Dasar Teori ESP
-
Upload
hendry-andrian -
Category
Documents
-
view
112 -
download
3
Embed Size (px)
description
Transcript of Dasar Teori ESP

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Umum Pompa ESP
Electrical Submersible Pump adalah pompa yang dibuat atas dasar
pompa sentrifugal bertingkat (stage) banyak dimana setiap tingkat
mempunyai impeller, bagian berputar yang fungsinya memberikan
kecepatan terhadap cairan yang dipompakan, diffuser adalah bagian yang
diam berfungsi mengubah tenaga yang berupa kecepatan tinggi menjadi
kecepatan rendah tetapi memiliki tenaga tinggi. Pompa ESP secara
keseluruhan dari pompa dan motornya ditenggelamkan kedalam cairan,
pompa ini digerakkan dengan motor listrik melalui suatu poros motor (shaf)
yang memutar sudu-sudu impeller pompa. Peraturan ini menimbulkan gaya
sentrifugal yang digunakan untuk mendorong pompa ke permukaan.
2.2 Syarat-syarat Pemilihan Pompa ESP
1. Tekanan formasi sudah mulai mengecil atau tidak ekonomis.
2. Laju produksi antara 200 - 60.000 STB/day.
3. Produktivity index masih tinggi.
4. Sumur tidak mempunyai problem kepasiran.
5. Tersedia peralatan ESP.
5

6
2.3 Keuntungan dan Kerugian penggunaan pompa ESP
2.3.1 Keuntungan
1. Dapat beroperasi pada kecepatan tinggi.
2. Ruangan untuk penempatan pompa kecil.
3. Mampu memompa fluida dengan capasitas besar dan aliran
continue.
4. Dapat memisahkan gas yang mungkin mengganggu proses
pengisapan.
5. Biaya perwatan yang rendah.
6. Tidak bising, karena berada dalam sumur.
7. Pompa memiliki pendingin alami, karena posisinya terendam
dalam air.
8. System pompa tidak menggunakan shaft penggerak yang
panjang dan bearing, jadi problem yang biasa terjadi pada
pompa permukaan ( Jet Pump ) seperti keausan bearing dan
shaft tidak terjadi.
2.3.2 Kerugian
1. Menghasilkan head yang rendah.
2. Pompa sentrifugal didesain beroperasi pada putaran yang tetap.
3. Kurang baik pada sumur yang memiliki problem kepasiran.
4. Dilakukan priming.

7
2.4 Peralatan Di Atas Permukaan
2.4.1 Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger
khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack-off atau
penetrator. Cable pack-off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000
psi. Tubing hanger dilengkapi juga dengan lubang untuk hidraulic
control line, yaitu saluran cairan hidraulik untuk menekan
subsurface ball valve agar terbuka.
Gambar 2.1 memperlihatkan tubing hanger dengan cable
pack-off. Wellhead juga harus dilengkapi dengan “seal” agar tidak
bocor pada lubang untuk kabel dan line. Wellhead di desain untuk
tahan terhadap tekanan 500 psi sampai 3000 psi.
Gambar 2.1 Wellhead
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)

8
2.4.2 Junction Box
Junction box ditempatkan di antara kepala sumur dan
switchboard untuk alasan keamanan. Gas dapat mengalir keatas
melalui kabel dan naik ke permukaan menuju switchboard yang bisa
menyebabkan terjadinya kebakaran karena itu kegunaan dari
junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik keatas
tadi. Junction box biasanya 15 ft (minimum) dari kepala sumur dan
normalnya berada diantara 2 sampai 3 ft di atas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain :
Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi
kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dari swichboard.
Gas yang bermigrasi dari dalam sumur melalui kabel menuju
kepermukaan akan keluar melalui junction box. Tanpa junction
box gas akan memasuki switch board dan menjadi potential
hazard.
2.4.3 Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat
pompa bekerja yang dilengkapi dengan motor controller, overload
dan underload protection serta alat pencatat (recording instrument)
yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis apabila terjadi
penyimpangan. Switchboard ini dapat digunakan untuk tegangan
dari 440 volt sampai 4800 volt.

