dentistry material GIC

13
1. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memanipulasi semen glass ionomer dengan cara yang benar dan tepat. 2. Mahasiswa mampu membedakan setting time semen glass ionomer dengan variasi rasio bubuk/cairan. 2. CARA KERJA 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat a. Pengaduk plastik b. Paper pad c. Celluloid strip d. Plat kaca e. Cetakan plastik f. Plastic filling instrument g. Sonde Gambar 2.1 Alat-alat 2.1.2 Bahan a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II b. Vaselin 1

description

a research report about glass ionomer cement. in this research we used liquid and water ratio as independent variabel.

Transcript of dentistry material GIC

Page 1: dentistry material GIC

1. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memanipulasi semen glass ionomer dengan cara yang benar dan

tepat.

2. Mahasiswa mampu membedakan setting time semen glass ionomer dengan variasi rasio

bubuk/cairan.

2. CARA KERJA

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

a. Pengaduk plastik

b. Paper pad

c. Celluloid strip

d. Plat kaca

e. Cetakan plastik

f. Plastic filling instrument

g. Sonde

Gambar 2.1 Alat-alat

2.1.2 Bahan

a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II

b. Vaselin

1

Page 2: dentistry material GIC

Gambar 2.2 Bubuk dan cairan Glass Ionomer Cement

2.2 Cara kerja

a. Permukaan cetakan diulas vaselin, kemudian cetakan diletakkan diatas celluloid

strip yang telah diletakkan diatas plat kaca.

b. Ambil bubuk 1 sendok takar, letakkan diatas paper pad.

c. Cairan diteteskan sebanyak 1 tetes diatas paper pad, dekat bubuk dengan cara

botol dipegang secara vertikal, kemudian ditekan perlahan hingga menetes.

d. Waktu awal pencampuran dicatat. Bubuk dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama

dicampur dengan cairan selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian

kedua dan diaduk kurang lebih selama 20 detik sampai homogen. Total waktu

pencampuran adalah 30 detik.

e. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan dengan menggunakan plastic filling

instrument kemudian permukaan diratakan. Permukaan adonan ditutup dengan

celluloid strip, waktu pengerjaan selama 5 menit.

f. Selanjutnya celluoid strip dilepas, permukaan semen glass ionomer ditusuk sonde

untuk memeriksa setting time semen dengan interval waktu 5 detik sampai tidak

berbekas. Waktu pengerjaan dicatat.

g. Setelah mengeras, sampel dilepas dari cetakan.

h. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen

mengeras.

i. Praktikum dilakukan sebanyak 3 kali, dengan variabel perlakuan: konsistensi

kental (1 1/4 sendok takar), encer (3/4 sendok takar) dan normal (1 sendok takar).

2

Page 3: dentistry material GIC

3. HASIL PRAKTIKUM

No. Konsistensi w/p ratio Setting time

1. Kental rendah 7 menit 10 detik

2. rendah 6 menit 25 detik

3. Normal normal 7 menit 20 detik

4. normal 7 menit 10 detik

5. Encer tinggi 8 menit 30 detik

6. tinggi 9 menit 10 detik

4. PEMBAHASAN

GIC termasuk dalam tipe restorasi polikarboksilat berdasarkan ikatan matriks

dengan komposisi terdiri dari kalsium aluminum polialkenoat dan kalsium aluminum

polialkenoat-polimetakrilat. (O’Brien, 2002) . Pada awalnya, semen ditujukan untuk

tujuan restorasi estetik dari gigi anterior, dan direkomendasikan untuk gigi dengan

kavitas preparasi kelas III dan kelas VI. Karena ikatan adesif dengan struktur gigi dan

potensial untuk pencegahan karies, beberapa tipe dari glass ionomer mulai

berkembang sebagai luting agent, penyemenan band pada ortodontik, sebagai kavitas

liner atau base material, sebagai material restorasi, khususnya untuk kasus erosi gigi.

Sedangkan penggunaannya tergantung dari konsistensi semennya, dari viskositas yang

rendah hingga viskositas yang tinggi berdasarkan ukuran partikel dan P/L ratio.

Ukuran partikel maksimum adalah 50 µm untuk semen restorasi dan 15 µm untuk

luting agent. (Anusavice, 2009).

