Definisi Pneumonia

download Definisi Pneumonia

of 30

Transcript of Definisi Pneumonia

TUGAS PJBL IIPNEUMONIA

Oleh:

VIEOCTA APSARI PARADISE105070201111008PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Malang, 2012PJBL IIKasus

An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RS dr. Saiful Anwar ( RSSA ) Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari ibunya An. S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40 C, muntah 3 kali dan diare sebanyak 4 kali, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data An. S pasien dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, RR : 35x/menit pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraclavicular, ruang ruang intercostals dan sternocleidomastoideus, sianosis sekitar mulut dan hidung dan batuk produktif dengan secret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronchial, ronki basah halus, bronkofoni, nadi: 110x/ menit, regular, Suhu : 39,5 C. Rontgen toraks : gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit : 46.000/mm LED: 53 mm/jam. Therapi : IV line Na Cl 0.9 % : 10 tts/ menit, Penisilin 100 mg IV x 3/hari, O2 nasal 2 lpm.

SLO

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pneumonia?

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi pneumonia?

3. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi pneumonia?

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pneumonia?

5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis pneumonia?

6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pneumonia?

7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostic pneumonia?

8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pneumonia?

9. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pneumonia?

10. Mahasiswa mampu menyusun SAP pneumonia

a) Pengertian

b) Etiologi

c) Tanda dan gejala

d) Komplikasi

e) Penatalaksanaan

1. Definisi PneumoniaPneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing ( Muttaqin, 2009).Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.

Menurut Prof. Dr.H. Mardjanis, Sp.A(K), Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.Para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau wabah yang terlupakan karena begitu banyak korban yang meninggal karena pnemonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai pembunuh balita nomor satu

2. Etiologi PneumoniaSebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%; sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza type b (Hib). Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan mencetuskan suatu reaksi peradangan.3. Epidemiologi Pneumonia Angka kematian balita tahun 1995 di Indonesia masih tinggi mencapai 31% dari seluruh kematian penduduk Indonesia, dengan perincian 22,4% di Jawa dan Bali dan 43,5% sampai 55,1% di kawasan Timur Indonesia. Menurut SKRT tahun 1995 di daerah Jawa dan Bali angka kematian akibat sistem pernafasan sebesar 32,1% pada bayi dan 38,8% pada balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali kematian akibat sistem pernafasan sebesar 28% pada bayi dan 33,3% pada balita.Data SDKI tahun 1997 di daerah Jawa dan Bali angka prevalensi pneumonia pada balita sebesar 8 per 100 balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali prevalensi pneumonia pada balita sebesar 10 per 100 balita. Hasil SDKI pada tahun 1997 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia di daerah perkotaan dan daerah pedesaan sedikit mengalami penurunan yaitu daerah perkotaan sebesar 8 per 100 balita dan daerah pedesaan sebesar 9 per 100 balita. Namun pada hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia di daerah pedesaan sedikit mengalami kenaikan yaitu sebesar 11 per 100 balita dan di daerah perkotaan sebesar 8 per 100 balita.4. Manifestasi Klinis PneumoniaAdapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :a. Tachypnea (respiratory rate >60/min) may be present.Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit).

b. Expiratory grunting may occur. Dengkur ekspirasi mungkin terjadi.

c. Accessory respiratory muscle recruitment, such as nasal flaring and retractions at subcostal, intercostal, or suprasternal sites, may occur. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan retraksi di subcostal, interkostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi.

d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan kuantitas, tetapi yang paling sering sedalam-dalamnya dan kemajuan dari serosanguineous untuk penampilan yang lebih bernanah, White, yellow, green, or hemorrhagic colors and creamy or chunky textures are not infrequent. putih, kuning, hijau, atau perdarahan warna dan tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi. Jika aspirasi mekonium, darah, atau cairan properadangan lainnya dicurigai, warna dan tekstur lain bisa dilihat.

e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang pada bayi dengan radang paru-paru daripada individu yang lebih tua. If present, they may be caused by noninflammatory processes, such as congestive heart failure, condensation from humidified gas administered during mechanical ventilation, or endotracheal tube displacement. Jika ada, mereka mungkin disebabkan oleh proses menyebabkan peradangan, seperti gagal jantung kongestif, kondensasi dari gas humidified diberikan selama ventilasi mekanik, atau tabung endotracheal perpindahan. Although alternative explanations are possible, these findings should prompt careful consideration of pneumonia in the differential diagnosis. Meskipun alternatif penjelasan yang mungkin, temuan ini akan dimintakan pertimbangan cermat pneumonia dalam diagnosis diferensial.

