Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

40
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU) SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2008 ATAS PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA TAHUN ANGGARAN 2006 DAN 2007 PADA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA DAN PEMEGANG KUASA PERTAMBANGAN DI SAMARINDA AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA IV Nomor : 18 /LHP/XVII/02/2009 Tanggal : 23Februari 2009

Transcript of Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

Page 1: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

(PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU)

SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2008

ATAS

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

TAHUN ANGGARAN 2006 DAN 2007

PADA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA DAN

PEMEGANG KUASA PERTAMBANGAN

DI

SAMARINDA

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA IV Nomor : 18 /LHP/XVII/02/2009 Tanggal : 23Februari 2009

Page 2: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda    i

 

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertambangan batubara adalah salah satu motor penggerak perekonomian di daerah, namun pada saat yang sama berpotensi sebagai penyumbang kerusakan lingkungan yang secara signifikan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kehidupan masyarakat. Penerimaan negara bukan pajak dari sektor pertambangan batubara, berupa Royalty dan Iuran Tetap, pada akhirnya akan menjadi penerimaan Daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil dan menjadi sumber dana bagi pembangunan daerah. Oleh karena itu, intensifikasi penerimaan negara dari sektor tersebut akan secara langsung mempengaruhi kemampuan Daerah dalam mengelola keuangannya. Pada akhir mata rantai pengelolaan sumber daya alam adalah pengelolaan lingkungan hidup, yang bila tidak dikelola secara memadai, maka rusaknya lingkungan hidup tersebut akan membebani keuangan Negara/Daerah untuk pemulihannya dan apabila upaya pemulihan tersebut tidak berhasil akan mengancam kelestarian alam dan kehidupan manusia.

Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dan menjadi pusat pemerintahan di provinsi tersebut. Kota Samarinda memiliki wilayah darat seluas 718 km² serta berpenduduk sekitar 579.933 jiwa (2004). Pemerintah Kotamadya Dati II Samarinda dan Kotapraja dibentuk dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960, berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara No. 97 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Kabupaten/kotamadya di Kalimantan Timur. Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 4 kecamatan menjadi 6 kecamatan. Sumber daya alam pertambangan umum batubara di kota Samarinda cukup besar dengan luas areal 24.376 Ha, yang penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka (open pit), dengan jumlah Perusahaan Pemegang Kuasa Pertambangan (KP) eksploitasi, yang ijinnya diterbitkan oleh Walikota Samarinda sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 34 KP. Jumlah Dana Bagi Hasil (DBH) yang diperoleh pemerintah kota Samarinda dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam (SDA) Tahun 2006 sebesar Rp511.397.892.030,00 atau 44,27% dari pendapatan daerah sebesar Rp1.155.295.624.914,10 sedangkan Tahun 2007 sebesar Rp384.893.603.905,00 atau 32,84% dari pendapatan daerah sebesar Rp1.171.981.494.374 Dari jumlah tersebut sebesar Rp46,628,007,608 untuk tahun 2006 dan sebesar Rp61,252,670,803 untuk tahun 2007 berasal dari royalty dan iuran tetap dari pertambangan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan atas pengelolaan pertambangan

Page 3: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda    ii

 

batubara Tahun 2006 dan 2007 pada Pemerintah Kota Samarinda dan 9 Perusahaan Pemegang Kuasa Pertambangan di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Tahun 2007 dan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK Tahun 2008.

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini dilakukan untuk menilai apakah Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Pertambangan Batubara telah memadai, dan Pemberian ijin, Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Batubara telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Hasil pemeriksaan atas Pengelolaan Pertambangan Batubara pada Pemerintah Kota Samarinda dan 9 Perusahaan Pemegang Kuasa Pertambangan di Kota Samarinda menunjukkan kelemahan kebijakan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku sebagai berikut:

1. Kelemahan Kebijakan Daerah

Pemerintah Kota Samarinda belum menetapkan prosedur pelaksanaan jaminan reklamasi, mengakibatkan Pemkot Samarinda tidak memiliki jaminan yang memadai untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Samarinda apabila pemilik KP tidak melaksanakan kewajiban reklamasi dan revegetasi.

2. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

Kekurangan pembayaran royalti dan iuran tetap serta denda keterlambatan yang mengakibatkan negara kurang menerima PNBP sebesar Rp452.801.229,71 dan US$329,989.57

Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, BPK merekomendasikan kepada Walikota Samarinda dan pihak-pihak terkait agar melakukan langkah perbaikan dan tindak lanjut seperti tertuang dalam hasil pemeriksaan ini.

Samarinda, Februari 2009 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI

KEPALA PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Selaku Wakil Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Drs. Widyatmantoro NIP. 240001922

Page 4: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 Dasar Pemeriksaan …………………………………………………….. 1 Standar Pemeriksaan …………………………………………………... 1 Tujuan Pemeriksaan …………………………………………………… 1 Sasaran Pemeriksaan ………………………………………………….. 1 Entitas yang Diperiksa ..……………………………………………….. 1 Tahun Anggaran yang Diperiksa ……………………………………… 1 Metodologi Pemeriksaan ……………………………………………… 1 Pendekatan Risiko …………………………………………………….. 1 Uji Petik dan Pemilihan Sampling Pemeriksaan ..................................... 2 Penggunaan Teknologi GIS dan GPS ..................................................... 2 Pelaporan ……………………………………………………………… 2 Waktu Pemeriksaan …………………………………………………… 2 Hambatan Pemeriksaan ………………………………………………... 2 Batasan Pemeriksaan ………………………………………………….. 2 Kriteria Pemeriksaan ………………………………………………….. 2

BAB II GAMBARAN UMUM .............................................................………. 5

Sumber Daya Alam (SDA) Pertambangan Umum Batubara ................. 5

Pengelolaan Sumber Daya Alam Pertambangan Batubara di Kabupaten Tanah Bumbu ....................................................................... 5

Dana Bagi Hasil (DBH) Pertambangan Umum Batubara ...................... 9 Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Pertambangan Batubara................ 11 Pengelolaan Lingkungan ........................................................................ 11 BAB III PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

SEBELUMNYA ………........................................................................ 13 BAB IV HASIL PEMERIKSAAN ..................................................................... 14

A EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN ………………. 14

Pemahamna Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Pertambangan Batubara .................................................................................................. 14

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Pertambangan Batubara .................................................................................................. 15

B TEMUAN PEMERIKSAAN ................................................................ 19 Kelemahan Kebijakan Daerah ............................................................ 19

Pemerintah Kota Samarinda Belum Menetapkan Prosedur Pelaksanaan Jaminan Reklamasi................................................................................ 19

Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Yang Berlaku ....................... 21

Pembayaran Royalti Dan Iuran Tetap Beserta Denda Keterlambatan Belum Dikenakan Sebesar Rp452.801.229,71 Dan US$329,989.57……......................................................................................... 21

BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 25

Daftar Gambar Daftar Tabel Lampiran

Page 5: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta wilayah Kota Samarinda ………………………………………..... 6 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kantor Pertambangan dan Energi Kota

Samarinda …………………………………………………………… 7

Page 6: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Data perijinan KP di Kota Samarinda...................................................... 7 Tabel 2.2 Data produksi dan penjualan KP............................................................. 9 Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah................................................................... 11

Tabel 4.1 Perhitungan Royalti................................................................................. 22 Tabel 4.2 Perhitungan Iuran Tetap........................................................................... 22

Page 7: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   1 

BAB I

PENDAHULUAN

Dasar Pemeriksaan

1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

2. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;

Standar Pemeriksaan

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengacu pada Standar Permeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 dan Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK Tahun 2008.

Jenis dan Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Pengelolaan Pertambangan Batubara ini dilakukan untuk menilai:

1. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Pertambangan Batubara telah memadai;

2. Apakah Pemberian ijin, Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Batubara telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sasaran Pemeriksaan

Untuk mencapai tujuan pemeriksaan di atas, maka pemeriksaan diarahkan kepada: 1. Perijinan usaha pertambangan batubara;

2. Ketepatan perhitungan dan penyetoran PNBP Sumber Daya Alam (SDA) Pertambangan Batubara;

3. Ketepatan pengalokasian DBH SDA Pertambangan Batubara

4. Legalitas pemungutan PAD dari Pertambangan Batubara;

5. Realisasi pelaksanaan AMDAL, RKL/RPL, dan UKL/UPL.

Entitas yang Diperiksa

1. Dinas Pertambangan dan Energi di Kota Samarinda;

2. Sembilan Pemegang Kuasa Pertambangan (KP) di wilayah Kota Samarinda;

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Pemerintah Kota Samarinda

Tahun Anggaran yang Diperiksa

Tahun anggaran yang diperiksa adalah Tahun Anggaran 2006 dan 2007.

Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan atas pengelolaan pertambangan batubara dilakukan terhadap perijinan, pengelolaan PNBP, DBH dan PAD, serta pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan batubara ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan Risiko

Metodologi yang diterapkan dalam pemeriksaan adalah pendekatan risiko dengan fokus pada aspek-aspek yang berisiko tinggi atas kebijakan pengelolaan pertambangan batubara dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam hal pemberian ijin,

Page 8: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   2 

pengelolaan PNBP, DBH, dan PAD, serta pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan batubara. Risiko-risiko yang teridentifikasi tersebut selanjutnya dievaluasi dengan memperhatikan efektivitas pengelolaan risiko termasuk efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah daerah serta perusahaan Pemegang KP. Risiko yang terpilih tersebut akan digunakan dalam penentuan sample wilayah, unit usaha dan lokasi tambang.

Pemeriksaan dilakukan dengan mereviu atas kebijakan dan peraturan yang terkait dengan pengelolaan pertambangan batubara. Pengujian dalam pemeriksaan dilakukan atas bukti pembayaran dan/atau penyetoran PNBP dan bukti penyetoran jaminan serta bukti-bukti pendukung produksi, penjualan dan biaya penjualan.

