DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -...

46
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 008 TAHUN 2017 TENTANG TATANAN JARINGAN KOMUNIKASI PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan tatanan navigasi penerbangan nasional sesuai dengan konsep Aviation System Block Upgrades (ASBU) ICAO, dipandang perlu dibuat pedoman dalam pembangunan jaringan komunikasi penerbangan nasional yang efisien, terarah, dan terpadu; b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Tatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176);

Transcript of DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -...

Page 1: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR : KP 008 TAHUN 2017

TENTANG

TATANAN JARINGAN KOMUNIKASI PENERBANGAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan tatanan

navigasi penerbangan nasional sesuai dengan konsep

Aviation System Block Upgrades (ASBU) ICAO, dipandang

perlu dibuat pedoman dalam pembangunan jaringan

komunikasi penerbangan nasional yang efisien, terarah,

dan terpadu;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a di atas,

perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara tentang Tatanan Jaringan

Komunikasi Penerbangan Nasional;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176);

Page 2: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tetang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun

2015 Nomor 5);

4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Tahun

2015 Nomor 75);

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun

2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 170 [Civil Aviation Safety Regulation Part 170)

tentang Peraturan Lalu Lintas Udara [Air Traffic Rules);

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun

2010 tentang Program Keselamatan Penerbangan

Nasional;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 49 Tahun

2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 172 [Civil Aviation Safety Regulation Part 172)

tentang Penyelenggara Pelayanan Lalu Lintas

Penerbangan [Air Traffic Service Provider);

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 171 [Civil Aviation Safety Regulation Part 171)

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telekomunikasi

Penerbangan [Aeronautical Telecommunication Service

Providers) sebagaimana diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 38 Tahun

2014;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun

2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 174 [Civil Aviation Safety Regulations Part 174)

tentang Pelayanan Informasi Meterologi Penerbangan

[Aeronautical Meteorological Information Services)

sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 138 Tahun 2015;

Page 3: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun

2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 175 [Civil Aviation Safety Regulations Part 175)

tentang Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical

Information Services);

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan sebagaimana diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun

2016;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun

2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG TATANAN JARINGAN KOMUNIKASI PENERBANGAN

NASIONAL.

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Aeronautical Fixed Telecommunication Network (AFTN)

adalah suatu sistem jaringan "Aeronautical Fixed Service"

seluruh dunia, dibangun sebagai bagian dari pelayanan

"AFS" untuk pertukaran pesan-pesan/berita atau data

digital antara stasiun-stasiun tetap didarat yang memiliki

karateristik komunikasi sama atau berkesesuaian.

2. Aeronautical Fixed Service adalah suatu pelayanan

telekomunikasi antara titik-titik yang tetap (tak bergerak)

tertentu yang diberikan terutama untuk keselamatan

navigasi penerbangan dan untuk pelayanan operasi

penerbanangan yang teratur, efisien dan ekonomis.

3. Air Traffic Flow Management (ATFM) adalah suatu

pelayanan yang dibentuk dengan tujuan untuk

Page 4: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

mendukung suatu aliran lalu lintas penerbangan yang

aman/selamat, tertib dan cepat dengan jaminan bahwa

kapasitas Pengendalian lalu Lintas Penerbangan Lalu

Lintas Penerbangan digunakan semaksimum mungkin

serta bahwa volume lalu lintas penerbangan sesuai dengan

kapasitas yang telah ditentukan oleh otoritas ATS yang

berwenang.

4. Aviation System Block Upgrades (ASBU) adalah Paduan

dalam GANP ICAO untuk mengharmonisasikan

kemampuan avionics dan infrastuktur Air Traffic

Management.

5. Direktur adalah Direktur Navigasi Penerbangan.

6. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

7. Fasilitas telekomunikasi penerbangan adalah fasilitas yang

digunakan untuk pelayanan komunikasi penerbangan dan

pelayanan radio navigasi penerbangan.

8. Global Air Navigation Plan (GANP) adalah sistem navigasi

penerbangan secara global yang menggambarkan

perencanaan pelayanan navigasi penerbangan secara

nasional.

9. Jaringan komunikasi adalah kumpulan terminal, tautan,

dan titik koneksi yang saling terhubung untuk

memungkinkan telekomunikasi di antara pengguna.

Jaringan komunikasi penerbangan merupakan jaringan

komunikasi yang menunjang pelayanan telekomunikasi

penerbangan.

10. Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah protokoljaringan untuk pengiriman data pada jaringan utamaberkecepatan tinggi dengan menggunakan sistem label.

Page 5: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

11. Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerakpesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan

selamat dan lancar untuk menghindari bahaya danlataurintangan Penerbangan.

12. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan yangselanjutnya disebut Penyelenggara Pelayanan adalah

badan hukum yang diberi izin untuk mengoperasikan dan

memelihara pelayanan telekomunikasi penerbangan danizin tersebut masih berlaku.

13. Sistem Penyebaran Data dan Informasi Penerbanganadalah kesatuan dari beberapa bagian peralatan yangberfungsi untuk penyebaran data dan informasi

penerbangan.

14. Tatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

adalah sistem komunikasi penerbangan secara nasional

yang menggambarkan perencanaan dan pengembangan

jaringan komunikasi penerbangan terintegrasi danterpadu.

15. Virtual Private Network (VPN) adalah jaringan private yangditumpangkan pada jaringan publik atau internet.

Pasal 2

(1) Dalam rangka mendukung kelancaran sistem penyebarandata dan informasi penerbangan diperlukan adanyapembangunan jaringan komunikasi penerbangan nasionalyang efisen, terarah dan terpadu.

(2) Data dan informasi penerbangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan data dan informasi pelayanannavigasi penerbangan yang terdiri dari:

a. pelayanan telekomunikasi penerbangan;b. pelayanan informasi aeronautika;dan

c. pelayanan informasi meteorologi penerbangan.

Page 6: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Pasal 3

(1) Sistem penyebaran data dan informasi penerbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai

dengan tatanan jaringan komunikasi penerbangan

nasional.

(2) Tatanan jaringan komunikasi penerbangan nasional

sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam lampiran

dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

ini.

Pasal 4

Tatanan jaringan komunikasi penerbangan nasional

dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:

a. tahap 1 (satu) yaitu peningkatan infrastruktur jaringan

komunikasi penerbangan;

b. tahap 2 (dua) yaitu interkoneksi antar sub network

jaringan komunikasi penerbangan;

c. tahap 3 (tiga) yaitu integrasi jaringan komunikasi

penerbangan nasional.

