defekasi

4
1. Pengertian Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti. 2. Etiologi a. Makanan Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang

description

defekasi

Transcript of defekasi

Page 1: defekasi

1. Pengertian

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau

bowel (feses).

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel

movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali

perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.

Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum,

saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap

kebutuhan untuk defekasi.

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau

berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air

besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi  gangguan eliminasi fekal biasanya

dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan

hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

2. Etiologi

a. Makanan

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya

selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan

tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak  bisa dicerna. Ketidak mampuan ini

berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan

feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur

dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu

yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,respon fisiologi pada

pemasukan makanan dan keteraturan polaaktivitas peristaltik di colon.

b. Asupan Cairan

Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran contoh:

urine,muntah  yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk

mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya

chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.

Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chime

di sepanjang intestinal, sehinggameningkatkan reabsorbsi cairan dari chime

c. Meningkatnya stress psikologi

Page 2: defekasi

Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit

tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai

komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau

marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi

orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada

konstipasi

d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.

Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak  peristaltic

dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectumdalam waktu lama dan

terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga fesesmengerase.Obat-obatan beberapa

obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruhterhadap eliminasi yang

normal. Beberapa menyebabkan diare; yanglain seperti dosis yang besar dari

tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,

menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi

eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus danmemudahkan

eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,mempermudah defekasi. Obat-

obatan tertentu seperti dicyclominehydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas

peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare

e. Usia

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.

Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular

berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami

perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.

Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-

otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan

mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn

juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang

dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang

dapat berdampak pada prosesdefekasi

f. Nyeri

Dalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri. Namun, pada

sejumlah kondisi, termasukhemoroid, bedah rectum, fistula rectum, bedah

abdomen, dan melahirkan anak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika

defekasi. Pada kondisi-kondisi seperti ini, klien seringkali mensupresi keinginanya

Page 3: defekasi

untuk berdefekasi guna menghindari rasa nyeri yang mungkin akan timbul.

Konstipasi merupakan masalah umum pada klien yang merasa nyeri selama

defekasi.

g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada

spinal cord dan tumor.

Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkanstimulus

sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien

untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketikadia tidak dapat menemukan

toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya,klien bisa mengalami konstipasi. Atau

seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya

fungsi dari spinkter ani.