DASBRO_3

8
Dasar – dasar Broadcasting Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3 _____________________________________________________________________________________ Sistem Penyiaran Di Negara Indonesia system penyiaran telah diatur dalam UU. UU sebagai landasan pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran untuk menjamin ketertiban dan kepastian hokum dan ditaatinya kodebetik siaran. Karena frekuensi adalah milik public dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar- besarnya bagi kepentingan public artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam- macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content ( prinsip keberagaman isi ) dan Diversity of Ownership ( prinsip keberagaman kepemilikan ). Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran. Pertama, UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga pengatur penyiaranin dependen, Komisi Penyiaran Indonesia. KPI, menurut UU, dipilih dan bertanggungjawab kepada DPR dan keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidak mewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun partai politik. Mengikuti kompromi- kompromi politik yang berlangsung selama proses pembuatannya, UU juga tidak meniadakan samasekali peran pemerintah. Dalam berbagai bagiannya, UU menetapkan bahwa peraturan-peraturan lebih lanjut harus disusun oleh KPI bersama pemerintah yang mencerminkan semangat “win-won solution”. Begitu juga dalam hal perizinan, KPI tidak dibiarkan menatanya sendirian. UU menetapkan keputusan akhir dalam hal perizinan ditentukan bersama oleh KPI dan pemerintah. Adalah jelas bahwa UU penyiaran 2002 menetapkan bahwa peran pemerintah tetap ada, namun dibuat sedemikian rupa sehingga lebih dalam tujuan agar menjaga jangan KPI menjadi pemegang kekuasaan mutlak. Kedua, system penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU penyiaran mengusung gagasan desentralisasi penyiaran televisi, dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televise nasional yang mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara langsung dari Jakarta. Dalam system baru ini, tidak lagi ada stasiun televise nasional melainkan system jaringan televise secara nasional. Beradasarkan UU ini, stasiun-stasiun televise lokal diluar Jakarta dapat berdiri, baik sebagai stasiun independen atau menjadi bagian dari jaringan stasiun televisi nasional. Pemodal Jakarta tetap dapat mendirikan stasiun-stasiun televisi local diseluruh Indonesia, namun mereka tidak otomatis memperoleh izin penyiaran disebuah daerah yang harus diperebutkan secara terbuka, termasuk dengan pemodal local. Ketiga, izin penyiaran diberikan melalui prose’s terbuka dan melibatkan publik. Bila dimasa Orde Baru stasiun televise dapat memperoleh izin dari parapemegang kekuasaan melalui prose’s tertutup, menurut UU 2002, izin baru dapat diperoleh melalui prose’s terbuka yang melibatkan publik. Keempat, TVRI dan RRI yang semula adalah lembaga penyiaran pemerinah diubah statusnya menjadi lembaga penyiaran publik. Kedua lembaga tersebut ditarik keluar dari jajaran Departemen Penerangan dan tidak berada dibawah kekuasaan Presiden.TVRI dan RRI diharapkan menjadi media yang independen dan netral yang melulu menempatkan kepentingan public diatas segalanya.

description

dapameter

Transcript of DASBRO_3

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________

    Sistem PenyiaranDi Negara Indonesia system penyiaran telah diatur dalam UU. UU sebagai landasan

    pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran untuk menjamin ketertiban dan kepastianhokum dan ditaatinya kodebetik siaran. Karena frekuensi adalah milik public dan sifatnyaterbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan public artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsipelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam- macam bentuk, mulaidari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehatadalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002yaitu Diversity of Content ( prinsip keberagaman isi ) dan Diversity of Ownership ( prinsipkeberagaman kepemilikan ). Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuatpasal-pasal yang mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran.

