Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

38
DASAR HUKUM PEMBERLAKUAN TEMATIK 1. STANDAR ISI : PERMENDIKNAS NOMOR 22 TAHUN 2006 a. KERANGKA DASAR DI BAB II (DI DALAM STRUKTUR KURIKULUM DI BAWAH INI) Sangat jelas adanya anjuran agar seluruh guru yang mengajar di kelas 1, 2, 3 menggunakan Pendekatan Tematik b. SK dan KD (STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR) materi- materi mana saja yang bisa dipadukan secara luwes dengan TEMA sebagai pemersatunya diawali dengan pengkajian yang dilatihkan dalam Diklat atau Seminar atau Workshop. c. Isi dari sebagian Standar Isi yang memuat anjuran untuk ber TEMATIK : saya copykan yang penting saja sbb: A. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 1. Struktur Kurikulum SD/MI Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 2. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan

Transcript of Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Page 1: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

DASAR HUKUM PEMBERLAKUAN TEMATIK

1. STANDAR ISI : PERMENDIKNAS NOMOR 22 TAHUN 2006a. KERANGKA DASAR DI BAB II (DI DALAM STRUKTUR KURIKULUM DI BAWAH INI) Sangat jelas

adanya anjuran agar seluruh guru yang mengajar di kelas 1, 2, 3 menggunakan Pendekatan Tematikb. SK dan KD (STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR) materi-materi mana saja yang bisa

dipadukan secara luwes dengan TEMA sebagai pemersatunya diawali dengan pengkajian yang dilatihkan dalam Diklat atau Seminar atau Workshop.

c. Isi dari sebagian Standar Isi yang memuat anjuran untuk ber TEMATIK : saya copykan yang penting saja sbb:

A. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

1. Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 2.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada

Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur

kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Struktur kurikulum SD/MI disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI

Kelas dan Alokasi Waktu

Page 2: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Komponen I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran

PENDEKATAN TEMATIK

31. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Sekarang ini seluruh Kepala Sekolah di Diklat total di tahun 2010 dan 2011 tuntas (sudah selesai) dengan

POLA DUKUNG DIKLAT 358 JP SELAMA DURASI WAKTU IN-ON-IN 3 BULAN DANA = APBNP :

INSTRUKSI PRESIDEN N0 1 Tahun 2010 tentang AKSELERASI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN :

Dengan diikuti Program: Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan anjuran wajib seluruh sekolah dimanapun itu

wajib menerapkan 8 STANDAR PERMENDIKNAS sebagai rambu-rambu pelaksanaan MANAJEMEN

SEKOLAH dan KTSP nya disusun sendiri oleh sekolah disesuaikan dengan kondisi guru/sekolah/daerah/siswa

setempat. Tetapi acuan dasar adalah menggunakan 8 Standar tersebut.

SELURUH PENGAWAS juga sudah selesai di diklat total seluruh Indonesia. Dengan muatan diklat yang

bertujuan agar pengawas dapat melakukan TUPOKSI nya membimbing Guru agar dapat membelajarkan

tematik dan Kepala Sekolah mensupervisi keterlaksanaan tematik dan Buku-Buku panduan sudah TK dibuat

untuk pegangan seluruh Pengawas (saya yang membuat contoh penerapan tematik RPP nya di dalam buku

tsb, yang dibagikan kepada seluruh pengawas, seluruh Indonesia. (sehingga tidak ada alas an pengawas

kepala sekolah tidak tahu tentang tematik ini.

Kepala Dinas juga sama : ada PROGRAM BERMUTU yang saya undang ke Malang 16 Kepala Dinas, 75

Kota dan Kabupaten di lakukan oleh: 1) P4 TK PKn –IPS KOTA BATU 2) P4TK IPA BANDUNG

3) P4TK MATEMATIKA YOGYAKARTA dan 4) P4TK BAHASA JAKARTA.

