif.

2.Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan,keberhasilan).

3.Dorong klien menilai kembali persepsi,logika,rasional.

4.Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif,dari tidak

realistis ke realistis.

5.Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil.Beri penguatan dan

pujian akan keberhasilan.

Perilaku

Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan realistic,yaitu

dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan.Klien

depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.

Page 12: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil

Sosial

Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,dengan cara:

1.Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien.

2.Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.

3.Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal,dengan role model,role play.

4.Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.

5.Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat,

klien).

Fisiologis

Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatanklien.

Kebutuhan dasar seperti makan,minum,istirahat,kebersihan dan penampilan diri

perlu mendapat perhatian perawat.

#Kewaspadaan Perawat#

Dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam perasaan yang

berat,perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh

diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri,yaitu gejala meningkat

secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.Asuhan keperawatan pada keadaan

ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri.Percobaan

bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi,klien mempunyai

energi dan kesempatan untuk bunuh diri.Klien dalam keadaan mania akut juga dapat

mengancam kehidupannya.

Sebagai contoh,pada lampiran 1 & 2 akan diuraikan rencana tindakan keperawatan untuk

diagnosa yang etiologinya Ketidakberdayaan dan Peningkatan mobilitas fisik.

VI. EVALUASI

Page 13: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

1. Apakah semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali?

2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri,rasa marah dan hubungan interpersonal

dapat digali?

1. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respons tersebut tampak?

2. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat

dievaluasi sepenuhnya?

1. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri?

2. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping?

3. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien?

4. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien?

5. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi,konflik,dan

mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien?

6. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap

dunia pribadinya?

Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan

mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan

kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa

keperawatan dapat dirumuskan :Gangguan harga diri:Harga diri rendah berhubungan

dengan Ketidakberdayaan.

1. PENGKAJIAN

Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah:

Page 14: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi

situasi.

Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu

Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan

Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya

Apastis,pasif

Ekspresi muka murung

Bicara dan gerakan lambat

Nafsu makan tidak ada atau berlebihan

Tidur berlebihan

Menghindari orang lain.

2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Umum:

Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan

situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.

TUJUAN KHUSUS TINDAKAN

1.Pasien dapat membina

hubungan terapeutik

dengan perawat.

2.Pasien dapat mengenali

dan mengekspresikan

emosinya.

3.Pasien dapat

memodifikasi pola

kognitif yang negatif. 1.1.Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya

dan bersifat empati

Page 15: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri

perawat sendiri (misalnya:rasa marah,frustasi dan simpati)

1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang

sifatnya supportif

1.4.Beri waktu untuk pasien berespons.

2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien

2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,eksplorasi,

klarifikasi.

2.3.Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya

2.4.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya

yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.

Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya

yang berhubungan dengan ketidakmampuan.

3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa

memintanya untuk menyimpulkan.

3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk

menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.

3.3.Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.

3.4.Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuat

pasien.

3.5.Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat,penyimpangan

dan pendapatnya yang tidak rasional.

3.6.Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.

4.Pasien dapat

berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan

yang berkenaan dengan

Page 16: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

perawatannya sendiri.

5.Pasien dapat

termotivasi untuk aktif

mencapai tujuan yang

realistik. 3.7.Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau

perilakunya dan perubahan yang terjadi.

4.1.Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan

perawatannya yang ingin dicapai.

4.2.Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan

dirinya

4.3.Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan

4.4.Berikan ”reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat

4.5.Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau

penampilan yang bagus.

4.6.Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan

tersebut.

5.1.Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik.

Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu

5.2.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan

yang dapat dikontrolnya.

5.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.Dorong

untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan

berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan

pencapaiannya.

5.4.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu

pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.

Lampiran 2

Page 17: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

PENINGKATAN MOBILITAS FISIK

Peningkatan mobilitas fisik yang sering juga disebut dengan hiperaktif merupakan suatu

gangguan alam perasaan.

1. PENGKAJIAN

Perilaku yang sering timbul pada pasien ini adalah:

o Aktivitas motorik yang meningkat

o Ekspresi wajah riang yang berlebihan

o Banyak bicara dan pembicaraan mudah beralih dari satu topik ke topik lain

(flight of ideas)

o Kurang bertanggung jawab

o Mudah tersinggung dan terangsang

o Tingkah laku mengancam bahaya

o Tidak tahan kritik

o Tidak takut bahaya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Bila saudara menganalisa data-data yang dijumpai pada pasien dengan peningkatan

mobilitas fisik,maka diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan mobilitas fisik.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Umum:

Pasien tidak akan mengalami cedera fisik selama dirawat.

