DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity...

6
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK DONESIA NOMOR : 1002/KM K .04/1984 TENTANG PENENTUAN PERBANDINGAN ANTA HUTANG DAN MODAL SENDI UNTUK KEPERLU PENGENAAN PAK PENGHASIN. · _ Menbang Menngat · Menek MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa besamya perbaningan antara hutang dan modal sendi yang diperbolean unt kepeuan pengenaan pajak merupan petun- ju mengenai keadaan perusahaan dan hus diperhatikan dalam penghit u ngan Pajak P. eng- hasilan; b. bahwa oleh kmna itu dipandang peu menge- luarkan keputusan tentg besya perban- dingan antara hutang dan modal sendi; Pasal · 18 ayat (1) Undang-undang Pajak Peng- hasilan 1 984; MEM UTUSKAN KEPUTUS MENTER! KEUG REPUBLIK IN- DONESIA TENTG PENENTU PERBANDING T ARA HUTG DAN MOD SENDI UNTUK KEPERLU PENGEN PAK PENGHASI. P 1 Unt kepeuan penghitungan Pajak Pengsilan besya perban- dingan anta hutg dan modal sendi (debt equity ratio) ditetap- kan seting-tingnya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). P 2 ( 1 ) Hutang sebagaimana dimsud dal Pas 1 adal sdo rata- 26 3 9

Transcript of DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity...

Page 1: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

d •r. ""

(> ?� M � rn � � � . 1•1 00 tO � m m

i;-f r l � .,

� � � .ri: � () � G U � � n

\ · · l•·f (J' If\ M m ,,,

� � : I � . 0 � p �� 0< "' .,

�ij f:; p,

:·l

2638

� " " "

ll � :: � ii � " " � ll � " � II f• " I! Z u w � � " u II �l " � II m " " " " " " " " " " n " " " " " "

.n " " " " " " " " " " " " " " " " I " " I " I I I " " " " " " " " " " " " " " I " I I

�.::: i� f� �� �� I'! iJ

II Z li � JI �: !I l•l :: � I I I ti \-l II � 11 �. I! �

:: � 1 " I " I I I I " " " I " I " " " " "

1: '."<'

" I I " il �� !

� �

... �

� •

� a

" ' d r: ri··"' 1·1 :1 �' NI r: Ul r1 ·� ;1 :-, t-orn ti) u CD r: .... C: r1 rJ 0. ... ,-: � .o .�· i:: �(I �I I <'I <IJ r. �1 � �" .... � ru '-' Vl ttJ flS )!

B � ·�!:� ::1 .a tll

�;· �1 -� � ."I. fl Ir) ··� ··-" err.:..-.. r: c t'l r! !'! ('j "tl ·.-1 � �-. "

d i:: :j f1' rA r'J r-: �.J ti') µ ' . ru ru :ti

'O ''I p.1�1

� -� .g r.� Q) i.' cu c �.., (1, •'1

" " H \'I ., l•ll "

. ,

··< ,, ,, ru 0 c: v

.,

" � .,

.. ,: '"

" ,•

"

H ,.,

::.i �-�

!· .• r.� ., '·

�� 1 : � .

;o

g · � "d · •

a - �

,,

� " "'

. ,, tO /,;

.. , · < ,, :> " ,.

''·

0 ,,

" " "" " ru� ,., r1

. ,., � w

� r� "' '· '

I t: .,,

"

. .. '" H ., " ., ,. H i:: ··' llj

/') 1.1 '"

tr. «O •' M' I• !.' � l .. ; ... .

I• tJ :.: I• v v

"' ·�

l•

i'i "

:,;

� � ·�

t �

,.,

'

�� � "

...

'" {�

,, :> 'J '"

,'I.

d ..

" c:: (\! , .. r: tf' ::1 t: �·r. t'U � 'I rJ

n rJ li G oi � ,,,

"'

�- I.< 1 :-- ·.� �' ! 0 :I tl'l �·!) L: ''l 'U t: ••I ···: <'..'