    Pertama, UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga pengaturpenyiaranin dependen, Komisi Penyiaran Indonesia. KPI, menurut UU, dipilih danbertanggungjawab kepada DPR dan keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidakmewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun partai politik. Mengikutikompromi- kompromi politik yang berlangsung selama proses pembuatannya, UU juga tidakmeniadakan samasekali peran pemerintah. Dalam berbagai bagiannya, UU menetapkan bahwaperaturan-peraturan lebih lanjut harus disusun oleh KPI bersama pemerintah yang mencerminkansemangat win-won solution. Begitu juga dalam hal perizinan, KPI tidak dibiarkan menatanyasendirian. UU menetapkan keputusan akhir dalam hal perizinan ditentukan bersama oleh KPIdan pemerintah. Adalah jelas bahwa UU penyiaran 2002 menetapkan bahwa peran pemerintahtetap ada, namun dibuat sedemikian rupa sehingga lebih dalam tujuan agar menjaga jangan KPImenjadi pemegang kekuasaan mutlak.

    Kedua, system penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU penyiaran mengusunggagasan desentralisasi penyiaran televisi, dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televisenasional yang mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara langsung dari Jakarta.Dalam system baru ini, tidak lagi ada stasiun televise nasional melainkan system jaringantelevise secara nasional. Beradasarkan UU ini, stasiun-stasiun televise lokal diluar Jakarta dapatberdiri, baik sebagai stasiun independen atau menjadi bagian dari jaringan stasiun televisinasional. Pemodal Jakarta tetap dapat mendirikan stasiun-stasiun televisi local diseluruhIndonesia, namun mereka tidak otomatis memperoleh izin penyiaran disebuah daerah yang harusdiperebutkan secara terbuka, termasuk dengan pemodal local.

    Ketiga, izin penyiaran diberikan melalui proses terbuka dan melibatkan publik. Biladimasa Orde Baru stasiun televise dapat memperoleh izin dari parapemegang kekuasaan melaluiproses tertutup, menurut UU 2002, izin baru dapat diperoleh melalui proses terbuka yangmelibatkan publik.

    Keempat, TVRI dan RRI yang semula adalah lembaga penyiaran pemerinah diubahstatusnya menjadi lembaga penyiaran publik. Kedua lembaga tersebut ditarik keluar dari jajaranDepartemen Penerangan dan tidak berada dibawah kekuasaan Presiden.TVRI dan RRIdiharapkan menjadi media yang independen dan netral yang melulu menempatkan kepentinganpublic diatas segalanya.

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________

    Kelima, UU penyiaran memperkenalkan kehadiran lembaga penyiaran komunitas(LPK).Sebagimana tertuang dalam UU tersebut, LPK adalah lembaga penyiaran yang didirikanoleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah,luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Dengandemikian, UU penyiaran 2002 memang seperti member jaminan bagi demokratisasi penyiaran

    Pengaturan penyiaran dalam Undang-undang ini disusun berdasarkan pokok-pokok pikiransebagai berikut :

    1. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-garis Besar Haluan Negara sebagailandasan filosofis, konstitusional, dan operasional merupakan panduan dalam menumbuhkan,membina dan mengembangkan penyiaran di Indonesia sehingga sebagai media komunikasimassa, penyiaran menjadi sarana efektif untuk perjuangan bangsa, penjalin persatuan dankesatuan bangsa, sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pengembangan dan pelestarianbudaya bangsa, sarana informasi dan penerangan, pendidikan, dan hiburan yang sehat, sertapenyalur pendapat umum dan penggerak peran serta masyarakat dalam pembangunan.

    2. Penyiaran memiliki nilai strategic sehingga perlu dikuasai oleh negara. Untuk itu, penyiaranperlu dibina dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya.

    3. Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioneryang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga pemanfaatannya perlu diatur secaraefektif dan efisien bagi sebesar-besamya kepentingan nasional.

    4. Sebagai perwujudan peran serta masyarakat dalam pembangunan, selain Pemerintah,masyarakat dapat menyelenggarakan penyiaran dan wajib mendukung pertumbuhan danperkembangan penyiaran.

    5. Penyiaran yang diselenggarakan oleh masyarakat merupakan bagian integral yang tidakterpisahkan dari sistem penyiaran nasional.

    6. Pembinaan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas dan mampumenyerap sera merefleksikan aspirasi masyarakat yang positif dan beraneka ragam, sertameningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai-nilai budaya asing.

    7. Untuk mewujudkan iklim yang sehat bagi penyelenggaraan penyiaran, pembinaan danpengembangan penyiaran dilaksana secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu mata rantai yangbersinambungan sejalan dengan dasar, asas, tujuan, fungsi, dan arah penyelenggaraan penyiaran.

