Demam Berdarah Den Gue

24
Kenali dan Waspadai Demam Berdarah Dengue Posted on March 31, 2008 by Hendra Arif W. Oleh : Hendra Arif Wibowo, SKM 1. Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit akut yang ditandai dengan panas mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan dan kadang–kadang disertai dengan berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau rejatan (syok). (Ditjen PPM dan PLP, 1996 :21). Menurut Satari (2004), Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal. Sedangkan menurut Hiswani (2003), penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus, terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang menyebabkan kematian. 2. Penyebab infeksi Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, virus ini termasuk kelompok arthopode borne virus, famili Togaviridae dan termasuk genus Flavivirus dengue. Terbagi empat macam / serotipe yaitu: a. Dengue 1 (DEN – 1), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944. b. Dengue 2 (DEN – 2), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944. c. Dengue 3 (DEN – 3), diisolasi oleh Sather. d. Dengue 4 (DEN – 4), diisolasi oleh Sather. (Hiswani.2003).

description

dbd

Transcript of Demam Berdarah Den Gue

Page 1: Demam Berdarah Den Gue

Kenali dan Waspadai Demam Berdarah DenguePosted on March 31, 2008 by Hendra Arif W.

Oleh : Hendra Arif Wibowo, SKM

1. Pengertian

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit akut yang ditandai

dengan panas mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi

perdarahan dan kadang–kadang disertai dengan berak darah, muntah darah, kesadaran

menurun atau rejatan (syok). (Ditjen PPM dan PLP, 1996 :21). Menurut Satari (2004), Demam

Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal. Sedangkan menurut

Hiswani (2003), penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus, terutama

menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi

pendarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang menyebabkan kematian.

2. Penyebab infeksi

Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, virus ini termasuk kelompok arthopode borne

virus, famili Togaviridae dan termasuk genus Flavivirus dengue. Terbagi empat macam /

serotipe yaitu:

a. Dengue 1 (DEN – 1), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

b. Dengue 2 (DEN – 2), diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 (DEN – 3), diisolasi oleh Sather.

d. Dengue 4 (DEN – 4), diisolasi oleh Sather. (Hiswani.2003).

Page 2: Demam Berdarah Den Gue

Akibat infeksi virus dengue dapat menimbulkan bermacam-macam gejala seperti di bawah ini:

a. Asymtomatis.

b. Mild Undifferentiated Febrile Illnes.

c. Dengue Fever ( demam dengue ).

d. Dengue haemorrhagic Fever ( DHF-DBD ).

e. Dengue Shock Syndrome ( DSS ). (Hiswani.2003).

Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu dan faktor kimia

lain serta masa viremia yang pendek, sehingga keberhasilan dan identifikasi virus sangat

bergantung kepada kecepatan dan ketepatan pengambilan. Virus DEN virionnya tersusun oleh

suatu untaian genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu envelope

(selubung) dari lipid yang mengandung 2 protein, yaitu selubung protein (E) dan protein

membran (M).(Soegijanto, 2004).

3. Tanda dan Gejala Klinik

Untuk mendignosa penyakit DBD

ini dipakai patokan kriteria klinik WHO (1999) sebagai berikut:

a. Demam mendadak (>38° C, 2-7 hari) tanpa penyebab yang jelas serta disertai penurunan

aktifitas dan nafsu makan.

b. Timbul perdarahan baik di gigi, mulut, hidung, kulit, atau tinja.

c. Demam yang disertai kemerahan di wajah dan leher serta muntah.

Page 3: Demam Berdarah Den Gue

d. Tiba-tiba terjadi penurunan suhu tubuh setelah beberapa waktu penderita mengalami

demam. Gejala ini diiringi dengan rasa gelisah, sakit perut, dan badan lemas.

Jika seluruh atau beberapa gejala diatas ditemukan pada seseorang, maka secara medis

orang itu didiagnosis menderita Demam Dengue (Dengue Fever).

Kriteria untuk diagnosis laboratorium, satu atau lebih dari hal-hal berikut :

a. Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi

b. Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan titernya mencapai empat kali

lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpadangan.

c. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau

dengan cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA

d. Dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi,

sediaan serum atau cairan serbro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR).