�- . !� c: :; "' ro r·. c ,• : : �· • J E! ., " "

(\, c: ('\ •·I N'

1-1 I! r.: � 1·: !!l 1.1 ,, :1

.·,; J "11 !\1 : • �. '. )I ::: . , . • ,, 1.;

( � ( . "'

Ol r·;

:,1 . l

. ,

:� ,.,

" ·� " ,,

,,

� � c �

� � � " d "

r.: � .... 1-c"J I� (10 l:: 'JJ rl 1'!1 � :1 t-Ot"' r: LI t(I :· ::> r.: rn i·� Cl.,, �·: l-1 I: ru :lt '.'! ·.� r:: ';'(I .::i I rJ Ill U r.: :-: � .,. f\l \.! p, 111 c•! ro · ::1 ]..1 ·•·" u � r.: �-· �- ·� -� !;. ·.! n ,.., � ,.1 � r.: r.: r: .. , '·'' !;' -�· :: [\/'I '>, .,/ r.: r.: ,, I� "� l'I �) IJ (/J LI 1•: rJ r\1 Qt tl II? (',

�� ·� g : : L: f".l t: 1J w \1.! t! .,..: ... ,.., n . .. ,

" n "' c , ., " "

:.'

n "

"'

"

,., !l. '

,. r·� :�

" ,,

• " • 1ll " • • I • • " I " " " " " " " " " " " " " • " " " " " " ' • " • • " . • • " • " • " " " " I " " ' " " " " " • ' • " • • • . • • . • I " I • ' • " I " • " " " " " ' " I " ' ' " " " " . " • • • I • • " I • " " " • " " " " . • ' • ' • . . " ' " . I 1: "

z 0 ;-c u H

[j GI

q f:1 �1 H: !'� I• q "• n.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK iNDONESIA NOMOR : 1002/KMK.04/1984

T E N T A N G

PENENTUAN PERBANDINGAN ANTARA HUTANG DAN MODAL SENDIRI UNTUK KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN.

·_Menimbang

Mengingat

· Menetapkan

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa besamya perbanciingan antara hutang dan modal sendiri yang diperbolehk:an untulc keperluan pengenaan pajak merupakan petun­julc mengenai keadaan perusahaan dan harus diperhatikan dalam penghitungan Pajak P.eng­hasilan;

b. bahwa oleh kmna itu dipandang perlu menge­luarkan keputusan tentang besarnya perban­dingan antara hutang dan modal sendiri;

Pasal · 18 ayat (1 ) Undang-undang Pajak Peng­hasilan 1984;

MEM UTUSKAN

KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IN­DONESIA TENTANG PENENTUAN PERBANDINGAN ANT ARA HUT ANG DAN MODAL SENDIRI UNTUK KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN.

Pasal 1 Untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan besarnya perban­dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap­kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ).

Pasal 2 ( 1 ) Hu tang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah saldo rata-

2639

Page 2: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

. . --- ··-· rata pada tiap akhir bulan yang dihitung dari semua hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, selain hutang dagang. · 1 (2) Modal sendiri sebagaimana dimaksud dalain Pasal I adalahjumlah; modal yang disetor pada akhir tahun pajak termasuk la�a yang tidak dan/atau belum dibagikan.

Pasal 3Dalam hal besarnya perbandingan hutang dan modal sendiri melebihi besarnya perbandingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, bunga yang dapat dikurangkan sebagai biaya adalah sebesar bunga atas hutang yang perbandingannya terhadap modal sendiri sesuai dengan perbandmgan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.

Pasal 4Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Keputusan ini dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2�40

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 8 Oktober 1984

MENTER! KEUANGAN,

RADIUS PRAWIRO

P E NJE L AS A N

A T AS

KJ:;PUTUSAN MENTERI KEU ANGAN REPUBLIK �DONESIA No, : 1002/KMK.04/1984 Tanggal : 8 Oktober 1984

T E N TAN G

PENENTU AN PERBANDINGAN ANTARA HU TANG DAN MODAL SENDIRI U NTU K KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN

J. UM UM

Untuk menghindarkan terjadinya pembebanan biaya yang tidak wajar sebagai akibat adanya modal sendiri yang terselubung di­dalam perkiraan hutang perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan, bahwa bunga yang dicantumkan sebagai biaya sebagian terdiri dari laba terselubung yang seharusnya tidak boleh dibebankan.

II. Pasal 1

Perbandingan antara hutang dan modal sendiri sebesar rupakan batas tertinggi yang diperkenankan.

Pasal 2

Ayat (1)

, me-

Untuk kepeduan penghitungan pajak penghasilan saldo rata­rata hutang pada tiap akhir bulan selama satu tahun mem­berikan gambaran yang lebih baik tentang besarnya hutang dalam tahun yang bersangkutan, daripada saldo hutang pada akhir tahun dalam menentukan besar perbandingan (ratio) antara hutang dan modal sendiri. Dengan hutang jangka panjang, dimaksud disini hutang dengan jangka waktu pelunasan pinjaman selama lebih

dari .;atu tahun Dengan hutang Jangka pendek, dimaksud disini hutang dengan jangka waktu pelunasan pinjaman selama kurang atau sama dengan satu tahun.

