Dens Invaginatus

10
DENS INVAGINATUS: ETIOLOGI, KLASIFIKASI, PREVALENSI, DIAGNOSIS, DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN ARIPIN Ringkasan Dens invaginatus adalah malformasi perkembangan gigi. Gigi yang terlibat menunjukkan lipatan enamel dan dentine yang dalam dimulai dari foramen caecum atau bahkan dari ujung cusp dan dapat meluas hingga ke akar. Gigi yang paling sering terlibat adalah gigi insisiv lateral maksila. Malformasi menunjukkan variasi morfologis yang luas dan seringkali mengakibatkan nekrosis pulpa. Perawatan saluran akar dapat menemukan masalah-masalah yang cukup berat oleh karena kompleksitas anatomi dari gigi. Etiologi, klasifikasi, prevalensi, diagnosis, dan pertimbangan perawatan akan dibahas. Kata kunci: Dens invaginatus (DI), malformasi PEMBUKAAN Dens invaginatus merupakan malformasi perkembangan gigi yang diakibatkan oleh invaginasi enamel organ ke dental papilla, dimulai dari mahkota dan terkadang meluas hingga akar sebelum terjadi kalsifikasi. Kondisi ini paling sering terjadi pada gigi insisiv lateral maksila permanen, diikuti oleh insisiv sentral maksila, premolar, kaninus, dan yang paling jarang adalah molar. Kasus terjadinya multipel bilateral pernah dilaporkan. Keberadaan dens invaginatus ganda sangatlah jarang. Keterlibatan gigi susu juga pernah dilaporkan. Jenis malformasi ini pertama kali dijelaskan oleh Ploquet pada tahun 1794 pada gigi ikan paus. DI pertama kali dijelaskan sebagai gigi di dalam gigi oleh Salter pada tahun 1855. DI pada gigi manusia pertama kali dijelaskan oleh seorang dokter gigi bernama Socrates pada tahun 1856. Sejumlah sebutan yang berbeda telah digunakan untuk menjelaskan kondisi ini; seperti oleh Busch pada tahun 1897 pada awalnya menyarakan penggunaan istilah ‘dens in dente’ yang menunjukkan gambaran radiografis berbentuk ‘gigi di dalam gigi’. Hunter menyarakan istilah ‘dilated composite odon-tome’. Darib erbagai istilah, ‘dens invaginatus’ tampaknya merupakan yang paling tepat karena ia menggambarkan lipatan bagian luar (enamel) ke bagian dalam (dentin) dengan pembentukan poket dan ruang buntu.

Transcript of Dens Invaginatus

Page 1: Dens Invaginatus

DENS INVAGINATUS: ETIOLOGI, KLASIFIKASI, PREVALENSI, DIAGNOSIS, DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN

ARIPINRingkasan

Dens invaginatus adalah malformasi perkembangan gigi. Gigi yang terlibat menunjukkan lipatan enamel dan dentine yang dalam dimulai dari foramen caecum atau bahkan dari ujung cusp dan dapat meluas hingga ke akar. Gigi yang paling sering terlibat adalah gigi insisiv lateral maksila.

Malformasi menunjukkan variasi morfologis yang luas dan seringkali mengakibatkan nekrosis pulpa. Perawatan saluran akar dapat menemukan masalah-masalah yang cukup berat oleh karena kompleksitas anatomi dari gigi. Etiologi, klasifikasi, prevalensi, diagnosis, dan pertimbangan perawatan akan dibahas.

Kata kunci: Dens invaginatus (DI), malformasi

PEMBUKAAN

Dens invaginatus merupakan malformasi perkembangan gigi yang diakibatkan oleh invaginasi enamel organ ke dental papilla, dimulai dari mahkota dan terkadang meluas hingga akar sebelum terjadi kalsifikasi. Kondisi ini paling sering terjadi pada gigi insisiv lateral maksila permanen, diikuti oleh insisiv sentral maksila, premolar, kaninus, dan yang paling jarang adalah molar. Kasus terjadinya multipel bilateral pernah dilaporkan. Keberadaan dens invaginatus ganda sangatlah jarang. Keterlibatan gigi susu juga pernah dilaporkan.

Jenis malformasi ini pertama kali dijelaskan oleh Ploquet pada tahun 1794 pada gigi ikan paus. DI pertama kali dijelaskan sebagai gigi di dalam gigi oleh Salter pada tahun 1855. DI pada gigi manusia pertama kali dijelaskan oleh seorang dokter gigi bernama Socrates pada tahun 1856.

