Debby Adelayde

39
LAPORAN PENUGASAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Disusun Oleh : Debby Adelayde ( 030.09.058 ) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO PERIODE 29 JUNI – 12 SEPTEMBER 2015 i

description

ilmu kesehatan masyarakat UNDIP

Transcript of Debby Adelayde

Page 1: Debby Adelayde

LAPORAN PENUGASAN

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU

KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

DIPONEGORO SEMARANG

Disusun Oleh :

Debby Adelayde ( 030.09.058 )

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERIODE 29 JUNI – 12 SEPTEMBER 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

i

Page 2: Debby Adelayde

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENUGASAN

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU

KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

DIPONEGORO SEMARANG

PERIODE 29 JUNI – 12 SEPTEMBER 2015

Disusun Oleh :

Debby Adelayde ( 030.09.058 )

Semarang, Agustus 2015

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing

dr. Hari Peni Julianti, M.Kes, Sp.KFR

ii

Page 3: Debby Adelayde

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penugasan yang berjudul “

Surveilans Epidemiologi”

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Puskesmas

Salaman I, Magelang). Tentunya Penulis berharap pembuatan laporan ini tidak hanya

berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan penulis agar

laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan dengan masalah ini.

Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dodik Pramono,MSI-Med selaku koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

2. dr. Hari Peni Julianti, M.Kes, selaku koordinator dan pembimbing

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

3. Seluruh teman- teman Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat,

semoga kita mendapatkan hasil yang maksimal, dan ilmu yang diperoleh dapat

bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai dokter di lingkungan

masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik membangun

guna penyempurnaan laporan ini.

Semarang, Agustus 2015

Penulis

iii

Page 4: Debby Adelayde

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 5

1. Latar Belakang.................................................................................................... 5

2. Tujuan................................................................................................................. 6

3. Rumusan Masalah............................................................................................... 6

BAB II ISI....................................................................................................................... 7

1. Sejarah surveilans epidemiologi......................................................................... 7

2. Pengertian........................................................................................................... 7

3. Tujuan................................................................................................................. 8

4. Prinsip................................................................................................................. 9

5. Fungsi.................................................................................................................. 11

6. Jenis-jenis............................................................................................................ 12

7. Hambatan............................................................................................................ 15

8. Ruang Lingkup.................................................................................................... 16

9. Bagian-bagian..................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 24

1. Kesimpulan......................................................................................................... 24

2. Saran................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 25

iv

Page 5: Debby Adelayde

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta factor yang

mempengaruhinya. Dalam epidemiolgi mempelajari mengenai surveilans epidemiologi.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisi data

secara terus menerus dan sistemis yang kemudian disebarluaskan kepada pihak-pihak yang

bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya. (DCP2,

2008)

Maka dari itu pentinglah diadakannya surveilans epidemiologi agar dapat terus

memantau mengenai masalah-masalah kesehatan dimasyarakat yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian penyakit,seperti perubahan biologis pada agen vektor, dan reservoir.

Untuk selanjutnya surveilans menghubungi informasi tersebut kepada pembuat keputusan

agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit.

Hal lain yang mendasari perlunya pemahaman mengenai surveilans epidemiologi

adalah penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap

instansi kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan

kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau struktural.

Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Surveilans beralasan  untuk dilakukan jika

dilatari oleh kondisi – kondisi berikut ( WHO, 2002 ) :

1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting

kesehatan masyarakat.

2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut.

3. Data yang relevan mudah diperoleh.

4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan efisiensi ).

5

Page 6: Debby Adelayde

Dengan system surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan pola penayakit di

suatu daerah tertentu dapat mengantisipasi kecenderungan penyakit di suatu daerah.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui sejarah surveilans epidemiologi

b. Untuk mengetahui pengertian surveilans epidemiologi.

c. Untuk mengetahui tujuan surveilans epidemiologi.

d. Untuk mengetahui prinsip surveilans epidemiologi.

e. Untuk mengetahui fungsi surveilans epidemiologi.

f. Untuk mengetahui jenis surveilans epidemiologi.

g. Untuk mengetahui hambatan surveilans epidemiologi.

h. Untuk mengetahui ruang lingkup surveilans epidemiologi.

i. Untuk mengetahui bagian-bagian dari surveilans epidemiologi.