Uji Petik dan Pemilihan Sampling Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan tidak secara populasi tetapi dilakukan secara uji petik (sampling) atas wilayah kota, unit usaha, dan lokasi tambang. Pemilihan sample diawali dengan memilih unit usaha yang akan diuji petik. Pemilihan unit usaha dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat risiko ketidakpatuhan yang teridentifikasi pada tahap perencanaan pemeriksaan dan mempertimbangkan jumlah pembayaran royalti dan iuran tetap tahun anggaran yang diperiksa.

Terkait dengan lokasi tambang, pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang teridentifikasi dan juga mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh para Pemegang KP. Kesimpulan pemeriksaan didasarkan atas hasil uji petik dan tidak menggambarkan kondisi dari populasi.

Penggunaan Teknologi GIS dan GPS

Penggunaan Geographical Information System (GIS) dalam pemeriksaan dilakukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Tahap perencanaan, GIS digunakan untuk mengidentifikasikan risiko-risiko ketidakpatuhan khususnya terkait dengan luas lokasi tambang, realisasi penambangan dan realisasi reklamasi areal eks tambang. Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan, GIS digunakan untuk mengumpulkan alat bukti pemeriksaan khususnya terkait dengan lokasi tambang dan realisasi penambangan. Hasil pemanfaatan GIS akan diperkuat dengan Global Positioning System (GPS) pada waktu pelaksanaan ground check ke lokasi yang teridentifikasi.

Pelaporan Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa. Atas temuan pemeriksaan yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan diberikan rekomendasi untuk perbaikan dan telah memperoleh tanggapan tertulis dari pihak yang diperiksa.

Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan lapangan dilaksanakan mulai 19 Agustus 2008 sampai dengan 22 September 2008..

Hambatan Pemeriksaan

Secara umum BPK tidak mengalami hambatan dalam pemeriksaan, kecuali dalam perolehan tanggapan/komentar dari pihak yang diperiksa atas temuan pemeriksaan.

Batasan Pemeriksaan

BPK membatasi analisis pemeriksaannya khusus untuk tahap substantive test pada penelaahan dokumen, uji petik pengamatan fisik, serta tidak melakukan pengujian dan/atau pengukuran teknis lebih lanjut atas hal-hal terkait kriteria dan/atau akibat suatu kondisi.

Kriteria Peraturan perundangan yang berkaitan dengan masalah pengelolaan PNBP, Dana

Page 9: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   3 

Pemeriksaan Bagi Hasil dan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara, antara lain:

a. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan;

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; c. Undang-Undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; d. Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; e. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; f. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; g. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; h. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; i. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; j. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan; k. Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan;

l. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; m. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2003 tentang Tarif Jenis Pungutan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Lingkungan Departemen Pertambangan dan Energi;

n. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

o. Keputusan Presiden No. 41 Tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan yang berada di Kawasan Hutan;

p. Instruksi Presiden No. 31 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penanggulangan Masalah Peratambangan Tanpa Izin;

q. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 57.K/40/MEM/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 680.K/29/M.PE/1997 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara;

r. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 812.K/40/MEM/2003 tentang Pelimpahan Wewenang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kepada Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Untuk Pelaksanaan Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;

s. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1603.K/40/MEM/2003 tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan;

t. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum;

u. Keputusan Menteri Keuangan No. 344/KMK.06/2001 tentang Penyaluran Dana

Page 10: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   4 

Bagian Daerah Dari Sumber Daya Alam; v. Peraturan Menteri Keuangan No. 612/PMK.06/2004 tentang Perubahan Kedua

Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 344/KMK.06/2001 tentang Penyaluran Dana Bagian Daerah Dari Sumber Daya Alam;

w. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

x. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian atas Pencemaran Air;

y. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);

z. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

aa. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

bb. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL;

cc. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan;

dd. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1158.K/008/M.PE/1989 tentang Ketentuan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Usaha Pertambangan dan Energi;

ee. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457/K/28/-MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi;

ff. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 336.K/271/DDJP/1996 tanggal 1 Agustus 1996 tentang Jaminan Reklamasi;

gg. Ketentuan-ketentuan terkait lainnya, seperti keputusan Bupati/Walikota tentang pemberian Kuasa Pertambangan eksploitasi batubara dan penetapan Jaminan Reklamasi, dll.

Page 11: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   5 

BAB II

GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN BATUBARA

DI KOTA SAMARINDA

Sumber Daya Alam (SDA) Pertambangan Umum Batubara

Batubara merupakan mineral yang menjadi salah satu bahan bakar dari fosil yang tidak terbarukan. Terbentuk dari sisa tetumbuhan yang tertutup air dan lumpur serta dalam kondisi panas dan tekanan tinggi hingga terjaga dari oksidasi dan biodegradasi, yang tercipta pada jaman Karbon sekitar 360 s.d. 290 juta tahun yang lalu. Batuan organik berwarna hitam tersebut umumnya terdiri atas senyawa Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dengan sejumlah kecil elemen lain yang umumnya berupa Sulfur. Secara umum kualitas deposit batubara bergantung pada lama waktu pembentukannya atau kematangan organiknya. Batubara dibedakan berdasarkan kualitasnya, yaitu kualitas rendah (low coal) yang terdiri atas tipe Lignite dan Sub Bitumious, dan kualitas tinggi (hard coal) yaitu Bitumious dan Anthracite. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur tersier bawah dan tersier atas. Potensi batubara di Indonesia, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera sangat melimpah, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Batubara pada umumnya dimanfaatkan oleh industri sebagai sumber bahan bakar, mengingat kemampuan menyimpan kalor senilai 24 MJ/kg atau setara dengan 67 Kwh/kg dengan tingkat efisiensi pembakaran sekitar 30%. Saat ini batubara merupakan bahan baku utama pembangkit listrik di dunia, oleh karena itu menjadi penyebab utama emisi karbon dioksida yang turut menyumbang terjadinya pemanasan global.

Pengelolaan Sumber Daya Alam Pertambangan Batubara di Kota Samarinda

Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dan menjadi pusat pemerintahan di provinsi tersebut. Kota Samarinda memiliki wilayah darat seluas 718 km² dan secara geografis dikelilingi oleh Kabupaten Kutai Kartanegara, serta berpenduduk sekitar 579.933 jiwa (2004). Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat diantara 0°21'18"-1°09'16" LS dan 116°15'16"-117°24'16" BT serta berbatasan dengan:

Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara Timur : Kec. Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kab. Kutai Kartanegara Barat : Kec. Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kab. Kutai Kartanegara

Pemerintah Kotamadya Dati II Samarinda dan Kotapraja dibentuk dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960, berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara

Page 12: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   6 

No. 97 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Kabupaten/kotamadya di Kalimantan Timur.

Semula Kodya Dati II Samarinda terbagi dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir, dan Samarinda Seberang. Kemudian dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur No. 18/SK/TH-Pem/1969 dan SK No. 55/TH-Pem/SK/1969, terhitung sejak tanggal 1 Maret 1969, wilayah administratif Kodya Dati II Samarinda ditambah dengan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja. Saat ini Samarinda terdiri dari 6 kecamatan, tidak termasuk Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja, ketiganya masuk dalam Kabupaten Kutai Kartanegara.

Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 4 kecamatan menjadi 6 kecamatan, yaitu:

• Kecamatan Samarinda Ilir dengan 13 kelurahan, • Kecamatan Samarinda Utara dengan 6 kelurahan, • Kecamatan Samarinda Ulu dengan 8 kelurahan, • Kecamatan Samarinda Seberang dengan 8 kelurahan, • Kecamatan Sungai Kunjang dengan 7 kelurahan, dan • Kecamatan Palaran dengan 5 kelurahan

Berdasarkan Perda Kota Samarinda No. 1 Tahun 1988, tanggal 21 Januari 1988, ditetapkan Hari Jadi Kota Samarinda adalah tanggal 21 Januari 1968.

Gambar 2.1 : Peta wilayah Kota Samarinda

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pengelola pertambangan batubara di Kota Samarinda adalah Kantor Pertambangan dan Energi Samarinda yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Samarinda No. 03 Tahun 2001 tanggal 23 Februari 2001

Page 13: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   7 

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah. Kantor Pertambangan dan Energi Samarinda dipimpin oleh seorang Kepala kantor yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala sub bagian tata usaha dan tiga orang kepala Seksi yaitu Seksi Program dan Evaluasi,Seksi Mineral dan Energi Non Migas, Seksi Pertambangan Umum dan ketenagalistrikan dan Seksi Penelitian. Tugas pokok dan fungsi Kantor Pertambangan dan Energi Samarinda adalah melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang pertambangan dan energi yang menjadi tanggung jawabnya.