    8. Untuk mencegah perbuatan melawan hukum yang mungkin timbul dari penyelenggaraanpenyiaran, pelanggaran terhadap ketentuan di dalam Undang-undang ini dikenal sanksi.

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________Bertitik tolak dari pokok-pokok pikiran sebagaimana tersebut di atas, dalam Undang-undang initerutama diatur hal-hal yang bersifat mendasar, sedangkan yang bersifat teknis dan operasionalakan diatur dengan Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya.

    Sistem Penyiaran analog dan digitalAnalog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinyu, yang membawa

    informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpentingyang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Gelombang pada sinyal analogyang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo,frekuensi dan phase. Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik. Phase adalah besar sudutdari sinyal analog pada saat tertentu. Analog disebarluaskan melalui gelombang elekromagnetik(gelombang radio) secara terus menerus, yang banyak dipengaruhi oleh faktor pengganggu.Analog merupakan bentuk komunikasi elektromagnetik yang merupakan proses pengirimansinyal pada gelombang elektromagnetik dan bersifat variable yang berurutan. Jadi sistem analogmerupakan suatu bentuk sistem komunikasi elektromagnetik yang menggantungkan prosespengiriman sinyalnya pada gelombang elektromagnetik.

    Digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yangtiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0dan 1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanyamencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya sinyal ini juga dikenaldengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bitmerupakan istilah khas pada sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1).Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalahsebanyak 4 (22), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yangterbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah. Teknologi digital memiliki beberapakeistimewaan unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog, yaitu :

    a. Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang mengakibatkan informasidapat dikirim dengan kecepatan tinggi.

    b.Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dankuantitas informasi itu sendiri.Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.

    c. Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimkannya secarainteraktif.

    Perbedaan Siaran analog dengan digitalSistem penyiaran berbasis teknologi analog membuat lembaga-lembaga penyiaran

    membangun infrastruktur penyiaran sendiri seperti studi siaran, menara pemancar, antena dansebagainya karena teknologinya belum bisa konvergensi dengan teknologi lain. Akibatnya, biayapemeliharaan dan pemakaian daya listrik menjadi relatif mahal (belum termasuk penggunaanlahan yang lebih boros).

    Selain itu, sistem penyiaran berbasis teknologi analog tidak bisa mengimbangi tuntutanindustri penyiaran terkait jumlah permintaan penyaluran program siaran. Sebab, secaraoperasional, untuk menyalurkan banyak program siaran, sistem penyiaran analog membutuhkan

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________banyak kanal frekuensi. Hal ini disebabkan satu kanal frekuensi hanya dapat digunakan oleh satustasiun TV atau radio, sedangkan jumlah kanal frekuensi yang tersedia terbatas. Dari sisipenerimaan siaran juga bermasalah karena kualitasnya bervariasi meski berada dalam wilayahlayanan yang sama.

    Sebaliknya, sistem penyiaran berbasis teknologi digital lebih efisien dalam penggunaanspektrum frekuensi. Sebab, tiap kanal frekuensi dapat digunakan oleh 9 stasiun TV atau radio,sedangkan pada sistem analog satu kanal frekuensi hanya dapat digunakan oleh satu stasiun TVatau radio. Dengan karakteristik demikian, teknologi penyiaran digital berpeluang lebih besar,baik untuk pengembangan para penyelenggara penyiaran eksisting maupun calon penyelenggarabaru yang belum tertampung dalam masterplan frekuensi penyiaran analog.

    Selain peningkatan kuantitas program siaran yang dapat disalurkan, teknologi penyiarandigital juga menawarkan keandalan kualitas penerimaan siaran dan variasi program siaran yangdapat disalurkan. Kelebihan lainnya, kemampuan teknologi penyiaran digital menyalurkansemua program siaran di satu wilayah layanan (di Indonesia terdapat 14 wilayah layanan),sehingga penggunaan infrastruktur dapat lebih efisien dan penerimaan siaran pun lebih merata.

    Sistem Penyiaran Berdasarkan pada pasal 6 UU No 32/2002Pada pasal 6 UU penyiaran No 32/2002 disebutkan bahwa :

    (1) Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional.

