Definisi Batuan

6
Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Batuan tidak perlu padat dan keras dan biasanya merupakan agregat-agregat yang berukuran cukup besar, tetapi dapat pula dalam ukuran yang cukup kecil atau tersusun oleh benda gelas saja. Batuan dari segi asal dan keterdapatan di lapangan dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Perkembangan batuan mengikuti suatu siklus/daur batuan yang secara sederhana dapat dilihat dalam Gambar 6. berikut. Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

description

Definisi Batuan.

Transcript of Definisi Batuan

Page 1: Definisi Batuan

Definisi Batuan

Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis

yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan

tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Batuan

tidak perlu padat dan keras dan biasanya merupakan agregat-agregat yang

berukuran cukup besar, tetapi dapat pula dalam ukuran yang cukup kecil atau

tersusun oleh benda gelas saja.

Batuan dari segi asal dan keterdapatan di lapangan dapat digolongkan

menjadi 3 golongan besar, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan

metamorf. Perkembangan batuan mengikuti suatu siklus/daur batuan yang

secara sederhana dapat dilihat dalam Gambar 6. berikut.

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Page 2: Definisi Batuan

Batuan Beku

Batuan beku berasal dari pembekuan magma. Mineral-mineral yang

menghablur terutama berupa silikat-silikat. Menurut Clarke dan Washington,

kerak bumi sampai kedalaman sekitar 10 mil terdiri dari 95% batuan beku.

Klasifikasi batuan beku pada umumnya mendasarkan pada 2 faktor utama,

yaitu tekstur dan komposisi mineralogi. Rata-rata susunan mineralogis batuan

beku adalah sebagai berikut: 17% olivin, piroksin, amfibol; 4% muskovit dan

biotit; 60% felspat; 12% kwarsa; 7% mineral asesoris.

Tekstur batuan bekuTekstur batuan beku dapat berupa faneris, porfiris, afanitis, dan glas.

Tekstur batuan berku dapat menunjukkan secara garis besar kondisi

pendinginannya dan informasi cara terjadinya. Ada 2 cara terjadinya batuan

beku, yaitu:

1. batuan beku plutonik, yang terbentuk secara intrusif, dan

2. batuan beku vulkanik, terbentuk secara ekstrusif.

Selain itu, ada juga cara terjadinya batuan beku yang lain, yaitu hypabisal,

yang terletak antara plutonik dan vulkanik. Batuan yang dihasilkan adalah

batuan beku gang.

FanerisJika batuannya secara keseluruhan kristalin, lebih dari 50% kristalnya dapat

diamati dengan mata biasa, dan dapat teridentifikasi baik dengan kaca

pembesar maupun tidak. Mikroskop hanya diperlukan untuk identifikasi kristal

yang lain.

PorfirisBatuannya mengandung fenokris (kristal-kristal besar) yang dikelilingi oleh

massa dasar yang lebih halus. Fenokris cukup besar untuk dilihat mata biasa,

demikian pula dengan massa dasar yang berbutir kasar. Identifikasi dengan

mikroskop dilakukan untuk massa dasar yang berbutir sangat halus.

AfanitisBatuannya secara keseluruhan terdiri atas kristal yang berbutir sangat halus

(mikrokristalin), seluruhnya tersusun dari glass, atau tersusun dari kristal berbutir

sangat halus dan glass. Tidak ada kristal halus yang dapat diidentifikasi dengan

mata biasa, walaupun dengan bantuan kaca pembesar.

Page 3: Definisi Batuan

Berasosiasi dengan tekstur tersebut, berdasarkan keasamannya ada

pembagian komposisi batuan beku.

1. Asam (acidic), memiliki kandungan ortoklas > 2/3 dari jumlah feldspar;

kwarsa banyak.

2. Menengah (intermediate), memiliki kandungan ortoklas dan plagioklas

hampir seimbang; kwarsa kurang berarti daripada dalam asam.

3. Basa (basic), memiliki kandungan plagioklas > 2/3 jumlah feldspar;

kwarsa ada dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi mineral ferro-

magnesia lebih banyak.

4. Ultra Basa (ultra basic), tidak memiliki feldspar dan kwarsa; piroksin dan

olivin lebih penting dan banyak magnetit, ilminet, serta kromit.

Klasifikasi batuan beku menurut derajat keasamaannya dapat dilihat pada

Tabel3.

Tabel 3. Klasifikasi Batuan Beku

Page 4: Definisi Batuan

Batuan Sedimen Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi dari pengendapan mineral-

mineral atau fragmen-fragmen batuan di dalam air atau udara yang terjadi akibat

erosi dari batuan yang lebih tua. Batuan sedimen yang lain terjadi karena

pengendapan bahan-bahan organic dari endapan kimiawi, Batuan ini ditemukan

pada kedalaman kerak bumi sampai 10 mil dengan jumlah kurang dari 5%.

Batuan sedimen terbentuk apabila akumulasi material yang diendapkan telah

mengalami pembatuan atau litifikasi yang dinamakan diagenesis.

Susunan batuan sedimen pada umumnya berpangkal pada mineral

penyusunnya. Mineral-mineral yang umum dijumpai dalam batuan sedimen,

yaitu: kuarts, kalsit, dolomit, lempung, feldspar, siderit, hematit, limonit, gypsum,

kalsedon, dan halit. Atas dasar mineralnya, batuan sedimen dapat berupa

batuan yang tersusun oleh material klastis, khemikal, atau organik.

1. Material klastis, mencakup konglomerat, batupasir, batudebu, dan shale;

2. Material khemikal, mencakup kalsium karbonat, magnesium karbonat,

silika, pelikan besi, sodium klorida, kalsium sulfat, magnesium sulfat,

potasium sulfat, dan senyawa klorida;

3. Material organik, mencakup endapan bergamping, bersilikat, dan

berkarbon.

Tekstur batuan sedimen1. Tekstur ktastik, jika batuan sedimen tersusun oleh hasil hancuran

(fragmen) batuan lain yang sudah ada teriebih dahulu.

2. Tekstur non-klastik, jika batuan sedimen tersebut tersusun oleh hasil

reaksi kimia yang bersifat anorganik maupun biologik.

Struktur batuan sedimenStruktur sedimen umumnya dikelompokkan menjadi struktur internal,

yang mencakup perlapisan, ripple mark, konkresi, fosil, dan sebagainya; serta

struktur eksternal, mencakup ukuran, bentuk dan sifat-sifat dari batas-batas

satuan batuan dan juga tipe lipatan yang terjadi pada satuan batuan tersebut.

Selain itu, struktur batuan sedimen juga dibedakan atas waktu terbentuknya,

yang dibedakan menjadi struktur primer dan struktur sekunder.

1. Struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk sewaktu pengendapan, dan

2. Struktur sekunder, yartu struktur yang terbentuk setelah pengendapan.

Page 5: Definisi Batuan

Klasifikasi batuan sedimen dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4, Klasifikasi Batuan Sedimen

Batuan Metamorf

Batuan metamorf, kadang disebut juga batuan ubah/batuan malihan,

adalah batuan yang terjadi dikarenakan adanya perubahan-perubahan atau

peralihan (kristalisasi kembali, pembentukan mineral baru, atau perubahan

struktur) dari batuan yang lebih tua, yang disebabkan oleh tekanan, panas, atau

kehilangan/pengambilan zat.

Metamorfisme dibagi menjadi tiga macam, yaitu metamorfisme

termal/kontak/sentuh, metamorfisme dinamo/kinematik, dan metamorfisme

regional.

1. Metamorfisme termal

Batuan metamorf yang terbentuk pada zone kontak dengan magma,

intrusi maupun ekstrusi, yang memiliki tekanan 1.000 - 3.000 atm dan

suhu 300°C -800°C.

2. Metamorfisme dynamo

Proses metamorfisme yang membentuk batuan trjadi pada daerah yang

mengalami pensesaran intensif.

3. Metamorfisme regional

Batuan metamorf yang terbentuk dihasilkan oleh proses metamorfisme

Page 6: Definisi Batuan

pada daerah yang luas akibat orogenesis, yang memiliki tekanan dan

suhu yang tinggi.

Proses metamorfisme terjadi di dalam atau pada kerak bumi. Metamorfisme

regional terjadi di dalam kerak bumi di bawah zone pelapukan dan penyemenan,

tetapi di atas zone peleburan, yaitu pada kedalaman 30.000 - 40.000 kaki,

dengan tekanan 2.000 -13.000 bar, dan suhu 200°C - 800°C.

Ditinjau dari strukturnya, batuan metamorf memiliki struktur sebagai berikut,

yaitu, schist, gneiss, hornfelsik, kataklastik, dan flaser. Mineral-mieral yang umum

dijumpai pada batuan metamorf adalah kuarts, peldspar potasium, plagioklas,

kalsit, dolomit, muskovit, serivit, biotrt, klorit, serpentin, hornblende, dan piroksen.

Klasifikasi batuan metamorf dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Batuan Metamorf