Deden Taufik Hidayat 2017-147
Transcript of Deden Taufik Hidayat 2017-147
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dibutuhkan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai bahan
pertimbangan. Penelitian terdahulu antara lain sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama dan tahun
Variabel Metode Hasil
1. Siswanto, H., Adhilla,
F., & Purwoko (2020)
Kualitas produk, kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan
Analisa Regresi Linier
Berganda
kualitas produk dan kualitas layanan secara simultan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen
2. Pertiwi, N.I., dan
Afridola, S., (2020)
Kualitas produk, kualitas pelayanan, citra merek dan kepuasan pelanggan.
Analisa Regresi Linier
Berganda
Kualitas produk memiliki efek positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas layanan memiliki efek positif dan signifikan pada kepuasan pelanggan. Dan citra merek memiliki efek positif dan signifikan pada kepuasan pelanggan.
3. Fiqihta, E., Kuraesin,
E., & Muniroh L.,
(2019)
Kualitas pelayanan, brand image dan kepuasan pelanggan.
Analisis Regresi Ganda
Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Hotel Salak Tower.
4. Indriyana, D.A dan
Rachmi, A. (2018)
Pengaruh Brand Image dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Nanisa Beauty
Regresi linier
berganda
Brand image dan kualitas pelayanan secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa variabel yang berpengaruh besar dalam kepuasan
18
No. Nama dan tahun
Variabel Metode Hasil
and Dental Clinic Malang
pelanggan di Nanisa Malang adalah kualitas pelayanan dengan nilai koefisien 0,597 dibandingkan dengan brand image yang memiliki nilai koefisien sebesar 0,238.
5. Novrianda, H., (2018)
Kualitas produk, kualitas layanan, harga, kepuasan konsumen.
Analisa Regresi Linier
Berganda
Secara simultan kualitas produk, kualitas layanan, dan harga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan industri/toko roti di Kota Bengkulu.
6. Permatasari, S.I., dan Djawoto (2018)
Kualitas pelayanan, kualitas produk, harga, citra merek dan kepuasan konsumen.
Analisa Regresi Linier
Berganda
dalam penelitian ini layak digunakan sebagai prediktor kepuasan konsumen. Tingkat koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 81,1% menunjukkan hubungan antara variabel tersebut terhadap kepuasan konsumen pada Restoran Lazizaa Chicken & Pizza Cabang Manyar Surabaya sangat erat. Hasil pengujian secara parsial memperlihatkan bahwa kualitas pelayanan, harga dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Sedangkan kualitas produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen.
7. Ramadhan, A.G., & Santosa,
S.B (2017)
Kualitas produk, kualitas pelayanan, citra merek, minat beli ulang dan
Structural Equation Modelling
(SEM)
Kualitas produk, kualitas layanan, dan citra merek memiliki dampak positif dan signifikan pada kepuasan konsumen.
19
No. Nama dan tahun
Variabel Metode Hasil
kepuasan pelanggan.
8. Parman dan Susanto (2017)
Kualitas pelayanan, kualitas produk, citra merek, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.
Structural Equation Modelling
(SEM).
Kualitas layanan tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas produk tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan
9. Tombokan, F., Kawet, L dan Uhing, Y. (2015)
Kualitas Pelayanan, Citra Merek Terhadap Kepuasan Konsumen
Metode asosiatif dengan analisis Regresi
Berganda
secara simultan kualitas Pelayanan dan Citra Merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Konsumen, secara parsial Kualitas Pelayanan dan Citra Merek berpengaruh Terhadap variabel Kepuasan Konsumen.
10. Kurniawati, D., Suharyono, & Kusumawati A., (2014)
Citra merek, kualitas produk kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.
Analisis deskriptif
dan analisis
jalur (path analysis)
Citra Merek berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel Kepuasan Pelanggan, variabel Kualitas Produk berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel Kepuasan Pelanggan, variabel Kepuasan Pelanggan berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel Loyalitas Pelanggan, variabel Citra Merek berpengaruh langsung dan tidak signifikan terhadap variabel Loyalitas Pelanggan, variabel Kualitas Produk berpengaruh
20
No. Nama dan tahun
Variabel Metode Hasil
langsung dan signifikan terhadap variabel Kepuasan Pelanggan.
