DAYA CERNA NDF DAN ADF PELET TONGKOL JAGUNG … · Judul Makalah : Daya Cerna NDF dan ADF Pelet...

53
i DAYA CERNA NDF DAN ADF PELET TONGKOL JAGUNG YANG MENGANDUNG SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING KACANG JANTAN SKRIPSI OLEH : SILVA INDAH SARI NURWAN I 111 11052 PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of DAYA CERNA NDF DAN ADF PELET TONGKOL JAGUNG … · Judul Makalah : Daya Cerna NDF dan ADF Pelet...

i

DAYA CERNA NDF DAN ADF PELET TONGKOL JAGUNG YANG MENGANDUNG SUMBER PROTEIN BERBEDA

PADA KAMBING KACANG JANTAN

SKRIPSI

OLEH :

SILVA INDAH SARI NURWANI 111 11052

PRODI ILMU PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2016

ii

DAYA CERNA NDF DAN ADF PELET TONGKOL JAGUNG YANG MENGANDUNG SUMBER PROTEIN BERBEDA

PADA KAMBING KACANG JANTAN

SKRIPSI

OLEH :

SILVA INDAH SARI NURWANI 111 11052

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana padaFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PRODI ILMU PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2016

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Silva Indah Sari Nurwan

NIM : I 111 11 052

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Mei 2016

Silva Indah Sari Nurwan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Makalah : Daya Cerna NDF dan ADF Pelet Tongkol Jagung yang

Mengandung Sumber Protein Berbeda pada Kambing

Kacang Jantan

Nama : Silva Indah Sari Nurwan

No. Stambuk : I 111 11052

Fakultas : Peternakan

Telah Disetujui,

Ir. H. Muhammad Zain Mide, MS. Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir,M.Sc Pembimbing Anggota

Mengetahui :

Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. ScDekan Fakultas Peternakan

Prof. Dr. Drh. Ratmawati Malaka, M. ScKetua Jurusan Ilmu Peternakan

Tanggal Lulus : Mei 2016

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Shalawat dan

Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang membawa

perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab.

Ucapan terima kasih dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda

Nurlela Abu dan juga kepada Ayahanda Nurwan S.Pd (Alm) (semoga Allah senantiasa

menjaga dan memberkahi segala aktivitasnya) atas kasih sayang, cinta, didikan dan

dukungan yang tulus diberikan. Kepada saudara-saudara ku Nirla Pratiwi Nurwan, Lisa

Sasgia Nurwan, Suwaril Dzahab Nurwan, Novri Ardi Wiranata Nurwan, Novrita

Khairin Putri Nurwan dan Abdul Rajab Nurwan yang selalu memberi suasana hangat

melalui canda tawa sehingga penulis semakin bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi.

Penulis dengan rendah hati juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya

kepada Kedua Pembimbing yaitu Bapak Ir.H.Muhammad Zain Mide, MS sebagai

pembimbing utama dan Bapak Prof.Dr.Ir.Asmuddin Natsir, M.Sc. selaku pembimbing

anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing dan

memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga penulis persembahkan kepada Ibu Alm. Dr. Harfiah, S. Pt., MP. yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada rekan-rekan Penelitian

Yuliana Padli, S.Pt, Andi Nuraini, S.Pt, Asrianti, S.Pt, Suarti, S.Pt, Namira Arsa,

S.Pt, Herilimiansyah, S.Pt, Eko Pramono, S.Pt atas kerjasama dan dukungannya.

vi

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat Hartina,

Rasnah BT. Halim, St. Nur Ramadhani, S.Pt, Yusri, S.Pt, Evy Harjuna Saad, S.Pt,

Faisal Saade, S.Pt, Muh. Nur Chaedir, Muhammad Syukri, May Rismi Anisa, S.Pt,

Rajma Fastawa, S.Pt, Mustabsyirah Usman, S.Pt, Syamsul Mardi, S.Pt, Asriani

Densy dan Adi Sofyan yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi

saya.

Tak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada rekan-rekan

SOLANDEVEN, KOPTER (Korps Pecinta Ternak), kakak- kakak MATADOR’10,

HUMANIKA UNHAS, UKM PENCAK SILAT UNHAS, TAPAK SUCI UNHAS

dan teman-teman KKN gel. 87 khususnya Sahabat-sahabat O2 Desa Pitumpidange

(Sahriani Ali, Wardha Junianty, Muh. Ikhsan Adnan, Eko Bagus, Ariesmunandar

Al-Ayubi dan Ma’ruf) yang terus memberi dukungan dan bantuan kepeda penulis

selama penulis menjalani proses perkuliahan.

Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.Semoga Skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Aamiin.

Makassar, Mei 2016

Silva Indah Sari Nurwan

vii

Silva Indah Sari Nurwan (I111 11 052). Daya Cerna NDF dan ADF PeletTongkol Jagung yang Mengandung Sumber Protein Berbeda pada Kambing Kacang Jantan. Dibawah bimbingan Muhammad Zain Mide sebagaipembimbing utama dan Asmuddin Natsir sebagai pembimbing anggota.

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya cerna NDF dan daya cerna

ADF pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung yang mengandung sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan. Percobaan dilakukan berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) menggunakan empat ekor kambing selama empat periode waktu. Perlakuan pakan komplit dibuat dalam bentuk pelet dengan bahan utama tongkol jagung dengan sumber protein berbeda yakni, P1 = pelet dengan sumber protein tepung ikan, P2 = pelet dengan sumber protein urea, P3 = pelet dengan sumber protein bungkil kedelai, P4 = pelet dengan sumber protein tepung rese. Hasil penelitian memperlihatkan rataan daya cerna NDF masing-masing perlakuan P1 = 45,50%, P2 = 51,50%, P3 = 52,90% dan P4 =55,40%, sementara daya cerna ADF masing-masing perlakuan adalah P1 =42,82%, P2 = 38,79%, P3 = 37,29%, dan P4 = 33,67%. Analisis ragam memperlihatkan perlakuan tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap daya cerna NDF dan ADF pakan komplit. Kesimpulan, penggunaan sumber protein berbeda, berupa tepung ikan, urea, bungkil kedelai ataupun tepung rese dalam pembuatan pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak mempengaruhi tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum pada kambing kacang jantan.

Kata Kunci : Kambing Kacang, Daya Cerna NDF dan ADF, Tongkol Jagung, Pelet, Sumber protein.

viii

Silva Indah Sari Nurwan (I111 11 052). NDF and ADF digestibility of corn cobs-based complete feed containing differnt protein sources on male kacanggoat. (Under the supervision of Muhammad Zain Mide as Main Supervisor and Asmuddin Natsir as co supervisor).