(Anonim, 2007)

Kriteria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah:

- Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 150.000/mm³ (normalnya 150-450

ribu/mm³)

- Hemokonsentrasi, yaitu pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah

cair non seluler), ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20% dari nilai

normalnya menurut standar umur dan jenis kelamin.

Kewaspadaan menegakkan diagnosis dini penyakit ini sangat penting oleh karena:

a. Satu dari tiga penderita Demam Berdarah Dengue akan jatuh ke dalam renjatan.

b. Angka kematian yang tinggi sekitar 30 %, diakibatkan renjatan,merupakan gambaran yang

menakutkan dan memerlukan penatalaksanaan secara khusus.

c. Penderita yang jatuh ke dalam renjatan pada waktu sedang dirawat, mempunyai prognosis

yang lebih baik. (Pasaribu, 1992)

4. Derajat Penyakit

Page 4: Demam Berdarah Den Gue

Pembagian derajat DBD menurut WHO (1999)

a. Derajat I

Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik; satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah tes tourniket dan/atau mudah memar.

b. Derajat II

Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk

perdarahan kulit atau perdarahan lain.

c. Derajat III

Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah, serta penyempitan tekanan

nadi atau hipotensi dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

d. Derajat IV

Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

Tatalaksana DBD Derajat I

Page 6: Demam Berdarah Den Gue

Tatalaksana DBD Derajat III/IV atau SSD

Page 7: Demam Berdarah Den Gue

5. Patofisiologi

Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang

mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruangan ekstravaskuler, sehingga menimbulkan

hemokosentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma turun lebih dari 20% pada

kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post-mortem meliputi efusi serosa, efusi

pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.

Tidak terjadi lesi destruksi nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan sementara

fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan

mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan

hematokrit. Perubahan hematokrit pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan

Page 8: Demam Berdarah Den Gue

vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami

peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan banyak di antara penderita

menunjukkan kuagulogram yang abnormal. .( Soegijanto, 2004)

6. Patogenesis

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes

albopictus. Organ sasaran dari virus ini adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang

serta paru-paru. Data dari penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan makrofag

mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan

difagosit oleh sel monosit perifer. ( Soegijanto, 2004)

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi

virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan

bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponennya, baik

komponen antara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen strukutral dirakit,

virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel.

( Soegijanto, 2004)

Semua Flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan cross

reaction atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini menyebabkan diagnosi pasti dengan uji

serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi di antara keempat serotipe virus DEN.

Infeksi oleh satu serotipe DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus

tersebut, tetapi tidak ada cross protektif terhadap serotipe virus yang lain.( Soegijanto, 2004)

7. Penularan Penyakit DBD

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina

yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain.

Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brasil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada

waktu pagi dan siang. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,

kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

(Depkes RI, 2005)

Penyakit demam berdarah biasanya menyerang anak-anak, tapi sekarang tidak lagi mengenal

golongan usia, semua golongan umur bisa mengalaminya, terutama anak usia muda. Sebab,

nyamuk aedes aegypti biasa menyerang anak-anak sekolah dan perkantoran. (Banjarmasin

Pos, 2007). Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan.

Virus ini muncul akibat pengaruh musim / alam serta perilaku manusia.(Depkes RI, 2004).

8. Masa Penularan Penyakit DBD

Masa penularan penyakit DBD biasanya terjadi disekitar musim hujan. Namun masing-masing

daerah pola musiman ini berbeda-beda, bahkan untuk wilayah yang sama musim penularan

Page 9: Demam Berdarah Den Gue

dapat berbeda dari tahun ke tahun. Kadang-kadang pada awal atau akhir musim hujan, atau

kadang-kadang sesudah musim hujan. Yang jelas penyakit ini dapat datang sewaktu-waktu.

Oleh karena itu masyarakat harus selalu waspada terhadap tanda-tanda penyakit demam

berdarah.