    (2) Dalam sistem penyiara n nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Negara menguasai spektrumfrekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.

    (3) Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpaduyang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal.

    (4) Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran

    Sistem Penyiaran Berdasarkan Fourth Theories Of The PressMedia massa tidaklah berada di ruang hampa, sehingga hubungan antara media massa

    dengan institusi lain, seperti pemerintah menarik banyak perhatian. Salah satu yang pertamamengupayakan hubungan antara media massa dan masyarakat politik adalah Four Theories ofthe Press by Siebert, Peterson, and Schramm. Empat teori normatif yang yang dimaksud persoleh Siebert mencakup semua media kom massa, termasuk televisi, radio dan suratkabar(Altschull,1984: 1). Berikut penjelasan keempatnya.

    The authoritarian theory. Dalam pandangan Siebert, sistem negara otoritermemberlakukan koontrol pemerintahan langsung terhadap media massa. Sistem ini berlaku padamasyarakat prademokrasi, di mana pemerintahan hanya terdiri dari keluas penguasa (ruling-class) yang elit dan terbatas. Media dalam sistem ini tidak bisa menyajikan apapun yang bisamengancam kemapanan otoritas, dan penyerangan dalam bentuk apapun terhadap nilai danpandangan politik yang berlaku. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menghukum siapapunyang mempertanyakan ideologi negara (Altschull,1984: 36). Asumsi dasar sistem otoriter ini

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________adalah bahwa pemerintahan tidak bisa salah (government is infallible). Para profesional media,sebagai akibatnya, tidak memiliki kebebasan dalam mengelola media. Adapun media asing harussubordinat terhadap otoritas yang ada, dan semua produk media yang masuk harus melaluisensor negara. Dari gambaran ini, jelas nampak hubungan yang paralel antara sistem mediaotoriter dengan masyarakat yang totaliter.

    The libertarian theory, disebut juga teori pers bebas. Berkebalikan dengan teori persotoriter, pandangan liberal berdasar gagasan bahwa individu haruslah memiliki kebebasan untukmempublikasikan apapun yang dikehendakinya. Gagasan ini bisa ditelusur sampai pendapatPemikir John Milton di abad ke-17 bahwa manusia sesunggunya memiliki kemampuan untukmemilih gagasan dan nilai yang terbaik bagi dirinya. Dalam sistem ini, menyerang pemerintahbisa dilakukan, atau kadang malah dianjurkan. Lebih jauh, dlam sistem ini tidak diperbolehkanadanya pembatasan terhadap impor ataupun ekspor isi media dari maupun ke negara lain(Altschull,1984: 70). Junalis dan profesional media memiliki kemerdekaan penuh dalampengelolaan organisasi media.

    The Soviet theory, berbeda dari namanya, teori ini bertalian dengan ideologi tertentu;yaitu komunis. Siebert menemukan akar teori ini pada Revolusi Soviet tahun 1917 berdasarkanpemikiran Marx dan Engels. Organisasi media dalam sistem ini dimiliki secara privat dandimaksudkan untuk melayani kepentingan kelas pekerja (Altschull,1984: 145).Perludigarisbawahi perbedaan antara sistem pers Soviet dan Otoriter. Media massa dalam sistemSoviet memiliki kekuasaan untuk mengatur diri sendiri dalam hal isi media. Juga bahwa sistemini organisasi media memiliki tanggung jawab tertentu untuk memenuhi harapan khalayaknya.Namun demikian, standar pandangan yang dipakai tetap saja view of the world berdasarkanprinsip Marxisme-Leninisme.

