Depres i
-
Upload
ika-chaprianty-pasalli -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Depres i
DEPRESI
1. Deskripsi Penyakit
Menurut yang tercantum pada Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, 4th ed., text revision, depresi terbagi menjadi 2 tipe yaitu
kelainan depresi mayor dan kelainan distimik. Depresi mayor adalah
keadaan klinis yang ditandai dengan satu atau lebih episode depresi
tanpa riwayat mania, gabungan depresi-mania, atau hipomania. Kelainan
distimik adalah gangguan suasana hati dan sekurangnya dua gejala lain
dan kelainan ini pada umumnya lebih ringan dibandingkan kelainan
depresi mayor.
a. Manifestasi klinis
Gejala emosional, antara lain meliputi berkurangnya kemampuan
untuk merasakan kesenangan, kehilangan minat terhadap aktivitas
yang biasa dilakukan, kesedihan, kelihatan pesimis, sering
menangis, putus harapan, ansietas, perasaan bersalah, dan tanda-
tanda psikosis.
Gejala fisik, meliputi keletihan, kesakitan (terutama sakit kepala),
gangguan tidur, gangguan pada nafsu makan, kehilangan minat
seksual, dan keluhan mengenai saluran cerna, dan kardiovaskular.
Gejala intelektual atau kognitif meliputi penurunan kemampuan
untuk berkonsentrasi atau keterlambatan proses berpikir, ingatan
yang lemah terhadap kejadian yang baru terjadi, kebingungan, dan
ketidakyakinan.
Gangguan psikomotor, meliputi retardasi psikomotor atau agitasi
psikomotor.
2. Terapi
a. Tujuan Terapi
Tujuan terapi depresi akut adalah untuk mengeliminasi atau
mengurangi gejala depresi, meminimalkan efek samping, memastikan
kepatuhan terhadap pengobatan, membantu pengembalian ke tingkat
fungsi sebelum sakit, dan mencegah episode depresi lebih lanjut.
b. Terapi non farmakologi
Efikasi psikoterapi dan obat antidepresn dapat dikatakan saling
menambahkan. Psikoterapi saja tidak disarankan untuk terapi akut
pada pasien dengan kelainan depresi mayor berat dan/atau
psikosis. Untuk kelainan depresi mayor non kronis tanpa
komplikasi, terapi kombinasi tidak akan memberikan manfaat
khusus. Terapi kognitif, terapi tingkah laku dan psikoterapi
interpersonal diduga memiliki efikasi yang setara.
Terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsive Therapy) merupakan
terapi yang aman dan efektif untuk semua sub tipe gangguan
depresi mayor. Terapi ini diberikan jika diharapkan respon yang
cepat, terapi lain memberikan resiko yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya, pemberian obat tidak memberikan respon yang baik,
atau prefensi pasien terhadap ECT.
Terapi cahaya yaitu pasien melihat ke dalam suatu kotak lampu,
dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan afektif musiman.
c. Terapi farmakologi
Secara umum, obat antidepresan memiliki efekasi yang setara jika
diberikan pada dosis yang sebanding.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan obat antidepresan meliputi :
riwayat pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga terhadap
respon obat, subtipe depresi, riwayat medis pada saat itu, potensi
terjadinya interaksi obat-obat, profil efek samping obat, dan biaya
obat.
Antara 65% - 70% pasien dengan depresi mayor dapat membaik
dengan pemberian obat.
Depresi melankolik terlihat memberikan respon yang baik dengan
pemberian obat antidepresan trisiklik, penghambatan ambilan
kembali serotonin secara selektif.
Pemberian obat penghambat monoamin oksidase memberikan
respon yang baik pada pasien dengan depresi atipikal.
Pasien yang gagal meberikan respon terhadap antidepresan
trisiklik, kemungkinan dapat memberikan respon yang baik
terhadap SSRI, dan juga sebaliknya.
Individu yang mengalami depresi psikosis pada umumnya akan
memerlukan ECT atau terapi kombinasi antara obat antidepresan
dan obat antipsikotik.
d. Klasifikasi Obat
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
SSRI menghambat ambilan kembali dari 5-HT oleh neuron
prasinaptik.