GIC tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan atau sebagai campuran bubuk

dengan air. Dalam percobaan yang digunakan yaitu bubuk dan cairan. (Mc Cabe,

2008)

Tabel Komposisi GIC (Mc Cabe, 2008)

Material Powder/Liquid

Bubuk Natrium aluminosilicate glass dengan sekitar 20% CaF dan sedikit

bahan tambahan lainnya yaitu Silika 41.9%, Alumina 28.6%,

3

Page 4: dentistry material GIC

Aluminium Fluoride 1.6%, Kalsium Fluoride 15.7%, Natrium

Fluoride 9.3%, Aluminium Fosfat 3.8%

Cairan

Larutan dari asam akrilik/asam kopolimer itaconic

atau Larutan dari polimer asam maleic atau kopolimer

maleic/akrilik dan Asam tartaric dalam beberapa produk untuk

mengontrol karakteristik setting.

Pada praktikum semen glass ionomer (GIC), percobaan dilakukan sebanyak 3

kali dengan mengontrol perbandingan bubuk dan cairan kemudian dicampurkan

dengan menggunakan paper pad dan spatula plastik.

Dalam pencampuran, poliakrilik dan asam tartaric bereaksi dengan glass, me-

leaching ion kalsium dan alumunium dari permukaan, yang mengalami cross-link

molekul polyacid menjadi gel. Asam tartaric menyebabkan peningkatan working time

dan setting yang tajam dengan membentuk kompleks ion metal. (O’Brien, 2002).

Setting dari GIC terdiri dari 3 fase, yaitu fase pelepasan ion, fase hydrogel dan

fase polysalt gel. Fase pelepasan ion terjadi ketika bubuk dan cairan pertama kali

dicampurkan. Larutan encer dari polyacid copolymer dan akselerator tartaric acid

memecah bubuk ion-leachable aluminofluoro-silicate dan melarutkan permukaan luar

kaca. Ion hidrogen dari polyacid copolymer dan tartaric acid menyebabkan pelepasan

dari kation logam, seperti Ca2+ dan Al3+, dari permukaan luar kaca, yang kemudian

bereaksi dengan ion fluor untuk membentuk kompleks CaF2, AlF2-, dan AlF2-. Pada

tahap awal dari fase ini, GIC akan melekat pada struktur gigi. GIC terlihat licin dan

mengkilap hasil dari matriks yang belum bereaksi. Pada tahap lanjut dari fase ini,

material akan kehilangan kilauannya, karena matriks bebas yang ada telah bereaksi

dengan kaca.

Fase kedua adalah fase hydrogel. Fase ini terjadi lima sampai sepuluh menit

setelah pencampuran, menyebabkan terjadinya initial set. Selama fase ini ion kalsium

positif akan dilepaskan lebih cepat dan bereaksi dengan rantai polyacrilic acid untuk

membentuk ikatan silang. Fase hydrogel ini menurunkan mobilitas dari rantai

polimer, menyebabkan gelasi awal dari matriks ionomer. Pada tahap ini, GIC akan

terlihat kaku dan opak.

4

Page 5: dentistry material GIC

Fase terakhir adalah fase polysalt gel. Pada fase ini material mencapai final

set. Matriks mengalami proses maturasi ketika ion aluminum yang dilepaskan lebih

lambat, membentuk polysalt hydrogel yang mengelilingi bahan pengisi kaca yang

belum bereaksi. Pada tahap ini GIC akan terlihat lebih seperti gigi.

Selama proses pengerasan, fase ikatan silang juga dihidrasi oleh air yang sama

seperti yang digunakan dalam medium. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel-

partikl kaca akan diselubungi oleh gel silika yang terbentuk selama pelepasan kation

dari permukaan partikel. Dengan demikian, semen yang mengeras terdiri atas

gumpalan partikel-partikel bubuk yang tidak bereaksi, dikelilingi oleh gel silika dalam

matriks amorfus dari kalsium hidrat dan campuran garam alumunium (Annusavice,

2003)

Pada percobaan yang kami lakukan, konsistensi kental menggunakan jumlah

bubuk yang lebih banyak dengan jumlah cairan yang sedikit, sedangkan pada

konsistensi encer menggunakan jumlah bubuk yang lebih sedikit dari basis dan jumlah

cairan yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan manipulasi untuk konsistensi kental

lebih cepat setting dibandingkan manipulasi pada konsistensi encer, yaitu 7 menit 10

detik dan 6 menit 25 detik.

Setting time yang dicapai oleh konsistensi encer pertama adalah 8 menit 30

detik dan percobaan yang kedua selama 9 menit 10 detik. Waktu yang didapatkan ini

lebih lama dibanding pada GIC dengan konsistensi kental dan normal.