Pasal 5

Penyelenggara pelayanan harus menyediakan jaringan

komunikasi penerbangan nasional dengan berpedoman padaTatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional dan

melaporkan perkembangan setiap tahap pelaksanaan Tatanan

Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 guna terwujudnya Tatanan JaringanKomunikasi Penerbangan Nasional.

Pasal 6

Direktur melakukan pengawasan pelaksanaan peraturan ini.

Page 7: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Pasal 7

Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 18 Januari 2017

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:

1. Menteri Perhubungan;

2. Menteri Pertahanan;

3. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;

4. Kepala Badan Meceorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

5. Kepala Badan SA'\l Nasional;

6. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

7. Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I s.d Wilayah X;8. Para Kepala Bala^ di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;9. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha

Bandar Udara di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

10. Direktur Utama Perum LPPNPI;

11. Direktur Utama IT. Angkasa Pura I;

12. Direktur Utama FT. Angkasa Pura II.

Salinan sesuai dengan aslinyaXEPALA BAGIAN HUKUM

Perrjbim Tk I / (IV/b)70118 199403 1 001

Page 8: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : KP 008 TAHUN 2017

Tanggal : 18 JANUARI 2017

TATANAN JARINGAN KOMUNIKASI

PENERBANGAN NASIONAL

Page 9: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Daftar Isi

Daftarlsi 2

Daftar Tabel 4

Daftar Gambar 5

Daftar Singkatan 6

Bab I Pendahuluan 8

1.1 Latar Belakang 8

1.1.1 Tujuan 8

1.2 Dokumen-dokumen terkait 9

Bab II Tatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional 11

2.1 Jaringan Komunikasi Penerbangan yang Belum Terintegrasi 11

2.1.1 Jaringan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan 11

2.1.1.1 AFTN 11

2.1.1.2 Direct Speech (DS) 12

2.1.1.3 Jaringan Data Pengamatan Penerbangan 13

2.1.2 Jaringan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan 14

2.2 Konsep Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional yang Terintegrasi 15

2.2.1 Bentuk Jaringan 16

2.2.2 Paramater Performansi 17

Bab III Konsep Operasional Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional 19

3.1 Tujuan 19

3.2 RuangLingkup 20

3.3 Persyaratan Manajemen Keselamatan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional 20

3.4 Kapabilitas Jaringan Komunikasi Penerbangan 20

3.4.1 Aksesibilitas 20

3.4.2 Konektivitas Fisik 21

3.4.3 Akses Bandwidth dan Quality ofServices 21

3.4.4 Keamanan Jaringan 21

3.4.5 Service Level Agreement (SLA) 22

3.4.6 Pengembangan Jaringan Komunikasi Penerbangan 33

Page 10: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3.4.7 Monitoring Kinerja Jaringan Komunikasi Penerbangan 33

3.4.8 Pelaporan 33

3.4.9 Notifikasi Pelayanan 33

3.4.10 Rancangan JaringanKomunikasi Penerbangan dan IPAddress 33

Bab IV Strategi Tahapan Implementasi Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional 34

4.1 Inventarisasi Kebutuhan Bandwidth 34

4.2 Kesiapan Infrastruktur 34

4.3 Tahapan Konvergensi Jaringan Komunikasi PenerbanganNasional 35

Page 11: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Tabell.

Daftar Tabel

Standar Penentuan Prioritas

Tabel 2. PersyaratanMinimal FasilitasNavigasi Penerbangan pada JaringanKomunikasi Penerbangan Nasional

22

24

Page 12: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Daftar Gambar

Gambar 1 Topologi Jaringan AFTN Existing 11

Gambar 2 Topologi Jaringan DS Existing 12

Gambar 3 Topologi Jaringan Radar Existing 13

Gambar 4 Topologi Jaringan ADS-B Existing 13

Gambar 5 Ilustrasi Cakupan VHF-ER di Indonesia 14

Gambar 6 Ilustrasi Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional 15

17Gambar 7 Ilustrasi VPN lingkup Regional

Gambar 8 Konsep operasional jaringan komunikasi penerbangannasional 19

Gambar 9 Prioritas Kebutuhan 21

Gambar 10 Contoh VPN terenkripsi 22

Gambar 11 Ilustrasi subnetwork jaringan komunikasi penerbangan yang

diintegrasikan dengan VPN

34

Gambar 12 Ilustrasi konektivitas fasilitas navigasi penerbangan ke jaringan VPN 35

Gambar 13 Ilustrasi rancangan jaringan komunikasi penerbangan nasional 36

Gambar 14 Ilustrasi subnetwork lokasi Ambon 37

Gambar 15 Ilustrasi subnetwork lokasi Wamena 38

Gambar 16 Ilustrasi hubungan antara sub network ke MPLS berbasis VPN 38

Page 13: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Daftar Singkatan

ADS-B Automatic Dependent Surveillance - Broadcast

ADS-C Automatic DependentSurveillance- Contract

AFS Aeronautical Fixed Services

AFTN Aeronautical Fixed Telecommunication Network

AIDC ATS Interfacilites Data Communication

AIM Aeronautical Informatin Management

AIXM Aeronautical Information Exchange Model

AMHS Aeronautical Message Handling System

AMS Aeronautical Mobile Services

ASBU Aviation System Block Upgrades

ATFM Air Traffic Flow Management

ATM Air Traffic Management

CPDLC Controller Pilot Data Link Communication

DS Direct Speech

FDPS Flight Data Processing System

FIXM Flight Information Exchange Model

GANP Global Air Navigation Plan

HF High Frequency

MPLS Multi Protocol Label Switching

RCMS Remote Control and Monitoring System

RDPS Radar Data Processing System

SWIM System Wide Information Management

Page 14: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

VHF Very High Frequency

VHF-ER Very High Frequency - ExtendedRange

VPN Virtual Private Network

WXXM Weather Information Exchange Model

Page 15: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan padaPasal 282 menyebutkan bahwapelayanan telekomunikasi penerbanganterdiri dari:1. Pelayanan aeronautika tetap (aeronauticalfixed services);2. Pelayanan aeronautika bergerak (aeronautical mobile services);3. Pelayanan radio navigasi aeronautika (aeronautical radio navigation services).

Pelayanan aeronautika tetap (aeronautical fixed services) ditunjang olehaeronautical fixed telecommunication network (AFTN) dan direct speech (DS),pelayanan aeronautika bergerak (aeronautical mobile services) ditunjang olehkomunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link) VHF dan HF,sedangkan pelayanan Radio Navigasi aeronautika (aeronautical radio navigationservices) di tunjang oleh Pelayanan Rambu Udara (DVOR, NDB) dan Pelayanan

Pengamatan Penerbangan (Radar, ADS - B).