Sejumlah sebutan yang berbeda telah digunakan untuk menjelaskan kondisi ini; seperti oleh Busch pada tahun 1897 pada awalnya menyarakan penggunaan istilah ‘dens in dente’ yang menunjukkan gambaran radiografis berbentuk ‘gigi di dalam gigi’. Hunter menyarakan istilah ‘dilated composite odon-tome’. Darib erbagai istilah, ‘dens invaginatus’ tampaknya merupakan yang paling tepat karena ia menggambarkan lipatan bagian luar (enamel) ke bagian dalam (dentin) dengan pembentukan poket dan ruang buntu.

Sinonim untuk malformasi ini adalah: Dens in dente, invaginated odontime, dilated gestant odontome, dilated composite odontome, tooth inclusion, dan dens telescope.

Etiologi dens invaginatus

Selama beberapa dekade, berbagai teori telah dibuat untuk menjelaskan etiologi dari malformasi ini tetapi masih belum jelas.

Tekanan pertumbuhan dari lengkung gigi yang mengakibatkan penumpukan enamel organ Kronfeld mengatakan bahwa ini merupakan hasil dari kegagalan fokal pertumbuhan epitel

enamel dalam (internal enamel epithelium). Rushton mengatakan bahwa invaginasi merupakan akibat dari proliferasi internal enamel

epithelium yang cepat dan agresif ke dental papilla.

Page 2: Dens Invaginatus

Oehlers berpendapat bahwa distorsi enamel organ selama perkembangan gigi dan protrusi (dorongan) bagian enamel organ berikutnya akan mengakibatkan pembentukan kanal enamel yang berakhir pada singulum atau biasanya ujung insisal.

‘Twin-theorie’ menyatakannya sebagai gabungan (fusi) dari dua benih gigi. Infeksi dikatakan ikut terlibat dalam malformasi. Gustafson dan Sundberg membahas mengenai trauma sebagai faktor kausatif. Faktor genetik tidak dapat dikecualikan. Ia mungkin dapat terjadi akibat lipatan foramen caecum yang dalam selama perkembangan

gigi dimana pada beberapa kasus mengakibatkan foramen apikal sekunder. Ectomesenchymal signaling system antara dental papilla dan internal enamel epithelium

dapat mempengaruhi morfogenesis gigi. Signal ini memiliki peranan yang spesifik seperti morfogenesis gigi dan pelipatan enamel organ.

Page 3: Dens Invaginatus

CI BECCAKlasifikasi dens invaginatus

Klasifikasi pertama dari gigi invaginatus dibuat oleh Hallet pada tahun 1953. Klasifikasi yang paling umum digunakan adalah yang dibuat oleh Oehlers pada tahun 1957 seperti pada Gambar 1. Ia menjelaskan anomali (kelainan) yang terjadi dalam tiga bentuk (invaginasi koronal);

Tipe I: Bentuk garis enamel minor yang terjadi di dalam batas mahkota dan tidak meluas melewati cemento-enamel junction (Gambar 1A)Tipe II: Bentuk garis enamel yang menginvasi akar tetapi masih terbatas sebagai blind sac (kantung). Dapat berkontak dengan pulpa ataupun tidak. (Gambar 1B)Tipe IIIA: Bentuk yang memasuki akar dan berkontak dengan ruang ligamen periodontal secara lateral melalui pseudo-foramen. Biasanya tidak ada kontak dengan pulpa, yang ditekan di dalam akar. (Gambar 1C)Tipe IIIB: Bentuk yang masuk ke dalam akar dan perforasi pada daerah apikal melalui pseudo-foramen. Invaginasi dapat berupa garis enamel utuh, tetapi biasanya sementum ditemukan juga membatasi invaginasi. (Gambar 1D)

Pada tahun 1958, Oehlers juga menjelaskan bentuk radikular dari invaginasi. Jenis ini sangat jarang dan dianggap merupakan akibat dari proliferasi selubung Hertwig dan secara radiografis gigi yang terlibat menunjukkan pembesaran akar.

Pada tahun 1972, Schulze & Brand menyatakan klasifikasi yang lebih detail, termasuk invaginasi yang dimulai dari incisal edge atau puncak mahkota, dan juga menjelaskan dysmorphic konfigurasi akar. (Gambar 2)

(TOLONG MASUKIN GAMBAR KLASIFIKASI YA *kecup)

Prevalensi dens invaginatus

Prevalensi dens invaginatus bervariasi dari 0.04% - 10%. Studi prevalensi diberikan dalam Tabel 1. Gigi yang paling sering terlibat adalah insisiv lateral maksila permanen dan kejadian bilateral sering ditemukan, yaitu sekitar 43% dari keseluruhan kasus.

Cakici dkk melaporkan bahwa DI hanya ditemukan pada insisiv lateral maksila tanpa adanya perbedaan jenis kelamin dan yang paling banyak ditemukan adalah dens invaginatus Tipe I (81,25%). Dalam studi lain, tipe yang paling umum juga adalah tipe I.

