dasar teori bpdp 3

13
 1. Dasar Teori Bahan pangan hewani merupakan bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari hasil hewan. Bahan pangan hewani meliputi susu, telur, daging dan ikan serta produk-produk olahannya yang bahan dasarnya berasal dari hasil hewani. Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan nabati. Beberapa diantaranya adalah: a. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman. b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. c. Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda dengan pangan nabati yang memiliki kesamaan dalam hal  jaringan-jaringan atau komponen-komponen penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging terletak pada jaringan lemak, pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada telur terdapat pada kuning telur. d. Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak dan bahan pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, lemak dan protein. Berdasarkan hal di atas maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan penting karena dapat memperpanjang masa simpan, meningkatkandaya tahan, meningkatkan kualitas, nilai tambah dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan (Suharyanto, 2011).

Transcript of dasar teori bpdp 3

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 1/13

 

1.  Dasar Teori

Bahan pangan hewani merupakan bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan

atau olahan yang bahan dasarnya dari hasil hewan. Bahan pangan hewani meliputi

susu, telur, daging dan ikan serta produk-produk olahannya yang bahan dasarnya

berasal dari hasil hewani. Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang

membedakan dengan bahan pangan nabati. Beberapa diantaranya adalah:

a.  Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek 

daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur).

Pendeknya daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani

dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat

dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman.b.  Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah

terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

c.  Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga

tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat

telur. Berbeda dengan pangan nabati yang memiliki kesamaan dalam hal

  jaringan-jaringan atau komponen-komponen penyusunnya. Pada bahan

pangan hewani, lemak pada daging terletak pada jaringan lemak, pada susu

terletak pada globula-globula lemak dan pada telur terdapat pada kuning

telur.

d.  Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak 

dan bahan pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral,

lemak dan protein.

Berdasarkan hal di atas maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan penting

karena dapat memperpanjang masa simpan, meningkatkandaya tahan, meningkatkan

kualitas, nilai tambah dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian

maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapat

sentuhan teknologi pengolahan (Suharyanto, 2011).

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 2/13

 

1.1.  Susu

Air susu adalah hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar susu hewan mamalia,

yang berperan sebagai makanan bagi anak hewan tersebut selama alat

pencernaannya belum mampu menyerap protein asing. Kebutuhan gizi tiap jenis

hewan berbeda, sehingga komposisi air susu juga berbeda pada tiap jenis hewan

mamalia (Tjahjadi, 2011).

Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena

mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak,

karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai

gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu merupakan medium yang sangat

disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehinggadalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak 

ditangani secara benar (Saleh, 2004).

Banyak jenis bahan makanan yang dapat dibuat dari bahan baku susu.

Antara lain jenis produk susu yang sudah dikenal dikalangan masyarakat adalah

es krim, susu bubuk, susu kental, mentega, yoghurt yang dihasilkan melalui

proses homogenisasi, sterilisasi, pasteurisasi dan fermentasi

Berbagai produk berasal dari susu telah banyak dipasarkan dan dikonsumsi

sebagai sumber gizi prima. Tabel 1.1 berikut menunjukkan produk-produk susu

yang umum kini tersedia bagi para konsumen (Blakely, 1991).

Tabel 1.1 Produk-produk Susu

Produk Susu Cair Produk Padat

Susu homogenisasi (lemak > 3,25%)

Susu lemak rendah (lemak 1 atau 2%)

Susu skim (lemak < lemak 0,5%)

Half and half (lemak 10,5%)

Whipping cream (lemak 32%)

Produk susu dengan aroma susu coklat

(lemak 3,25%)

Minuman coklat (lemak <3,25%)

Eggnog (lemak 6%)

Produk susu fermentasi

Buttermilk 

Yoghurt

Sour cream

Sour half and half 

• Susu skim kering

• Mentega

• Keju

- Cheddar - Swiss

- Italia

- Brick 

- Limburger

- Blue

- Cottage

• Dessert Beku

- Es krim (lemak> 10%)

- Sherberts

- Susu es (2-7%)

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 3/13

 

1.1.1.  Susu Pasteurisasi

Produk olahan ini adalah susu yang telah mengalami proses

pasteurisasi. Proses pasteurisasi termasuk proses pemanasan yang dapat

didefenisikan sebagai berikut: pasteurisasi adalah proses pemanasan setiap

komponen (partikel) dalam susu pada suhu 62o C selama 30 menit, atau

pemanasan pada suhu 72o

C selama 15 detik, yang segera diikuti dengan

proses pendinginan.