ABSTRACTThe aim of this study was to determine the NDF and ADF digestibility of

corn cob-based complete feed pellet containing different protein sources on male kacang goat. The experiment was carried out according to 4x4 Latin Square Design consisted of four kacang goats and four periods. The complete feed was provided in form of pelet using corn cobs as the main ingredients with four different protein sources, namely P1= pellet with fish meal as protein source, P2= pellet with urea as protein source, P3= pellet with soybean meal as protein source, P4 = pellet with rese meal as protein source. The result of study showed that the NDF digestibility for P1 = 45.50%, P2 = 51.50%, P3 = 52.90% and P4 = 55.40%. respectively, while the ADF digestibility for P1 = 42.82%, P2 = 38.79%, P3= 37.29%, and P4 = 33.67%, respectively. Analysis of variances indicated that treatment had no effect (P>0,05) on NDF and ADF digestibility of complete feed. in conclusion, the use of different protein sources i.e. fish meal, urea, soybean meal or rese meal in formulation of corn cobs-based complete feed pellet had no significant effects on improving NDF and ADF digestibilty of the ration on male kacang goat

Key words: Kacang Goat, Digestibilty of NDF and ADF, Corn Cobs, pellets, protein sources.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kambing Kacang ........................................................... 5

Gambaran Umum Pelet Pakan Komplit ..................................................... 8

Bahan-Bahan Pakan Sumber Protein .......................................................... 11

Bahan Pakan Sumber Energi ....................................................................... 13

Daya Cerna .................................................................................................. 15

Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) ............ 16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ...................................................................................... 20

Materi Penelitian ......................................................................................... 20

Metode Penelitian........................................................................................ 20

Prosedur Pembuatan Pelet Tongkol Jagung ................................................ 23

Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 24

Pengambilan Sampel ................................................................................... 24

Analisis Kimia............................................................................................. 25

Parameter yang Diukur................................................................................ 26

Analisis Data ............................................................................................... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Cerna NDF dan ADF ......................................................................... 29

x

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.................................................................................................. 31

Saran............................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

LAMPIRAN..................................................................................................... 36

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 41

xi

DAFTAR TABEL

No. HalamanTeks

1. Denah Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang Jantan .............. 21

2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Komplit Pelet ......................................... 21

3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing

Kacang Jantan.............................................................................................. 22

4. Kandungan Nutrisi Tiap Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang

Jantan........................................................................................................... 22

5. Rataan Kecernaan NDF dan ADF unuk masing-masing perlakuan............ 28

6. Rataan Daya Cerna NDF pelet tongkol jagung ........................................... 36

7. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap daya cerna

NDF............................................................................................................. 36

8. Sidik Ragam Daya Cerna NDF Pelet tongkol jagung ................................. 36

9. Rataan Daya Cerna ADF pelet tongkol jagung............................................ 37

10. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap daya cerna

ADF ............................................................................................................. 37

12. Sidik ragam daya cerna ADF pelet tongkol jagung ................................... 37

xii

DAFTAR GAMBAR

No. HalamanTeks

1. Kambing Kacang......................................................................................... 6

2. Skema Pembagian Fraksi Serat Berdasarkan Analisa Van Soest................ 18

3. Prosedur Pembuatan Pelet Tongkol Jagung untuk Kambing Jantan Kandang

Metabolisme ................................................................................................ 23

4. Kandang Metabolisme................................................................................. 38

5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan ........................................... 38

6. Proses Pembuatan Pelet............................................................................... 39

7. Proses pengambilan Sampel........................................................................ 39

8. Proses Analisis di Laboratorium ................................................................. 40

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan penduduk Indonesia yang disertai dengan peningkatan

kesadaran akan pentingnya zat nutrisi menyebabkan peningkatan permintaan

protein yang berasal dari ternak meningkat, khususnya dari ternak penghasil

daging seperti ternak kambing. Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak

ruminansia penghasil daging yang cukup potensial. Makanan utama ternak

kambing adalah hijauan berupa rumput lapangan. Hijauan merupakan sumber

energi dan vitamin yang baik, namun kandungan protein kasarnya relatif rendah

dibanding dengan bahan pakan biji-bijian, misalnya kacang kedelai dan jagung.

Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui perbaikan

pakan. Pemberian pakan kambing kacang umumnya hanya terdiri dari hijauan.

Saat ini, ketersediaan hijauan semakin terbatas karena semakin berkurangnya

lahan sumber hijauan sehingga perlu dicari bahan pakan alternatif. Salah satu jenis

bahan pakan yang cukup banyak tersedia adalah limbah pertanian, misalnya

tongkol jagung.

Tongkol jagung mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi, kandungan

protein yang amat rendah serta banyak mengandung lignoselulosa yang terdiri

dari lignin, selulosa dan hemiselolusa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Tongkol

jagung juga mempunyai ukuran yang besar, sehingga tidak dapat diberikan secara

langsung kepada ternak kambing oleh karena itu, untuk memberikannya perlu

penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto, dkk, 2003). Rendahnya kandungan

protein pada tongkol jagung dapat diatasi dengan penambahan bahan pakan yang

2

mengandung protein lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak

kambing.

Ada berbagai pilihan bahan pakan sumber protein yang tersedia dalam

jumlah yang banyak dan harganya murah antara lain tepung limbah udang (rese),

tepug ikan, bugkil kedelai dan urea. Menurut Alava et al,. (1982) produksi udang

Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4% pertahun. Pada tahun 2015

produksinya mencapai 785.900 ton dari jumlah itu, 60-70% menjadi limbah

(bagian kulit, kepala dan ekor). Limbah yang dihasilkan pun tentu sangat banyak

dan jika tidak diolah akan menjadi limbah yang mencemari lingkungan.

Volumenya terus menigkat lebih kurang 14% pertahun sejalan dengan

meningkatnya produksi udang dan ekspor udang beku olahan. Jika dilihat dari

segi nutrisinya, ternyata kandungan nutrisi limbah udang mempunyai potensi

untuk dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum ternak (Filawati, 2008).

Penggunaan sumber protein yang sangat menguntungkan adalah urea. Urea

dalam pakan suplemen untuk menyuplai unsur nitrogen yang bermanfaat untuk

mensintesa protein. Selain mudah didapat, urea juga mempunyai harga yang

relatif murah. Namun penggunaan urea dalam ransum ternak ruminansia perlu

memperhatikan ambang batas penggunaannya.

Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat baik sebagai sumber

protein, lemak maupun mineral. Tepung ikan mengandung protein cukup tinggi

yang tahan terhadap degradasi dalam rumen dan mengandung lemak sekitar 105

yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh yang sangat penting untuk

sistem hormon reproduksi. Kualitas tepung ikan juga sangat bervariasi tergantung

3

pada beberapa faktor, terutama kualitas bahan baku dan proses pembuatannya

(Abdullah dkk , 2007).

Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi

ternak. Kadar protein bungkil kedelai dapat mencapai 50% (Parakkasi, 1999).

Tingkat degradasi protein kedelai dalam rumen relatif tinggi dibandingkan dengan

sumber protein berkualitas baik lainnya, dapat mencapai 75% (Uhi, 2006).

Pakan komplit, merupakan formula pakan lengkap yang terdiri dari

berbagai campuran bahan pakan, sehingga mengandung protein dan energi yang

cukup. Pakan komplit merupakan pakan yang dibuat dan diberikan sebagai satu-

satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi

tanpa tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi dkk., 2005). Karakter lain yang

mempengaruhi efisiensi penggunaan pakan komplit adalah efektivitas fisik serat

NDF (Neutral Detergen Fiber). Karakter tersebut menggambarkan efektivitas

serat ADF (Acid Detergen Fiber) yang secara fisik berperan dalam menstabilkan

kondisi ekosistem rumen dan merupakan fungsi ukuran partikel pakan dan

kandungan NDF dalam pakan (Merten, 1997). Penggunaan pakan komplit dari

campuran tongkol jagung yang telah diolah menjadi pakan komplit diharapakn

dapat berpengaruh terhadap kondisi rumen yang berujung pada peningkatan daya

cerna serat NDF dan ADF dari ransum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

sumber protein yang berbeda (tepung ikan, urea, bungkil kedelai dan tepung rese)

pada pembuatan pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung terhadap daya cerna

NDF dan ADF pakan pada ternak kambing kacang jantan.