9
Fungsi utama dari switchboard adalah :
Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem
seperti: overload atau underload current.
Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.
Mendeteksi unbalance voltage.
Berfungsi sebagai alat control dari ESP (chart).
Menjadi alat pelindung dari ESP terhadap overload dan
underload.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart
yang berfungsi untuk mencatat arus motor versus waktu ketika
motor bekerja.
Gambar 2.2 Switchboard
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)

10
2.4.4 Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti)
yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik
core maupun coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin
dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah
lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer diberikan
tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi,
sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar.
Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan
step-down transformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan
oleh motor.
Gambar 2.3 Transformer
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)

11
2.5 Peralatan Di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan dari electrical submersible pump
terdiri atas pressure sensing instruments, electric motor, protector, intake,
pump unit dan electric cable serta alat penunjang lainnya.
2.5.1 PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI atau Pressure Sensing Instrument adalah suatu alat yang
mencatat tekanan dan temperatur di dalam sumur. Secara umum
PSI Unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu :
PSI Down Hole Unit, Dipasang dibawah Motor Type Upper atau
Center Tandem, karena alat ini dihubungkan pada Wye dari
Electric Motor yang seolah-olah merupakan bagian dari Motor
tersebut.
PSI Surface Readout, Merupakan bagian dari sistem yang
mengontrol kerja Down Hole Unit serta menampakkan (display)
informasi yang diambil dari Down Hole Unit.
2.5.2 Electric Motor
Jenis motor electrical submersible pump adalah motor listrik
induksi dua kutub tiga fasa yang diisi dengan minyak pelumas
khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi.
Dipasang paling bawah dari rangkaian, dan motor tersebut
digerakkan oleh arus listrik yang dikirim melalui kabel dari
permukaan. Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan
mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik.

12
Fungsi dari minyak tersebut adalah :
Sebagai pelumas.
Sebagai tahanan (isolasi).
Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh
perputaran rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.
Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu
yang biasanya sudah ditentukan oleh pabrik yaitu berwarna jernih,
tidak mengandung bahan kimia, dielectric strength tinggi, lubricant
dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua celah-
celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan stator.
Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime
mover), yang mempunyai 2 (dua) bagian pokok yaitu :
Rotor (gulungan kabel halus yang berputar).
Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel
pada badan motor).
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi
tenaga putaran pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros
(shaft) yang berada ditengahnya akan ikut berputar, sehingga poros
yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros pompa,
intake, dan protector).

13
Fungsi ESP Motor & Bagian-Bagian Serta Cara Kerjanya :
1. Motor berfungsi untuk menggerakkan pompa dengan jalan
merubah electirical energy (tenaga listrik) menjadi mechanical
energy (tenaga mekanik).
2. Kemudian menggerakkan pompa melalui shaft (as) yang
dihubungkan dengan coupling.
Motor Terdiri Dari Beberapa Unsur Penting Seperti :
1. Stator yaitu susunan dari kabel-kabel halus yang tidak
bergerak (statis) dipasang pada motor bahagian dalam.
2. Rotor adalah susunan dari elemen-elemen tipis yang
berputar, ditengahnya terdapat shaft (as). Jarak antara rotor dan
stator adalah 0.007 inch.
3. Reda Oil adalah sejenis cairan (minyak) yang berfungsi
sebagai pelumas dan pendingin ESP motor.
4. Motor yang biasa dipakai atau dipergunakan didaerah CPI
adalah yang terdiri dari 3 phase, 60 cycle.
Cara Kerja ESP Motor :
1. Stator yang dialiri listrik (di energize) akan menginduksi
rotor sehingga ikut berputar.
2. Rotor ini pada saat berputar akan terangkat dalam
keadaan “melayang” sedikit dari kedudukannya (thrust bearing).