Berdasarkan hasil dari 10 penelitian terdahulu, terdapat beberapa persamaan
dengan penelitian ini, yaitu persamaan pada variabel (brand image, kualitas produk,
kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan) dan alat analisis data (analisis regresi
linier berganda). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
beberapa penelitian sebelumnya menggunakan alat analisis data berupa Structural
Equation Modelling (SEM) dan perbedaan terhadap objek penelitian.
B. Tinjauan Teori
1. Kepuasan Konsumen
a. Pengertian Kepuasan Konsumen
Berdasarkan Hamzah (2007) konsumen akan menjadi pelanggan
apabila terdapat kesesuaian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Brown dalam Sudaryono (2016:79) kepuasan konsumen merupakan
suatu kondisi dimana kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap
sebuah produk dan jasa, sesuai atau terpenuhi dengan penampilan dari produk
dan jasa.
Menurut Mowen dan Minor dalam Sudaryono (2016:78-79)
menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah sebagai keseluruhan sikap
yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh
dan menggunakannya.
21
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kepuasan konsumen merupakan sikap yang timbul dari konsumen baik
senang maupun kecewa setelah melakukan pembelian melalui barang atau
jasa yang diterima.
b. Manfaat Kepuasan Konsumen
Menurut Priansa (2017:197-199) mengatakan terlepas mengenai
perbedaan mengenai konsepnya, realisasi kepuasan konsumen melalui
program perencanaan, implementasi, dan pengendalian program memberikan
beberapa manfaat pokok yaitu:
1) Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah
Merupakan persaingan perusahaan dalam pemotonga harga menjadi
senjata strategis meraih pangsa pasar.
2) Manfaat ekonomik reterensi konsumen versusperceptual prospecting
Merupakan biaya mempertahankan konsumen lebih murah empat sampai
enam kali lipat dibandingkan biaya mencari konsumen baru.
3) Nilai kumulatif dari relasi berkelanjutan
Mempertahankan loyalitas konsumen pada barang dan jasa perusahaan
untuk mengahasilkan antusias yang lebih besar daripada pembelian
individual.
4) Daya persuasif word of mouth
Pendapat atau opini konsumen lebih merekomendasikan produknya ke
teman atau keluarga karena merasa puas atau sebaliknya.
5) Reduksi sensitivitas harga
22
Konsumen yang merasa loyal dan puas terhadap produk tersebut
cenderung jarang menawar harga setiap pembeliannya
6) Kepuasan konsumen merupakan indikator kesuksesan bisnis di masa
depan
Pada hakekatnya kepuasan konsumen merupakan stategi jangka panjang,
karena dibutuhkan waktu yang panjang untung membangun dan
mendapatkan reputasi atas layanan prima dan investasi besar pada
membahagiakan konsumen pada masa depan.
c. Pengukuran Kepuasan Konsumen
Menurut Randall dalam Priansa (2017:204-205) terdapat lima cara
untuk mengukur kepuasan konsumen antara lain:
1) Keluhan
Konsumen yang merasakan tidak puas tetapi tidak mengeluh jarang
melakukan pembelian ulang. Jika keluhannya konsumen diterima dengan
baik mereka akan kembali dengan baik.
2) Telepon bebas / internet
Perusahaan menyediakan telepon bebas pulsa untuk kosnumen yang ingin
mengeluh, sehingga konsumen langsung menghubungi perusahaan
melalui internet.
3) Survei
Survei yang di sediakan oleh perushaan tentang penelitian pemasaran yang
konvensional dan lebih akurat serta objektif terhadap konsumen sehingga
hasilnya tidak bias.
23
4) Mystery Shoppers
Merupakan orang yang dipekerjakan membeli produk seperti konsumen,
kemudian memberikan laporan lengkap tentang produk tersebut.
5) Analisis kepuasan konsumen
Mengurangi jumlah konsumen yang hilang, sehingga dilakukan analisa
mengapa konsumen hilang, dan dapat dilakukan dengan wawancara
dengan konsumen melalui survey.