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah sejarah perkembangan surveilans epidemiologi?

b. Apakah pengertian dari surveilans epidemiologi?

c. Apakah tujuan surveilans epidemiologi?

d. Apakah prinsip surveilans epidemiologi?

e. Apakah fungsi surveilans epidemiologi?

f. Apakah jenis-jenis surveilans epidemiologi?

g. Apa saja hambatan dalam surveilans epidemiologi?

h. Apa saja ruang lingkup dari surveilans epidemiologi?

i. Apakah bagian-bagian dari surveilans epidemiologi?

6

Page 7: Debby Adelayde

BAB II

ISI

2.1 Sejarah Surveilans

Sejarah perkembangan surveilans epidemiologi adalah dimulai sejak abad XIV dan

XV Tahun 1348an di Eropa terjadi Epidemi Pneumonia karena pes yang dikenal dengan

“Black Death” karena itu dilakukan deteksi penyakit. Dianggap sebagai kegiatan surveilans

secara primitif yang dilakukan untuk pertama kalinya. Pada abad XVI dilakukan pencatatan

kematian di kota-kota besar Eropa. Tetapi manfaat pencatatan secara ilmiah, tampak

beberapa abad kemudian, diperkenalkan oleh Jhon Graunt. Kemudian abad XVII pencatatan

kematian yang biasanya secara sporadis dan hanya bila ada wabah pes, ditertibkan. Laporan

mingguan secara ilmiah disusun oleh John Graunt (1662), memuat informasi tentang jumlah

penduduk London yang meninggal karena sebab tertentu. John Graunt adalah orang yang

pertama kali mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi. Hingga abad

XX mulai dikenal pemakaian konsep surveilans untuk pendeteksian epidemi dan pencegahan

penyakit infeksi. Jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan juga bertambah banyak termasuk

HIV/AIDS. Tahun 1965 didirikan unit survailan epidemiologi pada divisi penyakit menular

di WHO, Geneva.

2.2 Pengertian Surveilans

Surveilans adalah  upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus

dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan

untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan).

Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.

1. Pertama yaitu surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus

terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan

keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran,

dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk

penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip

dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya

dapat dianggap berperan bersama-sama.

7

Page 8: Debby Adelayde

2. Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk

menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran

penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam

jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program

intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan

segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat

digunakan. (Vaughan, 1993).

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian surveilans dalam epidemiologi, yaitu:

a. Menurut WHO

Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara

sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak –

pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001

dalam Bhisma Murti, 2003 )

b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.

Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara

sistematis dan terus menerus,  yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan

evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan  desiminasi data secara tepat

waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.

c. Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :

Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, 

baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentin

gan pencegahan dan penanggulangannya.

Secara umum surveilans epidemiologi adalah upaya rutin dalam pengumpulan,

pengolahan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi

masalah-masalah kesehatan masyarakat dengan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data

kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada

pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

2.3 Tujuan Surveilans Epidemiologi

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan

populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan

respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. 

8

Page 9: Debby Adelayde

Tujuan khusus surveilans: 

a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; 

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)

pada populasi;

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,

monitoring, dan evaluasi program kesehatan; 

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset. 

g. Untuk memantau efektivitas program kesehatan (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU,

2002)

2.4 Prinsip Surveilans Epidemiologi

Prinsip Surveilans Epidemiologi

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana

pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat,

dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko

terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan

dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan

kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan

reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang

masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul

dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.

Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

9

Page 10: Debby Adelayde

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan

interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada

dalam masyarakat.

d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup

jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan

kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai

mana mestinya.

e. Evaluasi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk

perencanaan, penanggulangan khusus serta program  pelaksanaannya, untuk kegiatan

tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan

pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

Lalu, program tersebut akan di aplikasikan dalam bentuk suatu tindakan. Dalam hal

ini akan adanya proses feedback (umpan balik). Setelah itu, tindakan yang telah dilakukan

akan di evaluasi. Apakah program telah berhasil atau tidak sampai pencapaian tujuan

sehingga didapatkan kembali data baru untuk penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari

awal hingga akhir tersebut berjalan secara terus-menerus tanpa memutuskan bagian yang ada

didalamnya, seperti :

a) Data

Dalam surveilans epidemiologi, data yang di dapat biasanya berupa masalah

kesehatan seperti kesakitan, sindrom, gangguan lingkungan sekitar atau masalah

kesehatan lainnya. Setelah itu data dapat dikumpulkan dengan dukungan berbagai

sumber seperti laporan puskesmas, laporan rumah sakit, survey, laporan laboratorium.

Pengumpulan data ini harus memperhatikan beberapa indicator, diantaranya jumlah

atau rate, angka kesakitan & angka kematian, variabel yang diperlukan dan numerator

serta denumerator yang dipakai. Setelah dikumpulkan, data akan dilaporkan ke

pemerintah bidang kesehatan masyarakat. Pelaporan data bisa dalam bentuk laporan

harian, mingguan dan bulanan.

10

Page 11: Debby Adelayde

b) Informasi

Setelah data diperoleh dan telah diolah akan menghasilkan sebuah informasi.

Lalu, akan dilanjutkan dalam proses analisa dan interpretasi. Proses ini harus

memperhatikan karakteristik data (sumber data, kualitas, pembaharuan data apakah

data berubah atau tidak), validasi data (apakah ada nilai yang kurang atau data tidak

lengkap, kebenaran data,  duplikasi atau ada kesamaan), analisis deskriptif (analisis

berdasarkan orang, tempat, dan waktu), dan hipotesis mengambil keputusan yang

biasanya berupa program intervensi dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan.

c) Aksi atau tindakan

Keputusan yang telah diambil diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk

tindakan. Tindakan bisa dilakukan dengan pengendalian (rapid response,

case management, pencegahan), umpan balik (bulletin epidemiologi, laporan,

website), kebijakan.

2.5 Fungsi Surveilans Epidemiologi

Kegunaan surveilans epidemiologi

1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan

tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.

2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan penyakit

pada populasi.

3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai

dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.

4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.

5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program

kesehatan.

Manfaat surveilans epidemiologi

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya

pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan

pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan

penyakit menular. Secara garis besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat

menimbulkan epidemic.

11

Page 12: Debby Adelayde

2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.

3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian

luar biasa atau karena perioditas penyakit.

4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.

5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.

6. Melakukan pengendalian penyakit.

7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan endemic.

8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru

dari virus influenza.

2.6 Jenis Surveilans

Surveilans terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Surveylen pasif

Pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana pelayanan di daerah.

b. Surveylen aktif

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit tertentu

dalam waktu yang relative singkat.

Namun Dikenal juga beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu

yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,

demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional

segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai

contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang –

orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular

selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa

inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan

SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total

membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa

inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial

12

Page 13: Debby Adelayde

membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan

dan tingkat bahaya transmis  penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah

penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan

tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,

politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-

langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan

Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus

terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,

konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan

lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak

negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusat-

daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari

sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara

dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program

surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk

sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan

inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-

menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.

Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun

populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik

mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau

temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi

laboratorium tentang suatu penyakit.

Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun

nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan

kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip

13

Page 14: Debby Adelayde

influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam

surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan

definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan

mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis

kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor

aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat

memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis

yang tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)

Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas

kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans

sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik

untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor

penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti

salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri

tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada

system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan

surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah

pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia

yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan

pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan

perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et

al., 2006).

 Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: 

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); 

b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk; 

c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; 

14

Page 15: Debby Adelayde

d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,

pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan

dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);

e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun

menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang

berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan

binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.

Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan Negara

maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya

menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para

praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit

menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-

emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases),

seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif

melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan

ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)

2.7 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi

Ada beberapa hambatan surveilans epidemiologi, dintaranya:

1) Kerjasama lintas sektoral

            Surveilans epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan

dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya

pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang

rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.

2) Partisipasi masyarkat rendah

Surveilans epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat

seharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun harus

15

Page 16: Debby Adelayde

dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari

petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.

3) Sumber daya

Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia.

Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut;

- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE

- Banyaknya tugas rangkap.

- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

            Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat

deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan, kondisi di

lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap

deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.

5) Kebijakan

            Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan

surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi

pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan

yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.

6) Dana

            Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali

permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.

7) Jarak dan Transportasi

            Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan

surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari

karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.

2.8 Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan

factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. 

16

Page 17: Debby Adelayde

Ruang lingkupnya antara lain :

- Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

- AFP

- Penyakit potensial wabah atau klb penyakit menular dan keracunan

- Penyakit DBD/DSS

- Malaria

- Penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis, dsb.

- Penyakit filariasis

- Penyakit tuberkulosis

- Penyakit diare, tifus perut, kecacingan, dan penyakit perut lainnya

- Penyakit kusta

- Penyakit HIV/AIDS

- Penyakit Menular Seksual

- Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (termasuk SARS)

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan

factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

- Diabetes Mellitus

- Neoplasma

- Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

- Gangguan mental

- Masalah kesehatan akibat kecelakaan

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit  dan factor risiko

untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Sarana Air Bersih

- Tempat-tempat umum

- Pemukiman dan Lingkungan Perumahan

17

Page 18: Debby Adelayde

- Limbah industri, RS dan kegiatan lainnya

- Vektor penyakit

- Kesehatan dan Keselamatan Kerja

- RS dan sarana yankes lain, termasuk Infeksi Nosokomial (INOS)

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor

risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

Ruang lingkupnya antara lain:

- Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

- Gizi mikro (Kekurangan yodium, anemia zat Besi KVA)

- Gizi lebih

- Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk kesehatan reproduksi (Kespro)

- Penyalahgunaan napza

- Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika serta peralatan

- Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor

risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

Ruang lingkunya antara lain:

- Kesehatan Haji

- Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan

- Bencana dan masalah sosial

- Kesehatan matra laut dan udara

- KLB Penyakit dan Keracunan

2.9 Bagian-bagian Surveilans Epidemiologi

2.9.1 Screening

Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang

belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat

18

Page 19: Debby Adelayde

memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin

tidak menderita.

Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:

1. Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)

2. Sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment

3. Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis

4. Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut

5. Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.

Tujuan dilakukannya screening adalah :

1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang

yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai

resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).

2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas

sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber

penularan penyakit.

3. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :

• Penyakit kronis

• Keadaan yg potensial/high risk

• Penyaringan yg dpt dilakukan scr:

• Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.)

• Infeksi Virus (Hepatitis)

• Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca

Prostat, Glaukoma)

• HIV-AIDS

Tempat pelaksanaan

1. Lapangan

2. RSU

3. RS khusus

4. Pusat pelayanan khusus

19

Page 20: Debby Adelayde

Beberapa pertimbangan dalam screening

1. Biaya

2. Alat yang digunakan

3. Tes yang digunakan harus cepat

4. Tes yang digunakan sesuai selera masyarakat

5. Orang-orang yangg terdiagnosa sebagai penderita harus mendapatkan pengobatan

6. Harusan terdapat tes yg spesifik

7. Kelompok penduduk yang discreening diberi penjelasan

2.9.2 Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data menjadi bagian

penting dari upaya memperoleh data yang dihimpun dari berbagai sumber data surveilans.

Misalnya surveilans campak, maka tugas besar surveilans adalah merekam semua kasus

campak yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit dan sumber data lainnya, kemudian

menghimpun dan mengolahnya menjadi kelompok-kelompok data yang merupakan distribusi

kasus-kasus campak sesuai karakteristik epidemiologi yang diperlukan.

Sebelum menemukan dan mengimpun kasus-kasus dalam rangkaian kegiatan

surveilans, perlu jelas :

1. Apakah problem kesehatan yang mendorong perlunya surveilans suatu

2. penyakit ?

3. Apakah tujuan surveilans telah jelas menjawab kebutuhan informasi untuk

4. manajemen program ?

5. Apakah kasus-kasus yang dimaksud sesuai dengan upaya memenuhi

6. informasi untuk manajemen program ? atau SKD_-KLB ?

7. Apakah kasus-kasus yang dimaksud terdapat pada suatu sumber data

8. tertentu ? Siapa dan bagaimana menemukan kasus-kasus tersebut ?

9. Apakah kasus-kasus yang dihimpun akan memperoleh data jumlah absolut,

10. rate secara total atau menurut karekateristik tertentu ?

Kasus campak, dan juga kasus-kasus yang lain, adalah seseorang atau suatu obyek

tertentu, yang menunjukkan ciri-ciri tertentu, berada pada tempat tertentu dan pada waktu

tertentu, sehingga ia dinyatakan oleh seseorang yang mengumpulkan data surveilans sebagai

kasus campak atau kasus-kasus lainnya. Kasus satu dengan kasus lain perlu ditetapkan ciri-

20

Page 21: Debby Adelayde

ciri tertentu yang spesifik, sehingga dapat dipilah berbagai jenis kasus yang ada di unit

sumber data. Rumusan ciri kasus tersebut disebut sebagai definisi operasional kasus.

Definsi operasional kasus adalah alat pemilah antara kasus dan bukan kasus. Ketidak

tepatan “definisi operasional kasus A”, misalnya, dapat berakibat suatu obyek dinyatakan

sebagai kasus A, padahal sebenarnya bukan, sebaliknya, suatu obyek dinyatakan sebagai

bukan kasus A, padahal sebenarnya adalah kasus A. Apabila terdapat 1000 obyek dinyatakan

sebagai kasus A, maka bisa terdapat 900 obyek benar sebagai kasus A, tetapi terdapat 100

obyek yang sebenarnya bukan kasus A, sehingga pengukuran besarnya angka kesakitan

menjadi tidak tepat (validitas).

2.9.3 Validitas dan Releabilitas

Validitas (sensitivitas, spesifisitas)

Validitas adalah menyatakan seberapa yakin (sahih) kasus dan bukan kasus yang

ditetapkan berdasarkan definisi operasional kasus tersebut benar sebagai kasus atau bukan

kasus. Validitas terdiri dari 2 jenis, sensitivitas dan spesifisitas.

1. Sensitivitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan

seberapa besar sejumlah kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai kasus berdasarkan

definisi operasional kasus.

2. Spesifisitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan

seberapa besar sejumlah bukan kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai bukan kasus

berdasarkan definisi operasional kasus. Secara teknis, “kasus yang diperiksa” atau

“kejadian yang diperiksa ternyata bukan kasus” itu adalah kejadian-kejadian yang

ditetapkan sebagai kasus dan bukan kasus dengan alat yang lebih canggih atau disebut

“gold standard”

Validitas merupakan karakter definisi operasional kasus yang sangat penting.

Pembahasan lebih luas pada bahasan atribut surveilans Berdasarkan pembahasan tersebut

diatas, maka suatu definisi operasional kasus mengandung penjelasan mengenai kejadian apa,

kapan dan dimana kejadian tersebut, dan disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

tujuan surveilans, dan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Definisi

operasional kasus disusun sedemikan rupa sesuai dengan cara menemukan obyek kasus, cara

merekamnya, cara pengolahan data, pelaporan dan desain analisis yang akan dilakukan.

21

Page 22: Debby Adelayde

Rumusan definisi operasional kasus juga perlu memperhatikan reliabilitas dan validitas serta

atribut surveilans lainnya serta kemampuan untuk memperoleh datanya.

Contoh :

Siatuasi kasus Campak

1. Seseorang yang menderita campak, maka kemungkinan berobat, sebagian tidak

berobat. Sebagian besar berobat ke Puskesmas dan sebagian yang lain ke Rumah Sakit.

2. Pencarian pengobatan terkendala jarak, dimana kasus-kasus dekat Puskesmas/Rumah

Sakit akan punya peluang berobat lebih besar dibanding kasus-kasus campak yang jauh

dari Puskesams/Rumah Sakit.

3. Program pengendalian campak dengan melaksanakan imunisasi pada anak usia 9- 11

bulan. Imunisasi juga dilakukan pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (booster). Imunisasi

khusus juga dilaksanakan pada anak 1-4 tahun yang dilaksanakan secara massal.

4. Program memerlukan informasi, daerah manakah yang banyak kasus campak ? pada

usia berapakah paling sering terjadi kasus campak ? Apakah program imunisasi berhasil

menurunkan angka kesakitan campak ?

Berdasarkan kebutuhan program dan cara-cara penderita mencari pengobatan, maka

dirumuskan definisi operasional kasus campak Definisi operasional kasus campak adalah

seseorang yang berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit dengan gejala demam, bercak merah

disertai dengan salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk. Pada kasus juga

direkam variabel yang diperlukan : nama tempat tinggal (kelurahan/desa), tanggal berobat,

umur, dan status imunisasi campak. Pada definisi operasional kasus tersebut tidak

memasukkan batasan waktu dan lokasi, tetapi untuk surveilans pada KLB, perlu menetapkan

batasan waktu dan lokasi.

Data yang diperoleh akan dianalisis dan diinformasikan pada pengelola program :

1. Distribusi kasus menurut Puskesmas pertahun dengan populasi berisiko penduduk

diperoleh dari BPS setempat

2. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva bulanan

kejadian campak di daerah tersebut

3. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva tahunan

kejadian campak dan hubungannya dengan cakupan imunisasi campak

22

Page 23: Debby Adelayde

Releabilitas

Definisi operasional kasus adalah alat untuk menentukan suatu diagnosis, baik

berdasarkan gambaran klinis, dan atau dukungan pemeriksaan lainnya. Releabilitas adalah

konsistensi suatu definisi operasional kasus ketika digunakan untuk menetapkan kasus atau

bukan kasus, baik oleh petugas yang sama pada waktu berbeda (konsistensi intra petugas),

atau antara satu petugas dengan petugas lain (konsistensi antar petugas). Untuk menjaga

reliabilitas, maka perlu ada pedoman, prosedur operasional standar, pelatihan, dan

monitoring-evaluasi penerapan definisi operasional kasus. Atau Reliabilitas adalah

pemeriksaan yg dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan sesuatu yg konsisten.

Faktor yg mempengaruhi:

1. Variabilitas alat

2. Variasi subyek

3. Variasi pemeriksa

Cara mengurangi variasi:

1. Standarisasi alat

2. Latihan intensif para pemeriksa

3. Penerangan yang jelas kepada orang yang akan diperiksa

Contoh

Definisi operasional (DO) kasus campak adalah demam, bercak merah disertai dengan

salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada DO kasus campak tersebut,

pengertian demam bisa berbeda satu petugas dengan petugas lain. Pada saat ditemukan kasus

oleh petugas A di Puskesmas, dengan hasil perabaan dahi menunjukkan demam, ditemukan

bercak kemerahan dan batuk, maka sesuai dengan DO kasus campak tersebut dimasukkan

sebagai kasus campak. Tetapi pada saat kasus yang sama tersebut datang ke petugas B, ia

menyebut bukan kasus campak, karena pada perabaan dahi dinyatakan suhu normal, atau

tidak demam. Pengukuran suhu oleh satu petugas bisa berbeda-beda metodenya, misalnya

satu saat petugas mengukur suhu badan pada ketiak, saat lain mengukur suhu badan pada

mulut, tetapi pengukuran dengan alat yang sama bisa dihasilkan simpulan yang berbeda, baik

karena cara menggunakan alat, maupun interpretasinya.

23

Page 24: Debby Adelayde

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surveilans epidemiologi adalah upaya rutin dalam pengumpulan, pengolahan, analisis

dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan masyarakat dengan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data kesehatan secara

sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak

yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan

populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan

respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

Bagian-bagian dari surveilans epidemiologi meliputi screening, mapping, pencatatan

dan pelaporan, serta validitas dan releabilitas.

3.2 Saran

Dalam memanajemen laboratorium harus dikelola dengan pengadministrasian

laboratorium yang tepat dan sesuai dengan tata cara yang ada agar tercipta kondisi yang

kondusif mengingat pentingnya manfaat administrasi dalam suatu kegiatan atau organisasi.

24

Page 25: Debby Adelayde

DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in

Indonesia. Washington DC

Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar

Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.

Hadisaputro, Soeharyo. 2013.” Epidemiologi Manajerial Teori dan Aplikasi”.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Hal 171-184

Kumalasari, Tri Novia. 2013. Modul Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi “Konsep

Surveilans Epidemiologi”. Indralaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sriwijaya.

Budiarto, Eko & Dewi Anggraeni. 2012. "Pengamatan Epidemiologis (Surveilans)", Pengantar

Epidemiologi, Edisi 2.Jakarta: EGC, hal 100-106.

Noor, Nur Nasry. 2013. "Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular", Pengantar

Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal 82-95

25