Data Air Asam Tambang

16
AIR ASAM TAMBANG Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah: FeS 2 : pyrite Cu 2 S: chalcocite CuS: cuvellite CuFeS 2 : chalcopyrite MoS 2 : molybdenite NiS: millerite PbS: galena ZnS: sphalerite FeAsS: arsenopyrite Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting. Tanda-tanda pembentukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sbb.: nilai pH yang rendah (1.5 – 4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury nilai acidity (asam) yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)

description

seputar AMD

Transcript of Data Air Asam Tambang

Page 1: Data Air Asam Tambang

AIR ASAM TAMBANG

Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah:

FeS2: pyrite Cu2S: chalcocite CuS: cuvellite CuFeS2: chalcopyrite MoS2: molybdenite NiS: millerite PbS: galena ZnS: sphalerite FeAsS: arsenopyrite

Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.

Tanda-tanda pembentukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan

Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sbb.:

nilai pH yang rendah (1.5 – 4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan,

cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury nilai acidity (asam) yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3) nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/L nilai salinitas (garam) (1 – 20 mS/cm) konsentrasi oksigen terlarut yang rendah

Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan masuk ke sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor lingkungan dapat terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai bahan baku air minum,

Page 2: Data Air Asam Tambang

sebagai habitat biota air, sebagai sumber air untuk tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkannya (sebagai habitat flora dan fauna darat), dsb.

Faktor penting

Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:

konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphida keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui

mekanisme adveksi dan difusi jumlah dan komposisi kimia air yang ada temperatur mikrobiologi

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembentukan AAT sangat tergantung pada kondisi tempat pembentukannya. Perbedaan salah satu faktor tersebut diatas menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang berbeda.Terkait dengan faktor iklim di Indonesia, dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi di beberapa lokasi dimana terdapat kegiatan penambangan, proses pembentukan AAT memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara-negara lain, karena memiliki kondisi iklim yang berbeda.

Prediksi dan identifikasi

Prediksi dan identifikasi pembentukan AAT dapat dilakukan melalui penyelidikan karakter geokimia dari batuan. Dikenal ada dua cara untuk hal tersebut, yaitu melalui static test dan kinetic test.

Metode pengujian yang umum untuk static test meliputi: Net Acid Generation (NAG), Acid Neutralizing Capacity (ANC) dan analisa kandungan total sulfur (S) untuk mendapatkan nilai Maximum Potential Acid (MPA). Perlu diketahui bahwa nilai MPA yang dihitung berdasarkan total sulfur ini cenderung lebih besar potensi sebenarnya, karena yang terukur dalam total sulfur tidak hanya sulphide-sulfur, tapi juga organic-sulfur dan sulfate-sulfur. Dari nilai ANC dan MPA, kemudian dapat dihitung nilai Net Acid Production Potential (NAPP), dimana NAPP = MPA – ANC.

Berdasarkan nilai pH dari uji NAG dan nilai NAPP, maka selanjutnya dapat dilakukan pengklasifikasian jenis batuan berdasarkan sifat geokimianya. Sebagai contoh adalah seperti dibawah ini:

NAG pH ≥ 4; NAPP≤0: Non Acid Forming (NAF) dan NAG pH<0;

NAPP>0: Potentially Acid Forming (PAF)

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih detail kemungkinan pembentukan AAT, dilakukan kinetic test yang umum dilakukan dengan menggunakan kolom. Kondisi basah dan kering diterapkan terhadap batuan pada kolom, dan perubahan nilai parameter kualitas air yang

Page 3: Data Air Asam Tambang

keluar dari kolom tersebut dianalisa untuk mengetahui perilaku atau trend pembentukan AAT-nya.

Design kolom dan ukuran batuan dalam pengujian ini sangat penting untuk diperhatikan.

Pada umumnya, static test dilakukan untuk mengetahui secara cepat potensi pembentukan AAT dari sejumlah batuan, sedangkan kinetic test, dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang mewakili, dilakukan untuk mengetahui karakter batuan yang dominan di sebuah lokasi tertentu, atau untuk mempertajam hasil analisa dari static test. Pengujian kolom juga dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu yang lain seperti untuk mengetahui pengaruh faktor lain (curah hujan, pencampuran dengan material lain, perubahan faktor fisik, dsb) terhadap pembentukan AAT.

Penanganan

Secara umum, penanganan masalah AAT dibagi dua, yaitu: pencegahan pembentukan AAT dan penanganan AAT yang telah terbentuk, khususnya yang akan keluar dari lokasi kegiatan penambangan.