Page 3: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

HASIL WORKSHOP 4 P4TK INI sudah menyepakati pendekatan yang digunakan untuk pelaksanaan

Pendekatan Tematik di SD kelas 1, 2, 3 : MODEL INTEGRETED Sedangkan bagi kelas 4, 5, 6 IPS dan IPA

TERPADU menggunakan MODEL INTEGRATED DAN CONNECTED

Yang ada di dalam Buku BERMUTU adalah konsep saya juga tentang Tematiknya.

2. STANDAR PROSES : PERMENDIKNAS NOMOR 41/2007Saya copykan yang terkait dengan anjuran ber TEMATIK di dalam Penyusunan RPP untuk kepentingan bagaimana Guru membelajarkan materi: (CARA INI JUGA SUDAH DI DIKLAT KAN KEPADA SELURUH PENGAWAS, SELURUH INDONESIA) Jadi tidak ada alas an Pengawas tidak tahu..! bahkan Pengawas SMP dan SMA pun pasti tahu karena ketika diklat dijadikan satu. Cuma jamnya di ikutkan di materi diklat PAIKEM. Hanya selama 14 JP.

II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARANB. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah :

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

Page 4: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

KETERANGAN:

Di dalam Permendiknas nomor 41 ini ada anjuran agar menerapkan Pendekatan Tematik di dalam membuat RPP dan Siabusnya sebagai rancangan scenario guru yang akan mengajar. (Bab II bagian B)

Ada penjelasn tentang BUKU TEKS bahwa sekolah dengan dana BOS biasa pengadaan Buku Panduan, Buku Referensi, Buku Perpustakaan selain Buku BSE. Sepanjang diperlukan oleh guru.

Guru diwajibkan membelajarkan Tematik, sedangkan BSE tidak ada yang Buku Tematik..

3. STANDAR PELAKSANAAN : PERMENDIKNAS N0 24 Tentang PELAKSANAAN KURIKULUMSaya kutipkan yang terkait dengan pemberlakuan Standar Permendiknas

Pasal 2

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Page 5: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mulai tahun ajaran 2006/2007.

(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah paling lambat tahun ajaran 2009/2010.

(3) Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah melaksanakan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh dapat menerapkan secara menyeluruh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk

4

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah untuk semua tingkatan kelasnya mulai tahun ajaran 2006/2007.

(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba kurikulum 2004, melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah secara bertahap dalam waktu paling lama 3 tahun, dengan tahapan :

a. Untuk sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), dan sekolah dasar luar biasa (SDLB):

- tahun I : kelas 1 dan 4; (Th 2006/2007)- tahun II : kelas 1,2,4, dan 5; (Th 2007/2008)- tahun III : kelas 1,2,3,4,5 dan 6. (Th 2008/2009)

b. Untuk sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah kejuruan (MAK), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) :

- tahun I : kelas 1; (Th. 2006/2007)- tahun II : kelas 1 dan 2; (Th 2007/2008)- tahun III : kelas 1,2, dan 3. (Th 2008/2009)

Page 6: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

(5) Penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah mendapat izin Menteri Pendidikan Nasional.

Kalau ada yang belum jelas dari yang saya kutipkan ini, silahkan hubungan lagi.

CATATAN PENTING:

1. ADA CONTOH TEMA-TEMA YANG BERKEMBANG SPT DI BAWAH INI2. CONTOH INI TERDAPAT DI BUKU MODEL SILABUS YANG DIMILIKI SEKOLAH YANG KATANYA DIPEROLEH

SECARA GRATIS DAN ADA STEMPEL BSNP. SEHINGGA KATANYA ITU RESMI TEMA-TEMA BUATAN BSNP3. HARAP DI SOSIALISASIKAN / DI INFOKAN..! TOLONG DIMINTA MEMBACA KATA PENGANTARNYA..! ADA

KALIMAT AGAR MODEL INI DIUBAH, BISA DIGUNAKAN SEBAGAI REFERENSI TETAPI INI DIBUATNYA SEBELUM STANDAR ISI PERMEN N0. 22 DISAHKAN. DAN DITUJUKAN BAGI SEKOLAH YG BELUM BISA MEMBUAT SENDIRI KTSP NYA. Batas akhir di tahun 2009. Sedangkan sekarang sudah tahun 2011 bahkan sudah masuk tahun 2012.

