Definisi Luka Bakar (Autosaved)
-
Upload
lisa-nauli-siagian -
Category
Documents
-
view
63 -
download
9
description
Transcript of Definisi Luka Bakar (Autosaved)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah ( bedah plastik, bedah toraks, bedah anak ), intensitas, spesialis penyakit dalam (khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali menimpa orang-orang yang tidak mampu.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
1.2 Tujuan- Untuk mengetahui klasifikasi, derajat, komplikasi dan penanganan luka bakar pada anak.
BAB II
ISI
A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka
bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi
berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama
namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak
memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan
untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald).
Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah.
Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka
bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas,
minuman panas atau makanan panas.
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai penyembuhan. Selain itu
faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan
mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
B. Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan
diatas) dan kedalaman luka bakar.
A. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
B. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi.
1. Luka bakar derajat satu
Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis.
Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses
penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi regenerasi
lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak terdapat bula,
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh spontan selama 5-10 hari.
2. Luka bakar derajat dua
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai
dengan nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister atau
lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4 hari,
permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna kuning
kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan mengelupas
karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel kulit yang tidak
terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat penyembuhan spontan pada
luka bakar superfisial atau partial thickness burn.
Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i
digolongkan ke dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada diatas luka
Dibedakan menjadi 2 (dua):
a. Derajat II dangkal (superfisial)
kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih utuh
penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis
apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian masih
utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka
berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit
ditentukan pada anak.
3. Luka bakar derajat tiga
Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal kulit
rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk
melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga termasuk
derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan tampak berwarna
putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan biasanya relatif
anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar semacam itu akan membentuk eschar berwarna
hitam, keras, tegang dan tebal.
Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka
kering tidak kemerahan dan berwarna putih
Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk membedakan luka
bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu ketiga pasca luka bakar
di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar derajat tiga. Setelah
eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan subkutan) akan membentuk
jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel fibroblas dan jaringan penyambung
yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan jaringan granulasi yang berwarna merah tua
itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya
dilakukan skin graft.
Gambar 4 Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka
Klasifikasi Penyebab Penampak
an luar
Sensasi Waktu
penyembu
han
Jaringan
parut
Luka bakar dangkal (superficial
burn)
Sinar
UV,
paparan
nyala api
Kering
dan
merah;
memucat
dengan
penekana
n
Nyeri 3 – 6 hari Tidak
terjadi
jaringan
parut
Luka bakar sebagian dangkal
(superficial partial-thickness
burn)
Cairan
atau uap
panas
(tumpaha
n atau
percikan)
, paparan
nyala api
Gelembun
g berisi
cairan,
berkering
at, merah;
memucat
dengan
penekana
n
Nyeri
bila
terpapar
udara
dan
panas
7-20 hari Umumn
ya tidak
terjadi
jaringan
parut;
potensia
l untuk
perubah
an
pigmen
Luka bakar sebagian dalam
(deep partial-thickness burn)
Cairan
atau uap
panas
(tumpaha
n), api,
minyak
panas
Gelemb-
text-color;
border-
style:
none solid
solid
none;
border-
width:
medium
1pt
1ptung
berisi
cairan
(rapuh);
basah atau
kering
berminya
k,
berwarna
dari putih
sampai
merah;
tidak
memucat
dengan
penekana
n
Terasa
dengan
penekan
an saja
>21 hari Hipertro
fi,
berisiko
untuk
kontrakt
ur
(kekaku
an
akibat
jaringan
parut
yang
berlebih
)
Luka bakar seluruh lapisan (full
thickness burn)
Cairan
atau uap
panas,
api,
minyak,
Putih
berminya
k sampai
abu-abu
dan
Terasa
hanya
dengan
penekan
an yang
Tidak
dapat
sembuh
(jika luka
bakar
Risiko
sangat
tinggi
untuk
terjadi
bahan
kimia,
listrik
tegangan
tinggi
kehitaman
; kering
dan tidak
elastis;
tidak
memucat
dengan
penekana
n
kuat mengenai
>2% dari
TBSA)
kontrakt
ur
Tabel 1. Klasifikasi kedalaman luka bakar
3. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR
Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
I. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar >10% area permukaan
Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
Kebanyakan pasien meliputi :
- Luka inhalasi
- Luka elektrikal
- Luka bakar dengan komplikasi trauma
II. Luka Bakar Sedang
Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.
III. Luka Bakar Ringan
Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.
Indikasi rawat inap :
1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas
4. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR
Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan petunjuk yang baik
dalam menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen sehingga totalnya 9
persen. Setiap ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian anterior,2 x 9 persen. Badan bagian
posterior, 13 persen, dan bokong 5 persen, sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas
bawah, 2 x 9 : dan genitalia , 1 persen.
Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana
sama dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas
bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu
lahir (10 persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada
luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur
setiap tahun, sampai usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama
ditambah pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang
dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder
untuk anak.
Area
Lahir-1
tahun
1 – 4
tahun
5 – 9
tahun
10 – 14
tahun
15
tahun
dewas
a
2nd
*
3rd
*
TBS
A
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Badan bagian depan 13 13 13 13 13 13
Badan bagian belakang 13 13 13 13 13 13
Pantat kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pantat kiri 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Genitalia (kemaluan) 1 1 1 1 1 1
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan (telapak
tangan depan dan punggung
tangan)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Tangan kiri (telapak tangan
dan punggung tangan)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Betis kanan 5 5 5.5 6 6.5 7
Betis kiri 5 5 5.5 6 6.5 7
Kaki kanan (bagian tumit
sampai telapak kaki)
3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Total:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 2. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder
5. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang
masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka
bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti
gelisah, pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan
jam.
2. Udem laring
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi
dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang
timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena
jelaga.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
3. Keracunan gas CO
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita
dapat meninggal.
4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang
mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari
kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman dilingkungan rumah sakit.
Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap
antibiotik.
Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator,
yang kemudian diikuti oleh :
1. gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi dan
redistribusi aliran.
2. perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan maldigesti
aliran.
3. gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan menyebabkan
kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar limfokin dan sitokin
dalam darah.
5. MOF (Multi Organ Failure)
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada
tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi
dan penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan
perfusi, sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir
dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan – jaringan organ
penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan
menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal.
Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses
sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload)
sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok;
cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema
paru yang menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya
pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan
jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel – sel otak adalah
organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka sel – sel
otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi pengaturan di
tingkat sentral.
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada
mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi
dekompensasi.
6. Kontraktur
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka
bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka,
yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan
jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses ini
bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka.
Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit.
Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut yang tidak elastik ini akan
menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam,
jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputineurovascular
bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akanmengalami
kontraksi atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang
disebabkan oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus
segera dilakukan skin grafting.
6. PENATALAKSANAAN
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan. 7
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling :
o Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan airdingin yang mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak
dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
o Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi
o Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
o Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir
yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka
singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor
cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major
dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko
infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial thickness (dapat dilihat pada tabel II.3 jadwal pemberian antitetanus).
Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada
luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan
hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka
(yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang
terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli
atau larutan lainnya, akanmenghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
Airway and Breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran
napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : [3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).
Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-
20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin
yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.
PEMBERIAN CAIRAN INFUS
Rumus
Rumus Dasar (dalam satuan menit)
Rumus Dasar (dalam satuan jam)
Dewasa (Makrodrip)Infus set makrodrip memiliki banyak jenis berdasarkan faktor tetesnya. Infus set yang paling sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia hanya 2 jenis saja. Berdasarkan merek dan faktor tetesnya:
Merek Otsuka, faktor tetes:
1 ml (cc) = 15 tetes/menit
Merek Terumo, faktor tetes:
1 ml (cc) = 20 tetes/menit
Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek otsuka, 15 tetes/menit.
Penurunan rumus dewasaBerikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam), untuk pasien dewasa:
o) Merek Otsuka
o) Merek Terumo
Contoh soal :Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien harus dicapai dalam waktu 12 jam? (merek infus Otsuka)
Diketahui:Cairan = 2.400 ml (cc)Waktu = 12 jamFaktor tetes Otsuka = 15 tetes
Jawab:Jumlah tetesan per menit = (2.400 ml x 15 tetes) / (12 jam x 60 menit)Jumlah tetesan per menit = 50tpm
Jadi, pasien tersebut membutuhkan 50 tetes infus untuk menghabiskan cairan 2400 ml dalam waktu 12 jam dengan menggunakan infus set Otsuka.
Anak (Mikrodrip)
Mikrodrip, faktor tetes:
1 ml (cc) = 60 tetes/menit
Penurunan rumus anakBerikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam) untuk pasien anak:
BAB III
PENUTUP
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan). Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi. Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis;Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka Bakar;
Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa
Aksara.1999
4. Pusponegoro, Aryono D. “Luka” dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Cet.
I. Jakarta:EGC. 2005
5. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.