4

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

masyarakat dan peternak tentang pemanfaatan pelet komplit yang dibuat dari

tongkol jagung dengan penggunaan sumber protein yang berbeda.

5

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kambing Kacang

Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas

oleh masyarakat karena sangat potensial untuk berkembang karena dapat

menghasilkan daging dan kulit. Ternak kambing yang banyak terdapat di

Indonesia adalah kambing kacang. Kambing kacang merupakan kambing asli

dengan ukuran badan kecil (Sumartini, 2004).

Pada mulanya penjinakan kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat

sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal

dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu bezoar goat atau

kambing liar eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus

blithy), dan kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri).

Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan bezoar

(Prabowo, 2010).

Menurut Setiadi, dkk (2002) ada dua rumpun kambing yang dominan di

Indonesia yakni kambing kacang dan kambing ettawah. Kambing kacang

berukuran kecil sudah ada di Indonesia sejak tahun 1900-an dan kambing ettawah

tubuhnya lebih besar menyusul kemudian masuk ke Indonesia.

Kemudian ada juga beberapa jenis kambing yang didatangkan ke

Indonesia pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda dalam jumlah kecil

sehingga menambah keragaman genetik kambing di Indonesia. Sejalan dengan

bertambahnya jenis bangsa kambing maka lama kelamaan terjadilah proses

6

adaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik sesuai dengan lingkungan dan

manajemen pemeliharaan yang ada di daerah setempat (Prabowo, 2010).

Sumber : Prabowo (2010)

Gambar 1. Kambing Kacang

Menurut Pamungkas (2009) kambing kacang merupakan kambing asli

Indonesia. Kambing ini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Ciri-ciri kambing

kacang yaitu badan kecil, telinga pendek tegak, leher pendek, punggung

meninggi, jantan dan betina bertanduk, tinggi badan jantan dewasa rata-rata 60–

65 cm, tinggi badan betina dewasa rata-rata 56 cm, bobot dewasa untuk betina

rata-rata 20 kg dan jantan 25 kg.

Devendra dan Burns menambahkan (1994), profil kambing kacang

berbentuk lurus. Ekor kelihatan kecil dan tegang. Ambing kecil dengan

konformasi baik dengan puting yang besar. Bulu pendek serta kasar pada yang

betina, tetapi pada yang jantan lebih panjang. Kambing kacang tahan hidup pada

keadaan kondisi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi pada

metode manajemen yang berubah-ubah dan sangat beragam. Umur ketika

mencapai pubertas sekitar enam bulan pada yang jantan..

7

Kambing kacang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat

hidupnya dan biasa digunakan sebagai ternak penghasil daging. Bulu berwarna

hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang,

melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan

betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan punggung

melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu (Prabowo, 2010).

Berikut ini klasifikasi kambing secara umum (Myers et al., 2012) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

sub-filum : Vertebrata

kelas : Mammalia

ordo : Artiodactyla

sub-ordo : Ruminantia

familia : Bovidae

sub-familia : Caprinae

genus : Capra

spesies : Capra hircus

Sumoprastowo (1986) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak

kambing sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi berulang kali, sesuai

kebiasaan kambing, sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak tersebut

perlu diberi kesempatan yang lebih banyak untuk membangun jaringan-jaringan

baru yang rusak. Kandungan pakan yang lebih tinggi diharapkan dapat

8

meningkatkan peran protein untuk membangun jaringan tubuh sehingga dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan ternak.

Kualitas bahan pakan dapat dilihat pada besarnya pengaruh terhadap

penampilan ternak melalui konsumsi dan kecernaan bahan pakan tersebut.

Paramita (2008) menyatakan bahwa konsumsi pakan berkaitan dengan kecernaan

nutrien yang dikandung, sedangkan kecernaan dipengaruhi oleh jumlah serta

kandungan nutrien yang dikonsumsi oleh ternak. Namun demikian tidak dapat

dipungkiri bahwa penampilan ternak tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas bahan

pakan akan tetapi jumlah pakan yang tersedia juga menjadi faktor pembatas di

waktu tertentu.

B. Gambaran Umum Pelet Pakan Komplit

Pakan lengkap atau pakan komplit adalah campuran bahan pakan termasuk

hijauan sumber serat kasar dengan proporsi yang seimbang yang diolah dan

dicampur menjadi campuran yang seragam dengan kandungan nutrien yang sesuai

dengan kebutuhan ternak. Pakan komplit (total mixed ration) merupakan suatu

strategi pemberian pakan yang telah lama diterapkan, khususnya pada industri

sapi perah (Tafaj et al., 2007).

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk

ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu –

satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi

tanpa tambahan substansi lain kecuali air. Semua bahan pakan tersebut, baik

pakan kasar maupun konsentrat dicampur secrara homogen menjadi satu (Mide,

dkk, 2011).

9

Menurut Yani (2001) 6 keuntungan pembuatan pakan komplit diantaranya:

(1) Meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan, (2) Dapat mendorong

meningkatnya konsumsi, (3) Untuk membatasi konsumsi konsentrat, (4) Mudah

dalam pencampuran antara hijauan dan konsentrat (5) Memudahkan ternak

menjadi kenyang dan (6) Mengurangi debu pada pakan. Xu et al., (2007)

menambahkan pakan komplit dapat digunakan untuk meningkatkan taraf

penggunaan hasil sisa/samping industri agro yang tergolong limbah basah (wet by

products) yang relatif cepat rusak. Pencampuran limbah basah dengan bahan

pakan lain yang relatif kering untuk menyusun pakan komplit dapat mengurangi

biaya pengeringan.

Sumartini (2004) mengatakan bahwa adapun kelebihan pakan berbentuk

pelet adalah meningkatkan selera makan/palatabilitas ternak, pemborosan ransum

akibat tumpah/terbuang dapat ditekan, dapat mengefesienkan formula ransum,

karena setiap butiran pelet mengandung nutrisi yang sama dan ternak tidak diberi

kesempatan untuk memilih-milih makanan yang disukai.

Menurut Utomo (2003) pemberian pakan dalam bentuk pakan siap saji

harus memperhatikan kehidupan mikroba rumen karena pencerna serat kasar ini

hidup baik pada kondisi derajat keasaman netral, sehingga turunnya pH dalam

rumen pada pemberian pakan siap saji harus dihindari agar tidak terjadi

penurunan kecernaan serat kasar. Pengurangan ukuran partikel pakan dengan

penggilingan kemudian dibuat pelet merupakan salah satu perlakuan pradigesti

pada pakan berserat secara fisik yang mampu meningkatkan kecernaan. Bentuk

10

pakan lengkap berupa pelet memudahkan saat pemberian, dan penanganan pakan

menjadi lebih praktis (Suhartanto, dkk, 2003).

Prospek penggunaan pakan komplit pada kambing sebenarnya cukup

menjanjikan baik ditinjau dari aspek metabolisme maupun dari sudut potensi dan

optimalisasi pemanfaatan sumber daya pakan berbasis hasil sisa pertanian dan

industri-agro. Secara metabolik, kebutuhan energi dan kapasitas organ cerna

kambing pada dasarnya membutuhkan jenis pakan dengan konsentrasi nutrisi

yang tinggi sebagaimana karakteristik pakan komplit. Hal ini terkait dengan

ukuran tubuh yang relatif kecil. Taraf penggunaan pakan komplit yang umumnya

bersifat kering dapat menimbulkan hypovolemia yang merupakan faktor

penginduksi rendahnya konsumsi pakan. Namun, hal ini hanya terjadi pada awal

waktu makan. Total sekresi saliva juga cenderung menurun dengan pemberian

pakan kering dan berpotensi menimbulkan gangguan metabolik seperti

parakeratosis, laminitis dan asidosis. Namun hal ini dapat dicegah dengan formula

pakan yang mengandung rasio roughage/konsentrat yang optimal (Ginting, 2009).