Pada hari-hari pertama sakit, tanda-tanda penyakit demam berdarah sangat sulit dibedakan

dengan influenza atau penyakit infeksi virus lain. Sering kali hanya ada demam atau panas

saja yang timbul secara mendadak, badan lemah, lesu, kadang-kadang ada bintik-bintik

merah diikuti seperti bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakan dapat dilakukan dengan cara

merenggangkan kulit disekitar bintik merah itu. Jika bintik merah tidak hilang dengan

perenggangan kulit ini, hal ini merupakan salah satu tanda penyakit demam berdarah.

Sebagian besar penderita akan sembuh tanpa obat-obat khusus. Tetapi pada sebagian

penderita, bisa bertambah parah yaitu jika terjadi pendarahan di semua jaringan tubuh.

Pendarahan ini bisa tampak dari luar berupa pendarahan dari mulut, hidung, atau bahkan

muntah darah dan berak darah. Tetapi kadang-kadang pendarahan ini tidak tampak, yaitu bila

pendarahannya terjadi pada alat-alat dalam tubuh seperti otak, limpa dan ginjal. Proses

menjadi parah ini berlangsung cepat, bisa dalam beberapa jam atau beberapa hari. Kemudian

bisa menimbulkan shock dan kematian. Keadaan kritis ini biasanya terjadi pada hari ke 3 atau

hari ke 5 sakit, atau bisa lebih awal.

Sayangnya sampai saat ini belum ditemukan cara pemeriksaan yang bisa meramalkan

penderita-penderita mana yang akan menjadi parah. Oleh karena itu pada dasarnya semua

penderita penyakit demam berdarah dengue perlu dirawat inap, agar dapat diobservasi dan

pemeriksaan laboratorium secara teratur, dengan maksud bila terjadi keadaan memburuk

dapat segera diberikan tindakan pertolongan yang diperlukan. Karena sifatnya yang akut

inilah, maka jika terdapat tanda-tanda penyakit demam berdarah, masyarakat diharapkan

untuk memeriksakan kepada dokter, rumah sakit atau puskesmas.

(Hiswani, 2003).

9. Tempat Potensial bagi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya.

Berdasarkan teori infeksi sekunder, seseorang dapat terserang jika mendapat infeksi ulangan

dengan virus dengue tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya, misalnya infeksi

pertama dengan virus Dengue-1, infeksi kedua dengan Dengue-2. Infeksi dengan salah satu

tipe virus dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam dengue (DD).

Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis).

Page 10: Demam Berdarah Den Gue

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat “berkumpulnya” orang-orang yang datang dari

berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue

cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain :

1) Sekolah

a) Anak / murid sekolah berasal dari berbagai wilayah.

b) Merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD.

2) Rumah sakit / Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan yang lainnya. Orang datang dari

berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, DD atau carier virus

dengue.

3) Tempat umum lainnya, seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah.

c. Pemukiman baru di pinggir kota

Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan

diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari

masing – masing lokasi asal.

(Depkes RI, 2005)

10. Mekanisme Penularan Virus Dengue

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular

demam berdarah dengue (DBD). Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2

hari sebelum demam.

Page 11: Demam Berdarah Den Gue

Bila penderita DBD digigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terisap ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan

memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam

kelenjar liurnya. Kira-kira 1 (satu) minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk

tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan

tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes

aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang

diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan nyamuk dari nyamuk

ke orang lain. (Depkes RI, 2005).

11. Akibat Penularan Virus Dengue

a. Orang yang terinfeksi virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti (riteria)

yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Gejala dan tanda yang timbul

ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalam

virus dengue yang baru masuk.

b. Orang yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya menderita demam

dengue (DD) atau demam yang ringan dengan gejala dan tanda yang tidak spesifik atau

bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali (asimptomatis). Penderita DD

biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5 hari pengobatan.(Depkes RI, 2005).

12. Penyebaran Penyakit DBD

Seperti diketahui bahwa penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Dewasa ini dikenal 4

type virus dengue di Indonesia, yaitu virus dengue type 1, 2, 3, dan 4. Menurut teori infeksi

sekunder, seseorang yang hanya terkena infeksi satu macam virus dengue saja tidak akan

jatuh sakit, kecuali hanya merasa demam ringan. Namun bila orang tersebut terinfeksi oleh 2

macam virus dengue, barulah yang bersangkutan akan menderita sakit DBD.

