DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

38
1 DENGUE SYOK SINDROM Oleh : Shobana Raveendran dr. I Gede Budiarta,SpAn.KMN BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN REANIMASI FK UNUD/RSUP SANGLAH

Transcript of DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

Page 1: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

1

DENGUE SYOK SINDROM

Oleh :

Shobana Raveendran

dr. I Gede Budiarta,SpAn.KMN

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN REANIMASI

FK UNUD/RSUP SANGLAH

Page 2: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

3

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Daftar Gambar .................................................................................................. iv

Daftar Tabel ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2

2.1 Definisi .................................................................................................. 2

2.2 Etiologi ................................................................................................... 3

2.3 Nyamuk Penular DBD ........................................................................... 4

2.4 Epidemiologi ......................................................................................... 5

2.5 Patofisiologi............................................................................................. 6

2.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 7

2.7 Diagnosis..................................................................................................... 10

2.8 Pencegahan................................................................................................. 11

2.9 Komplikasi................................................................................................. 12

2.10 Prognosis..................................................................................................... 13

BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................... 14

3.1 Identitas ................................................................................................. 15

3.2 Heteroanamnesis ..................................................................................... 16

3.3 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 22

3.4 Diagnosis Klinis .................................................................................... 25

3.5 Diagnosis Gizi...................................................... .................................. 27

Page 3: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

4

3.6 Rencana Kerja........................................................................................ 29

3.7 Penatalaksaan............................................................................................ 31

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................... 32

BAB V KESIMPULAN………………………………………………… 35

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 35

Page 4: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

5

BAB 1

PENDAHULUAN

Dengue Fever (DF) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih

manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri perut, mual, muntah, nyeri retro orbital, myalgia, atralgia,

ruam kulit, hepatomegali, manifestasi perdarahan, dan lekopenia.

Dengue Hemoragik Fever (DHF) adalah kasusu demam dengue dengan kecenderungan

perdarahan dan manifestasi kebocoran plasm. Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai dengan pembesara hati dan manifestasi

perdarahan. Demam Berdarah Dengue (BDB) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah

suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviride, dengan genusnya adalah

Flavivirus. Virus mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda-beda tergantung

dari sterotipe virus dengue. Mordibitas penyakit DBD menyebar di negara-negara tropis dan sub

tropis. Di setiap Negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.

Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman

berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Shok

Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga

merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita demam berdarah dengue akan

mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini

dan adekuat.

Penanganan renjatan pada DBD merupakan suatu masalah yang sangat penting diperhatikan, oleh

karena angka kematian akan meninggi bila renjatan tidak ditanggulangi secara dini dan adekuat.

Dasar penangani renjatan DBD ialah volume replacement atau penggantian cairan intravascular

yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian

permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage.

Page 5: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

6

Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura

dan asites yang berat dan kejang. Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus

demam berdarah.Oleh itu, pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau

mengurangi vector nyamuk demam berdarah.

Page 6: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati. Demam

Dengue berdarah adalah penyakit yang bermanifestasi perdarahan dikulit berupa petechie,

purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali,

trombositopeni.Dengue Syok Sindrom adalah penyakit DHF yang mengalami kesadaran menurun

atau renjatan.

2.1.1 Agent Infeksius

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod

Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat

serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya

dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai

daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB

di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling

dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis

yang berat dan penderita banyak yang meninggal.10 2.1.3 Vektor Penular Nyamuk Aedes aegypti

maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang

lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan

(daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan

dalam penularan.

2.2. Etiology

2.2.1. Mekanisme Penularan

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus

dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena

itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran

Page 7: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

8

35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.

Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus,

dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia

yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius. Seseorang yang di dalam

darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada

dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila

penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam

lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita

(masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini

akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes

aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah

akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak

membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya

nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat

menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah

terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina

mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke

individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi

sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak

bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang

menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya.

Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)

Page 8: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

9

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari

berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup

besar. Tempat-tempat umum itu antara lain :

i. Sekolah Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan kelompok

umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

ii. Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya : Orang datang

dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam

dengue atau carier virus dengue.

iii. Tempat umum lainnya seperti : Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat

ibadah dan lain-lain.

c. Pemukiman baru di pinggiran kota karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari

berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa

tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.

2.3. Nyamuk Penular DBD

2.3.1 Morfologi Nyamuk Penular DBD

Morfologi Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :

a. Nyamuk dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata

nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan

dan kaki.

b. Pupa (Kepompong) Pupa atau kepompong berbentuk seperti “Koma”. Bentuknya lebih besar

namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih

kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

c. Larva (jentik) Ada 4 tingkat (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva

i. Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.

ii. Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm.

iii. Larva instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.

Page 9: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

10

iv. Larva instar IV berukuran paling besar 5mm.