4. KALIMAT ITU BERARTI BAHWA MODEL SILABUS ITU BUKAN BUATAN BSNP (KARENA KALAU BUATAN BSNP, DIPASTIKAN TIDAK ADA ANJURAN UNTUK DIUBAH..!) KALAU BSNP TUGASNYA MEREKOMENDASI PERMENDIKNAS. BUKAN MEMBUATKAN TEMA..! TETAPI MEMBUAT RAMBU-RAMBU DAN ATURAN BAGAIMANA MEMBELAJARKAN MELALUI STANDAR PROSES. (SAYA TAHU KELOMPOK PEMBUATNYA DAN BUKAN BSNP)

5. TEMA-TEMA ADA YANG TIDAK SEHARUSNYA DISAJIKAN BERKALI-KALI (LIHAT YANG SAYA WARNA)6. CONTOH:

1) BUDI PEKERTI TIDAK BOLEH DIJADIKAN TEMA (karena kalau menjadi Temat, itu artinya harus dibelajarkan. Padahal Budi Pekerti itu tidak diajarkan, melainkan dibudayakan. Makanya sekarang ini ada NILAI KARAKTER BANGSA yang diwajibkan di akomodasi di dalam setia proses pembelajaran

2) Tema Diri Sendiri adalah tema awal di TK. Sehingga mestinya setelah naik ke SD tidak lagi mengulang Tema di TK (disini bahkan 2 kali disajikan, bahkan di kelas 2 masih Diri Sendiri lagi sedangkan SK dan KD nya tidak ada satupun yang memuat materi-materi Diri Sendiri itu..!)

3) LINGKUNGAN disajikan di kelas 1, 2, dan 3.4) PERISTIWA disajikan di kelas 1, 2, dan 35) Saya mengajak para Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas untuk Rasional..! apa mungkin..? tema

dipakai berkali-kali sementara SK dan KD sudah tidak ada tuntutan kearah itu

KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3

1. DIRI SENDIRI PERISTIWA KEGIATAN

2. LINGKUNGAN KESEHATAN PENGALAMAN

3. KELUARGA DIRI SENDIRI HIBURAN

4. PENGALAMAN HIBURAN KESEHATAN

5. BUDI PEKERTI LINGKUNGAN TEMPAT UMUM

Page 7: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

6. KEGEMARAN TEMPAT UMUM LINGKUNGAN

SEMESTER 2

7. KEGIATAN HEWAN & TUMBUHAN PERISTIWA

8. PERISTIWA PERISTIWA KEPERLUAN SEHARI-HARI

9. KEBERSIHAN BUDI PEKERTI KERAJINAN TANGAN

10. KELUARGA KEGEMARAN KEGEMARAN

11. LINGKUNGAN BINATANG PENDIDIKAN

12. PERMAINAN KEGIATAN SEHARI-HARI PERMAINAN

13. KESEHATAN KESEHATAN

14. BUDI PEKERTI LINGKUNGAN

Wass….Widyaiswara P4TK PKn IPS Batu – Malang

Dra. Dyah Srtiwilujeng., M.PdNip. 19560810 198103 2 001

PENGEMBANGAN KURIKULUM

MUATAN LOKAL DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dan lain-lain) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan.

Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah sebagai tempat program pendidikan, merupakan bagian dari masyarakat, yang sekaligus sebagai miniatur masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar isi yang terdapat pada suatu

Page 8: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

kurikulum yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal yang disusun oleh sekolah pada tingkat satuan pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan daerah masing-masing.

B. LANDASAN PENYUSUNAN KURIKULUM MUATAN LOKAL.

Landasan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal adalah sebagai berikut:

1. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah2. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan4. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi5. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan6. Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/20067. Permendiknas No. 41 Thn 2007 tentang Standar Proses8. Permendiknas No. 24 Thn 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana9. Permendiknas No. 19 Thn 2007 tentang Standar Pengelolaan10. Permendiknas No. 20 Thn 2007 Standar Penilaian Pendidikan

C. TINJAUAN KURIKULUM MUATAN LOKAL

Panduan ini dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat:

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi

dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturanaturan yang berlaku di daerahnya, serta

melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

D. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun

Page 9: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. Adapun ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:

1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:

1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian

daerah3. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan seharihari, dan menunjang pemberdayaan

individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)4. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

1. Lingkup isi/jenis muatan lokal,

Lingkup isi/jenis mauatan local dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

E. PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL

Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi pelaksanaan KTSP yaitu:

1.   Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah Saat Ini

Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah:

1. Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah

2. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran Muatan Lokal tersebut ke dalam SK dan KD

3. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau tetap menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai.

2.   Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP

Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan

Page 10: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

2)      Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal

3)      Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal

4)      Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal

5)      Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.

Lebih lanjut langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.

Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

1)      Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);

2)      Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;

3)      Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.

b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local

Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:

1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;

3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;

4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada criteria berikut:

Page 11: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

1)      Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;

2)      Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;

3)      Tersedianya sarana dan prasarana

4)      Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa

5)      Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan

6)      Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;

7)      Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.

1. Menentukan Mata Pelajaran

Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP:.

1)   Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.

Adapun langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:

a)    Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.

b)   Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.

2) Pengembangan silabus secara umum mencakup:

a)    Mengembangkan indikator

b)   Mengidentifikasi materi pembelajaran

c)    Mengembangkan kegiatan pembelajaran

d)   Pengalokasian waktu

e)    Pengembangan penilaian

f)    Menentukan Sumber Belajar

Page 12: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Pihak yang teribat dalam Pengembangan Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Bila dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut

1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;4. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan

bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP

Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam:

1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal;

2. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;3. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan

kajian/pelajaran.

Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:

1. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;

2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;

3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.

F. RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN MUATAN LOKAL

Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal:

1. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsinya.

2. Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada kurikulum nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan adanya pekerjaan rumah (PR).

3. Program pengajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu bahan

Page 13: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bahan kajian/pelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.

5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I s.d VI atau dari kelas VII s.d IX, dan X s.d XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester atau satu tahun ajaran.

6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester.

G. KESIMPULAN

Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah tersebut. Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari nara sumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai aspek, antara lain: sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi.

Sebagai salah satu kurikulum  dalam dunia pendidikan, Muatan Lokal dalam pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara lain dari segi : peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar, lebih memantapkan kurikulum, dengan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya.

Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air.

H. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Link and Match. Jakarta: Seri kebijakan

Ibrahim dan Beny Karyadi. 1991. Pengembangan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara D-II.

Kelly, A. V. .   1977. The Curriculum, Teori and Practice. London: Harver and Row Publiaher.

Nana Syaodih Sukmadinata. 1988. Prinsip Dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud

P2LPTK. .2000.  Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung: Rem

Page 14: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DALAM KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan yang diampu oleh Prof. Dr. H.As’ari Djohar , M.Pd.

Oleh :

SURYATI

1101225

BAB I

PENDAHULUAN

Page 15: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

1.1. LATAR BELAKANG

Amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 itu, mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan faktor pendidikan yang sangat menentukan. Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa mendatang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut hanya dapat dihasilkan melalui penyelengaraan pendidikan yang bermutu.