Page 12: Demam Berdarah Den Gue

Penyebaran berbagai tipe virus dengue ini dari suatu wilayah ke wilayah lain dibawa oleh

orang-orang yang terinfeksi virus dengue yang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat

yang lain. Ditempat yang baru melalui gigitan nyamuk penular DBD seperti Aedes aegypti dan

Aedes albopictus menyebarkannya kepada orang lain disekitarnya. Penyebaran virus akan

mudah terjadi di daerah yang padat penduduknya.

Dari data yang ada dewasa ini subdit arbovirosis Ditjen PPM-PLP, diketahui bahwa dari 301

Dati II yang ada di Indonesia , 255 buah Dati II telah terjangkit DBD . Ini artinya menunjukkan

bahwa 84,7 % Dati II diseluruh Indonesia telah diramba virus dengue dan cepat atau lambat ,

sisa Dati II yang belum terjamah virus DBD pasti akan terjamah juga karena tidak ada

manusia yang kebal virus DBD.(Hiswani, 2003).

13. Sejarah Perkembangan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Di Indonesia penyakit demam berdarah dengue mulai dikenal pada tahun1968. Sejak awal

masuknya penyakit ini di Indonesia hingga tahun 1974 upaya pemberantasan belum

diprogramkan dan upaya pemberantasannya dimasukkan dalam program pemberantasan

penyakit lain-lain. Kegiatan pokok pemberantasannya meliputi penemuan kasus, pengobatan

penderita serta penyemprotan dilokasi kasus DBD..

Mulai tahun 1974 s/d 1980 dibentuk subdit Arbovirosis pada Direktorat Jenderal PPM-PLP dan

kegiatan pemberantasannya mulai diprogramkan yang meliputi: pengamatan, pengobatan

penderita. Demikian pula dengan yang menangani pemberantasan penyakit DBD Dati-I dan

Dati-II. Pada tahun 1980 s/d 1985 program kegiatan DBD dikembangkan dengan

melaksanakan abatisasi massal bagi kota-kota dengan endemisitas DBD tinggi yang meliputi

seluruh wilayah Indonesia. Abatisasi massal telah dipertajam sasarannya sejak tahun1985 s/d

1989, melalui stratifikasi desa endemis dan non-endemis. Di desa abatisasi terhadap tempat-

tempat penampungan air yang ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Tahun 1992 sampai dengan sekarang, stratifikasi desa disempurnakan manjadi 3 strata yaitu:

endemis, sporadis dan potensial/bebas. Tugas dan fungsi subdit Arbovirosis semakin jelas

dengan terbitnya SK Menkes No. 581 tahun 1992 yang menetapkan bahwa upaya

pemberantasan DBD dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan

penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya

dan penyuluhan kepada masyarakat.(Hiswani, 2003).

14. Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti L. (Diptera : Culicidae) disebut black-white mosquito, karena tubuhnya

ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam. Di Indonesia

nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah. .( Soegijanto,

2004).

Page 13: Demam Berdarah Den Gue

Menurut Richard dan Davis (1977) dalam Soegijanto(2004), kedudukan nyamuk Ae. Aegypti

dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Bangsa : Diptera

Suku : Culicidae

Marga : Aedes

Jenis :Aedes aegypti L

15. Ciri-Ciri Nyamuk Ae. Aegypti

a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

b. Pertumbuhan telur sampai dewasa ± 10 hari

c. Menggigit/menghisap darah pada siang hari

d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

e. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah yang agak

gelap dan lembab, bukan di got/comberan

Page 14: Demam Berdarah Den Gue

f. Hidup di dalam dan di sekitar rumah

g. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bungan, tempat minum burung, perangkap

semut dan lain-lain.

h. Di luar rumah: drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol pecah,

potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain. (Chemika, 2004)

16. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Nyamuk Ae. Aegypti

Menurut Soegijanto (2004), masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti

dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk

metamorfosis sempurna (holometabola).

a. Telur

Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8

mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada

benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA)

yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas,

sebanyak 85 % melekat di dinding TPA, sedangkan 15 % lainnya jatuh ke permukaan air.

b. Larva

Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang

tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4

kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II,

III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri

(spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum

menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan

corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya

dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut

(abdomen).

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tanpa duri-duri, dan

alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat

bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas

yang disebut corong pernapasan. Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan

ada seberkas bulu-bulu(tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat

(brush) di bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun

dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya

Page 15: Demam Berdarah Den Gue

langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat

membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.

c. Pupa

Pupa nyamuk Ae. Aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada

(cephalotorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak

seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas

seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengunyah yang berguna

untuk berenang,. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomer 7 pada ruas

perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah

bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan

air.

d. Dewasa

Nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Pada

bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu. Alat mulut

nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai

manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga

tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan

(phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan

tipe plumose.

Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Setiap ruas

dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada

ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada

gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian

punggung (mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk

membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. Aegypti berupa sepasang

garis lengkung putih (bentuk : lyre) pada tepinya dan sepasang garis submedian di tengahnya

(Gambar 2.1)

Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu

istirahat posisi nyamuk Ae. Aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang

dihinggapinya. (Soegijanto, 2004)

Gambar 2.1. Nyamuk Aedes aegypti dewasa

17. Ekologi dan Bionomi nyamuk Aedes aegypti

Page 16: Demam Berdarah Den Gue

Telur, larva dan pupa nyamuk Ae. Aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air.

Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang

tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer atau tempat penampungan air

bukan genangan air di tanah.

Survey yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat

perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari-hari seperti drum,

tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah

disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, barang bekas, vas bunga, perangakap

semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah

daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-

lainnya. Nyamuk Ae. Aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang

berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di

tempat-tempat terlindung sinar matahari langsung.

Nyamuk Ae. Aegypti hidup domestik, lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada luar

rumah. Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari terutama

pagi atau sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00.

Kesukaan menghisap darah lebih menyukai darah manusia daripada hewan, menggigit dan

menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum menghisap

darah beberapa kali karena pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum kenyang,

orang sudah bergerak, nyamuk terbang dan menggigit lagi sampai cukup darah untuk

pertumbuhan dan perkembangan telurnya.

Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae. Aegypti juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur,

kelembaban, kadar karbon dioksida, dan warna. Khan dkk.(1996) melaporkan bahwa untuk

jarak yang lebih jauh, faktor bau memegangi peranan penting bila dibandingkan dengan

faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang

bergantung, berwarna gelap dan di tempat-tempat lain yang terlindung. (Soegijanto, 2004).

18. Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti

Page 17: Demam Berdarah Den Gue

Telur nyamuk Ae aegypti di dalam air dengan suhu 20-400 C akan menetas menjadi larva

dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi

beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang

ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa

dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi

pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu

kurang lebih 7-14 hari. (Soegijanto, 2004).

19. Perilaku Nyamuk Dewasa

Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat di kulit kepompong untuk sementara

waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu

terbang mencari mangsa / darah.

Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan

hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah

manusia daripada binatang ( bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk

mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan dapat menetas. Waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah

sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut

satu siklus gonotropik (gonotropic cycle).

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas menggigit biasanya

mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan

16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap

darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi

lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular

penyakit.

Page 18: Demam Berdarah Den Gue

Setelah menghisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di

luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak

gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan

telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada

umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah terendam air.

Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di

tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -20 C sampai 420 C,

dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka

telur dapat menetas lebih cepat.(Depkes RI, 2005).

20. Penyebaran Nyamuk Aedes aegypti

Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara

pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh.

Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia nyamuk ini tersebar

luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan

berkembang biak sampai ketinggian daerah + 1.000 m dari permukaan air laut. Di atas

ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan

nyamuk tersebut.(Depkes RI, 2005).

21. Pengendalian Vektor

Tujuan pengendalian vektor utama adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi

nyamuk Ae. Aegypti sampai serendah mungkin sehingga kemampuan sebagai vektor

menghilang. Secara garis besar ada 5 cara pengendalian vektor yaitu dengan cara :

a. Pengendalian cara kimiawi

Di sini digunakan insektisida yang dapat ditujukan terhadap nyamuk dewasa atau larva.

