Demis Punya Tugas
-
Upload
iwan-byology -
Category
Documents
-
view
253 -
download
4
description
Transcript of Demis Punya Tugas
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit fungsional materi genetik adalah gen, berasal dari kata genos, artinya
usul-usul sedangkan unit struktural atau unit kimiawi ialah DNA (deoxyribo
nucleic acid). Gen atau DNA itu berderet secara linier pada kromatin atau
kromosom. Satu benang kromatin terdiri atas nukleoprotein yaitu gabungan asam
nukleat (DNA) dan protein. DNA membentuk superlilitan sepanjang kromatin
sedangkan protein bertindak sebagai tempat melilit. Protein tempat melilit DNA
disebut histon. Protein lain dalam kromatin ada yang bertindak sebagai penyekat,
penyalut, unsur regulator tau sebagai enzim bagi aktifitas DNA mereka dissebut
protein nonhiston.
Gen merupakan unit pewaris sifat yang keberadaannya dapat diketahui
terhadap sifat fenotipnya. Gen merupakan substansi hereditas yang terletak
didalam kromosom. Gen disusun oleh salah satu substansi yang disebut dengan
DNA. DNA terdiri dari dua untaian panjang terpilin yang membentuk doubel
helix (seperti tangga terpilin). Molekul DNA ditemukan pada tahum 1951 oleh
Francis Crick, James Watson dan Maurice Wilkins dengan menggunakan difraksi
sinar- X. Namun struktur molekul DNA seperti tangga berpilin berhasil
digambarka oleh ahli biokimia Amerika James Watson dan ahli biofisika Inggris
Francis Crick pada tahun 1953. Atas keberhasilan tersebut, Crick, Watson dan
Wilkins mendapat hadiah nobel pada tahun 1962 untuk penemuan struktur
molekul DNA pada tahun 1962 untuk penemuan struktur molekul DNA.
Penemuan struktur molekul DNA menjadi tonggak terpenting perkembangan
biologi molekuler. Model temuan mereka memiliki arti penting dalam memahami
arti sintesis protein, replikasi DNA dan mutasi gen.
Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki
individu dari orang tuanya. Faktor lingkungan dapat dikatakan sebagai
kesempatan yang dimiliki individu yang meliputi faktor nongenetik antara lain
pakan, suhu, penyakit, tatalaksana, kecelakaan dan lainnya interaksi faktor genetik
dan lingkungan dapat diartikan ternak dengan genotip tertentu lebih adaptif pada
suatu lingkungan dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Seleksi dapat
menyebabkan perubahan keragaman genetik, tergantung dari cara seleksi yang
digunakan. Seleksi secara langsung dapat mengakibatkan ragam genetik
berkurang sampai tercapainya keadaan konstan pada suatu generasi tertentu.
Dengan seleksi terarah suatu sifat yang dikehendaki maka suatu genetik dapat
ditingkatkan. Dalam memilih suatu sifat untuk dijadikan dasar seleksi perlu
dipertimbangkan beberapa hal, yaitu tujuan ram seleksi, nilai heritabilitas suatu
sifat, nilai ekonomi dari adanya peningkatan sifat, korelasi antar sifat serta biaya
dan waktu dari program seleksi. Bebrpa sifat yang mempunyai niali ekonomis
tinggi meliputi fertilitas, daya hidup, nilai karkas, bobot lahir, bobot sapih, tipe
dan konformasi tubuh, bobot dan kualitas tubuh (Lasley, 1978). Perkawinan
silang atau persilangan merupakan jalan pintas untuk memperoleh individu-
individu yang memiliki sejumlah sifat unggul yang dipunyai oleh kedua bangsa
tertunya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah materi genetis bertanggung jawab dalam pewarisan sifat?
2. Bagaimanakah terminologi bidang genetika?
3. Bagaimanakah pewarisan sifat menurut hukum Mendel?
4. Bagaimanakah mekanisme pewarisan sifat pada manusia?
C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat.
2. Untuk mendeskripsikan terminologi bidang genetika.
3. Untuk mendeskripsikan pewarisan sifat menurut hukum Mendel.
4. Untuk mendeskripsikan mekanisme pewarisan sifat pada manusia.
C. Mnfaat
Manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat.