14
Sehingga sewaktu rotor berputar, shaft yang ada ditengah-
tengah rotor akan ikut berputar.
3. Dengan berputarnya shaft maka pompa dan protector akan
ikut berputar pula.
2.5.3 Protector
Protector (Reda) sering juga disebut dengan Seal Section
(Centrilift) atau Equalizer (ODI). Secara prinsip protector mempunyai
4 (empat) fungsi utama yaitu :
Untuk melindungi tekanan dalam motor dan tekanan di annulus.
Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.
Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan
axial dari jenis marine type) untuk merendam gaya axial yang
ditimbulkan oleh pompa.
Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan
minyak motor sebagai akibat dari perubahan temperatur dari
motor pada saat bekerja dan saat dimatikan.
Secara umum protektor mempunyai 2 (dua) macam tipe, yaitu :
Positive Seal atau Modular Type Protector.
Labyrinth Type Protector.
Untuk sumur-sumur miring dengan temperatur > 300°F
disarankan menggunakan protektor dari jenis positive seal atau
modular type protector.

15
Gambar 2.4 Protector
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)
Fungsi Protector Yang Dipasang Diantara Motor Dan Pompa :
1. Menahan cairan yang masuk dari well melalui GS/intake
agar tidak langsung masuk kedalam motor.
2. Menyamakan tekanan yang ada didalam motor dengan
tekanan yang datang dari well bore/sumur.
3. Memberi kesempatan kepada minyak yang ada didalam
motor untuk dapat memuai dan menyusut sewaktu panas atau
dingin.
Protector terdiri dari bermacam-macam type & series, seperti :
Series : 375/400 ; 400/540 ; 400/450/540
Type : PSSB; PSDB; 66 L; Modular
Note : Jika akan menyambung protector dengan motor dan
pompa yang berbeda seriesnya maka housing adaptor harus
dipergunakan.

16
Cara Kerjanya :
Protector yang dipasang diatas motor berfungsi
sebagai pelindung dan pemisah motor dan pompa dengan cara :
1. Menahan cairan yang masuk dari wellbore agar tidak
langsung masuk kedalam motor.
2. Menyamakan tekanan yang ada didalam motor dengan
tekanan yang datang dari well bore.
3. Memberikan kesempatan kepada minyak yang ada
didalam motor untuk dapat memuai dan menyusut disebabkan
oleh panas dan dingin sewaktu distart/stop.
Proses Pengisian Minyak Reda :
Protector terdiri dari 2 chamber yang dihubungkan oleh tube
antara chamber yang satu dengan yang lain. Jika minyak reda
diisikan melalui drain & fill valve, minyak tersebut akan memenuhi
chamber yang bawah (lower chamber) kemudian masuk kechamber
atas melalui tube dan memenuhi chamber tersebut. Untuk
mengetahui penuh atau tidaknya, dapat dilihat dengan membuka
drain valve yang terletak diatas.
Catatan : Spacer Seal adalah seal yang terbuat dari cheramic yang
gampang pecah. Jadi harus betul-betul dijaga agar
protector jangan sampai terpukul atau terhempas demi
menjaga seal ini. Kalau seal ini pecah, akan terjadi
komunikasi. Disamping itu spacer seal juga berfungsi
untuk menahan fluida yang mengalir melalui shaft.

17
2.5.4 Intake
Intake dipasang dibawah pompa dengan cara
menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake
merupakan saluran masuknya fluida dari dasar sumur ke pompa
menuju permukaan. Untuk jenis-jenis tertentu, intake ada yang
dipasang menjadi satu dengan housing pompa (intregrated), tetapi
ada juga yang berdiri sendiri.
Ada beberapa jenis intake yang sering dipakai, yaitu :
Standard Intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah.
Jumlah gas yang masuk pada intake harus kurang dari 10%
sampai dengan 15% dari total volume fluida. Intake mempunyai
lubang untuk masuknya fluida ke pompa, dan dibagian luar
dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk menyaring
partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.
Rotary gas separator dapat memisahkan gas sampai dengan
90%, dan biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR
tinggi. Gas Separator jenis ini tidak direkomendasi untuk
dipasang pada sumur-sumur yang abrasive.
Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator
yang dipakai untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.

