DEFINISI

14
A. DEFINISI Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997). B. ETIOLOGI Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001). C. TANDA DAN GEJALA Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an pernafasan bising. D. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif

Transcript of DEFINISI

Page 1: DEFINISI

A. DEFINISITonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

B. ETIOLOGITonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).

C. TANDA DAN GEJALAPenderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak.Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an pernafasan bising.

D. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIKDilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dapat dilakukan jika diperlukan.

E. TONSILEKTOMIPembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan menurun sejalan dengan perlambatan usia.Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :a. Menderita tonsillitis berulangb. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.c. Serangan otitis media purulens berulang.d. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.e. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.

Page 2: DEFINISI

f. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.g. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

F. PATOFISIOLOGI / PATHWAY

G. PENATALAKSANAANPada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.

Page 3: DEFINISI

Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIANa. Aktivitas / istirahatGejala : - kelemahan- kelelahan (fatigue)b. SirkulasiTanda : - Takikardia- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)c. Integritas EgoGejala : - Stress- Perasaan tidak berdayaTanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.d. EliminasiGejala : - Perubahan pola berkemihTanda : - Warna urine mungkin pekate. Maknan / cairanGejala : - Anoreksia- Masalah menelan- Penurunan menelanTanda : - Membran mukosa kering- Turgor kulit jelekf. Nyeri / kenyamananGejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

Page 4: DEFINISI

- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral, obat-obatan.Tanda : - Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.2

II. DIAGNOSA KEPERAWATANa. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedahc. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dengan anoreksia ; kesulitan menelan.d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman, pemajaran / mengingat.e. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif tondilektomi.

III. INTERVENSI & RASIONALISASIa. Dx Kep : Bersihan jalan nafas tidak efektif berdasarkan dengan jalan nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.Batasan Karakteristik :- Dupnea- Orthopnea- Kesulitan bicara- Perrubahan ritme dan frekuensi pernafasan- Gelisah- Suara nafas tambahan- Sianosis- Penurunan suara nafas- Batuk tidak efektif- Produksi secret / spulumTujuan :- Dupria, Orthopnea, kranosis tidak ada- Ritme dan frekuensi pernafasan alam batas normal- Gelisah dapat dikeluarkan- Tidak ada suara nafas tambahan.

IV INTERVENSIRASIONALISASI

- Kajian / pantau frekuensi pernafasan

- Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya bunyi nafas

- Catat adanya dispnea, gelisah, ansiebis distress pernafasan, penggunaan otot Bantu

Page 5: DEFINISI

- Kajian pasien untuk posisi yang nyaman, mis : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.- Lakukan oral hygiene dengan teratur.

- Bila perlu lakukan suctioning

- Oksigenasi - Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya proses infeksi akut.- Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.- Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.- Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi

- Oral hygiene dapat mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat mengontrol pengeluaran secret.- Suchoring membantu pengeluaran secret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret secara mandiri melalui bentuk efektif.

- Pemberian oksigen dapat membantu klien mencukupi kebutuhan oksigen yang mungkin tidak tercukupi dengan baik akibat obstruksi jalan nafas.

b. Dx. Kep : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedahBatasan karakteristik- Komunikasi tentang nyeri yang didiskripsikan- Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan- Ketidaknyamanan paa area bedah / nyeri karena menelan- Perilaku Distraksik, gelisah- Perilaku berhati-hatiTujuan :- Melaporkan / menunjukkan nyeri hilang/ terkotrol- Melaporkan bias beristurahatINTERVENSI RASIONALISASI- berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan

- Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan- Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru

Page 6: DEFINISI

- Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesik

- Jadwalkan aktifitas perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur / istirahat adekuat- Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.* Kolaborasi- Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri

- Berikan analgetik - Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan- Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan jahitan- Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan- Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat

- mencegah kelekahan / terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping terhadap stress / ketidaknyamanan.- Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan

- Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut. Bahan pencuci mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari karena mempunyai efek mengeringkan.- Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

f. Dx kep : Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan resiko perdarahanakibat tindakan operatifBatasan karakteristikTujuan :- Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat- TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik- Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab- Pengeluaran urine individu yang sesuai

Page 7: DEFINISI

INTERVENSIRASIONALISASI

- Catat pemasukan dan pengeluaran catatan inroperasi

- Munculnya mual / muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan

- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer

* Kolaborasi- Berikan cairan parenteral, sesuai petunjuk- Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensI.- Semakin lama durasi anestesi, semakin besar rasio mual yang mempunyai kecenderungan mabuk perjalanan mempunyai resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi.- Kulit yang dingin / lembab, denyut yang lemah mengindikasikan untuk penggantian cairan tambahan.

- Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian nol rupulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC2. Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC3. -. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika4. Mansjoer, et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Page 8: DEFINISI

5. Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ; EGC6. Smeltzer, Suzanne & Bare, B E. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, ed. 8. Jakarta ; EGC

Page 9: DEFINISI

TONSILITIS

>> Selasa, 16 Desember 2008

A.PengertianTonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua yaitu :-Tonsilitis Akut dan-Tonsilitis Kronik

B.EtiologiDisebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus.Faktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk.

C.PatofisiologiPenyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang – kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut.1.Pada Tonsilitis AkutPenularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.2.Pada Tonsilitif KronikTerjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan jaringan limpold terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu – abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak – bercak tersebut sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman – kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.

D. Manisfestasi KlinisKeluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang – kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau, yaitu :• Suhu tubuh naik sampai 40 oC.• Rasa gatal atau kering ditenggorokan.• Lesu.• Nyeri sendi, odinofagia.• Anoreksia dan otolgia.• Bila laring terkena suara akan menjadi serak.• Tonsil membengkak.

Page 10: DEFINISI

• Pernapasan berbau.

E. Komplikasi• Otitis media akut.• Abses parafaring.• Abses peritonsil.• Bronkitis,• Nefritis akut, artritis, miokarditis.• Dermatitis.• Pruritis.• Furunkulosis.

F. Pemeriksaan Penunjang• Kultur dan uji resistensi bila perlu.• Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

G. Penatalaksanaan MedisSebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan – makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin. Kadang – kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang – kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.• Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.• Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari.• Antipiretik.• Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan.• Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.

DAFTAR PUSTAKABelden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 24 Juni 2003.Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2007