Ada dua macam cara pasteurisasi yaitu:

  Pasteurisasi lama (LTLT= Low Temperature Long Time) dengan

suhu 62o C- 65o C selama 30 menit

  Pasteurisasi sekejap (HTST= High Temperature Short Time) dengansuhu 85o C – 95o C selama 1-2 menit

Perlakuan panas dapat mempengaruhi kandungan lysin dalam susu

pasteurisasi, seperti yang tertera pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Pengaruh Perlakuan Panas terhadap Kehilangan Lysin

Perlakuan panasRata-rata kehilangan lysine (mean

losses (%) of available lysine)

- Susu pasteurisasi

- UHT langsung

- UHT tidak langsung

- Sterilisasi dalam polyethylene

- Sterilisasi dalam gelas (kaca)

1,8

3,8

5,7

8,9

11,3

Sedangkan pengaruh suhu terhadap vitamin yang terlarut dalam air

pada susu dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 4/13

 

Tabel 1.3 Pengaruh Suhu Pengolahan terhadap Vitamin yang Larut

dalam Air pada Susu

1.1.2. Susu Steril

Susu steril yang banyak dijual orang adalah susu ultra. Proses

sterilisasi juga termasuk pemanasan. Apabila pasteurisasi hanya

bertujuan membunuh bakteri-bakteri pathogen maka sterilisasi bertujuan

untuk membunuh semua bakteri baik pathogen maupun non pathogen.

Suhu yang digunakan lebih tinggi dari suhu pasteurisasi yaitu sekitar

104-140o

C. dengan yang sangat pendek kurang lebih 1-4 detik saja. Alat

yang digunakan untuk sterilisasi misalnya autokclav (kapasitas kecil) dan

retrot (kapasitas besar).

Metode yang digunakan dalam proses sterilisasi ada 3 yaitu:

  One stage (autoclave) dengan suhu 110-120oC selama 10-40 menit

  Two stage (UHT) dengan suhu 135-155oC selama 2-5 detik 

  Sterilisasi continuous, yaitu dengan melakukan kedua metoda

diatas.

1.1.3. Susu Bubuk

Prinsip pembuatan susu bubuk adalah menguapkan sebanyak 

mungkin kandungan air susu dengan cara pemanasan (pengeringan).

Tahap-tahap pembuatan susu bubuk adalah perlakuan pendahuluan,

pemanasan pendahuluan, pengeringan dan pengepakan.

Perlakuan panas

Kehilangan (%)

Vit B12 Asam folat Vitamin C

- Susu pasteurisasi

- UHT langsung

- UHT tidak langsung

- Sterilisasi dalam polyethylene

- Sterilisasi dalam gelas (kaca)

4,6

16,8

30,1

36,5

39,0

7,3

19,6

35,2

45,6

54,8

12,8

17,7

31,6

50,0

66,5

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 5/13

 

Pada perlakuan pendahuluan yang harus dikerjakan adalah

penyaringan, separasi dan standarisasi. Penyaringan bertujuan

memisahkan benda-benda asing misalnya debu, pasir, bulu, dan

sebagainya yang terdapat dalam susu. Separasi bertujuan untuk 

memisahkan krim dan susu skim. Terutama dikerjakan apabila ingin

dibuat bubuk krim atau bubuk skim.

Tujuan pemanasan pendahuluan adalah menguapkan sebagian air

yang terkandung oleh susu, sampai mencapai kadar kurang lebih 45-50%

saja. Alat yang digunakan untuk pemanasan pendahuluan adalah

evaporator. Untuk memanaskan digunakan udara yang bersuhu antara 65-

177o C tergantung jenis produk yang dibuat.

Standarisasi adalah membuat susu menjadi sama komposisinya.