Larva dan pupa hidup pada air yang jernih pada wadah atau tempat air buatan seperti pada

potongan bambu, dilubang-lubang pohon, pelepah daun, kaleng kosong, pot bunga, botol pecah,

tangki air, talang atap, tempolong atau bokor, kolam air mancur, tempat minum kuda, ban bekas,

serta barang-barang lainnya yang berisi air yang tidak berhubungan langsung dengan tanah. Larva

sering berada di dasar container, posisi istirahat pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat,

sedangkan posisi kepala berada di bawah.

d. Telur Telur berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur berbentuk oval yang

mengapung satu persatu pda permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding

penampungan air, Aedes aegypti betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian

dalam pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar matahari langsung, dan

biasanya berada di dalam dan dekat rumah. Telur tersebut diletakkan satu persatu atau berderet

pada dinding tempat air, di atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut dengan

permukaan air.

2.3.2. Lingkungan Hidup

Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna yaitu

telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air.

Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur

terendam air. Telur dapat bertahan hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam

air, dan apabila musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam

kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan

stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa

9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.Pergerakan nyamuk dari tempat

perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan

terbang. Jarak terbang nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin

atau terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.

2.3.3. Variasi Musiman

Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim kemarau

tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas.

Page 10: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

11

Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air

hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh

karena itu pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya

populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan

penyakit dengue.

2.3.4. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti

Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada tempat-tempat

penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau

sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.

Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan

dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna

keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.

b. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa menampung

air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam,

burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas

bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain-lain.

c. Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung

kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain .

2.4. Epidemiologi

2.4.1. Distribusi Penyakit

Menurut Orang DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih

banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan

proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang

tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk

tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu

DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah. Pada

Page 11: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

12

awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita

terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah-wabah

selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia

penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang

berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.Menurut Tempat Penyakit DBD dapat

menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari

permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan

Aedes aegypti tidak sempurna.Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di

Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05

per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD

telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.14 Universitas Sumatera Utara Meningkatnya

kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana

transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh

pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.14,19 2.4.3.

Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi

oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-320 C) dengan kelembaban yang

tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia

karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak

berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal

Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap

tahun.

2.4.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu agent (virus), host (pejamu), dan

lingkungan, yaitu :

1. Agent (penyebab penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup atau mati yang

kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan

yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu

proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.19

2. Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit penyakit DBD.

Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia yaitu :

Page 12: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

13

i. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat yang

lainnya. Hasil penelitian Fathi (2004) di kota Mataram mobilitas penduduk tidak ikut berperan

dalam terjadinya KLB penyakit DBD di kota Mataram, hal ini dapat dikaitkan dengan mobilitas

penduduk di kota Mataram yang relatif rendah yaitu sebagian besar adalah petani.Hasil penelitian

Arsunan dan Wahiduddin (2003) di kota Makassar mobilitas penduduk berperan dalam

penyebaran DBD, hal ini disebabkan mobilitas penduduk di kota Makassar yang relatif tinggi.Hal

ini sesuai dengan Sumarmo bahwa penyakit biasanya menjalar dimulai dari suatu pusat sumber

penularan (kota besar), kemudian mengikuti lalu-lintas (mobilitas) penduduk. Semakin tinggi

mobilitas makin besar kemungkinan penyebaran penyakit.

ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara

pemberantasan yang dilakukan, hal ini berkaitan dengan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas

Duma (2007) di kecamatan Baruga kota Kendari ada hubungan yang sangat signifikan antara

pengetahuan dengan kejadian DBD. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Arsunan dan

Wahiduddin (2003) di kota Makassar yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan kejadian DBD. Hasil penelitian Kasnodiharjo (1997) di Subang Jawa Barat

menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan atau buta huruf , pada

umumnya akan mengalami kesulitan untuk menyerap ide-ide baru dan membuat mereka

konservatif karena tidak mengenal alternatif yang lebih baik.

iii. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit DBD.

Hasil penelitian Soegeng Soegijanto (2000) di Jawa Timur dari tahun 1996 sampai dengan tahun

2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 5-9 tahun. Tetapi pada tahun

1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat, keadaan tersebut perlu

diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa.4 Hal ini

sesuai dengan Suroso bahwa di Indonesia pada tahun 1995-1997 proporsi kasus DBD telah

bergeser ke usia ≥ 15 tahun.5 Hasil penelitian Fitri (2005) di Pekanbaru proporsi penderita

terbanyak lebih sering pada kelompok umur ≥ 15 tahun.

iv. Jenis kelamin, berdasarkan penelitian Widyana (1998) di Bantul pada tahun 1997 menemukan

bahwa proporsi penderita perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu sebesar 52,6 %.23 Hasil

serupa juga di peroleh oleh Enny dkk (2003) di Jakarta pada tahun 2000 sebagian besar penderita

adalah perempuan (58,2%).25 Namun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis

Page 13: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

14

kelamin penderita DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang dapat memberikan

jawaban dengan tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD.13 Hal ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan Djelantik di RSCM Jakarta (1998) menyatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara angka insiden laki-laki dan perempuan.

3. Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD adalah :

i. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat perindukan nyamuk

Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna (2003) dengan desain penelitian case control di kota

Medan mendapatkan kondisi tempat penampungan air mempunyai hubungan dengan kejadian

DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59 – 20,39).

ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk dan

virus DBD. Di wilayah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak

ditemukan nyamuk Aedes aegypti.

iii. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang

belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan kelembaban udara juga akan

meningkat yang akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama

musim hujan jangka waktu hidup nyamuk lebih lama dan berisiko penularan virus lebih

besar.11,15,19 Dari hasil pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia

bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan akhir

tahun.4 Hasil penelitian Fitri (2005) kasus penyakit DBD di kota Pekanbaru akan lebih tinggi pada

saat curah hujan tinggi yaitu diatas 300 mm.

iv. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian Yukresna (2003) di kota

Medan dengan desain penelitian case control yang mendapatkan bahwa kebersihan lingkungan

mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 2,90 (CI 95% 1,63-5,15). Penelitian

tersebut sesuai dengan pernyataan Seogeng, S (2004) yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi

lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Page 14: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

15

2 .5 Patofisiologi

Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-antibodi dalam

sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a dan

C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat terjadinya

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak sebagai akiba terjadinya

perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam

ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi,hipoproteinemia

dan efusi cairan pada rongga serosa.

Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang sampai

kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak

ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic sehingga terjadi pergeseran

ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan kontraksi otot

jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat kondisi renjatan/shock.

Selain itu kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya

timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi secara adekuat.

Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh:

- Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dna mencapai nilai

terendah pada masa renjatan.

- Gangguan fungsi trombosit

- Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin memanjang sedangkan

sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin normal,beberapa factor pembekuan menurun

termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan fibrinogen.

-DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi

Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan

perembesan plasma,namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan asidosis

metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga peranannya akan menonjol.

Renjatan dan DIC salig mempengaruhi sehingga kejadian renjatan yang irreversible yang disertai

perdarahan hebat disemua organ vital dan berakhir dengan kematian.

Page 15: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

16

2.6 Manifestasi Klinis

Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik yang meliputi

demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue termasuk sindrom

syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita

sembuh tanpa gejala sisa. Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai

ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain

virus. Berikut ini adalah bagan manifestasi infeksi virus dengue: Infeksi virus dengue Asimtomatik

Simtomatik Demam yang tak Demam dengue Demam berdarah jelas penyebabnya dengue

(sindrom virus) (kebocoran plasma) Tanpa Dengan Perdarahan perdarahan DBD tanpa DBD

dengan syok syok (SSD) Demam dengue Demam Berdarah.

2.7 Diagnosis

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997

terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.

1. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-

7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif, petechie,

echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena.

Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan

tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas siku;

tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,

diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian

proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih dari 20

petekia.

c. Pembesaran hati (hepatomegali).

d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,

kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah. Universitas Sumatera Utara

Page 16: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

17

2. Kriteria Laboratorium

a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml) b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan

hematokrit 20% atau lebih. 3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997 4,5 Derajat

penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :

a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi

perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga

terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya.

c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan

ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi

menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.

d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan

ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang

tidak terdeteksi.

2.7.1 Diagnosis Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat penting untuk memastikan diagnosis infeksi dengue,

meliputi :

1. Pengumpulan Spesimen Salah satu aspek yang esensial untuk diagnosis laboratorium

adalah pengumpulan, pegolahan, penyimpanan, dan pengantaran spesimen. Persyaratan

dari jenis spesimen, cara penyimpanan dan pengiriman dapat dilihat pada tabel berikut ini:

2. Jenis spesimen

3. Waktu pengambilan

4. Penyimpanan

5. Pengiriman

Spesimen darah Akut (S1) 0-5 hari setelah onset -700 C dry-ice Spesimen darah Konvelesen

(S2 & S3) 2-3 minggu setelah awitan -200 C beku/es Jaringan Secepatnya setelah meninggal -700

Page 17: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

18

C dry-ice Spesimen S1 adalah sampel darah yang diambil pada stadium akut atau secepatnya

setelah onset penyakit atau segera setelah masuk rumah sakit. Spesimen S2 adalah sampel darah

yang diambil pada waktu penderita akan meninggalkan rumah sakit atau secepatnya sebelum

meninggal. Spesimen S3 adalah sampel darah yang diambil 2-3 minggu setelah spesimen akut.

Waktu antara yang paling baik untuk pengambilan spesimen akut dan kovalesen adalah 10 hari.