Untuk menunaikan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan wajib belajar 6 tahun dan wajib belajar 9 tahun. Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga Negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (KI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Program wajib belajar 6 tahun pertama kali diadakan tahun 1984 yang mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk mengikuti pendidikan selama 6 tahun di jenjang pendidikan dasar. Program wajib belajar yang kedua adalah wajib belajar 9 tahun yang pertama kali diadakan pada tahun 1994. Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk mengikuti pendidikan selama 9 tahun pada jenjang pendidikan dasar hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) (Salim, 2008).

Dengan diwajibkannya pendidikan selama 9 tahun maka satuan pendidikan SMP merupakan bagian dari jenjang pendidikan dasar yang menghasilkan jumlah lulusan paling banyak. Lulusan SMP memberikan sumbangan terhadap masalah di masyarakat dan sekolah, maka perlu diadakanny pengembangan kurikulum dengan menerapkan pembelajaran tentang teknologi dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal.

Pengembangan Kurikulum SMP mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan dalam mengembangkan kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada tingkat Satuan Pendidikan sebagai salah satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Selain dari itu, penyusunan Kurikulum ini juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Tujuan pendidikan dasar sebagaimana tercantum di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut :

1. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,2. Belajar untuk memahami dan menghayati,3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Page 16: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahTechnological and Vocational Curriculum Education Development.Selain itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan kurikulum pada mata pelajaran muatan local berbasis muatan local menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan penulis serta menambah kajian khasanah ilmu pengetahuan tentang pembuatan dan pengembangan kurikulum dalam penerapannya di SMP,sehingga siswa SMP sebagai input untuk melanjutkan ke SMK sudah memiliki pengetahuan mengenai kejuruan yang diminatinya.

1.3. Identifikasi masalah

Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal

3) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal

4) Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal

5) Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.

BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DALAM

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

2.1. Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

2.1.1 Muatan Kurikulum

Page 17: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Standar Isi tersebut disusun untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan minimal pada jenjuang pendidikan dasar sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan Mata Pelajaran

Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.

Mata Pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik di SMP adalah terdiri 5 kelompok mata pelajaran, yaitu :

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.4. Kelompok mata pelajaran estetika.5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Kelima kelompok mata pelajaran tersebut terdiri dari 10 mata pelajaran yang

meliputi :

1. Pendidikan Agama2. Pendidikan Kewarganegaraan3. Bahasa Indonesia4. Bahasa Inggris5. Matematika6. Ilmu Pengetahuan Alam7. Ilmu Pengetahuan Sosial8. Seni Budaya9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan10. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Standar Isi tersebut disusun untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan minimal pada jenjuang pendidikan dasar sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Page 18: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

2.2. Muatan Lokal

Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

Lingkup isi/jenis mauatan local dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

2.2.1 Ruang Lingkup Muatan Lokal

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:

1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah

3. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan seharihari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)

4. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

A. Lingkup isi/jenis muatan lokal,

Lingkup isi/jenis mauatan local dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

B. Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP

Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum

Page 19: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.

2.3. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, danbelajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan.

A. Landasan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.Standar Kompetensi Lulusan. SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Page 20: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Beragam dan terpadu tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Relevan dengan kebutuhan kehidupan menyeluruh dan berkesinambunganBelajar sepanjang hayat. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1. Identifikasi Masalah

a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.

Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);

2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;

Page 21: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.

b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local

Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:

1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;

3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;

4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada criteria berikut:

1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;

2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;

3) Tersedianya sarana dan prasarana

4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa

5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan

6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;

7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.

d. Menentukan Mata Pelajaran

Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP:.

Page 22: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.

Adapun langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.

b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.

2) Pengembangan silabus secara umum mencakup:

a) Mengembangkan indikator

b) Mengidentifikasi materi pembelajaran

c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran

d) Pengalokasian waktu

e) Pengembangan penilaian

f) Menentukan Sumber Belajar

3.2. Konsep Dasar Kurikulum Muatan Lokal       3.2.1.  Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) A. Pengertian

PBKL dapat diartikan sebagai “usaha sadar dan terencana melalui penggalian dan pengembangan potensi daerah secara arif dalam suasana dan proses pendidikan yang terstandar, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kompetensi, dalam upaya ikut serta membangun masyarakat, bangsa dan negara”.