2. Untuk mendeskripsikan terminologi bidang genetika.
3. Untuk mendeskripsikan pewarisan sifat menurut hukum Mendel.
4. Untuk mendeskripsikan mekanisme pewarisan sifat pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materi Genetik
Dahulu orang beranggapan bahwa sifat seseorang diwariskan kepada
keturunannya melalui darah yang mengandung tunas-tunas dari berbagai alat
tubuh (teori pangenensis).Teori ini dikeluarkan oleh Charles Darwin (1809-
1882). Oleh karena itu, seseorang disebut berdarah Belanda untuk menunjukkan
bahwa dia adalah keturunan orang Belanda. Ternyata, pendapat itu tidak benar
sejak Galton (1822-1911) melalui eksperimennya membuktikan bahwa darah
kelinci putih yang dipindahkan ke tubuh kelinci hitam dan sebaliknya, ternyata
tidak memunculkan kelinci belang (hitam-putih). Contoh lain yang bisa kita
cermati pada masa sekarang ini bahwa pernyataan atau pendapat itu salah, orang
yang menerima transfusi darah dari orang lain, sifatnya tidak menampakkan sifat
baru sesuai dengan sifat orang yang mendonorkan darahnya. Akhirnya teori ini
pun gugur. Keturunan merupakan hasil perkembangbiakan secara generatif yang
didahului oleh peristiwa peleburan inti gamet jantan dengan inti gamet betina. Di
dalam inti sel terdapat kromosom, dan di dalam kromosom terdapat gen.
2.1.1 Gen
Gen adalah unit hereditas yang mengontrol sifat-sifat suatu organisme. Ada
juga yang menyatakan gen adalah substansi hereditas penentu sifat-sifat individu
yang menyusun kromosom. Di lain pihak gen adalah suatu unit keturunan
(pembawa sifat) berupa suatu segmen tertentu dari molekul ADN (Asam
Dioksiribo Nukleat), umumnya terletak di kromosom, dan memperlihatkan
ekspresinya berupa penampakan luar yang bisa diamati dan dirasakan, biasanya
dinyatakan dengan simbul huruf tunggal. Bisa ditulis dengan huruf kapital untuk
gen yang bersifat dominan dan huruf kecil untuk gen yang bersifat resesif.
Misalnya gen untuk sifat batang tinggi (dominan) ditulis dengan huruf (T) dan
sifat untuk batang rendah (resesif) ditulis dengan (r).
Jumlah gen pada satu makhluk hidup sangat banyak, sesuai dengan jumlah
sifat yang dimilikinya. Masing-masing sifat ditentukan oleh satu gen. Gen
menempati lokasi tertentu pada kromosom. Letak gen dalam kromosom seolah-
olah berderetan pada tempat yang disebut dengan lokus.
2.1.2 Kromosom
Kromosom merupakan susunan seperti banang yang terdiri atas ADN dan
protein yang terdapat di dalam inti sel hewan ataupun sel tumbuhan. Kromosom
berbentuk batang dapat lurus atau bengkok. Pada kromosom
terdapat sentromer atau kinetokor, yaitu bagian bening yang merupakan
penyimpitan primer yang terletak pada pertemuan lengan-lengannya. Fungsi
sentromer berkaitan dengan gerakan kromosom pada saat anafase sehingga
sentromer dipandang sebagai tempat perlekatan kromosom pada spindel
pembelahan. Pada umumnya kromosom hanya mempunyai satu buah sentromer
(monosentrik), tetapi mungkin juga ada kromosom yang memiliki dua buah
sentromer (disentrik), dan bahkan mungkin juga ada yang polisentrik.
Kromosom hanya tampak pada saat sel akan membelah. Pada waktu itu,
kromosom berduplikasi membentuk dua anakan yang masih terikat satu sama lain
di bagian sentromer. Masing-masing anakan kromosom disebut kromatid seperti
Gambar dibawah ini.