Jaringan komunikasi penerbangan saat ini masih berbasis pada system (systembased), dimana terdapat sistem-sistem terpisah yang melayani aplikasi berbeda

dengan tolak ukur kinerja jaringan komunikasi penerbangan berdasarkan kinerja

teknis masing-masing sistem.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan tatanan navigasi penerbangan nasional sesuai

dengan konsep Aviation System Block Upgrades (ASBU) ICAO, dipandang perlu

dibuat pedoman dalam pembangunan jaringan komunikasi penerbangan nasionalyang efisien, terarah, dan terpadu.

Sesuai dengan Global Air Navigation Plan (GANP), jaringan komunikasi

penerbangan kinerjanya berdasarkan performance based, dimana kinerjanya diukur

dari kinerja/performansi pelayanan yang diberikan. Oleh sebab itu, sistem yang adasaat ini harus bertransisi dari yang sebelumnya jaringan yang bersifat system basedmenjadi jaringan yang bersifat performance based dengan integrasi sistem-sistemyang ada saat ini dimana diharapkan dapat memberikan pelayanan yang seamless.

Page 16: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

1.1.1 Tujuan

Tujuan dalam penyusunan tatanan jaringan komunikasi penerbangan nasionaladalah untuk membuat suatu panduan jaringan komunikasi penerbangan yangselaras dan terintegrasi dari berbagai sistem-sistem jaringan yang terpisah. Denganbeberapa sistem-sistemjaringan yang saat ini digunakan terdiri dari:a. Jaringan AFTN;

b. Jaringan VHF - ER;

c. Jaringan data RADAR;

d. Jaringan Direct Speech;e. Jaringan ADS-B;

f. Jaringan ATN untuk Aplikasi AMHS;

g. Jaringan komunikasi air-grounddatalink untuk Aplikasi ADS-C/CPDLC.

Keberadaan beberapa jaringan komunikasi yang tidak terintegrasi saat ini,

menyebabkan kesulitan dalam pengelolaan, pengawasan dan pemantauan jaringan

komunikasi. Pengintegrasian berbagai jaringan tersebut diharapkan manajemen

jaringan menjadi lebih mudah dan efisien, dimana hal tersebut dilakukan melalui:

a. perluasan pelayanan-pelayanan yang dapat ditunjang oleh jaringan komunikasi

penerbangan;

b. integrasi sistem-sistem ke dalam satu jaringan komunikasi penerbangan.

Pengintegrasian jaringan mengacu pada standar dan regulasi yang berlaku sesuai

dengan konsep system wide information management (SWIM) dimana jaringankomunikasi penerbangan harus dapat menunjang pelayanan - pelayanan sebagai

berikut:

a. Pelayanan telekomunikasi penerbangan;

b. Pelayanan informasi aeronautika;

c. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan.

1.1.2 Dokumen-dokumen terkait

Adapun dokumen-dokumen terkait yang dijadikan standar dan pedoman dalampenyusunan tatanan jaringan komunikasi penerbangan nasional, sebagai berikut:1. Peraturan Menteri No. 38 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Menteri Perhubungan No. 57 Tahun 2011 Tentang PeraturanKeselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (CASR Part 171) TentangPenyelenggaraan Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (AeronauticalTelecommunication Service Providers);

Page 17: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Dokumen ini memberikan persyaratan untuk provider, operasi, dan perawatanbagi ground-based aeronautical telecommunication or radionavigation service.

2. Keputusan Menteri 14 tahun 2009 tentang Peraturan KeselamatanPenerbangan Sipil 170 tentang Peraturan Lalu Lintas Udara;Dokumen ini memberikan pedoman kebutuhan operator Pelayanan Lalu LintasUdara.

3. Dokumen ICAO Annex 10 tentang Aeronautical Telecommunications;Dokumen ini dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan teknis danoperasional ATN.

4. Dokumen ICAO 9750 tentang New Global Air Navigation Plan;Dokumen ini dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan strategi tatananjaringan komunikasi penerbangan nasional.

5. Dokumen ICAO 9883 tentang Manual on Global Performance of the AirNavigation System;Dokumen ini dapat dijadikan pedoman sehingga tatanan jaringan komunikasipenerbangan nasional sejalan dengan jaringan navigasi penerbangan global.

6. Dokumen ICAO 9673 tentang RegionalAir Navigation Plan;Dokumen ini dapat dijadikan pedoman sehingga tatanan jaringan komunikasipenerbangan nasional sejalan dengan jaringan navigasi penerbangan regional.

7. Dokumen ICAO 9869 tentang Manual on the Required CommunicationPerformance (RCP);Dokumen ini dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan teknis danoperasional jaringan komunikasi penerbangan nasional.

10

Page 18: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

BAB II

Tatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

2.1 Jaringan Komunikasi Penerbangan yang Belum Terintegrasi.Saat inijaringan komunikasi penerbangan terdiri dari duabagian yaitu:a. Jaringan komunikasi antarstasiun penerbangan (ground-ground);b. Jaringan komunikasi lalu lintas penerbangan (air-ground).

2.1.1 Jaringan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (ground-ground)

2.1.1.1 Aeronautical Fixed Telecommunication Network (AFTN)

AFTN merupakan jaringan yang digunakan dalam pertukaran berita ATS antarstasiun penerbangan. Jaringan fisik AFTN terdiri dari kabel optik, VSAT, dan HFyangterhubung secarapoint to point, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.

rNATUNA^ T. PINANGlI WIDO | I WIDN | MUARINQ/0 6A1A DAwXl 'G.TALOl rLUWUK~, r BUA ,WALS | [_WAUJ |WAMGj |_WAMWj | WAWDJ

l_WATOJ l_WADTj [WADWj |JVATEj [_WATCJ [_Wa™J ^WATS

Gambar 1. Topologi jaringan AFTN Existing

11

Page 19: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

AFTN merupakan circuit switching network dimana setiap pertukaran datadilakukan dengan switch dari titik ke titik (tidak menggunakan routing). Circuitswitching bersifat dedicated (tiap koneksi mempunyai channel sendiri). Hal inimemberikan tingkat availability yang tinggi.Saat ini AFTN menggunakan star topology yang terbagi ke dalam 2 bagian, yaituJakarta Comm Center merupakan pusat switching di bagian barat dan UjungPandang Comm Centermerupakan pusat switching di bagiantimur.AFTN terhubung ke jaringan intemasional melalui koneksi Jakarta Comm Centerke Singapore Comm Center dan Brisbane Comm Center.