Contohnya yaitu sitalospram (Cipram dosis awal 20 mg/hari, dosis
lazim 20-60 mg/hari), escitalopram (Cipralex 10mg/hari, dosis lazim
10-20 mg/hari) , fluoksetin (Andep dosis awal 10-20 mg/hari, dosis
awal 10-80 mg/hari), fluvoksamin (Luvox dosis awal 50 mg/hari,
dosis lazim 50-300 mg/hari), paroksetin (Seroxat dosis awal 20
mg/hari, dosis lazim 20-50 mg/hari), dan setralin (Antipres dosis
awal 50 mg/hari, dosis lazim 100-200 mg/hari).
Efek samping seperti kardiovaskular, sedasi, dan antikolinergik
pada pemberian obat ini lebih sedikit dibandingkan antidepresan
trisiklik. SSRI tidak terkait dengan penambahan berat badan. Efek
samping utama dari SSRI meliputi mual, muntah, diare, dan
disfungsi seksual, sakit kepala, insomnia, dan keletihan.
Antidepresan trisiklik
Antidepresan trisiklik efektif dalam mengatasi semua subtipe
depresi terutama subtipe melankolik yang berat. Dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
- Amin tersier, contoh : amitriptilin (Trilin dosis awal 50-75
mg/hari, dosis lazim 100-300 mg/hari), klomipramin (Anafranil
dosis awal25 mg/hari, dosis lazim 100-250 mg/hari), doksepin
(Segalon dosis awal 50-75 mg/hari, dosis lazim 100-300
mg/hari), imipramin (Tofranil dosis awal 50-75 mg/hari, dosis
lazim 100-300 mg/hari)
- Amin sekunder, contoh : Desipramin (dosis awal 50-75 mg/hari,
dosis lazim 100-300 mg/hari), nortriptilin (Motival dosis awal 25-
50 mg/hari, dosisi lazim 50-150 mg/hari), dan amoksapin
(Asendin dosis awal 50-150 mg/hari, dosis lazim 100-400
mg/hari).
Jalur metabolisme utama dari antidepresan trisiklik adalah
demetilasi, hidroksilasi, dan konugasi glukuronida. Pada rentang
dosis lazim, profil metabolisme terlihat linier, tetapi ketika kaitan
kinetika dosis tidak dapat dipastikan pada pasien usia lanjut.
Beberapa faktor yang dilaporkan berpengaruh pada konsentrasi
plasma antidepresan trisiklik meliputi keadaan sakit, genetik,
usia, merokok, dan pemberian obat lain pada saat yang sama.
Efek sampingnya yaitu
- antikolinergik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,
retensi urin, takikardia, dan gangguan memori), dan sedasi
sering terjasi pada pemberian antidepresan trisiklik amina tersier
dibandingkan pada pemberian amina sekunder.
- Hipotensi ortostatik dan sinkop yang merupakan efek antagonis
pada alfa 1 adrenergik.
- Keterlambatan konduksi jantung dan blok jantung, terutama
pada pasien dengan riwayat gangguan konduksi.
- Peningkatan berat badan, keringat berlebihan, dan disfungsi
seksual.
Penghambat ambilan serotonin / norepinefrin
Contohnya yaitu venlafaksin (Efexor XR dosis awal 75 mg/hari,
dosis lazim 75-375 mg/hari)
Venlafaksin dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
diastolik, efek ini terkait dengan dosis. Penurunan dosis atau atau
penghentian pemberian venlafaksin perlu dilakukan jika terjadi
hipertensi yang berkepanjangan.
Penghambat MAO
Fenelzin (dosis awal 15mg/hari, dosis lazim 15-90 mg/hari) dan
tranilsipromin (dosis awal 20 mg/hari, dosis lazim 20-60 mg/hari)
meningkatkan konsentrasi NE, 5-HT, dan DA dalam sinaps neuron
melalui penghambatan sistem enzim monoamin oksidase.
Efek samping yaitu :
- Hipotensi postural, yang dapat diminimalkan dengan pemberian
dosis terbagi dalam sehari. Efek samping antikolinergik sering
terjadi, namun lebih ringan.
- Fenelzin menyebabkan efek sedasi ringan sampai sedang,
sedangkan tranilsipromin seringkali memberikan efek stimulasi
sehingga dosis akhir disarankan untuk diberikan pada sore hari
(tidak mendekati waktu tidur).