Semen glass ionomer dengan konsistensi encer lebih lama mencapai setting

time karena sisa reaksi lebih banyak terbentuk, sebagai akibat dari banyaknya jumlah

sisa asam poliakriliat. Hal ini berakibat pada pembentukan salt gel matrix yang akan

menjadi berjauhan karena banyaknya sisa reaksi yang berada diantara celah partikel.

Hal ini menyebabkan semen glass ionomer konsistensi encer lebih lama setting

timenya.

Setting time yang didapatkan pada percobaan manipulasi semen glass ionomer

konsistensi normal adalah 7 menit 20 detik dan 7 menit 10 detik. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil praktikum sesuai dengan teori, yaitu setting time pada konsistensi normal

dicapai antara 6-8 menit dari mulai mengaduk. Pada menit ke-7 terjadi initial set yang

ditandai dengan mulai mengerasnya adonan. Hal ini ditunjukkan dengan masih

5

Page 6: dentistry material GIC

adanya sedikit goresan pada saat memeriksa kekerasan permukaan dengan

menggunakan sonde, masih terlihat sedikit bekas tusukan sonde pada cetakan. (Craig,

2002)

Menurut Craig, GIC mengalami setting 6 hingga 8 menit dari mulai

mengaduk. Setting time dapat diperlambat dengan mencampur semen pada slab yang

dingin, tapi teknik tersebut memberikan efek buruk terhadap kekuatannya, baik

kekuatan kompresif dan modulus elasticity, sehingga tidak dianjurkan. Semen harus

segera digunakan setelah dimanipulasi karena working time setelah pencampuran

adalah hanya sekitar 2 menit pada temperatur ruang. GIC sangat peka teradap kontak

dengan air selama setting, sehingga daerah sekitarnya haris terisolasi dengan baik.

Semen mencapai initial setnya sekitar 7 menit. (Craig, 2002)

Rasio bubuk – cairan yang direkomendasikan oleh produsen untuk GIC harus

diikuti. Paper pad saja cukup untuk pencampuran. Sebuah glass slab dingin dan

kering dapat digunakan untuk menghambat reaksi dan memperpanjang waktu kerja.

Penting sekali untuk pemakaian menggunakan glass slab, tidak dapat digunakan jika

suhu berada di bawah titik pengembunannya. Bubuk dan cairan tidak boleh diletakkan

ke paper pad sampai sebelum prosedur pencampuran dimulai. Terlalu lama terkena

udara dapat mengubah rasio asam – air yang tepat dari cairan. Bubuk harus

dimasukkan dengan cepat ke dalam cairan menggunakan spatula kaku untuk aplikasi

restoratif dan logam atau plastik spatula untuk aplikasi luting. (Annusavice, 2003)

Kegunaan dari GIC, antara lain:

1. Sealants : GIC adalah bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pit and

fissure sealants, namun penggunaannya harus dipertimbangkan terlebih

dahulu. Apabila, resin masih dapat digunakan, maka pit and fissure sealant

sebaiknya menggunakan resin tersebut.

2. Crown : Retensi stainless steel mahkota dicapai berdasarkan desain retensi dari

mahkota dan sifat crimping yang disesuaikan dengan preparasi gigi.

3. Cavity Liners

4. Semen orthodontic

5. Restorasi Kelas I: Karies yang terjadi pada pit dan fisur pada permukaan

oklusal molar dan premolar serta pit pada bagian lingual gigi insisivus

6

Page 7: dentistry material GIC

Kelas II: Karies yang telah melibatkan bagian proksimal gigi premoral dan

molar, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk mendeteksi karies kelas 2.

Kelas III: Karies yang hanya melibatkan permukaan proksimal gigiinsisivus

dan kaninus.

Kelas V: Karies yang terjadi pada sepertiga gingival pada permukaan fasial

dan lingual pada semua gigi.

 Berdasarkan penggunaannya, GIC dibagi menjadi:

Tipe I, digunakan sebagai bahan perekat (luting)

Tipe II, digunakan sebagai bahan bahan restorasi

Tipe III, digunakan sebagai basis atau pelapis (lining/base)

Tipe IV, digunakan sebagai bahan fissure sealant

Tipe V, digunakan sebagai semen ortodonsi

Tipe VI, digunakan untuk core build up

Tipe VII , digunakan untuk Flourid release

Tipe VIII, digunakan untuk ART

Tipe IX, digunakan untuk decidui restoration

Semen Glass Ionomer (Glass Ionomer Cements) ini sudah banyak dianjurkan

sebagai bahan lining untuk bahan pengisi komposit gigi posterior. Glass Ionomer

Cements memberikan gaya penyangga yang lebih keras daripada Calcium Hydroxide

Cements. Kelebihan dari Glass Ionomer Cements yang terbaru adalah dengan

pengenalan Radiopaque Glass Ionomer Cements yang mengandung garam barium

atau logam perak sebagai radiopacifying agents. (McCabe, 2008)

Glass Ionomer Cements restoratif konvensional memiliki kekurangan pada

radiopacity dan tidak dapat dengan mudah dideteksi menggunakan teknik radiografi

gigi. Diagnosis karies di sekitar Glass Ionomer Cements sehingga sulit untuk

dibuktikan. Radiopacity rendah dari semen ini disebabkan oleh adanya ion logam

yang memiliki nomor atom relatif rendah dan oleh karena itu memiliki relatif sedikit

elektron mampu menyerap sinar-X. Penggabungan logam dari nomor atom lebih besar

baik dalam bentuk logam (misalnya perak) atau bentuk oksida (misalnya barium

oksida) dapat digunakan untuk memberikan radiopacity tetapi diikuti dengan

hilangnya translucency yang cukup signifikan dan kecocokan warna. Hal ini mungkin

tidak dapat diterima untuk aplikasi restoratif tetapi mungkin bisa diterima untuk

7

Page 8: dentistry material GIC

aplikasi di mana penampilan semen dalam konsekuensi kecil - misalnya lapisan

rongga atau core build up. (McCabe, 2008)

Bila kandungan lebih banyak silikat, semen terlihat lebih translusen, tetapi bila

lebih banyak kalsium fluorida atau alumina, semen terlihat radioopak. Kandungan

fluor dalam semen glass ionomer merupakan keuntungan dalam menurunkan

temperatur fusi dan dapat mencegah terjadinya karies sekunder, Namun penambahan

bahan ini dapat menurunkan kekuatan semen. (Armilia, Milly. 2010)

Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan jaringan keras gigi dan

melepaskan fluoride dalam jangka waktu yang cukup lama, penggunaan semen

ionomer kaca menjadi semakin luas. Keuntungan adanya fluor di dalamnya membuat

GIC sangat cocok untuk restorasi pada gigi sulung di anterior terutama untuk bagian

proksimal. Akan tetapi tidak dianjurkan untuk restorasi pada gigi molar sulung.

Bahan yang sering digunakan untuk merestorasi baik gigi sulung maupun gigi

tetap dalam praktek kedokteran gigi adalah bahan restorasi adesif sewarna gigi. Bahan

restorasi sewarna gigi adalah Glass Ionomer Cement, kompomer dan resin komposit.

Dari segi estetis, resin komposit lebih unggul namun bahan ini tidak mengandung

fluor. GIC lebih banyak mengandung fluor dibandingkan kompomer dan tidak

memerlukan etsa asam, sehingga relatif lebih aman digunakan untuk merestorasi gigi

sulung maupun gigi tetap muda. Pelepasan fluor dari bahan restorasi dapat membantu

proses remineralisasi email dan mencegah karies gigi. (Attar N dan Onen A, 2002)

5. KESIMPULAN

Waktu setting GC Gold Label glass ionomer cement dengan perbandingan

bubuk lebih banyak dari aturan pabrik lebih cepat dibandingkan dengan waktu setting

GC Gold Label glass ionomer cement yang sesuai dengan aturan pabrik. Waktu

setting GC Gold Label glass ionomer cement dengan perbandingan bubuk lebih

sedikit dari aturan pabrik lebih lama dibandingkan dengan waktu setting GC Gold

Label glass ionomer cement yang sesuai dengan aturan pabrik.

8

Page 9: dentistry material GIC

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice K.J. Science of Dental Material. 11th ed. 2003. St Louis. WB Saunders Co. 2. Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 11th Ed. 2002. Missouri : Mosby

Inc. 3. Mc.Cabe dan Walls. Applied Dental Material. 9th ed. 2008. Blackwell Science publ.4. O’Brien W.J. Dental Material and Their Selection. 3rd ed. 2002. Michigan.

Quintessence Publishing Co Inc.5. Armilia, Milly. 2006. Upaya Mencegah Dentin Hipersensitif. Makalah Fakultas

Kedokteran gigi Universitas Padjajaran. Bandung. Accessed on December 15th 2010.

6. Attar N and Onen A. Artificial Formed Carieslike Lesion Around Esthetic Restorative Material. J. Ped. Dent. 2002.

9