2641

Page 3: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

. . --- ··-· rata pada tiap akhir bulan yang dihitung dari semua hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, selain hutang dagang. · 1 (2) Modal sendiri sebagaimana dimaksud dalain Pasal I adalahjumlah; modal yang disetor pada akhir tahun pajak termasuk la�a yang tidak dan/atau belum dibagikan.

Pasal 3 Dalam hal besarnya perbandingan hutang dan modal sendiri melebihi besarnya perbandingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, bunga yang dapat dikurangkan sebagai biaya adalah sebesar bunga atas hutang yang perbandingannya terhadap modal sendiri sesuai dengan perbandmgan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.

Pasal 4 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Keputusan ini dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2�40

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 8 Oktober 1984

MENTER! KEUANGAN,

RADIUS PRAWIRO

P E NJE L AS A N

A T AS

KJ:;PUTUSAN MENTERI KEU ANGAN REPUBLIK �DONESIA No, : 1002/KMK.04/1984 Tanggal : 8 Oktober 1984

T E N TAN G

PENENTU AN PERBANDINGAN ANTARA HU TANG DAN MODAL SENDIRI U NTU K KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN

J. UM UM

Untuk menghindarkan terjadinya pembebanan biaya yang tidak wajar sebagai akibat adanya modal sendiri yang terselubung di­dalam perkiraan hutang perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan, bahwa bunga yang dicantumkan sebagai biaya sebagian terdiri dari laba terselubung yang seharusnya tidak boleh dibebankan.

II. Pasal 1

Perbandingan antara hutang dan modal sendiri sebesar rupakan batas tertinggi yang diperkenankan.

Pasal 2

Ayat (1)

, me-

Untuk kepeduan penghitungan pajak penghasilan saldo rata­rata hutang pada tiap akhir bulan selama satu tahun mem­berikan gambaran yang lebih baik tentang besarnya hutang dalam tahun yang bersangkutan, daripada saldo hutang pada akhir tahun dalam menentukan besar perbandingan (ratio) antara hutang dan modal sendiri. Dengan hutang jangka panjang, dimaksud disini hutang dengan jangka waktu pelunasan pinjaman selama lebih

dari .;atu tahun Dengan hutang Jangka pendek, dimaksud disini hutang dengan jangka waktu pelunasan pinjaman selama kurang atau sama dengan satu tahun.

2641

Page 4: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

Dengan hutang dagang dimaksud disini hutang atas barangdagangan dan atas pembelian baiian baku untulc pengolahanindustri, yang jangka waktunya · tidak melampaui ···enam bulan dan biasanya tidak memperhituhgkan bunga atas kredit pembelian tersebut. Hutang Dagang ini, tidak dimasukkan pada penghitungan saldo akhir hutang tiap-tiap bulari. Demi­kian pula penghitungan saldo akhir hutang tiap-tiap' bulanseperti yang diuraikan di atas.

Ayat (2) Dengan modal sendiri dimaksud jumlah yang benar-benartelah disetor kedalam perusahaan pada akhir tahun, jadibukan besar modal statuter (modal menurut akte pendirian)dan bulcan modal yang ditempatkan. Dalam menghitung modal sendiri, ditambahkan pula labayang belum dibagikan.

Pasal 3

Untulc dapat menghitung besarnya bunga yang diperboleh­kan dibebankan sebagai biaya, dalam menghitung besamyapenghasilan yang terhutang pajak, dengan cara menghitungbesarnya perbandingan hutang dan modal sendiri terlebih dahulu, diberikan contoh sebagai berikut : CONTOH: Mutasi hutang pada perusahaan X adalah sebagai berikut : 1-1-1984 Saldo hutang: - Jangka panjang =Rp. lDO juta - jangka pendek =Rp. 150 juta

Rp. 250 juta Diketahui bahwa mutasi hutang dalam tahun 1984 adalah sbb : 10- l-1984penambahan hutang jangka pendek Rp. 5- 2-1984 penambahan hutang dagang Rp. 10- 3-1984 hutang dagang Rp. 7- 4-1984penambahan hutang pajak Rp. 20- 6-1984penambahan hutang jangka panjang Rp. 12- 9-1984penambahan hutang jangka pendek Rp.

2642

75 juta 100 juta

20 juta 25 juta

200 juta 60 juta

l0-10-1984 pengurangan hutang jangka pendek 8:11-1984--hutang klaim atas barang yang dijual

10-11-1984.pengurangan hutang jangka panjang ' 20-12-1984 hutang dagang

penambahan hutang jangka pendek

Rp. SO juta Rp. _ 5 juta Rp .. ; 35 juta Rp. 100 juta Rp. "'juta

Diketahui pula bahwa :

Modal statuter ........................................... =Rp. 100 juta Modal ditempatkan ........... .'....................... =Rp. 80 juta Modal disetor ........................................................... = Rp. Cadangan laba ........................................... =Rp. 50 juta Laba yang ditahan (termasuk laba tahun her- =Rp. 25 juta jalan).

= Rp.

75 juta

75 juta

Jumlah modal sendiri ........................................... . = Rp. 150 juta

Dengan demikian maka : '

Rata-rata hutang yang menjadi dasar. penghitungan besarnya perbandingan antara hutang dan modal sendiri adalah :

Saldo hutang per 311-1984 = sda 29 2 1984 = sda 31 3-1984 sda 30 4-1984 = sda 31-5-1984 = sda 31-6-1984 = sda 31-7-1984 = sda 31-8-1984 ::o sda 30-9-1984 = sda 31-10-1984 = sda 30-11-1984 = sda 31 12-1984 =

Rp. 325 juta ( = 250+75) Rp 325 juta Rp. 325 juta Rp 360 juta Rp. 160 juta Rp. 560 juta ( =360+200) Rp 560 juta Rp. 560 juta Rp. 620 juta ( = 560+60) Rp 570 juta ( = 620 - 50) Rp 535 juta ( = 570 35) Rp. 540 juta ( = 535+5)

= Rp 5.640 juta

R ata-rata hutang =Rp. 5.640 j1.:ta = Rp. 470 juta ---12

---. - -=--=--=--=--=--=--=--

Perbandingan hutang dan modal yang diperbolehkan adalah = 3 : 1

J adi hutang yang diperkenankan dan bunganya boleh dikurangkan sebagai biaya = 3 X Rp. 150 juta = Rp. 450 juta.

Sedangkan bunga dari hutang selebihnya, yaitu dari hutang sebesar

2643

Page 5: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

Dengan hutang dagang dimaksud disini hutang atas barang dagangan dan atas pembelian baiian baku untulc pengolahan industri, yang jangka waktunya · tidak melampaui ···enam bulan dan biasanya tidak memperhituhgkan bunga atas kredit pembelian tersebut. Hutang Dagang ini, tidak dimasukkan pada penghitungan saldo akhir hutang tiap-tiap bulari. Demi­kian pula penghitungan saldo akhir hutang tiap-tiap' bulan seperti yang diuraikan di atas.

Ayat (2) Dengan modal sendiri dimaksud jumlah yang benar-benar telah disetor kedalam perusahaan pada akhir tahun, jadi bukan besar modal statuter (modal menurut akte pendirian) dan bulcan modal yang ditempatkan. Dalam menghitung modal sendiri, ditambahkan pula laba yang belum dibagikan.

Pasal 3

Untulc dapat menghitung besarnya bunga yang diperboleh­kan dibebankan sebagai biaya, dalam menghitung besamya penghasilan yang terhutang pajak, dengan cara menghitung besarnya perbandingan hutang dan modal sendiri terlebih dahulu, diberikan contoh sebagai berikut : CONTOH: Mutasi hutang pada perusahaan X adalah sebagai berikut : 1-1-1984 Saldo hutang: - Jangka panjang =Rp. lDO juta - jangka pendek =Rp. 150 juta

Rp. 250 juta Diketahui bahwa mutasi hutang dalam tahun 1984 adalah sbb : 10- l-1984penambahan hutang jangka pendek Rp. 5- 2-1984 penambahan hutang dagang Rp. 10- 3-1984 hutang dagang Rp. 7- 4-1984penambahan hutang pajak Rp. 20- 6-1984penambahan hutang jangka panjang Rp. 12- 9-1984penambahan hutang jangka pendek Rp.

2642

75 juta 100 juta

20 juta 25 juta

200 juta 60 juta

l0-10-1984 pengurangan hutang jangka pendek 8:11-1984--hutang klaim atas barang yang dijual

10-11-1984.pengurangan hutang jangka panjang ' 20-12-1984 hutang dagang

penambahan hutang jangka pendek

Rp. SO juta Rp. _ 5 juta Rp .. ; 35 juta Rp. 100 juta Rp. "'juta

Diketahui pula bahwa :

Modal statuter ........................................... =Rp. 100 juta Modal ditempatkan ........... .'....................... =Rp. 80 juta Modal disetor ........................................................... = Rp. Cadangan laba ........................................... =Rp. 50 juta Laba yang ditahan (termasuk laba tahun her- =Rp. 25 juta jalan).

= Rp.

75 juta

75 juta

Jumlah modal sendiri ........................................... . = Rp. 150 juta

Dengan demikian maka : '

Rata-rata hutang yang menjadi dasar. penghitungan besarnya perbandingan antara hutang dan modal sendiri adalah :

Saldo hutang per 311-1984 = sda 29 2 1984 = sda 31 3-1984 sda 30 4-1984 = sda 31-5-1984 = sda 31-6-1984 = sda 31-7-1984 = sda 31-8-1984 ::o sda 30-9-1984 = sda 31-10-1984 = sda 30-11-1984 = sda 31 12-1984 =

Rp. 325 juta ( = 250+75) Rp 325 juta Rp. 325 juta Rp 360 juta Rp. 160 juta Rp. 560 juta ( =360+200) Rp 560 juta Rp. 560 juta Rp. 620 juta ( = 560+60) Rp 570 juta ( = 620 - 50) Rp 535 juta ( = 570 35) Rp. 540 juta ( = 535+5)

= Rp 5.640 juta

R ata-rata hutang =Rp. 5.640 j1.:ta = Rp. 470 juta ---12

---. - -=--=--=--=--=--=--=--

Perbandingan hutang dan modal yang diperbolehkan adalah = 3 : 1

J adi hutang yang diperkenankan dan bunganya boleh dikurangkan sebagai biaya = 3 X Rp. 150 juta = Rp. 450 juta.

Sedangkan bunga dari hutang selebihnya, yaitu dari hutang sebesar

2643

Page 6: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1KMK.04...dingan antara hutang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetap kan setinggi-tingginya tiga dibanding satu ( 3 : 1 ). Pasal 2 (

Rp. 20 ju ta Rp ( = 4 70 - 45 0 ) ju ta tidak diperbolehkan dikurangkan sebagai biaya.

Bunga yang dibebankan dalam laporan keuangan 1984 misalkan = ·

Rp. 94 juta.

* Bunga yang diperbolehkan dibebankan sebagai biaya =

Rp. 450 jutaX Rp. 94 juta = Rp. 90 juta.

R.P,475Tuta-* Bunga yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya =

!3:�J_Ql_��� Rp. 94 ju ta = Rp. 4 juta.

Rp. 470juta

Pasal 4

Cukup jelas

2644

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR I 1015/KMK.OS/1984

. . T E N T A N G

KERINGANAN BEA MASUK DAN PAJAK PENJUALAN IMPOR

ATAS PEMASUKAN KERTAS DAN KERTAS KARTON SEBAGAI

BAHAN BAKU UNTUK INDUSTRI ROKOK.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Mernbaca : Nota Dinas Direktur Jenderal Bea dan Cukai No : ND-1758/BC.424/1984 tanggal 11 Sep­tember 1984.

Menirnbang : bahwa untuk pembuatan kemasan rokok yang

Mengingat

berfungsi sebagai pelindung dalarn produknya diperlukan jenis �rtas kemasan yang berkwalitas tinggi dan masih di impor oleh PT. Gudang Garam, sehingga dipandang perlu untuk rnemberikan keringanan Bea Masuk dan PPn lmpor atas pemasukannya.

1. Undang-undang Tarip Indonesia Stbl. 1924 No. 487 sebagaimana telah diubah dan di­tambah;

2. Ordonansi Bea Stbl 1931 No. 471 sebagai­mana telah diubah dan ditarnbah;

3. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1969 (Lembaran Negara tahun 1969 No. 7) jo. , Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1973 (Lembaran Negara tahun 1973 No. 4);

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik In­donesia No. : KEP-38/MK/111/1/1973 tang­gal 31 J anuari 1973 jo. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. : KEP-39/ MK/11/1/1973 tanggal 31Januari1973.

2645