Kualitas fisik pakan pelet seperti kekerasan (hardness) dan daya tahan

(durability) dipengaruhi oleh komposisi kimiawi bahan seperti lemak, pati,

protein dan serat. Terkait dengan penggunaan roughage dalam pakan komplit

pelet, maka unsur serat akan memiliki pengaruh dominan dibandingkan dengan

unsur lain. Pengaruh unsur serat terhadap kualitas fisik pelet ditentukan oleh sifat

kimiawi unsur penyusun serat. Unsur serat yang larut dalam air, seperti glukan,

arabinoxylan dan pektin memiliki sifat viskositas yang tinggi, sehingga cenderung

meningkatkan daya tahan pelet, sedangkan unsur serat (NDF) yang tidak mudah

11

larut seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin dapat menurunkan daya (Thomas et

al., 1998).

Bahan-Bahan Pakan Sumber Protein

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai

sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang

yang diketahui banyak berperan dalam memperbaiki penampilan reproduksi

ternak (Hartadi, dkk, 2005). Tepung ikan sebagai sumber protein hewani memiliki

kedudukan yang penting yang sampai saat ini masih sulit digantikan

kedudukannya oleh bahan baku lain bila ditinjau dari kualitas maupun dari

harganya. Kandungan protein asam amino esensial yang kompleks, diantaranya

asam amino lisin dan metionon. Di samping itu, juga mengandung mineral

kalsium dan fosfor, serta vitamin B komplek, khususnya vitamin B12 (Rasyaf,

1994).

Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di

dalam sistem pencernaan ruminansia.Urea dalam proporsi tertentu mempunyai

dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea

yang ditambahkan dalam pakan ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda,

ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein

dan urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan. Selain

meningkatkan kualitas hijauan, urea juga dapat digunakan sebagai pengganti

12

protein. Urea dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein untuk

pertumbuhan pada produksi ternak ruminansia (Alava et al., 1982).

Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan

dipecah oleh enzim urease menjadi CO2 dan amonia, kemudian amonia bersama

mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi.

Apabila urea berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh ternak maka urea akan

diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di

dalam hati dibentuk kembali amonia yang akhirnya dieksresikan melalui urine dan

feses (Parakkasi, 1999).

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai

bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil kedelai mempunyai

kandungan protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran

kandungan protein bungkil kedelai mencapai 44-51%. Pada dasarnya bungkil

kedelai dikenal sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994).

Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi

ternak. Kadar protein bungkil kedelai dapat mencapai 50% (Parakkasi, 1999).

Tingkat degradasi (protein) kedelai dalam rumen relatif tinggi dibandingkan

dengan sumber protein berkualitas baik lainnya, dapat mencapai 75%. (Hartadi,

dkk, 2005).

Tepung Rese/Tepung Limbah Kepala Udang

Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang

terdiri dari kepala dan kulit udang. Daging udang mengandung asam amino

13

essensial, seperti lisin, histidin, arginin, tirosin, triptofan, dan sistin. Kandungan

protein kasar yang tinggi dalam kulit udang tersebut tidak dapat dimanfaatkan

secara maksimal karena adanya faktor pembatas dalam kulit udang, yaitu

kandungan khitin yang tinggi. Kandungan khitin pada kulit udang yaitu 30% dari

bahan keringnya. Protein yang terkandung dalam kulit udang berikatan erat

dengan khitin dan kalsium karbonat (dalam ikatan protein–khitin-kalsium

karbonat) sehingga dalam penggunaanya pada ternak akan menurun, terutama

dalam pencernaan (Purwaningsih, 2000).

Hartadi, dkk., (2005) menambahkan tepung limbah udang merupakan

produk limbah yang memiliki kandungan nutrien cukup baik, yaitu energi

termetabolis sebesar 1190 kkal/kg, protein kasar 43,4%, kalsium 7,05%, dan

fosfor 1,52%. Menurut Rasyaf (1994) tepung cangkang udang mengandung

protein kasar antara 35 hingga 45% dan mengandung mineral (kalsium, fosfor dan

magnesium).

Bahan Pakan Sumber Energi

Tongkol Jagung

Tongkol jagung adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah diambil

bijinya dan merupakan limbah padat. Selama ini tongkol jagung selalu dibuang

atau dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif

karena mudah didapat, kandungan nutrisinya memadai dan ketersediaannya cukup

sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Wahyono dan

Hardiyanto, 2004). Tongkol jagung adalah limbah yang diperoleh ketika biji

jagung dirontokkan dari buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk

14

utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol atau janggel (Suhartanto, dkk,

2003).

Tongkol jagung merupakan limbah hasil pertanian yang termasuk dalam pakan

kasar. Tongkol jagung dapat diberikan pada ternak ruminansia dan merupakan

bahan pakan kasar berkualitas rendah. Tongkol jagung termasuk dalam bahan

pakan yang kurang palatabel dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi

jamur dalam beberapa hari. Komposisi nutrisi tongkol jagung terdiri dari bahan

kering (BK) 90%, protein kasar (PK) 2,8%, lemak kasar (LK) 0,7%, abu 1,5%,

serat kasar (SK) 32,7%, dinding sel 80%, selulosa 25%, lignin 6% dan ADF 32%

(Wahyono dan Hardiyanto, 2004).

Molases

Molases merupakan hasil sampingan dari pengolahan gula tebu, molases sering

disebut sebagai tetes atau pith. Molases merupakan limbah dari pabrik gula yang

kaya karbohidrat yang mudah larut (48-68% berupa gula) untuk sumber energi

dan mineral disamping membantu fiksasi nitrogen urea dalam rumen juga dalam

fermentasinya menghasilkan asam-asam lemak atsiri yang merupakan sumber

energi yang penting untuk biosintesa dalam rumen. Molases memiliki bentuk

yang cair dan berwarna coklat (Wisnu dan Ariharti, 2012).

Dedak Padi

Dedak padi (ricebran) merupakan sisa dari penggilingan padi, yang

dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat

kasar berkisar 27%. Dedak padi mengandung protein 19,2%, lemak 13%, dan

serat kasar 11,4% (Anggarodi, 1995).

15

Dedak Jagung

Dedak jagung adalah limbah dari hasil olahan tanaman jagung, dedak jagung

biasa disebut tepung jagung atau empok jagung. Dedak jagung berbentuk mesh

atau tepung dan berwarna kuning. Dedak jagung mengandung BK 84,980%, PK

9,379%, LK 5,591%, dan SK 0,577% (Winarno, 2004).

Tapioka

Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang

ampasnya. Ubi kayu tergolong polisakarida yang mengandung pati dengan

kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu

amilopektin 83% dan amilosa 17%, sedangkan buah-buahan termasuk

polisakarida yang mengandung selulosa dan pektin (Winarno, 2004).