2.1.1.2 Direct Speech (DS)

DS berfungsi sebagai jaringan koordinasi berbasis suara antar stasiun penerbangan.Komponen utama DS terdiri dari DS user terminal dan DS switch. DS switch jugasering disebut dengan voice communication switch. Jaringan DS di Indonesia saatini ditunjukan pada Gambar 2.

OslBOLGAl 'A.GODANG iI AFiS | I AFIS

'S'SITBD,[_ AFIS J

r.DABO rjAUARIM»1 rOT.OAWaT.I_TWR_| LAflJL

rB.WANGGI I rLOMBOK^. r BIMA i_TVVR_J L_™CLJ L™HJ

Gambar 2. Topologi jaringan DS Existing

12

Page 20: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

2.1.1.3 Jaringan Data Pengamatan Penerbangan

Jaringan data pengamatan penerbangan berfungsi sebagai jaringan pengiriman datapengamatan penerbangan dari ground station radar ke sistem automasi. Jaringan initerdiri dari jaringan radar dan jaringan Automatic Dependent Surveillance -Broadcast (ADS-B). Gambar 3 menunjukan jaringan Radar dan Gambar 4menunjukan jaringan ADS-B.

TaRAKaW"6.1Kbps

TBRHST64 Kbps

Gambar 3. Topologi jaringan radar existing

Gambar 4. Topologi jaringan ADS-B existing

13

Page 21: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

2.1.2 Jaringan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan

Jaringan komunikasi lalu lintas penerbangan melayani pertukaran data antarastasiun penerbangan dan pesawat. Jaringan ini bersifat desentralisasi, dimana setiapstasiun penerbangan dapat berkomunikasi dengan pesawat komersial di dalamwilayah ruang udaranya masing-masing.Komponen jaringan ini yang terdiri dari Tx dan Rx (transmitter dan receiver) yangtersebar di beberapalokasi yang berfungsi untuk memperluas cakupan komunikasiground to air, umumnya disebut ER (Extended Range). Jaringan fisiknya terdiri dariVHF dan HF. Komunikasi VHF lebih reliable daripada HF. HF mencakup ruangudara yang tidak tercakup oleh komunikasi VHF.Penggunaan jaringan komunikasi lalu lintas penerbangan secara umum digunakanuntuk pemanduan lalu lintas penerbangan. Fasilitas komunikasi lalu lintaspenerbangan sampai saat ini masih mengutamakan sistem konvensional berbasissuara.Integrasi dari jaringan komunikasi lalu lintas penerbangan dengan jaringankomunikasi penerbangan nasional mengarah ke sistem distribusi jaringan pemancarjarak jauh (VHF-ER) ke unit ATS pemandu lalu lintas penerbangan. Gambar 5menunjukan menunjukan Ilustrasi Cakupan VHF ER di Indonesia.

Gambar 5. Ilustrasi Cakupan VHF ER di Indonesia

14

Page 22: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

2.2 Konsep Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional yang Terintegrasi.

Jaringan komunikasi penerbangan nasional yang akan datang mengintegrasikanjaringan komunikasi antar stasiun penerbangan (ground-ground) dengan jaringanlalu lintas penerbangan (air-ground) menjadi satu jaringan yang handal, efektif, danefisien.

Konvergensi jaringan telekomunikasi mengarah menuju teknologi router, denganmenggunakan BACKBONE sebagai sistem media transmisi (Virtual PrivateNetwork). Dengan merubah paradigma jaringan telekomunikasi penerbangan makajaringan yang harus dibangun mencakup jaringan yang sudah ada dan diintegrasikandengan jaringan lain seperti:a. Jaringan untuk fasilitas komunikasi penerbangan;b. Jaringan untuk fasilitas pengamatan penerbangan;c. Jaringan untuk SWIM (System Wide Information Management);d. Jaringan penunjang sistem otomasi (Flight Data Procccesing System

(FD?S)/Radar Data Processing System (RDPS)/'Surveillance Data ProcessingSystem (SDPS));

Gambar 6. Ilustrasi jaringan komunikasi penerbangan nasional

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan langkah-langkah konvergensijaringan telekomunikasi penerbangan. Jaringan konvergen memiliki ciri-ciri tertentuyang membedakan dengan jaringan lain, yaitu :1. Jaringan transport dan akses semua berbasis IP atau packet switching network;2. Aplikasi/layanan terpisah dengan jaringan transport yaitu terletak di masing-

masing device;

15

Page 23: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3. Jaringan terbuka sehingga memungkinkan setiap aplikasi/fasilitas untukterhubung dengan jaringan secara cepat;

4. Jaringan broadband, yaitu penggunaan medium yang memiliki bandwidthsaluran yang besar sehingga mempunyai kualitas yang tinggi;

5. Jaringan mudah diakses dan dimanage;6. Memenuhi kaidah-kaidah keamanan jaringan sesuai standar intemasional yang

berlaku.

2.2.1 Bentuk Jaringan

Topologi jaringan komunikasi penerbangan nasional secara umum akan berubahdari sistem jaringan point to point menjadi point to multipoint denganmempertimbangkan kebutuhan kapasitas data. Perubahan sistem jaringan menjadipoint to multipoint memungkinkan pilihan routing jaringan, sehingga meningkatkan

redundansi.

Saat ini rekayasa jaringan dengan menggunakan cloud networking sangat mungkindigunakan dalam memenuhi kebutuhan jaringan komunikasi penerbangan nasional.Secara teknologi cloud networking cukup efisien secara topologi dimana alur beritapenerbangan menganut system sentralisasi dimana subjaringan saling terhubung

melalui cloud. Cloud networking dapat menggunakan VPN atau Virtual PrivateNetwork sebagai backbone-nya.

VPN adalah suatu koneksi antara satu jaringan dengan jaringan lainnya secara

private melalui jaringan publik. VPN disebut virtual network karena menggunakan

jaringan publik sebagai media perantaranya. VPN menyalurkan data dengan

membuat jaringan di dalam jaringan atau biasa disebut tunneling (membuat

terowongan). Tunneling adalah suatu cara untuk membuat jalur koneksi secara

privat dengan menggunakan infrastruktur jaringan lain. VPN bersifat privatedimana hanya orang tertentu saja yang bisa mengaksesnya. Data yang dikirimkandalam VPN terenkripsi sehingga aman dan tetap rahasia meskipun dikirim melaluijaringan publik (penyelenggara jaringan /Network Provider). Pada VPN, jaringanterdiri dari bagian provider network dan customer network. Provider networkmerupakan jaringan backbonedalam bentuk clouddan dikelola oleh network

provider.Customer network merupakan jaringan yang digunakan olehPenyelenggara Pelayanan.

16

Page 24: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Pada end system, fasilitas telekomunikasi penerbangan memiliki protokol yangberbeda-beda sehingga memerlukan sebuah gateway dengan protokol yang samauntuk menghubungkannya. Gateway berbasis MPLS (Multi Protocol LabelSwitching) merupakan jenis protokol yang umum digunakan pada cloud networkingdengan jenis fasilitas yang berbeda-beda.

Dengan topologi cloud networking menggunakan VPN, jaringan komunikasipenerbangan nasional dapat terhubung dengan jaringan VPN regional. Hal inimemudahkan interkoneksi antar negara, khususnya negara-negara anggota ICAO.Gambar 7 menunjukkan ilustrasi VPN lingkup regional.

Gambar 7. Ilustrasi VPN lingkup Regional

Jaringan komunikasi penerbangan nasional yang digunakan oleh PenyelenggaraPelayanan dapat terhubung dengan ATM (Air Traffic Management) dan AIM(Aeronautical Information Management) regional Asia Pasifik.

2.2.2 Paramater Performansi

Parameter performansi pada jaringan komunikasi penerbangan nasional mengacupada peraturan perundangan dan dokumen ICAO 9869 tentang Manual on theRequired Communication Performance (RCP) yang meliputi :

a. Transaction time;

b. Continuity;

17

Page 25: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

c. Availability;

d. Reliability;

e. Accuracy;

f. Integrity.

Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah performa dari kemampuaninfrastmktur pendukung seperti utilitas dan sumberdaya manusia.

18

Page 26: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

BAB III

Konsep Operasional Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

3.1 Tujuan

DitjenHubud

Basarnas-

Tujuan dari konsep operasional jaringan komunikasi penerbangan nasional adalahmemberikan layanan telekomunikasi yang aman, terjamin, handal, efektif danefisiensertadapat menghubungkan semua pihak terkait antara lain DJU, BMKG,BASARNAS, Airline dan Airport. Jaringan ini akan menunjang komunikasi data

dan suara antara stasiun darat penerbangan dengan membentuk komunikasi antar

pihak.

Weather info

messages

database

ATS messagesdatabase

AIS

messages

database

Jaringan KomunikasiPenerbangan Nasional

BMKG BMKG

MaskapaiPenerbang

JaringanRegional

Gambar 8. Konsep operasional jaringan komunikasi penerbangan nasional

19

Page 27: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3.2 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional, meliputi:a. Pelayanan telekomunikasi penerbangan;b. Pelayanan informasi aeronautika;c. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan.

3.3 Persyaratan Manajemen Keselamatan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

Jaringan komunikasi penerbangan nasional mendistribusikan data telekomunikasipenerbangan, informasi aeronautika, informasi meteorologi penerbangan untukmenjamin keselamatan dan kelancaran pelayanan navigasi penerbangan.Dalam menjamin keselamatan dan kelancaran pelayanan navigasi penerbangan,jaringan komunikasi penerbangan yang digunakan hams memenuhi persyaratanpengoperasian sesuai dengan peraturan pemndangan tentang Standar KinerjaPelayanan dan telah melalui tahapan safety assessment.

3.4 Kapabilitas Jaringan Komunikasi Penerbangan

Jaringan Komunikasi Penerbangan memenuhi persyaratan kapabilitas sebagaiberikut:

a. Aksebilitaas;

b. Konektivitas Fisik;

c. Akses Bandwidth dan Quality ofServices;d. Keamanan Jaringan;

e. Service Level Agreement (SLA);

f. Pengembangan Jaringan Komunikasi Penerbangan;g. Monitoring Kinerja Jaringan Komunikasi Penerbangan;h. Pelaporan;

i. Notifikasi Pelayanan;

j. Rancangan Jaringan Komunikasi Penerbangan dan IP Address.

3.4.1 Aksesibilitas

Penyediaan aksesibilitas dan penggunaan data dapat diberikan kepada pihakberkepentingan sesuai tujuan jaringan komunikasi penerbangan.

20

Page 28: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3.4.2 Konektivitas Fisik

Konektivitas Fisik jaringan komunikasi penerbangan antar provider network danPenyelenggara Pelayanan serta dengan stakeholder terkait yang menggunakan tipeconnector yang umum seperti 100/1000 Base TEthernet.Penyelenggara Pelayanan memiliki kewenangan menentukan jumlah dan lokasikoneksi jaringan komunikasi penerbangan.

3.4.3 Akses Bandwidth dan Quality ofServicesPenyelenggara Pelayanan memiliki kewenangan untuk menentukan akses,

bandwidthdan QoS (Quality of Service) sesuai jenis data komunikasi yang

dibutuhkan.

Contohnya komunikasi data link yang merupakan komunikasi jenis suara

mendapatkan akses ke high priority channel dan low priority channel seperti

gambar 10. Ilustrasi prioritas kebutuhan.

Preconfigured Bandwith

Gambar 9. Prioritas Kebutuhan

3.4.4 Keamanan Jaringan

Jaringan komunikasi penerbangan nasional mempakan jaringan khusus yangdigunakan komunikasi penerbangan bagi pihak yang berkepentingan. Jaringan inimenggunakan jaringan publik yang terproteksi. Contoh : penggunaan firewallkhusus dan VPN terenkripsi untuk menjaga keamanan jaringan komunikasipenerbangan

Contohfirewall khusus dan VPN terenkripsi ditunjukkan pada Gambar 10.

21

Page 29: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

OatuoaaatEenerbanaan Nasional

Gambar 10. Contoh VPN terenkripsi

3.4.5 Service Level Agreement (SLA)Penentuan SLA mencakup kebutuhan prioritas sebagai berikut:• Prioritas Primer dengan standard availability 99,999%• Prioritas Sekunder dengan standard availability 99%

• Prioritas Tersier dengan standard availability 95%Penentuan Standar penentuan prioritas sebagaimana diatur dalam Tabel 1.

Tabel 1. Standar Penentuan Prioritas

Pelayanan Jaringan

Komunikasi Penerbangan

Penggunaan Data Prioritas

Pengaplikasian

AFTN distribusi pesan AFTN Prioritas primer

AMHS Distribusi ATS Message (ICAO

4444 Flight Plan)

Prioritas primer

Komunikasi suara ground-ground (Ground-GroundVoice Comunication)

Ground Station A melakukan

koordinasi dengan Ground StationB menggunakan VoIP dan DS

mencakup fungsi koordinasi dan

transfer of communications andcontrol.

Prioritas primer

Komunikasi suara air - ground(Voice Comunication)

Ground Station A menggunakan

fasilitas komunikasi VHF-ER yang

berada di lokasi yang remote.

Prioritas primer

Data pengamatan (data

surveillance)

Ground Station A meneruskan data

radar / ADS-B kepada GroundStation B

Prioritas primer

22

Page 30: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Data ATFM

Komunikasi data link (Data

Link Communication)

Data AIDC (ATS InterfacilitiesData Communication)

Data AIM

Data AIXM

Data FIXM

Data WXXM

Pertukaran data ATFM antar

Ground Station yang mencakup:

-ATFM Daily Plan

-Exchange ofTOBTand CTOT

-Slot penerbangan

-Koordinasi slot penerbangan

-Declared airport capacity

-Aktivitas pada airspace

Forwarding ground-ground dataADS-C CPDLC, 4D-TRAD, ADS-

C

Komunikasi antar unit ATS yang

mencakup fungsi notifikasi,koordinasi, dan transfer ofcommunications and control

Pertukaran data AIM antar ground

station

Pertukaran data AIXM

ground station

antar

Pertukaran data FIXM antar

Ground Station yang mencakup:

-flight planning

-trajectory management

-pesan AIDC

-ATFM

-A-CDM

-dangerous goods

Pertukaran data WXXM

23

Prioritas primer

Prioritas sekunder

Prioritas sekunder

Prioritas sekunder

Prioritas tersier

Prioritas tersier

Prioritas tersier

Page 31: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

(meteorological information) antar

ground station

Data lainnya Pengetesan koneksi antar Ground

Station

Prioritas tersier

Pemenuhan SLA sesuai prioritas kebutuhan oleh Network Provider diatur dalamperjanjian dengan Penyelenggara Pelayanan. Direktorat Jenderal PerhubunganUdara melakukan pengawasan terhadap Penyelenggara Pelayanan atas pemenuhan

SLA dimaksud.

Distribusi data pelayanan navigasi penerbangan harus memenuhi standar kinerja

pelayanan mencakup waktu tanggap teknisi (Human Response Time) dan sistemperforma teknis di luar lingkup penyedia jaringan komunikasi penerbangan nasional

terdiri dari:

a. skenario end-to-end;

b. keterbatasan kinerja end-to-end;

Standard kinerja distribusi data pelayanan jaringan komunikasi penerbangan dengan

Dokumen ICAO untuk pelayanan jaringan komunikasi penerbangan sesuai dengan

fasilitas telekomunikasi penerbangan ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Standard kinerja distribusi data pelayanan jaringan komunikasi penerbangan

Pelayanan Jaringan Skenario end-to-end Keterbatasan Referensi

Komunikasi dengan Kebutuhan Performansi

Penerbangan yang Paling Ketat

AFTN/ Distress Ground Station A Prioritas Prioritas pesan AMHSmessage mengirim distress transmisi pada dokumen ICAO

message ke Ground pesan: Annex 10 Vol. 2

Station BSS

DD/FF

bagian 4.4.1.2

Pesan berkategori SSGG/KK

Performansi

komunikasi ATN padaAsiaPac

Communication

AFTN/ Urgencymessage

Ground Station A

mengirim urgencymessage ke Ground

24

Page 32: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

AFTN/ Flight safetymessage

AFTN/

Meteorologicalmessage

AFTN/ Flightregularity message

AFTN/ Aeronautical

Information Servicesmessage

AFTN/

Administratice

Station B

Pesan berkategori DD

Ground Station A

mengirim flight safetymessage ke GroundStation B

Pesan berkategori FF

Ground Station A

mengirim meteorologicalmessage ke GroundStation B

Pesan berkategori GG

Ground Station A

mengirim flightregularity message keGround Station B

Pesan berkategori GG

Ground Station A

mengirim aeronauticalinformation servicesmessage ke GroundStation B

Pesan berkategori GG

Ground Station A

mengirim administrative

25

Performance for ATN

Page 33: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

message

AFTN/

message

Service

AMHS/FPL

AMHS/NOTAM

AMHS/MET

message

Station B

ke Ground

Pesan berkategori KK

Ground

mengirim

message

Station B

Station A

service

ke Ground

Kategori pesan

bergantung pada isi dariservice message tersebut

Ground Station A

mengirim flight plan newformat (ICAO Doc 4444flight plan) ke GroundStation B

Ground Station A

mengirim NOTAM keGround Station B

Ground Station A

mengirim MET keGround Station B

26

Sama dengan

AFTN

Dokumen ICAO 4444

Dokumen ICAO

Annex 15

Aeronautical

Information Services,Fourteenth Edition,

July 2013

Dokumen ICAO

Annex 3

Meteorological

Service for

International Air

Navigation, SixteenthEdition, July 2007

Page 34: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Komunikasi suara

VoIP ATM System

Operational andTechnical

Requirements, editionFebruary 2009

Komunikasi data Skenario 1 (kategori S) RCP 240: Dokumen ICAO 4444

link Ground Station A

melakukan transfer

pesawat ke GroundStation B. Pesawat

menggunakan CPDLC,

Waktu proses

komunikasi

240 detik.

95% dari

Dokumen ICAO

Manual of Air TrafficServices Data Link

Applications (Doc9694)

penerbangan enroute waktu transaksi

dengan standar separasi adalah 180 Dokumen ICAO

10 NM. detik. Manual on Datalink

Communications

Skenario 2 (kategori R)

Ground Station A

melakukan transfer

pesawat ke GroundStation B. Pesawat

Dokumen ICAO 9925

Manual on the

Aeronautical Mobil

Satellite (Route)Service Edition 1

menggunakan CPDLC Global Operational

dan ADS-C pada daerah Data Link Document

oseanik, dengan (GOLD) Edition 2

separation assurance (SA)lateral 30 NM dan

longitudinal 30 NM

Data pengamatan Ground Station A RSP 180 Dokumen ICAO

mengirim data ADS-B keNetwork

latency:

Annex 11

Ground Station BDokumen ICAO

Jaringan ADS- Annex 10

B harus

mempunyai

waktu

Dokumen ICAO

Annex 2

transmisi Dokumen ICAO Cir

maksimal 2 326 Assessment of

27

Page 35: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

28

detik sejak data

ADS-B dibuat

pada ADS-Bground station

selama 95%

dari waktu

operasi (tier 1)

Jaringan ADS-

B harus

mempunyai

waktu

transmisi

maksimal 15

detik sejak data

ADS-B dibuat

pada ADS-B

ground station

selama 95%

dari waktu

operasi (tier 2)

MTBF

minimal 50000

jam (tier 1)

MTBF

minimal 400

jam (tier 2)

Availabilityminimal 99,9%

(tier 1)

Availability

minimal 95%

(tier 2)

ADS-B andMLAT

services to support

ATS

Dokumen ICAO 4444

Dokumen ICAO

Aeronautical

Surveillance Manual

(Doc 9924)

Dokumen ICAO

Technical Provisions

for Mode S Servicesand Extended Squitter

(Doc 9871)

Dokumen ICAO

Guidance Material on

Building Safety Casefor ADS-B separation

VI

Dokumen ICAO ADS-

B Implementation

Guidance Document

(AIGD) Ed. 7

Page 36: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Data AIDC

Data AIM

Koordinasi antar Ground

Station (Notifikasi,

koordinasi, dan transfer

komunikasi) untukkeselamatan dan

kelancaran penerbangan.