TUJUAN KHUSUS TINDAKAN

1.Pasien dapat membina

Page 18: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

hubungan saling percaya 1.1.Kenalkan diri pada pasien

1.2.Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak

menyangkal.

1.3.Bicara dengan tegas,jelas dan simpati.

1.4.Bersikap hangat dan bersahabat.

1.5.Temani pasien saat agitasi muncul dan hiperaktivitasnya

meningkat.

2.Pasien dapat

mengendalikan aktivitas

motorik.

3.Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya.

4.Pasien dapat menentukan

cara penyelesaian masalah

(koping) yang konstruktif.

5.Pasien mendapat dukungan

keluarga. 2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat

menurunkan aktivitas motorik.

2.2.Diskusikan dengan pasien manfaat pemberian obat

2.3.Ciptakan ruangan yang tenang dan tidak banyak rangsangan,

seperti musik yang lembut,penataan ruangan tidak banyak

peralatan.

2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh pasien,misalnya

mandi,makan,dll

2.5.Beri reinforcement positif bila pekerjaan/kegiatan tersebut

dapat diselesaikan

2.6.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan/aktivitas fisik

Page 19: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

untuk menyalurkan energinya,seperti menyapu, mengepel,

olahraga.

2.7.Beri reinforcement positif bila pasien dapat melakukan

kegiatannya tersebut.

2.8.Tetapkan batasan yang konstruktif terhadap tingkah laku

yang negatif

2.9.Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh anggota

tim kesehatan

2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi

diantara anggota tim kesehatan

2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif

lainnya.

3.1.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya yang menyakitkan

3.2.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan

keinginannya,perasaan dan pikiran dengan menggunakan

tekhnik komunikasi ”fokusing”

3.3.Berikan respons empati dan menerima pasien

3.4.Bantu pasien menurunkan tingkat ansietas.

4.1.Identifikasi bersama pasien cara yang biasa digunakan untuk

mengatasi perasaan kesal,marah atau sesuatu yang tidak

menyenangkan.

4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.

4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan

yang tidak menyenangkan.

4.4.Beri motivasi pasien agar memilih cara penyelesaian

masalah yang tepat serta diskusikan konsekwensi dari cara

yang dipilih.

4.5.Anjurkan pasien untuk mencoba cara tersebut.

Page 20: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan pasien.

5.2.Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat.

5.3.Bantu keluarga untuk merencanakan kegiatan yang sesuai

dengan keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart,Gail W.(2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5).Jakarta;EGC.

Alimul Hidayat,A.Azis.(2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep edika.

http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/askep-gangguan-alam-perasaan-wnes.html

Diposkan oleh anggreni di 17:50

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

►   2011 (3)

o ►   April (1)

Page 21: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

ASKEP DM PADA LANSIA

o ►   Maret (1)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK ”SW” KHUSUSNYA PAD...

o ►   Februari (1)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA POST SC

▼   2010 (9)

o ▼   Desember (1)

ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA)

o ►   November (5)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SULOSIO PLA...

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN EKLAMPSIA

Potongan Rambut yang Sesuai dengan Bentuk Wajah

LAPORAN PENDAHULUAN PROLAPS UTERI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI CA CERVIKS...

o ►   Oktober (3)

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI HYSTEREKTO...

Proses Kimiawi Jatuh Cinta Jika kita bertanya pada...

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-f...

Mengenai Saya

anggreni

biarkan orang lain yang menilainya

Lihat profil lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Page 22: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat

internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek, atau “eksternal display”. Sejak lama

dalam literatur psikiatri mood yang terganggu disebut gangguan afektif. Tapi kurang lebih

dalam 5 tahun terakhir, gangguan afektif ini diubah namanya dengan gangguan mood. Yang

paling utama dalam gangguan mood ini adalah mood yang menurun atau tertekan yang

disebut depresi, dan mood yang meningkat atau ekspansif yang disebut mania (manik).

Baik mood yang menurun atau terdepresi dan mood yang meningkat bersifat graduil ,

suatu kontinuum dari keadaan normal ke bent6uk yang jelas-jelas patologik. Pada

beberapa individu gejala-gejalanya bisa disertai dengan ciri psikotik.