Hasil susu dari peternak yang berbeda komposisinya dicampur sampai

homogen yaitu dengan cara mengaduk ataupun dengan menuang susu

dari wadah yang satu ke wadah yang lainnya.

Macam-macam susu bubuk:

  Susu penuh yaitu susu bubuk yang dibuat dari susu segar yang

tidak mengalami separasi

  Kadar lemaknya 26%

  Kadar airnya 5%

  Bubuk susu skim yaitu susu bubuk yang dibuat dari susu skim.

Susu ini banyak mengandung protein, kadar airnya 5%

  Bubuk krim atau bubuk susu mentega. Dibuat dari krim yang

mengandung banyak lemak.

  Bubuk whey, bubuk susu coklat, bubuk susu instant dan lain-lain.

1.1.4. Susu Kental

Susu kental diperoleh dengan cara mengurangi (menguapkan)

kandungan air susu sampai kandungan airnya tinggi sekitar 40%. Dengan

kadar air yang rendah ini susu dapat tahan disimpan lama dalam keadaan

baik. Apabila akan diminum, susu kental harus diencerkan lagi dengan

air panas atau air hangat.

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 6/13

 

Beberapa contoh jenis susu kental adalah: susu kental tidak manis,

susu kental manis, susu skim kental dan krim kental. Beda susu kental

manis dengan susu kental tidak manis adalah penambahan gula sehingga

terasa manis.

1.1.5. Susu Homogen

Susu homogen adalah susu yang telah mengalami homogenisasi.

Proses homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-

globula lemak susu. Apabila setelah proses homogenisasi dilakukan

penyimpanan pada suhu 10-15 °C selama 48 jam tidak akan terjadi

pemisahan krim pada susu. Didalam susu yang belum dihomogenisasi,

globula-globula lemak ini besarnya tidak seragam yaitu antara 2-10

mikrometer. Alat untuk menyeragamkan globula-globula lemak tersebut

disebut homogenizer. Ketidakhomogenan didalam pembuatan produk-

produk olahan susu tertentu, salah satu misalnya es krim, karena hasilnya

tidak akan terasa halus, tetapi kerugian susu homogen adalah mudah

mengalami creaming yaitu memisahnya kepala susu (krim) dibagian atas

terpisah dari serum yang terletak dibagian bawah. Homogenisasi dapat

meningkatkan viscositas (viscosity) + 10 %.

Tahapan proses homogenisasi dapat dilakukan dengan:

  Single stage homogenization, digunakan untuk homogenisasi:

  Produk dengan kandungan lemak rendah

  Produk yang memerlukan homogenisasi berat (heavy)

  Produk yang memerlukan viskositas tinggi

  Two stage homogenization, digunakan untuk:

  Produk dengan kandungan lemak tinggi

  Produk dengan kandungan bahan kering (konsentrasi susu)

tinggi

  Produk dengan viskositas rendah.

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 7/13

 

1.1.6. Krim dan Susu Skim

Krim adalah bagian susu yang banyak mengandung lemak yang

timbul ke bagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan

dengan alat pemisah. Ada pula yang menyebutnya „kepala susu‟. Susu

skim adalah bagian susu yang banyak mengandung protein, sering

disebut „serum susu‟. Susu skim mengandung semua zat makanan dari

susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Krim

dan susu skim dapat dipisahkan dengan alat yang disebut separator . Alat

ini bekerja berdasarkan gaya sentrifuge. Pemisahan krim dan susu skim

dapat terjadi karena kedua bahan tersebut mempunyai berat jenis yang

berbeda. Krim mempunyai berat jenis yang rendah karena banyak 

mengandung lemak. Susu skim mempunyai berat jenis yang tinggi

karena banyak mengandung protein, sehingga dalam sentrifugasi akan

berada dibagian dalam.

Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan nilai

kalori rendah di dalam makanannya, karena susu skim hanya

mengandung 55% dari seluruh energi susu, dan susu skim juga

digunakan dalam pembuatan keju dengan lemak rendah dan yoghurt.

Susu skim seharusnya tidak digunakan untuk makanan bayi tanpa adanya

pengawasan gizi karena tidak adanya lemak dan vitamin-vitamin yang

larut dalam lemak.