Tubuh makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang beranekaragam bentuk dan
ukurannya. Semua sel yang menyusun tubuh makhluk hidup, kecuali sel kelamin
atau sel nutfah (gamet) disebut sel somatik. Sel nutfah atau gamet adalah sel
kelamin suatu organisme, seperti ovumdan sperma. Dalam satu sel tubuh terdapat
sepasang kromosom yang diterima dari kedua orang tua atau induknya. Sepasang
kromosom ini disebut kromosom homolog. Satu bagian diterima dari induk jantan
dan satu bagian diterima dari induk betina. Oleh karena itu jumlah kromosom di
dalam sel tubuh dinamakan diploid (dilambangkan dengan 2n). Sedangkan sel
kelamin hanya mengandung setengah dari jumlah sel tubuh (dilambangkan
dengan n) yang bersifat haploid. Akibat dari proses fertilisasi inti ovum oleh
inti sperma terbentuklah zigot. Zigot mendapat kromosom dari inti sperma
sebanyak n kromosom dan dari inti ovum sebanyak n kromosom. Oleh karena itu,
zigot memiliki sel tubuh yang diploid (2n kromosom).
Jumlah kromosom pada beberapa jenis makhluk hidup dapat dilihat pada
Tabel 01 berikut.
Tabel 01. Jumlah Kromosom Pada Beberapa Jenis Makhluk Hidup
No Nama Makhluk Hidup
Jumlah Kromosom
Sel Tubuh
(2n)
Sel Kelamin
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Manusia (Homo sapiens)
Orang utan (Pongo pygmaeus)
Simpansee (Pan troglodytes)
Anjing (Canis familiaris)
Kucing (Felis domestica)
Kuda (Equus caballus)
Kodok (Xenopus laevis)
Lalat buah (Drosophila melanogaster)
Padi (Oryza sativa)
46 buah
48 buah
48 buah
78 buah
38 buah
64 buah
36 buah
8 buah
12 buah
23 buah
24 buah
24 buah
39 buah
19 buah
32 buah
18 buah
4 buah
6 buah
Sumber : Bawa, Wayan (1991)
Untuk mempelajari morfologi kromosom paling dilakukan pada saat
metaphase dan anaphase pembelahan sel. Berdasarkan letak sentromernya,
kromosom dibedakan menjadi empat tipe, yaitu :
a. Kromosom telosentrik, bentuknya seperti tongkat pendek dengan sentromer
yang terletak pada ujung proksimal.
b. Kromosom akrosentrik, bentuknya seperti tongkat pendek dengan lengan yang
sangat kecil sehingga hamper tidak kelihatan.
c. Kromosom sub-metasentrik, mempunyai lengan yang tidak sama panjangnya
sehingga tampak seperti huruf L.
d. Kromosom metasentrik, mempunyai lengan yang sama atau hampir sama
panjangnya sehingga tampak seperti huruf V.
2.2 Terminologi Bidang Genetik
Untuk dapat mewariskan sifat induk kepada keturunannya maka induk harus
melakukan perkawinan. Dalam bidang genetika, sebagai salah satu cabang
biologi, mengkaji tentang mekanisme pewarisan sifat. Untuk itu, perlu dipahami
beberapa istilah yang terkait dengan hal tersebut. Misalnya: parental,
filia/keturunan, fenotipe, genotipe, dominan, resesif, homozigot, heterozigot, dan
intermediat.
Parental yang sering dilambangkan dengan huruf “P” adalah tetua yang
melakukan perkawinan. Sedangkan filia (F) adalah anak yang dihasilkan dari
perkawinan induknya. Anak-anak yang dihasilkan langsung dari induk disebut
keturanan pertama (F1). Sedangkan anak-anak yang dihasilkan dari
perkawinan keturunan pertama disebut keturunan kedua/ filia dua (F2).
Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu individu ditentukan oleh faktor pembawa
sifat keturunan yang disebut dengan gen. Gen tertentu membawa sifat tertentu
pula. Gen yang membawa suatu sifat dilambangkan dengan huruf pertama dari
sifat tersebut. Susunan/komposisi gen pada suatu makhluk hidup disebut
dengan genotipe. Genotipe ini biasanya dilambangkan dengan dua huruf karena
setiap individu memiliki susunan kromosom yang diploid (2n). Genotipe itu akan
membawa sifat tertentu yang akan muncul dan dapat diamati pada individu yang
bersangkutan. Dengan kata lain ekspresi dari genotipe itulah yang disebut
dengan fenotipe. Fenotipe suatu individu merupakan hasil interaksi antara
genotipe dengan faktor lingkungan. Hal ini berarti juga bahwa lingkungan
berpengaruh terhadap ekspresi suatu gen. Sebagai contoh, dua tanamanan yang
sama ditaruh pada tempat/lingkungan yang berbeda akan menampakkan fenotipe
yang berbeda pula. Dalam hal ini, faktor-faktor lingkungan mengarahkan ekspresi
suatu gen.
2.3 Reproduksi Sel Sebagai Dasar Pewarisan Sifat
Reproduksi sel dikatakan sebagai dasar pewarisan sifat karena pada
reproduksi sel terjadi peristiwa yang sangat penting yaitu mitosis yang terjadi
pada sel-sel somatis, dan meiosis yang tejadi sel-sel kelamin. Akibat dari
peristiwa ini terjadi variasi dalam susunan gen yang ada dalam kromosom.
Macam gamet pada setiap individu dapat berbeda-beda. Bagaimana terjadinya
proses pewarisan kromosom yang bersifat diploid dan haploid ini dengan berbagai
kemungkinan variasi gen yang dikandungnya akan dibahas dalam pembelahan
mitosis dan meiosis.
2.3.1 Mitosis
Gamet betina (n-kromosom) setelah dibuahi oleh gamet jantan (n-
kromosom) akan menghasilkan zigot yang bersifat diploid (2n-kromosom). Dalam
perkembangannya zigot akan mengalami pembelahan berkali-kali secara mitosis
yang melalui fase-fase sebagai berikut :
(1) Interfase
Fase ini sering juga disbut fase istirahat. Pada fase ini sel siap untuk
membelah, tetapi belum memperlihatkan kegiatan membelah. Inti sel nampak
keruh, dan lambat laun kelihatan benang-benang kromatin yang halus.
(2) Profase
Fase ini ditandai dengan kondensasi benang-benang kromatin yang semakin
memendek dan akhirnya terbentuk unit-unit yang disebut kromosom. Masing-
masing kromosom terdiri dari belahan lengan yang disebut kromatida. Pada saat
kondensasi kromosom berlangsung, organela mitokondria dan plastida mulai
menghilang, membran inti menghilang, kromosom berpindah ke bagian tengah,
benang spindel mulai muncul dari kedua kutub yang berlawanan dan berhubungan
langsung dengan sentromer.
(3) Matafase
Fase ini ditandai dengan benang spindel semakin nyata, kromosom bergerak
menuju bidang pembelahan (equatorial) yang terletak ditengah-tengah keduan
kutub. Pada akhir metafase yang berlangsung pendek sekitar 5-15 menit, seluruh
kromosom sudah berada di bidang pembelahan.
(4) Anafase
Pada fase ini kromosom membelah mulai sentromer menjadi dua anakan
yang sama dengan kromosom induk (2n-kromosom). Pada awal anafase,
kromosom mulai bergerak ke arah kutub-kutub yang berlawanan. Anafase
berakhir pada saat kromosom sudah sampai pada kutub-kutub yang berlawanan.
Lama waktu yang diperlukan fase ini sekitar 2-10 menit.
(5) Telofase
Pada fase ini kromosom sudah berada di kutub-kutub yang berlawanan.
Membran inti terbentuk kembali, kromosom menjadi samar-samar dan akhirnya
lenyap.
2.3.2 Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel kelamin (gonad), yaitu
pada saat terjadinya pembentukkan gamet (gametogenesis). Dalam pembelahan
ini terjadi pengurangan jumlah kromosom dari 2n-kromosom menjadi n-
kromosom.
Pembelahan meiosis berlangsung melalui dua tingkat yaitu meiosis – I dan
meiosis – II. Tahapan meiosis berlangsung sebagai berikut :
(1) Meiosis – I
(a) Profase – I
Meiosis – I mempunyai tahapan seperti mitosis, hanya tahapan profasenya
memiliki kekhasan, yang terdiri dari lima stadium yaitu leptotenema (leptoten),
zigonema (zigoten), pakinema (pakiten), diplonema (diploten), dan diakinesis.
Leptonema (Leptoten)
Pada inti kelihatan benang-benang halus berstruktur kromosom yang bersifat
diploid.
Zigonema (Zigoten)
Kromosom homolog saling mendekat lalu berpasangan (sinapsis) yang dimulai
pada sentromer. Pasangan kromosom homolog ini disebut gemini atau bivalen.
Pakinema (Pakiten)
Pembentukkan gemini sempurna, sehingga jumlah kromosom menjadi haploid.
Diplonema (Diploten)
Kromosom yang ada dalam bentuk gemini tersebut membelah secara membujur
menjadi 4-kromatida (tetrad) yang saling berjauhan. Pada saat pembentukkan
tetrad sangat memungkinkan terbentukknya kiasmata yang memungkinkan terjadi
pindah silang (Crossing over).
Diakinesis
Pada stadium ini, kromosom memendek – menebal, dan mereka tersebar di
sepanjang tepi inti.
(b) Metafase – I
Pada metafase – I, dinding inti dan nukleoli lenyap, diikuti dengan
terbentuknya benang-benang spindel. Kromosom (bivalen) bergerak menuju
bidang pembelahan (equatorial) secara acak dengan sentromrt mengarah ke kutub.
(c) Anafase – I
Pada fase ini kromosom-kromosom homolog (bivalen) yang terdiri dari dua
kromatid (diad) saling memisahkan diri dan ditarik oleh benang-benang spindel
ke arah kutub yang berlawanan. Ini berarti bahwa jumlah kromosom telah
mengalami pengurangan jumlah kromosom.
(d) Telofase – I
Pada fase ini terjadi sitokinesis (pembelahan sel menjadi dua sel anakan yang
masing-masing bersifat haploid). Meiosis – I berakhir, dan segera menuju ke
meiosis – II. Waktu istirahat antara meiosis – I dan meiosis –II sangat singkat
yang disebut dengan interkinesis.
(2) Meiosis – II
Meiosis – II berlangsung seperti mitosis, hanya saja terjadi pada sel-sel yang
bersifat haploid, dengan tahapan sebagai berikut :
(a) Profase – II
Benang-benang kromatin terbentuk kembali, kemudian memendek-menebal
menjadi kromosom.
(b) Metafase – II
Kromosom menempatkan diri pada bidang equtorial/pembelahan.
(c) Anafase – II
Tiap kromosom yang berasal dari diad membelah membujur, memisahkan
diri, bergerak masing-masing ke arah kutub yang berlawanan.
(d) Telofase – II
Pada fase ini kromosom yang sudah berada d kutub yang berlawanan menjadi
semakin tebal dan jelas, membran inti terbentuk kembali, terjadi sitokinesis,
sehingga terbentuk sel anakan baru yang jumlahnya 4 buah sel tetapi bersifat
haploid (n-kromosom).
2.4 Pewarisan Sifat Menurut Mendel
Salah satu cabang biologi yang mengkaji tentang pewarisan sifat adalah
genetika. Ilmu genetika berkembang sangat pesat sejak ditemukannya teori
pewarisan sifat oleh seorang rahib di sebuah biara di Brunn, Austria yang
bernama Gregor Johann Mendel yang selanjutnya tokoh ini disebut Bapak
Genetika.
Mendel adalah orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan
silang. Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan beberapa jenis tanaman ercis
atau kacang kapri (Pisum sativum) di kebun biara. Di kebun tersebut banyak
sekali terdapat tanaman kacang kapri yang beraneka ragam, ada yang berwarna
putih dan merah, ada yang berbiji bulat dan keriput, serta ada pula yang berbatang
tinggi dan rendah.
Salah satu percobaan yang dilakukan Mendel adalah meyilangkan tanaman
kacang kapri berbiji bulat galur murni dengan tanaman kacang kapri berbiji
keriput galur murni dan sebaliknya. Galur murni (pure line) adalah tumbuhan
yang melakukan penyebukan sendiri dan menghasilkan keturunan dengan sifat-
sifat seperti induknya meskipun ditanam ulang beberapa kali, dan memiliki
pasangan gen (alel) yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja. Ada juga
pendapat yang menyatakan galur murni adalah suatu populasi yang terdiri dari
individu-individu yang genetisnya sama (homozigot) akibat dari kawin silang
dalam (inbreeding) atau perkawinan keluarga. Kedua pendapat diatas memiliki
satu kesaman yaitu pada susunan genetisnya yang homozigot.
Mendel melakukan banyak percobaan pada tanaman kacang kapri yang
memiliki bermacam-macam sifat beda. Hasil percobaan tersebut dirumuskan
menjadi sebuah hipotesa (dugaan semetara). Hipotesis ini dibuat berdasarkan
fakta-fakta dari percobaan perkawinan silang tanaman kacang kapri. Mendel
selanjutnya merumuskan sebuah prinsip yang berkaitan dengan pewarisan sifat,
yang selanjutnya disebut dengan hukum Mendel (Mendelisme), sebagai berikut :
a)Hukum Mendel - I.
Prinsip berpisah secara bebas (segregasi). Selama pembentukkan gamet, tiap alel
diturunkan secara bebas kepada setiap gamet. Ini terjadi pada persilangan
monohibrid
b) Hukum Mendel - II.
Prinsip berpasangan (penggabungan) gen secara bebas. Selama pembentukkan
gamet dihibrid F1, pasangan alel akan mencari pasangan yang bukan alelnya.
Misalnya, dari persilangan induk dengan dua sifat beda (dihibrid) diperoleh
F1 dengan genotipe BbKk. Dalam pembentukkan gametnya B tidak akan
berpasangan dengan b melainkan B akan berpasangan dengan K atau k sehingga
gamet yang terbentuk BK, Bk, bK, dan bk.
2.6 Pewarisan Sifat Pada Manusia
Seperti halnya pada tumbuh-tumbuhan, pewarisan sifat pada manusia juga
terjadi.Beberapa gen pada kromosom autosom dan gonosom akan mengawasi
sifat-sifat tertentu. Pasangan gen heterozigot dalam ekspresinya dipengaruhi oleh
jenis kelamin individu yaitu hormon.
Pada manusia sifat-sifat yang dipengaruhi oleh jenis kelamin antara lain;
botak pada usia muda, gigi coklat sebagian (white forelock) dan panjang telunjuk
jadi tangan. Genotipe sifat botak pada manusia ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai
berikut.
Tabel 2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Ekspresi Pasangan Gen b yang
Mengontrol Kepala Botak
Genotipe Pria Wanita
BB Botak Botak
Bb Botak Tidak Botak
bb Tidak Botak Tidak Botak
Sumber : Sarna, dkk (2000)
Pada peristiwa lain, pewarisan sifat juga ditentukan oleh adanya interaksi
beberapa alel yang disebut dengan alel ganda. Alel ganda adalah alel yang
anggotanya lebih dari satu. Jumlah alel yang lebih dari dua tersebut hanya terdapat
dalam suatu populasi. Misalnya, penentuan golongan darah manusia.
Golongan darah manusia ditentukan menurut sistem A – B – O. Dari sistem
ini, golongan darah manusia terdapat empat tipe yaitu: golongan darah A,
golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O. Ini didasarkan atas
ada tidaknya antigen A dan anti gen B di dalam eritrositnya. Adanya anti gen
ditentukan oleh gen di dalam kromosom. Keempat golongan darah itu ditentukan
oleh tiga macam alel. Simbul yang digunakan adalah huruf I berasal
dari Isoaglutinasi atau huruf L berasal dari Lanstainer, yaitu orang yang
menemukan golongan darah. Dengan demikian kombinasi genotipe golongan
darah terdapat sebanyak enam macam genotipe, seperti ditunjukkan pada Tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Hubungan Golongan Darah dan Kombinasi Genotipe Serta Antigen
dalam Eritrosit
Golongan Darah Antigen Genotipe
A A IAIA dan IAIO
B B IBIB dan IBIO
AB A dan B IAIB
O - IOIO
Sumber : Sarna, dkk (2000)
Dalam hal ini, antara IA dengan IB tidak ada yang lebih dominan, sehingga
antara orang yang bergenotipe IAIB bergolongan darah AB atau kedua alel tersebut
bersifat kodominan. Sedangkan alel IA > IO dan IB > IO. Selain dengan sistem A-B-
O terdapat pula sistem golongan darah M-N dan sistem Rhesus (Rh)
Selain oleh kombinasi alel ganda, pewarisan sifat pada manusia juga
dipengaruhi oleh keberadan gen ganda. Gen ganda adalah gen yang jumlahnya
lebih dari satu pasang, terletak pada lokus-lokus berlainan di kromosom, bekerja
secara komulatif dalam menumbuhkan sifat genetik kuantitatif. Misalnya dalam
pewarisan sifat pigmentasi kulit dan bentuk sidik jari (dipengaruhi oleh dua
pasang gen) sedangkan untuk tinggi badan dan warna mata manusia dipengaruhi
oleh 3-5 pasang gen.
Beberapa kelainan pada manusia juga diturunkan.Biasanya pewarisan itu
diturunkan melalui kromosom autosom maupun gonosom, baik yang bersifat
resesif ataupun yang bersifat dominan.
Kelainan yang diwariskan melalui autosom dominan, antara lain jari pendek
(brakidaktili), jari bergabung (sindaktili), dan jumlah jari lebih (polidaktili).
Kelainan yang diwariskan melalui kromosom autosom resesif misalnya gangguan
mental, albino, anemia bulan sabit (sickle cell anemi). Selain itu, kelainan juga
diwariskan melalui gonosom, misalnya buta warna (colour blind), dan darah tidak
bisa membeku (hemofilia). Kedua kelainan ini diwariskan melalui kromosom X,
dan bersifat resesif.
Gen buta warna (colour blind) yang terpaut kromosom X dan bersifat resesif
(cb) ini akan berpengaruh ketika dalam keadaan homozigot resesif pada
kromosom X untuk perempuan. Apabila pada laki-laki, satu gen resesif saja pada
kromosom X sudah menimbulkan buta warna. Dengan demikian, kemungkinan
genotipe yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
XCB XCB = wanita normal
XCB Xcb = wanita normal karier (pembawa sifat) buta warna
Xcb Xcb = wanita buta warna
XCB Y = laki-laki normal
Xcb Y = laki-laki buta warna
Misalkan seorang laki-laki normal menikah dengan seorang perempuan
pembawa sifat buta warna. Dari perkawinan ini kemungkinan anak-anak mereka
adalah wanita normal : laki-laki normal : wanita normal pembawa buta warna :
laki-laki buta warna.
P : XCB Xcb x XCB Y
(carier buta warna) (normal)
G : XCB, Xcb XCB, Y
F1: XCB XCB : XCB Y : XCB Xcb : XcbY
Sama dengan buta warna, pewarisan kelainan berupa hemofili (h) juga
terjadi melalui kromosom X . Pada keadaan homozigot dominan (hh), dapat
menimbulkan hemofili. Sehingga ada beberapa kemungkinan genotipe yang dapat
terjadi, sebagai berikut :
XH XH = wanita normal
XH Xh = wanita normal karier (pembawa sifat) hemofili
Xh Xh = wanita hemofili (bersifat letal)
XH Y = laki-laki normal
Xh Y = laki-laki hemofili
Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y disebut dengan gen-
gen holandrik. Sebagian besar gen- gen ini tidak mempunyai pasangan pada
kromosom X, selain itu gen-genya sangat langka. Gen ini hanya diwariskan dari
ayah hanya pada anak laki-laki saja. Contoh sifat yang terpaut kromosom Y
adalah hypertrichosis (pertumbuhan rambut pada telinga), keratoma
dissipatum (penebalan kulit pada tangan dan kaki), dan jari kaki berselaput.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam pewarisan sifat yang berperan adalah gen dan kromosom. Gen
adalah pembawa sifat menurun yang ada pada kromosom. Sedangkan kromosom
adalah suatu badan/benda yang mudah menyerap warna ketika dilakukan
pewarnaan sel.
2. Terminologi bidang genetika antara lain :
a. Lokus gen adalah tempat tertentu pada kromosom yang diduduki oleh satu alel
gen dari suatu sifat.
b. Alel adalah sepasang gen yang terletak pada posisi sama pada sepasang
kromosom.
c. Dominan adalah sifat yang menutupi atau mengalahkan sifat pasangannya.
d. Resesif adalah sifat yang ditutupi ekspresinya oleh sifat dominan.
e. Intermediat adalah sifat baru ynag muncul karena gen dominan dan gen resesif
sama-sama kuat pengaruhnya sehingga tidak ada yang menutupi dan yang
ditutupi atau dengan kata lain sifat antara dari sifat dominan dan sifat resesif.
f. Homozigot adalah sifat suatu individu yang genotipenya terdiri atas pasangan
gen yang sama, misalnya individu dengan genotipe MMTT, MMtt, mmTT,
mmtt.
g. Heterozigot adalah sifat suatu individu yang genotipenya terdiri atas pasangan
gen yang berbeda, misalnya individu dengan genotipe MmTt, Mmtt, mmTt.
h. Genotipe adalah susunan genetik, atau jumlah total dari semua gen dalam satu
individu yang ada hubungannya dengan fenotipe. Biasanya dinyatakan dengan
huruf pertama dari sifat fenotipe. Karena individu itu bersifat diploid maka
genotipe ditunjukkan dengan huruf dobel. Misalnya MM, Mm, mm dan
seterusnya.
i. Fenotipe adalah ekspresi dari genotipe yang dapat diamati dengan panca indera.
Atau fenotipe adalah kenampakan luar dari suatu individu yang sangat
tergantung dari susunan genetisnya. Biasanya dinyatakan dengan kata sifat
yang terkait dengan ukuran (tinggi-pendek), rasa (manis-asam), bentuk (bulat-
keriput) dan lain-lain.
3. Pewarisan sifat menurut Mendel adalah mengikuti pola sesuai dengan sifat beda
yang diamati. Pola itu selanjutnya disebut dengan hukum Mendel (Mendelisme).
Adapun hukum yang dimaksud adalah :
a) Hukum Mendel - I.
Prinsip berpisah secara bebas (segregasi). Selama pembentukkan gamet, tiap alel
diturunkan secara bebas kepada setiap gamet. Ini terjadi pada persilangan
monohibrid
b) Hukum Mendel - II.
Prinsip berpasangan (penggabungan) gen secara bebas. Selama pembentukkan
gamet dihibrid F1, pasangan alel akan mencari pasangan yang bukan alelnya.
Misalnya, dari persilangan induk dengan dua sifat beda (dihibrid) diperoleh
F1 dengan genotipe BbKk. Dalam pembentukkan gametnya B tidak akan
berpasangan dengan b melainkan B akan berpasangan dengan K atau k sehingga
gamet yang terbentuk BK, Bk, bK, dan bk.
4. Pewarisan sifat pada manusia pada prinsipnya sama dengan pewarisan sifat
pada tumbuhan. Ada dua kromosom yang berperan yaitu autosom dan gonosom.
Beberapa sifat diatur gen pada autosom dan beberapa sifat diatur oleh gen pada
gonosom yang memang tidak bisa berpisah dalam pembentukan gamet (pautan
gen). Kelainan akibat pautan gen ini ada sifat yang lebih cenderung muncul pada
laki-laki karena gen terpaut pada kromosom Y, yang tidak mempunyai pasangan
pada koromosom X. Akibatnya, satu saja terdapat gen yang menimbulkan
kelainan, maka pada laki-laki kelainan itu akan muncul
3.2 Saran
Saran penulis dengan adanya perkembangan ilmu genetika tersebut diatas
maka pemahaman konsep dan penerapannya dimasyarakat dapat membantu
masyarakat untuk mencoba menemukan bibit unggul yang bisa dikembangkan
lebih lanjut meskipun dengan teknologi dan dana yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Bawa, Wayan. 1991. Dasar-Dasar Biologi Sel, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Daroji & Haryati. 2007. Sukses Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IX SMP dan MTs.Solo : Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sarna, 2000, Buku Aja Genetikar, Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP Singaraja, Singaraja.
TUGAS MAKALAH BIOLOGI DASAR
MATERI GENETIK DAN PEWARISAN SIFAT
OLEH :
DEMIS
F1D1 11 053
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015