Susunan Organisasi Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 : Struktur Organisasi Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda

Seiring dengan desentralisasi urusan pemerintahan di bidang pertambangan umum,

(terbitnya PP No. 75 Tahun 2001) Bupati berwenang menerbitkan Ijin KP. Sampai dengan tahun 2008, Walikota Samarinda telah menerbitkan 46 ijin KP eksploitasi seluas 22.202,43 ha, 5 (lima) KP eksplorasi seluas 859,10 ha, dan 3 (tiga) ijin KP Penyelidikan umum seluas 1.314,70 ha, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Data perijinan KP di Kota Samarinda

No. NAMA PERUSAHAAN

LUAS PERIJINAN

(Hektar) TAHAP NOMOR TANGGAL

1 BARA SUMBER MAKMUR KOPTAM

87.52 Eksploitasi 545/29/KPE/VI/2001 22-Jun-01

2 KOPTA KUD 97.35 Eksploitasi 545/020/KPE/I/2003 23-Jan-03

3 ARJUNA CV (I) 695.50 Eksploitasi 545/142/KPE/IX/2004 6-Sep-04

4 ARJUNA CV (II) 902.50 Eksploitasi 545/143/KPE/IX/2004 6-Sep-04

Kepala Kantor

Kasi. Penelitian

Kasubag. Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional

Kasi. Program dan Evaluasi

Kasi. Pertambangan Umum dan Ketenagalistrikan

Kasi.Mineral dan Energi Non Migas

Page 14: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   8 

5 PANCA PRIMA MINING PT (I)

430.50 Eksploitasi 545/144/KPE/X/2004 6-Sep-04

6 PANCA PRIMA MINING PT (II)

950.20 Eksploitasi 545/179/KPE/X/2004 21-Oct-04

7 CAHAYA TIARA PT 1,000.00 Eksploitasi 545/145/KPE/ IX /2004 6-Sep-04

8 CAHAYA TIARA PT 680.80 Eksploitasi 545/146/KPE/ IX /2004 6-Sep-04

9 YAYASAN LASKAR PEMUDA ADAT DAYAK

131.70 Eksploitasi 545/140/KPE/IX/2004 6-Sep-04

10 BARATAMA MAKMUR CV (I)

120.10 Eksploitasi 545/023/HUK-KS/2005 20-Jan-05

11 BARATAMA MAKMUR CV (II)

84.33 Eksploitasi 545/024/HUK-KS/2005 20-Jan-05

12 TRANSISI ENERGI CV (I) 946.60 Eksploitasi 545/080/HUK-KS/2005 23-Mar-05

13 SAMARINDA PRIMA COAL

690.00 Eksploitasi 152/HK-KS/2005 27-Apr-05

14 PUTRA MAHAKAM MANDIRI KSU

99.60 Eksploitasi 308/HK-KS/2005 18-Jul-05

15 ERA BARA ENERGI CV 85.87 Eksploitasi 361/HK-KS/2005 16-Aug-05

16 GRAHA BENUA ETAM PT 493.70 Eksploitasi 458/HK-KS/2005 9-Nov-05

17 DUNIA USAHA CV 1,351.00 Eksploitasi 035/ HK-KS/2006 24-Jan-06

18 LIMBUH CV 1,200.20 Eksploitasi 034/ HK-KS/2006 24-Jan-06

19 SUNGAI BERLIAN JAYA CV

170.80 Eksploitasi 077/HK-KS/2006 24-Feb-06

20 GELINGGANG MANDIRI KSU

101.60 Eksploitasi 279/HK-KS/2006 24-May-06

21 BUANA RIZKY ARMIA CV (I)

948.20 Eksploitasi 406/HK-KS/2006 4-Aug-06

22 BUKIT PINANG BAHARI CV

64,01 Eksploitasi 502/HK-KS/2006 16-Oct-06

23 INTERNASIONAL PRIMA COAL PT (I)

1,542.00 Eksploitasi 538/HK-KS/2006 22-Nov-06

24 INTERNASIONAL PRIMA COAL PT (II)

1,300.00 Eksploitasi 536/HK-KS/2006 22-Nov-06

25 INTERNASIONAL PRIMA COAL PT (III)

396.00 Eksploitasi 537/HK-KS/2006 22-Nov-06

26 HIMKO COAL PT 125.00 Eksploitasi 545/188/HK-KS/2007 5-Apr-07

27 BERKAT NANDA CV 435.50 Eksploitasi 545/254/HK-KS/2007 15-May-07

28 BUANA RIZKY ARMIA CV (II)

199.90 Eksploitasi 545/305/HK-KS/2007 13-Jul-07

29 NADVARA CV 628.70 Eksploitasi 545/351/HK-KS/2007 24-Jul-07

30 BUMI BETUAH PT 164.60 Eksploitasi 545/388/HK-KS/2007 27-Aug-07

31 TUNGGAL FIRDAUS KALTIM CV

69.80 Eksploitasi 545/389/HK-KS/2007 27-Aug-07

32 NUANSACIPTA COAL INVESTMENT

2,003.00 Eksploitasi 545/477/HK-KS/2007 1-Nov-07

33 TRANSISI ENERGI CV (II) 195.60 Eksploitasi 545/488/HK-KS/2007 8-Nov-07

34 MAMPALA JAYA CV (I) 185.60 Eksploitasi 545/512/HK-KS/2007 26-Nov-07

35 PANCA BARA SEJAHTERA CV

133.00 Eksploitasi 545/081/HK-KS/2008 18-Feb-08

36 TIARA BARA BORNEO PT 564.80 Eksploitasi 545/096/HK-KS/2008 18-Feb-08

37 MADA PERKASA CV 496.20 Eksploitasi 545/109/HK-KS/2008 25-Feb-08

38 SAKHA CV (I) 94,92 Eksploitasi 545/110/HK-KS/2008 25-Feb-08

39 ATAP TRI UTAMA CV 414.40 Eksploitasi 545/177/HK-KS/2008 19-Mar-08

40 SAKHA CV (II) 46.27 Eksploitasi 545/178/HK-KS/2008 19-Mar-08

41 BISMILLAHI RES KALTIM CV

100.30 Eksploitasi 545/281/HK-KS/2008 22-Apr-08

42 BUSUR ABADI CV 791.76 Eksploitasi 545/282/HK-KS/2008 22-Apr-08

43 ARQOM CV 948.73 Eksploitasi 545/300/KPE/IX/2008 30-Apr-08

44 MAHATIDANA KSU 193.20 Eksploitasi 545/402/HK-KS/2008 2-Jul-08

Page 15: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   9 

45 PIAWAI BUMI ALAM PERKASA CV

83,66 Eksploitasi 545/401/HK-KS/2008 2-Jul-08

46 TUJUH-TUJUH CV 189,4 Eksploitasi 545/403/HK-KS/2008 2-Jul-08

47 HIMKO COAL PT 595,10 Eksplorasi 545/187/HK-KS/2007 Apr-07

48 RINDA PUTRA SEJAHTERA CV

644.10 Eksplorasi 545/557/HK-KS/2007 18-Dec-07

49 BRIGHT ENERGI INDONESIA PT

215.00 Eksplorasi 545/018/HK-KS/2008 14-Jan-08

50 MULTI BARA ENERGY CV 399,9 Eksplorasi 545/429/HK-KS/2008 1-Aug-08

51 KRIDA MAKMUR BERSAMA

545,00 Eksplorasi 545/478/HK-KS/2008 26-Aug-08

52 MAMPALA JAYA CV (II) 706.70 Peny. Umum

545/001/HK-KS/2008 4-Jan-08

53 MAKARRI TUTU ABADI CV

61.80 Peny. Umum

545/028/HK-KS/2008 16-Jan-08

54 MUTIARA ETAM COAL CV 546.20 Peny. Umum

545/251/HK-KS/2008 7-Apr-08

24,376.23

Disamping ijin KP yang diterbitkan oleh Bupati Samarinda, terdapat pula perusahaan kontraktor PKP2B yang beroperasi di wilayah Kota Samarinda, yang perjanjiannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat dhi. Departemen ESDM dengan perusahaan kontraktor PKP2B, yakni PT Lanna Harita dan PT Mahakam Sumber Jaya. Jumlah produksi dan penjualan batubara dari Pemegang KP di Kota Samarinda Tahun 2006 dan 2007 menurut data Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 : Data produksi dan penjualan KP

No Tahun Data Produksi (ton) Data Penjualan (ton) 1 2006 1.484.828 1.426.4732 2007 2.310.310 2.326.344

Dana Bagi Hasil (DBH) Pertambangan Umum Batubara

Iuran tetap, iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti yang disetor oleh Pemegang KP dan iuran tetap serta DHPB yang disetor oleh Kontraktor PKP2B adalah penerimaan pemerintah pusat dhi. PNBP yang dikelola oleh Departemen ESDM. Iuran tetap merupakan hak pemerintah yang besarannya dihitung berdasarkan luas wilayah pertambangan dikalikan tarif tertentu yang diatur dalam peraturan yang berlaku untuk

pemegang KP dan berdasarkan kontrak untuk kontraktor PKP2B. Iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti untuk KP dihitung berdasarkan nilai penjualan dikalikan tarif pada PP

No. 45 Tahun 2003 yaitu sebesar 3%, 5%, atau 7% bergantung pada kualitas batubara. Tarif royalti sesuai PP No.45 Tahun 2003 sebagaimana tersebut diatas adalah sebesar 3% untuk kalori kurang dari 5100 Kcal/kg, 5% untuk kalori 5100 s.d. 6100 Kcal/kg dan 7% untuk kalori lebih dari 6100 Kcal/kg. DHPB untuk PKP2B adalah sebesar 13,5% dari hasil produksi batubara dikurangi biaya-biaya penjualan bersama yang telah disepakati dalam kontrak penjualan, yang harus diserahkan oleh kontraktor swasta secara tunai kepada pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Keppres No. 75 Tahun 1996.

Page 16: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   10 

PNBP yang diperoleh dari sumber daya alam pertambangan umum batubara sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah Jo. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan merupakan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

Pembagian Penerimaan Negara yang berasal dari sumber daya alam pertambangan umum yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah. Penerimaan pertambangan umum tersebut terdiri atas penerimaan iuran tetap dan penerimaan iuran eksplorasi serta iuran eksploitasi (royalti). DBH dari penerimaan negara iuran tetap yang menjadi bagian daerah dirinci menjadi 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk Kota/kota penghasil.

DBH dari penerimaan negara iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalti) yang menjadi bagian daerah adalah 16% (enam belas persen) untuk Pemerintah Provinsi, 32% (tiga puluh dua persen) untuk Pemerintah Kota dimana lokasi tambang berada, dan sisanya sebesar 32% (tiga puluh dua persen) dibagi rata untuk Kota/kota dalam provinsi dimana kegiatan tambang berada. Dalam rangka pelaksanaan alokasi DBH sumber daya alam pertambangan umum, Menteri ESDM setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH sumber daya alam paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran berakhir. Selanjutnya Menteri Keuangan menetapkan perkiraan DBH sumber daya alam untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari Menteri ESDM. Pengalokasian DBH pertambangan umum batubara yang berasal dari setoran Kontraktor PKP2B ternyata sampai saat ini masih mengacu pada Keppres No. 75 Tahun 1996 tidak sesuai dengan ketentuan yang lebih tinggi dhi. UU No. 33 Tahun 2004 jo. PP No. 55 Tahun 2005, tentang Dana Perimbangan. Pengalokasian DBH tersebut kurang memperhatikan asas keadilan bagi daerah penghasil. Setoran dari PKP2B yang dialokasikan untuk dibagikan kepada daerah, ternyata hanya royalti yang merupakan bagian daripada DHPB, sedangkan sisanya yang tidak dialokasikan kepada daerah diperhitungkan sebagai penerimaan pemerintah pusat dhi. sebagai penerimaan penjualan hasil tambang.