Ada enam macam krim, yaitu:

a.   Half and half cream

Yaitu yang hanya mengandung lemak 10,5-16%. Krim ini

biasanya diperoleh dari mencampur krim yang kandunganlemaknya tinggi dengan susu segar sehingga tercapai kadar lemak 

tersebut diatas.

b.   Light cream

Yaitu krim yang mempunyai kadar lemak 18-22%. Biasanya

telah mengalami homogenisasi.

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 8/13

 

c.   Light whipping cream

Yaitu krim yang mempunyai kandungan lemak 30-34%. Krim

ini tidak dihomogenisasi sebab perlakuan homogeniasi akan

menyebabkan krim mempunyai daya mengembang yang kecil.

d.   Heavy whipping cream

Yaitu krim yang mempunyai kandungan lemak lebih besar dari

pada 34%. Krim ini juga tidak dihomogenisasi.

e.  Sour cream (krim asam)

Yaitu krim yang kadar lemaknya tidak kurang daripada 18%.

Yang diperam dengan bakteri asam laktat. Krim dipasteurisasi.

f.  Whips

Yaitu krim pasteurisasi yang mengandung gula. Bahan-bahan

pemberi cita rasa dan zat penstabil.

1.2.  Telur

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling bergizi dan dapat

disiapkan dalam berbagai bentuk olahan. Telur dikatakan pula sebagai bahan

pangan yang sempurna. Karena telur mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan

oleh suatu makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam

  jumlah yang cukup. Disamping itu protein telur merupakan protein yang

bermutu tinggi dan memiliki susunan asam amino essensial yang lengkap.

Sehingga protein telur sering dijadikan patokan dalam menentukan mutu

protein dari berbagai bahan pangan lainnya.

Telur ayam mengandung 11% kulit, 31% kuning telur dan 55% putih

telur. Isi telur tanpa kulit terbagi atas 65% putih dan 35% kuning telur. Yolk atau kuning telur mengandung 50% padatan yang terdiri dari 1/3 bagian protein

dan 2/3 bagian lemak. Yolk bila disentrifuse akan terpisah menjadi 3 fraksi,

yaitu livetin, komponen glanular, dan lipovitelenin. Lipovitelin dan

lipovitelenin adalah campuran komplek lipoprotein yang apabila lipidanya

diekstrak dengan 80% alkohol akan meninggalkan phosphoprotein, vitelin dan

vitelenin.

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 9/13

 

Putih telur cair mengandung 12% protein. Ada 4 lapisan putih telur, yaitu

bagian luar cairan (lapisan tipis), bagian viscous cairan (lapisan tebal), bagian

dalam cairan (lapisan tipis), dan bagian lapisan kecil padat mengelilingi

membran vitelin kuning telur disebut “chalaza” untuk mempertahankan posisi

yolk.

Disamping nilai gizinya yang tinggi dan sifat-sifat fungsionalnya yang

dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam pengolahan pangan, telur

merupakan bahan pangan yang mudah atau cepat rusak sehingga tidak tahan

lama disimpan tanpa perlakuan apa-apa. Umumnya telur yang masih segar

yaitu yang baru keluar dari ayam adalah steril, akan tetapi segera setelah itu

kulit telur dapat terkontaminasi oleh kotoran ayam (  fecal matter ), air cucian

(bila telur itu dicuci), penanganan dan mugkin dari bahan pengepak.

Untuk menjaga dan mempertahankan kualitas telur, telur hendaknya

disimpan pada tempat yang dingin yang jauh dari bau-bauan yang dapat

diserap melalui pori-pori kulit. Telur segar dapat disimpan sampai 2 minggu

dalam refrigerator. Untuk hasil yang baik sebelum digunakan keluarkan

setengah jam sebelumnya.