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama,2007). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keunggulan Lokal (KL) adalah suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.

Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah adalah potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah. Sebagai contoh potensi kota Batu Jawa Timur, memiliki potensi budi daya apel dan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat kota Batu dapat melakukan sejumlah upaya dan program, agar potensi tersebut dapat diangkat menjadi keunggulan lokal kota Batu sehingga ekonomi di wilayah kota Batu dan sekitarnya dapat berkembang dengan baik.

Penyelenggaraan PBKL yang terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan adalah mengintegrasikan kompetensi PBKL kedalam SK-KD atau indikator pencapaian mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi PBKL hasil analisis. Misalnya tema keunggulan lokal hasil analisis lima komponen potensi eksternal (SDA,SDM,budaya, geografis, historis) menunjukan bahwa potensi SDA memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif dibandingkan dengan sumber daya lainnya, sehingga menghasilkan satu tema PBKL yang cocok. Dari tema tersebut kemudian ditentukan kompetensi-kompetensi PBKL yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi-kompetensi tersebut diintegrasikan dalam beberapa mata pelajaran yang relevan. Demikian juga, apabila dengan hasil keunggulan

Page 23: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

komperatifnya lainnnya, maka kegiatan yang sama dilakukan sampai diperoleh kompetensi PBKL, untuk kemudian diintegrasikan dalam mata pelajaran yang relevan, dimulai dari pemetaan SK-KD, pengembangan silabus, pengembangan RPP, pengembangan bahan ajar dan bahan uji, sampai dengan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Konsep pengembangan Keungggulan local di inspirasi dari berbagai potensi yaitu :

1. Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup. Contoh bidang pertanian: padi, jagung, buah-buahan, sayur-sayuran dll.; bidang perkebunan: karet, tebu, tembakau, sawit, coklat dll.; bidang peternakan: unggas, kambing, sapi dll.; bidang perikanan: ikan laut, ikan air tawar, rumput laut, tambak, dll. Contoh lain misalnya di provinsi Jawa Timur memiliki keunggulan komparatif dan keragaman komoditas hortikultura buah-buahan yang spesifik, dengan jumlah lokasi ribuan hektar yang hampir tersebar di seluruh di wilayah kabupaten/kota. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan (Teropong Edisi 21, Mei-Juni 2005, h. 24). Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan bottom-up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu, dibanding strategi pusat pertumbuhan (growth pole).

2. Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayaguna- kan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006). Pengertian adaptif artinya mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan sosial budaya. Bangsa Jepang, karena bi

3. Potensi Geografis

Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer (lapisan manusia yang merupakan tema sentral). Sidney dan Mulkerne (Tim Geografi Jakarta, 2004) mengemukakan bahwa geografi adalah ilmu tentang bumi dan kehidupan yang ada di atasnya. Pendekatan studi geografi bersifat khas. Pengkajian keunggulan lokal dari aspek geografi dengan demikian perlu memperhatikan pendekatan studi geografi. Pendekatan itu meliputi; (1) pendekatan keruangan (spatial approach), (2) pendekatan lingkungan (ecological approach) dan (3) pendekatan kompleks wilayah (integrated approach). Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran letak distribusi, relasi dan inter-relasinya. Pendekatan lingkungan berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya, sedangkan pendekatan kompleks wilayah memadukan kedua pendekatan tersebut. Tentu saja tidak semua objek dan fenomena geografi berkait dengan konsep keunggulan lokal, karena keunggulan lokal dicirikan oleh nilai guna fenomena geografis bagi kehidupan dan penghidupan yang memiliki, dampak ekonomis dan pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Contoh tentang angina fohn yang merupakan bagian dari iklim dan cuaca sebagai fenomena geografis di atmosfer. Angin fohn adalah angin jatuh yang sifatnya panas dan kering. Angin fohn terjadi karena udara yang mengandung uap air gerakannya terhalang oleh gunung atau pegunungan. Contoh angin fohn di Indonesia adalah angin Kumbang di wilayah Cirebon dan Tegal karena pengaruh Gunung Slamet, angin Gending di wilayah Probolinggo yang terjadi karena pengaruh gunung Lamongan dan pegunungan Tengger, angin Bohorok di daerah Deli, Sumatera Utara karena pengaruh pegunungan Bukit Barisan.