Pertukaran data AIS antar

Ground Station

29

Integrity:

Probabilitas

error sistem <

1 x 10E-6

95% dari pesan

yang dikirimharus diterima

dalam waktu

12 detik sejak

waktu

transmisi

99,9%

pesan

dikirim

diterima

detik

waktu

transmisi

dari

yang

harus

30

sejak

Dokumen

Annex 10

ICAO

Dokumen ICAO 4444

APAC AIDC ICD v3

PAN AIDC ICD vl.O

September 2014

Global OperationalData Link Document

(GOLD) Edition 2

Dokumen

Annex 15

ICAO

Dokumen ICAO 4444

Dokumen ICAO

Global Air Navigation

Plan (Doc 9750)

Dokumen ICAO

Global Air TrafficManagement

Operational Concept(Doc 9854)

Page 37: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Data ATFM

Data AIXM

Pertukaran CTOT antar

Ground Station

Masih dalam

pengembangan, untuksementara sama dengan

AIM

30

95% dari pesan

yang dikirimhams diterima

dalam waktu

15 detik sejak

waktu

transmisi

99,9%

pesan

dikirim

diterima

detik

waktu

transmisi

dari

yang

hams

60

sejak

Masih dalam

pengembangan,

untuk

sementara

sama dengan

AIM

Dokumen ICAO

Manual on ATFM

(available in draftversion)

Dokumen ICAO

APAC ATFM SG

Work

Dokumen ICAO Doc

4444

Dokumen ICAO Doc

4444

Dokumen ICAO CDM

Manual

Dokumen ICAO Doc

9868 (PANS Training)

Dokumen ICAO

Annex 3, termasuk

amandemen 76

Dokumen ICAO

Manual ofAeronautical

Meteorological

Practices (Doc 8896)

Dokumen ICAO

Manual on

Coordination between

Air Traffic Services,Aeronautical

Information Services& Aeronautical

MeteorologicalServices (Doc 9377)

Handbook on the

Page 38: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Data FIXM

Data IWXXM

Komunikasi

ground

air-

Pertukaran data informasi

penerbangan antar

Ground Station

Pertukaran data

meteorologi penerbangan

antar Ground Station

Ground Station A

menggunakan fasilitas

komunikasi VHF-ER

yang berada di lokasi

yang remote. Saat ini

trafik suara antara

Ground Station A dan

31

Latensi end-to-

end 95%:

< 1 detik dari

Provider EdgeRouter ke

Provider Edge

Router lainnya

International Airways

Volcano Watch -

OperationalProcedures and

Contact List (Doc

9691)

Dokumen ICAO

Manual on Flight andFlow - Information

for a CollaborativeEnvironment (Doc

9965)

Dokumen ICAO

System WideInformationManagement (SWIM)Concept

Dokumen ICAO

System WideInformationManagement (SWIM)Concept

Dokumen ICAO

10003 Manual on the

Digital Exchange ofAeronautical

MeteorologicalInformation

Page 39: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Data lainnya

lokasi VHF-ER ditransfer

menggunakan VSATdan/atau land line. Ke

depannya, trafik suaratersebut ditransfer

melalui jaringan

komunikasi penerbangan.

Data lainnya terdiri dari:

TEST data antar Ground

Station

Data simulasi

platform

antar

Data protocol manajemen

jaringan

32

(PE to PE).

Infrastmktur

komunikasi

redundan (jalur

terduplikasi)

Reliability:Total layanan

MTBF > 50000

jam

Availability:

Total layanan >

99,99%

Integrity:

pengecekanberkala stasiun

darat dengan

probabilitas

error sistem <

1 x 10E-6

Karena bukan

data yang

terlibat

langsung pada

kegiatan

operasional,

maka tidak ada

keterbatasan

performansi

Best effort

Page 40: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

3.4.6 Pengembangan Jaringan Komunikasi PenerbanganJaringan Komunikasi Penerbangan dan kapasitas pelayanan jaringan dapatdikembangkan sesuai kebutuhan komunikasi penerbangan dan mempertimbangkanperkembangan teknologi serta mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi.

3.4.7 Monitoring Kinerja Jaringan Komunikasi PenerbanganPenyelenggara pelayanan harus memonitor kinerja jaringan komunikasipenerbangan secara bekala dan berkelanjutan.

3.4.8 PelaporanPenyelenggara Pelayanan hams melaporkan kinerja dan pengembangan jaringankomunikasi penerbangan nasional kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

3.4.9 Notifikasi PelayananPenyelenggara Pelayananhams menginformasikan setiap perubahan yangmempengaruhi kinerja jaringan komunikasi penerbangan ke Direktorat JenderalPerhubungan Udara.

3.4.10 Rancangan Jaringan Komunikasi Penerbangan dan IP AddressPenyelenggara Pelayanan memiliki kewenangan untuk membuat rancangan jaringankomunikasi penerbangan dan IP Address baik menggunakan VPN ataupun jaringanlainnya.

33

Page 41: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

BAB IV

Strategi Tahapan Implementasi Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

4.1 Inventarisasi Kebutuhan Bandwidth

Untuk menentukan kebutuhan bandwidth yang dibutuhkan untuk operasional jaringankomunikasi penerbangan nasional, penyelanggara pelayanan navigasi penerbangan perlumelakukan inventaris data kebutuhan bandwidth sebagai panduan dalam menentukan

prioritas terkait data yang hams dikirim dan kebutuhan minimal bandwidth yang harusdisiapkan oleh penyedia jaringan komunikasi penerbangan nasional.

4.2 Kesiapan Infrastmktur

Kesiapan infrastmktur merupakan bagian penting dalam tatanan jaringan komunikasipenerbangan nasional. Kondisi saat ini masih terdapat fasilitas telekomunikasipenerbangan yang belum memiliki kemampuan untuk menggunakan jaringan komunikasidengan teknologi VPN. Penyelenggara Pelayanan hams menyiapkan interface bagifasilitas yang belum memiliki kemampuan untuk menggunakan jaringan komunikasi

dengan teknologi VPN. Sebagai contoh subnetwork pada jaringan komunikasi

penerbangan untuk wilayah Medan dapat dihubungkan dengan VPN melalui router.

Ilustrasi dapat dilihat pada gambar 11.

TeleprinterMedan «T»

Radar Monitor

Medan

Radar Database FPL Database

Central Automation

(FDPSdan RDPS)

CE Router

Jakarta

Gambar 11. Ilustrasi subnetwork jaringan komunikasi penerbangan yang diintegrasikan dengan VPN

34

Page 42: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

ACC

Contoh pembangunan jaringan komunikasi penerbangan nasional yang saling terintegrasiseperti ditunjukkan pada Gambar 12.

Automa As

Rada

Sub

NETWORK

Sub

VHF-ER

Gambar 12. Ilustrasi konektivitas fasilitas navigasi penerbangan ke jaringan VPN

4.3 Tahapan Konvergensi Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional

Tahapan konvergensi jaringan komunikasi penerbangan nasional bertujuan untukmenentukan tahapan transisi dari sistem konvensional (berdiri sendiri) mengarah ke

sistem jaringan bam berbasis VPN (VirtualPrivate Network). Untuk menentukan tahapan

konvergensi ini dibutuhkan data yang harus dipenuhi yaitu:

Standar pelayanan jaringan komunikasi penerbangan;

Data infrastmktur saat ini;

Inventarisasi infrastmktur yang perlu di upgrade ke jaringan komunikasi penerbangan

berbasis VPN;

Jenis rancangan jaringan komunikasi penerbangan yang akan digunakan;

Aplikasi yang akan terhubung ke jaringan komunikasi penerbangan nasional;Inventarisasi kebutuhan bandwidth dan aksesyang mencukupi untuk distribusi datapelayanan navigasi penerbangan (kapasitas link).

a.

b.

c.

35

Page 43: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

Ilustrasi rancangan jaringan komunikasi penerbangan nasional ditunjukkan padaGambar 13.

BMKG

Penyelenggara Pelayanan

JARINGAN

KOMUNIKASI

PENERBANGAN

NASIONAL

PAClflC OCfAN

Sub

NETWORK

1

Sub

NETWORK

n

REGIONAL

Gambar 13. Ilustrasi rancangan jaringan komunikasi penerbangan nasional

Untuk membangun Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional diperlukan tahapan

transisi implementasi, yaitu:

a. Tahap 1, meningkatkan infrastmktur yang ada;

b. Tahap 2, interkoneksi antar sub network jaringan;

c. Tahap 3, integrasi jaringan komunikasi penerbangan nasional.

36

Page 44: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

4.3.1 Tahap 1

Pada tahap ini penyelenggara pelayanan melakukan peningkatan infrastmktur yang ada.Peningkatan infrastmktur termasuk di antaranya:1. Penyediaan database;

2. Penyediaan interface fasilitas telekomunikasi penerbangan ke VPN;3. Penyesuaian bandwidth dengan kebutuhannya;4. Penyiapan fasilitas pemantauan kinerja.Penyelenggara pelayanan perlu menyediakan data base untuk pelayanan telekomunikasipenerbangan, informasi aeronautika dan informasi meteorologi penerbangan.Interface dari fasilitas telekomunikasi penerbangan ke router jaringan harus disiapkanpada tahap ini. Sehinggapermasalahan perbedaan protokol yang digunakan tidak menjadihambatan dalam implementasi jaringan komunikasi penerbangan nasional. Kesiapaninterface dilakukan pada sub network dan jaringan utama.Terkait kebutuhan bandwidth disesuaikan dengan hasil inventarisasi kebutuhan

bandwidth, uji coba pada tahap ini memungkinkan dilakukan dengan menggunakan

bandwidth minimum.

Penyedia jaringan komunikasi penerbangan nasional (network provider) juga hamsmenyiapkan fasilitas pemantauan kinerja jaringan.

Setelah topologi jaringan ditetapkan sesuai dengan struktur subnetwork dengan jaringanutama, penyedia jaringan komunikasi penerbangan nasional (network provider) wajib

melakukan uji coba dan membuat prosedur darurat (contingencyplan).Simulasi konvergensi jaringan komunikasi penerbangan tahap 1 peningkatan infrastmktur

dengan contoh lokasi di Ambon dan Wamena ditunjukkan pada Gambar 14 dan Gambar

15.

Subnetwork Ambon dkk

Gambar 14. Ilustrasi subnetwork lokasi Ambon

37

Page 45: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

(Rencana)Subnetwork Wamena dkk

Mulia

Bokondini

Tiom

Kelila

Karubaga

Elelim

Gambar 15. Ilustrasi subnetwork lokasi Wamena

4.3.2 Tahap 2

Pada tahap ini dilakukan interkoneksi antar subnetwork jaringan. Penyedia jaringan(Network Provider) wajib menghubungkan antar sub-network dengan backbone jaringan

(MPLS berbasis VPN).

Implementasi interkoneksi seluruh fasilitas yang terhubung ke jaringan, tanpa memutusjaringan yang sudah ada. Uji coba dan prosedur damrat (contingency plan) wajib

disiapkan oleh penyedia jaringan (Network Provider). Gambar 16 menunjukkan ilustrasi

antara sub network ke MPLS berbasis VPN.

Gambar 16. Ilustrasi hubungan antara sub network ke MPLS berbasis VPN

38

Page 46: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - jdih.dephub.go.idjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pEI/2017/KP_008_TAHUN_2017.pdf · komunikasi lalu lintas penerbangan yang menggunakan jalur (link)

4.3.3 Tahap 3 (tiga)

Pada tahap ini dilakukan integrasi jaringan komunikasi penerbangan nasional. Penyediajaringan (Network Provider) harus memastikan selumh subnetwork dan jaringan utamaterintregrasi dan memiliki sistem Redundancy untuk menjamin availability dan reabilitydari data yang diinterkoneksikan.Pengembangan padc: tahap 3 jaringan komunikasi penerbangan nasional yang sudahberjalan dapat dilaivukan koneksi dengan jaringan lain diluar jaringan komunikasipenerbangan nasional terhubung ke jaringan milik Direktorat Jenderal PerhubunganUdara, BMKG, BASARNAS dan jaringan regional.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM

,SH, MH

Tkiy (IV/b)118 199403 1 001

ttd

SUPRASETYO

39