18
Gambar 2.5 Intake
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)
2.5.5 Pump Unit
Unit pompa merupakan Multistages Centrifugal Pump, yang
terdiri dari : impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah
pompa). Di dalam housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana
tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser. Jumlah stage
yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung dengan
Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa
menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head
Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur
ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang bergerak,
sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage disusun
secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus
pada poros pompa yang berputar pada housing.

19
Prinsip kerja pompa ini adalah fluida yang masuk kedalam
pompa melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari
pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses
centrifugal maka fluida tersebut akan terlempar keluar dan diterima
oleh diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah
menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage
selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang
semakin besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian
tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa
berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak
stage yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa
untuk mengangkat fluida.
Gambar 2.6 Pump Unit
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)

20
ESP Pump :
1. ESP Pump adalah sebuah pompa centrifugal yang terdiri dari
beberapa stages. Satu stages terdiri dari satu impeller yang
bergerak (rotor) dan satu diffuser yang station (stator).
2. Ukuran dari stages akan menentukan banyaknya fluida yang
dapat dipompakan sedangkan jumlah stages akan menentukan
total head capacity (daya dorong).
3. Ukuran stages juga akan menentukan jumlah horse power yang
diperlukan.
4. Stages terbuat dari metal m-resist atau ryton yang
tahan terhadap karat, kuat dan tahan lama sedangkan shaft
terbuat dari besi k-monel yang tahan karat dan sangat keras.
Cara Kerja :
1. Putaran motor diteruskan ke pompa melalui shaft.
2. Sambungan antara shaft tiap-tiap unit dihubungkan
dengan coupling.
3. Impeller dipasang pada shaft sehingga dengan
berputarnya shaft maka impellerpun akan ikut berputar.
4. Putaran ini akan mendorong serta mengangkat
fluida, sedangkan diffuser yang bersifat station akan
mengarahkan fluida menuju impeller diatasnya.
5. Impeller bersama dengan fluida memberi tekanan
yang diperlukan untuk mencapai head yang dibutuhkan dan
hal ini dilaksanakan dengan mempercepat aliran fluida di dalam
impeller.

21
2.5.6 Gas Separator
Gambar 2.7 Gas Separator
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)
Fungsi Gas Separator (GS) :
1. Gas Separator berfungsi sebagai Fluid Intake (aliran
masuk fluida) disamping sebagai pemisah gas dengan liquid.
2. Jika tidak dipisahkan akan membawa dampak buruk
terhadap pompa seperti gas lock, pump off. Dan Gas separator
sangat efisien pada sumur yang memiliki GOR (gas oil ratio)
lebih dari 1000 cuft/bbls.
3. Pada waktu fluida mengalir dengan arah axial kearah sudu-
sudu impeller, fluida ini diterima oleh sudu-sudu diffuser
dan dibelokkan rahnya menuju impeller yang diatasnya. Pada
saat melalui diffuser, kecepatan fluida akan berkurang dan
dirubah menjadi tekanan.

22
4. Untuk dapat memompa fluida dengan tekanan dan head
yang tertentu diperlukan stages yang disusun secara series,
makin banyak stagesnya makin tinggi fluida yang dapat
didorongnya (head capacity).
5. Besarnya rating atau kapasitas dari pompa ditentukan
oleh outside diameter dari impeller, bukan jumlahnya.
Cara Kerja Gas Separator :
1. Sewaktu pompa bekerja, maka tekanan dalam gas separator
akan lebih kecil dari pada tekanan diluarnya.
2. Perbedaan ini menyebabkan gas yang sebelumnya berupa
cairan akan memecah menjadi gelembung-gelembung gas.
3. Kemudian gelembung gas ini naik keatas dan keluar
melalui lobang yang terdapat pada bagian atas separator.
4. Sedangkan cairan akan turun kebawah kemudian
masuk kedalam tube dan selanjutnya ditangkap oleh pick-up
impeller dan diteruskan kedalam impeller paling bawah dari
pompa.
Jenis-Jenis Gas Separator :
1. 65 GS untuk series 400
2. 74 GS untuk series 540
3. 54 GS untuk series 650 – 675
4. 500 KGS/RGS untuk series 540
5. VGSA untuk series 540

23
2.5.7 Electric Cable
Kabel yang dipakai adalah jenis tiga konduktor. Fungsi utama
dari kabel tersebut adalah sebagai media penghantar arus listrik dari
switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Kabel harus tahan
terhadap tegangan tinggi, temperatur, tekanan migrasi gas dan
tahan terhadap resapan cairan dari sumur. Untuk itu maka kabel
harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik.
Bagian dari kabel biasanya terdiri dari :
Konduktor (conductor)
Isolasi (insulation)
Sarung (sheath)
Jaket (jacket)
Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai yaitu : round dan flat
cable. Pada jenis round cable di bagian luar sarungnya dibungkus
lagi dengan karet (rubber jacket). Biasanya kabel jenis round ini
memiliki ketahanan yang lebih lama daripada jenis flat cable, tetapi
memerlukan ruang penempatan yang lebih besar.
Secara umum ada dua jenis kabel yang biasa dipakai di lapangan,
yaitu:
Untuk low temperature, disarankan untuk pemasangan pada
sumur-sumur dengan maximum 200°F.
Pada high temperature, kabel disarankan untuk pemasangan
pada sumur-sumur dengan temperatur yang cukup tinggi sampai
mencapai mencapai 400°F. Untuk sumur bersuhu tinggi (lebih

24
250°F) perlu dipasang epoxy untuk melindungi kabel, O-ring dan
seal.
Gambar 2.8 Electric Cable
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/artificial-lift.html)

25
Fungsi Power Cable :
Mengalirkan arus listrik dari sumbernya ke ESP Motor. Cable
dibuat dari tembaga dengan rancangan dari perusahaan kabel yang
pembuatannya disesuaikan denganm kondisi sumur serta besar
kecilnya HP Motor.
Jenis-Jenis Power Cable :
Reda Redalene : Dapat menahan arus sampai dengan 3 KV (3
Kilo Volts) mempunyai bentuk yang rata (flat) dan juga bulat
(round). Kabel ini dapat berfungsi sampai dengan maximum
BHT 180 0F. Bahan Isolasinya terbuat dari polyproolyne dan
jacketnya terbuat dari karet nitrile. Armornya terbuat dari
galvanize, besi ataupun monel. Cable bulat biasanya dipakai
untuk sumur yang diameternya lebih besar dari 7”, sedangkan
cable picak untuk sumur yang mempunyai OD 7” atau lebih kecil.
Reda Realead : Berbentuk picak (flat), juga tahan terhadap arus
sampai dengan 3 KV (3 Kilo Volts) dan maximum BHT 300
0F. Kabel ini terbuat dari bahan yang sama dengan kabel
bulat, hanya saja dibalut dengan karet ethylene propylene
dan jacketnya dari timah (lead). Begitu juga armornya.
Reda Polyethene : Tahan terhadap arus sampai dengan 3
KV, berbentuk bulat. Kabel ini adalah jenis yang khusus dibuat
untuk daerah yang berhawa dingin serta mengandung
karat. Kabel jenis ini dapat bekerja sampai pada temperatur 65
0F dibawah nol, dan kabel jenis ini tidak dibalut dengan armor.

26
2.5.8 Check Valve
Check valve biasanya dipasang pada tubing (2 – 3 joint) di
atas pompa. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas
pompa. Jika check valve tidak dipasang maka kebocoran fluida dari
tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat
menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran
balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah,
dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi
penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya
fluida tidak turun ke bawah.
2.5.9 Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve,
mempunyai fungsi mencegah minyak keluar pada saat tubing
dicabut. Fluida akan keluar melalui bleeder valve.
2.5.10 Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak
bergeser atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi,
sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.
(Sumber :http://dedylondong.blogspot.com/2012/11/memahami-pompa-rendam-
submersible-pump.html)

27
2.6 Cara Beroperasi ESP System :
1. Electric Power atau tenaga listrik disuplai dari transformer (step down)
melalui switchboard. Pada switchboard, semua prilaku dari ESP dan
kabel akan dikontrol/dimonitor (seperti amperage, voltage, dll).
2. Power akan diteruskan dari switchboard ke ESP motor melalui power
cable yang terikat sepanjang tubing dan body ESP.
3. Pada ESP motor, electric power akan dirobah menjadi mechanical
power (tenaga putaran).
4. Tenaga putaran akan diteruskan ke protector dan pump melalui shaft
yang dihubungkan dengan coupling.
5. As atau shaft dari ESP pump akan berputar, pada waktu yang
bersamaan, impeller akan ikut berputar dan mendorong fluida yang
masuk melalui pump intake atau gas separator kearah permukaan.
6. Fluida yang didorong, secara bertahap akan memasuki tubing dan terus
menuju kepermukaan sampai ke stasiun pengumpul.
2.7 Down Hole Protection Untuk ESP Unit :
Shroud
Alat ini dipasangkan pada pump intake sampai ke motor yang
mempunyai 3 keuntungan :
1. Mengoptimalkan efisiensi dari pompa, yaitu dengan cara menambah
velocity (kecepatan) dari fluida memasuki pompa (diharapkan 1
kaki/detik).
2. Dengan adanya aliran ini, proses pendinginan terhadap motor akan
menjadi lebih baik.

28
3. Mencegah fluid cut atau kenaikan temperature apabila ESP dipasang
pada perforasi.
Liner dan Cup Packer
Alat ini dipasang dibawah motor untuk mengurangi ataupun
menahan pasir dan surge pressure yang akan merusak pompa.
Check Valve
Alat ini dipasang pada tubing string untuk melindungi unit
terhadap tekanan balik (back pressure) yang mengakibatkan
terjadinya putaran balik terhadap ESP ketika akan dihidupkan.
Circulating Sub :
Alat ini berbeda dengan bleeder valve, circulating sub
dilengkapi dengan 4 port yg.mempunyai daya sirkulasi lebih
sempurna sehingga proses kill well menjadi lebih baik dimana kill
fluid yang memasuki ESP menjadi berkurang atau tidak ada sama
sekali dan kerusakan unit dapat diperkecil.
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/penggunaan-electrical-submersible-
pump.html)

29
Gambar 2.9 Pengangkatan ESP
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-penanganan-
esp.html)

30
Gambar 2.10 Penempatan ESP di Lokasi
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-penanganan-
esp.html)

31
2.8 Langkah Perbaikan ESP
Gambar 2.11 Perbaikan ESP
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-
penanganan-esp.html)
Debit air yang lebih kecil merupakan tanda-tanda pompa mengalami
masalah. Jika tidak ditangani masalah matinya pompa tinggal menunggu
waktu.
Untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi, berikut langkah yang
dilakukan :
1. Jika pompa mati, cek Capasitor. Ganti terlebih dahulu jika komponen
ini tidak berfungsi.
2. Sambil di running, cek Ampere kabel power saat pompa running. Jika
lebih cukup tinggi ( > 10 A ) ada beberapa kemungkinan, 1) motor
mendapat beban cukup berat. ( Benda asing seperti endapan tanah
merah, tanah kapur, dll.), volume air sudah berkurang, pompa bekerja

32
dalam air dengan batas sangat minimum/kering dalam waktu yang
lama, dan 3) lilitan kumparan stator bermasalah.
3. Instalasi pompa submersible standard dilengkapi safety untuk
mendeteksi kedalaman air berupa sensor electroda. Jika sensor ini
dalam kondisi baik, turunnya kedalaman air dalam batas minimum akan
terdeteksi, dan automatis memutus power ke motor.
Gambar 2.12 Sensor Electroda
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-
penanganan-esp.html)
Beberapa teknisi kadang hanya mengandalkan TOR ( Thermal
Overload Relay ) yang terpasang pada Contactor untuk mendeteksi
kondisi pompa dan kedalaman air. Biasanya logika yang dipakai, saat
kedalaman air berada dalam batas minimum, motor akan berputar
dalam kondisi kering, ini akan menyebabkan kenaikan temperature

33
motor dan ampere motor. Kenaikan dalam batas setting ampere pada
TOR akan menyebabkan Contactor memutus hubungan power.
Namun teknik ini sangat tidak disarankan, prinsipnya kedalaman
air tanah harus dideteksi dengan sensor yang mendeteksi kondisi
langsung. Dalam jangka panjang penggunaan setting ampere pada
TOR menyebabkan lilitan stator bermasalah ( short ).
4. Perhatikan debit air, jika semburan awal tinggi kemudian melemah,
kemungkinan besar volume air dalam sumur berkurang. Jika
semburannya lemah mulai dari awal motor running, ini tanda-tanda
problem dari motor.
5. Angkat pompa submersible ke permukaan. Periksa kondisi fisik, adakah
benda asing yang menghambat putaran shaft atau impeler.
Gambar 2.13 Cek Pompa Submersible
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-penanganan-
esp.html)

34
6. Cek ulang Level kedalaman air dengan menggunakan tali ber-
pemberat. Ukur kedalaman air dan jarak permukaan ke dasar.
Informasi ini penting saat penempatan titik pompa dan setting posisi
sensor electroda.
7. Jika yakin tidak ada masalah dengan volume air dalam sumur.
Fokuslaah untuk perbaiki pompa.
8. Jika merasa yakin untuk melakukan cleaning, berilah tanda terlebih
dahulu sepanjang bodi casing penutup impeler, untuk memastikan
posisi pasang seperti awal. Buka impeller satu persatu, cuci lalu pasang
kembali. Setelah itu buka impeller berikutnya.
9. Periksa kondisi impeller, dan shaft. Jika sudah aus atau cacat , catat
Type pompa submersible anda, lalu dapatkan parts original di suplier
resmi.
Gambar 2.14 Impeller tidak bagus
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-
penanganan-esp.html)
10. Cek tahanan lilitan kumparan pada rotor, jika tahanan menunjukkan
nilai yang rendah, menunjukkan kumparan bermasalah, misal bocor.
Jika anda menemui masalah ini, disarankan untuk mengganti dengan
pompa yang baru.

35
11. Jika sudah selesai cleaning dan pompa dirakit kembali. Test terlebih
dahulu didalam bak air, debit air keluar dan ampere motor.
12. Jika tidak ada perubahan, jangan diteruskan. Segera hubungi Service
Pompa resmi dan terpercaya. Setelah selesai service, minta pompa
ditest kembali dan lihat ampere motor saat running. Jika masih cukup
tingggi ( >10 A ), jangan diterima. Perbaikan belum complete.
13. Direkomendasikan pemasangan dilakukan oleh petugas service, ini
penting jika ingin mendapat garansi perbaikan.
14. Jika pompa submersible tidak dapat di repair. Solusinya hanya satu,
beli baru.
(Sumber : http://vigiku.blogspot.com/2012/09/prosedur-pengiriman-dan-penanganan-
esp.html)