Dalam rangka penyaluran DBH pertambangan umum batubara, Pemerintah Daerah diwajibkan menyampaikan Nomor Rekening dan Nama Bank yang akan digunakan untuk menampung penyaluran dana bagian daerah dari sumber daya alam pertambangan umum kepada Departemen Keuangan. Penyaluran DBH dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan sumber daya alam tahun anggaran berjalan dan dilaksanakan secara triwulanan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah.

Dari laporan keuangan diketahui bahwa Pemerintah Kota Samarinda mendapat Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dari Pemerintah Pusat yang berasal dari sumber daya alam

Page 17: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   11 

Tahun 2006 sebesar Rp511.397.892.030,00 atau 44,27% dari pendapatan daerah sebesar Rp1.155.295.624.914,10 sedangkan Tahun 2007 sebesar Rp384.893.603.905,00 atau 32,84% dari pendapatan daerah sebesar Rp1.171.981.494.374 Dari jumlah tersebut sebesar Rp46,628,007,608 untuk tahun 2006 dan sebesar Rp61,252,670,803 untuk tahun 2007 berasal dari royalti dan iuran tetap sektor pertambangan, dengan rincian pendapatan sebagai berikut:

Tabel 2.3 : Realisasi Pendapatan Daerah

URAIAN 2006 2007

(Rp) (Rp)

Pendapatan Pajak Daerah 31.018.725.066,00 35.314.595.749,00

Pendapatan Retribusi Daerah 27.668.754.300,11 26.049.511.689,155

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

2.459.412.762,55 3.753.502.921,33

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 20.259.924.415,44 29.840.614.215,78

Dana Bagi Hasil Pajak 110.153.036.108,00 136.292.830.802,00

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 511.397.892.030,00 384.893.603.905,00

Dana Alokasi Umum (DAU) 231.947.083.333,00 264.737.916.667,00

Dana Alokasi Khusus (DAK) 11.530.474.599,00 17.144.131.000,00

Transfer Pemerintah Propinsi 208.860.322.300,00 368.913.012.000,00

Lain-lain Pendapatan yang Sah - 4.000.000.000,00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 1.155.295.624.914,10 1.171.981.494.374

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Sektor Pertambangan Batubara

Pemerintahan Daerah Kota Samarinda telah menerbitkan Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2000 jo Peraturan Daerah No. 06 Tahun 2003 tentang Ketentuan Pengusahaan pertambangan umum Dalam Wilayah Kota Samarinda. Berdasarkan perda tersebut, terdapat tiga macam pungutan yaitu retribusi perijinan eksplorasi dan eksploitasi, pungutan pengembangan dan pembangunan kota, dan retribusi pengangkutan. Untuk tahun 2006 dan 2007 Pemerintah Kota Samarinda hanya

memungut retribusi perijinan eksplorasi sebesar Rp10.000 /ha dan eksploitasi sebesar Rp50.000/ha, sedangkan untuk pungutan lainnya tidak dipungut karena duplikasi dengan iuran royalti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

Pengelolaan Lingkungan

Pertambangan batubara merupakan salah satu kegiatan yang memiliki resiko tinggi atau berdampak penting terhadap kelestarian lingkungan. Pertambangan umum batubara khususnya yang beroperasi (eksploitasi) dengan metode open pit mining memiliki karakteristik kegiatan yang merubah bentang alam, menghilangkan vegetasi awal, mengubah kontur lahan, mengupas lapisan pucuk yang subur zat hara, menyebabkan polutan udara dan menghasilkan limbah cair yang dapat bersifat asam (acid). Oleh

Page 18: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda   12 

karena itu pertambangan batubara seyogyanya dikelola dengan prinsip-prinsip pertambangan yang baik (good mining practices) yang mengutamakan prinsip pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

UU Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 18 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Oleh karena itu, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL merupakan dokumen prasyarat yang harus disusun pemrakarsa kegiatan (PKP2B atau KP) sebelum memperoleh ijin atau kuasa penambangan, yang harus mendapat persetujuan Menteri teknis (ESDM) atau Pemerintah Daerah setempat. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kerangka kegiatan operasional AMDAL dituangkan dalam bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Setiap tahun, Pemrakarsa menyusun Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan, dan Rencana Tahunan Pemantauan Lingkungan yang berisikan detail operasional RKL dan RPL.

Dalam pengelolaan lingkungan di bidang pertambangan dan energi, Menteri ESDM telah menetapkan Pedoman Teknis yang diatur dengan Surat Keputusan Nomor 1457K/28/MEM/2000 tanggal 3 November 2000.

Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pertambangan umum, Menteri Pertambangan dan Energi dengan Keputusan Nomor 1211.K/008/M.PE/1995 pada pasal 29 telah menetapkan jaminan reklamasi. Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh perusahaan pertambangan sebagai jaminan untuk melakukan reklamasi di bidang pertambangan umum. Jaminan reklamasi harus ditempatkan sebelum melakukan kegiatan penambangan atau operasi produksi.

Adapun tujuan kegiatan reklamasi adalah untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, selain itu juga untuk memulihkan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat sekitar.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melalui Program PROPER, mempunyai kewajiban secara rutin dan selektif mengawasi aktivitas operasional perusahaan pertambangan (khusus PKP2B) yang beresiko pada kelestarian lingkungan hidup. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) atau Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) bertugas melakukan pengawasan di masing-masing daerah, khususnya atas KP yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.

Page 19: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda     

13

BAB III

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN SEBELUMNYA

Sesuai dengan Pasal 20 ayat (4) Undang–Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Sebelum ini, BPK belum pernah melakukan pemeriksaan atas perijinan, pengelolaan PNBP, DBH dan PAD, serta pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan batubara pada Kota Samarinda. Oleh karena itu tidak ada tindak lanjut hasil pemeriksaan yang harus dipantau.

Page 20: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

14

BAB IV

HASIL PEMERIKSAAN

A. EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Pemahaman Sistem Pengendalian Intern pengelolaan pertambangan batubara

Untuk menilai Sistem Pengendalian Intern (SPI) pengelolaan pertambangan batubara di Kota Samarinda, BPK telah melakukan kegiatan evaluasi dan analisa terhadap data dan informasi serta melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait untuk mengetahui komponen-komponen SPI meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern.

Sebelum era otonomi daerah, pengelolaan sektor pertambangan umum yang mengacu kepada UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, memberikan kewenangan kepada Pemerintah Pusat dhi. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meregulasi dan melaksanakan pengelolaan pertambangan umum, khusus bahan galian strategis dan vital.

Terbitnya UU Nomor 22 Tahun 1999 Jo UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan lebih besar kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengelola pemerintahannya secara otonom termasuk pengelolaan pertambangan dan pengelolaan lingkungan sebagaimana diatur dalam PP No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Terkait dengan pemberian izin usaha pertambangan, Menteri ESDM dapat menyerahkan kewenangan kepada Gubernur/Walikota/Walikota tetapi tetap mengikuti persyaratan dan ketentuan serta regulasi yang berlaku dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Menteri ESDM telah mengeluarkan Keputusan Nomor 1453.K/29/MEM/2000 Pedoman Teknis Penyelenggaran Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum. Konsekuensi dari pengelolaan dan regulasi sektor pertambangan umum menjadi kewenangan Pemda, pemberian izin Kuasa Pertambangan Batubara dapat diterbitkan oleh Kepala Daerah sesuai kewenangannya, sementara untuk pengusahaan pertambangan batubara yang dilakukan berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), kewenangannya tetap berada di tangan Pemerintah Pusat dhi. Departemen ESDM.

Dari sektor pertambangan umum, Pemda memperoleh dana perimbangan dari pemerintah pusat berupa Dana Bagi Hasil (DBH) Bukan Pajak Sektor Pertambangan yang berasal dari penerimaan PNBP berupa iuran tetap, Royalty dan DHPB yang dibayar oleh Pemegang KP dan Kontraktor PKP2B ke Kas Negara. Selain itu Pemda dimungkinkan memperoleh pendapatan lain dari sektor pertambangan umum sepanjang sesuai kewenangan yang dimilikinya dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, seperti retribusi pemberian ijin. Pemda mempunyai kewenangan untuk memberikan perijinan, mengelola DBH dan

Page 21: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

15

PAD serta mengelola lingkungan di sektor pertambangan batubara (pengelolaan batubara) agar dapat menjamin terpenuhinya kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, perusahaan dan negara secara berkelanjutan. Untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut, pemerintah telah membangun sistem pengendalian intern dalam bentuk berbagai peraturan perundangan di bidang pertambangan batubara yang harus dipedomani oleh Pemda dalam mengelola kewenangan barunya. Diharapkan sistem pengendalian intern tersebut dapat mengendalikan perijinan, pengelolaan PNBP, DBH dan PAD serta pengelolaan lingkungan agar dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern pengelolaan pertambangan batubara

Hasil pemeriksaan SPI atas perijinan, pengelolaan PNBP, DBH, dan PAD serta pengelolaan lingkungan pertambangan batubara pada Kota Samarinda menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam rancangan dan pelaksanaan sistem pengendalian intern sebagai berikut.

1. Lingkungan Pengendalian Pihak yang terkait dalam pengelolaan batubara di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda adalah Walikota Samarinda yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Pertambangan dan Energi, Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD), Kantor Kehutanan dan Perkebunan, Bagian Keuangan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya yang terkait, pemegang KP dan kontraktor PKP2B. Sementara pihak-pihak yang terkait di luar Pemda adalah Departemen ESDM, Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup. Masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang berbeda walaupun saling terkait satu dengan yang lainnya.