Mineral

Mineral adalah zat yang berperan dalam menjaga keseimbangan dalam tubuh

terutama untuk membantu proses metabolisme dan pertukaran zat. Unsur mineral

di bagi menjadi dua golongan, yaitu unsur makro elemen dan unsur mikro elemen

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sangat sedikit. Tubuh tidak mampu

mensintesis mineral sehingga unsur-unsur ini harus disediakan lewat makanan.

Unsur-unsur mineral terdapat didalam jaringan tulang dan gigi ( Hartadi, dkk,

2005).

C. Daya Cerna

Secara definisi daya cerna (digestibility) adalah bagian nutrien pakan yang

tidak diekskresikan dalam feses. Daya cerna didasarkan atas suatu asumsi bahwa

nutrien yang tidak terdapat di dalam feses adalah habis dicerna dan diabsorpsi.

16

Biasanya daya cerna dinyatakan dalam bahan kering dan apabila dinyatakan

dalam persentase disebut koefisien cerna. Suatu percobaan pencernaan dikerjakan

dengan mencatat jumlah pakan yang dikonsumi dan feses yang dikeluarkan dalam

satu hari (Kamal, 1994).

Selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan yang

dimakan dan zat-zat makanan dalam feses adalah jumlah yang tinggal dalam

tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat makanan yang dicerna dapat pula disebut

koefisien cerna (Anggorodi, 1979).

Menurut Tillman, dkk., (1991) daya cerna berhubungan erat dengan komposisi

kimianya dan serat kasar mempunyai pengaruh terbesar. Selulosa dan

hemiselulosa adalah serat kasar yang sukar dicerna terutama bila mengandung

lignin. Dengan diketahui jumlah nutrien di dalam pakan dan jumlah nutrien

dalam feses maka dapat diketahui pula jumlah nutrien tercerna atau digestible

nurien (TDN) dari masing-masing nutrien yang dapat dihitung, yaitu dengan

menghitung digestible nutrien dari masing-masing nutrien tersebut (Kamal, 1994).

NDFNDF adalah zat makanan yang tidak larut dalam detergent neutral dan

merupakan bagian terbesar dari dinding sel tanaman. Bahan ini terdiri atas

selulosa, hemiselosa, lignin, silica dan beberapa protein fibrosa. NDF mempunyai

korelasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi hijauan (Sadeli, 2011).

Ensminger dan Olentine (1980) pula menyatakan mengestimasi konsumsi

bahan kering hijauan makanan ternak, NDF mempunyai kolerasi yang tinggi

dengan jumlah konsumsi hijauan makanan ternak. Semakin tinggi NDF maka

kualitas hijauan makanan ternak semakin rendah.

17

Anggorodi (1979) menyatakan bahwa selulosa tidak dapat dicerna dan

digunakan sebagai makanan kecuali pada hewan ruminansia yang mempunyai

pengaruh kecil terhadap selulosa.

Analisa Van Soest merupakan sistem analisa bahan makanan yang lebih

relevan dengan manfaatnya bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi

nilai gizi hijauan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisa van soest membagi fraksi

hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent. Kenyataan dilapangan

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai nutrisi dari serat kasar

karena adanya mikroba yang hidup di dalam saluran pencernaan yang mampu

memproduksi enzim yang dapat mencerna serat kasar dijadikan sumber energinya.

Mikroba rumen hidup di rumen ternak ruminansia dan sel pencernaan paling

belakang (sekum) ternak tertentu (Van Soest, 1982).

ADF

ADF merupakan zat makanan yang tidak larut dalam asam. ADF terdiri atas

selulosa, lignin dan silika. Makin tinggi kandungan ADF, maka kualitas pakan

semakin rendah (Amin, 2013). ADF dapat digunakan untuk mengestimasi

kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan

menggunakan larutan Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan

lignin (Ensmiger dan Olentine, 1980).

Arora (1989), menyatakan bahwa ADF mengandung 15% pentosa yang

disebut micellar pentosa yang sulit dicerna dibandingkan dengan jenis karbohidrat

lainnya. Pentosa adalah campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam

18

tanaman yang dalam hidrolisis keduanya menghasilkan arabinose dan xilose yang

ditemukan dalam hemiselulosa.

Van Soest (1982), melaporkan pembagian hijauan dengan sistem analisa

detergent seperti tercantum pada Gambar 4.

Oven 105°

Detergen netral

Detergen asam

H2SO4

HBr 48%

Sumber : Cockerell et al., (1997)

Gambar 2. Skema Pembagian Fraksi Serat Berdasarkan Analisa Van Soest

Bahan makanan

Air Bahan Kering

Isi Sel Dinding Sel (NDF)

Nitrogen Dinding Sel

Lignoselulosa (ADF)

Selulosa Lignin tidak larut pengabuan

SilikaLignin

19

HIPOTESIS

Pemberian pelet pakan komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan sumber

protein berbeda akan mempengaruhi tingkat kecernaan NDF dan ADF pakan pada

kambing kacang jantan.

20

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015.

Penelitian dimulai dengan pembuatan pelet pakan komplit yang akan

dilaksanakan di Laboratorium Industri dan Teknologi Pengolahan Pakan Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin yang kemudian dilanjutkan dengan analisis

kandungan NDF dan ADF berdasarkan analisis Van Soest di Laboratorium Kimia

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung,

tepung jagung, dedak padi, tepung tapioka, tepung rese, urea, bungkil kedelai,

tepung ikan, molases, mineral sapi, dan garam dapur. Bahan yang digunakan

untuk analisis Van Soest yaitu larutan NDF, larutan ADF, alkohol dan aquades.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan, mesin penggiling, oven,

mesin pelet, baskom dan seperangkat alat untuk analisis Van soest.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin

4x4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan pakan tersebut

sebagai berikut:

P1 : Pelet pakan komplit mengandung tepung ikan

P2 : Pelet pakan komplit mengandung urea

P3 : Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai

P4 : Pelet pakan komplit mengandung tepung rese

21

Adapun denah perlakuan pelet pakan komplit pada kambing kacang jantan

menurut rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Denah Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang JantanPeriode Kambing

A B C DI P1 P2 P4 P3

II P2 P1 P3 P4

III P4 P3 P1 P2

IV P3 P4 P2 P1

Keterangan: P1: Pakan komplit mengandung tepung ikan. P2: Pakan komplit mengandung urea. P3 : Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai. P4 : Pelet pakan komplit mengandung tepung rese

Adapun komposisi kimia bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan

pakan komplit pelet dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan pakan komplit pelet

Sumber: a=Anonymous (2009). b= Anggorodi (1995). c= Suryaningrum (2011)

Bahan PakanKandungan Nutrisi

BK PK SK LK Ca PTongkol jagunga (%) 90,62 2,8 25,38 1,8 - -Tepung Ikanb (%) 89,7 59,0 5,7 9,0 5,5 2,6Tepung Resec (%) 91,4 45 17,59 6,62 7,76 1,31Urea (%) - 287 3 14,8 12 5Bungkil kedelaib (%) 88,6 49,0 3,5 1,5 0,32 0,24Bungkil Kelapa (%) 87,9 21,5 15 2 0,2 0,2Dedak padib (%) 89,6 12,9 11,4 13,0 0,04 0,21Tepung Tapiokab (%) 89,7 2,5 4,0 0,5 0,3 0,12Tepung jagungb (%) 89,1 9,0 2,0 4,0 0,02 0,1Molasesb (%) 87,5 4,0 0,38 0,08 1,5 0,1Mineral mix (%) - - - - 16,2 5,2Garam (%) - - - - 0,1 -

22

Komposisi bahan pakan pada setiap perlakuan pakan komplit pada kambing

Kacang jantan tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang Jantan

Bahan pakanPerlakuan

P1 P2 P3 P4

Tongkol Jagung (%) 50 50 50 50Tepung Ikan (%) 7,6 0 0 0Tepung Rese (%) 0 0 0 4,1Urea (%) 0 1,1 0 0Bungkil Kedelai(%) 0 0 8 0Bungkil Kelapa (%) 5 5 5 5Dedak Padi (%) 11 15 11 12,9Tepung Tapioka (%) 1 1 1 1Tepung Jagung (%) 8,4 10,9 8 10Molases (%) 15 15 15 15Mineral Mix Sapi (%) 1 1 1 1Garam (%) 1 1 1 1Total 100 100 100 100

Keterangan: P1: Pakan komplit mengandung tepung ikan. P2: Pakan komplit mengandung urea. P3 : Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai. P4 : Pelet pakan komplit mengandung tepung rese.