    The social responsibility theory. Teori ini muncul pada akhir tahun 1940an di Amerika,berangkat dari kesadaran bahwa sistem pasar telah gagal memenuhi janji bahwa kebebasan persakan mampu menyajikan kebenaran. Atas hal itu, Commission on Freedom of the Pressmenawarkan model di mana media memiliki kewajiban tertentu terhadap masyarakat. Kewajibanini dinyatakan dalam pernyataan informativeness, truth, accuracy, objectivity, and balance(Siebert, 1963: 34). Tujuan dari sistem tanggung jawab sosial ini adalah bahwa media itu plural,yang merefleksikan perbedaan dalam masyarakat dan akses terhadap berbagai pandangan yangada (Siebert, 1963: 102). Bila dihadapkan pada teori libeal, teori tanggung jawab sosial inimenawarkan jalar keluar bagi media massa yang berbeda terhadap kelompok minoritas. Jurnalisbertanggungjawab terhadap khalayak sebagaimana juga bertanggungjawab terhadap pemerintah

    Pembahasan teori pers diatas berakar pada sistem politik pada ekonomi yang dianut suatunegara. Dalam sejarah perkembangan pers, teori-teori tersebut dalam praktek mengalamipergeseran dan bahkan percampuran aplikasi sehingga sulit mengidentifikasikan suatu negaramenganut teori pers tertentu secara mutlak. Secara sederhana integrasi itu hanya dapatberlangsung ke dalam 2 arus besar, yaitu teori pers libertarian yang dilanjutkan dengan teoripers social responsibility dan teori pers authoritarian yang berkembang dengan teori perskomunis. Selanjutnya, ada 3 pilar sistem penyiaran yang akan menjadi fokus analisis untukmrncernati pemikiran tersebut dalam perumusan RUU penyiaran.

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________Otoritarisme

    Secara sederhana terdapat 2 sistem politik yang memengaruhi sistem komunikasipenyiaran, yakni Otoriter dan Demokrasi. Untuk itu pandangan dasar sistem otoriter adalahkeinginan untuk mengatur masyarakat oleh negara melalui pemerintah. Sistem otoriter menilaidiperlukan pemerintah yang dominan untuk mengatur masyarakat karena mayoritas masyarakattidak cukup memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri. Sistem komunikasi otoritermenempatkan intervensi pemerintah secara total pada media penyiaran. Oleh karena itu, izin,kontrol dan sanksi dilakukan terinstitusi dalam birokrasi dan berlaku untuk semua media.

    Dengan demikian, otoritarianisme merupakan paradigma sosial yang mendasarkanpikirannya pada pandangan fasisme. Secara politik, fasisme menganut sistem negara berpartaitunggal yang dilengkapi dinas politis rahasia dan kamp konsentrasi. Di negara penganut pahamotoritarisme, pemerintah mengawasi penggunaan media massa dengan memberi hak paten atauizin kepada pencetak atau pengelola media penyiaran. Karakter khas rezim otoriter adalahkemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa kesejahteraan sosial. Rezimotoriter berorientasi pada perolehan otonomi daerah yang besar pada kepentingan elit politiktertentu. Di samping itu, penguasa mengendalikan aparatnya melalui kapasitas birokratis,memajukan pembangunan, dan dijalankan oleh elit-elit negara yang secara ideologis bertekatmempercepat pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan. Sistem pemerintahan otoriterterbagi 2 kelompok yaitu mendorong pertumbuhan tetapi tidak kesejahteraan dan tidakmendorong kedua-duanya.

    Dalam hal ini, indonesia tergolong dalam rezim pertumbuhan otoriter. Ciri utama rezimpertumbuhan otoriter adalah elit yang menguasai negara dan bekerja memperkaya dirinyasendiri. Bahkan, DPR, dan parpol hanya berfungsi sebagai alat justifikasi (rubber stamps) ataskehendak pemerintah. Sementara pers, tidak memiliki kebebasan dan senantiasa berada di bawahkontrol pemerintah. Sepanjang sejarah, terjadi tolak-tarik atau dinamika antara konsfigurasipolitik demokratis dan otoriter. Demokrasi dan otoriter muncul secara bergantian dengankecenderungan linierdi setiap periode antara tahun 1945 1998. Produk hukum termasuk UUpenyiaran memperlihatkan keterpengaruhan dengan terjadi tolak-tarik antara produk hukum yangberkarakter responsif dan produk hukum yang berkarakter konservatif.Dengan demikian, bagaimana implikasi pandangan otoritarian terhadap karakter kebijakanmenyangkut pers dan penyiaran?? Pada dasarnya, indonesia tak pernah menikmati kebebasanpers dan penyiaran baik saat penjajahan maupun di saat merdeka.

    NeoliberalismeNeoliberalisme mulai diperkenalkan tahun 1970-an, dirumuskan dan dipropagandakan sejak

    1940-an. Tesis neoliberalisme, yaitu: Keutamaan pembangunan ekonomi Pentingnya perdagangan bebas untuk merangsang pertumbuhan Pasar bebas tanpa restriksi Pilihan-pilihan individual bukan kolektif Pemangkasan regulasi pemerintah Pembelaan model pembangunan sosial-evolusioner yang berjangkar dari pengalaman dunia

    barat dapat ditetapkan ke seluruh duniaDalam hal ini, neoliberalisme menempatkan peran pemerintah sebagai fasilitator

    terlaksananya perdagangan bebas melalui serangkaian kebijakan deregulasi dan privatisasi. Di

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________Indonesia ideologi neoliberal telah menjadi dasar perumusan dari sejumlah kebijakan strategisdan salah satunya dalam perumusan RUU penyiaran.

    Selama proses perdebatan hingga pengesahan juga diwarnai hasrat memenuhi kepentingankaum neoliberal yang dianut pengelola televisi swasta baik disadari maupun tidak oleh parainisiator. Dukungan internasional atas pembahasan RUU penyiaran memiliki tendensi mewadahikepentingan globalisasi melalui masuknya modal asing dalam industri penyiaran, sebabsebelumnya dalam UU no. 24/1997 hal itu dilarang.

    Aplikasi neoliberalisme dengan dihilangkannya regulasi mendorong media mengkorupsikebebasan pasar. Peran media sebagai watchdog terhadap kekuasaan negara dalam liberalismeternyata tidak muncul untuk semata-mata melayani kepentingan publik, melainkan untukkepentingan perusahaan. Salah satu anjuran pemikir neoliberal adalah pelaku media komunikasiadalah perubahan pengorganisasian institusi media berupa privatisasi (komersialisasi institusikomunikasi).

    Berbagai analisis menempatkan fungsi ideologi media massa, khususnya televisi sebagaibagian dari ideological state apparatus (Althusser, 1971), mind managers (Schiller, 1973),merekayasa kepatuhan dan kemufakatan terhadap tatanan sosial politik (Herman dan chomsky,1989), memelihara hegemoni dan legitimasi kemapanan kekuasaan (Tuchman, 1974) danmenanamkan di benak publik realitas semu sebagaimana dikehendaki korporasi kapitalis(Parenti, 1987). Pengamatan dari perspektif yang agak berbeda memperlihatkan bahwa televisidalam sistem ekonomi pasar cenderung memiliki pengaruh fungsi sosial yang kontradiktif.Institusi televisi juga mampu mempromosikan reformasi dan perubahan. Oleh karena itu, di masatransisi ketika kekuatan pemodal lebih dominandari kekuatan publik reformasi sektor televisilebih mengabdi pada sistem ekonomi pasar.

    Penganut paham neoliberalisme percaya, produk media penyiaran adalah hasil persilangankehendak pasar, produk dan teknologi. Media penyiaran mengarah pada konsentrasi dan taklepas dari persoalan modal, persaingan secara profit oriented. Dalam hal ini, media penyiaranmerupakan institusi bisnis dan publik sehingga tak perlu memiliki regulasi yang sangat ketattetapi cukup diberi kebebasan berkembang sesuai mekanisme pasar.

    DemokratisasiAda 3 hipotesis yang mungkin terjadi dalam suatu proses transisi politik di Indonesia.

    Transisi ini sangat berpengaruh terhadap demokratisasi atau setidaknya kebijakan penyiaran.Pertama, tranformasi ke rezim otoritarian lain setelah rezim otoriter Orde baru runtuh.Kedua, tranformasi ke rezim yang demokratis.Ketiga, tranformasi ke rezim totalitarian.