Ijin usaha pertambangan batubara yang diberikan oleh Walikota Samarinda dengan menerbitkan Surat Keputusan sebelum seluruh persyaratan terpenuhi, antara lain belum adanya dokumen-dokumen lingkungan seperti AMDAL dan RKL/UPL, belum disetorkannya jaminan kesungguhan dan jaminan reklamasi, dan lain-lain menunjukkan bahwa sebenarnya banyak pengusaha pemilik ijin kuasa pertambangan batubara di Kota Samarinda yang tidak layak untuk melakukan usaha pertambangan batubara. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Pemberian ijin usaha pertambangan batubara kepada para pemegang KP mempunyai konsekuensi kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang KP yaitu kewajiban keuangan berupa iuran tetap dan Royalty serta kewajiban pengelolaan lingkungan. Untuk memastikan bahwa kewajiban para KP tersebut dapat dipenuhi maka diperlukan pengisian pejabat dan pegawai pada Kantor Pertambangan dan Energi dan BPLHD yang memperhatikan aspek kompetensi terutama pemahaman yang memadai atas ketentuan yang mendasari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara. Hasil pemeriksaan BPK pada Kota Samarinda menemukan bahwa pengisian pejabat dan pegawai SKPD terkait pengelolaan batubara dan pengelolaan lingkungan batubara di Kota Samarinda belum sepenuhnya memperhatikan aspek kompetensi dan pemahaman mengenai ketentuan perundang-undangan terkait pengelolaan batubara. Selain itu,

Page 22: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

16

jumlahnya belum memadai terutama inspektur tambang yang bertugas untuk mengawasi kepatuhan pengelolaan lingkungan. Akibatnya, pengawasan terhadap kepatuhan pengelolaan lingkungan oleh para pemegang ijin pertambangan batubara menjadi tidak memadai dan optimal yang berdampak langsung pada kerusakan lingkungan jangka panjang.

Kebijakan pemerintah pusat yang menyerahkan kewenangan pemberian ijin dan pengawasan kepatuhan kewajiban pengelolaan lingkungan tidak disertai dengan pengaturan secara formal dan tegas mengenai kewenangan aparat Pemda dalam pengawasan kepatuhan kewajiban keuangan para pemegang ijin pertambangan batubara. Praktek yang ditemukan BPK adalah kurangnya pengawasan aparat Pemda terhadap kepatuhan kewajiban keuangan para pemegang ijin sehingga terjadi kurang bayar ke Kas Negara. Sementara, Departemen ESDM yang seharusnya mengawasi tidak melaksanakan tugas ini sepenuhnya dengan alasan kurangnya SDM dan tidak adanya data untuk pengawasan seperti ijin yang diterbitkan, laporan penjualan dan laporan produksi.

2. Penilaian Risiko

Sebagai bagian dari upaya untuk membangun sistem pengendalian intern yang efektif, pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan batubara perlu mengidentifikasikan risiko-risiko potensial yang mungkin akan terjadi. Hasil pemeriksaan BPK pada Kota Samarinda menunjukkan bahwa identifikasi dan analisis resiko yang mungkin timbul dalam pengelolaan batubara belum dilakukan secara spesifik dan formal. Tim BPK tidak menemukan adanya dokumentasi terkait proses identifikasi dan analisis resiko. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan wawancara dengan para pejabat di Kota Samarinda diketahui bahwa risiko-risiko yang potensial terjadi dalam pengelolaan batubara di daerah adalah pemberian ijin yang tidak sesuai dengan ketentuan, jaminan reklamasi yang belum disetor, perhitungan dan pembayaran kewajiban keuangan seperti iuran tetap dan Royalty yang lebih rendah dari ketentuan yang berlaku, dan pelaksanaan AMDAL dan RKL/UPL yang tidak sesuai dengan ketentuan.

3. Aktivitas Pengendalian Para pihak yang terkait dengan pengelolaan batubara mengembangkan kerangka sistem pengendalian intern untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang telah diidentifikasi. Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan kebijakan dan ketentuan-ketentuan, Standard Operating Procedure (SOP), petunjuk teknis-petunjuk teknis, dan kerangka pelaporan serta pertanggungjawaban sebagai bagian dari sistem pengendalian internnya. Terkait dengan perijinan, Walikota seharusnya memberikan ijin usaha pertambangan setelah mempertimbangkan pemenuhan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon. Persyaratan tersebut dapat berupa kesanggupan dari segi keuangan dan pengelolaan dampak lingkungan serta persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan batubara pada Kota Samarinda menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kelemahan terkait dengan prosedur

Page 23: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

17

pemberian ijin pertambangan, yaitu antara lain:

a. Tidak adanya prosedur dan tata kerja formal yang mengatur secara rinci tentang proses pemberian ijin, tugas dan fungsi unit kerja yang terlibat. Hal ini mengakibatkan kekurangjelasan mekanisme pemberian ijin usaha pertambangan.

b. Terkait dengan pemberian ijin eksploitasi, Kota Samarinda belum menjalankan ketentuan peraturan daerah tentang jaminan reklamasi yang harus diserahkan oleh para pemegang kuasa pertambangan. Hal ini mengakibatkan aspek pelestarian lingkungan tidak terjaga.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi dalam suatu kerangka sistem pengendalian intern penting untuk proses pengumpulan informasi bagi pengambil keputusan. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif terkait pengelolaan sektor pertambangan, Kota Samarinda seyogyanya menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk sarana komunikasi, serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

Hasil pemeriksaan BPK menunjukkan bahwa Kota Samarinda tidak memiliki database yang akurat dan lengkap tentang perijinan atas pengusahaan batubara; laporan produksi dan penjualan; data dan informasi penerimaan PNBP berupa iuran tetap, Royalty dan DHPB; perhitungan dan penyaluran DBH; dan laporan pemantauan pengelolaan lingkungan.

Kota Samarinda bersifat pasif dalam proses rekonsiliasi DBH sektor pertambangan umum yang dilakukan bersama dengan Departemen Keuangan dan masih belum memadainya mekanisme check and balance untuk meyakinkan penerimaan Royalty dan iuran tetap tersebut.

Departemen ESDM selaku aparat pemerintah pusat dan Kantor Pertambangan dan Energi, Dishutbun, BPLHD dan BPKD selaku SKPD yang terkait pertambangan umum di Pemda Samarinda wajib saling menjalin komunikasi yang intensif dan efektif agar pengelolaan sektor pertambangan umum lebih memberikan manfaat bagi masyarakat. Saat ini hal tersebut masih belum optimal dapat dilakukan karena laporan-laporan terkait pengelolaan pertambangan batubara mulai dari pemberian ijin, laporan produksi dan penjualan, sampai dengan laporan hasil pemantauan kepatuhan pemenuhan kewajiban pengelolaan lingkungan tidak diperoleh secara lengkap dan mutakhir oleh Departemen ESDM.

5. Pemantauan

Untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern pengelolaan batubara berjalan sebagaimana mestinya, Walikota Samarinda memantau efektivitas pelaksanaannya. Pemantauan tersebut dilakukan melalui kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat pengawasan internal dhi. Badan Pengawas Daerah (Bawasda). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Bawasda Kota Samarinda

Page 24: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

18

belum optimal dalam melakukan kegiatan pengawasan atas kinerja SKPD pengelola pertambangan batubara. Hal tersebut antara lain disebabkan kurangnya pemahaman mereka atas kegiatan pengelolaan batubara dan lingkungan.

Sistem Pengendalian Intern pengelolaan batubara dirancang dan diimplementasikan dengan harapan dapat meminimalisasi risiko dan mengoptimalkan kesempatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Efektivitas sistem pengendalian internal akan memberikan dampak kepada kualitas pengelolaan batubara pada Kota Samarinda. Hasil pengujian yang dilakukan BPK menunjukkan bahwa rancangan dan implementasi sistem pengendalian intern terkait dengan pengelolaan batubara belum mampu secara efektif menjamin kepatuhan atas ketentuan perundang-undangan. Ketidakefektifan tersebut berdampak kepada masih ditemukannya beberapa temuan-temuan signifikan terkait dengan pelanggaran kebijakan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 25: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

19

B. TEMUAN PEMERIKSAAN

Kelemahan Kebijakan Daerah

Pemerintah Kota Samarinda Belum Menetapkan Prosedur Pelaksanaan Jaminan Reklamasi

Proses penambangan batubara umumnya mengakibatkan perubahan bentuk muka lahan secara besar-besaran berupa lubang-lubang bekas tambang dan timbunan-timbunan tanah penutup. Karena itu Undang-Undang No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Pasal 30 mewajibkan para pemegang Kuasa Pertambangan (KP) untuk melakukan reklamasi. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Lahan terganggu termasuk area bukaan tambang, area penimbunan dan fasilitas tambang seperti bengkel dan kantor.

Dalam rangka meningkatkan ketaatan dari pemegang izin usaha pertambangan tahap eksploitasi/operasi produksi dalam melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang, pemegang kuasa pertambangan diwajibkan memberikan jaminan reklamasi dengan ketentuan yang diatur dalam Lampiran 7 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1453.K/29/Mem/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum. Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh perusahaan pertambangan sebagai uang jaminan untuk melakukan reklamasi di bidang pertambangan umum. Pemkot Samarinda mewajibkan penyetoran jaminan reklamasi sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 34 tahun 2006 yang diperbaharui dengan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 004 tahun 2008. Jaminan dapat berupa deposito berjangka dan atau accounting reserve dan atau jaminan pihak ketiga yang ditetapkan berdasarkan biaya reklamasi sesuai dengan Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan (RTKL) untuk jaminan waktu lima tahun atau sesuai untuk jangka waktu umur tambangnya.

Berdasarkan Lampiran 7 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1453.K/29/Mem/2000, besar jaminan reklamasi seharusnya adalah sebesar estimasi biaya reklamasi yang dicantumkan dalam Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan (RTKL). Biaya rencana reklamasi harus diperhitungkan dengan anggapan bahwa reklamasi tersebut akan dilaksanakan oleh pihak ketiga.