Seperti diketahui angin semacam itu menciptakan keunggulan lokal Sumber Daya Alam, yang umumnya berupa tanaman tembakau, bahkan tembakau Deli berkualitas prima dan disukai sebagai bahan rokok cerutu. Semboyan

Page 24: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Kota Probolinggo sebagai kota Bayuangga (bayu = angin, anggur dan mangga) sebagai proklamasi keunggulan lokal tidak lepas dari dampak positif angin Gending.

4. Potensi Budaya

Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Beberapa contoh keunggulan lokal menghargai kebudayaan setempat yaitu upacara Ngaben di Bali, Malam Bainai di Sumatera Barat, Sekatenan di Yogyakarta dan Solo dan upacara adat perkawinan di berbagai daerah.

5. Potensi Historis

Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Pada potensi ini, diperlukan akulturasi terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi kultural baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi aset/potensi keunggulan lokal.

b. Penentuan tema dan jenis PBKL

1. Inventarisasi Potensi Keunggulan Lokal

Inventarisasi potensi keunggulan lokal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah yang merupakan bagian dari ruang lingkup perencanaan pembangunan wilayah tersebut.

Kegiatan inventarisasi dapat dilakukan oleh Tim PBKL atau tim kerja yang khusus ditugaskan dengan memperhatikan potensi keunggulan lokal yang ada di daerah kota/kabupaten yang merupakan keunggulan kompetitif dan kkomparatif. Hasil inventarisasi potensi keunggulan lokal dijadikan acuan dalam penentuan tema dan jenis PBKL yang akan dilaksanakan

2. Analisis Kesiapan Internal dan Eksternal Satuan Pendidikan

Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis potensi dan kesiapan satuan pendidikan baik analisis internal maupun analisis eksternal satuan pendidikan. Analisis kesiapan satuan pendidikan sesungguhnya dilaksanakan untuk mengetahui kondisi sekolah dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharuskan, sehingga pada pelaksanaannya sekolah harus dapat menaganalisis kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang yang ada.

Untuk keperluan ini, hasil dari analisis tersebut hanya diperhatikan faktor-faktor potensi dan kesiapan satuan pendidikan, baik internal maupun eksternal, yang dapat mendukung dalam pelaksanaan PBKL yang ditentukan.

Sama seperti kegiatan analisis potensi keunggulan lokal, kegiatan analisis ini juga dapat dilakukan oleh Tim PBKL atau tim khusus yang ditugaskan, atau melibatkan semua guru dan pegawai (tata usaha). Untuk lebih jelas tentang bagaimana melakukan analisis tersebut dapat dibaca pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Analisis Konteks (Dit. PSMA, 2010)

             3. Penentuan Tema dan Jenis Keunggulan Lokal

Page 25: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Berdasarkan pada hasil inventarisasi dan analisis kesiapan internal dan eksternal yang dilaksanakan, dapat diperoleh gambaran potensi keunggulan lokal yang ada dan paling dominan untuk dijadikan sebagai sumber belajar dalam pelaksanaan PBKL.