Kandungan nutrisi pada setiap perlakuan pelet pakan komplit disajikan dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Tiap Perlakuan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang Jantan

NutrisiPerlakuan

P1 P2 P3 P4Bahan Kering (%) 87,31 86,00 87,20 87,53Protein Kasar (%) 10,42 10,19 10,28 10,24Serat Kasar (%) 15,35 15,30 15,10 16,89Lemak Kasar (%) 4,10 3,16 2,63 3,35Ca (%) 1,00 0,53 0,44 1,34P (%) 0,34 0,17 0,13 0,26Keterangan:

P1: Pakan komplit mengandung tepung ikan. P2: Pakan komplit mengandung urea. P3 : Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai. P4 : Pelet pakan komplit mengandung tepung rese.

23

Prosedur Pembuatan Pelet Tongkol Jagung

Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar digiling halus

terlebih dahulu dengan menggunakan grinder (mesin penggiling). Kemudian

setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur

secara merata setelah molases ditambahkan air 10% dari total pakan. Pencetakan

pelet dilakukan dengan menggunakan mesin pelet.

Adapun prosedur pembuatan pelet pakan komplit untuk kambing Kacang

jantan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Prosedur Pembuatan Pelet Pakan Komplit Kambing Kacang Jantan Kandang Metabolisme

Penggilingan Bahan Pakan yang Masih

Kasar

Tongkol Jagung

Formulasi

Penimbangan

Air 10%

Mixing

Peleting

Diangin-anginkan

Pelet pakan komplit siap diberikan kambing

24

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur 1,5

– 2,0 tahun. Kambing ditempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi

tempat pakan dan air minum. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai

kandang yang berfungsi sebagai filtrasi feses dan urine, dibawah ram plastik

dipasang lembaran plastik yang berfungsi menadah urine dan dialirkan masuk ke

dalam bak penampungan, tetapi urine yang mengalir melalui corong juga

dipasangi saringan, sehingga feses dan urine tertampung dalam penampungan

masing-masing.

Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap

yaitu tahap pertama pembiasaan selama 9 hari dan tahap kedua yaitu pengambilan

data selama 6 hari. Pembiasaan pakan dimaksudkan agar ternak terbiasa dengan

pakan yang diberikan. Periode koleksi atau pengambilan data adalah data yang

diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan sedangkan pemberian pakan dan

air minum dilakukan secara ad-libitum.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pakan dilakukan setiap hari selama periode koleksi

data tiap periode penelitian. Sampel pakan yang diberikan dan sisa diambil

masing-masing sebanyak 50 g dan pada hari terakhir koleksi data dikompositkan

kemudian masing-masing sampel diambil 10% untuk kebutuhan analisis di

Laboratorium.

25

Analisis Kimia

Sampel pakan dan sampel feses dianalisis untuk kandungan NDF dan ADF.

Prosedur analisis NDF dan ADF dilakukan berdasarkan prosedur Van Soest

(1982) sebagai berikut:

Analisis NDF

1. Timbang 0,25 gram sampel kemudian masukkan kedalam tabung reaksi 50 ml

2. Masukkan ke dalam tabung reaksi 50 ml

3. Tambah 25 ml larutan NDF, kemudian tutup rapat tabung tersebut

4. Rebus dalam air mendidih selama 1 jam (sekali-kali dikocok)

5. saring ke dalam sintered glass No.1 yang diketahui beratnya (a gram) sambil

diisap dengan pompa vacum

6. Cuci dengan air panas lebih kurang 100 ml (secukupnya)

7. Cuci dengan lebih kurang 50 ml alkohol

8. Ovenkan pada suhu 1050C selama 8 jam atau biarkan bermalam

9. Dinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian timbang (b gram)

Kadar NDF dihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar NDF (%) = c − ba x 100%dimana :

a = berat sample bahan kering

b = berat sintered glass kosong

c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan

26

Analisis ADF

1. Timbang sampel kurang lebih 0,3 gram kemudian masukkan kedalam tabung

reaksi 50 ml

2. Tambah 30 ml larutan ADF kemudian tutup rapat tabung tersebut

3. Rebus dalam air mendidih selama 1 jam sambil sekali-kali dikocok

4. Saring dengan sintered glass No.1 yang telah diketahui beratnya (a gram)

sambil diisap dengan pompa vacum.

5. Cuci dengan lebih kurang 100 ml air mendidih dan 50 ml alkohol

6. Ovenkan pada suhu 1050C selama 8 jam atau dibiarkan bermalam

7. Dinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (b gram).

Kadar ADFdihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar ADF (%) = ?− ?a x 100%dimana :

a = berat sample bahan kering

b = berat sintered glass kosong

c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan

Perameter Yang Diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah daya cerna NDF dan

ADF dihitung dengan rumus berikut menurut (Van Soest,1982) :

DC NDF % = Konsumsi NDF – NDF Feses X 100%Konsumsi NDF

DC ADF % = Konsumsi ADF – ADF Feses X 100%Konsumsi ADF

27

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam menurut Rancangan Bujur Sangkar

Latin 4 x 4 ( 4 perlakuan dan 4 ulangan) dan apabila perlakuan berpengaruh nyata

dilanjutkan dengan menggunakan Uji Duncan (Sudjana, 1991). Dengan model

matematika sebagai berikut :

Model matematika

Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk

Yijk = Nilai pengamatan

Ket: µ = rataan umum

ßi = pengaruh baris ke-i (i = 1, 2, 3, 4)

Κj = pengaruh kolom ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

Ƭk = pengaruh perlakuan ke k (k = 1, 2, 3, 4)

ξ ijk = galat percobaan

.

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran kecernaan suatu bahan pakan adalah salah satu cara untuk

menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan yang dapat didegradasi dan diserap

dalam saluran pencernaan. Rataan kecernaan NDF dan ADF pada ternak kambing

kacang jantan untuk masing-masing perlakuan pelet pakan komplit berbasis

tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata kecernaan NDF dan ADF untuk masing-masing perlakuan

Keterangan :P1 = Pelet pakan komplit menggunakan tepung ikanP2 = Pelet pakan komplit menggunakan ureaP3 = Pelet pakan komplit menggunakan bungkil kedelaiP4 = Pelet pakan komplit menggunakan tepung rese

Kecernaan NDF bervariasi dari 45,50% (P1) hingga 55,40% (P4) dengan

rataan 51,32%. Begitupula dengan tingkat kecernaan ADF ransum, bervarisi

antara 33,67% (P4) hingga 42,82% (P1) dengan rataan 38,14%. Analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap

kecernaan NDF dan ADF ransum komplit pada kambing jantan dengan sumber

protein yang berbeda.