Selanjutnya Menurut Priansa (2017:210-211) ada lima elemen yang
menjadi kepuasan konsumen antara lain:
1) Harapan
Harapan konsumen terhadap produk atau jasa telah dibentuk sebelum
konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Produk yang sesuai harapan
menjadikan konsumen merasa puas.
2) Kinerja
Pengalaman konsumen terhadap kinerja actual barang atau jasa ketika
digunakan tanpa dipengaruhi oleh harapan mereka.
3) Perbandingan
Membandingkan harapan kinerja produk atau jasa sebelum membeli
dengan persepsi kinerja actual produk dan jasa tersebut.
4) Pengalaman
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap
penggunaan merek dari produk atau jasa yang berbeda.
5) Konfirmasi dan diskonfirmasi
24
Konfirmasi terjadi karena harapan sesuai kinerja actual produk, sebaliknya
diskonfirmasi terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari
kinerja aktual produk.
d. Indikator Kepuasan Konsumen
Indikator untuk mengukur kepuasan konsumen menurut Consuegra
(2007: 49) antara lain:
1) Persepsi Kinerja
Persepsi kinerja merupakan penilaian konsumen terhadap segala aspek
yang terdapat dalam penawaran oleh produsen, beberapa aspek dalam
persepsi kinerja misalnya dari karyawan dan berdasarkan produk itu
sendiri.
2) Kesesuaian harapan
Harapan konsumen merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh
penyedia jasa atau produk, hal ini karena dengan adanya kesesuaian antara
harapan konsumen dengan penyediaan produk dan jasa akan berdampak
pada kepuasan konsumen. Beberapa aspek dalam keseuaian harapan
konsumen yaitu terkait dengan harga dan produk atau jasa yang
ditawarkan.
3) Penilaian Pelanggan
Pelanggan atau konsumen memiliki kemampuan untuk menilai jasa atau
produk yang ditawarkan oleh penyedia jasa atau produk tersebut, melalui
penilaian konsumen tersebut akan diketahui secara pasti terkait dengan
tinggi atau rendahnya posisi tawar dari produk atau jasa tersebut. Beberapa
25
aspek dalam penilaian konsumen yaitu minimnya komplain atau keluhan
dari pelanggan terhadap jasa atau produk yang ditawarkan serta penilaian
terhadap menu yang disajikan.
2. Brand image
a. Definisi Brand image
Menurut Kotler dan Keller (2011: 36) brand image adalah persepsi
tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosianya
pada merek tersebut. Selajutnya Menurut Dobni dan Zinkhan dalam
Ferrinadewi (2008:165) brand image merupakan konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa brand image
yaitu citra merek atau konsep sebuah merek terhadap produk tertentuyang
dibuat oleh para pelaku konsumen atas emosi masing-masing.
b. Tujuan Brand image
Menurut Tjiptono (2008:104) terdapat beberapa tujuan citra merek,
antara lain:
1) Untuk identitas, sebagai tujuan diferensiasi atau membedakan produk
perusahaan dengan produk perusahaan pesaingnya.
2) Sebagai alat promosi, agar menciptakan daya tarik produk.
3) Untuk menjadikan citra merek dengan memberikan keyakinan, jaminan,
kualitas, serta prestige tertentu kepada konsumen.
4) Untuk mengendalikan pangsa pasar.
c. Aspek Brand image
26
Menurut Stren dalam Ferrinadewi (2008:167) ada beberapa aspek yang
membuat brand image menjadi variasi antara lain:
1) Letak citra merek / image artinya apakah citra merek tersebut berada
dalam pikiran konsumen atau pada objeknya.
2) Sifat alamiyah artinya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk
atau sebuah transaksi.
3) Jumlah artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra
d. Komponen Brand image
Menurut Ferrinadewi (2008:166) brand image mempunyai dua
komponen yang sangat penting antara lain:
1) Brand Association (Asosiasi Merek)
Bagaimana konsumen menghubungkan antara informasi dalam benak
konsumen dengan merek tertentu. Kekuatan asosiasi merek ditentukan
dari pengalaman langsung konsumen dengan merek, pesan-pesan yang
sifatnya non komersial maupun yang sifatnya komersial.