Gejala-gejala ringan dapat berupa peningkatan dari kesedihan atau elasi normal sedang

gejala-gejala berat dikaitkan dengan sindrom gangguan mood yang terluhat berbeda secara

kualitatif dari proses normal dan membutuhkan terapi spesifik.

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang

manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk

menegakkan diagnosis depresi, selain PPDGJ-III (ICD-X) yang digunakan di RSJ-RSJ di

Indonesia. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan

dengan mood (seperti murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat

ditegakkan. Tapi bila gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik

seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus menerus, adanya

gejala depresi yang melatarbelakangi sering tidak terdiagtnosis. Ada masalah yang juga

dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalahguna alkohol atau napza

untuk mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku.

Gangguan depresi sering dijumpai. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10%-25%

dan pada laki-laki 5%-12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih

sering pada laki-laki terutama usia muda dan tua.

Page 23: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Penyebab depresi dan mania secara pasti belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga

berperan pada terjadinya gangguan mood ini, yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang

berakibat stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dll), faktor kepribadian,

genetik, dan biologik lain seperti ganggtuan hormon, keseimbangan neurotransmiter,

biogenik amin, dan imunologik..

Klasifikasi

Gangguan mood berbeda dalam hal manifestasi klinik, perjalanan penyakit, genetik, dan

respons pengobatan. Kondisi ini dibedakan satu sama lain berdasarkan: (1) ada tidaknya

mania (bipolar atau unipolar); (b) berat ringannya penyakit (mayor atau minor); (c)

kondisi medik atau psikiatrik lain sebagai penyebab gangguan. Maka diklasifikasikan

sebagai berikut:

(I) Gangguan mood mayor : depresi mayor dan/ atau tanda-tanda gejala manik. Gangguan

Bipolar I ( manik-depresi) – mania pada masa lalu atau saat ini ( dengan atau tanpa adanya

depresi atau riwayat depresi). Gangguan Bipolar II – hipomania dan depresi mayor mesti

ada saat ini atau pernah ada. Gangguan Depresi Mayor- hanya depresi berat saja.

(II) Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan/atau gejala-gejala dan tanda-tanda

manik. Gangguan distimia – depresi saja. Gangguan siklotimia – depresi dan hipomanik saat

atau baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun).

(III) Gangguan mood akibat kondisi medik umum dan gangguan mood akibat zat.

(IV) Gangguan penyesuaian dengan mood depresi : depresi yang disebabkan oleh stressor.

Gangguan mood akibat kondisi medik umum

Berbagai kondisi medik dapat secara langsung menimbulkan depresi mayor dan/atau

sindrom manik. Walaupun demikian, penderita-penderita yang akan berkembang

mengalami sindrom depresi tidak dapat kita prediksi. Beberapa penyakit mempunyai

kecenderungan yang tinggi untuk menimbulkan depresi. Misalnya, sekitar 50% atau

bahkan lebih penderita stroke mengalami depresi. Begitu pula dengan penderita kanker

pankreas dan sindrom Cushing. Penyakit lain jarang yang menimbulkan depresi secara

langsung. Hal ini berarti tidak semua kondisi medik umumdapat menimbulkan depresi

Page 24: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

atau manik. Gangguan mood sebagai reaksi terhadap penyakit tidak dapat dikategorikan

sebagai gangguan mood akibat kondisi medik umum.

Depresi

Tumor, terutama tumor otak dan paru, kanker pankreas (50% memperlihatkan gejala-

gejala psikiatri sebelum diagnosis ditegakkan).

Infeksi – influenza, mononukleosis, hepatitis.

Gangguan endokrin – penyakit Cushing (60% pasien, juga akibat steroid eksogen)

hipotiroid, hiperparatiroid, diabetes sindrom Turner.

Darah – anemia (terutama anemia pernisiosa).

Nutrisi dan elektrolit – pelagra, hiponatrium, hipokalemia, hiperkalsemia, ADH tak sesuai.

Lain-lain – MS, penyakit Parkinson, trauma kepala, stroke, depresi paskastroke , terutama

lobus frontal awal penyakit Hungtington, MI, sindrom prahaid, menopause (hilang dengan

estrogen).