- Fenelzin juga dikaitkan dengan efek samping kerusakan sel
hati dan peningkatan berat badan.
- Krisis hipertensi merupaka efek samping berpotensi fatal yang
dapat terjadi ketika penghambat MAO diberikan bersamaan
dengan makanan tertentu terutama makanan yang mengandung
tiramin yang tinggi, maupun dengan obat tertentu. Gejala krisis
hipertensi termasuk sakit kepala oksipital, kaku leher, mual,
muntah, berkeringat, dan peningkatan tekanan darah yang
tajam.
Triazolopiridin
Trazodon (dosis lazim 300-600 mg/hari) dan nefazodon (Trazone
dosis lazim 150-400 mg/hari) bersifat antagonis pada reseptor 5-HT
2 dan menghambat ambilan kembali 5-HT. Keduanya memiliki
afinitas yang tidak berarti terhadap reseptor kolinergik dan
histaminergik.
Efek samping yaitu :
- Trazodon dan nefazodon menyebabkan efek antikolinergik dan
gastrointestinal yang minimal. Sedasi, pusing, dan hipotensi
ortostatik merupakan efek samping terkait dosis yang paling
sering terjadi.
- Efek samping berupa gangguan hati merupakan peringatan
ytang baru saja ditambahkan pada informasi peresepan untuk
nefazodon. Nefazodon tidak boleh diberikan pada individual
dengan penyakit hati yang aktif atau pada pasien dengan
peninngkatan serum transaminase dari nilai awal.
Kelompok Pasien Khusus
1. Pasien usia lanjut
SSRI seringkali dijadikan pilihan pertama antidepresan untuk
pasien usia lanjut. Hal ini memungkinkan pasien untuk
terhindar dari efek samping yang umum terjadi dengan
pemberian antidepresan trisiklik.
Pada pasien usia lanjut yang sehat, antidepresan trisiklik
amina sekunder (desipramin dan nortriptilin) dapat diberikan
(dengan perhatian khusus) karena golongan obat ini memiliki
rentang konsentrasi terapeutik yang telah dipastikan, efikasi
yang baik, dan profil efek samping yang telah diketahui.
Nefazodon, bupropion, dan venlafaksin dapat juga dipilih
karena memberikan efek antikolinergik yang lebih ringan dan
kejadian efek samping kardiovaskular yang lebih jarang.
2. Anak dan remaja
Fluoksetin adalah satu-satunya obat antidepresan yang
disetujui oleh FDA untuk terapi depresi pada pasien usia
kurang dari 18 tahun.
FDA mengharuskan seluruh obat antidepresan yang beredar
mencantumkan peringatan terkait penggunaan antidepresan
pada populasi ini.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG sebelum
memulai terapi antidepresan trisiklik pada anak dan remaja,
dan juga pemeriksaan EKG tambahan disarankan pada saat
konsentrasi plasma mencapai kadar tunak.
3. Kehamilan
Terapi non farmakologi merupakan pilihan utama untuk
penanganan pasien depresi dengan kehamilan.
Tidak ada efek teratogenik mayor yang dijumpai dengan
pemberian SSRI atau antidepresan trisiklik.
Jika antidepresan trisiklik hendak dihentikan pada masa
kehamilan, penghentian harus dilakukan secara bertahap
untuk menghindari terjadinya gejala putus obat. Jika
memungkinkan penurunan dosis secara bertahap dimulai 5-
10 hari sebelum hari yang ditetapkan untuk sama sekali
berhenti.
4. Pasien yang mengalami kekambuhan
Kebanyakan pasien depresi yang resisten terhadap
pengobatan mendapatkan terapi yang tidak adekuat.
Antidepresan yang dipakai saat ini dapat dihentikan dan
dapat diberikan obat lain dengan struktur kimia yang tidak
terkait.
Antidepresan yang dipakai saat ini efeknya dapat
dipotensiasi dengan penambahan litium, liotironin, dan
antipsikotik atipikal.
Pendekatan yang ketiga adalah menggunakan dua kelas
antidepresan yang berbeda secara bersamaan. Kombinasi
SSRI dan antidepresan trisiklik tidak boleh digunakan.
Penggunaan 2 macam obat tidak disarankan jika pemberian
1 macam obat telah mencukupi.