2) Favorability (Sikap Positif)
Sikap positif dan keunikan asosiasi merek terdiri dari 3 hal dalam benak
konsumen yaitu adanya keinginannya dan yang terpenting adalah
keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan dibandingkan dengan merek lainnya.
e. Indikator Brand image
Menurut Kotler & Amstrong (2008: 56) bahwa pengukuran citra merek
dapat dilakukan berdasarkan pada faktor sebuah merek, yaitu:
27
1) Kekuatan (strength)
Strength mengarah pada berbagai keunggulan-keunggulan yang dimiliki
merek bersangkutan yang bersifat fisik, dan tidak ditemukan pada merek
lainnya. Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas
mereka yang bersangkutan sehingga bisa dianggap sebagai sebuah
kelebihan dibanding merek lainnya.
2) Keunikan (uniquiness)
Uniqueness adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek dengan
merek-merek lainnya. Kesan unik ini muncul dari atribut produk, kesan
unik berarti terdapat diferensiasi antara produk satu dengan produk
lainnya.
3) Favourable
Favourable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah
diingat oleh pelanggan. Selanjutnya menurut Kotler & Amstrong
(2008:39) faktor-faktor yang membentuk citra merek adalah:
a) Kekuatan asosiasi merek
Kekuatan asosiasi merek menjelaskan bagaimana informasi masuk
kedalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut dapat
bertahan sebagai bagian dari brand image.
b) Keuntungan asosiasi merek
Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada proses
terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen
28
dapat percaya pada produk yang diberikan mereka dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
c) Keunikan asosiasi merek
Merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan bagi
konsumen untuk memilih merek tersebut. Keunikan asosiasi merek
dapat berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang
dinikmati konsumen.
3. Kualitas Produk
a. Definisi Kualitas Produk
Menurut Kotler & Armstrong (2008:272) kualitas produk (product
quality) adalah karakteristik produk yang bergantung pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau
diimplementasikan.
Menurut Garvin dalam Tjiptono (2003:27) ada delapan dimensi kualitas
yang dikembangkan dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan
strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi
tersebut adalah:
1) Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti
2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap
3) Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal di pakai
29
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu
sejauh mana karakteristik desain dari operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya
5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan
6) Kegunaan (serviceability) meliputi, kecepatan, kompetensi, kenyamanan,
mudah di reparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
7) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera
8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), Konsumen tidak selalu
mendapat informasi yang lengkap mengenai atribut atribut produk.
Namun umumnya konsumen memiliki informasi tentang produk secara
tidak langsung.
b. Indikator Kualitas Produk
Menurut Gaspersz dalam Alma (2011) terdapat beberapa inidkator
kualitas produk yaitu:
1) Kinerja (Perfomance)
Aspek ini merupakan karakteristik dasar suatu produk, karena setiap
produk yang dihasilkan tentu akan mempunyai fungsi dan peran dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Misalnya kopi merupakan sejenis
minuman olahan dari biji kopi untuk dinikmati konsumen dengan berbagai
macam rasa yang khas.
2) Keistimewaan tambahan (Features)
30
Penambahan pada produk inti guna meningkatkan dan menyempurnakan
fungsi produk. Misalnya keistimewaan kopi selain bisa dinikmati dengan
keunikan rasa yang dihasilkan, minuman kopi mempunyai kandungan
antioksidan dan nutrisi bermanfaat bagi kesehatan.
3) Kehandalan (Reliability)
Kehandalan dalam produk merupakan sejauh mana peluang keberhasilan
produk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu dan tidak
mengalami cacat atau rusak. Misalnya cara kita dalam menikmati sebuah
minuman kopi dengan meminum langsung atau membungkus kopi untuk
beberapa waktu (dibawa pulang). Kehandalan disini bermaksud terdapat
atau tidaknya perubahan rasa pada kopi tersebut.
4) Kesesuaian dengan Spesifikasi (Conformance to Specifications)
Dimensi ini melihat kualitas produk dari segi bentuk, ukuran, warna serta
pengoperasiannya apakah sudah sesuai dengan standar apa belum.
Misalnya kesesuaian mesin atau alat yang digunakan pada proses
pembuatan minuman kopi apakah sudah sesuai dengan standar operasional
atau belum.
5) Daya Tahan (Durabilty)
Dimensi ini berhubungan dengan ketahanan produk saat dikonsumsi
dalam jangka waktu tertentu. Misalnya untuk dimensi daya tahan,
minuman kopi tidak termasuk didalamnya karena merupakan barang yang
langsung habis saat dikonsumsi.
6) Pelayanan (Serviceability)
31
Dimensi ini berkaitan dengan melihat kualitas barang dalam segi
pelayanan dan kemudahan untuk dijangkau konsumen yang meliputi
kecepatan, kompetensi dan kenyamanan. Misalnya penyajian minuman
kopi diimbangi dengan pelayanan karyawan yang berkualitas.
7) Estetika (Aesthetics)
Dimensi ini melihat kualitas suatu barang dari segi tampilan fisik meliputi
penampilan, rasa, bau, corak serta daya tarik tersendiri kepada konsumen.
Misalnya penyajian kopi dengan tambahan topping menarik (Coffee art),
tambahan side dish berupa cookies agar menarik daya tarik konsumen.
Dalam kualitas produk terdapat 7 dimensi untuk menjadi tolak ukur
terhadap kepuasan konsumen. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya
membatasi menjadi 4 dimensi yaitu performance, feature, aesthetics, dan
conformance to spesifications. Sedangkan untuk dimensi lainnya seperti
reliability dan durability tidak peneliti teliti dikarenakan minuman kopi
adalah produk atau barang yang langsung habis dikonsumsi. Sedangkan
serviceability tidak dimasukkan dalam aspek kualitas produk karena sudah
termasuk dalam aspek kualitas pelayanan pada variabel yang lain.
4. Kualitas Pelayanan
a. Definisi Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Tjiptono, 2006;65). Nikmah (2013: 23) menyatakan bahwa definisi
kualitas layanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
32
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi
harapan konsumen.
Kualitas layanan menurut Tjiptono (2008: 85) dipandang sebagai salah
satu komponen yang perlu diwujudkan oleh perusahaan, karena memiliki
pengaruh untuk mendatangkan konsumen baru dan dapat mengurangi
kemungkinan pelanggan lama untuk berpindah keperusahaan lain.
Selanjutnya Oktafani & Sigit (2014: 32) mendefinisikan kualitas pelayanan
sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Sehingga dari beberapa definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa
kualitas layanan merupakan sebuah keunggulan dari merek tertetu dalam
meberikan pelayananan terbaik baik konsumen sehingga konsumen tersebut
merasa bahwa pelayanan yang diberikan tersebut sudah melebihi harapan dari
konsumen.
b. Aspek dalam Kualitas Pelayanan
Lupiyoadi (2006: 88) menyatakan bahwa dimensi kualitas pelayanan
menurut Parasuraman (2011: 216) adalah sebagai berikut:
1) Tangibles (fasilitas fisik) meliputi fasilitas tempat parkir, fasilitas
gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik,
peralatan dan perlengkapan yang modern.
2) Credibility (kredisibilitas) meliputi kepercayaan, keyakinan dan
kejujuran dalam pelayanan.
33
3) Competence (kompeten) meliputi keterampilan dan pengetahuan
pelayanan.
4) Acces (akses) meliputi membrikan/menyediakan keinginan pelanggan
dan pelayanan mudah dihubungi.
5) Relibility (reliabilitas) meliputi efektifitas informasi jasa, penampilan
barang pembuatan nota dan pencatatan nota.
6) Responsiveness (responsif) yaitu membantu dengan segera memecahkan
masalah.
7) Courtesy (kesopanan) meliputi kesopanan, penghargaan, bijaksana dan
keramahan pelayanan.
8) Communication (komunikasi) meliputi komunikasi yang baik dan bisa
mendengarkan pendapat pelanggan.
9) Understanding The Customers (memahami pelanggan) yaitu
mengertidan memahami kebutuhan dari pelanggan.
10) Security (keamanan) yaitu memberikan rasa nyaman dan membebaskan
dari segala risiko atau keragu-raguan pelanggan.
Lima faktor penentu kualitas pelayanan jasa menurut Zeithaml, et al.
(2013:79), yaitu:
1) Tangible (Berwujud), yaitu berupa tampilan fisik, peralatan dan berbagai
materi yang terlihat yang dapat dinilai baik.
2) Emphaty (Empati), yaitu kesediaan karyawan dalam menjalin relasi,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan
individual pelanggan.
34
3) Reliabillity (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan layanan
dengan segera, akurat, konsisten, dan memuaskan.
4) Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu kemauan dan kemampuan dari
karyawan memberikan pelayanan secara cep[at dan tanggap.
5) Assurance (Jaminan), yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff mengenai
janji yang diberikan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian yang disusun oleh peneliti berfungsi agar
mempermudah dalam mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Kerangka pikir ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Brand image kepada Kepuasan Pelanggan
Graeff (1996) menyebutkan bahwa perkembangan pasar yang begitu
pesat, akan mendorong konsumen untuk lebih mempertimbangkan brand
image dibandingkan memperhatikan karakteristik produk yang ditawarkan.
Brand Image (X1)
Kepuasan Pelanggan
(Y)
Kualitas Produk (X2)
H1
Kualitas Pelayanan (X3)
H2
H3
H4
35
mature
pada daur hidup produk.
Murphy (1990) menunjukkan adanya tiga tingkatan daur hidup produk,
meliputi proprietary, competitive dan image stage. Propietary menjelaskan
bahwa merek mampu menunjukkan keunikan suatu produk di pasar. Makna
dari konsep competitive dari suatu produk yaitu memiliki keunggulan
bersaing yang akan menggerakkan pesaing untuk melakukan pengembangan
produk agar dapat bertahan di pasar. Sedangkan image stage menjelaskan
bahwa merek suatu produk mampu menjadi penentu dalam membedakan
suatu produk dibenak konsumen dalam memutuskan pembelian dibanding
produk lainnya.
Berdasarkan teori-teori diatas bahwa perusahaan sangat penting untuk
membangun brand image perusahaan. Perusahaan akan dilihat konsumen
melalui citranya baik citra postif ataupun negative, karena citra yang positif
akan memberikan arti yang baik terhadap produk pada perusahaan tersebut
dan seterusnya dapat meningkatkan jumlah penjualan. Serta apabila suatu
konsep merek yang kuat dapat di komunikasikan dengan baik kepada sasaran
pasar yang tepat, maka produk dapat menghasilkan citra merek yang dapat
mencerminkan identitas merek.
Selain itu, hipotesis ini juga diperkuat berdasarkan penelitian terdahulu
oleh Indriyana, D.A dan Rachmi, A. (2018) yang menyatakan bahwa secara
parsial brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan, hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat citra merek yang
36
dibangun maka akan semangkin meningkat perasaan puas konsumen. Selain
itu, pada penelitian terdahulu Parman dan Susanto (2016) juga menyatakan
bahwa variabel citra merek berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
pelanggan pada Gies Batik, hal ini berarti pula bahwa semakin besar citra
merek dari Gies Batik maka kepuasan pelanggan terhadap produk Gies Batik
akan semakin besar. Begitu juga penelitian terdahulu Pertiwi, N.I., dan
Afridola, S., (2020) menyatakan citra merek memiliki pengaruh signifikan
terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
pada penelitian ini adalah:
H1 : Brand image (X1) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan
Pelanggan (Y)
2. Pengaruh Kualitas Produk kepada Kepuasan Pelanggan
Kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah dengan
memberikan nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian
produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Saat ini konsumen
memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan produk atau barang apa
yang mereka inginkan dan juga bagaimana penilaian mereka terhadap merek
yang dikonsumsi.
