DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

36
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI KABUPATEN LUWU Ir. St. Najmah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu landasan bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang menghadapi berbagai tantangan antara lain 1) pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan 3) penyediaan lapangan kerja melalui optimalisasi sumberdaya yang ditata dalam sistem agribisnis yang mantap. Pembangunan pertanian yang sentralistik sudah diakui menimbulkan variasi inefisiensi usahatani, disebabkan karena variasi karateristik sumberdaya alam dan keragaan sosial ekonomi masyarakat yang cukup besar (Sudaryanto, 2000). Berdasarkan tantangan dan masalah diatas maka penciptaan dan pengembangan teknologi pertanian yang partisipatif dan spesifik lokasi harus dilakukan (Sudaryanto, 2001) Semenjak dilakukan restrukturisasi sistem penelitian dan pengembangan pertanian dengan didirikannya Balai/loka pengkajian telah memberikan dampak yang positif terhadap penciptaan, adopsi dan penerapan teknologi. Hal ini disebabkan oleh perencanaan program penelitian pengkajian (litkaji) dilakukan secara bottom up, berdasarkan masalah yang ada, petani diposisikan sebagai subjek dan pelaksana litkaji dilakukan secara partisipatif. Dengan demikian teknologi yang dihasilkan betul betul yang diinginkan pengguna, secara teknis maupun mengatasi masalah serta secara sosial dapat diterima atau dengan kata lain teknologi tersebut adalah ”Teknologi Spesifik Lokasi”(Budianto, 2001). Sesuai mandat BPTP merupakan Unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian, berperan sebagai pusat komunikasi dan penyedia sumber informasi teknologi serta menciptakan paket teknologi spesifik lokasi bagi pengguna, melalui progran P3TIP/FEATI melaksanakan uji coba/demonstrasi teknologi sesuai dengan acuan pelaksanaan kegiatan yang merupakan penjabaran dari komponen C yakni Perbaikan dan Diseminasi teknologi (Petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan P3TIP/FEATI, 2009). Demonsrasi teknologi bertujuan untuk menguji

Transcript of DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

Page 1: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

1

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI KABUPATEN LUWU

Ir. St. Najmah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian sebagai salah satu landasan bagi pemulihan dan pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang menghadapi berbagai tantangan antara lain 1) pemenuhan

kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan 3) penyediaan

lapangan kerja melalui optimalisasi sumberdaya yang ditata dalam sistem agribisnis yang

mantap. Pembangunan pertanian yang sentralistik sudah diakui menimbulkan variasi inefisiensi

usahatani, disebabkan karena variasi karateristik sumberdaya alam dan keragaan sosial

ekonomi masyarakat yang cukup besar (Sudaryanto, 2000).

Berdasarkan tantangan dan masalah diatas maka penciptaan dan pengembangan teknologi

pertanian yang partisipatif dan spesifik lokasi harus dilakukan (Sudaryanto, 2001)

Semenjak dilakukan restrukturisasi sistem penelitian dan pengembangan pertanian dengan

didirikannya Balai/loka pengkajian telah memberikan dampak yang positif terhadap penciptaan,

adopsi dan penerapan teknologi. Hal ini disebabkan oleh perencanaan program penelitian

pengkajian (litkaji) dilakukan secara bottom – up, berdasarkan masalah yang ada, petani

diposisikan sebagai subjek dan pelaksana litkaji dilakukan secara partisipatif. Dengan demikian

teknologi yang dihasilkan betul – betul yang diinginkan pengguna, secara teknis maupun

mengatasi masalah serta secara sosial dapat diterima atau dengan kata lain teknologi tersebut

adalah ”Teknologi Spesifik Lokasi”(Budianto, 2001).

Sesuai mandat BPTP merupakan Unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian, berperan

sebagai pusat komunikasi dan penyedia sumber informasi teknologi serta menciptakan paket

teknologi spesifik lokasi bagi pengguna, melalui progran P3TIP/FEATI melaksanakan uji

coba/demonstrasi teknologi sesuai dengan acuan pelaksanaan kegiatan yang merupakan

penjabaran dari komponen C yakni Perbaikan dan Diseminasi teknologi (Petunjuk teknis

pelaksanaan kegiatan P3TIP/FEATI, 2009). Demonsrasi teknologi bertujuan untuk menguji

Page 2: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

2

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

teknologi yang dikembangkan/direkomendasikan BPTP ditingkat lapangan sebagai upayah

mendukung pengembang model-model sistem usahatani pada suatu wilayah

Dalam rangka mempercepat sosialisasi dan adopsi teknologi oleh pengguna dilapangan

diperlukan media efektif untuk penyaluran teknologi tersebut. Salah satu media yang efektif

untuk sosialisasi adalah penerapan teknologi produksi benih padi melalui demonstrasi teknologi

dilahan petani yang dilakukan secara bersama-sama antara peneliti, penyuluh dan petani. Hal

ini dimaksudkan agar petani dapat melihat langsung cara pengaplikasian teknologi dan hasil

yang diperoleh pada akhir kegiatan demonstrasi. Salah satu paket teknologi unggul hasil kajian

BPTP Sulawesi Selatan yang sudah siap diaplikasikan di lapangan adalah penangkaran benih

padi berbasis Gapoktan.

1.2. Tujuan

Memperkenalkan dan mendemonstrasikan teknologi produksi benih padi melalui

penerapan secara langsung ditingkat petani

Menghimpun umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya

berkaitan dengan teknologi produksi benih padi yang didemonstrasikan

1.3. Keluaran

Tersosialisasinya teknologi produksi benih padi di tingkat petani-penangkar.

Umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomis, sosial & budaya petani dengan

teknologi penangkaran benih padi

1.4. Sasaran

Ketua kelompok tani/petani dalam Gapoktan dan ketua-ketua Gapoktan lain pengelola

FMA FEATI yang usaha taninya sama dengan komoditi yang di demonstrasikan

1.5. Manfaat dan Dampak

Petani mampu menghasilkan benih padi sesuai dengan benih yang diinginkan dan

tersedia secara lokal

Tersedianya benih padi yang bermutu sebagai suatu peluang usaha bisnis

Page 3: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

3

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan tahap yang menentukan dalam siklus pertanian. Teknologi benih yang

meliputi tahapan-tahapan teknik penanaman, pembersihan, pengeringan, dan pengaturan

kandungan air serta sejumlah proses berikutnya untuk memperbaiki viabilitas maupun daya

kecambah benih. Tata niaga benih meliputi pengepakan, labeling, penyimpanan, pengangkutan

dan distribusi. Semua tahapan tindakan tersebut sangat menentukan kualitas benih dan pada

akhirnya akan menentukan produktivitas riel di lapangan (Basuki, 2008).

Benih unggul bermutu merupakan tumpuan utama keberhasilan usahatani, bahkan

kemampuan daya hasil benih dari kultivar unggul bermutu merupakan penentu batas atas

keberhasilan usahatani. Kultivar unggul tersebut umumnya dihasilkan oleh lembaga-lembaga

pemerintah kecuali benih hibrida. Industri perbenihan yang ada saat ini umumnya bersifat

perbanyakan kultivar unggul yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah tersebut. Meskipun

demikian untuk mengakses benih spesifik lokasi oleh petani tidak mudah, karena benih kadang

tidak tepat waktu pada saat dibutuhkan dan harga benih relatif mahal dibanding dengan harga

jual produk benih tersebut, sehingga memperbesar biaya usahatani dan mengurangi

keuntungan usahatani.

Penyediaan benih bermutu bagi petani dengan harga terjangkau masih mengalami

hambatan. Produsen benih yang pusat produksinya tersebar diberbagai wilayah serta luasnya

penyebaran areal tanam petani merupakan kendala dalam pengawasan produksi dan distribusi

benih. Untuk menunjang industri benih tanaman pangan, pemerintah telah membangun

berbagai kelembagaan yang melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan, pelepasan

varietas, kebijaksanaan dan bimbingan teknis, laboratorium benih, acuan produksi benih

sumber, serta pengawasan mutu dan sertifikasi benih (Pasek Pertanian, 2008).

Page 4: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

4

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

III. PROSES PERENCANAAN DAN KOORDINASI KEGIATAN

3.1. Waktu dan tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2012, yang difokuskan pada aspek

penerimaan petani terhadap teknologi yang didemonstrasikan. Lokasi kegiatan di Desa Botta,

Kecamatan Suli Kabupaten Luwu dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

lokasi P3TIP/FEATI. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Januari sampai Desember 2012, pada

lahan sawah irigasi.

3.2. Pendekatan

Kegiatan deseminasi dilaksanakan berupa kegiatan on Farm dilahan petani dengan

menggunakan pendekatan dan komponen yang terkait dengan teknologi produksi benih padi,

sehingga petani lebih cepat mengadopsi teknologi yang dianjurkan.

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan diawali dengan Survei, pembentukan tim pelaksana dan koordinasi di tingkat

lapangan dalam rangka penentuan lokasi dan petani pelaksana,serta inplementasi teknologi dan

temu lapang.

3.4. Metode Pelaksanaan

Demonstrasi dilaksanakan dilahan petani anggota klp tani

Pelaksana lapangan dilakukan sendiri oleh petani, peneliti dan penyuluh membimbing

dalam hal teknologi dan desain lapangan

Sebelum aplikasi teknologi, dilakukan sosialisasi dengan mengundang petani

kooperator dan non kooperator yang tegabung dalam Gapoktan pengelola P3TIP/FEATI,

penyuluh serta Pemda setempat

Pengamatan dilakukan terhadap tanggapan dan komentar petani anggota kelompok

tani terhadap teknologi yang didemonstrasikan

Pada akhir kegiatan (menjelang panen) dilakukan temu lapang

Page 5: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

5

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

3.5. Analisis Data

Analisis respon petani berdasarkan nilai partisipasi yang dilakukan petani

Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait preferensinya dan hasil

karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan

Analisis respon petani dalam FMA untuk mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial,

dan budaya petani dengan teknologi yang didemonstrasikan

Analisis Porsi dana Non APBN/LOAN dalam Pembiayaan Kegiatan Demonstrasi

Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan ekonomi teknologi kaitannya dengan input-

output serta R/C ratio

Page 6: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

6

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

IV. METODE PELAKSANAAN

4.1. Waktu dan Tempat

Waktu

Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Tempat

Lokasi kegiatan bertempat di Desa Botta, Kecamatan Suli Kabupaten Luwu pada

kelompok tani Reso Temmengingi FMA Botta dengan seluas 1,5 ha.

4.2. Pendekatan

Kegiatan Demonstrasi dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif berupa

kegiatan on Farm dilahan petani dengan menggunakan pendekatan dan komponen yang

terkait dengan pendekatan teknologi produksi benih padi, sehingga petani lebih cepat

mengadopsi teknologi yang dianjurkan.

1.3. Tahapan Pelaksanaan

Persiapan

Penetapan Teknologi yang didemonstrasikan

Penetapan Teknologi yang di Demonstrasikan berdasarkan kebutuhan pembelajaran

FMA P3TIP/FEATI di Kabupaten Luwu, dan teknologi tersebut telah dikaji oleh BPTP

Sulawesi Selatan dan telah direkomendasikan yakni Demonstrasi Komponen

Teknologi Produksi Benih pada tingkat kelompok tani.

PenetapanTim Pelaksana

Pelaksana kegiatan terdiri dari Penyuluh, Peneliti, teknisi BPTP, Petani dan penyuluh

Kabupaten

Koordinasi

Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelolah P3TIP/FEATI Balai Penyuluhan

Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPP-KP), Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan (TPHP) Kabupaten Luwu. Maksud koordinasi tersebut untuk

membicarakan rencana Demplot, penempatan lokasi dan calon petani pelaksana, dan

jadwal tanam serta mengsinergikkan program di Kabupaten

Page 7: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

7

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Penetapan Lokasi dan Petani Pelaksana

Penentuan lokasi Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelolah FEATI/P3TIP

, dan Kepala BPP Suli. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan kebutuhan

pembelajaran FMA, lokasi mudah dijangkau, letaknya dipinggir jalan, bebas banjir

dan kekeringan serta dapat dilalui kendaraan roda 2 dan 4, demikian pula petani

pelaksana dipilih petani inovatif dan mudah diajak kerjasama dalam menerapkan

teknologi. Berdasarkan keriteria tersebut maka ditetapkan Ketua Kelopok tani Reso

Temmangingi sebagai pelaksana Demonstrasi

Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan

Sebelum kegiatan dilaksanakan dilakukan sosialisasi bertujuan untuk

penyampaian informasi tentang teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini

dilakukan di lokasi kegiatan dan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan Penyuluh

BPTP SulSel dihadiri oleh petani pelaksana, petani anggota Gapoktan/Gapoktan lain

yang mengusahakan komoditi padi, para penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan

Pemda. Dari hasil dengan petani dan petugas bahwa ada beberapa hal yang

merupakan hambatan utama dalam usaha tani padi yaitu masalah benih, tikus, keong

emas dan penggerek batang.

FGD

Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan teknologi,

kebiasaan petani dalam mengelola usahataninya, produksi dan pendapatan yang

diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil panen INPARI 8 diharapkan menjadi

calon benih untuk dikembangkan pada musim tanam berikutnya dan menyebar pada

anggota kelompok Posluhtan maupun petani sekitar lokasi kegiatan.

Pelaksanaan Demonstrasi

Pelaksanaan di lapangan dilakukan petani, dibimbing oleh peneliti dan penyuluh

Untuk menentukan nilai parisipasi, kepuasan/respon petani terhadap tahapan aplikasi

teknologi dilakukan pengisian daftar hadir petani pada setiap temu lapang

Untuk menghimpun umpan balik, menggali tanggapan/komentar anggota kelompok

dan peserta lain dilakukan pertemuan lapang dengan menggunakan kuisioner.

Page 8: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

8

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Teknologi yang diintroduksi

.

No Paket Teknologi Aplikasi 1 Benih

Jumlah (kg/ha) 40

Varietas Inpari 8 Kelas SS

Perlakuan benih Larutan garam + regent cair

2 Pelakuan pra olah tanah Sanitasi lahan dan penyomprotan herbisida

3 Pengolahan tanah Olah tanah sempurna 4 Cara tanam Tapin Jajar Legowo 2 : 1

(Atabela) 7 Pemeliharaan

Penyulaman 1 minggu setelah tanam

Pemupukan Berdasarkan PHSL

Penyiangan Konvensional

Pengendalian hama penyakit PHT

8 Rouging/seleksi 30 hst, saat primordia dan menjelang panen

9 Panen

- Waktu panen Masak fisiologis

- Cara panen Sabit bergerigi, Perontokan (tresher)

10 Pasca panen - Pengeringan

- Sortasi

Penjemuran

Blower

11 Packing Karung 25 kg Kegiatan produksi benih meliputi berbagai kegiatan yang dimulai dari persiapan

menanam benih sampai benih dihasilkan kembali dan siap disalurkan kepada konsumen.

Budidaya tanaman produksi benih terdiri atas :

Page 9: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

9

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Persiapan

Untuk mengusahakan pertanaman benih diperlukan persiapan yang seksama.

Sementara hasil benih merupakan kepentingan utama, mutunya juga sama pentingnya. Hasil

benih yang tinggi tetapi dengan mutu yang rendah tidak akan memberikan keuntungan. Untuk

menghasilkan benih bermutu baik dalam jumlah yang banyak memerlukan perencanaan yang

matang.

Lapang produksi harus dipersiapkan, tergantung skala produksinya, bahkan beberapa

musim sebelumnya. Tanaman terdahulu harus tidak mengandung sumber tanaman voluntir,

gulma, dan penyakit terbawa benih (seed borne diseases), yang walaupun tidak dapat

dihilangkan sama sekali tetapi hendaknya ditekan sekecil mungkin.

Penanaman

Penanaman dapat dilakukan langsung di lapangan maupun disemai dahulu di

pembibitan, kemudian bibitnya dipindah ke lapangan. Apabila dilakukan penanaman langsung di

lapangan maka benih dalam satu lubang jangan terlalu banyak, agar lebih mudah melakukan

roguing apabila ada tipe simpang.

Sedangkan penanaman melalui penyemaian, penyiapan bedengan semai perlu

mendapat perhatian, demikian juga halnya dengan prosedur semai dan mutu benih yang

disemai untuk menjamin hasil benih yang bebas dari kontaminasi oleh gulma atau tipe simpang

(off-type). Lahan harus bebas dari benih-benih terkubur dari spesies yang sama dan benih

gulma yang akan menyulitkan saat panen.

Penyiapan lahan yang baik akan memudahkan pemeliharaan tanaman dan panen.

Kegagalan yang umum adalah menghasilkan bidang semai yang tidak menjamin kontak benih

yang baik dengan tanah dan kedalaman tanam yang berlebihan.

Isolasi

Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber kontaminasi merupakan

persyaratan yang perlu untuk menumbuhkan tanaman penghasil benih. Isolasi tanaman yang

baik dapat mengurangi terjadinya kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut : (1)

tercampurnya benih dari varietas yang berbeda pada saat panen dilakukan; (2) penyerbukan

silang antara pertanaman yang berbeda varietas, dan (3) penyebaran hama dan penyakit dari

tanaman inang yang lain.

Page 10: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

10

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Pada dasarnya terdapat dua macam teknik isolasi, yaitu isolasi jarak dan isolasi waktu.

a. Isolasi Jarak

Isolasi jarak dimaksudkan agar dua varietas tanam yang berbeda dipisahkan bloknya

satu sama lainnya dengan jarak tertentu (jarak minimal 3 meter untuk tanaman padi).

Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan tanah antara kedua blok

jarak itu, (2) menanamnya dengan tanaman lain, atau (3) tanpa isolasi tapi tanaman yang

selebar 3 meter dari kedua batas areal itu pada waktu panen dikeluarkan dari calon benih

Jarak isolasi ditetakan tergantung pada cara penyerbukan tanaman, kemurnian genetik

yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama penyerbukan. Pertimbangan utama dalam

menentukan jarak isolasi yang memadai bagi tanaman penghasil benih adalah apakah

tanaman tersebut bersifat menyerbuk sendiri atau lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak

aktualnya tergantung pada apakah serbuk sari dibawa udara atau serangga, pelokasian

tanaman dan tingkat resiko yang dapat diterima. Jarak yang aman tergantung pada arah

angin dating.

Isolasi jarak yang diperlukan juga dipengaruhi oleh kategori benih yang diperbanyak.

Benih dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai standar kemurnian yang lebih tinggi

daripada benih dari kelas yang rendah.

b. Isolasi Waktu

Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda

antara dua varietas yang berbeda dengan blok/areal berdampingan sehingga saat

pembungaan berbeda pula (minimum 30 hari).

Dengan menerapkan isolasi waktu, produksi benih suatu jenis tanaman dengan varietas

yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada areal yang sama.

Pemupukan

Dalam fase perkembangan vegetative tanaman, hara mineral yang cukup (terutama

nitrogen, fosfor, dan kalium) diperlukan untuk membangun struktur tanaman dengan jumlah

maksimum pada posisi tempat benih berkembang. Setelah pembungaan, luas daun yang aktif

akan berkurang.

Penggunaan pupuk yang benar sangat penting bagi produksi benih agar dapat diperoleh hasil

yang maksimum. Dengan demikian maka perlu diidentifikasi kekurangan mineral dalam tanah

Page 11: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

11

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

dan menetapkan program pemupukan yang berimbang sehingga dapat menghindari

keterbatasan hara bagi produksi benih di lingkungannya.

Ketepatan pemupukan sangat penting karena menentukan keserempakan waktu

pembungaan. Dalam hubungan ini maka penangkar benih harus dapat membedakan unsur-

unsur yang memiliki peran spesifik dalam produksi benih dan hara yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman yang normal.

Pengairan

Pengairan diberikan untuk menghindari masalah kekurangan air bagi tanaman.

Tanaman memiliki tahap-tahap ktitis terhadap kadar air tanah selama siklus hidupnya.

Tanaman-tanaman yang baru ditanam biasanya memerlukan pengairan yang lebih sering

daripada tanaman yang sudah mantap pertumbuhannya. Harus diusahakan agar tidak terjadi

kekurangan air antara saat pembungaan hingga terbentuknya bunga secara lengkap, demikian

juga pada fase pematangan benih. Pengairan yang diberikan pada saat pembungaan pada

umumnya dapat meningkatkan produksi benih.

Pengairan yang teratur memungkinkan produksi benih di lingkungan yang paling sesuai

untuk menghasilkan benih yang tinggi. Lingkungan yang kering dengan taraf irigasi yang tinggi

dan teratur selama pembungaan dan pemasakan benih memiliki potensi hasil yang lebih tinggi.

Pasokan air bagi pertanaman kemudian dapat dimanipulasi untuk menghasilkan sejumlah besar

tempat pembungaan, merangsang pembungaan bagi tanaman, menjamin kelembapan yang

cukup untuk pemasakan dan menyediakan kondisi yang sesuai.

Manfaat lebih lanjut dari irigasi adalah memungkinkan penambahan luas tanam atau

musim tanam dan pengendalian teknik budidaya tanaman yang rutin, misalnya pengendalian

gulma prasemai, penanaman dan pemupukan yang tepat musim, dan perangsangan

pertumbuhan gulma prasemai.

Pengendalian Gulma

Gulma perlu dikendalikan karena merupakan pesaing tanaman dalam memperoleh air, cahaya

dan unsur hara, disamping dapat merupakan inang dari hama dan penyakit tertentu. Beberapa jenis

gulma mungkin dapat menyerbuk silang dengan tanaman yang kita tanam.

Pengendalian gulma pada pertanaman untuk menghasilkan benih dapat dilakukan dengan cara ekologis

yaitu pengendalian gulma melalui pengelolaan tanaman yang baik, sedangkan pengendalian gulma

Page 12: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

12

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

secara kimia memerlukan ketepatan jenis, dosis, dan waktu penggunaannya. Pengendalian gulma

dengan tangan sering lebih selektif dan efektif daripada dengan cara kimia, terutama jika tenaga kerja

berlimpah.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Serangan oleh hama dan penyakit dalam pertanaman dipengaruhi sedikit banyak oleh iklim dan

kehadiran mereka di dalam tanah. Serangan hama dan penyakit harus diperhitungkan dan

dipertimbangkan dalam pemilihan wilayah, atau lahan untuk perbanyakan benih.

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan alternatif usaha : menggunakan varietas yang

tahan atau toleran, menanam benih yang bebas hama dan penyakit yang dibawa benih, menggunakan

bahan kimia untuk pemberantasan, atau melaksanakan rotasi tanaman.

Roguing /seleksi

Roguing /seleksi merupakan teknik yang dilaksanakan dalam produksi benih untuk menjaga

kemurnian varietas. Roguing dilakukan dengan cara mengadakan pemeriksaan dan membuang

tanaman-tanaman yang memiliki cairi-ciri berbeda dengan varietas yang sedang diperbanyak.

Roguing harus dilakukan beberapa kali pada tahap pertumbuhan tanaman yang berbeda.

Waktu terbaik adalah ketika penanaman berbunga penuh, dimana pada tahap ini sifat-sifat kultivar

hampir ditampilkan sepenuhnya, dan perbedaan-perbedaan warna bunga terlihat dengan nyata. Dalam

melaksanakan roguing diperlukan keterampilan dalam pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu diketahui oleh

pelaksana roguing adalah (1) karakteristik (deskripsi) varietas yang diusahakan; (2) karakteristik tipe

simpang; (3) penyakit yang terbawa benih dan sulit dikendalikan dengan perawatan benih; (4) gulma

yang berbahaya, kurang berbahaya, dan yang lazim tumbuh; (5) tanaman lain yang biasa ditemukan;

(6) ketidaknormalan tanaman termasuk stress nutrisi, suhu, dan kelembaban tanah; dan (7)

pengambilan contoh dan cara perhitungan yang berlaku untuk memenuhi persyaratan sertifikasi.

Efektivitas roguing tergantung sebagian pada perbedaan rogue dan sebagian lagi pada keterampilan

pembuangannya. Suatu rogue dapat dibuang hanya jika cukup berbeda untuk dikenali oleh petugas

pembuang yang berpengalaman. Petugas ini berjalan perlahan-lahan di seluruh pertanaman sehingga

gulma dan spesies tanaman lain dapat dilihat dengan mudah.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan roguing adalah :

(1) tanaman hendaknya ditanam sedemikian rupa sehingga tanaman-tanaman yang ada dapat

diamati/terlihat per individu; sering terjadi bahwa tanaman yang lebih kecil dan memiliki cirri-ciri yang

Page 13: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

13

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

tidak dikehendaki tumbuh tersembunyi oleh tanaman normal yang lebih besar; (2) berjalan secara

sistimatik melalui penanaman yang ada sehingga setiap tanaman dapat terlihat dan dapat

dipertimbangkan sebagai rogue atau bukan; hendaknya tidak melakukan pemeriksaan pada wilayah

pertanaman yang terlalu luas sekaligus; (3) seluruh bagian tanaman rogue atau tipe simpang hendaknya

dicabut dan dibuang; jangan hanya membuang buah-buah yang menunjukkan cirri-ciri yang tidak

dikehendaki saja; (4) sedapat mungkin pemeriksaan lapangan dilakukan dengan membelakangi

matahari; pemeriksaan terhadap cirri-ciri tanaman lebih sulit dilakukan apabila matahari ada didepan

pelaksana roguing, roguing hendaknya dilakukan sepagi mungkin sebelum tanaman mulai layu, serta

sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan terhadap cirri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah

dilakukan; (5) pemeriksaan hendaknya tidak ditunda-tunda pelaksanaannya, semua tanaman yang

memiliki cirri-ciri yang tidak dikehendaki, harus dicabut dan dibuang sebelum berbunga; (6) jumlah dan

tipe tanaman-tanaman yang dicabut dan dibuang dari pertanaman penghasil benih hendaknya dicatat;

(7) gulma dan tanaman-tanaman liar yang dapat menyerbuk silang yang mungkin berhasil lolos dari

pengnedalian atau pengolahan tanah sebelumnya harus dicabut dan dibuang; dan (8) tanaman dan

gulma yang terinfeksi oleh penyakit terbawa benih harus dicabut dan dibuang.

Panen

Waktu panen harus disesuaikan agar benih benar-benar masak, yang ditunjukkan oleh kadar air

atau keragaannya. Jika panen terlalu dini, benih menjadi keriput ketika dikeringkan. Benih demikian

walaupun tinggi daya berkecambahnya pada saat panen, tetapi dapat cepat mundur pada saat di

penyimpanan, disamping banyak yang hilang disaat pembersihan. Sebaliknya, jika pemanenan terlalu

lambat, sebagian benih mungkin rontoknya dan sebagian lagi terlalu kering untuk dirontok sehingga

mengalami kerusakan.

Kadar air benih padi yang aman dipanen yaitu berkisar antara 17-23 %, dimana pada

pemanenan dalam selang kadar air ini dapat meminimumkan kerusakan mekanis ketika dirontok.

Disamping dengan cara meraba benih dengan tangan dan mengukur kadarairnya, menekan benih

dengan kuku ibu jari kadang-kadang dipakai sebagai cara untuk menetapkan waktu pemanenan.

Keragaan tanaman atau benih dapat juga menjadi acuan waktu pemanenan, benih berubah warna jika

telah masak.

Pasca Panen

Penanganan pasca panen benih adalah penanganan benih sejak selesai dipanen sampai

siap disalurkan kepada penggunanya, baik sesama produsen benih maupun kepada petani.

Page 14: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

14

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Penanganan pasca panen benih meliputi : kegiatan prontokan/ekstraksi, pengeringan,

pembersihan, pemilahan, perawatan, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan, dan

pelabelan.

1.4. Temu Lapang

Temu lapang ini melibatkan petani kooperator, non kooperator maupun kelompok

FMA lainnya serta petugas penyuluhan setempat. Untuk menghimpun umpan balik,

menggali tanggapan/komentar anggota kelompok maupun peserta lain maka dilakukan

pembagian kuisioner yang kemudian diisi oleh masing-masing petani. Temu lapang

menjelang panen, namun pertemuan/bimbingan tetap dilakukan serangkaian dengan

aktivitas kegiatan demonstrasi.

1.5. Analisis data

Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait preferensinya dan

hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan

Analisis respon petani berdasarkan nilai partisipasi yang dilakukan petani

Analisis respon petani dalam FMA untuk mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi,

sosial, dan budaya petani dengan teknologi yang didemonstrasikan

Analisis Porsi dana Non APBN/LOAN dalam Pembiayaan Kegiatan Demonstrasi

Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan ekonomi teknologi kaitannya dengan

input-output serta R/C ratio

1.6. Pelaporan

Pelaoporan Kegiatan dilakukan dua tahap 1. Laporan pertengahan tahun 2. Laporan

akhir kegiatan.

Page 15: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

15

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Wilayah

Kecamatan Suli Kabupaten Luwu terletak pada 2-30 LS serta 119-1200 BT dengan

hamparan luas wilayah 81,75 km2 terdiri dari 13 desa, 1 kelurahan, Jumlah penduduk

18.665 jiwa terdiri dari laki-laki 8934 jiwa dan perempuan 9731 jiwa. Secara administrative

berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Belopa

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Larompong

Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Suli barat

Topografi Kecamatan Suli adalah 87,35 % dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 meter

dari permukaan laut dan 12,65 % pada ketinggian 100 – 500 dpl

Eksistensi kelembagaan pertanian di wilayah ini meliputi kelembagaan petani yaitu

kelompoktani dan Gapoktan, kelembagaan penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP) dan kelembagaan pemasaran berupa pasar tradisional tingkat kecamatan yang

beroperasi 2 kali seminggu (Anonim, 2012)

5.2. Karateristik Petani

Umur Petani

Kemampuan fisik seorang petani dalam melaksanakan usahataninya sangat dipengaruhi

oleh kemampuan fisik. Demikian juga dengan kinerja seseorang akan sejalan dengan

pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorang, maka kemampuan bekerja akan

meningkat sehingga produktivitasnya meningkat sampai mencapai batas umur tertentu.

Secara detail akan diurai dan dibahas kemudian disajikan dalam tabel 1 berikut :

Page 16: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

16

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 1. Distribusi petani menurut umur pada kegiatan demonstrasi teknologi produksi benih

padi di Desa Botta Kec. Suli Kabupaten Luwu, 2012

No. Umur (thn) Jumlah Petani Prosentase (%)

2. 30 – 40 8 32,00

2. 41 - 50 14 56,00

3. 51 - 55 3 12,00

Jumlah 25 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani berada pada usia

41 – 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani berada pada usia

produktif, sehingga secara fisik masih memiliki kemampuan yang cukup baik untuk

melakukan aktivitas usahataninya. Termasuk di dalamnya menerapkan berbagai teknologi

yang tersedia untuk meningkatkan kinerja usahanya. Namun demikian masih perlu bimbingan

lebih lanjut untuk menerapkan suatu komponen teknologi, karena tingkat ketrampilan

seseorang akan dapat dicapai dengan meningkatkan frekuensi aktivitas yang sama.

Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kapasitas

sumberdaya manusia. Namun peningkatan kapasitas seseorang dapat ditempuh dengan

berbagai cara, antara lain dengan pendidikan formal, dimana makin tinggi tingkat

pendidikan formal petani akan semakin rasional pola pikir dan daya nalarnya, sehingga

akan lebih cepat memahami fenomena yang ada, yang selanjutnya akan menanamkan

pengertian, sikap dan mempengaruhi kemampuan peternak untuk bertindak lebih

tanggap terhadap suatu inovasi teknologi. Untuk lebih meyakini bahwa tingkat

pendidikan formal seseorang sangat mempengaruhi pembentukan opini, pembentukan

sikap, akan diuraikan dalam tabel 2 berikut.

Page 17: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

17

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 2. Distribusi petani menurut tingkat pendidikan pada kegiatan demonstrasi teknologi produksi benih padi di Desa Botta, Kec. Suli Kabupaten Luwu, 2012.

No. Umur (thn) Jumlah Petani Prosentase (%)

1. SD 2 8.00

2. SMP 9 36,00

3. SMA 12 48,00

4 Sarjana ( S1 ) 2 8,00

Jumlah 25 100

Sumber : Analisis Data Primer,2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki

tingkat pendidikan yang relatif baik, karena mayoritas sudah pada tingkat pendidikan

menengah atas sehingga memberikan gambaran kapasitas yang cukup optimal untuk

melakukan interaksi dengan dunia luar. Kapasitas tersebut salah satunya adalah

kemampuan mengakses informasi dan teknologi relatif lebih baik. Meskipun dalam

berkomunikasi masih sangat terpengaruh oleh kebudayaan setempat yang melekat kuat

sehingga masih terdapat kendala dalam transfer teknologi.

Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan dialogis untuk berinteraksi sehingga

komunikasi dapat terjalin dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan upaya

transfer teknologi ke depan. Kualitas interaksi yang baik akan menghasilkan komunikasi

yang timbal balik, dalam arti akan terjadi umpan balik secara alami.

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman merupakan ujung tombak dari suatu proses penemuan, dimana

pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam hal ini petani akan menjadi referensi

bagi pengembangan usahatani-ternaknya ke depan. Oleh sebab itu sangatlah penting

menggambarkan pengalaman karena merupakan penggambaran tingkat ketrampilan

teknis yang dimiliki, pemikiran rasional dan kemampuan untuk melakukan inovasi

usahatani-ternaknya yang dapat memberikan nilai tambah. Hal tersebut akan diuraikan

pada tabel 3 berikut :

Page 18: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

18

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 3. Distribusi petani menurut pengalaman dalam berusaha tani pada kegiatan

demonstrasi teknologi produksi benih padi di Desa Botta, Kec. Suli

Kabupaten Luwu, 2012.

No. Pengalaman

Berusahatani (thn)

Jumlah Petani Prosentase (%)

1. < 5 tahun 2 8.00

2. 5 – 10 tahun 6 24,00

3. 11 – 20 tahun 14 56,00

4 > 20 tahun 3 12,00

Jumlah 25 100

Sumber : Analisis Data Primer,2012

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki

pengalaman yang sudah cukup banyak yaitu 11 – 20 tahun, yang menjadi indikator

bahwa banyak pengetahuan yang sudah dimiliki mereka dalam berusaha tani padi,

sehingga dengan melakukan interaksi dan komunikasi yang baik akan lebih mudah

berlansungnya proses transfer teknologi. Namun demikian teknologi produksi benih

padi merupakan hal baru bagi mereka sehingga akan membawa dampak pada

peningkatan mutu benih padi sebagai suatu peluang usaha bisnis serta ketersediaan

benih ditingkat petani sesuai dengan yang diinginkan dan tersedia secara lokal.

Kondisi ketersediaan benih bermutu yang dikelola petani masih sangat

tradisional dan masih sangat tergantung pada benih bantuan dari pemerintah, sehingga

peluang untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masih terbuka lebar yang

didukung dengan ketersediaan sumberdaya pertanian yang memiliki potensi lahan yang

masih memadai.

Kepemilikan lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi petani. Pada

umumnya petani memiliki lahan usaha tani baik untuk pribadi maupun sebagai

penggarap. Lahan sebagai aset usahatani petani, namun demikian untuk lebih

meningkatkan produktivitasnya perlu dikelola dengan optimal dan bijaksana. Hal

Page 19: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

19

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

tersebut terkait dengan kelestarian sumberdaya. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam

tabel 4 :

Tabel 4. Karakteristik petani menurut luas kepemilikan lahan pada kegiatan

demonstrasi Teknologi Produksi Benih di Desa Botta Kab. Luwu, 2012

No. Luas pemilikan (ha) Jumlah Petani Prosentase (%)

1. 0,1 – 0,5 12 48.00

2. 0,6 – 1,0 7 28,00

3. 1,1 – 2,0 4 16,00

4 > 2 2 8,00

Jumlah 25 100

Sumber : Analisis Data Primer,12

Pada tabel 4 terlihat bahwa 48 % petani memiliki lahan seluas 0,1 – 0,5 ha

dengan rata-rata kepemilikian 0.25 ha dan merupakan warisan secara turun temurun.

Pada umumnya lahan ini ditanami 2 kali padi, namun pengelolaannya adalah usahatani

subsisten yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri. Hal ini terjadi karena kurangnya intervensi teknologi terhadap sistem

usahatani yang diterapkan petani. Oleh karena itu diperlukan introduksi teknologi dalam

budidaya dan pendekatan usaha, sehingga dapat merubah pola pikir petani dari yang

subsisten menjadi modern.

Kondisi Awal Petani (Pengetahuan)

Proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-

saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem social,

membutuhkan waktu yang relative cukup. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi

dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated

through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh

dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan

dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru.

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan

argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi.

Keputusan inovasi tersebut dapat diperkuat oleh data awal yang diperoleh melalui

Page 20: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

20

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

identifikasi pengetahuan awal yang dimiliki petani tentang teknologi yang akan di

introduksi melalui kegiatan demonstrasi. Pengetahuan awal petani dalam kegiatan ini

diuraikan secara jelas dalam tabel 5 berikut :

Tabel 5 . Pengetahuan Awal Petani Tentang Teknologi Introduksi pada

Demonstrasi Teknologi Produksi Benih Padi di Desa Botta, Kab. Luwu,

2012.

No

Komponen Teknologi

Pengetahuan Petani

(N = 25)

Prosentase (%)

Ya Tidak Ya Tidak 1 Varietas Unggul Inpari 8 4 21 16 84

2 Perlakuan benih 6 19 24 76

3 Pemupukan berimbang 7 18 28 72

4 Pengendalian hama berdasarkan

konsep PHT

20 5 80 20

5 Rouging 0 25 0 100

6 Packing 3 22 12 88

Jumlah 40 110 160 440

Rata-rata 6,67 18,33 26,67 73,33

Sumber : Hasil Olahan Data Primer,2012

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan relatif

rendah (73,33 %). Meskipun sebagian kecil teknologi sudah diterapkan, namun masih ada

sebagian besar petani belum mengetahui apa manfaat dari penerapan komponen tersebut.

Hal ini penting diketahui untuk dapat mengukur seberapa besar peluang penerapan

komponen teknologi yang ada dan dapat diterima petani.

Terlihat pula bahwa pada komponen rouging, 100% petani belum melakukannya.

Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan petani serta petani tidak mau repot dan

enggang untuk mencabut tanamannya

Page 21: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

21

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

5.3. Analisis Data

a. Analisis Tingkat Kepuasan Petani

Persentase tingkat kepuasan petani pada setiap pelaksanaan kegiatan demonstrasi

teknologi produksi benih padi di Desa Botta, Kecamatan Suli Kabupaten Luwu dapat dilihat

pada tabel 6

Tabel 6. Tingkat Kepuasan Petani pada pelaksanaan Demonstrasi Teknologi

Produksi Benih Padi di Desa Botta, Kec. Suli Kab.Luwu 2012

No Jasa Litbang dan Pengkajian

Tingkat Kepuasan (% petani)

Sangat Puas Puas Kurang Puas

1 Narasumber sosialisasi 25 75 -

2 Penyediaan benih varietas Inpari 8 40 60 -

3 Bimbingan perlakuan benih 40 60 -

4 Bimbingan penanaman 90 10

5 Bimbingan pemupukan 75 25

6 Bimbingan rouging 10 80 10

7 Bimbingan tahapan pemberian air 90 10

8 Bimbingan pengendalian H & P 30 70

9 Bimbingan pasca panen ( Sortasi & packing)

20 75 5

10 Produksi 80 20

11 Temu lapang 40 60 -

Rata-rata 18,64 74,09 7,27

Sumber : Analisis data primer,2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap pelayanan

diseminasi yang dilakukan BPTP sangat baik dengan nilai sangat puas 18,64 %, puas

Page 22: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

22

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

74,09 %, sebagai indikator bahwa tingkat kepuasan yang sangat baik tersebut

merupakan garansi bagi BPTP bahwa teknologi yang di introduksikan memiliki progress

yang baik pula dalam tingkat difusi dan adopsi ke depan. Berdasarkan kepuasan yang

dirasakan pengguna akan menggiring masuk ke tahapan pengambilan keputusan yang

lebih baik.

Oleh karena terjadi alih pengetahuan dan keterampilan maka akan melibatkan

peneliti sebagai sumber teknologi yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan

teknologi. Penyuluh pertanian sebagai sasaran antara yang dipercayakan

menyebarluaskan informasi teknologi dengan menerapkan sistem transfer teknologi

yang efektif dan petani sebagai sasaran utama diharapkan memiliki motivasi yang dapat

mendorong minat belajar mereka dan harus berorientasi pada masalah yang dihadapi

sebagai jawaban kebutuhan inovasinya. Proses pembelajaran yang berlangsung

mengharuskan terjadinya komunikasi yang efektif antara ketiganya.

b. Analisis Tingkat Partisipasi Petani Anggota Kelompok

Tingkat partisipasi petani anggota poktan dalam pelaksanaan demontrasi teknologi

produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Partisipasi Petani Anggota Kelompok pada Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi Benih Padi di Kabupaten Luwu 2012 (N = 25 orang).

No Wujud Keterlibatan Petani n %

1 Sosialisasi (ide/gagasan/pemikiran) 3 12,00 2 FGD (Perencanaan, memutuskan) 2 8,00 3 Penyediaan Lahan, Pengolahan tanah 2 8,00 4 Menyediakan Saprotan 1 4,00 5 Penanaman 2 8,00 6 Pemeliharaan (Pemupukan, Pengarian dan

Pengendalian gulma)

2 8,00 7 Pengendalian Hama dan Penyakit 2 8,00 8 Rouging 4 16,00 9 Panen dan Pasca Panen 2 8,00

10 Temu Lapang 2 8,00 Jumlah 22 88,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Tabel 7, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam kegiatan

demonstrasi teknologi produksi benih padi yang dilaksanakan oleh BPTP Sulawesi

Page 23: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

23

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Selatan bekerja sama dengan kelompok tani Reso Temmangingi mencapai 88 %, nilai

tingkat partisipasi tersebut telah mencapai diatas angka minimun yang telah

ditentukan yaitu 60 % (R.Hendayana, 2010). Petani sebagai anggota dalam poktan

mempunyai wilayah hamparan yang memperoleh introduksi teknologi produksi benih

padi. Jumlah petani sebagai sample dalam pelaksanaan kegiatan demonstrasi

teknologi produksi benih padi berjumlah 25 orang petani.Tingkat parisipasi yang paling

tinggi yaitu penerapan teknologi rouging 4 orang petani, sementara yang paling rendah

yaitu penyediaan sarana dan prasarana hanya 1 orang

c. Analisis Respon Petani

Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon/tanggapan petani terhadap

teknologi yang didemonstrasikan dalam produksi benih padi. Respon petani diperoleh

melalui kuesioner, wawancara pada saat pertemuan di lapang dan temu lapang yang

meliputi teknologi produksi benih benih padi. Penerapan suatu teknologi

membutuhkan partisipatif kelompok yang menjadi sasaran, karena indikator

keberhasilan penerapan teknologi adalah respon yang ditujukan baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Hal tersebut akan menunjukkan tingkat manfaat yang dirasakan

dan akan diuraikan sebagai berikut :

Aspek Teknis

Secara teknis komponen teknologi yang menjadi bagian, penerapannya mudah

dilakukan petani karena penerapan teknologi produksi tidak membutuhkan keahlian

khusus dan pelaksanaannya hanya melatih petani sehingga dapat dilakukan dengan

baik, begitu pula pada saat rouging serta pengendalian hama dan penyakit

berdasarkan konsep PHT

Aspek Ekonomi

Manfaat secara ekonomi yang dapat diperoleh petani kooperator adalah

peningkatan jumlah produksi sebesar 1850 kg dengan persentase peningkatan sebesar

36,27 %. Demikian juga dengan keuntungan yang di peroleh terdapat selisih sebesar

Rp. 4.260.000, dengan persentase peningkatan 36,18%.

Page 24: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

24

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Aspek Sosial Budaya

Manfaat yang diperoleh dari aspek sosial budaya, adalah meningkatnya

keakraban dan kerjasama antar petani dalam satu kelompok dengan kelompok tani

lainnya, oleh karena penerapan teknologi produksi benih padi ini melibatkan anggota

kelompok secara partisipatif.

Berdasarkan hasil analisis dari beberapa aspek diatas, untuk mengetahui respon

petani terhadap teknologi yang didemonstrasikan pada umumnya baik setelah melihat,

melakukan dan merasakan manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan komponen

teknologi tersebut. Namun demikian,masih membutuhkan waktu untuk berlangsungnya

proses pembelajaran yang meliputi pembentukan opini, penguasaan pengetahuan dan

keterampilan/pembentukan sikap dan keputusan untuk mengadopsi. Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Respon Petani Terhadap Demonstrasi Teknologi Produksi Benih Padi di Desa Botta, Kec. Suli Kabupaten Luwu,2012

No. Komponen

Teknologi Respon Persentase

(%) Alasan

1 Varietas Inpari 8 - Menerima 100 Sesuai dengan kondisi

wilayah Tidak khawatir, daya tumbuh benih 95 %

Potensi hasilnya cukup tinggi

- Ragu-ragu - -

- Menolak - - 2 Perlakuan benih - Menerima 100 Mudah dilakukan

Bahan tersedia dipasaran Tanaman tahan terhadap

penggerek batang

- Ragu-ragu - -

- Menolak - - 3 Pemupukan

N (BWD)

- Menerima 76 - Mudah dilakukan - Sangat efisiensi biaya pupuk - Tanaman tidak mudah rebah

- Ragu-ragu 24 - Kesulitan mendapatkan BWD - Belum terampil menggunakan

BWD - Butuh waktu pengamatan

- Menolak - -

Page 25: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

25

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

4 Pengendalian H & P Sistim Ringtangan Perangkap Tikus (SRP)

- Menerima - 80 - Mudah dilakukan - Efektif mengendalikan tikus

dalam jumlah besar

- Ragu-ragu - 20 - Kuatir tanaman gagal - Perlu dikelola secara

berkelompok

- Menolak - -

5 Rouging 3 x - Menerima - 88 - Pertumbuhan tanaman seragam, bagus.

- Ragu-ragu - -

- Menolak - 12 - Repot - Butuh waktu dan tenaga

6 Pasca panen -Menerima - 94 - Mutu gabah baik - Harga jual bagus

-Ragu-ragu - 6 - Masih mengikuti kebiasaan

petani

-Menolak - -

Sumber: Data primer setelah diolah,2012

Pada Tabel 8, menunjukkan bahwa respon atau tanggapan petani cukup baik, dari

ke 6 komponen teknologi yang mendapat tanggapan positif/menerima 100 % yaitu

varietas dan perlakuan benih dengan alasan secara teknis sesuai dengan kondisi wilayah,

daya tumbuh bibit 95% dan potensi hasil cukup tinggi, serta tahan terhadap penggerek

batang. Sementara ada satu komponen teknologi yaitu pengendalian hama dan penyakit

berdasarkan konsep PHT dengan Sistim Ringtangan Perangkap Tikus (SRP) yang mendapat

tanggapan ragu-ragu yang nilai persentasenya 20 %, dengan alasan kuatir tanamannya

gagal, perlu dikelola secara berkelompok. Sedangkan yang menolak yaitu komponen

teknologi rouging mendapat tanggapan menolak yang nilai persentasenya 12 % dan

penanganan pasca panen (sortasi) dengan nilai persentasenya 6%, dengan alasan repot da

butuh waktu dan tenaga serta masih mengikuti kebiasaan petani.

d. Analisis Porsi dana Non APBN/LOAN dalam Pembiayaan Kegiatan

Demonstrasi

Konstribusi stakeholders pada Kegiatan demonstrasi teknologi produksi benih

padi di Desa Botta , Kec. Suli Kabupate Luwu terlihat pada Tabel 9.

Page 26: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

26

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 9. Porsi dana Non APBN/LOAN dalam Pembiayaan Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi Benih Padi di Desa Botta Kec. Suli Kabupaten Luwu 2012.