1.3.  Daging

Daging dan produk daging mencakup jaringan/otot yang melekat pada

kerangka sapi, babi, biri-biri dan jenis-jenis ternak lain serta organ-organ

hewan tersebut meliputi lidah, hati, jantung, ginjal, otak, dan lain-lain

(Tjahjadi, 2011). Istilah daging umumnya dibedakan dari karkas. Perbedaanya

terletak pada kandungan tulangnya. Daging biasanya tidak mengandung tulang,

sedangkan karkas adalah daging yang belum dipisahkan dari tulang / kerangkanya. Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat

pada kerangka, kecuali urat daging pada bagian bibir, hidung, dan telinga, yang

berasal dari hewan sehat sewaktu dipotong.

Daging sangat penting dalam konsumsi manusia, karena daging

merupakan salah satu pemasok utama protein, vitamin dan mineral. Selain

pertimbangan gizi, daging mempunyai pengetian sosio-ekonomis tertentu.

Mengkonsumsi daging memberikan nilai sosial yang tinggi dalam masyarakat.

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 10/13

 

Daging secara organoleptik memberikan penampilan (appearance), rasa

(flavor), dan sifat-sifat yang berkaitan dengan rasa yang dikehendaki oleh

manusia.

Jaringan tubuh yang terdapat dalam daging yaitu jaringan otot, jaringan

lemak, dan jaringan ikat. Jaringan otot merupakan jaringan yang paling banyak 

terdapat dalam daging yaitu 35-65% dari berat karkas. Jaringan otot terdiri dari

  jaringa otot bergaris melintang, jaringan otot licin, dan jaringan otot spesial,

  jaringan otot berserat melintang, umumnya melekat pada tulang, seperti

terdapat pada otot lengan, kaki dan dada. Jaringan otot licin, merupakan otot

pada dinding alat-alat jeroan, sedangkan otot spesial pada organ jantung.

Jaringan lemak terdapat pada daging dibedakan menurut lokasinya, yaitu lemak 

subkutan, lemak intermuskular, intramuskular dan lemak intraselular. Jaringan

subkutan terdapat pada permukaan luar jaringan otot, langsung dibawah

permukaan kulit. Jaringan lemak intermuskular terletak diantara jaringan otot.

Jaringan intramuskular terdapat di dalam otot, di antara serabut-serabut otot,

sedangkan intersalular terdapat di dalam jaringan sel. Jaringan ikat memiliki

fungsi sebagai pengikat bagian-bagian daging serta mempertautkannya ke

tulang. Jaringan ikat yang penting adalah serabut kolagen, elastin, dan retikulin

(Hartoko, 2008).

1.3.1. Curing Daging

Curing daging adalah cara mengolah daging dengan menambahkan

beberapa bahan seperti garam (NaCl, natrium nitrit, dan natrium nitrat),

gula (dekstrosa, sukrosa, atau pati hidrolisis), serta bumbu. Curing 

bertujuan untuk mendapatkan warna daging yang stabil, aroma, tekstur,dan kelezatan yang baik. Selain itu, curing juga untuk mengurangi

pengerutan daging selama diolah dan memperpanjang masa simpan

produk daging (Anonim 2005).

Garam nitrat dan nitrit pada umumnya sering digunakan pada

proses curing daging guna mendapatkan warna yang baik dan mencegah

pertumbuhan mikrobia. Mekanisme curing menurut Winarno (2002)

adalah nitrit bereaksi dengan gugus sulfhidril dan membentuk senyawa

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 11/13

 

yang tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba dalam kondisi anaerob.

Pada daging, nitrit membentuk nitroksida yang dengan pigmen daging

akan membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.

Pembentukan nitrooksida dapat terlalu banyak jika hanya menggunakan

garam nitrit, oleh sebab itu biasanya digunakan campuran garam nitrat

dan garam nitrit. Garam nitrat akan tereduksi oleh bakteri nitrat

menghasilkan nitrit. Peranan garam nitrat sendiri sebagai bahan pengawet

masih dipertanyakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

didapat bahwa nitrat tidak dapat mencegah kebusukan, bahkan akan

mempercepat kebusukan dalam keadaan aerobik. Fungsi dari nitrit adalah

menstabilkan warna dari jaringan untuk mengkontribusi karakter dari

daging curing untuk menghambat pertumbuhan dari racun makanan dan

mikroorganisme pembusuk , menghambat ketengikan.