Nilai kecernaan NDF dan ADF dapat dipengaruhi diantaranya oleh spesies

ternak, bentuk fisik makanan, jumlah pakan yang dikonsumsi, komposisi bahan

pakan, laju makanan dalam saluran pencernaan dan suhu lingkungan (Tillman,

dkk, 1991). Anggorodi (1979) menambahkan nilai kecernaan NDF dapat

Parameter PerlakuanRerata

P1 P2 P3 P4

Daya Cerna NDF (%) 45,50 51, 50 52,90 555,40 51,32

Daya Cerna ADF (%) 42,82 38,79 37,29 33,67 38,14

29

disebabkan oleh kandungan nutrisi pakan, komposisi ransum (tingkat protein),

jumlah pakan, penyiapan pakan, dan faktor ternak. Tidak adanya perbedaan daya

cerna NDF karena kandungan NDF dan kandungan protein ransum relatif sama

sehingga sumber protein yang berbeda tidak signifikan merubah kondisi

fermentasi rumen sehingga berakibat pada tidak adanya perbedaan daya cerna.

Rataan daya cerna ADF juga tidak berbeda akibat perbedaan sumber

protein. Hal ini dapat dimaklumi karena ADF merupakan bagian dari NDF yang

terdiri dari selulosa dan lignin sehingga ADF lebih sukar dicerna karena

kandungan lignin dan silika pada pakan sedangkan menurut pendapat (Van Soest,

1982) menyatakan bahwa lignin dan silika tidak dapat dicerna oleh

mikroorganisme rumen. Fraksi serat sering terdapat dalam bentuk berikatan

dengan lignin sehingga menjadi sulit dicerna oleh mikroba rumen. Kecernaan

suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai manfaat

dari bahan pakan tersebut dengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi

dan jumlah makanan yang dikeluarkan melalui feses (Sadeli, 2011).

Daya cerna NDF dan ADF yang diperoleh dalam penelitian ini lebih

rendah dari apa yang dilaporkan oleh Yulianto (2012) dimana ransum jerami

sebagai perlakuan kontrol dengan penambahan kaliandra, gamal dan lamtoro

sebagai sumber protein memiliki daya cerna NDF 49,68%, 50,74%, 54,68% dan

56,43% dengan rata-rata 52,88%, sementara ADF 43,80%, 47,53%, 45,26% dan

55,67% dengan rata-rata 48,08%. Adanya perbedaan daya cerna NDF dan ADF

antara hasil penelitian ini dengan yang dilaporkan oleh yulianto berkaitan erat

dengan bahan baku ransum dan sumber protein yang digunakan berbeda.

30

Penggunaan sumber protein yang berbeda ternyata tidak dapat

mempengaruhi tingkat kecernaan NDF pelet pakan komplit. Tidak adanya

pengaruh sumber protein berbeda terhadap peningkatan daya cerna NDF pakan

berkaitan erat dengan karakteristik NDF yang merupakan komponen dinding sel

tanaman yang disusun oleh komponen hemiselulosa, selulosa, pati dan lignin.

Perbedaan sumber protein kemungkinan tidak signifikan pengaruhnya terhadap

kondisi rumen sehingga pada gilirannya tidak menghasilkan adanya perbedaan

daya cerna NDF.

Tidak adanya perbedaan daya cerna NDF akibat perbedaan sumber protein

juga terjadi pada kecernaan ADF yang mana sumber protein berbeda tidak

melibatkan perbedaan daya cerna ADF. Sumber protein yang berbeda memiliki

karakteristik yang berbeda berkaitan dengan tingkat degradasinya dalam rumen

menjadi amonia (NH3). Level NH3 yang optimum untuk memaksimalkan sintesis

protein mikroba adalah 50-80 mg/dl cairan rumen (Van Soest et al., 1982).

Walaupun kadar NH3 rumen dalam peneltian ini tidak diukur, namun ada

kemungkinan rataan kadar NH3 antar penambahan tidak jauh berbeda.

Penambahan pelet pakan komplit diharapkan dapat menyiapkan energi yang

mudah terpakai untuk sintesis protein mikroba dalam rumen (Natsir, 2012),

dengan sumber NH3 yang berasal dari sumber protein berbeda yang menyusun

pakan komplit.

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa penggunaan berbagai jenis bahan pakan sumber protein berbeda (tepung

ikan, urea, bungkil kedelai dan tepung limbah udang) dalam pembuatan pelet

pakan komplit berbasis tongkol jagung tidak mempengaruhi tingkat kecernaan

NDF dan ADF pakan komplit pada ternak kambing kacang jantan.

Saran

Perlu penelitian lanjutan penggunaan tongkol jagung sebagai bahan utama

pelet pakan komplit dengan beberapa sumber protein yang berbeda guna melihat

sejauh mana pengaruh penggunaan pelet tongkol jagung dengan sumber protein

yang berbeda terhadap kinerja produksi ternak kambing kacang jantan.

32

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M., Kusmartono., Suyadi., Soebarinoto dan M.Winugroho. 2007. Pengaruh pemberian tepung ikan lokal dan impor terhadap pertumbuhan bobot badan, tingkah laku seksual, dan produksi semen kambing kacang. Jurnal Ilmu Ternak : Vol. 9. No. 3 hlm. 135-144.

Alava, R. Veronica and C. Lim. 1982. The quantitative dietary protein requirement. Environment. Aquaculture, 30: 53 – 61.

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia, Jakarta.

1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonymous. 2009. Nutrient Requirement of Fish. National Research Council. National Academy Press, Washington D.C. 102 pp.

Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh : Retno Muwarni. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Aylianawaty dan E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah tongkol jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasil fermentasi substrat padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at http://www. lppm. wima. ac.id/ailin.pdf. Diakses 15 Juni 2015.

Badan Pusat Statistik. 1992. Kelayakan bahan baku lokal untuk pengembangan menu pakan ternak. (http://www.sidoarjo.sytes.net/bappeka.html). Tanggal akses 22 Desember 2015.

Cockerell, I.D. Haliday and D.J. Morgan. 1997. Quality Control in the Animal Feed stuff Manufacturing Industry. Tropical Product Institute, London.

Devendra, C dan M. Burns. 1970. Produksi Kambing Di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung, Bandung

Ensminger, M. E. And C. G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The Ensminger Publishing Company, U.S.A.

Filawati. 2008. Performa ayam pedaging yang diberi ransum mengandung silase limbah udang sebagai pengganti tepung ikan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang. Vol.XI. No.3

Ginting, S, P. 2009. Prospek penggunaan pakan komplit pada ternak kambing. Wartazoa vol. 19 no. 2.

33

Hartadi, S., S. Reksodihadiprodjo, A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakanuntuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak. Diklat Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mandiri, L. 2013. Urea sebagai pakan ternak. http://mandirilaras.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 September 2015.

Merten, D.R. 1997. Creating a system for meeting the fiber requirement of dairy cows. J. Dairy Sci. 80: 1463 – 1481.

Mide, M.Z. 2011. Penampilan sapi bali jantan muda yang diberikan pakan komplit. www.respitatory.com Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Diakses tanggal 20 Juni 2015.

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2012. The animal diversity. Accessed at http:// animal diversity . org. [Oktober 19, 2012].

Natsir, A. 2012. Fibre Utilization By Ruminants. Masagena press, Makassar.