f. Sianosis pusat jaringan, menyiratkan deoxyhemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dL atau lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat seperti radang paru-paru, meskipun penyakit jantung bawaan struktural, hemoglobinopathy, polisitemia, dan hipertensi pulmonal (dengan atau tanpa parenkim terkait lainnya penyakit paru-paru) harus dipertimbangkan.

g. Rales, rhonchi, and cough are all observed much less frequently in infants with pneumonia than in older individuals.Cyanosis of central tissues, such as the trunk, implies a deoxyhemoglobin concentration of approximately 5 g/dL or more and is consistent with severe derangement of gas exchange from severe pulmonary dysfunction as in pneumonia, although congenital structural heart disease, hemoglobinopathy, polycythemia, and pulmonary hypertension (with or without other associated parenchymal lung disease) must be considered.Infants may have external staining or discoloration of skin, hair, and nails with meconium, blood, or other materials when they are present in the amniotic fluid.Increased respiratory support requirements such as increased inhaled oxygen concentration, positive pressure ventilation, or continuous positive airway pressureare commonly required before recovery begins.Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen konsentrasi, ventilasi tekanan positif, atau tekanan saluran udara positif terus menerus umumnya diperlukan sebelum pemulihan dimulai.

h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang menyatakan kebocoran udara atau perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan napas parsial.5. Komplikasi PneumoniaKomplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri daripada pneumonia karena virus.Komplikasi yang penting meliputi :

a. Gagal nafas dan sirkulasi

Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup.Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.

Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome(ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.

b. Syok sepsis dan septik Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah.Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.

c. Effusi pleura,empyema dan abces

Ada kalanya infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru(rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini.

Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada. Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama,karena antibiotik tiak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.

Bakteri jarang menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi

6. Pemeriksaan Diagnostik Pneumoniaa. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :

Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).

b. Pemeriksaan laboratorium:

DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.

Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.

Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.

Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme penyebab.

Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion (risiko pneumonia tinggi).

c. Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

8. Penatalaksanaana. Terapi suportif umum:

1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan AGD.

2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.

3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.

4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.

6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.b. Penatalaksanaan pada Bayi dan Balita Untuk bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun

Pneumonia berat : Bila ada sesak napas harus dirawat dan diberikan antibiotic.

Pneumonia : Bila tidak ada sesak napas tetapi napas cepat tidak per;lu dirawat namun diberikan antibiotic oral.

Bukan Pneumonia : bila tidak ada napas cepat dan sesak napas, tidak perlu antibiotic, hanya diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan

Pneumonia : Bila ada napas cepat atau sesak napas harus dirawat dan diberikan antibiotic.

Bukan Pneumonia : Tidak ada napas cepat atau sesak napas tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.

Pneumonia rawat jalan

Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.

Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB .

Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP 20 mg/kgBB sulfametoksazol).

Pneumonia rawat inap

Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol.

Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin.

Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi.

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis.

Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.

Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari,c. Obat obatan

a.) Antibiotik

Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi pertama. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering).

Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak : 2 12 bulan : 2 x tablet

1 3 tahun : 2 x tablet

3 5 tahun : 2 x 1 tabletTergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif.

b.) Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.

c.) Inotropik

Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.

d.) Terapi oksigen

Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.

e.) Nebulizer

Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat bronchospasme.

f.) Ventilasi mekanis

Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :

Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan menggunakan masker

Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau didapat asidosis respiratorik.

Respiratory arrest

Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.9. Asuhan Keperawatan1.) PengkajianA. Identitas Klien

Nama: An. S

Usia: 2 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ibunya dan klien

B. Status kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama: An. S sejak 5 hari yang lalu batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 45oC, muntah 3 kali dan diare sebanyak 4 kali, perut tampak distended

2. Lama keluhan:

5 hari batuk pilek, 2 hari sering rewel tidak mau makan, muntah 3 kali dan diare 4 kali.

3. Upaya yg. telah dilakukan:Pergi ke RS dr. Saiful Anwar

4. Diagnosa medis: PneumoniaC. Riwayat Kesehatan Saat Ini

An. S, usia 2 tahun dating ke UGD RS dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari ibunya An. S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 45oC, muntah 3 kali dan diare sebanyak 4 kali, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA.D. Pola Nutrisi Metabolik

Makanan : Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Muntah 3 kali.

E. Pola Eliminasi

BAB : Diare sebanyak 4 kali.

F. Pola Peran & Hubungan

1. Sistem pendukung : IbuG. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : , Tampak lemah, gelisah Kesadaran: GCS 456

Tanda-tanda vital:-RR : 35x/menit, -Nadi : 110x/menit, -Suhu: 39,50C.

a) Hidung:

Pernafasan cuping hidung

b) Mulut & tenggorokan:

Sianosis sekitar mulut dan hidung dan batuk produktif dengan secret tidak bias dikeluarkan.

1. Thorak & Dada:

Paru

- Auskultsi ditemukan suara nafas bronchial, ronki basah halus, bronkofoni.

- dispnea, nafas cepat dan dangkal.

- retraksi pada daerah supraclavikular,ruang-ruang intercostalis dan sternocleidomastoideus.

H. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Rongent toraks : gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat lekosit: 46.000/mm2.

LED: 53 mm/jam.I. Terapi

IV Line Na CL 0,9% : 10tts/menit,

Penisillin 100 mg IV x 3/hari,

O2 nasal 2 lpm.

2.) Analisa DataDataEtiologiMasalah Keperawatan

Do :

Auskultsi ditemukan suara nafas bronchial, ronki basah halus, bronkofoni,

nadi : 110x/menit, regular, suhu: 39,50C, RR : 35x/menit,

Rongent toraks : gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan.

Laborat lekosit: 46.000/mm2.

LED: 53 mm/jam.

Therapy : IV Line Na CL 0,9% : 10tts/menit, Penisillin 100 mg IV x 3/hari, O2 nasal 2 lpm.

dispnea, nafas cepat dan dangkal,

Sianosis sekitar mulut dan hidung dan batuk produktif dengan secret tidak bias dikeluarkan.

Ds :

sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek

Aspirasi bakteri berulang

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Tejadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

Tejadi edema & produksi sekret

Batuk produktif, sesak nafas, penurunan batuk efektif.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafasKetidakefektifan bersihan jalan nafas

Do :

kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal.

pernafasan cuping hidung , retraksi pada daerah supraclavikular,ruang-ruang intercostalis dan sternocleidomastoideus,

nadi : 110x/menit, regular, suhu: 39,50C, , RR : 35x/menit. O2 nasal 2 lpm.

Ds :

sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilekAspirasi bakteri berulang

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Tejadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

Penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler

Sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas tidak efektif

Gangguan pertukaran gas

Kerusakan pertukaran gas

Do :

nadi : 110x/menit, regular, suhu: 39,50C, RR : 35x/menit tampak lemah, gelisah,Ds :

Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, Tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 45oC,Aspirasi bakteri berulang

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Tejadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

reaksi sistemis : bakterimia/viremia, anoreksia, mual, demam,

intake nutrisi tidak adekuat

suhu menigkat

Hipertemi

Hipertemi

Ds :

muntah 3 kali dan

diare sebanyak 4 kali,

perut tampak distended.

Do :

tampak lemah, gelisah,

Therapy : IV Line Na CL 0,9% : 10tts/menit, Penisillin 100 mg IV x 3/hari, O2 nasal 2 lpm.

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Masuk alveoli

Eksudat dan serous masuk alveoli melalui pembuluh darah

Peningkatan suhu tubuh

Keringat berlebih

Resiko kekurangan volume cairanResiko kekurangan volume cairan

3.) Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Tujuan: bersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil: setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

menunjukkan

Klien mampu melakukan batuk efektif

Pernafasan klien normal (RR tidak lebih dari 60x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas. Bunyi nafas normal dan pergerakan nafas normal.

IntervensiRasional

a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.b. Kaji kemampuan klien untuk mengeluarkan secret. Lalu catat karakter dan volume sputum

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler. Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlue. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

f. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.a. Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.b. Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat)c. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan. d. Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.e. Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan. f. Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia.

2. Gangguan pertukaran gas

Tujuan: Gangguan pertukaran gas tidak terjadi

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

klien menenunjukkan

Tidak adanya atau penurunan dyspnea

Tidak ada gejala distress pernafasan

Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal

IntervensiRasional

Mandiri

a. Kaji dyspnea, tachypnea, bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan

b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

c. Ajarkan dan dukung pernafasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru

d. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri setiap hari sesuai keadaan klien

Kolaborasi

e. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahana. Pneumonia mengakibatkan efek luas pada paru, bermula dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernafasan bervariasi dari gejala ringan, dyspnea berat, dan distress pernafasan.

b. Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat menganggu oksigenasi jaringan vital dan organ tubuh

c. Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi nafas pendek

d. Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernafasan dan dapat menurunkan beratnya gejala

e. Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru

3. Hipertermi

Tujuan

: Setelah dilakukan ASKEP selama 2x24 jam diharapkan demam dapat teratasi.

Kriteria hasil: Suhu tubuh normal (36-370C)IntervensiRasional

a. Kaji saat timbulnya demam

b. Kaji TTV tiap 3 jam atau lebih sering

c. Berikan kompres dingin

d. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung klien, memberi minum hangat, lingkungan yang tenang dengan cahaya yang reduo, serta memberikan pelembab pada kulit dan bibir

e. Kolaborasikan pemberian antibiotik dan antipiretik dan evaluasi keefektifannya. Tinjau kembali semua obat-obatan yang diberikan. a. Mengidentifikasi pola demam

b. Acuan untuk mengetahui keadaan umum klien

c. Konduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh. Mandi dengan air dingin dan menggunakan selimut yang tidak terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).

d. Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.

e. Antipiretik digunakan untuk menurunkan demam, antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi

4. Risiko kekurangan volume cairan

Tujuan

: Setelah dilakukan ASKEP selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi.

Kriteria hasil: Klien mampu mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit.

Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakanIntervensiRasional

a. Pantau intake dan output cairan selama 8 jam, timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan analisis urine dan elektrolit serum, kondisi kulit, dan membran mukosa tiap hari.

b. Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis pemeliharaan, selain itu berikan pula tindakan-tindakan pencegahan.

c. Berikan cairan per oral sekurang-kurangnya tiap 2 jam sekali. Dukung klien untuk minum cairan yang bening dan mengandung kalori. Laporkan pada dokter jika ada tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat

d. Monitor intake cairan dan output urin tiap 6 jam

a. Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan

b. Saat demam, kehilangan cairan akan meningkat karena keringat yang berlebihan. Hal yang terjadi jika demam membaik adalah meningkatnya penguapan karena vasodilatasi perifer, hal itu sebagai mekanisme kompensasi yang digunakan oleh tubuh untuk mengeluarkan panas

c. Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh serta membantu menurunkan demam. Cairan bening membantu mencairkan mukus, kalori membantu menanggulangi kehilangan BB. Ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

d. Output urin perlu di monitor sebagai indikator akan fungsi ginjal dalam melakukan filtrasi cairan yang masuk.

4.) Evaluasi :

Diagnosis 1 :

Pasien mengatakan tidak sesak.

Pada saat batuk produksi sputum berkurang,

Frekuensi napas normal (16-20 x/menit)Diagnosis 2 :

Pasien mengatakan saat bernapas tidak lagi menggunakan bibir dan tidak mengalami sesak.

Tidak menunjukkan tanda-tanda gelisah,

Tidak terdapat disritmia

Tidak Dispnea

Tidak ada sianosisDiagnosis 3 :

Klien merasa nyaman

Suhu menjadi normal dan menurun

Tidak menggigilDiagnosis 4 :

Kekurangan cairan tidak terjadi dan kebutuhan cairan pasien menjadi terpenuhi. Tidak mengalami diare, tidak mual,SATUAN ACARA PENYULUHANTopik

: Penyakit PneumoniaTempat : Ruang Anak RSSA Malang

Hari/Tanggal: Selasa, 6 Maret 2012

Sasaran: Pasien dan Keluarga pasien R.27

Waktu

: 1x40 menit

I. Tujuan Instruksional Umum

Pada akhir penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang Penyakit Pneumonia.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat :

1. Menyebutkan pengertian Pneumonia

2. Menyebutkan penyebab Pneumonia3. Menyebutkan tanda dan gejala Pneumonia4. Menyebutkan komplikasi Pneumonia5. Menyebutkan penatalaksanaan PneumoniaIII. Materi

Terlampir

IV. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

V. Media

- Leaflet

VI. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

Peserta hadir di tempat penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang anak

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan sebelumnya2. Evaluasi proses

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan secara benar

3. Evaluasi hasil

Peserta mengerti tentang pengertian, penyebab, pembagian derajat, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi, serta pelaksanaan PPOK.

VII. Kegiatan Penyuluhan

NoWaktuKegiatan PenyuluhKegiatan Peserta

1. 5 menitPembukaan:

- Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam

- Memperkenalkan diri

- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

- Menyebutkan materi yang akan diberikan

- Menjawab salam

- Mendengarkan

- Memperhatikan

2.20 menitPelaksanaan :

- Menjelaskan pengertian Pneumonia

- Menjelaskan penyebab Pneumonia- Menyebutkan tanda dan gejala Pneumonia- Menyebutkan komplikasi Pneumonia- Menyebutkan penatalaksanaan Pneumonia

- Mendengarkan dan memperhatikan

3.10 menitMenanyakan kepada peserta tentang materi yang sudah diberikan, dan reinforcement kepada peserta penyuluhan yang dapat menjawab pertanyaan

Menjawab pertanyaan dan bertanya jika ada yang belum dimengerti

4.5 menitTerminasi :

- mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta

- Mengucapkan salam penutup- Mendengarkan

- Menjawab salam

VIII. Daftar Pustaka

Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer Hopper D.P & William S. L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition. Philadelphia : F.A Davis CompanyMateri Penyuluhan

PNEUMONIA

A. Pengertian Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.Para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau wabah yang terlupakan karena begitu banyak korban yang meninggal karena pnemonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai pembunuh balita nomor satu

B. Etiologi Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).

Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%; sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza type b (Hib). Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. C. Tanda dan gejala Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :a. Tachypnea (respiratory rate >60/min) may be present.Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit).

b. Expiratory grunting may occur. Dengkur ekspirasi mungkin terjadi.

c. Accessory respiratory muscle recruitment, such as nasal flaring and retractions at subcostal, intercostal, or suprasternal sites, may occur. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan retraksi di subcostal, interkostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi.

d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan kuantitas, tetapi yang paling sering sedalam-dalamnya dan kemajuan dari serosanguineous untuk penampilan yang lebih bernanah, White, yellow, green, or hemorrhagic colors and creamy or chunky textures are not infrequent. putih, kuning, hijau, atau perdarahan warna dan tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi.

e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang pada bayi dengan radang paru-paru daripada individu yang lebih tua. If present, they may be caused by noninflammatory processes, such as congestive heart failure, condensation from humidified gas administered during mechanical ventilation, or endotracheal tube displacement. Jika ada, mereka mungkin disebabkan oleh proses menyebabkan peradangan, seperti gagal jantung kongestif, kondensasi dari gas humidified diberikan selama ventilasi mekanik, atau tabung endotracheal perpindahan. Although alternative explanations are possible, these findings should prompt careful consideration of pneumonia in the differential diagnosis.

f. Sianosis pusat jaringan, menyiratkan deoxyhemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dL atau lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat seperti radang paru-paruRales, rhonchi, and cough are all observed much less frequently in infants with pneumonia than in older individuals.Cyanosis of central tissues, such as the trunk, implies a deoxyhemoglobin concentration of approximately 5 g/dL or more and is consistent with severe derangement of gas exchange from severe pulmonary dysfunction as in pneumonia, although congenital structural heart disease, hemoglobinopathy, polycythemia, and pulmonary hypertension (with or without other associated parenchymal lung disease) must be considered.Infants may have external staining or discoloration of skin, hair, and nails with meconium, blood, or other materials when they are present in the amniotic fluid.Increased respiratory support requirements such as increased inhaled oxygen concentration, positive pressure ventilation, or continuous positive airway pressureare commonly required before recovery begins.Peningkatan

g. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang menyatakan kebocoran udara atau perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan napas parsial.D. KomplikasiKomplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri daripada pneumonia karena virus.Komplikasi yang penting meliputi :

a. Gagal nafas dan sirkulasi

Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome(ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.

b.Syok sepsis dan septik Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.

c. Effusi pleura,empyema dan abces

Ada kalanya infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru(rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini.E. Penatalaksanaan- Pemberian obat-obatan : kortikostreoid, antibiotik- Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan AGD.

- Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.

- Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.

- Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.- Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.Daftar PustakaEngram. Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal bedah Volume 1. Jakarta : EGC.Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGCHopper D.P & William S. L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition.

Philadelphia : F.A Davis CompanyMisnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,

Usia Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka

Obor PopulerSmeltzer C.S & Bare Brenda. 2003. Brunner & Suddarths Textbook of Medical surgical

Nursing 10 th Edition. Philadelphia : LippincottDoenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.

Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC

NANDA, Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2OO9-2011.Sarwono, W.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI