Dasar Teori Teksedfar MDK

11
I. JUDUL SEDIAAN PADAT II. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan tablet dan menguji mutu tablet III. DASAR TEORI Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, waktu hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM, 1995). A. Komposisi Tablet

description

1234

Transcript of Dasar Teori Teksedfar MDK

Page 1: Dasar Teori Teksedfar MDK

I. JUDUL

SEDIAAN PADAT

II. TUJUAN

Untuk mengetahui cara pembuatan tablet dan menguji mutu tablet

III. DASAR TEORI

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi (Ditjen POM, 1995).

Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, berat,

kekerasan, ketebalan, waktu hancurnya dan dalam aspek lainnya

tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya

(Ansel, 1989). Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling

banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode

kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain

dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode

cetak, yaitu dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan

tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM, 1995).

A. Komposisi Tablet

Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat

pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet

tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya dapat

ditambahkan jika diperlukan.

Komposisi umum dari tablet adalah

1. Zat berkhasiat/ zat aktif

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam

keadaan murni, tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu

dengan zat-zat yang bukan obat yang mempunyai fungsi khusus

agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief, 1994).

2. Zat pengisi

Page 2: Dasar Teori Teksedfar MDK

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam

suatu formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan

ukuran tablet sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk

membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan

mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati

(amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar, 2008).

3. Zat pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau

retak, dan dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa

atau dicetak. Zat pengikat yang biasa digunakan adalah gelatin,

amilum maidis, amilum manihot, amilum tritici dan lain-lain

(Anief, 1994).

4. Zat penghancur

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya

tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan

mempermudah absorbsi. Zat penghancur yang biasa digunakan

adalah pati, asam alginat, gom dan lain-lain (Lachman, dkk, 1994).

5. Zat pelican

Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam

formulasi sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan

tablet dari dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet

melekat pada dinding lubang kempa. Zat pelicin yang biasa

digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat, natrium

stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar, 2008).

B. Bentuk Tablet

Terdapat berbagai macam bentuk tablet yang telah

dikembangkan oleh pabrik-pabrik farmasi antara lain:

1. Bentuk bundar dengan permukaan datar

2. Bentuk cembung

3. Bentuk kapsul (kaplet)

4. Bentuk lonjong

Page 3: Dasar Teori Teksedfar MDK

5. Bentuk segitiga, empat segi, segi enam (heksagonal), dan

seterusnya (Siregar, 2008).

C. Penggolongan Tablet

Menurut Siregar (2008) berdasarkan tujuan penggunaannya tablet

dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Golongan tablet oral yang dihantarkan ke dalam saluran cerna

Tablet kempa

Tablet kempa adalah tablet tak bersalut yang dibuat

dengan siklus pengempaan tunggal dan biasanya terdiri

atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan zat

tambahan.

Tablet salut gula

Tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan

lapisan tipis larutan gula berwarna atu tidak berwarna.

Guna penyalutan adalah untuk melindungi zat aktif,

menutupi zat aktif yang beraroma atau berasa tidak

menyenangkan dan menyempurnakan penampilan

tablet.

Tablet salut selaput (film)

Tablet salut film adalah tablet yang disalut dengan

polimer yang larut air diberi warna atau tidak diberi

warna yang terdisintegrasi segara dalam saluran cerna

Tablet salut enteric

Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan

suatu zat, yang tidak terdisolusi dalam lambung

(suasana asam) tetapi terlarut dalam saluran cerna

(suasana basa).

2. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga mulut

Tablet kunyah

Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah,

memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga

Page 4: Dasar Teori Teksedfar MDK

mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa

pahit atau tidak enak.

Tablet bukal dan tablet sublingual

Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk ditahan

dalam mulut, tablet bukal ditempatkan di antara pipi

dan gusi, sedangkan tablet sublingual ditempatkan di

bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara

langsung.

Tablet hisap

Tablet hisap adalah tablet yang dibuat dari zat aktif

dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan,

serta dimaksudkan terdisolusi lambat dalam mulut.

3. Golongan tablet untuk komponen sediaan racikan obat resep

Tablet triturat Tablet triturat adalah tablet yang

berbentuk kecil, umunya silindris, digunakan untuk

menyediakan jumlah zat aktif yang tepat dalam peracikan

obat. Tablet ini biasanya mengandung zat aktif yang toksik

atau berkhasiat keras.

4. Golongan tablet yang dilarutkan terlebih dahulu dalam air

kemudian diminum

Tablet efervesen

Tablet efervesen adalah tablet yang dibuat dengan

cara dikempa dan berbuih (pelepasan karbon dioksida)

jika berkontak dengan air. Tablet harus dibiarkan

terlarut baik dalam air sebelum diminum.

5. Golongan tablet yang ditanam

Tablet implantasi

Tablet implantasi adalah tablet yang didesain dan

dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada

hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberi efek

Page 5: Dasar Teori Teksedfar MDK

zat aktif yang diperlama yaitu sekitar satu bulan sampai

setahun.

6. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga tubuh lainnya

Tablet vaginal

Tablet vaginal adalah tablet sisipan yang didesain

untuk terdisolusi dalam rongga vagina. Tablet ini

berbentuk telur untuk memudahkan penahanan dalam

vagina.

7. Golongan tablet untuk disuntikkan setelah dilarutkan dalam

pembawa

Tablet hipodermik

Tablet hipodermik adalah tablet yang dibuat dari

bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air.

Tablet ini umumnya digunakan untuk membuat sediaan

parenteral dengan cara melarutkan tablet dalam air

steril.

D. Evaluasi Tablet

a. Uji keseragaman sediaan Keseragaman sediaan dapat

ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu:

- Keragaman bobot Pengujian keragaman bobot

dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau

lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih

dari bobot satuan sediaan

- Keseragaman kandungan Pengujian keseragaman

kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari

50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan

sediaan (Siregar, 2008).

b. Uji kekerasan tablet

Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan

pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi

tablet juga harus cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan

Page 6: Dasar Teori Teksedfar MDK

sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari

bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya. Tablet diukur

kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya. Alat

yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya

adalah hardness tester (Ansel, 1989).

c. Uji keregasan tablet

Keregasan tablet dapat ditentukan dengan

menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada

kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap

putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang

sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan

yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).

d. Uji waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet

pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut

dan diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan

menggunakan alat uji waktu hancur. Masing-masing sediaan

tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan

tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket

dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan

zat aktif bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008).

e. Uji disolusi

Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu

sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang

diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini

dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang

terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Ansel,

1989).

f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Page 7: Dasar Teori Teksedfar MDK

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah

obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch

(Lachman, dkk, 1994).

Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet

biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung,

ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet

yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet

maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera

pada masing-masing monografi, baik persyaratan maupun cara

penetapannya (Siregar, 2008).