Pamungkas, A. F. 2009. Potensi beberapa plasma nutfah kambing lokal indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Sumatera Utara.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa, Bandung.

Paramita, W. L., W. E. Susanto, dan A. B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik dalam haylase pakan lengkapternak sapi peranakan ongole. Media Kedokteran Hewan, 24: 59-62.

Prabowo, A. 2010. Budidaya Ternak Kambing (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Report No.51 STE Final. BPTP. Sumatera.

Purwaningsih, S,. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M., 1994. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sadeli, A. 2011. Pengaruh coating minyak sawit pada urea terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, neutral detergent fiber (NDF) dan acid datergent fiber (ADF) dalam ransum domba lokal jantan [Skripsi]. Fakultas pertanian, Uniersitas sebelas maret, Surakarta, hal: 1-38.

34

Setiadi. B., B. Tiesnamurti, Subandryo, T. Sartika, U. Adiati, D.Yulistiani dan I. Sendow. 2002. Koleksi dan Evaluasi Karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ex-Situ. Laporan Hasil Penelitian APBN 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor, hal 59-73.

Sinurat, A. P. 1999. Penggunaan bahan pakan lokal dalam pembuatan ransum ayam buras. Balai Penelitian Ternak. Vol. 9 No. 1 Th. 1999, Hal: 12 – 21.

Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito, Bandung.

Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo. 2003. Produksi ransum lengkap (complete feed) dan suplementasi undegraded protein untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan (Hibah Bersaing X/3). Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumartini, R. 2004. Uji kualitas fisik dan palatabilitas pelet ransum komplit untuk domba yang menggunakan kulit singkong [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumoprastowo, C.D.A., 1986. Beternak Kambing yang Berhasil. Batara Niaga Media, Jakarta.

Suryaningrum, Lusi dan Herawati. 2011. Pemanfaatan bulu ayam sebagai alternatif bahan baku pakan ikan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. No. 1033-1034.

Tafaj, M., Q. Zebeli, C.H. Baes, H. Steingass and W.Drochner. 2007. A meta-analysis examining effects of particle size of total mixed rations on intake, rumen digestion and milk production in high-yielding dairy cows at early lactation. Anim. Feed Sci. Technol.138: 137 – 16.

Thomas, M. T. Van Vliet And A.F.B. Van Der Poel. 1998. Physical quality of pelleted animal feed 3. Contribution of Feed stuff Components. Anim. Feed Sci. Technol., 70: 59 – 78.

Tillman A.D., Hartadi, S., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., dan Ledosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Penerbit Gadja Mada University Press, Yogyakarta.

Utomo, R. 2003. Penyediaan pakan di daerah tropik: problematika, kontinuitas, dan kualitas. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. Oregon, U.S.A.

35

Wahyono, D. E. dan R. Hardiyanto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004, hal : 66-76.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wisnu, A.F. dan M.A. Ariharti. 2012. Manfaat UMMB pada sapi perah laktasi berpengaruh terhadap produksi susu. ditjennak.pertanian.go.id . Diakses tanggal 20 agustus 2015.

Xu, Chuncheng, Y. Cai, N. Moriya And M. Ogawa. 2007. Nutritive value for ruminants of green tea grounds as a replacement of brewers’ grains in totally mixed ration silage. Anim. Feed Sci. Technol., 138: 228 – 238.

Yani, A. 2001. Teknologi Hijauan Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi.

Yulianto, R. 2012. Pengaruh pemberian beberapa jenis leguminosa dalam ransum berbasis jerami padi amoniasi terhadap kecernaan dan kadar protein by pass secara in-vitro [Artikel]. Uniersitas Andalas, Padang, hal : 1-28

36

LAMPIRAN

Tabel 6. Rataan Daya Cerna NDF pelet tongkol jagung

Tabel 7. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap daya cerna NDF

PERLAKUAN JUMLAH RATAAN

P1 182,03 45,50P2 206,02 51,50P3 211,62 52,90P4 221,62 55,40

Tabel 8. Sidik Ragam Daya Cerna NDF Pelet Tongkol Jagung

PERIODEKAMBING

A B C D

I 41,62 (P1) 56,82 (P2) 53,84 (P4) 50,16 (P3)II 55,17 (P2) 42,88 (P1) 60,24 (P3) 56,90 (P4)III 58,58 (P4) 50,27 (P3) 44,32 (P1) 56,90 (P2)IV 50,95 (P3) 52,30 (P4) 37,13 (P2) 53,21 (P1)TOTAL 206,32 202,27 195,53 217,17RATA-RATA 51,58 50,56 48,88 54,29

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:dcNDF

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model

340.174a 9 37.797 .690 .704

Intercept 42157.399 1 42157.399 769.815 .000

Periode 66.466 3 22.155 .405 .755

Kambing 61.643 3 20.548 .375 .774

Perlakuan 212.066 3 70.689 1.291 .360

Error 328.578 6 54.763

Total 42826.151 16

Corrected Total 668.752 15

a. R Squared = ,509 (Adjusted R Squared = -,228)

37

Tabel 9. Rataan Daya Cerna ADF pelet tongkol jagung

Tabel 10. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap Daya Cerna ADF

PERLAKUAN JUMLAH RATAAN

P1 171,3 42,82P2 155,16 38,79P3 149,16 37,29P4 134,7 33,67

Tabel 11. Sidik Ragam Daya Cerna ADF Pelet Tongkol Jagung

PERIODEKAMBING

A B C D

I 35,78 (P1) 46,45 (P2) 28,76 (P4) 43,04 (P3)II 43,27 (P2) 42,52 (P1) 48,69 (P3) 45,31 (P4)III 30,09 (P4) 32,57 (P3) 43,09 (P1) 38,64 (P2)IV 24,86 (P3) 30,54 (P4) 26,80 (P2) 49,91 (P1)TOTAL 134 152,08 147,34 176,9RATA-RATA 33,5 38,02 36,83 44,22

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:dcADF

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model

720.364a 9 80.040 1.621 .287

Intercept 23280.656 1 23280.656 471.435 .000

Periode 307.146 3 102.382 2.073 .205

Kambing 241.097 3 80.366 1.627 .280

Perlakuan 172.121 3 57.374 1.162 .399

Error 296.295 6 49.383

Total 24297.316 16

Corrected Total 1016.659 15

a. R Squared = ,709 (Adjusted R Squared = ,271)

38

DOKUMENTASI

Gambar 4. Kandang Metabolisme

Gambar 5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan

39

Gambar 6. Proses Pembuatan Pellet

Gambar 7.Proses pengambilan Sampel

40

Gambar 8. Proses Analisis di Laboratorium

41

RIWAYAT HIDUP

Silva Indah Sari Nurwan, lahir pada tanggal 16 Juli 1993 di

Palopo. Penulis adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara.

Anak dari pasangan bapak Nurwan, S.Pd (Alm) dan ibu

Nurlela Abu. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh

adalah Sekolah Dasar Negeri 274 Mattirowalie Palopo tahun

1999 sampai tahun 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMP

Negeri 1 Palopo dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 3 Palopo, lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan

di SMA, pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Hasanuddin Fakultas Peternakan Prodi Ilmu Peternakan melalui Jalur

Penyeleksian Potensi dan Bakat (JPPB). Selama kuliah penulis aktif sebagai

pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Unhas (UKMPS UH) dan

menjabat sebagai bendahara umum pada tahun 2013/2014.