Penggunaan nitrit dan nitrat dalam makanan (terutama produk 

daging) dibatasi karena ada efek meracuni dari zat tersebut. Akan tetapi,

dari kedua senyawa tersebut, nitrit yang lebih beracun dibandingkan

nitrat. Nitrit akan bereaksi dengan amino sekunder/tersier membentuk 

senyawa N-nitrosamin yang bersifat mutagen dan karsinogen,

selanjutnya nitrosamine menunjukkan aktifitas karsinogenik. Residu

nitrit yang tertinggal dalam produk akhir akan menimbulkan kematian

bila melebihi 15-20 mg/kg bobot badan yang mengkonsumsi. Nitrosamin

adalah suatu kelompok senyawa yang terbentuk dari interaksi antara nitrit

dengan senyawa amin sekunder atau tersier (Soeparno 1998)

R2NH + N2O3 → R2N2.NO + HNO2 

(Amin sekunder misal: pirolidina) Nitrosoamina (karsinogenik)

1.4.  Ikan

Ikan biasanya mengandung sekitar 40-60% BDD (berat pangan yang

dapat dimakan). Pada bagian lateral badan ikan terdapat jaringan otot berwarna

merah coklat. Sekitar 10% dari total jaringan tubuh mengandung hemoprotein.

Protein jaringan otot ikan dapat diklasifikasikan menjdi sarcoplasma,

miofibrier, dan protein jaringan ikat. Jaringan otot ikan banyak kesamaannya

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 12/13

 

dengan jaringan otot mamalia. Jaringan otot ikan mudah rusak karena

degradasi, denaturasi, dan koagulasi.

Komposisi kimia ikan sangat bervariasi tergantung pada jenis, atau

lingkungan dimana ikan itu hidup. Kandungan lemak ikan bervariasi antara 1 – 

25 %. Protein ikan memiliki nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna serta lengkap

 jenis dan jumlah asam-asam amino yang terkandung di dalamnya. Minyak dan

lemak ikan sebagian besar terdiri dari asam-asam tidak jenuh. Kadar protein

ikan sekitar 20%. Mineral ikan sebesar 1,5 % dan sebagian besar ikan

mengandung iodium yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Daging ikan mempunyai susunan struktur daging yang sangat halus,

sehingga ikan sangat cepat menjadi busuk. Apabila ikan disimpan dalam

keadaan dingin ternyata dapat memiliki daya simpan yang terbatas dalam arti

daging ikan masih tetap segar dan baik karena struktur daging yang halus itu

bakteri mudah masuk dan berkembang biak. Tingginya kecepatan pembusukan

yang terjadi pada ikan disebabkan adanya enzim alami yang terdapat dalam

daging ikan sangat tinggi keaktifannya, karena itu ikan sebaiknya disimpan

ditempat yang dingin atau dibekukan.

Ikan lebih cepat membusuk daripada daging terutama karena adanya

kotoran-kotoran pada isi perut yang menjadi sumber mikroba pembusuk.

Mikroba pembusuk pada ikan tergolong dalam mikroba psikrofilik sehingga

penyimpanan pada suhu rendah dapat memberi kondisi yang optimum terhadap

mikroba pembusuk tersebut. Ikan yang disimpan pada suhu 0-4o

C dalam

waktu 5 hari telah mulai mengeluarkan bau sebagai tanda dimulainya

pembusukan. Oleh karena itu untuk menyimpan ikan dianjurkan untuk 

menggunakan cara pembekuan seperti halnya pada daging, demikian juga padawaktu penjualan (Hartoko, 2008).

5/14/2018 dasar teori bpdp 3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dasar-teori-bpdp-3 13/13

 

Sumber:

http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

Anonimus, 2005. Produksi daging, telur dan olahannya. Kumpulan Standar Mutu,

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Direktorat

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen

Pertanian.

Soeparno, 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tjahjadi, C. 2011. Pengantar Teknologi Pangan Vol. II. Jatinangor: Jurusan

Teknologi Industri Pangan FTIP Unpad.

http://animalscience-info.blogspot.com/2011/02/bahan-pangan-hewani-dan-

perlunya.html

Saleh, E. 2008. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Olahan Ternak. Medan:

Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara