DEMENSIA PASCA STROKE
Transcript of DEMENSIA PASCA STROKE
DEMENSIA PASCA STROKE
Oleh : SIUSAN 11.2009.180
Pembimbing : Dr. dr. Fenny L Yudiarto, Sp.S
Demensia
sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif
deteorisasi kognisi dan fungsional hendaya bermakna dalam
melaksanakan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari – hari
perubahan kepribadian maupun perilaku
tidak disertai oleh penurunan kesadaran
Tak diketahui:Alzheimer’s disease (AD)Progressive supra nuclear palsyNeurodegeneratif:Pick’s diseaseParkinson’s diseaseKorea HuntingtonDegenerasi ganglionik kortikalDemensia Lewy BodiesInfeksi:Jacob-Creutzfeldt’s diseaseKompleks demensia AIDSNeuroluesLeukosefalopatia multifokal progresifNormal pressure hydrocephalusTrauma:Trauma kepalaDemensia pugilisticaPseudodemensia:Depresi
Nutrisi:Sindrom Wernicke KorsakoffDefisiensi vitamin B12Defisiensi asam folatAlkohalismMetabolik:Hipoglikemia lamaHipotiroidismParatiroidsmSindrom CushingLipid-storage’s diseaseVaskuler:Demensia multi infarkBinswangers’s disease progresifGagal organ:Demensia dialisisWilson’s disease (degenerasi hepatolentikuler-familial)Non-Wilson’s disease (degenerasi hepatolentikuler-non familial)Tumor:Meningioma subfrontalTumor otak
Klasifikasi Demensia berdasarkan etiologi
Gambar 1. Distribusi demensia berdasarkan etiologi
DEMENSIA VASKULER1. VaD Kortikal
Degeneratif Alzheimer’s Disease (AD) Pick disesase Lewy Body
2. VaD Subkortikal▪ Degeneratif▪ Demensia Vaskuler (VaD)▪ Parkinson’s disease▪ Sindrom Steele–Richardson ▪ Lesi iskemik substansia alba ▪ Infark lakuner subkortikal ▪ Infark non-lakuner subkortikal ▪ Penyakit Binswanger
3. VaD tipe campuran Alzheimer Disease dan Cerebrovascular Disease
Kriteria Diagnosis NINDS-AIREN
(National Institute of Neurological Disorders and Stroke, and L’Association Internationale pour la Recherche et L’Enseignmement en Neurosciences)
Diagnosis klinis probable VaD :a) Demensia
b) Penyakit serebrovaskuler (CVD) :- defisit neurologik fokal pada pemeriksaan fisik seperti hemiparese, kelumpuhan otot wajah bawah, refleks Babinski, defisit sensorik, hemianopsia, disartria - konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke)- bukti relevan adanya CVD dengan pemeriksaan pencitraan otak (CT-scan atau MRI)
c) Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
- Awitan demensia berada dalam kurun
waktu 3 bulan pasca stroke. - Deteriorasi fungsi kognisi yang
mendadak atau berfluktuasi, defisit kognitif
yang progresif dan bersifat stepwise.
DEMENSIA PASCA STROKE tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes,
aterosklerosis, penyakit jantung, kolesterol tinggi, penyakit pembuluh darah perifer, dan merokok merupakan faktor risiko lainnya.
timbulnya gejala bervariasi antara 2 minggu - 3 bulan bahkan bisa sampai 15 bulan pasca stroke
khas berfluktuasi, progresifitas lambat atau bertahap, periode perbaikan dan memburuk seperti tangga
Faktor Demografi
Usia
Ras dan etnis (Asia, Africo-American)
Jenis kelamin (pria)
Pendidikan yang rendah
Daerah rural
Faktor Aterogenik
Hipertensi
Merokok cigaret
Atrium Fibrilasi
DM
Hiperlipidemia, hiperkolesterolomia
Konsumsi alkohol berat
Faktor Non-Aterogenik
Genetik :
- APOE e4 (kromosom 19)
- CADASIL (kromosom 19)
- Autosomal dominan
- Hereditary Cerebral Hemorrhage with Amyloidosis-Dutch
Type
Perubahan pada hemostatis
Penggunaan aspirin
Stres psikologik
Paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan
Sosial ekonomi
Faktor Neuroimaging
Volume rerata infark
Jumlah infark
Lokasi infark (hemisfer kiri, dominan thalamus, daerah
frontal dalam)
Ukuran ventrikel III
Infark serebri tersembunyi di struktur dalam
(thalamus dan substansia alba frontalis)
Lesi di substansia alba periventrikuler (leukoaraiosis)
Faktor Risiko Demensia Pasca Stroke
Kriteria Diagnosis menurut DSM
A. Adanya defisit kognitif multikompleks yang dicirikan oleh kedua keadaan berikut ini:
1. Gangguan memori
2. Satu (atau lebih) dari gangguan kognitif berikut ini:
Afasia Apraksia Agnosia Gangguan fungsi eksekutif
B. Defisit kognitif pada A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan fungsi sosial dan okupasional yang jelas dan menggambarkan penurunan tingkat kemampuan fungsional sebelumnya secara jelas
C. ◙ Tanda dan gejala neurologik lokal : - refleks fisiologik meningkat - refleks patologik positif - paralisis pseudobulbar - gangguan langkah - kelumpuhan anggota gerak) atau,
◙ Bukti radiologik adanya infark
D. Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Sensitifitas 71% - 92% Spesifisitas 56% - 96%
Kepada pasien ditanyakan : Penilaian Total nilai
Sekarang ini:1.Tanggal berapa? .………… 12.Hari apa? ………… 1 3.Bulan apa? ………… 14.Tahun apa? ………… 15.Musim apa? .………… 1
Kita dimana: 6.Ruang apa/tingkat berapa? .…………
17.Rumah Sakit apa? .………… 18.Kota mana? .………… 19.Propinsi mana? .…………
110.Negara mana? .………… 1
ORIENTASI
Sebutkan 3 obyek dengan waktu 1 detik tiap obyek. Kemudian minta pasien menyebutkan ketiga obyek tersebut. Ulangi jawaban pasien sampai dapat menyebut ketiganya.
11. Bola .………… 1
12. Melati .....………1
13. Kursi .………… 1
REGISTRASI
Seri Tujuh
Minta pasien untuk menghitung mundur dengan selisih 7 dimulai dari angka 100. Berikan 1 nilai untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Alternatif lain : eja secara mundur kata WAHYU
14. 93 atau U .………… 1
15. 86 Y .………… 1
16. 79 H .………… 1
17. 72 A .………… 1
18. 65 W .………… 1
KALKULASI
Minta pasien untuk menyebutkan 3 obyek yang telah
dipelajari pada pertanyaan no 2. Berikan 1 nilai
untuk tiap jawaban yang benar.
19. Bola .………...1
20. Melati .…………1
21. Kursi .…………1
RECALL (MEMORI)
Tunjuk pada sebuah pensil dan sebuah arloji tangan. Minta pasien untuk menyebutkan nama benda yang anda tunjuk.22. Jam tangan (arloji) .………… 123. Pensil ............. 1
Minta pasien mengulang : 24. Tanpa, bila, dan, atau, tetapi ............. 1
Minta pasien untuk mengikuti 3 tahap tugas:25. Ambil kertas ini dengan tangan kanan .………... 126. Lipatlah menjadi dua dan .………… 127. Letakan kertas di lantai ............. 1
Minta pasien membaca dan melakukan tugas yang dibacanya 28. Mohon pejamkan mata anda ............. 1
BAHASA
29. Minta pasien menulis kalimat pilihan sendiri pada 2 garis. (Kalimat harus mengandung
subyek dan obyek dan harus mempunyai arti.
Abaikan kesalahan eja saat menilai) ________________________ ........
1 ________________________
30. Minta pasien menyalin gambar di bawah ini
(berikan nilai 1 bila semua sisi dan sudut
tergambar utuh dan gambar yang saling
memotong merupakan sebuah segi empat)
..................1
Penilaian : skor <24 demensia
KONSTRUKSI
No RIWAYAT DAN GEJALAYA TIDAK
1 Awitan (onset ) mendadak 2 0
2 Deteriorasi bertahap 1 0
3 Perjalanan klinis berfluktuasi 2 0
4 Kebingungan malam hari 1 0
5 Kepribadian relatif tidak terganggu 1 0
6 Depresi 1 0
7 Keluhan somatik 1 0
8 Emosi tidak stabil 1 0
9 Riwayat Hipertensi 1 0
10 Riwayat Penyakit Serebrovaskuler 2 0
11 Arteriosklerosis penyerta 1 0
12 Keluhan neurologis fokal 2 0
13 Gejala neurologi fokal 2 0
Total skor
Dikutip dari Konsensus Pengenalan Dini & Penatalaksanaan Demensia Vaskuler, ed 2.Diagnosis demensia mempertimbangkan total skor iskemik Hachinsky:
1.Alzheimer Demensia (AD) bila jumlah skor ≤42.Demensia Vaskuler (VaD) bila jumlah skor ≥73.Alzheimer Demensia (AD) dengan penyakit serebrovaskuler (CVD) bila skor 5 - 6
SKOR ISKEMIK HACHINSKI
Clock Drawing Test
Penderita yang mengerjakan tes ini diminta
untuk:1. Menggambar jam dalam bentuk lingkaran2. Menuliskan angka-angka pada jam tersebut3. Menggambar jarum jam yang menunjukkan waktu pukul 11 lewat 10 menit
Pemberian skor menurut sistem skor Shua-Haim etal. 1996 yaitu:- 1 poin u/ lingkaran jam- 1 poin u/ semua angka yang urut- 1 poin u/ semua angka yang ditempatkan pada
posisi yang sesuai- 1 poin u/ penggambaran kedua jarum jam yg
benar- 1 poin u/ kedua jarum jam yg menggambarkan
kira-kira waktu yang sesuai- 1 poin u/ kedua jarum jam menunjukkan waktu
yang tepat
Skor normal adalah 4-6 poin
Gambaran Klinis
ORIENTASI
Penilaian pertama dalam penentuan kondisi kognitif pasien
Orientasi tempat dan waktu ukuran memori baru
ATENSI
☼ kemampuan untuk memusatkan (memfokuskan) perhatian pada masalah dan mengolah kognitif langsung
Pemeriksaan1. Tes mengulangi angka2. Tes mengetukan jari (huruf atau
angka tertentu)
GANGGUAN MEMORI
Tes mengulang angka
Cara pemeriksaan :
- pemeriksa menyebutkan angka – angka
- minta pasien mendengarkan dengan baik- minta pasien mengulangi apa yang pemeriksa
sebut, dgn jelas, 1 angka 1 detik
- mulai dengan 2 angka, 3 angka dst
Skor : dapat mengulang 5 -7 angka inteligensi rata – rata
≤ 5 memori segera terganggu
1. Memori segera (immediate recall)
2. Memori baru (recent), jangka pendek☼ Memori verbal
Cara pemeriksaan :(a) Orientasi Nama, usia, kota, alamat, hari(b) Kemampuan mempelajari hal baru(c) Tes memori 4 kata tdk berhubungan
- Pemeriksa menyebutkan 4 patah kata kepada pasien- Minta pasien mengulangi dengan segera setelah pemeriksa menyebutkan- Minta pasien mengingat kata tsb- Berikan tugas lain - Setelah 5 menit, minta pasien menyebutkan kata tsb- Ulangi setelah 20 menit, 30 menit
Penilaian : pengulangan 4-5x gangguan memori
☼ Memori verbal
Cara pemeriksaan :- Pemeriksa menggunakan 5 obyek kecil,
disimpan disekitar pasien.
- Sembunyikan ke-5 obyek tsb sambil menyebutkan nama bendanya, biarkan pasien melihat
- Pasien diberi tugas lain untuk mengalihkan perhatiannya, misalnya diajukan pertanyaan
- Setelah 5 menit, tanyakan pasien obyek apa yang disembunyikan, dimana lokasinya
Skor : < 3 obyek gangguan memori
4. Memori rimot (jangka panjang)Cara pemeriksaan :
▪ Informasi pribadi – butuh verifikasi orang lain (keluarga)“ Dimana Anda dilahirkan?”“Apa pekerjaan Anda?”
▪ Pengetahuan umum, sejarah – tingkat edukasi,
pengalaman sosial, intelegensi premorbid “Sebutkan nama wakil Presiden RI mulai dari
sekarang hingga tiga terakhir!’’
AFASIA
☼ gangguan penerimaan atau ungkapan
bahasa (atau keduanya)☼ pembangunan kata dan kalimat
dirusak oleh kesalahan bentuk, isi, dan tata
bahasa☼ disfungsi hemisfer kiri
Klasifikasi Afasia berdasarkan Manifestasi Klinis1. Afasia lancar (fluent) ▪ Afasia reseptif (Wernicke)
▪ Afasia konduksi ▪ Afasia amnestik (anomik) ▪ Afasia transkortikal
- Motorik - Sensorik
2. Afasia tidak lancar (non-fluent)▪ Afasia ekspresif▪ Afasia global
Repetitionintact
Repetitionimpaired
Repetitionintact
Repetitionimpaired
Repetitionintact
Repetitionimpaired
Repetitionintact
Repetitionimpaired
Conduction
Transcortical sensory
Wernicke’s
Transcorticalmotoric
Broca’s
Isolation
Global
AnomicComprehension
intact
Comprehensionimpaired
Comprehensionintact
Comprehensionimpaired
Fluent
Nonfluent
Aphasia
APRAKSIA
ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
motorik, fungsi sensorik, koordinasi, pemahaman dan pengertian yang diperlukan tetap baik
1. Apraksia Ideomotor
▪ tidak mampu melakukan gerak motorik yang pernah
dipelajari sebelumnya, secara akurat
Cara pemeriksaan :▪ Bukofasial : bagaimana meniup lilin yang sedang
menyala, menjulurkan lidah, minum melalui sedotan
▪ Anggota gerak : memberi hormat, mengetok paku dengan martil, menyisir rambut
▪ Seluruh tubuh : sikap seorang petinju, sikap sungkem
Penilaian : ketidakmampuan lobus frontal menerjemahkan aksi menjadi gerakan motorik
2. Apraksia Ideosional kegagalan dalam melakukan tugas yang
mempunyai berbagai komponen yang berurutan
pasien tidak mampu merencanakan rentetan aktivitas yang dibutuhkan u/ melakukan aksi yg diminta
Misalnya, pasien tidak bisa memasak, menyalakan rokok, dsb
Cara pemeriksaan : pasien disuruh menuangkan air dari teko ke dalam gelas, kemudian meminum air dar gelas
Penilaian : lesi lobus parietal
AGNOSIA▪ ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
meskipun fungsi sensoriknya utuh
1.Agnosia Visual
▪ Agnosia Spatial Visual
Penilaian : lesi yang melibatkan area asosiasi visual otak
2.Agnosia Jari
Cara pemeriksaan : pemeriksa menyebutkan nama jari dan
menyuruh pasien menunjukannya pada jari pemeriksa, misalnya
“Tunjuk jari manis saya”
Penilaian : lesi di parietal-oksipital hemisfer dominan
3.Agnosia Taktil (astereognosia)
Cara pemeriksaan : suruh pasien menutup mata,
letakan benda misalnya kunci pada tangan pasien,
minta ia mengenali dengan meraba kunci tersebut
Penilaian : lesi lobus parietal non-dominan
4. Anosognosia
Cara pemeriksaan : pasien tidak mengakui adanya
kelumpuhan padahal hemiplegi
Penilaian : lesi parietal dan fronto-posterior hemisfer
non dominan
GANGGUAN FUNGSI EKSEKUTIF
kemampuan berpikir abstrak merencanakan mengambil inisiatif membuat urutan memantau menghentikan kegiatan yang
kompleks
Cara Pemeriksaan :1. Menanyakan persamaan dan perbedaan
Misalnya : “Äpakah persamaan antara kapal terbang dan sepeda?”
2. Penilaian pertimbanganMisalnya : “Apa yang Anda lakukan bila melihat surat tercecer di jalan dekat kotak pos, surat telah berperangko dan tertera dengan jelas alamatnya?”
Perubahan Psikiatrik dan Neurologis
Kepribadian Halusinasi dan Waham Mood Reaksi Katastrofik Sindrom Sundowner
Tanda – tanda regresi sel – sel saraf otak
Refleks Genggam (grasp reflex) Refleks menetek (suck reflex) Snout reflex Refleks glabela Refleks palmomental Refleks korneomandibular Refleks kaki tonik
TERAPI pengobatan terhadap faktor risiko yang mendasari
penyakit vaskular
ANTIPLATELET Cyclooxygenase inhibitors, misalnya Asetosal Adenosine diphosphate (ADP) receptor inhibitor,
misalnya Tiklopidin, Clopidogrel Phosphodiesterase inhibitors, misalnya Ciklostazol,
Dipiridamol ANTIKOAGULAN Heparin, misalnya Thrombogel Warfarin, misalnya Simarc 2 LMWH, misalnya Enoxaparin, Dalteparin
ANTI HIPERTENSI ACE inhibitor, misalnya Captopril ARB, misalnya Losartan, Candesartan Beta-blocker, misalnya Propanolol,
Metoprolol Ca Channel blocker, misalnya
Amlodipin, Diltiazem Diuretik, misalnya Thiazide, Furosemide
Terapi replacement
CHOLINESTERASE INHIBITORTacrin Donepezi
lRivastigmin
eGalantimin
e
Mekanisme kerja AChEiBuChEi
AChEi AChEiBuChEi
AChEiNicotinic
t ½ 2-4 jam 73 jam 5 jam 6-8 jam
Dosis inisial 10 mg qd 5 mg qd 1.5 mg qd 4 mg bid
Dosis maksimal 40 mg qd 10 mg qd
6 mg bid 12 mg bid
NMDA ANTAGONIS Memantin suatu antagonis N-metil-D-
aspartat yang memblok kelebihan influks kalsium
HEMORHEOLOGIC Pentoksifilin
NEUROPROTEKTAN ANTI DEPRESANMOOD STABILIZERANTI ANXIETASVitamin E (alfa tokoferol)Ginko Biloba
PROGNOSIS
harapan hidup lebih buruk (38,9%) dibandingkan yang tidak mengalami demensia (75,4%)