Insektisida yang dapat digunakan terhadap nyamuk dewasa Ae.aegypti antara dari golongan

organochlorine, organophosphor, carbamate, dan pyrethroid. (Soegijanto, 2004).

Page 19: Demam Berdarah Den Gue

Bahan-bahan insektisida tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray)

terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Ae.

Aegypti yaitu dari golongan organophosphor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang

dilarutkan dalam air di tempat perindukannya (abatisasi). (Soegijanto, 2004).

b. Pengendalian cara radiasi

Di sini nyamuk dewasa jantan diradiasi dengan bahan radioaktif dengan dosis tertentu

sehingga menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi ini dilepaskan ke

alam bebas. Meskipun nanti akan berkopulasi dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina

tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil. (Soegijanto, 2004).

c. Pengendalian lingkungan

Di sini dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan

manusia yaitu memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Dan

yang sekarang digalakkan oleh pemerintah yaitu gerakan 3M yaitu :

1) Menguras tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas

paling sedikit seminggu sekali,

Page 20: Demam Berdarah Den Gue

2) Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos

oleh nyamuk dewasa,

3) Menanam / menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampah yang dapat

menampung air hujan. (Soegijanto, 2004).

Page 21: Demam Berdarah Den Gue

Ada cara lain lagi yang disebut autocidal ovitrap. Di sini digunakan suatu tabung silinder

warna gelap dengan garis tengah + 10 cm, salah satu ujung tertutup rapat dan ujung yang

lain terbuka. Tabung ini diisi air tawar kemudian ditutup dengan tutup kasa nylon. Nyamuk Ae.

Aegypti bertelur di sini dan bila telur menetas menjadi larva dalam air tadi. Bila larva menjadi

nyamuk dewasa maka akan tetap terperangkap di dalam tabung tadi. Secara periodik air

dalam tabung ditambah untuk mengganti penguapan yang terjadi. (Soegijanto, 2004).

Dari semua cara pengendalian tersebut di atas tidak ada satu pun yang paling unggul. Untuk

menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari beberapa cara tersebut di

atas. Tapi yang paling penting di atas semua cara-cara tersebut adalah menggugah dan

meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya

dan memahami tentang mekanisme terjadinya penularan penyakit DBD sehingga dapat

berperan secara aktif menanggulangi penyakit DBD. (Soegijanto, 2004).

d. Pengendalian genetik

Pengendalian genetik telah banyak dilakukan dalam percobaan tetapi belum pernah

ditetapkan di lapangan. Salah satu cara pengendalian genetik adalah dengan teknik jantan

mandul, yaitu melepas sejumlah besar nyamuk-nyamuk jantan yang sudah dimandulkan.

Nyamuk-nyamuk betina hanya kawin satu kali, seumur hidup, sehingga jika nyamuk betina

dikawinkan dengan nyamuk jantan mandul tadi, maka tidak akan menghasilkan keturunan.

(Soegijanto, 2004).

e. Pengendalian hayati

Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan dengan

menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorgannisme, hewan invertebrata atau

hewan vertebrata. Sebagai pengendalian hayati, dapat berperan sebagai pathogen, parasit

atau pemasangan. Beberapa jenis ikan, seperti ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan

gabus (Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis

golongan cacing Nematoda, seperti Romanomarmis iyengari dan R. Culiciforax merupakan

parasit pada larva nyamuk. Sebagai patogen, seperti dari golongan virus, bakteri, fungi atau

protozoa dapat dikembangkan sebagai pengendali hayati nyamuk di tempat perindukannya.

(Soegijanto, 2004).

Apakah Semua Penderita DHF Perlu Dirawat ?