    Kriteria sistem penyiaran yang demokratis dapat ditelusuri pada paradigma demokrasi, dimana sebuah sistem yang demokratis memiliki multi kekuatan politik yang berkompetisi dalamsebuah wadah institusi. Partisipan dalam kompetisi yang demokratis dapat memiliki kelebihanyang berbeda dalam sektor ekonomi, organisasi dan modal ideologi. Sistem penyiarandemokratis bercirikan perlindungan kepentingan publik, pluralitas dan kompetisi yang teraturantar sesama institusi penyiaran sehingga demokrasi sebagai sebuah pandangan hidup terdiri dariempirisme rasional, pementingan individu, teoriinstrumental tentang negara, prinsipkesukarelaan, hukum dibalik hukum, penekanan pada soal cara, musyawarah dan mufakat dalamhubungan antar manusia, persamaan asasi semua manusia.

  • Dasar dasar Broadcasting

    Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 3_____________________________________________________________________________________

    Sistem pers dan penyiaran yang fungsional bagi proses demokratisasi adalah yangmampu menciptakan public sphere, ruang yang terletak antara komunitas ekonomi dan negara dimana publik melakukan diskusi yang rasional, membentuk opini mereka serta menjalankanpengawas terhadap pemerintah. Pers dan pemerintah tidak boleh menjalin kemitraan yangmelembaga dan mereka memiliki fungsi berbedauntuk menghormati peran masing-masing. Olehkarena itu, sistem penyiaran diharuskan bebas dari belenggu pemerintah karena Ia menggunakanfrekuensi.

    Demokratisasi penyiaran merupakan amanat dari hak berekspresi publik memalui mediapenyyiaran. Media yang terbuka, baik surat kabar, jaringan radio maupun televisi yang biasamenginvestasikan jalannya pemerintahan dan melaporkannya tanpa takut adanya penuntutansangat terkait dengan pemenuhan hak publik untuk tahu.Indonesia memerlukan pranata komunikasi massa yang disebut komunikasi bermediasi. Dengandemikian pelayanan informasi bagi sebagian besar penduduk dengan kebhinekaan kepentingandan kebutuhannya dapat terpenuhi. Premis ilmu komunikasi menyebutkan for masscommunication to exist, it need an intermediate transmitter of information, a mass medium suchas newspaper, magazines, film, radio, televisions, books, or combanations of these.

    Di Indonesia, kemerdekaan pers melalui media cetak, media audio maupun audio-visualdijamin dan tidak dikenakan penyensoran. Untuk itu, tujuan kehadiran media massa adalah untukmenjalankan dan menjamin arus bebas informasi berupa peristiwa fakta, opini, gagasan,pengetahuan, cita-cita dan bahkan mimpi mimpi manusia. Sistem penyiaran nasional harusmenjamin eksistensi jasa penyiaran publik, komunitas dan komersial, menjamin industripenyiaran dimiliki dan di kontrol oleh rakyat. Kebijakan penyiaran nasional menjamin fairnessconcept dan keterbukaan baik bagi masyarakat pengguna jasa penyiaran maupun pelakupenyiaran. UU penyiaran harus memfasilitasi pengembangan media penyiaran yang kompetitifdan efisien pada level domestik dan global

    Di samping itu, sistem penyiaran demokratisasi memberikan masyarakat kepercayaanuntuk mengatur dirinya sendiri. Telekomunikasi selalu bersifatuniversal tetapi pengaturannyabermozaik sesuai karakternegara dan bangsa baik disebabkan faktor geografis, historis maupunekonomis. Balajar dari negara-nagara demokrasi, penyiaran yang diaturlembagaindependenmerupakan kelaziman sehingga mampu memcapai fungsi yang ideal.

    Sistem penyiaran berpihak kepada publik sebagai pemilik infrastruktur dan harusmenjamin kemerdekaan masyarakat. Konsekuensi yuridis dari prinsip di atas adalah perlunyakehadiran Independent Nonministerial Regulatory Body bentukan UU Penyiaran. Sistempenyiaran yang demokratis akan selalu terdiri dari minimal 3 bentuk lembaga penyiaran, yaitupublik, pelaku bisnis dan komunitas.

    Uraian di atas menyimpulkan bahwa, gagasan mengenai sistem penyiaran yangdemokratis harus meliputi: independensi dalam penyelenggaraan penyiaran baik isi, regulator maupun perizinan teknis pluralitas pemilikan media, yakni media publik, komersial hingga komunitas desentralisasi atau penguatan peran lokal dalam berbagai bentuknya.