Mania

Tumor – otak

Infeksi – ensefalitis, influenza, sipilis (20% pasien dengan parese umum

Lain-lain – MS, penyakit Wilson, trauma kapitis, epilepsi psikomotor, hipertiroid.

Teori neurobiologik

Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT).

Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar NE

otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada beberapa pasien kadar MHPG

(metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya

neurotransmiter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan peningkatan serotonin

(5-HT) dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa penurunan NE

menimbulkan depresi dan peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar

serotonin 5-HT rendah.

Mekanisme kerja obat antidepresan mendukung teori ini – antidepresan klasik trisiklik

Page 25: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

memblok ambilan kembali (reuptake) NE dan 5-HT dan menghambat momoamin oksidase

inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat

hipometabolisme otak di lobus frontalis menyeluruh pada depresi atau beberapa

abnormalitas fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi.

Neurotransmiter dan sinapsis

Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas

badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat

celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam

informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu

mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut

neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan

dilepaskannya molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah

sinaptik lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah

loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi

“supersensitivitas” dan “subsensitivitas”. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih

tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik

lebih banyak jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik

tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh

obat tertentu maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan

neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan

menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di celah sinaptik.

Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas enam

neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkholin dan

histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama,

tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin

disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam

kelompok itu. Serotonin juga dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT).

Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino. Asam amino

dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama dari asam amino ini

Page 26: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino

inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara

sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua

neurotransmiter tersebut.

Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada membran sel

paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin menurun

kadarnya pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi

disregulasi asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin

di celah sinaptik, terjadilah gejala depresi.

Monoamin dan Depresi

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan

berkurangnya monoamin, seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul

teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin,

terutama NE dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan

ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja

meningkatkan monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi.

Serotonin

Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri,

hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat

ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14

reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan syaraf

pusat.

Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin

yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik

sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin

bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang

terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia.

Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan

Page 27: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien

dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan

terhadap kekambuhan depresi.

Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan

temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin

rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri.

Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi.

Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi

dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan

fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan

dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif

yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan.

Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat penurunan

5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada

penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.

Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis.

Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan

penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon

serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan

serotonin pada depresi.

Noradrenergik

Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus

ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia,

hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan

(proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam

sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus ceruleus dan juga

berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus juga tempat

neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi

norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.

Page 28: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi

vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh

korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen

simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat

memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.

Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat

pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang

menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat

menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.

Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG).

Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi

MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada

penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita

depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).

Dopamin

Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbik,

mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi,

memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi

eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan

kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.

Neurotransmiter lain

Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan

mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar kolin

(prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis

kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang

normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan

mengurangi simptom mania.

GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin, terutama

Page 29: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

pada sistem mesokorteks dan mesolimbik. Pada penderita depresi terdapat penurunan

GABA. Stressor khronik dapat mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat

meningkatkan regulasi reseptor GABA.

Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang

terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4,

dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang

antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan.

HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal)

Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam

korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu, bagian

dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk

mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan

hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting

dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting

kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama

terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan balik”, yaitu

hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing hormone (CRH) , kemudian

mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisi juga menurunkan produksi

adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal

untuk mengurangi produksi kortisol.

Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal

perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood pada

masa dewasa.

Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang dialami

seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan peningkatan

sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stressor pada awal

masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem

neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang berfungsi merespon

respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stressor dan resiko

Page 30: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor meningkat, seperti terjadinya

depresi setelah dewasa.

Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk,

menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain itu ,

setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor.

Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan, mengakibatkan

hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf. Keadaan ini menjadi dasar

kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan hanya

oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.

Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal terhadap

stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan fisik

dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.

Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang terhadap

stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang tersebut

menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar

hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme “umpan balik” semakin

terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga

pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseorang mengalami depresi

mayor, bila berhadapan dengan stressor.

Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan kadar

kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi

prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan

hipokampus.

Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada

gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan dengan

adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason,

tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi CRH di

cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi, terjadi akibat tidak

berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui

dengan test DST (dexamethasone supression test).

Page 31: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Neurotransmiter pada Mania (Gangguan Bipolar)

Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk

komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal

sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan,

mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-

pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu

neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit

neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik

tersebut.

Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin,

norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian

juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada

timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin,

vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam

beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak

individu normal.

Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien

mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin

normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan

hiperaktivitas dan nsgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik

dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan

antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa

memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.

*****************

DAFTAR RUJUKAN

Andreasen,NC. Mood disorders.2001. Dalam : Brave new brain. Conquering mental illness

in t6he era of the genome. Oxford University Press 215-240.

Bhagwagar, ZB., Whale, R., Cowen, PJ. 2002. State and trait abnormalities in serotonin

Page 32: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

function in major depression. Br.J. Psycchiatry. 181:242-247.

Bonaventura, P., Voom,P., Luyten, WHML, Jurzak M, . 1999. Detailed mapping of serotonin

5-HT1B and 5-HT-1D reseptor messenger RNA and ligand binding sites in guinea-pig brain

and trigeminal ganlion:clues for fungtion. Neuroscience. 82: 469-484.

Dinan, TG. 1992. Glucocorticoid and the genesis of depressive illness. A psychobiological

model. Br.J.Psychiatry. 164:365-371.

Dum,AJ., Berridge,CW., 1990. Physiological and behaviural responses to CRF

administration: is CRF a mediator of anxiety or stress responses. Brain Res Rev 1990;

15:71-100.

Helm,C. Newport, DJ. Bonsall, R., Mileer, AH., Nemeroff,CB. 2001. Altered pituitary-adrenal

axis responses to provocative challenge test in adult survivors of childhood abuse.

American J. Psychiatry 2001 ; 158:575-581.

Jacobson, L., Sapolsky, R. The role of the hippocampus in feedback regulator of the

hypothalamic-pituitary-adrenocortical axis. 1991. Endoc.Rev. 12 : 118-134.

Joseph, R. Hippocampus. 1996. Dalam: Neuropsychiatry, Neuropsychology and Clinical

Neuroscience. Emotion, Evolution, Cognition, Language, Memory, Brain Damage, and

Abnormal Behaviour. Second ed. Williams & Wilkins, 193-216.

Nurmiati Amir, 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

Owens, MJ., Nemeroff, CB. I991. Physiology and pharmacology of CRF. Pharmacol Rev. 43:

425-473.

Post, RM., Gordon, EK, Goodween, FK. Bunney,WE. 1973. Central norepinephrine

metabolism in affective illness: MHPG in the cerebrospinal fluid. Science 1973; 179: 1002-

1003.

Thoenen, H., 1995. Neurotrophines and neuronal plasticity. Science. 1995. 270: 593-598.

Van Diyken, HH., De Goeij, DC, Mos J, De Kloet, ER, Tilder FJH . 1993. Short inescapable

stress produces long lasting change in the brain-pituitary-adrenal axis of adult male rates.

Neuroindocrinology 1993. 58: 57-84.

Page 33: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

1 Juni 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN

DEPRESI-MANIA

Rabu, Juni 01, 2011    No comments

Tweet

A.    PENGERTIAN

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi

seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasan adalah

gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania adalah suatu gangguan

alam perasaan yng ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau

keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi

dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda

gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual. Depresi adalah suatu gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yng berlebihan dan

berkepanjangan.

B.     RENTANG RESPONS EMOSIONAL

Page 34: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Responsive adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaanya.

Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu

yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan

dan menghalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti

melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.

Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptiuf, individu menyangkal,

menekan atau mengintemalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.

Bila anda merasa sangat marah / kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi

berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi

tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini

dapat terjadi beberapa tahun.

Mania/depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui

intensitas dan pengharuhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.

C.    FACTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

1.      Factor Predisposisi

Factor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis

keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri

dizigote

Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh

perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan

obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan

yang menyalahkan diri sendiri.

Page 35: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Teori kehilangan. Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang

tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai.

Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.

Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan

seseorang mengalami depresi atau mania.

Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang

dipengaruhi oleh penilaian negtif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

Model belajar ketidak berdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kjehilangan

kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudin individu

timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak

berupaya mengembangkan  respons yang adaptif.

Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian

(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan

Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi,

yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

2.      Faktor Presipitsai

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis,

psikologis dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang

disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan

ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,

termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor sosial budaya

meliputi kehilangan peran, perceraan, kehilangan pekerjaan.

D.    PERILAKU DAN MEKANISME KOPING

Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari

mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, dapat dilihat pada table 1.

Page 36: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi

agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pda reaksi kehilangan yang memanjang adalah

denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan

berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku

mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang

efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

  

Komponen Perilaku

Afektif

Gembira yang berlebihan

Harga diri meningkat

Tidak tahan kritik

Kognitif

Ambisi

Mudah terpengaruh

Mudah beralih perhatian

Wahain kesabaran

Ilusi

Flight ofideas

Gangguan penilaian

Fisik

Dehidrasi

Nutrisi yang tidak adekuat

Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat

Berat badan menurun

Page 37: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Tingkah laku

Agresif

Hiperaktif

Aktivitas motorik meningkat

Kurang bertanggung jawab

Royal

Irritable atau suka berdebat

Perawalan diri kurang

Tingkah laku seksual yang berlebihan

Bicara bertele-tele

  

Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Komponen Perilaku

Afektif

Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian,

kekesalan, marah, perasaan ditolak,

perasaan bersalah,  merasa tak berdaya,

putus asa, merasa sendirian, merasa rendah

diri, merasa tak berharga

Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu

Tidak mampu konsentrasi

Hilang perhatian dan motivasi

Menyalahkan diri sendiri

Page 38: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

Pikiran merusak diri

Rasa tidak menentu

Pesimis

Fisik

Sakit perut, anoreksi, mual, muntah

Gangguan pencernaan, konstipasi

Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing

Insomnia, nyeri dada, over acting

Perubahan berat badan gangguan selera

makan

Gangguan menstruasi, impotensi

Tidak berespon terhadap seksual

Tingkah laku

Agresif, agitasi, tidak toleran

Gangguan tingkat aktifitas

Kemunduran psikomotor

Menarik diri, isolasi sosial

Irritable (mudah marah, menangis,

tersinggung)

Berkesan menyedihkan

Kurang spontan

Gangguan kebersihan

Page 39: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

E.     ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI

1.      Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi dan

perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien.

2.      Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam

perasaan) anatara lain :

a.       Berduka disfungsional

b.      Ketidakberdayaan

c.       Peningkatan mobilitas fisik

d.      Gangguan pola tidur

e.       Resiko terhadap cedera

f.       Perubahan nutrisi

g.      Defisit perawatan diri

h.      Ansietas

3.      Perencanaan

Tujuan keperawatan

Tujuan umum : Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan

meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.

Tindakan keperawatan :

Pada dasarnya intervensi difokuskan pada :

a.       Lingkungan

Page 40: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

b.      Hubungan perawat-klien

c.       Afektif

d.      Kognitif

e.       Perilaku

f.       Sosial

g.      Fisiologis

Lingkungan

Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah

terjadinya kecelakaan. Karena klien mania memiliki daya nilai rendah, hiperaktif, senang

tindakan yang beresiko tinggi, maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,

yaitu dilantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang.

Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri, karena klien

merasa tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan.

Hubungan perawat-klien

Hubungan saling percaya yang terapeutik perku dibina dan dipertahankan. Bekerja

dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat, menerima, diam aktif, jujur dan

empati. Bicara lambat, sederhana dan beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.

Afektif

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama, merawat

klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap

perawat yang menerima klien, hangat, sederhana akan mengekspresikan perngharapan

pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan

menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien didorong untuk

Page 41: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal, hal ini

akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.

Kognitif

Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada tujuan dan

perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.

Cara mengubah pikiran yang negatif :

1.      Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif.

2.      Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan).

3.      Dorong klien menilai kembali persepsi, logika, rasional.

4.      Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif, dari tidak realistis

ke realistis.

5.      Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil. Beri penguatan dan pujian akan

keberhasilan.

Perilaku

Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realistik,

yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien

depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri

penguatan pada kegiatan yang berhasil.

Sosial

Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial, dengan cara :

1.      Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien.

2.      Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.

3.      Bombing klien melakukan hubungan interpersonal, dengan role model, role play.

Page 42: Depresi AKPER PEMKAB MUNA

4.      Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.

5.      Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien).

Fisiologis

Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klie.

Kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat, kebersihan dan penampilan diri perlu

mendapat perhatian perawat.

Kewaspadaan perawat

Dalam member asuhan keperawan kepada klien dengan gangguan alam perasaan

berat, perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh

diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila da resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat

secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan

ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan

bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi dan klien mempunyai

energi dan kesempatan untuk bunuh diri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat

mengancam kehidupannya

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_01.html#ixzz1vhbIIkkO