Insisiv lateral maksila permanen tampaknya merupakan gigi yang paling sering terlibat dan gigi posterior sepertinya jarang terlibat. Bukti ditemukannya DI pada gigi mandibula juga dilaporkan. Swanson & McCarthy menjelaskan mengenai invaginasi bilateral. Keterlibatan gigi sulung juga pernah dilaporkan dalam studi yang lain.

Penemuan histologis

Dentin di bawah invaginasi dapat dalam keadaan utuh tanpa adanya kelainan. Ia juga dapat mengandung susunan jaringan ikut ikat yang vital atau bahkan saluran akar yang baik dengan kontak pulpa.

Page 4: Dens Invaginatus

Enamel digambarkan dalam keadaan tidak beraturan. Beynon melaporkan adanya enamel yang hipomineralisasi pada dasar invaginasi sedangkan Morfis, dalam analisa kimiawi, menemukan fosfat dan kalsium yang delapan kali lebih banyak dibandingkan dengan outer enamel. Bloch-Zupanet menjelaskan bahwa internal enamel menunjukkan bentuk rod yang tidak normal dan lebih kompleks, serta permukaannya menunjukkan pola honeycomb (sarang lebah) yang khas namun tidak ada perikymata, yang biaanya ditemukan pada bagian luar gigi.

Page 5: Dens Invaginatus

CI MELIDiagnosa

Pada kebanyakan kasus, DI ditemukan melalui radiografi. Secara klinik, morfologi mahkota yang tidak biasanya (dilatasi, peg-shaped, barrel-shaped) atau foramen caecum yang dalam dapat menjadi petunjuk yang penting. Insisiv lateral maksila adalah gigi yang paling rentan terhadap invaginasi koronal sehingga gigi ini harus diperiksa secara lengkap baik klinis maupun radiografis, minimal, pada semua kasus dengan pit yang dalam pada foramen caecum di bagian lingual gigi insisiv. Namun, pada kasus dengan insisiv lateral peg-shaped biasanya menunjukkan adanya pit pada bagian ujung mahkota yang konus.

Radiografi konvensional biasa tidak dapat memberikan informasi struktural yang detail mengenai malformasi ini. Teknologi radiografik terbaru, spiral computed tomography, telah diperkenalkan oleh Robinson dkk dan Sponchiado dkk yang bukan hanya membantu dalam diagnosis dens invaginatus tetapi juga memberikan gambaran tiga dimensi mengenai variasi anatomi saluran akar.

Gambaran klinis

Invaginasi memberikan jalan masuk bagi iritan ke area yang dipisahkan dari jaringan pulpa oleh lapisan enamel dan dentin yang tipis, dan menjadi predisposisi untuk perkembangan karies gigi. Pada beberapa kasus, garis enamel tidak sempurna dan saluran-saluran juga dapat ditemukan diantara invaginasi dan pulpa. Oleh karena itu, nekrosis pulpa sering terjadi dalam beberapa tahun setelah erupsi, terkadang bahkan sebelum penutupan akar gigi.

Laporan lain mengenai akibat invaginasi koronal yang tidak terdiagnosa dan tidak dirawat adalah pembentukan abses, retensi gigi sebelah, pergeseran gigi, kista, resorpsi internal, dan selulitis wajah sering ditemukan.

Identifikasi klinis mengenai jalan masuk invaginasi sulit untuk dilakukan karena jalan masuk tidak dapat dikenali dan mirip dengan fissure normal. Untuk membantu identifikasi, penggunaan pewarnaan metylene blue dapat dilakukan. (Gambar 3)

Gambaran umum dari gigi dengan DI meliputi peg-shaped, cekungan insisal, peningkatan diameter labio-lingual dan mesio-distal, bentuk konus, dan adanya singulum atau cusp yang membesar. (Gambar 4(a&b) & 5)

Literatur dental lain mengenai malformasi dens invaginatus berisi tentang beberapa laporan kasus yang menunjukkan adanya gigi invaginasi bersamaan dengan anomali gigi lain, malformasi, dan bahkan sindrom dental atau medis.

*ini kan sedikit aja,minta tlg masukin gambar 3, 4 ama 5 yaaa

Page 6: Dens Invaginatus

VERAGambaran radiografis

Gambaran radiografis berupa;

Tipe I dan Tipe II

Pada kedua tipe I dan II, DI dimulai dari koronal dengan fissure yang sempit. Ini kemudian melebar menjadi gumpalan (massa) uniglobular yang kemudian berakhir pada bagian koronal (Tipe I) atau masuk ke bagian radikular (Tipe II). Seiring dengan invaginasi masuk ke bagian koronal dan radikular, bagian luar dari ruang pulpa dapat berubah sehingga mengakibatkan penumpulan tanduk pulpa. Kerusakan dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran seperti bentuk loop, pir, atau struktur radiolusen hingga bentuk yang menunjukkan adanya gigi di dalam gigi. Bagian luar dari invaginasi umumnya berbatas jelas dengan lapisan enamel yang opaque. (Gambar 7 & 8)

Tipe III

Tipe IIIa menunjukkan pendalaman fissure gigi yang keluar dari permukaan lateral akar. Saluran akar yang berdekatan dengan invaginasi dapat bergelombang dan tidak normal. Bakteri yang bergerak masuk melalui invaginasi dapat mengakibatkan periodontitis peri-invaginasi. Sifat dari peri-invaginasi adalah luas dan tampak sebagai bentuk menguncup. Sebagai akibat dari kontak yang rumit antara invaginasi dan saluran akar, lama-kelamaan pasti akan kehilangan vitalitas apabila invaginasi terinfeksi.

Sebaliknyam Tipe IIIb lebih sulit untuk diidentifikasi secara keseluruhan karena ia superimposed dengan sistem saluran akar yang keluar pada apikal saluran akar. Pembentukan apikal ini dapat menunjukkan apeks yang belum sempurna dan pada kebanyakan kasus dapat ditemukan lesi periapikal yang kuat. (gambar 8 & 9).

Penanganan dens invaginatus

Pilihan perawatannya adalah:1. Sealing profilaksis atau pencegahan pada invaginasi2. Perawatan saluran akar3. Bedah apikal endodontik4. Replantasi 5. Ekstraksi

(ciperaah, tlg masukin gambarnya ya . Maaf blm ditrasnlate keterangan gambarnya..minta ko agus aja bantuin heheh dikit kok *kecup mesra)

Page 7: Dens Invaginatus

CONNIETipe I dan Tipe II

Saat invaginasi ditemukan, uji vitalitas harus dilakukan untuk memperoleh status pulpa pada saat itu. Jika penyakit patologis tidak ditemukan pada saat pemeriksaan, maka pengukuran profilaksis harus dilakukan sesegera mungkin. Terdapat banyak variasi teknik yang ditujukan untuk perawatan profilaksis. Hal ini meliputi preparasi jalan masuk invaginasi dan peletakkan restorasi amalgam, sedangkan teknik yanglebih kontemporer meliputi penggunaan fissure sealant.

Jika memungkinkan, penggunaan pembesaran untuk membuka arah masuk invaginasi dengan kombinasi bur hand piece dan instrument ultrasonik dapat dipertimbangkan agar diperoleh akses penuh ke invaginasi. Saat invaginasi telah terpapar secara sempurna, MTA dapat digunakan untuk mengisi invaginasi dan akses kavitas akan ditutup dengan komposit. Gigi harus diawasi secara teratur dalam hal vitalitas. Jika terjadi kehilangan vitalitas, perawatan saluran akar harus dilakukan.

Kontrol antiseptik biasanya diperoleh dengan obat-obatan intracanal seperti kalsium hidroksida yang paling sering digunakan tetapi pasta triple antibiotik (ciprofloxacin, metronidazole,minosiklin) yang baru-baru ini diperkenalkan juga telah digunakan dan masalah open apex diatasi dengan membuat plug(penutup) apikal menggunakan kalsium hidroksida atau MTA (mineral trioxide aggregate). Saat perawatan endodontik sederhana gagal, maka kombinasi perawatan bedah dan non-bedah harus dilakukan.

Tipe III

Pada gigi vital yang berhubungan dengan inflamasi periradikular, invaginasi harus dirawat secara endodontik dengan cara yang sama seperti pada saluran akar normal untuk menjaga vitalitas pulpa. Perawatan kombinasi endodontik dan perawatan bedah pada gigi vital juga telah dilaporkan. Nekrosis pulpa yang terjadi pada gigi dengan invaginasi tipe III seringkali berhasil ditangani dengan perawatan endodontik saluran akar dan invaginasi itu sendiri, atau dengan kombinasi endodontik dan perawatan bedah. Pada beberapa kasus, ultrasonik dapat digunakan untuk pembuangan invaginasi secara sempurna sehingga dapat membantu perawatan endodontik.

Karena morfologi dari gigi ini bersifat kompleks, jika perawatan saluran akar tidak dapat dilakukan, maka ekstraksi biasanya disarankan dan kemudian dilakukan penggantian prostetik.

Peranan replantasi juga telah dilaporkan dalamb entuk dens invaginatus tipe III yang sangat kompleks.

Penggunaan MTA yang dikombinasikan dengan gutta percha juga dapat dipertimbangkan, dimana bagian apikal setelah preparasi akan lebar dan menguncup dalam pembentukannya.