Untuk pemeriksaan serologi pengumpulan spesimen darah dapat dilakukan dengan 2 cara :

a. dengan menggunakan kertas saring (filter paper khusus). Darah diteteskan pada kertas

saring sampai jenuh, bolak-balik sehingga seluruh permukaan filter paper terisi darah rata. Darah

dapat dari pembuluh vena dapat pula darah dari ujung jari (ujung jari ditusuk). Kertas saring yang

berisi darah dibiarkan kering pada temperatur kamar. Jangan dikeringkan dengan panas sinar

matahari atau yang lainnya. Kertas saring yang berisi darah yang telah kering disimpan dalam

tempat yang kering pada suhu kamar tidak lebih dari 3 bulan. Kirimkan dalam amplop atau kantong

plastik ke laboratorium secepatnya sebelum waktu 3 bulan tersebut.

b. dengan serum darah diambil secara asepsis dengan menggunakan semprit. Serum

dipisahkan dengan diputar 1500-2000 putaran sekitar 10-15 menit. Serum yang terpisah

dipindahkan dalam botol kecil dengan menggunakan pipet Pasteur. Serum tersebut disimpan pada

suhu -200 C sebelum dikirim ke laboratorium.

2. Isolasi Virus Isolasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat

dilakukan pada sebagian besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama sakit

dan langsung diproses tanpa penundaan. Spesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus

diantaranya serum fase akut dari pasien, autopsi jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati, limpa,

nodus limfe.

3. Uji Serologis Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaaan

serologi untuk penderita DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada Universitas

Sumatera Utara pemeriksaan serologi penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya

seperti ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. Apapun jenis uji yang

dilakukan, konfirmasi serologis sudah pasti bergantung pada kenaikan yang signifikan (4 kali lipat

atau lebih) pada antibodi spesifik dalam sampel serum diantara fase akut dan fase pemulihan.

Kumpulan antigen untuk sebagian besar uji serologis ini harus mencakup keempat serotipe dengue.

Page 18: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

19

2.8 Pencegahan

2.8.1 Pencegahan Primer

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer,

pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya

untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi

sakit.

1. Surveilans Vektor

Surveilans untuk nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi,

kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang

berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan insektisida yang

dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor. Data

tersebut akan memudahkan pemilihan dan penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian

vektor, dan dapat dipakai untuk memantau keefektifannya. Salah satu kegiatan yang dilakukan

adalah survei jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat

atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata

telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan

dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.

Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah :

a. House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI =

Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100% Jumlah Rumah yang Diperiksa

b. Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa. CI =

Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100% Jumlah Container Yang Diperiksa

c. Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah yang diperiksa.

BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100 rumah Jumlah Rumah Yang Diperiksa Dari

ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak

ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa. ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan

Jentik x 100% Jumlah Rumah Yang Diperiksa Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk

evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada

Page 19: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

20

100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas Jentik dan House

Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.

2. Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti.

Secara garis besar ada 3 Cara pengendalian vektor yaitu:

a. Pengendalian Cara Kimiawi Pada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang

ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan

organoklorin, organofosfor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida dapat diaplikasikan

dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat

digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dari golongan organofosfor (Temephos) dalam

bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan

abatisasi.

b. Pengendalian Hayati / Biologik Pengendalian hayati atau sering disebut dengan

pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan

mikroorganisme hewan invertebrate atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan

sebagai patogen, parasit dan pemangsa. Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan

gabus (Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis

golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis iyengari dan Romanomarmis culiforax

merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk.

c. Pengendalian Lingkungan Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara

antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada

pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian di

kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari..

Page 20: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

21

3.Surveilans Kasus

Surveilans kasus DBD dapat dilakukan dengan surveilans aktif maupun pasif. Di beberapa

negara pada umumnya dilakukan surveilans pasif. Meskipun sistem surveilans pasif tidak sensitif

dan memiliki spesifisitas yang rendah, namun sistem inin berguna untuk memantau kecenderungan

penyabaran dengue jangka panjang. Pada surveilans pasif setiap unit pelayanan kesehatan ( rumah

sakit, Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktek swasta, dll) diwajibkan melaporkan

setiap penderita termasuk tersangka DBD ke dinas kesehatan selambat-lambatnya dalam waktu 24

jam. Surveilans aktif adalah yang bertujuan memantau penyebaran dengue di dalam masyarakat

sehingga mampu mengatakan kejadian, dimana berlangsung penyebaran kelompok serotipe virus

yang bersirkulasi, untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini harus mendapat dukungan

laboratorium diagnostik yang baik. Surveilans seperti ini pasti dapat memberikan peringatan dini

atau memiliki kemampuan prediktif terhadap penyebaran epidemi penyakit DBD.

4. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Gerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan

pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai pemantauan hasilhasilnya secara terus

menerus. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan

penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta

prilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik

nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M, yaitu

1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan minimal

sekali dalam seminggu.

2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos

oleh nyamuk dewasa.

3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang semuanya dapat

menampung air hujan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

Page 21: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

22

2.8.2 Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan

masyarakat dengan cara :

1. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan pertolongan

pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat penurun panas yang tidak

mengandung asam salisilat serta segera bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.

2. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan pengobatan

segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut kepada Puskesmas,

kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi

dan pengamatan penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah

kemungkinan adanya penularan lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

3. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan kejadian luar biasa

(KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, disertai dengan cara

penanggulangan seperlunya.

2.9 Penatalaksaan

Penanganan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu

pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :

a. Istirahat total di tempat tidur.

b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah

garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau

nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan.

c. Berikan makanan lunak

d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan

kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan

asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan.

Page 22: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

23

e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

2. Penatalaksanaan pada pasien syok :

a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan

dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta

Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

Nilai normal Hemoglobin : Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah Laki-laki dewasa : 13 – 16

gr/100 ml darah Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah Nilai normal Hematokrit : Anak-anak :

33 – 38 vol % Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol % Wanita dewasa : 37 – 43 vol % c. Bila pada

pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.

c.Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien syok.Dianjurkan pemberian

oksigen dengan menggunakan masker.

d.Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching harus dilakukan setiap pasien

syok,terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock).Tranfusi darah diberikan pada

keadaan manifestasi pendarahan ynag nyata.Penurunan hematocrit tanpa perbaikan klinis

walaupun telah diberikan darah segar adalah untuk meningkatkan konsentrasi sel darah

merah.Palsma segar adalah untuk meningkat konsentrasi sel darah merah.Plasma segar atau

suspense thrombosit berguna untuk pasien dengan DIC yang menimbulkan pendarahan

massif.Pemeriksaan hematologi seperti PT,PTT, dan FDP berguna untuk menentukan berat

ringannya DIC.

e.Pemantauan tanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor dan dievaluasi secra teratur

untuk menilai hasil pengobatan.Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemantaun adalah:

i.Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih

sering sampai syok teratasi.

ii.Kadar hematocrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai klinis pasien stabil.

Page 23: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

24

iii.Setiap pasien harus mempunyai formulai pemantauan mengenai jenis cairan,jumlah dan

tetesan,untuk menentukan apakah cairan sudah mencukupi.

iv. Jumlah dan frekuensi diuresis (normal diuresis 2-3 ml/kg/BB/jam).

2.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan pernafasan akibat edema

paru atau kolaps paru, efusi pleura, acssites, ensefalopati dengue, kegagalan jantung dan sepsis.

2.11 Prognosis

Secara umumnya, prognosis dengue syok sindrom adalah buruk.Tetapi tergantung dari

beberapa faktor seperti lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya penanganan,

ada tidaknya syok yang terjadi terutama dalam 6 jam pertama pemberian infus dimulai, panas

selama renjatan dan tanda-tanda serebral.

Page 24: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

25

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama : PDSPS

Tanggal Lahir / Umur : 15 Desember 2012 / 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Bangsa : Indonesia

Alamat : Denpasar

Tanggal MRS : 24 Agustus 2016

3.2 Heteroanamnesis

Keluhan Utama:

Tangan dan kaki dingin

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien dibawa ke Instalasi Rawat Darurat Anak dengan keluhan tangan dan kaki terasa

dingin.Sebelumnya pasien dikatakan,demam syok,sore sekitar jam 15:00 WITA dengan suhu 37ºC

dan pasien telah diberikan obat penurun panas.Pasien dikatakan berasa lemas dan sejak 2 hari

lalu.Keluhan gusi berdarah mulai muncul sejak 2 hari yang lalu.Pasien dikatakan kurang

mengkonsumsi air sejak sakit.

Riwayat Pengobatan :

Sebelum dibawa ke RSUP Sanglah, pasien sempat masuk rumah sakit di RS Kasih Ibu Tabanan

sejak tanggal 23 Augustus 2016 pagi dengan demam dan diberikan obat penurun panas. Pada

tanggal 23 Agustus 2016 sore, jam 15:00 WITA pasien dibawa ke RS Bhakti Rahayu dikatakan

tangan dan kakinya dingin dan lemas dan diberikan cairan RL 150 cc.

Page 25: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

26

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Mual muntah,mimisan dan gusi berdarah disangkal.Pasien dikatakan tidak pernah mengalami

keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat atopi dalam keluarga pasien disangkal. Riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diabetes

mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Pribadi/Sosial/Lingkungan:

Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik pasien dikatakan sehat.Tetangga pasien

dikatakan ada yang terkena demam berdarah dan dirawat di ruangan intensif.

Riwayat Persalinan:

Pasien lahir dengan normal dibantu oleh bidan dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjanng

badan lahir dikatakan lupa. Lingkar kepala dikatakan lupa. Pada saat lahir pasien tidak segera

menangis.

Riwayat Nutrisi:

ASI : 3 bulan

Susu formula : mulai 3 bulan dengan frekuensi on demand/hari

Bubur tim : 6 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari

Nasi tim : 12 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari

Makanan dewasa : 18 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari

Riwayat Perkembangan:

Menegakkan kepala : sejak umur 4 bulan

Membalik badan : sejak 5 bulan

Duduk : 24 bulan

Merangkak : 12 bulan

Page 26: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

27

Berdiri : 30 bulan

Berjalan : 30 bulan

Bicara : belum bisa bicara

Riwayat Imunisasi :

Pasien melakukan pemberian imunisasi sebagai berikut

BCG : 1 kali

Polio : 4 kali

Hepatitis B : 4 kali

DPT-Hib-HB : 3 kali

Campak : 1 kali

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present :

Keadaan Umum : tampak sakit berat

Kesadaran : menurun E4V4M3

Nadi : 130 kali/menit, isi cukup

Laju napas : normal

Tax : 37oC

SpO2 : 93 %

Status general

Kepala : normal,lingkar kepala 38 cm

Wajah : wajah dismorfik (-)

Mata : pucat -/-, ikterus -/- ,

THT

Telinga : sekret -/-

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung (+),

Tenggorok : faring (sulit dievalusasi), T1/ T1 hiperemis (-),

Bibir : sianosis (+)

Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)

Thoraks : simetris (+), retraksi (-)

Page 27: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

28

Jantung

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Paru-paru

Auskultasi : bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wheezing +/+

Aksila : pembesaran kelenjar (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (+)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (+)

Hepar : teraba 3cm di bawah arc costa dextra dan 3cm dibawah proscecus

xyphoideus, tepi rata, tajam, kenyal

Lien : tidak teraba pembesaran

Perkusi : timpani

Kulit : sianosis (-)

Genitalia : tidak ada kelainan

Inguinal : pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas : hangat - - edema - -

- - - -

CRT 2 detik

Page 28: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

29

3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (24 Agustus 2016)

2.Pemeriksaan Kimia Klinik (24 Agustus 2016)

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks

pH 07.50

7.35 – 7.45 Tinggi

pCO2 24.00 mmHg 35.00 - 45.00

pO2 145.60 mmHg 80.00 - 100.00 Tinggu

Beecf 1.4 mmol/L -2 – 2

HCO3- 18.3 mmol/L 22.00 – 26.00

SO2c 99.1 % 95% - 100%

TCO2 33.20 mmol/L 24.00 – 30.00 Tinggi

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks

#BASO 0.28 103µL 0,00-0,10 Tinggi

RBC 5.39 106µL 4,10 – 5,30 Tinggi

Hemoglobin 14.77 g/dL 12,00-16,00

Hematokrit 45.51 % 36,00-49,00

Platelet 14.62 103µL 140,00-440,00 Rendah

MCV 77.2 fL 78,00-102,00

MCH 25.05 Pg 25,00-35,00

MCHC 32.07 g/dL 31,00-36,00

RDW 22.05 % 11,60-18,70 Tinggi

Page 29: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

30

2. Pemeriksaan Elektrolit (24 Agustus 2016)

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks

Natrium 07.50 mEq/L 135-145 Rendah

Kalium

Calcium

Chlorida

24.00

6,51

100,1

mEq/L

mg/dl

mEq/L

3,6-5,8

9-11.5

98-110

Tinggi

Albumin 1,14 Gr/dl 4,0-5,8

____________________________________________________________________

3.5 Diagnosis Klinis

Dengue Syok Sindrom dengan Renjatan Dekompensata

3.6 Diagnosis Gizi

Gizi baik

3.7 Rencana kerja (plan of care)

No Daftar Masalah Rencana Intervensi Target

1 Dengue Syok Sindrom

Dekompensata

Koloid HES 10ml/kg/jam

Pemeriksaan gula

darah,darah tepi,fungsi

hati,elektrolit,albumin

Syok teratasi

secepatnya

2 Demam Antipiretik 10ml/kgBB/jam Demam teratasi

kurang dari 4

jam

___________________________________________________________________

Page 30: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

31

3.8 Penatalaksanaan

Planing Terapi :

- Intubasi dengan ETT no 4 kedalaman 12 cm

- Ventilator tekanan positif

- Rawat ruang intensif anak (PICU)

- Kebutuhan cairan 1150 milimeter per hari

- Infus HES 10ml/kgBB/jam

- Paracetamol 10ml/kg/BB/jam

3.9 KIE

- Menjelaskan kepada ibu saat ini kondisi anak demam dengan suhu yang tinggi dan tidak

stabil sewaktu-waktu dapat terjadi perburukan bahkan menyebabkan kematian

- Akan dilakukan pemasangan infus yang membantu mengembalikan cairan yang hilang

- Direncanakan pemeriksaan darah dan pemeriksaan lainnya.

- Rencana anak akan dirawat diruang intensif untuk perawatan dan pengawasan ketat

Page 31: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

32

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan demam berdarah dengue melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan dan

merupakan pasien rujukan dari luar Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien dengan keluhan demam sejak 5 hari yang

lalu dengan suhu tinggi 36-38.5 Cº dengan badannya terasa lemas bersamaan keluhan tangan dan

kakinya terasa dingin sejak. Konsumsi air pasien menurun sejak mengalami sakit tersebut.

Sebelum masuk RSUP Sanglah, pasien sempat MRS di RS kasih ibu Tabanan sejak 22 Agustus

2016 dan RS Bhakti Rahayu pada 23 Agustus 2016 dan telah diberikan obat penurun panas dan

diberikan cairan RL 150 cc.. Menurut teori, pasien dengan demam berdarah dengue tidak akan

akan menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa), dan

setelah beberapa hari akan menimbulkan gejala seperti sakit kepala (biasanya di belakang mata);

ruam; nyeri otot dan nyeri sendi, perdarahan ringan membran mukus mulut dan

hidung.[5][7] Demam itu sendiri cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu

atau dua hari yang ditemukan dalam pasien ini. Pasien di kategorikan dalam dengue syok sindrom

karena sesuai dengan kriteria WHO, dimana yang ditemukan pada anamnesis pasien yang sesuai

dengan kriteria dengue syok syndrome atau diklasifikasikan sebagai demam dengue berdarah

derajat IV apabila mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah dan detak

jantungnya tidak dapat dirasakan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan keadaan umum tampak sakit berat dengan

kesadaran menurun, , suhu pasien 37oC dan saturasi oksigen 93%. Dari pemeriksaan status general

didapatkan napas normal, auskultasi paru ditemukan suata bronkovesikular, rhonki ada dan

wheezing tidak ada,ditemukan gusi berdarah, ditemukan distensi abdomen, nyeri

tekan,hepatomegali dan ascites. Adapun hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dan sesuai

dengan teori yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka dalam mendukung diagnosis demam

dengue berdarah adalah ditemukannya demam dengan suhu tinggi yang hilang timbul, sakit kepala

(biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan sendi, perdarahan ringan membran mukus mulut

dan hidung. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik yang mendukung dalam penegakkan diagnosis

Page 32: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

33

demam dengue berdarah derajat IV menurut WHO adalah adanya demam tinggi, hasil tourniquet

positif serta mual muntah dan dari hasil pemeriksaan palpasi,percusi,auskultasi didapatkan nyeri

tekan pada abdomen dan hepatomegali.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan tourniquet. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diperoleh adalah leukopenia (WBC

< 5000 cells/mm3) dengan lymphocytosis, sel darah merah yang sedikit meningkat disertai dengan

sedikit peningkatan hematokrit, dan paltelet berkurang. Berdasarkan teori, adapun hasil

pemeriksaan penunjang pada pasien yang diperoleh sesuai dengan pada umumnya adalah

ditemukannya leukopenia (WBC < 5000 cells/mm3) dengan lymphocytosis, dengan peningkatan

hemotocrit (> 20%). Sehingga dari hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan sangat mendukung diagnosis demam dengue syok

syndrome sesuai dengan kriteria WHO.

Pada pasien ini, terjadi tangan dan kaki terasa dingin yang ditandai dengan demam selam

5 hari dan nyeri badan pada pasien. Hal ini sangat mungkin terjadi pada pasien dengan dengue syo

syndrome, terutama dengan karakteristik dengue syok syndrome. Keadaan ini telah dijelaskan

dalam tinjauan pustaka bagian komplikasi dari dengue syok syndrome. Permeabilitas pembuluh

darah yang menurun dan hipovolumia memburuk akan mengakibatkan syok.Ini biasanya menjasi

pada hari ke 4 dan hari ke 5 penyakit,didahului dengan tanda-tanda peringatan.Selama syok tahap

awal,mekanisme kompensasi yang mempertahankan tekanan darah sistolik dan mengakibatkan

tarkikardia dan vasokonstriksi perifer pengurangan perfusi kulit seperti ektremitas yang dingin dan

dan waktu pengisisan kapiler yang lambat.Tekanan diastolik biasanya akan naik mendekati

tekanan sistolik dan tekanan nadi menyempit sebagai akibat peningkatan resistensi vaskular

perifer.Pasien dengan syok dengue umumnya tetap sadar.syok hipotensi berkepanjangan dan

hipoksia dapat menyebabkan kegagalan multi organ pada akhirnya dapat menyebabkan kematian

pasien.

Pasien dengue syok syndrome membutuhkan penanganan darurat dan akses ke perawatan

intensif.Sesuai dengan ini,pasien ini telah dirawat di instalasi rawat darurat anak.Menurut

teori,penanganan pasien dengan syok dimulai dengan cairan intravena dengan larutan kristaloid

isotonik 5-10mg/kg/jam selama satu jam dan pasien ini telah diberikan koloid HES 10ml/kg/jam

setara 130 ml/jam supaya syok dapt diatasi dengan secepat mungkin.Selain itu,pemberian

Page 33: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

34

antipiretik 10mg/kg/jam juga disarankan untuk mengatasi gejala demam dan sesuai dengan

ini,pasien telah diberikan 130 mg supaya demam dapat teratasi kurang dari 4 jam.

Page 34: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

35

BAB V

SIMPULAN

Page 35: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

36

Diagnosis dengue s

DENGUE SYOK SINDROM

Oleh :

Shobana Raveendran

(1202006214)

Pembimbing :

dr. Putu Kurniayanta,Sp.An

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN REANIMASI

FK UNUD/RSUP SANGLAH

2016

KATA PENGANTAR

Page 36: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

37

yok sindrom ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan anamnesis akan nampak gejala demam,lemas,gusi berdarah.Pemeriksaan fisik

yang ditemukan keadaan umum tampak sakit berat dengan kesadaran menurun, suhu pasien 37oC

dan saturasi oksigen 93%. Dari pemeriksaan status general didapatkan napas normal, auskultasi

paru ditemukan suata bronkovesikular, rhonki ascites,demam tinggi, hepatomegali, acsites, , suara

bronkovesikular, rhonki dan. Untuk pemeriksaan penunjang yang kerap dilakukan berupa

pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan kimia elektrolit dan albumin. Pada

umumnya pada pemeriksaan laboratorium diperoleh adalah leukopenia (WBC < 5000 cells/mm3)

dengan lymphocytosis, sel darah merah yang sedikit meningkat disertai dengan peningkatan

hematokrit, dan paltelet berkurang. WHO menggunakan kriteria gejala klinis berupa demam

dengue diikuti lebih dari 2 gejala iaitu nyeri kepala,muntah,nyeri perut,nyeri otot,rash mungkin

disertai dengan menisfestasi pendarah berupa ujian torniquet positif atau pendarahan spontan,

sedangkan demam berdarah dengue gejala klinis harus disertai dengan manifestasi pendarahan

baik dengan uji tourniquet positif dan atau pendarahn spontan,terbukti terjadinya peningkatan

permeabilitas kapiler dengan nilai hematokrit maksimal> 44% hiyung trombosit minimal

≤100,000mm³.Dengue syok sndrome pula demam harus berlangsung selama beberapa hari

keadaan umum tiba-tiba memburuk,hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam

menurun,yaitu pada hari sakit ke 3-7.Biasanya ditemukan kegagalan perederan darah,kullit terasa

dingintampak lesu,gelisah,sianosis sekitar mulutnadi menjadi cepat.Pasien juga akan mengeluh

nyeri di perut sesaat sebelum syok seringkli karena pendarahan gastrointestinal.Disamping

kegagalan sirkulasi syok ditandai oleh nadi lembut,cepat,kecil sampai tidak dapt diraba.Tekanan

nadi menurun sampai 20mmHg atau kurang dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

lebih rendah.Secara umumnya, dengue syok sindrom ini dapat membahayakan keadaan pasien

sehingga membutuhkan perotolongan emergensi. Oleh karena itu, penyakit dengue syok sindrom

dipandang remeh dan tidak bisa besikap lalai dalam memgambil langkah-langkah pencegahan.

Page 37: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi,U.F., 2001. Perubahan Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI.

Anies. 2006.

2. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm

3. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit

Menular. Jakarta: Alex Media Komputindo. Ansyari. 2004. Faktor Resiko Kejadian

Filariasis di Desa Tanjung Bayur Pontianak. Asri Maharani, Bagus Febrianto, Sapto P,

Widiarti., 2006.

4. Prober.Charles G.Ilmu Kesehatan Anak NELLSON jilid 2,edisi bahasa Indonesia edisi

15,Jakarta 2000

5. Studi Faktor Resiko Filariasis Di Desa Sambirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Jawa Tengah, Rinbinkes. BPVRP. Salatiga, Chahaya, I. 2003. Pemberantasan Vektor

Demam Berdarah di Indonesia, Digitized by USU Gigital Library. Medan Darmadi, I.

2007.

6. Sri Rezeki H.H.,HIndraIrawan.2000 Demam Berdarah Dengue,Jakarta:Bali Penerbit

FKUI.Halamn 16-17

7. Strategi Penanggulangan Penyakit Malaria Dengan Pendekatan Faktor Resiko di Daerah

Endemis Kabupaten Aceh Utara. Tesis S2. Universitas Sumatera Utara. Medan Depkes

R.I., 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, DIT. JEN. PP & PL. Jakarta 2006.

8. Pedoman Promosi Kesehatan Dalam Eliminasi Filariasis, DitJen PP&PL. Jakarta 2005.

9. Pedoman Penentuan Dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. DitJen PP&PL. Jakarta

2003.

10. Modul Pemberantasan Vektor, DitJen PPM&PL. Jakarta 2002. Penilaian Teknis Penilaian

Rumah Sehat. Jakarta. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.

11. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan .1999.

Page 38: DENGUE SYOK SINDROM - simdos.unud.ac.id

39

12. Profil Kesehatan Labuhan Batu Selatan. Sumatera Utara Dinkes SUMUT, 2011. Profil

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2010. Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2010.