Menurut Kotler & Amstrong (2008: 354) kualitas produk yang
merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Jadi
hanya perusahaann dengan kualitas produk paling baik yang akan tumbuh
dengan pesat, dan dalam jangka waktu yang panjang perusahaan tersebut
akan lebih berhasil dari perusahaan yang lain. Suatu perusahaan dalam
37
mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Berdasarkan teori-teori tersebut dengan adanya produk yang
berkualiats dan harga yang sesuai maka konsumen akan merasakan kepuasan,
juga perusahaan mengeluarkan produk baru dengan kualitas yang baik adalah
salah satu cara konsumen tertarik dengan perusahaan. Selain itu hipotesis
tentang pengaruh kualitas produk kepada kepuasan pelanggan juga didukung
oleh penelitian terdahulu Novrianda, H., (2018) bahwa kualitas produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan pada penelitian Siswanto, H., Adhilla, F., & Purwoko (2020)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan
pelanggan, adanya pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan
menunjukkan bahwa kualitas produk CV. Kreasindo Mitra Pratama telah
memenuhi harapan dari pelanggan. Begitu juga penelitian Ramadhan, A.G.,
& Santosa, S.B (2017) yang menyatakan bahwa kualitas produk memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H2 : Kualitas Produk (X2) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan
Pelanggan (Y)
3. Pengaruh Kualitas Pelayanan kepada Kepuasan Pelanggan
Hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan penting
bagi perusahaan, dan peneliti, karena perusahaan (penyedia jasa) perlu
mengetahui apakah tujuan perusahaan harus memiliki pelanggan yang puas
38
Dengan demikian kepuasan dapat mempengaruhi evaluasi pelanggan
terhadap kualitas layanan. Pentingnya isu tersebut telah mendorong usaha untuk
memperjelas hubungan antara kepuasan dan kualitas layanan (Parasuraman,
2011: 220).
Berdasarkan teori-teori tersebut disimpulkan bahwa pada umumnya
pelanggan akan merasakan kepuasan tersendiri ketika mendapatan pelayanan
yang baik dari perusahaan dan sesuai dengan harapan konsumen tersebut.
Ukuran kualitas pelayanan bukan cuman ditentukan oleh pihak yang
melayani saja tetapi lebih banyak ditentukan oleh konsumen, karena
konsumenlah yang menikmati layanan sehingga dapat mengukur kualitas
pelayanan berdasarkan harapan-harapan mereka dalam memenuhi
kepuasannya.
Pada penelitian ini hippotesis tentang pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pelanggan juga diperkuat dengan penelitian terdahulu
Fiqihta, E., Kuraesin, E., & Muniroh L., (2019) terdapat pengaruh kualitas
pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Hotel Salak Tower. Kualitas
pelayanan yang baik memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan karena dapat menciptakan kepuasan pelanggan. Berdasarkan
pada penelitian terdahulu Permatasari, S.I., dan Djawoto (2018) menyatakan
bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan konsumen, semakin naik tingkat kualitas pelayanan
39
berupa tindakan atau kegiatan yang diberikan kepada konsumen yang pada
dasarnya tidak berwujud maka akan semakin meningkat pula kepuasan
konsumen pada Restoran Lazizaa Chicken & Pizza Cabang Manyar
Surabaya. Begitu pula penelitian terdahulu Ramadhan, A.G., & Santosa, S.B
(2017) yang menghasilkan temuan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh
positif dan signifikan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan pada Sepatu
Nike Running di Semarang. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah:
H3 : Kualitas pelayanan (X3) berpengaruh signifikan terhadap
Kepuasan Pelanggan (Y)
4. Pengaruh Brand image, Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan terhadap
Kepuasan Pelanggan
Pengaruh secara bersama-sama dari brand image, kualitas produk,
kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan tersebut dapat menunjukkan
kelayakan model dari hasil uji simultan. Kelayakan model tersebut didasari
dari beberapa kajian empiris atau penelitian terdahulu, misalnya penelitian
yang dilakukan oleh Permatasari, S.I., dan Djawoto (2018) yang
menghasilkan temuan bahwa variabel independen yang terdiri dari kualitas
pelayanan, kualitas produk, harga dan citra merek mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel kepuasan konsumen (Y) dan model layak untuk
digunakan. Selanjutnya diperkuat pula dari Fiqihta, E., Kuraesin, E., &
Muniroh L., (2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan dari kualitas pelayanan, brand image dan kepuasan
40
pelanggan pada pelanggan Hotel Salak Tower. Berdasarkan pada penelitian
terdahulu Pertiwi, N.I., dan Afridola, S., (2020) Secara simultan kualitas
produk, kualitas pelayanan dan citra merek berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan Parabola Matrix, maka dapat dinyatakan hipotesis
keempat sebagai berikut:
H4 : Brand image, Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan (X1 X2 X3)
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan (Y)