1. Pencegahan pembentukan AAT

Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai pyrite) dengan air dan oksigen diudara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan pembentuk asam potensial/Potential Acid Former(PAF) pada kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air (dimana penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilah wet cover systems, atau dibawah lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan difusi/adveksi oksigen yang rendah, umumnya disebut sebagai dry cover system. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.

2. Penanganan AAT yang telah terbentuk

Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif.

Sebagai contoh, seperti disebutkan diatas, salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia seperti kapur (lime/CaO). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai “media penetral” air asam yang melaluinya.

Page 4: Data Air Asam Tambang

Pengolahan AMD dengan Metoda Pasif

Beberapa istilah perlu diketahui:

pH =-log [H +] = log negatif konsentrasi ion hidrogen, seperti konsentrasi ion hidrogen naik, pH turun. (Sebenarnya itu adalah aktivitas ion hidrogen, yang tidak konsentrasi.)

mg / L ppm = milligram per liter dalam satuan part per million. Alkalinitas = kemampuan untuk menetralkan asam, terutama dari HCO3-atau

ditambahkan kapur Keasaman = kemampuan untuk menetralisir mulia; terutama dari logam dalam

larutan (Fe, Al, Mn) dengan beberapa kontribusi dari H +

Alkalinitas Net (jumlah alkaline bersih) = Alkalinitas - Keasaman (Ini sebenarnya lebih rumit):

o Jika nomor ini positif, ada "Alkalinitas bersih", mungkin dapat menggunakan lahan basah saja

o Jika negatif ada "keasaman bersih", harus menambahkan alkalinitas, lahan basah saja tidak cukup.

o Keduanya dapat dinyatakan sebagai mg / L HCO3-atau mg / L CaCO3 (dapat dikonversi ke salah satu unit)

Alkalinitas dapat ditambahkan dalam dua cara:o Menambahkan dasar seperti kapur atau batu kapuro Mencapai reduksi sulfat

Reaksi yang terjadi pada AMD dari suatu kegiatan pertambangan batubara

Proses dimulai di permukaan bawah tanah yang dalam atau di tumpukan kotoran hasil penambangan (mine spoil piles) dengan oksidasi pirit mineral, yang terkait dengan batu bara dan beberapa batuan serpih (shales).

dissolved ferrous pyrite water oxygen iron sulfate "acid"

1) FeS2, s + H 2O + 7/2O2 = Fe 2+ + 2SO42- + 2H+

Fe2+ tidak mengendap dari larutan kecuali pH nya cukup tinggi.

Jika cukup oksigen, besi yang teroksidasi akan membentuk besi tetap dalam larutan jika pH rendah.

ferrous dissolved hydrogen ferric

iron oxygen ion iron water 2) Fe 2+ + 1/4O2 + 2H+ = Fe 3+ + 1/2H 2O

Proses reduksi diatas menyebabkan pH naik.

Page 5: Data Air Asam Tambang

Jika pH> sekitar 3,5, besi bereaksi dengan air untuk membentuk endapan hidroksida besi padat semakin tinggi pH, warna lebih kekuningan akan membentuk, sampai sebagian besar besi meninggalkan larutan.

ferric solid ferric

iron water hydroxide "acid" 3) Fe 3+ + 3H 2O = Fe(OH)3, s + 3H+

Proses reduksi diatas menyebabkan pH turun, Al3+ berperilaku seperti Fe3+, yaitu, membentuk aluminium hidroksida putih, meskipun pH harus sekitar 5,5 agar aluminium dapat terendapkan.

DATA ASAM TAMBANG

1. Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “acid mine drainage (AMD)” atau “acid rock drainage (ARD)” terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.

2. Pyrite (FeS2) merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.

3. Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sbb.:

a. nilai pH yang rendah (1.5 – 4)b. konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan,

cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercuryc. nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)d. nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/Le. nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)f. konsentrasi oksigen terlarut yang rendah

4. Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:

a. konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphidab. keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui

mekanisme adveksi dan difusic. jumlah dan komposisi kimia air yang adad. temperature. mikrobiologi

Page 6: Data Air Asam Tambang

5. Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai pyrite) dengan air dan oksigen diudara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF pada kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air (dimana penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilah wet cover systems, atau dibawah lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan difusi/adveksi oksigen yang rendah, umumnya disebut sebagai dry cover system. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.

6. Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif.

7. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia seperti kapur (lime). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai “media penetral” air asam yang melaluinya.

8. Air tersebut kemudian akan mengalami perubahan pH menjadi 2-3. Logam yang terkena air dengan kondisi pH seperti ini bisa terlarut.

9. Air asam tambang yang mengadung logam berat, yang mengalir ke sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada disungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Selain itu air asam tambang dapat mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran permukaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan.

10. Air asam tambang ini dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi, alumunium, mangan. Pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang umum dijumpai di lokasi pertambangan. Selain Pyrite masih ada berbagai jenis sulfida logam yang mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite, pyrrhotite, chalcocite, covellite dll.

11. Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang dengan batuan yang tidak berpotensi ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air. Selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.

12. Thiobaccilus ferrooxidans merupakan bakteri yang berperan dalam proses pembentukan air asam tambang. Dengan menghambat perkembangan bakteri ini

Page 7: Data Air Asam Tambang

dapat mengurangi proses pembentukan air asam. Thiobaccilus ini dapat bertahan dalam kondisi lingkungan asam karena memiliki lapisan film yang melindunginya.

13. Dwi Andreas Santoso. Mampu menetralkan air asam tambang, membersihkan limbah minyak bumi, atau limbah yang mengandung merkuri dan fenol. Melalui teknologi baru untuk memulihkan lingkungan yang tercemar,bioremediasi.

14. Drainase Asam dan Logam mempengaruhi hampir semua sektor dalam industri pertambangan, termasuk batubara, logam mulia, logam dasar, uranium dan mineral-mineral industri.

15. Ketika Drainase Asam dan Logam memasuki aliran air, campuran yang mungkin berisi asam sulfat, logam-logam beracun berkonsentrasi tinggi dan konsentrasi oksigen rendah dapat memberikan risiko besar bagi kehidupan air, vegetasi tepi sungai dan penggunaan sumberdaya air sejauh berkilo-kilo meter ke hilir.

16. Di masa lalu, aktivitas pertambangan yang telah merusak ekosistem dan berdampak besar pada komunitas tidak dipermasalahkan. Sekarang, jika ingin bertahan pertambangan tidak boleh melakukan praktek yang buruk.

17. Sebuah lokasi pertambangan yang terkenal di Iberian Pyrite Belt di Spanyol, misalnya, telah menghasilkan Drainase Asam dan Logam selama lebih dari 2000 tahun.

18. Asam adalah satu ukuran konsentrasi ion hidrogen (H+) yang umumnya diekspresikan sebagai pH, sementara kemasaman adalah satu ukuran baik konsentrasi ion hidrogen maupun kemasaman mineral (atau laten/tersembunyi).

19. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksidasi sulfida antara lain: konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari sulfida-sulfida logam laju pasokan oksigen dari atmosfer ke lokasi-lokasi reaksi melalui adveksi dan/atau difusi komposisi kimia dari air pori-pori yang terkena kontak dengan lokasi-lokasi reaksi, termasuk pH dan rasio besi ferus/ferik suhu udara di lokasi-lokasi reaksi kandungan air di lokasi-lokasi reaksi ekologi mikroba dari permukaan-permukaan mineral.

20. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi-interaksi sekunder antara lain: konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral-mineral penetral dan lainnya laju aliran dan lintasan-lintasan air komposisi kimia air pori-pori.

21. Pra-kelayakan, kelayakan, operasi dan penutupan. Risiko yang diakibatkan oleh DAL dapat mencegah sebuah proyek untuk berlanjut melampaui tahap kelayakan, dan memiliki implikasi yang signifikan bagi kinerja proyek jika terus dilanjutkan.

22. Hilangnya bahan organik dan meningkatnya kemasaman lahan akan sangat menguntungkan bagi populasi bakteri pengoksidasi sulfur (BOS) seperti Thiobacillus spp dan Leptospirillum spp, karena bakteri ini merupakan

Page 8: Data Air Asam Tambang

bakteri yang suka asam (acidophillic) dan memerlukan sumber C dari bahan anorganik (chemo-litho-autotroph) (Wentzel, 2004).

23. Aktivitas bakteri ini akan meningkatkan laju terjadinya AMD 500.000 – 1.000.000 kali lipat jika dibandingkan dengan laju AMD karena aktivitas geokimia (Evangelou and Chang, 1995 dalam Mills, 2004).