Penentuan tema dan jenis keunggulan lokal ini juga harus memperhatikan potensi keunggulan lokal yang bernilai komparatif dan kompetitif, merupakan hasil kesepakatan semua guru dan tata usaha, serta didasarkan pada minat dan bakat peserta didik. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi atau rapat khusus yang membahas tentang hasil analisis, dapat juga mengundang nara sumber yang berkaitan dengan tema atau jenis PBKL yang kemungkinan akan dilaksanakan.

Penjaringan minat dan bakat peserta didik dapat dilaksanakan dengan membagikan angket tentang tema atau jenis PBKL, kemudian dianalisis untuk mendapatkan tema atau jenis PBKL yang sesuai.

          3.2.2. Keuntungan dan Kelemahan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

                      a. Keuntungan

1. Pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning) merupakan suatu proses pendidikan holistik yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara flesksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan konteks ke permasalahan/konteks lainnya.

2. PBKL merupakan usaha sadar yang terencana melalui penggalian dan pemanfaatan potensi daerah setempat secara arif dalam upaya mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keahlian, pengetahuan, dan sikap dalam upaya ikut serta membangun bangsa dan negara.

b. Kelemahan

1. Jumlah ruang kelas lebih banyak dibanding jumlah rombel

2. Mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi dalam upaya Implementasi PBKL (penyediaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap),

3. Investasi pendidikan yang cukup besar karena harus membangun sarana dan prasana yang memadai.

Page 26: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Beragam dan terpaduTanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seniRelevan dengan kebutuhan kehidupanMenyeluruh dan berkesinambunganBelajar sepanjang hayatSeimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Tujuan penyusunan naskah Model Penyelenggaraan PBKL Terintegrasi Pada Mata Pelajaran ini adalah :

1. Memberikan pemahaman yang sama dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal terintegrasi dalam mata pelajaran .

2. Memberikan panduan/contoh bagi sekolah dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan PBKL Terintegrasi dalam Mata Pelajaran sesuai dengan arah pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP).

3. Memberikan panduan/contoh bagi para pembina serta pemangku kepentingan sekolah lainnya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan, serta pemberian dukungan untuk keberhasilan dalam pelaksanaan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) terintegrasi pada mata pelajaran di SMP

4.2. Rekomendasi

Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari panduan penentuan tema, jenis, dan kompetensi keunggulanlokal adalah:

1. Tersedianya acuan dalam menentukan tema, jenis, dan kompetensi keunggulan lokal oleh satuan pendidikan.

2. Tersedianya acuan dalam implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal disatuan pendidikan.

3. Terciptanya kesamaan pemahaman dalam mengimplementasikan pendidikanberbasis keunggulan local

4. Seluruh pelaksana program PBKL di sekolah yang meliputi :

a. Kepala Sekolah

b. Tim Pengembang Kurikulum Sekolah

c. Tim PBKL

d. Dewan Pendidik (Dewan Guru)

e. Guru dan atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran

Page 27: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

f. Tata Usaha

g. Pengawas Sekolah

h. Komite Sekolah

i. Nara Sumber

5. Kurikulum ini diharapkan dapat jadi panduan bagi siswa-siswi SMP yang ingin melajutkan ke jenjang Sekolah Kejuruan

6. Sekolah kejuruan mendapatkan keuntungan dari adanya kurikulum PBKL karena input (siswa) sudah ada bekal awal dari SMP, sehingga tidak banyak kesulitan untuk memberikan wawasaan mengenai sekolah kejuruan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta

Anonim, 2008. Permendiknas No.19 Tahun 2008 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta

Anonim, 2010. Buku Pedoman Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Depdiknas. Jakarta.

Curtis R. Finch and John R. Crunkilton. (1979) Curriculum Development in Vocational and Technical Education. Boston, London, Sydney: Allyn and Bacon, Inc.

Page 28: Dasar Hukum Pemberlakuan Tematik

Ralph C. Wenrich and J. William Wenrich. Leadership in administration of vocational and technical education. Charles E Merrill Publishing Company A Bell & Howell Company Columbus, Ohio.