Komponen biaya reklamasi terdiri dari : 1. Biaya langsung meliputi :

a. Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan, emplasmen), kecuali ditentukan lain.

b. Biaya penetapan kegunaan lahan yang terdiri dari : 1) Sewa alat-alat berat dan mekanis. 2) Pengisian kembali lahan bekas tambang. 3) Pengaturan permukaan lahan. 4) Penebaran tanah pucuk. 5) Pengendalian erosi dan pengelolaan air.

c. Biaya revegetasi dapat meliputi :

Page 26: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

20

1) Analisis kualitas tanah 2) Pemupukan 3) Pengadaan bibit 4) Penanaman 5) Pemeliharaan tanaman

d. Biaya Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang e. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang

2. Biaya tidak langsung meliputi : a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat b. Biaya perencanaan reklamasi c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor pelaksana reklamasi

Biaya-biaya tersebut di atas sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku.

Namun data pada Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda menunjukkan bahwa dari sembilan pemegang KP tidak ada Pemegang KP yang membuat RTKL sehingga tidak diketahui estimasi biaya reklamasi yang seharusnya menjadi dasar besaran jaminan reklamasi. Pemeriksaan tidak dapat mengungkapkan data-data biaya reklamasi dan revegetasi yang dapat diyakini kewajarannya atas kegiatan reklamasi yang dilakukan di wilayah Kota Samarinda.

Hasil evaluasi atas dokumen jaminan reklamasi menunjukkan bahwa seluruh perusahaan pemegang ijin kuasa pertambangan eksploitasi belum membayar jaminan reklamasi untuk periode tahun 2006 sampai dengan waktu pemeriksaan berakhir. Atas hal tersebut, BPK tidak memperoleh biaya pembanding untuk menghitung besaran jaminan reklamasi.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

1. Peraturan Pemerintah No 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan Pasal 41, ayat 1 menyatakan bahwa dengan pemberitahuan 6 (enam) bulan sebelumnya, Menteri, Gubernur, Walikota/Walikota sesuai kewenangannya dapat membatalkan Kuasa Pertambangan Eksploitasi antara lain jika pemegang Kuasa Pertambangan tidak menyetorkan jaminan reklamasi dan tidak melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantaun lingkungan.

2. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17, ayat 1 yang menyatakan bahwa kuasa pertambangan eksploitasi diwajibkan menempatkan jaminan reklamasi sebelum melakukan kegiatan penambangan atau operasi produksi.

3. Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1453.K/29/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum Pasal 5 yang menyebutkan bahwa

a. Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing mewajibkan pemegang KP, KK dan PKP2B pada tahap eksploitasi/produksi untuk menyampaikan laporan Rencana Tahunan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RTKPL).

b. Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing mewajibkan

Page 27: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

21

pemegang KP, KK dan PKP2B pada saat memulai tahap operasi/produksi untuk menyampaikan laporan Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan (RTKL) dan menempatkan Dana Jaminan Reklamasi pada bank pemerintah atau bank devisa sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal tersebut mengakibatkan Pemkot Samarinda tidak memiliki jaminan yang memadai untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Samarinda apabila pemilik KP tidak melaksanakan kewajiban reklamasi dan revegetasi. Lebih lanjut, hal ini dapat mengakibatkan kerugian daerah apabila biaya penanggulangan tersebut harus ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

Hal tersebut terjadi karena Walikota Samarinda belum menerbitkan peraturan pelaksanaan terkait jaminan reklamasi dan Kepala Kantor Pertambangan dan Energi belum melakukan pengawasan secara memadai atas kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan khususnya kewajiban pemenuhan jaminan reklamasi, serta tidak adanya sanksi yang tegas atas pelanggaran yang terjadi.

Kepala Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda menjelaskan bahwa hal tersebut terkait dengan SK Walikota Samarinda mengenai jaminan reklamasi yang sedang dalam proses perbaikan dan revisi.

BPK-RI merekomendasikan kepada Walikota Samarinda agar :

1. Merumuskan kebijakan yang menyangkut pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan khususnya tentang pelaksanaan jaminan reklamasi.

2. Memerintahkan Kepala Kantor Pertambangan dan Energi untuk meningkatkan pengawasan atas pemenuhan kewajiban keuangan para pemegang KP dan memberikan sanksi yang tegas sesuai ketentuan yang berlaku bagi pemegang KP yang tidak memenuhi kewajibannya.

Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Yang Berlaku

Kekurangan Pembayaran Royalti Dan Iuran Tetap sertaDenda Keterlambatan Sebesar Rp452.801.229,71dan US$329,989.57

Usaha pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategisdan golongan bahan galian vital termasuk batubara terlaksana setelah mendapatkan SuratKeputusan Penunjukan Kuasa Pertambangan atau Ijin Usaha Pertambangan dariWalikota Samarinda. Proses perijinannya ditangani oleh Kantor Pertambangan danEnergi Kota Samarinda. Kuasa Pertambangan tersebut dapat diberikan dalam bentukkuasa pertambangan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan danpemurnian, pengangkutan, serta penjualan.

Atas pemberian Kuasa Pertambangan ini, Pemegang KP mempunyai kewajiban, antara lain membayar Iuran Pertambangan berupa Iuran Tetap/Landrent dan Iuran Produksi/Royalti. Iuran Tetap/Landrent dan Royalti tersebut langsung disetorkan ke Kas Negara pada rekening No.501.000.000 di Bank Indonesia. Pembayaran Iuran Tetap di Kota Samarinda dilakukan secara penuh segera setelah Keputusan Penunjukan Kuasa Pertambangan disahkan oleh Walikota. Iuran eksploitasi (royalty) untuk KP ditetapkan atas dasar tarif tertentu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2003 tentang Tarif PNBP yang berlaku pada Departemen ESDM dimana pembayarannya dilakukan selambat-lambatnya satu bulan setelah akhir triwulan yang

Page 28: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

22

bersangkutan.

BPK melakukan pemeriksaan atas pembayaran royalty berdasarkan volume dan harga jual yang dilaporkan oleh perusahaan tahun 2006 dan 2007 dan membandingkan dengan bukti setor sebagai dasar pembayaran royalty yang telah disetor ke Kas Negara. Hasil pemeriksaan menunjukkan kekurangan pembayaran royalti sebesar US$261,561.82 dan atas kekurangan tersebut belum dikenakan denda atas keterlambatan royalti sebesar Rp324.142.379,71 dan US$68,427.75, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Perhitungan Royalti

No Perusahaan Kuasa

Pertambangan

Royalti Kurang Dibayar Denda Keterlambatan Royalti

Rp US$ Rp US$

1 YLPAD 0.00 212,582.70 246,109,163.98 46,389.04

2 CV. Arjuna 0.00 0.00 39,992,073.53 0.00

3 CV. Buana Rizky Armia 0.00 0.00 0.00 1,762.25

4 CV. Arqom 0.00 0.00 0.00 4,794.25

5 PT. Graha Benua Etam 0.00 0.00 38,041,142.20 0.00

6 KOPTAM BSM 0.00 15,114.00 0.00 0.00

7 CV. Baratama Makmur 0.00 14,257.40 0.00 3,510.77

8 CV. Dunia Usaha 0.00 6,902.72 0.00 9,684.54

9 KSU Putra Mahakam Mandiri 0.00 12,705.00 0.00 2,286.90

TOTAL 0.00 261,561.82 324,142,379.71 68,427.75

Khusus untuk KP KOPTAM BSM, karena sampai dengan akhir pemeriksaan tim pemeriksa tidak mendapatkan data, maka royalti kurang dibayar dihitung berdasarkan rata-rata penjualan untuk setiap ton batubara (sebesar USD 20 X 5% = USD 1) dan data tonase penjualan berdasarkan data SKAB yang dikeluarkan oleh Kantor Pertambangan & Energi Kota Samarinda. Rincian untuk perhitungan masing-masing KP dapat dilihat pada lampiran.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut berdasarkan bukti setor pembayaran Iuran Tetap dari pertambangan batubara yang telah disetorkan pemegang KP ke Kas Negara yang diserahkan oleh masing-masing Pemegang KP di Kota Samarinda, diketahui bahwa terdapat kekurangan pembayaran landrent sebesar Rp92.242.500,00 berikut dendanya sebesar Rp36.416.350,00 dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Perhitungan Iuran Tetap

KP LUAS Tgl Jatuh

Tempo Jumlah Iuran Tetap (Rp)

Pembayaran(Rp) Denda(Rp)

Kekurangan (Hektar) Iuran Tetap(Rp)

CV. Arjuna 695.5 6-Oct-06 17,387,500 8,346,000 17,387,500 902.5 22,562,500 0,00 10,830,000 22,562,500 39,950,000 19,176,000 39,950,000 6-Oct-07 17,387,500 4,173,000 17,387,500

Page 29: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

23

22,562,500 0,00 5,415,000 22,562,500 39,950,000 9,588,000 39,950,000 Sub Total 79,900,000 0,00 28,764,000 79,900,000 PT. Graha Benua 493.7 9-Dec-06 12,342,500 0,00 5,430,700 12,342,500 9-Dec-07 12,342,500 12,342,50 2,221,650 0,00 Sub Total 24,685,000 12,342,50 7,652,350 12,342,500 TOTAL 104,585,000 12,342,50 36,416,350 92,242,500

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pasal 17 ayat ayat (1) menyatakan: Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) terdapat kekurangan pembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, Wajib Bayar yang bersangkutan wajib melunasi kekurangannya dan ditambah dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dari jumlah kekurangan tersebut.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan tanggal 31 Desember 1969 Pasal 55 menyatakan bahwa Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi diwajibkan membayar Iuran Tetap tiap tahun untuk tiap hektar wilayah Kuasa Pertambangannya.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2003 Tanggal 31 Juli 2003 Tentang Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan bahwa :

a. Tarif royalti yang menjadi hak pemerintah dari batubara adalah sebesar kalori < 5.100 = 3%, kalori 5.100-6.100 = 5% dan kalori > 6.100 = 7% dari harga jual.

b. Penerimaan dari Iuran Tetap/Landrent untuk Usaha Pertambangan Umum dalam rangka Kuasa Pertambangan untuk tahap eksplotasi adalah sebesar Rp25.000,00 per ha/tahun untuk endapan primer dan endapan alluvial-alluvial.