Jawabannya: Tidak. Rata-rata penderita atau keluarga penderita mulai menyadari sakitnya

pada DHF grade I-II, dan keduanya tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, kecuali jika

penderita sangat sulit minum dan makan, yang biasanya terjadi pada anak kecil. Yang

memerlukan perawatan dan pemantauan intensif hanya DHF grade III-IV, karena fatalitas yang

mungkin terjadi. Jadi janganlah kita tergesa-gesa memaksakan perawatan di Rumah Sakit,

Page 22: Demam Berdarah Den Gue

apalagi jika demamnya baru berlangsung selama 2-3 hari dan kondisi penderita masih cukup

baik, masih mau makan dan minum. Selain karena sifat penyakit ini yang sebenarnya dapat

sendiri dengan perbaikan kondisi penderita, kita juga dapat menghindari pengeluaran biaya

yang tidak perlu dan kontaminasi kuman yang mungkin terjadi di rumah sakit.

Pengobatan Demam Berdarah Dengue

Pengobatan DHF sesungguhnya bersifat suportif dan simtomatik, artinya tidak memerlukan

obat untuk kausanya (seperti antivirus). Yang paling ditekankan adalah nutrisi dan hidrasi

alias makan dan minum yang cukup. Lebih ditekankan untuk minum yang banyak sekitar 1,5

sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu), untuk mengatasi efek

kebocoran plasma darah dan meningkatkan jumlah trombosit. Setidaknya, memenuhi

kebutuhan cairan harian per harinya, yang dapat dihitung dengan rumus:

1. Dewasa: 50 cc/kg BB/hari

2. Anak:

-Untuk 10 kg BB pertama: 100cc/kg BB/ hari

- Untuk 10 kg BB kedua: 50 cc/kg BB/ hari

- Untuk 10 kg BB ketiga dan seterusnya: 20 cc/kg BB/hari

Contoh: Anak 8 tahun dengan BB 23 kg, berarti kebutuhan cairan perharinya adalah

((100×10) + (50×10) + (20×3))= 1560 cc

Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah

dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah

platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang

timbul, misalnya :

- Paracetamol membantu menurunkan demam

- Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare

- Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Pengobatan lain yang dapat diberikan adalah kompres hangat dan penurun panas jika

demam, vitamin penambah nafsu makan, antimuntah jika dibutuhkan. Perlu diingat juga

bahwa penggunaan antibiotik tidak diperlukan pada kasus DHF murni (tanpa adanya infeksi

Page 23: Demam Berdarah Den Gue

bakterial). Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji

bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji

kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

Cara yang lain yaitu minum jus daun jambu biji. Daun jambu biji ini telah di uji di beberapa

rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD

dewasa dan anak-anak.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat

mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti,

misalnya sembelit.

Pada tahun 2004 telah dilakukan uji klinik tentang daun ini di RSUD Dr Soetomo Surabaya/FK

Unair, dan hasilnya daun jambu biji positif dapat meningkatkan trombosit.

Jika ada yang membawa pasien DHF berobat, dan kemudian mendapatkan resep antibiotik,

bertanyalah pada dokter atau yang meresepkan tersebut apa kepentingannya, agar tidak

terjadi pemborosan uang dan obat, dan membebani tubuh penderita.

Kapan Harus Waspada ?

Beberapa kasus DHF dapat berlanjut menjadi serius yang diakibatkan oleh beberapa faktor,

antara lain seperti keganasan virus dan pertahanan tubuh yang lemah. Tanda-tanda yang

menunjukkan penderita perlu mendapat pemeriksaan medis antara lain:

- Muntah darah segar (merah) atau muntah hitam

- Buang air besar berwarna hitam

- Sesak nafas yang makin lama makin sesak meski demam telah teratasi

- Nyeri perut yang makin nyata, diiringi dengan pembesaran lingkar perut

- Kesadaran menurun tanpa syok, nyeri kepala atau pusing hingga muntah nyemprot,

pandangan makin lama makin kabur

Tanda-Tanda Syok

Tanda-tanda tersebut menggambarkan perembesan plasma yang tidak teratasi dan efek

perdarahan dalam rongga tubuh (misalnya saluran cerna, otak) akibat trombosit yang terus

turun. Penderita yang mengalami tanda diatas sebaiknya segera diperiksakan ke Rumah Sakit

untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Page 24: Demam Berdarah Den Gue

Lalu… Kapan Sembuhnya ?

DHF umumnya akan mengalami penyembuhan sendiri setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi

sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan

antara lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik,

lemas yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali.