Defek Antemortem
-
Upload
thejo-s-laksono -
Category
Documents
-
view
416 -
download
41
description
Transcript of Defek Antemortem
DEFEK KULIT ANTEMORTEM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu bahan mentah atau hasil ikutan ternak yang
cukup melimpah yang digunakan sebagai bahan utama dari industry perkulitan.
Dalam industry kulit terbagi atas dua yaitu industry perkulitan yang menggunakan
bahan baku kulit perkamen dan industri perkulitan yang mengguanakan bahan
kulit tersamak.
Perekembangan peternakan akan seiring dengan berkembangnya industri
kulit, dimana industri kulit tidak akan dapat berkembang tanpa adanya sektor
pertanian/peternakan. Penyamakan kulit di Sulawesi Selatan masih sulit untuk
dikembangkan, hal ini karena pengolahan limbah dari pengolahan kulit belum
mampu untuk ditangani, sehingga kulit – kulit dari Sulawesi Selatan di pasarkan
dalam bentuk kulit mentah (kulit yang telah diawetkan).
Kulit merupakan produk sampingan dari ternak, kulit ini juga mudah
mengalami kerusakan jika tidak ditangani dengan baik. Kerusakan dapat muncul
pada saat antemortem (sebelum pemotongan), postmortem (setelah pemotongan),
pada saat menjadi kulit mentah dan bahkan setelah kulit tersebut disamak. Oleh
karena itu penanganan kulit baik sebelem (antemortem) maupun setelah
(postmortem) menjadi hal yang sangat penting untuk di perhatikan. Namun lebih
0
lanjut dalam makalah ini, hanya akan dibahas mengenai kerusakan kulit sebelum
pemotongan (defek kulit antemorten)
PEMBAHASAN
A. CACAT ANTEMORTEM
Kerusakan akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu kulit yang
dihasilkan. Ada kerusakan yang mengakibatkan cacat-cacat kulit sehingga
menurunkan mutunya, tetapi ada pula kerusakan yang hanya menurunkan mutunya
saja.
a. Irisan-irisan / guratan – guratan / goresan. Hal ini dapat terjadi karena aktifitas
ternak yang menyebabkan ternak terluka. Misalnya berlari dan tergores pada
kawat berduri.
b. Cacat yang disebabkan oleh penyakit kulit, akan menyebabkan timbulnya benjolan
keras atau lekukan-lekukan pada permukaan kulit yang sulit dihilangkan. Bila
dilakukan pewarnaan, warna tidak akan dapat merata, dan cat pada bagian kulit
yang cacat tersebut mudah pecah dan terkelupas. Kulit dengan cacat seperti ini
sangat terbatas pemanfaatannya.
c. Flek darah adalah cacat yang disebabkan oleh pukulan, cambukan, atau sebab
mekanis lain, yang mengenai tubuh binatang pada masa hidupnya. Cacat flek
darah ini dapat terjadi pula pada kulit yang berasal dari binatang yang mati
sebelum dipotong. Kulit yang demikian, bila digunakan sebagai kulit perkamen,
tidak akan banyak berpengaruh karena kekuatan kulit masih sama, hanya dengan
1
warna yang kuning menarik. Namun, bila kulit tersebut disamak, akan menjadi
leather (kulit-jadi) yang tidak rata, karena permukaan kulit yang tidak cacat akan
berwarna mengkilap, tetapi bagian kulit yang cacat, akan buram.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Ada beberapa faktor antemortem yang dapat mempengaruhi kualitas kulit
adalah sebagai berikut (Bunawan, 2009) :
1. Nutrisi
Kesehatan kulit dan bulu juga ditentukan dari keseimbangan nutrisi antara
protein (terutama asam amino seperti cystine yang kaya akan sulfur), asam lemak
essential, mineral serta vitamin. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa protein
berperan penting sebagai komponen utama pembentukan kulit dan bulu, bahkan
hingga sekitar 30% kebutuhan protein harian tubuh digunakan untuk proses
regenerasi sel kulit dan pertumbuhan bulu. Sedangkan asam lemak essential yang
penting untuk kesehatan kulit dan bulu diantaranya asam lemak omega 6 yaitu asam
linoleat yang berfungsi untuk ketahanan dan keindahan bulu sehingga tampak
bersinar, tidak kusam dan kering. Selain itu asam lemak omega 3 yang biasa dikenal
dengan EPA dan DHA juga penting bagi kulit yang berperan sebagai antiinflamasi.
Umumnya ratio terbaik konsumsi antara asam lemak omega 6 dengan asam lemak
omega 3 adalah 5 atau 10 : 1.
Sedangkan untuk mineral dan vitamin yang penting diantaranya adalah
vitamin A (untuk pertumbuhan dan perbaikan sel), E (untuk melindungi sel dari
kerusakan oksidasi), C (untuk membantu persembuhan luka), biotin, riboflavin, zinc
2
(untuk metabolisme lemak dan protein) serta copper (untuk sintesis protein dan
pigmentasi).
2. Parasit
Parasit yang paling sering ditemukan menyebabkan gangguan pada kulit dan
bulu ternak diantaranya kutu (flea), caplak (tick) dan tungau (mite). Selain
menyebabkan kerusakan seperti kerontokan bulu, iritasi kulit serta rasa gatal, dampak
lain dari kehadiran parasit dapat disertai dengan alergi dan infeksi kulit yang
diperparah dengan infestasi bakteri.
Selain ektoparasit seperti yang telah disebutkan diatas, kehadiran endoparasit
seperti cacing (helminthes) juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan kulit dan
bulu ternak. Hal ini lebih dikarenakan oleh terganggunya asupan nutrisi terutama
protein yang diserap oleh tubuh, sehingga kekurangan nutrisi menyebabkan
ketidakseimbangan komponen utama pembentukan kulit dan bulu. Akibatnya yang
sering terjadi pada kulit dan bulu terlihat kusam dan mudah rusak.
Banyak faktor yang menyebabkan binatang menjadi sakit, misalnya akibat
kurang baik dalam pemeliharaan. Bila penyakit tidak segera diobati, akan
berpengaruh terhadap kualitas kulitnya, yang kadang sulit diperbaiki. Penyakit
demam yang berkepanjangan, misalnya sampar lembu dan trypono-somiosis akan
menyebabkan struktur jaringan kulit menjadi lunak. Lalat hypoderma bowis,
menyebabkan kulit berlubang-lubang keril yang tersebar di seluruh bagian luar kulit.
Kemudian, kerusakan yang disebabkan oleh kutu busuk, ditandai dengan adanya
benjolan-benjolan kecil yang keras pada bagian bulu. Bila kulit mengalami kerusakan
3
baik struktur maupun permukaannya, akan menyebabkan kualitas kulit menjadi
rendah. Di samping penyakit hewan seperti tersebut di atas, terdapat pula bermacam
bakteri, virus, jamur (fungi) yang membuat kerusakan-kerusakan lokal yang sangat
sulit untuk diperbaiki. Kerusakan yang diakibatkan oleh bakteri adalah kulit menjadi
busuk, dan kerusakan ini terjadi pada kulit sebelum diawetkan. Ada pula penyakit
musiman yang dapat membuat kerusakan besar pada kulit.
3. Kesehatan Hewan
Kondisi kesehatan hewan secara umum juga dapat mempengaruhi penampilan
kulit dan bulu. Adanya gangguan hormonal seperti hypothyrodism,
hyperadrenocortism (Cushing Disease) serta abnormalitas hormon seksual dapat
menyebabkan kerontokan bulu. Bahkan perubahan warna kulit menjadi gelap karena
pigmentasi dan bersisik sering terjadi pada kasus hypothyroid. Karena faktor
penyebab perubahan kulit dan bulu ini dikarenakan penyakit dalam, maka umumnya
gejala yang ditimbulkan dapat disertai gejala klinis lain seperti peningkatan bobot
badan, hewan menjadi kurang aktif dan umumnya tidak menimbulkan rasa gatal.
Selain itu penyakit autoimun seperti lupus erythomasus dan pemphigus foliaceus
pada ternak dapat bersifat inherited (dapat diturunkan) dan juga menyebabkan
gangguan kulit dan bulu berupa kerontokan bulu serta perubahan pigmentasi kulit.
4. Dermatitis atau peradangan pada kulit
Selain oleh karena parasit, terjadinya dermatitis pada kulit dapat disebabkan
oleh berbagai faktor diantaranya alergen, bakteri, serta infeksi jamur. Alergen
merupakan zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit yang dapat diperoleh
4
melalui debu, rumput, makanan, shampoo, bedak dan lain sebagainya, meskipun hal
ini bersifat individual tergantung dari sensitivitas ternak. Alergi menyebabkan rasa
gatal oleh efek dari pelepasan histamin pada sel masi kulit dan seringkali disertai
dengan kemerahan pada kulit (eritema) dan kerontokan bulu di daerah yang sering
dijilat-jilat oleh ternak.
Sedangkan bakteri yang umum ditemui dan bersifat komensal pada kulit yaitu
jenis Staphylococci sp. Patogenesa dari akumulasi bakteri purulen ini pada kulit
diantaranya menimbulkan rasa gatal, eritema, ulcerasi (kerusakan kulit) disertai
pembentukan pustule. Lebih lanjut lapisan kulit tampak berkerak dilanjutkan dengan
kerontokan bulu didaerah terinfeksi dan akhirnya menimbulkan pyoderma
(pembentukan nanah pada lapisan dermis kulit).
Infeksi jamur pada kulit umumnya dikenal dengan istilah ringworm yang
disebabkan oleh jenis Microsporum sp. dan Trichopyton sp. Ringworm ini hidup pada
jaringan kulit mati, bulu dan kuku hewan sehingga menimbulkan kerusakan bulu
berupa kerontokan dan kulit berkerak. Lesi yang ditimbulkan umumnya bersifat
circular (pola bulat-bulat) dan pada tahap lebih lanjut dapat disertai infeksi sekunder
oleh bakteri yang menimbulkan kerusakan kulit yang biasa dikenal dengan istilah
dermatophytosis.
5. Defek Mekanis
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap binatang, yang dapat
menurunkan kualitas kulitnya. Cap bakar yang dipakai dalam identifikasi atau
pengobatan, akan mengakibatkan rusaknya kulit yang tidak mungkin untuk
5
diperbaiki. Cap bakar, menyebabkan Corium menjadi keras atau kaku dan tidak akan
hilang. Goresan-goresan duri, kawat berduri, tanduk, berbagai tekanan, sabetan
cemeti (cambuk), alat-alat pengendali, dan lain sebagainya, juga dapat menyebabkan
kerusakan kulit. Kerusakan kulit mekanis ini sering dijumpai pada binatang piaraan
yang digunakan dalam kepentingan pertanian atau industri. Namun, kerusakan
mekanis ini tidak separah kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit. Di samping itu,
pukulan-pukulan yang dilakukan terhadap binatang sebelum dipotong, dapat
menyebabkan memar pada kulit, sehingga darah akan menggumpal. Karena
penggumpalan darah itu, pembuluh darah akan mengalami kerusakan, sehingga kulit
menjadi berwarna merah kehitam-hitaman. Bila hal ini terjadi, maka akan
memudahkan pembusukan pada saat proses pengeringan.
6. Umur Tua
Binatang yang berumur tua, memiliki kulit yang berkualitas rendah. Pada kulit
binatang yang telah mati sebelum dipotong, akan terdapat pembekuan-pembekuan
darah yang tidak mungkin dihilangkan.
6
C. CARA PENANGANAN
1. Nutrisi
Pencegahan :
Defek kulit pada ternak yang disebabkan karena pemberian nutrisi yang
kurang baik dapat dicegah dengan memberikan pakan pada ternak yang memiliki
nilai protein yang tinggi serta vitamin dan mineral yang cukup (pakan yang dapat
diberikan dapat berupa konsentrat dan vitamin yang kaya akan protein, vitamin dan
mineral).
Solusi Jika Telah Terjadi
Kulit dari ternak yang kekurangan nutrisi akan berwana kusam atau tidak
cerah. Maka tindakan penanggunalangan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengecatan pada kulit tersebut sehingga dapat menutupi warna kulit
tersebut. Dapat juga dilakukan peminyakan agar terlihat lebih cerah (cara ini memang
sudah umum dilakukan pada penyamakan kulit).
2. Parasit
Pengendalian terhadap parasit pada kulit dan bulu sangatlah penting karena
sifatnya yang mudah menular antara sesama ternak dan umumnya memerlukan
jangka waktu lama dalam proses persembuhannya, bahkan beberapa parasit seperti
kutu dan caplak dapat menjadi vektor penularan penyakit oleh protozoa seperti Lyme
disease dan tapeworm (cacing pita).
7
Pencegahan :
Untuk memcegah penularan dan perkembangan parasit yangdapat merusak
kulit ternak maka dapat dilakukan dengan dipping. Yaitu ternak diceburkan ke dalam
larutan disinfektan (ternak didesinfeksi) sehingga parasit – parasit yang berada pada
tubuhnya dapat dibunuh. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memotong siklus
hidup dari parasit tersebut yaitu dengan membunuh hospes antara (induk semang
antaranya) sehingga dapat mencegah pertumbuhan parasit tersebut.
Pengendalian secara kimia dengan cara penggunaan akarisida, antara lain
spraying (penyemprotan), dipping (perendaman), pour on (penuangan), jetting
(penyemprotan dengan tekana tinggi), atau dengan backrubber (penggosok
punggung). Cara penggunaan akarisida untuk pengendalian caplak berbeda pada
setiap negara, misalnya di Australia cara jetting sepanjang punggung dan daerah bahu
merupakan cara yang dinilai lebih efektif dibandingkan penyemprotan biasa. Di
Selandia Baru dan Inggris digunakan cara dipping, sedangkan di Amerika Serikat,
Australia dan Afrika cara dipping dan spraying digunakan untuk pengawasan
sebagian infestasi caplak.
Solusi Jika Telah Terjadi :
Kulit yang rusak karena parasit biasanya terdapat lubang – lubang. Kulit
seperti ini untuk pengolahan lebih lanjutnya dapat disamak, namun pada proses
finishing hanya dapat dibuat berbagai aksesoris yang hanya membutuhkan luas kulit
yang sempit.
8
3. Kesehatan Ternak
Pencegahan :
Kerusakan kulit yang disebabkan karena kesehatan ternak dapat dicegah
dengan membersih kulit ternak tiap hari (dimandikan) agar kuman – kuman yang
menempel pada kulitnya dapat hilang, sanitasi kandang (membersihkan kandang dan
saluran limbahnya) agar kuman – kuman penyakit yang terdapat pada kandangnya
tidak berpindah ke tubuhnya), memberikan pakan yang sehat (bebas dari cacing atau
pun larva) dan teratur.
Solusi Jika Telah Terjadi :
Kulit yang rusak karena kesehatan yang kurang baik hampir sama dengan
kerusakan kulit akibat parasit. Jika terjadi lubang – lubang dapat dijadikan aksesoris,
terkadang kulit juga kotor karena feses yang melekat, hal ini tidak menjadi masalah
yang terlalu besar karena masih dapat dibersihkan (kecuali feses yang telah sangat
kering dan tidak dapat dikeluarkan).
4. Dermatitis atau peradangan pada kulit
Pencegahan :
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan ternak.
Solusi Jika Telah Terjadi :
Jika terjadi pedaradangan, bagian yang mengalami peradangan di hilangkan
dan kulit yang tidak terkena radang dapat disamak dan dibuat produk.
9
5. Defek Mekanis
Pencegahan :
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan tidak menyiksa ternak pada saat
sebelum disembelih.
Solusi Jika Telah Terjadi :
Kulit karena defek mekanis biasanya menimbulkan kulit yang memar
sehingga warna kulitnya kurang baik. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengecatan agar warna memar dapat tertutupi.
6. Umur Tua
Pencegahan :
Kerusakan kulit yang disebabkan karena umur yang sudah tua tidak dapat
untuk dicegah, karena umur tidak dapat dikurangi.
Solusi Jika Telah Terjadi :
Kulit yang karena umur yang tua dapat menyebabkan adanya gumpalan –
gumpalan darah, sehingga gumpalan darah yang terbentu dikeluarkan dengan cara
kulit dikikis atau jika sulit hilang, maka melakukan penyamakan dengan metode
nabati, karena penyamakan dengan cara nabati akan menghasilkan kulit yang
berwarna gelap sehingga bercak darah dapat tertutupi.
10
KESIMPULAN
Beberapa kerusakan kulit yang dapat terjadi sebelum pemotongan
(antemortem) yaitu kulit memar, kulit yang kusam, bulu kusam, kulit luka
(bernanah), terjadi peradangan, penyakit kulit karena parasit, kulit yang tegores, bulu
– bulu rontok, flek dan sobekan. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kerusakan
kulit antemortem yaitu nutrisi, parasit, kesehatan ternak, dermatiris dan defek
mekanis, umur tua.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Langkah – Langkah Baik Untuk Menanggulangi Caplak. http://duniaveteriner.com/2009/12/langkah-langkah-baik-untuk-mengenda likan-caplak/print (Di Posting 12 Oktober 2009).
Bunawan. 2009. Kulit dan Bulu Ternak yang Sehat. http://www.pietklinik.com /wmview.php?ArtID=29 (Di Posting 04 Agustus 2009)
11