Demonstrasi Damai dan Gerakan Jihad, Mungkinkah · PDF fileAyat-ayat Al-Qur’an dan...

download Demonstrasi Damai dan Gerakan Jihad, Mungkinkah · PDF fileAyat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih di ... Shahih Jami’ Shaghir dan Takhrij Ahadits Musykilatil ... Di antara

If you can't read please download the document

Transcript of Demonstrasi Damai dan Gerakan Jihad, Mungkinkah · PDF fileAyat-ayat Al-Qur’an dan...

  • 1

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Situasi politik nasional selama sebulan terakhir diwarnai oleh semarak demonstrasi damai umat Islam. Mereka menuntut diadilinya gubernur non-muslim yang melecehkan Al-Quran. Demonstrasi damai tersebut melibatkan mayoritas elemen umat Islam. Mayoritas umat Islam sudah sadar untuk membela keagungan Al-Quran yang dilecehkan. Hanya segelintir elemen dan oknum ber-KTP muslim saja yang pasang badan, guna membela tokoh peleceh Al-Quran tersebut.

    Demonstrasi Damai: Bukan Manhaj Kami?

    Di kalangan umat Islam sendiri, ada beberapa elemen yang tidak melibatkan diri dalam arus demonstrasi tersebut. Sebagian elemen tersebut beralasan, demonstrasi damai adalah perbuatan bidah, tasyabbuh dengan orang-orang kafir, dan bughat alias pemberontakan terhadap penguasa Islam yang adil. Kita telah mendiskusikan argumentasi mereka tersebut dalam artikel terdahulu. (Baca: Hukum Demonstrasi)

    Demonstrasi Damai dan Gerakan Jihad,

    Mungkinkah Bersanding?

    Oleh Muhammad Fauzan

  • 2

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Selain mereka, ada juga sebagian aktivis jihad yang enggan kurang sependapat dengan aksi demonstrasi damai. Menurut mereka, satu-satunya jalan untuk memperbaiki kekufuran dan kebobrokan pemerintah adalah dengan jihad fi sabilillah.

    Pelecehan Al-Quran oleh gubernur non-muslim hanyalah salah satu wujud dari kekufuran dan kebobrokan pemerintah. Mereka berargumentasi dengan hadits dari Ubadah bin Shamit a tentang isi baiat para sahabat Anshar kepada Rasulullah n,

    dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari para pemimpin. Rasulullah n bersabda, Kecuali jika kalian melihat sebuah kekafiran yang terang-terangan (pada diri pemimpin), yang kalian memiliki bukti nyata (dalil syari) atasnya dari sisi Allah. (HR. Bukhari 7056 dan Muslim no. 1709)

    Dari hadits ini, mereka menyimpulkan bahwa jihad fi sabilillah adalah satu-satunya jalan dalam melakukan perubahan. Tidak ada jalan lain atau sarana lain yang islami. Menurut mereka, jika tidak ada kemampuan untuk berjihad, maka kewajiban umat Islam adalah melakukan idad fi sabilillah. Menurut mereka, pada kondisi tersebut umat Islam tidak boleh menempuh jalan lain atau sarana lain, kecuali jika ada dalil syari atasnya.

  • 3

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Dari keyakinan inilah, mereka menganggap demonstrasi damai yang dilakukan umat Islam adalah jalan yang keliru. Kadang-kadang, mereka mengungkapkan istilah demonstrasi damai bukan jalan perjuangan kami, atau demonstrasi damai bukan manhaj kami.

    Jihad Sebagai Sarana, Bukan Tujuan

    Secara umum, pendapat sebagian aktivis jihad di atas adalah pendapat yang benar. Namun, pendapat tersebut tidak seratus persen benar.

    Jihad fi sabilillah dalam melawan kebatilan dengan kekuatan adalah sarana yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan jihad-lah Allah menyebarluaskan kebenaran dan menolak kebatilan di muka bumi.

    Namun, perintah menempuh jalan jihad fi sabilillah tidak berarti larangan menempuh sarana-sarana atau jalan-jalan lain yang lebih ringan, jika memang menyampaikan kepada tujuan Islam, dalam beberapa keadaan tertentu.

    Secara umum, umat Islam diperintahkan untuk menempuh jalan jihad fi sabilillah dan tidak boleh berpaling kepada jalan-jalan lain. Misalnya, perjuangan lewat jalur pemilu dan parlementer sesuai sistem demokrasi.

    Namun dalam beberapa keadaan tertentu dan kasus tertentu yang sifatnya parsial, bukan sebagai sebuah jalan umum (manhaj) perjuangan, umat Islam juga diperintahkan untuk menempuh jalan atau sarana yang lebih ringan dan lebih kecil resikonya. Tujuannya adalah merealisasikan

  • 4

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    kemaslahatan yang lebih besar dan menolak kemadharatan yang lebih besar.

    Jihad fi sabilillah yang artinya berperang demi menegakkan syariat Allah di muka bumi adalah sarana (wasilah, maqshud li-ghairih), bukan tujuan (maqshud li-dzatihi). Hal itu telah ditegaskan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Allah Taala menegaskan hal itu dengan firman-Nya:

    Dan perangilah mereka itu,sehingga tidak ada fitnah (kesyirikan dan kekafiran) lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kalian), maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah [2]: 193)

    perintah menempuh jalan jihad fi sabilillah tidak berarti larangan

    menempuh sarana-sarana atau jalan-jalan lain yang lebih ringan, jika memang

    menyampaikan kepada tujuan Islam, dalam beberapa keadaan tertentu.

  • 5

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Dan perangilah mereka supaya tidak ada lagi fitnah lagi dan supaya seluruh agama (ketundukan umat manusia) itu semata-mata untuk Allah. (QS. Al-Anfal [8]: 39)

    Rasulullah n juga telah menegaskan hal itu dengan sabdanya:

    :

    Dari Ibnu Umar a bahwasanya Rasulullah n bersabda, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat dan mereka menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan ketiga hal tersebut, maka mereka telah melindungi nyawa dan harta mereka dariku kecuali jika mereka melanggar hak Islam, dan perhitungan amal mereka terserah Allah. (HR. Bukhari no. 25 dan Muslim no. 22)

    : :

  • 6

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Dari Ibnu Umar a berkata, Rasulullah n bersabda, Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sehingga Allah semata yang disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, rizkiku dikaruniakan di bawah bayangan tombakku, kehinaan dan kerendahan ditakdirkan atas orang yang menyelisihi dienku, dan barangsiapa menyerupai sebuah kaum maka ia termasuk golongan mereka. 1

    Ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits shahih di atas menegaskan bahwa tujuan utama jihad fi sabilillah adalah merealisasikan tauhid dan ketundukan seluruh umat manusia kepada dien Allah. Inilah tujuan utama disyariatkannya jihad fi sabilillah.

    Jihad Tidak Menghalangi Penggunaan Sarana Damai

    Jika tujuan syariat ini bisa dicapai dengan sarana-sarana damai, maka tidak mengapa menempuh sarana-sarana damai tersebut selama sarana-sarana damai tersebut tidak dilarang oleh syariat Islam.

    Bahkan dalil-dalil syari "hanya" memperbolehkan untuk membunuh orang kafir asli dan orang murtad setelah ditempuh sarana-sarana damai. Terhadap orang-orang kafir asli yang belum sampai dakwah Islam kepada mereka, 1 HR. Ahmad no. 5114, Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, Ath-Thabarani dalam Al-

    Mujam Al-Kabir dan Musnad Asy-Syamiyyin, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf, dan lain-lain. Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid berkata, Dalam sanadnya ada perawi bernama Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban. Ia dinyatakan tsiqah oleh Imam Ali bin Al-Madini, Abu Hatim Ar-Razi, dan lain-lain. Adapun Imam Ahmad dan lainnya melemahkannya. Sedangkan seluruh perawi lainnya tsiqah. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Irwaul Ghalil fi Takhrij Ahadits Manaris Sabil, Shahih Jami Shaghir dan Takhrij Ahadits Musykilatil Faqr)

  • 7

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    sarana-sarana damai tersebut adalah mendakwahi mereka untuk masuk Islam atau membayar jizyah.

    Adapun terhadap orang kafir murtad, sarana damai tersebut adalah proses klarifikasi penyebab kemurtadan dan pemberian kesempatan bertaubat selama tiga hari, sebelum dijatuhkannya hukuman mati bagi orang yang murtad.

    Maka perang di jalan Allah adalah sarana, bukan tujuan.

    Dalam hal tujuan umat Islam tidak boleh berpaling darinya dan beralih kepada selainnya. Adapun dalam hal sarana, sudah selayaknya umat Islam menempuh sarana yang paling ampuh dan sukses mengantarkan kepada tercapainya tujuan. Jika terdapat beberapa sarana yang sama-sama ampuh dan sukses mengantarkan kepada tercapainya tujuan, maka sudah selayaknya didahulukan sarana yang biaya, tenaga, dan resikonya paling kecil.

    Oleh karena itu meskipun Allah mewajibkan jihad atas mujahidin secara khusus dan kaum muslimin secara umum, Allah juga memerintahkan kepada mereka untuk menahan diri dan tidak berperang dalam sebagian kondisi. Seperti firman Allah Taala:

    Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan berserah diri-lah kepada Allah.

  • 8

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal [8]: 61)

    Di antara contoh lainnya adalah perjanjian Hudaibiyah. Allah menyebutnya sebagai sebuah kemenangan yang nyata, dalam firman-Nya:

    )1( )2(

    )3(

    Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (QS. Al-Fath [48]: 1-3)

    Kemenangan yang nyata dalam ayat di atas adalah perjanjian damai (gencatan senjata) Hudaibiyah, sebagaimana

    Disyariatkannya memerangi orang-orang kafir, musyrik, dan murtad tersebut bukan

    berarti tidak disyariatkannya menolak kekufuran dan kerusakan mereka dengan sarana-sarana damai lainnya yang lebih

    ringan biaya, tenaga, dan resikonya.

  • 9

    www.kiblat.net @kiblatnet kiblatnews

    ditegaskan oleh para sahabat Muhajirin dan Anshar yang turut serta dalam peristiwa Baiatur Ridhwan dan Shulhul Hudaibiyah.

    Imam Ibnu Katsir berkata, Allah menjadikan perjanjian damai tersebut sebagai sebuah kemenangan, berdasarkan kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dan kesudahan baiknya. Sebagaimana diriwayatka