24. Gautama (2007) menyebutkan bahwa tambang di Indonesia 95% menerapkan sistem terbuka. Sehingga, sangat diperlukan pemahaman karakteristik hujan, batuan induk, potensi pengasaman biologis di masing-masing wilayah pertambangan.

25. Menurut Hards and Higgins (2004) turunnya pH secara drastis akan meningkatkan kelarutan logam-logam berat pada lingkungan tersebut.

26. Dampak yang dirasakan akibat AMD tersebut bagi perusahaan adalah alat-alat yang terbuat dari besi atau baja menjadi sangat cepat terkorosi sehingga menyebabkan inefisiensi baik pada kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan alat-alat berat.

27. Sudah banyak teknologi yang ditujukan untuk menanggulangi AMD. Teknologi yang diterapkan baik yang berdasarkan prinsip kimia maupun biologi belum memberikan hasil yang dapat mengatasi AMD secara menyeluruh.

28. Pengapuran, meskipun memerlukan biaya yang mahal akan tetapi hasilnya hanya dapat meningkatkan pH dan bersifat sementara.

29. Teknik pembuatan saluran anoksik/tanpa oksida kapur (anoxic limestone drain) yang menggabungkan antara prinsip fisika dan kimia juga sangat mahal dan hasilnya belum menggembirakan (lihat contoh dibawah).

Page 9: Data Air Asam Tambang

Contoh: Anoxic limestone drain under construction on a tributary of Swatara Creek (Sungai).The anoxic (very low dissolved oxygen/oksigen terlarut rendah) mine discharge (pembuangan tambang)

emanates (yang berasal) from the far end of the ditch (ujung selokan/paritan). The limestone gravel to be added is on the left side of the picture.

Page 10: Data Air Asam Tambang

(A)

(B)(A) Tanah sisa galian batubara yang mengandung sulfur elementer dan (B) fenomena AMD pada timbunan overburden di PT. Bukit Asam Tbk.

30. Teknik bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri pereduksi sulfat memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Hasil seleksi Widyati (2007) menunjukkan bahwa BPS dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7,1 pada air asam tambang Galian Pit Timur dalam waktu 2 hari dan menurunkan Fe dan Mn dengan efisiensi > 80% dalam waktu 10 hari.

31. PT. Bukit Asam Tbk menghambat kontak mineral-oksigen dengan melapisi lahan bekas tambang dengan blue clay setebal 1-2 m sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini per hektar sungguh fantastis.

32. pengendalian BOS adalah kunci untuk mengatasi AMD. Bakteri ini tergolong kemo-ototrof, sehingga penambahan bahan organik akan membunuh mikrob tersebut.

33. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia dan proses pembuatan. Ia digunakan secara meluas sebagai bahan kimia pengilangan. Kegunaan utama termasuk produksi baja, memproses bijih mineral, sistesis kimia, pemrosesan air limbah dan penapisan minyak.

34. Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengeringan yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering.

35. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta.

36. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.

Page 11: Data Air Asam Tambang

37. Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang.

38. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe2+:

2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+

Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:

4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O

Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:

Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+

Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi(III) terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.

39. Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses kontak.Pada langkah pertama, belerang dipanaskan untuk mendapatkan sulfur dioksida:

S (s) + O2 (g) → SO2 (g)

Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan oksigen dengan keberadaan katalis vanadium(V) oksida:

2 SO2 + O2(g) → 2 SO3 (g) (dengan keberadaan V2O5)

Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H2SO4 menjadi Oleum (H2S2O7), juga dikenal sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air menjadi asam sulfat pekat.

H2SO4 (l) + SO3 → H2S2O7 (l)

H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l)

Perhatikan bahwa pelarutan langsung SO3 ke dalam air tidaklah praktis karena reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l)

Sebelum tahun 1900, kebanyakan asam sulfat diproduksi dengan proses bilik.

40. Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3

pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat

Page 12: Data Air Asam Tambang

98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:

a. 10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,b. 33,53%, asam baterai,c. 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,d. 73,61%, asam menara atau asam glover,e. 97%, asam pekat.

41. Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula, produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut.

42. Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.

43. Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.

44. Alkimiawan abad ke-8 Abu Musa Jabir bin Hayyan (Geber) dipercayai sebagai penemu asam sulfat. Asam ini kemudian dikaji oleh alkimiawan dan dokter Persia abad ke-9 Ar-Razi (Rhazes), yang mendapatkan zat ini dari distilasi kering mineral yang mengandung besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO4 • 7H2O, dan tembaga(II) sulfat pentahidrat, CuSO4 • 5H2O.