Hal tersebut mengakibatkan Negara kurang menerima PNBP dari royalti hasil penjualan batubara dan Iuran Tetap sebesar masing-masing USD261,561.82 dan Rp92.242.500,00 dan denda atas keterlambatan pembayaran royalti belum dibayar sebesar Rp324.142.379,71 dan USD 68,427.75 serta denda iuran tetap sebesar Rp36.416.350,00.

Kondisi tersebut disebabkan:

1. Pemegang KP di Kota Samarinda tidak mentaati ketentuan mengenai pembayaran royalti dan iuran tetap.

2. Walikota Samarinda dan Kepala Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda kurang cermat dalam melakukan pengawasan atas pembayaran Iuran Tetap yang dilakukan oleh para pemegang KP.

Page 30: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

24

Kepala Kantor Pertambangan dan Energi Kota Samarinda menjelaskan akan menagihkan kekurangan tersebut. Atas denda keterlambatan pembayaran royalti telah dilakukan pembayaran oleh CV Buana Rizky Armia tanggal 27 Nopember 2008 sebesar US$1,762.25

BPK-RI merekomendasikan kepada Walikota Samarinda agar:

1. Menegur dan memerintahkan Pimpinan masing-masing Kuasa Pertambangan untuk segera menyetorkan kewajiban royalty, iuran tetap dan dendanya ke Kas Negara di rekening 501.000.000.

2. Memerintahkan Kepala Kantor Pertambangan dan Energi untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian lapangan khususnya atas kegiatan produksi, penjualan dan pembayaran kewajiban PNBP oleh Pemilik KP, serta memberikan sanksi yang tegas sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 31: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LHP Kota Samarinda

25

BAB V

KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan atas pengelolaan pertambangan Batubara pada Pemerintah Kota Samarinda dan 9 Perusahaan Pemegang Kuasa Pertambangan di Kota Samarinda menunjukkan kelemahan kebijakan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku sebagai berikut:

1. Kelemahan Kebijakan Daerah

Pemerintah Kota Samarinda belum menetapkan prosedur pelaksanaan jaminan reklamasi, mengakibatkan Pemkot Samarinda tidak memiliki jaminan yang memadai untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Samarinda apabila pemilik KP tidak melaksanakan kewajiban reklamasi dan revegetasi.

2. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

Kekurangan pembayaran royalti dan iuran tetap serta denda keterlambatan yang mengakibatkan negara kurang menerima PNBP sebesar Rp452.801.229,71 dan US$329,989.57

Kelemahan kebijakan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku tersebut merupakan penyimpangan yang menghambat terpenuhinya PNBP Sumber Daya Alam Pertambangan Batubara sebagai Dana Bagi Hasil bagi daerah yang merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Selain itu, kesalahan kebijakan dalam pemberian ijin dan ketidakpatuhan perusahaan memenuhi kewajiban terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan membebani keuangan negara/daerah untuk pemulihannya dan apabila upaya pemulihan tersebut tidak berhasil, akan mengancam kelestarian alam dan kehidupan manusia.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 32: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

No. LUAS Denda Kekurangan(Hektar) TAHAP NOMOR TANGGAL Iuran Tetap

1 CV. Arjuna 695.50 Eksploitasi 545/142/KPE/IX/20 6-Sep-04 6-Oct-06 25,000 17,387,500 8,346,000 17,387,500 902.50 Eksploitasi 545/143/KPE/IX/20 6-Sep-04 22,562,500 10,830,000 22,562,500

39,950,000 19,176,000 39,950,000 6-Oct-07 25,000 17,387,500 4,173,000 17,387,500

22,562,500 5,415,000 22,562,500 39,950,000 9,588,000 39,950,000

28,764,000 79,900,000

Tarif Jumlah Iuran Tetap

MA PERUSAHAPERIJINAN Tgl Jatuh

Tempo

Page 33: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

YLPAD LAMPIRAN 1

YLPAD

No. Tahun Bulan Tonase Jumlah Royalti Tanggal Royalti

Royalti DibayarTanggal Jatuh Tempo

Bulan Terlambat

Prosentase Denda (Bulan X 2%)

Jumlah Denda (Rp)

Royalti Belum Dibayar (Rp)

Jumlah Denda (US$)

Royalti Belum Dibayar (US$)

1 2006 April 4,027.00 35,606,542.27 2‐Mar‐07 35,606,542.27 31‐Jul‐06 8 16% 5,697,046.76 0.00 0.00 0.002 5,681.00 50,515,390.72 13‐Mar‐07 50,515,390.72 31‐Jul‐06 8 16% 8,082,462.52 0.00 0.00 0.003 3,952.00 35,211,273.37 26‐Mar‐07 35,211,273.37 31‐Jul‐06 8 16% 5,633,803.74 0.00 0.00 0.004 2006 May 8,758.00 77,364,101.95 3‐May‐07 77,364,101.95 31‐Jul‐06 10 20% 15,472,820.39 0.00 0.00 0.005 2006 June 3,358.00 28,621,664.60 31‐May‐07 28,621,664.60 31‐Jul‐06 10 20% 5,724,332.92 0.00 0.00 0.006 2006 8,595.00 73,242,773.20 31‐May‐07 73,242,773.20 31‐Jul‐06 10 20% 14,648,554.64 0.00 0.00 0.007 2006 July 3,359.00 29,579,462.64 18‐Jun‐07 29,579,462.64 31‐Oct‐06 8 16% 4,732,714.02 0.00 0.00 0.008 2006 7,510.00 66,121,264.77 18‐Jun‐07 66,121,264.77 31‐Oct‐06 8 16% 10,579,402.36 0.00 0.00 0.009 2006 September 8,053.00 71,459,636.83 12‐Sep‐06 71,459,636.83 31‐Oct‐06 0 0% 0.00 0.00 0.00 0.00

10 2006 8,026.00 72,234,450.00 10‐Jul‐07 72,234,450.00 31‐Oct‐06 9 18% 13,002,201.00 0.00 0.00 0.0011 2006 5,381.00 48,432,051.00 10‐Jul‐07 48,432,051.00 31‐Oct‐06 9 18% 8,717,769.18 0.00 0.00 0.0012 2006 October 5,543.00 49,891,716.00 10‐Jul‐07 49,891,716.00 31‐Jan‐07 6 12% 5,987,005.92 0.00 0.00 0.0013 2006 8,077.00 72,697,239.00 10‐Jul‐07 72,697,239.00 31‐Jan‐07 6 12% 8,723,668.68 0.00 0.00 0.0014 2006 November 5,093.00 46,527,140.20 1‐Aug‐07 46,527,140.20 31‐Jan‐07 7 14% 6,513,799.63 0.00 0.00 0.0015 2006 8,052.00 73,561,478.44 1‐Aug‐07 73,561,478.44 31‐Jan‐07 7 14% 10,298,606.98 0.00 0.00 0.0016 2006 8,055.00 73,586,672.77 1‐Aug‐07 73,586,672.77 31‐Jan‐07 7 14% 10,302,134.19 0.00 0.00 0.0017 2006 8,121.00 74,192,907.91 1‐Aug‐07 74,192,907.91 31‐Jan‐07 7 14% 10,387,007.11 0.00 0.00 0.0018 2006 December 8,416.00 76,884,572.20 1‐Aug‐07 76,884,572.20 31‐Jan‐07 7 14% 10,763,840.11 0.00 0.00 0.0019 2006 8,054.00 73,575,199.21 1‐Aug‐07 73,575,199.21 31‐Jan‐07 7 14% 10,300,527.89 0.00 0.00 0.00

126,111.00 Total 2006 165,567,698.04 0.00 0.00 0.00

No. Tahun Bulan Tonase Jumlah Royalti Tanggal Royalti

Royalti DibayarTanggal Jatuh Tempo

Bulan Terlambat

Prosentase Denda (Bulan X 2%)

Jumlah Denda (Rp)

Royalti Belum Dibayar (Rp)

Jumlah Denda (US$)

Royalti Belum Dibayar (US$)

1 2007 January  7,919.00 75,338,032.26 3‐May‐07 75,338,032.26 30‐Apr‐07 1 2% 1,506,760.65 0.002 2007 7,962.00 76,208,982.00 26‐Oct‐07 76,208,982.00 30‐Apr‐07 6 12% 9,145,077.84 0.003 2007 7,973.00 76,309,408.00 26‐Oct‐07 76,309,408.00 30‐Apr‐07 6 12% 9,157,128.96 0.004 2007 3,341.00 31,979,618.00 26‐Oct‐07 31,979,618.00 30‐Apr‐07 6 12% 3,837,554.16 0.005 2007 8,033.00 76,762,140.00 22‐Jul‐08 76,762,140.00 30‐Apr‐07 16 32% 24,563,884.80 0.006 2007 7,985.00 77,459,429.00 19‐Nov‐07 77,459,429.00 30‐Apr‐07 7 14% 10,844,320.06 0.007 2007 February 7,513.00 74,971,862.50 2‐Mar‐07 74,971,862.50 30‐Apr‐07 0 0% 0.00 0.008 2007 7,528.00 75,538,416.92 13‐Mar‐07 75,538,416.92 30‐Apr‐07 0 0% 0.00 0.009 2007 5,889.00 59,213,839.80 26‐Mar‐07 59,213,839.80 30‐Apr‐07 0 0% 0.00 0.00

10 2007 6,563.00 5,906.70$          30‐Sep‐08 0.00 30‐Apr‐07 16 32% 1,890.14$            5,906.70$               11 2007 8,560.00 7,704.00$          30‐Sep‐08 0.00 30‐Apr‐07 16 32% 2,465.28$            7,704.00$               12 2007 March 8,490.00 7,641.00$          30‐Sep‐08 0.00 30‐Apr‐07 16 32% 2,445.12$            7,641.00$               13 2007 8,223.00 83,570,366.00 19‐Nov‐07 83,570,366.00 30‐Apr‐07 7 14% 11,699,851.24 0.0014 2007 April 8,509.00 7,658.10$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,991.11$            7,658.10$               

Page 34: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

YLPAD LAMPIRAN 2

15 2007 8,568.00 7,711.20$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 2,004.91$            7,711.20$               16 2007 6,046.00 5,441.40$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,414.76$            5,441.40$               17 2007 May 8,027.00 7,224.30$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,878.32$            7,224.30$               18 2007 7,228.00 6,505.20$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,691.35$            6,505.20$               19 2007 5,156.00 4,640.40$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,206.50$            4,640.40$               20 2007 8,025.00 7,222.50$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,877.85$            7,222.50$               21 2007 8,050.00 7,245.00$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,883.70$            7,245.00$               22 2007 June 5,554.00 4,998.60$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,299.64$            4,998.60$               23 2007 8,103.00 7,292.70$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,896.10$            7,292.70$               24 2007 8,194.00 7,374.60$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,917.40$            7,374.60$               25 2007 7,998.00 81,279,711.00 19‐Nov‐07 81,279,711.00 31‐Jul‐07 4 8% 6,502,376.88 0.0026 2007 8,071.00 7,263.90$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jul‐07 13 26% 1,888.61$            7,263.90$               27 2007 July 8,022.00 82,112,784.00 19‐Dec‐07 82,112,784.00 31‐Oct‐07 2 4% 3,284,511.36 0.0028 2007 August 8,032.00 7,228.80$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,445.76$            7,228.80$               29 2007 September 8,099.00 7,289.10$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,457.82$            7,289.10$               30 2007 8,140.00 7,326.00$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,465.20$            7,326.00$               31 2007 3,892.00 3,502.80$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 700.56$                3,502.80$               32 2007 7,818.00 7,036.20$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,407.24$            7,036.20$               33 2007 8,096.00 7,286.40$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,457.28$            7,286.40$               34 2007 8,313.00 7,481.70$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,496.34$            7,481.70$               35 2007 5,625.00 5,062.50$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Oct‐07 10 20% 1,012.50$            5,062.50$               36 2007 October 7,037.00 6,333.30$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 886.66$                6,333.30$               37 2007 7,958.00 7,162.20$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,002.71$            7,162.20$               38 2007 8,208.00 7,387.20$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,034.21$            7,387.20$               39 2007 8,021.00 7,218.90$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,010.65$            7,218.90$               40 2007 8,721.00 7,848.90$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,098.85$            7,848.90$               41 2007 November 8,662.00 7,795.80$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,091.41$            7,795.80$               42 2007 4,773.00 4,295.70$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 601.40$                4,295.70$               43 2007 December 8,054.00 7,248.60$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 1,014.80$            7,248.60$               44 2007 3,610.00 3,249.00$          30‐Sep‐08 0.00 31‐Jan‐08 7 14% 454.86$              3,249.00$             

324,589.00 Total 2007 80,541,465.95 0.00 46,389.04$         212,582.70$         Total 2006&2007 246,109,163.98 46,389.04$         212,582.70$         

Page 35: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LAMPIRANBARATAMA MAKMUR

Tahun Bulan Penjualan Harga US$ Nilai Penjualan Tarif Biaya Pengurang Nilai Penjualan Royalti Dibayar

Tanggal Jatuh

Tempo

Tanggal Pembayaran

Royalti

Jumlah Pembayaran

Kurang Royalty Denda

2007 January - - 2007 February - - 2007 Mar - - - -

Qw 1 - - - 2007 April - - -

May 3,011.69 28.50 85,833.17 5% 85,833.17 4,291.66 2007 Juni 2,511.35 28.50 71,573.48 5% 71,573.48 3,578.67

Qw 2 5,523.04 - 157,406.64 7,870.33 31-Jul-07 7,870.33 2,361.10 2007 Juli - - -

Agustus - - - September - - Qw 3 - - 31-Oct-07

2007 Oktober 1,579.92 29.50 46,607.64 5% 22,360.76 24,246.88 1,212.34 November 2,872.00 32.50 93,340.00 5% 79,644.56 13,695.44 684.77

2007 Desember 2,806.22 32.00 89,799.04 5% - 89,799.04 4,489.95 Qw 4 7,258.14 127,741.36 6,387.07 31-Jan-08 6,387.07 1,149.67

TOTAL 12,781 14,257.40$ 3,510.77$

Page 36: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LAMPIRAN

CV. DUNIA USAHA

Tahun Bulan Volume Harga US$Total 

PenjualanAdjustment

Penjualan Nett

Kalori TarifRoyalti Dibayar

Royalti Dibayar triwulan

Tanggal Jatuh Tempo

Tanggal Pembayaran 

Royalti

Jumlah Pembayaran

Kurang Bayar Denda Tahun 

2007

2007 July 3,245.80 24.25 78,710.58 0.00 78,710.58 6,100.00 7% 5,509.74 31‐Jul‐07 0.00 0.00 0.002007 August 8,239.00 30.00 247,170.00 4,689.33 242,480.67 5,712.00 5% 12,124.03 0.002007 September 8,244.68 37.50 309,175.65 1,068.92 308,106.73 6,150.00 7% 21,567.47 0.002007 October 3,542.51 24.25 85,905.92 0.00 85,905.92 6,300.00 7% 6,013.41 39,201.25 31‐Oct‐07 0.00 39,201.25 0.002007 November 3,528.00 35.00 123,480.00 0.00 123,480.00 6,001.00 5% 6,174.00 784.022007 December 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 784.022008 January 12,187.41 31‐Jan‐08 0.00 12,187.41 784.022008 February 1,027.772008 March 1,027.772008 April 1,027.772008 May 1,027.772008 June 1,027.772008 July 1,027.772008 August 12‐Aug‐08 39,865.50 11,523.16 1,027.772008 September 9‐Sep‐08 4,620.44 6,902.72 138.052008 October2008 November2008 December

44,485.94$      6,902.72$          9,684.54$    

Page 37: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

No. LUAS Denda Tgl Hutang (Hektar) TAHAP NOMOR TANGGAL Pembayaran Landrent

1 PT. ENERGI CAHAYA 1,022 Eksploitasi 26-Apr-05 26-May-06 25,000 25,550,000 7,665,000 6-Feb-08 33,215,000 - INDUSTRITAMA (qq CV ARQOM) 26-May-07 25,000 25,550,000 1,533,000 6-Feb-08 27,083,000 -

60,298,000

Tarif Jumlah Landrent JumlahNAMA PERUSAHAAN

PERIJINAN Tgl Jatuh Tempo

Page 38: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

No. LUAS Hutang Denda(Hektar) TAHAP NOMOR TANGGAL Landrent

1 PT. GRAHA BENUA 493.70 Eksploitasi 458/HK-KS/2005 9-Nov-05 9-Dec-06 25,000 12,342,500 - 12,342,500 5,430,700 ETAM

9-Dec-07 25,000 12,342,500 12,342,500.00 - 2,221,650

24,685,000 12,342,500 7,652,350

Tarif Jumlah Landrent

Jumlah PembayaranNAMA PERUSAHAAN

PERIJINAN Tgl Jatuh Tempo

Page 39: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

LAMPIRANKUD. Putra Mahakam

Tahun Bulan Volume Harga US$Total 

PenjualanAdjustment

Penjualan Nett

Kalori TarifRoyalti Dibayar

Royalti Dibayar triwulan

Tanggal Jatuh Tempo

Tanggal Pembayaran 

Royalti

Jumlah Pembayaran

(Kurang)/lebih Bayar 

Denda Tahun 2007

2007 October 0.00 38.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002007 November 0.00 38.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002007 December 5,500.00 33.00 181,500.00 0.00 181,500.00 6,300.00 7% 12,705.00 0.002008 January 12,705.00 31‐Jan‐08 0.00 12,705.00 0.002008 February 254.102008 March 254.102008 April 254.102008 May 254.102008 June 254.102008 July 254.102008 August 254.102008 September 254.102008 October 254.10

TOTAL 12,705.00$        2,286.90$     

Page 40: Dep ESDM Batubara Kota Samarinda

NAMAPERUSAHAAN I II III IV JUMLAH I II III IV JUMLAH

1 PT. Cahaya Tiara 170,008.59 208,441.03 348,412.79 271,903.53 998,765.94 211,020.43 211,221.12 256,470.07 216,645.34 895,356.96 1,894,122.90 2 KUD KOPTA 35,846.00 32,468.00 84,175.00 81,923.00 234,412.00 86,936.00 51,589.00 85,532.00 90,666.00 314,723.00 549,135.00 3 YLPAD 183,267.00 324,614.00 507,881.00 4 PT. Panca Prima Mining 344,349.00 344,349.00 5 CV. Transisi Energy 65,441.00 224,707.00 290,148.00 6 CV. Arjuna 13,422.40 29,934.93 32,074.94 11,114.37 86,546.64 86,546.64 7 CV. Buana Rizky Armia 41,323.00 41,323.00 41,323.00 8 CV. Arqom 21,068.00 21,068.00 21,068.00 9 PT. Graha Benua Etam 1,743.00 13,825.00 15,568.00

10 KOPTAM BSM 14,114.17 1,000.00 15,114.17 15,114.17 11 CV. Baratama Makmur 1,200.00 1,200.00 1,800.00 2,500.00 3,800.00 3,800.00 11,900.00 13,100.00 12 CV. Dunia Usaha 11,899.00 11,899.00 13 KSU Putra Mahakam Mandiri 3,825.00 3,825.00 3,825.00 14 PT. Himko Coal 1,060.00 1,060.00

1,484,828.94 2,310,310.77 3,795,139.71

DATA PRODUKSI / PENJUALAN BATUBARAKUASA PERTAMBANGAN DI WILAYAH KOTA SAMARINDA

TAHUN 2005 S.D. 2007

NO TOTALTAHUN 2006 TAHUN 2007