No

Kegiatan BPTP

Sumber Dana FEATI

Sumber Dana Non FEATI (APBD,

Swasta, Masyarakat) Institusi Nilai (Rp) Institusi Nilai (Rp)

1. Bahan: - ATK dan Komputer

Suplies - Foto Copy dan

Penggandaan Laporan

- Bahan Demonstrasi

- Temu Lapang

BPTP

BPTP

BPTP

BPTP

919.875

919.750

11.000.000

2.759.750

Bapel

Petani/Bapel

Petani

Petani

150.000

100.000

3.850.000

800.000

2. Honor kegiatan; - Honor harian lepas - Honor ketua tim - Honor anggota tim

Pertemuan

BPTP BPTP BPTP

2.400.000

231.750 1.112.500

-

-

3. Belanja Barang Operasional

lainnya: - Biaya Peserta temu

lapang

BPTP

5.000.000

-

-

4. Belanja Perjalanan

lainnya; - Perjalanan

Persiapan

dan Pelaksanaan

BPTP

24.000.000

Petani

925.000

Jumlah 48.343.625 5.825.000 Prosentase 100 % 12,05 %

Berdasakan Tabel 9, terlihat konstribusi petani sebesar 11,53 % sedangkan

Pemerintah Daerah sebesar 0,52 %. Dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan suatu

kegiatan tidak hanya ditentukan oleh besarnya alokasi anggaran, melainkan adanya nilai

kontribusi pihak lain yang turut perperan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

Page 27: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

27

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

e. Analisis Finansial

Dalam analisis usahatani, nilai produksi yang diperhitungkan dalam bentuk gabah kering

panen (kg/ha) dikalikan dengan gabah yang berlaku yaitu Rp. 3550/kg. Demikian juga biaya

produksi dan biaya tenaga kerja termasuk biaya panen dan pasca panen, PBB. Analisis Usaha

tani pada Demonstrasi Teknologi Produksi Benih padi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 : Analisa Usahatani Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi Benih

Padi, di Desa Botta Kabupaten Luwu 2012.

No Uraian

Petani koopertor Non Kooperator

Varietas Inpari 8 Varietas Ciliwung

A Biaya Produksi (Rp) 5.537.500 4.630.000

B Biaya Tenaga Kerja (Rp) 2.475.000 1.700.000

C Total Biaya (A+B) (Rp) 8.012.500 6.330.000

D Hasil (GKP) (kg/ha) 6.950 5.100

E Pendapatan (Rp) 24.672.500 18.105.000

F Keuntungan (E-C) (Rp) 16.035.000 11.775.000

G RC-ratio 3,07 2,86

Pada Tabel 10. Hasil yang diperoleh petani kooperator adalah 6.950 kg/ha, sementara

petani non kooperator 5100 kg/ha, produksi ada selisih produksi sebesar 1850 kg dengan

persentase peningkatan sebesar 36,27%. Terlihat pula bahwa selisih pendapatan yang

diperoleh antara petani kooperator dengan petani non kooperator sebesar Rp. 6.567.500,

dengan persentase peningkatan pendapatan sebesar 36,27 %. Demikian juga dengan

keuntungan yang di peroleh terdapat selisih sebesar Rp. 4.260.000, dengan persentase

peningkatan 36,18%. Tingkat kelayakan teknologi yang diidikasikan dengan nilai R/C ratio

masing-masing adalah petani Kooperator R/C ratio 3,07 dan non kooperator 2,86. Angka ini

menunjukkan bahwa teknologi yang diintroduksi layak untuk dikembangkan, karena

memenuhi kriteria adopsi teknologi baik secara teknis, ekonomi dan sosial.

Page 28: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

28

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan mulai dari sosialisasi hingga temu

lapang akhir sangat baik (88%). Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias

dengan teknologi yang diberikan.

Tingkat kepuasan petani baik sebagai narasumber maupun terhadap bimbingan

teknologi yang diintroduksi mulai dari penyediaan benih sampai hasil yang diperoleh

mendapat tanggapan petani sangat puasa (18,64 %), puas (74,09 %), karena sesuai

dengan kondisi wilayah serta mengacu kepada kebutuhan dan harapan petani. Namun

masih ada petani kurang puas (7,27%), hal ini sangat wajar karena apa yang mereka

lihat merupakan hal baru tidak sama dengan apa yang mereka lakukan dalam usaha

taninya,

Teknologi yang diintroduksi layak untuk dikembangkan, karena memenuhi kriteria

adopsi teknologi baik secara teknis, ekonomi dan sosial.

Kegiatan demonstrasi sangat besar manfaatnya sebagai tempat pembelajaran yang

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap petani untuk

penerapan inovasi teknologi.

2. Saran

Upaya yang ditempuh dalam transfer teknologi melalui demonstrasi teknologi

membutuhkan proses yang sangat terkait dengan proses mental yang dilalui petani

sehingga butuh pengetahuan sosio humanis dan pendekatan dalam memahami

kondisi internal petani secara utuh agar mereka dapat membuka diri untuk

kepentingan pengembangan wawasan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan jalan

melakukan kegiatan yang sifatnya partisipatif dengan memberikan ruang dan

kesempatan petani melibatkan diri.

Page 29: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

29

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Kabupaten Luwu Dalam Angka, 2012. Kerjasama BPS Kabupaten Luwu

Anonim. 2011. Pengukuran Keberhasilan P3TIP/FEATI (Komponen C). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

BPTP, 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan

_____ , 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan. Budianto, J. 2001. Pengembangan Potensi Sumberdaya Petani Melalui Penerapan Partisipatif.

Makalah Seminar regional BPTP Bengkulu, 31 Oktober – 1 Nopember 2001 di Bengkulu ;

10 hal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, 2009, Petunjuk Pelaksanaan

Demonstrasi Teknologi dan Gelar Teknologi Kegiatan P3TIP/FEATI, , Makassar. Pusat Pengembangan penyuluhan Pertanian Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2007.

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola Oleh Petani. Pasek Pertanian, 2008. Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di tingkat Petani

Rachmat Hendayana, 2011. Metode Analisis Data Hasil Pengkajian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor

Rogers, E.M. dan Shoemaker, F.F., 1971, Communication of Innovations, London: The Free

Press.

Rogers, Everett M, 1995, Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree Press.

Sudaryanto, T; I. W. Rusastra ; E. Jawal dan A. Syam 2001. Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Era Otonomi Daerah. Makalah Seminar Regional BPTP Bengkulu, 31 Oktober – 1 Nopember 2001 di bengkulu ; 19 hal.

Page 30: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

30

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

LAMPIRAN

Page 31: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

31

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 1. Koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan

Gambar 2. Pertemuan dengan kelompok tani pelaksana

Page 32: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

32

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 3. Kegiatan Sosialisasi

Page 33: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

33

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

\

\ \ Gg

\ \ \

Gambar 4. Benih varietas Inpari 8 kelas SS dan perlakuan benih

\

Gambar 5. Pemasangan Sistim Ringtangan Perangkap Tikus (SRP)

Page 34: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

34

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 6. Penampilan pertanaman dengan menggunakan ATABELA

Page 35: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

35

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 7. Rouging dan penggunaan BWD

Gambar 8. Penampilan pertanaman menjelang panen

Page 36: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI …

36

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 9. Penjelasan teknis pada saat temu lapang

Gambar 10. Diskusi/umpan balik