Dasar antena

25
BAB II TEORI DASAR Pada bab II ini akan dibahas mengenai penelitian dengan tema serupa yang telah dilakukan peneliti terdahulu sebagai rujukan dalam penyelesaian penelitian ini. Selain pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Tito Tuwono (2008), yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Program Studi Teknik Elektro. Dengan judul “ Antena Yagi Untuk Wireless LAN”. Dalam penelitian tersebut antena yang dirancang untuk perangkat Wifi diperoleh gain sebesar 14 dBi dengan elemen antena sebanyak 7 elemen. Penelitian yang dilakukan Muhamad Soleh (2007) merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro, dengan judul “Perancangan Antena Yagi Uda Pada Frekuensi 600 MHz”. Dalam penelitian tersebut diperoleh front to back ratio sebesar 13 dB pada frekuensi 600 MHz dengan jumlah elemen antena sebanyak 7 elemen 2.2 Konsep Dasar Dan Parameter Antena Antena merupakan alat yang penting dalam suatu sistem komunikasi radio. Antena adalah suatu media peralihan antara ruang bebas dengan saluran transmisi 4

description

pengertian antena

Transcript of Dasar antena

Page 1: Dasar antena

BAB II

TEORI DASAR

Pada bab II ini akan dibahas mengenai penelitian dengan tema serupa yang

telah dilakukan peneliti terdahulu sebagai rujukan dalam penyelesaian penelitian

ini. Selain pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Tito Tuwono (2008), yang

merupakan mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Program Studi Teknik

Elektro. Dengan judul “ Antena Yagi Untuk Wireless LAN”. Dalam penelitian

tersebut antena yang dirancang untuk perangkat Wifi diperoleh gain sebesar 14

dBi dengan elemen antena sebanyak 7 elemen.

Penelitian yang dilakukan Muhamad Soleh (2007) merupakan mahasiswa

Universitas Diponegoro, dengan judul “Perancangan Antena Yagi Uda Pada

Frekuensi 600 MHz”. Dalam penelitian tersebut diperoleh front to back ratio

sebesar 13 dB pada frekuensi 600 MHz dengan jumlah elemen antena sebanyak 7

elemen

2.2 Konsep Dasar Dan Parameter Antena

Antena merupakan alat yang penting dalam suatu sistem komunikasi radio.

Antena adalah suatu media peralihan antara ruang bebas dengan saluran transmisi

yang digunakan untuk menggerakkan energi elektromagnetik dari sumber

pemancar ke antena atau dari antena ke penerima. Berdasarkan hal ini maka

antena dibedakan menjadi antena pemancar dan antena penerima (Balanis,2005:

1).

Perancangan antena yang baik adalah ketika antena dapat mengirimkankan

energi atau daya maksimum dalam arah yang diharapkan oleh penerima.

Meskipun pada kenyataannya terdapat rugi-rugi yang terjadi ketika penjalaran

gelombang seperti rugi-rugi pada saluran transmisi dan terjadi kondisi tidak

matching antara saluran transmisi dan antena, sehingga matching impedansi juga

4

Page 2: Dasar antena

merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam

perancangan sebuah antena.

2.2.1 Panjang Gelombang

Panjang gelombang meruapakan jarak yang ditempuh gelombang selama

satu periode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi antena, yang

dirumuskan sebagai berikut:

λ= cf

(2.1)

Keterangan :

λ = panjang gelombang (m)

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

f = frekuensi (Hz)

2.2.2 Return LossReturn loss adalah salah satu parameter seperti VSWR yang digunakan

untuk mengetahui ketidaksesuaian impedansi antena dengan saluran transmisi.

Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan antara tegangan

pantulan dengan tegangan maju (forward voltage). Antena yang baik akan

mempunyai nilai return loss dibawah –9.54 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai

VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak

terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata

lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu

acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang

diharapkan atau tidak. Koefisien pantul dan return loss didefinisikan sebagai

(Punit, 2004:19):

RL = 20 log || (2.2)

Rumus mencari nilai |Γ| adalah (Kraus, 1988:832) :

|| = Vr/Vi= VSWR−1VSWR+1

(2.3)

Keterangan :

|| = koefisien pantul (tanpa satuan)

Vr = tegangan gelombang pantul (volt)

5

Page 3: Dasar antena

Vi = tegangan gelombang datang (volt)

Untuk matching sempurna antara transmitter dan antena, maka nilai Г = 0

dan RL = ∞ yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan, sebaliknya jika Г = 1

dan RL = 0 dB maka semua daya akan dipantulkan.

2.2.3 VSWRVSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum pada

suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak

cocoknya impedansi input antena dengan saluran feeder (Balanis, 2005:65).

VSWR=V max

V min=

1+|Γ|1−|Γ| (2.4)

Keterangan :

V max = tegangan maksimum (volt)V min = tegangan minimum (volt) |Г| = koefisien pantul

Besarnya koefisien pantul (Г) menentukan besarnya VSWR. Persamaan

untuk koefisien pantul adalah (Kraus, 1988:833) :

Γ=V r

V i

=Z in−Zs

Z in+Zs

(2.5)

Keterangan :Γ = koefisien pantulZin = impedansi masukan antena (Ω)Zs = impedansi sumber (Ω

2.2.4 Impedansi AntenaImpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang ditunjukkan oleh

antena pada terminal-terminalnya atau perbandingan tegangan terhadap arus pada

pasangan terminalnya (Balanis, 1982:73). Pada Gambar 2.1 dapat dilihat

rangkaian ekuivalen antena, pada antena perbandingan tegangan dan arus pada

terminal-terminal tanpa beban, memberikan impedansi masukan antena sebesar

(Balanis, 2005:244) :

Zin = Rin + jXin (2.6)

Keterangan :

6

Page 4: Dasar antena

Zin = impedansi masukan antena (Ω)

Rin = resistansi antena (Ω)

Xin = reaktansi antena (Ω)

Gambar 2.1 Rangkaian Ekivalen Antena Sumber: Balanis, 2005:244

Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi

melalui dua cara yaitu, karena panas pada struktur antena yang berkaitan pada

perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi).

Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari

antena (Stutzman, 1981:47).

2.2.5 BandwidthBandwidth antena didefinisikan sebagai range frekuensi antena dengan

beberapa karakteristik, sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk

broadband antena, lebar bidang dinyatakan sebagai perbandingan frekuensi

operasi atas (high) dengan frekuensi operasi bawah (lower). Sedangkan untuk

narrowband antena, maka lebar bidang antena dinyatakan sebagai persentase dari

selisih frekuensi di atas frekuensi tengah dari lebar bidang (Balanis, 1982:63).

7

Page 5: Dasar antena

Gambar 2.2 Grafik Return Loss Terhadap Frekuensi

Sumber: Balanis, 2005:984

Dari gambar 2.2 dapat diketahui bahwa sebuah antena bekerja pada

frekuensi tengah sebesar fc, namun ia masih dapat bekerja dengan baik pada

frekuensi fL sampai dengan frekuensi fH maka untuk persamaan bandwidth dalam

persen (Bp) atau sebagai bandwidth rasio (Br), dinyatakan sebagai:

Bp = fh−fl

fc x 100 % (2.7)

fc = fh+fl

2 (2.8)

Br = fhfl

(2.9)

Keterangan :

Bp = Bandwidth dalam persen

Br = Bandwidth rasio

fH = Jangkauan frekuensi atas (Hz)

fL = Jangkauan frekuensi bawah (Hz)

fC = Jangkauan frekuensi tengah (Hz)

2.2.6 Pola RadiasiPola radiasi suatu antena didefinisikan sebagai gambaran secara grafik dari

sifat-sifat radiasi suatu antena sebagai fungsi koordinat ruang. Dalam banyak

keadaan, pola radiasi ditentukan pada pola daerah medan jauh dan digambarkan

sebagai fungsi koordinat-koordinat arah sepanjang radius konstan, dan

8

fC

Page 6: Dasar antena

digambarkan pada koordinat ruang. Sifat-sifat radiasi ini mencakup intensitas

radiasi, kekuatan medan (field strenght) dan polarisasi (Balanis, 1982:28).

Koordinat-koordinat yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 2.3. Jejak daya

yang diterima pada radius tetap disebut pola daya. Sedangkan grafik variasi ruang

medan listrik dan medan magnet sepanjang radius tetap disebut pola medan.

Gambar 2.3 Pola Radiasi Antena Dalam Tampilan 3 Dimensi Sumber: Balanis, 2005:30

Gambar 2.4 Pola Radiasi Pada Antena Dalam Tampilan 2 Dimensi

9

Page 7: Dasar antena

Sumber: Balanis, 2005:30

a. HPBW (Half Power Beamwidth) didefinisikan sebagai sudut yang

terbentuk oleh titik setengah daya dari main lobe, yang dapat dinyatakan

dalam rumus sebagai berikut :

HPBW= | θ HPBW left - θ HPBW right | (2.10)

Menurut Stutzman (1981:30), HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik

pada setengah pola daya dalam main lobe. Sedangkan menurut Balanis

(2005:42), Half Power Beamwidth (HPBW) didefinisikan sebagai sudut

yang memisahkan dua arah yang memiliki nilai intensitas radiasi setengah

dari beam. Beam tersebut memiliki nilai maksimal pada power pattern.

Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. HPBW dapat ditemukan

dengan mencari garis dengan nilai -3dB dari nilai maksimum yang ada

pada pola radiasi atau garis dengan nilai 0,707 dari nilai maksimum yang

ada pada power pattern.

Gambar 2.5 Penggambaran Power Pattern Secara 2 Dimensi Sumber: Balanis, 2005:42

b. Main Lobe adalah bagian dari radiasi dengan arah radiasi antena

maksimum.

c. Minor Lobe adalah bagian yang menyatakan daerah radiasi yang tidak

diinginkan.

d. Back Lobe adalah bagian dari minor lobe yang berlawanan dengan main

lobe.

10

Page 8: Dasar antena

e. Side Lobe adalah bagian dari minor lobe yang bersebelahan dengan main

lobe.

Ada beberapa jenis pola radiasi antena yaitu :

a. Pola radiasi isotropis adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki

pancaran radiasi yang sama ke segala arah. Meskipun pola radiasi ini

sangat ideal namun tidak bisa direalisasikan secara fisik, sehingga hanya

sering diambil sebagai referensi untuk mengekspresikan sifat direktif

antena sebenarnya.

b. Pola radiasi directional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang

memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik lebih efektif

hanya di beberapa arah saja.

Pola radiasi omnidirectional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki

pola dasar nondirectional pada bidang tertentu (dalam hal ini di azimut) dan pola

yang terarah pada setiap bidang ortogonal (dalam hal ini di ketinggian). (Balanis,

2005:32-33)

2.2.7 PolarisasiPolarisasi sebuah antena dalam arah yang diberikan didefinisikan sebagai

polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan atau teradiasi oleh antena. Jika

arah tidak dinyatakan, polarisasi yang dimaksud adalah dalam arah penguatan

maksimum. Dalam praktikum, polarisasi dari energi teradiasi bervariasi dengan

arah dari pusat antena sehingga beda bagian dari pola tersebut menyebabkan

polarisasi yang berbeda (Balanis, 2005:70-71).

Polarisasi dapat klasifikasi sebagai polarisasi linear, lingkar atau ellips.

seperti ditunjukkan Gambar 2.5.

11

Page 9: Dasar antena

Gambar 2.6 (a) Polarisasi Linier (Vertikal). (b) Polarisasi Linier (Horizontal). (c) Polarisasi Lingkaran Tangan Kanan. (d) Polarisasi Lingkaran Tangan Kiri. (e) Polarisasi Ellips Tangan Kanan. (f) Polarisasi Ellips Tangan Kiri. Sumber: Stutzman, 1981:54

Polarisasi suatu antena pada arah tertentu didefinisikan sebagai polarisasi

gelombang yang diradiasikan bila antena sebagai pemancar, atau polarisasi

gelombang datang yang menghasilkan daya maksimum pada terminal-terminal

antena bila antena sebagai penerima (Balanis, 2005:71). Polarisasi dari antena

tergantung oleh polarisasi vektor medan listrik yang diradiasikan. Dengan kata

lain, posisi dan arah dari medan listrik dengan referensi permukaan bumi atau

tanah menggambarkan bentuk polarisasi gelombang tersebut. Polarisasi dari

gelombang yang teradiasi, merupakan sifat-sifat gelombang elektromagnetik yang

menggambarkan perubahan arah dan nilai relatif vektor medan listrik sebagai

fungsi waktu.

a. Polarisasi Linear

Vektor yang menggambarkan medan listrik pada suatu titik di dalam ruang

sebagai fungsi waktu, bergerak searah atau tegak lurus terhadap saluran

maka medan ini dikatakan terpolarisasi secara linear (Stutzman, 1981:53).

b. Polarisasi Lingkaran

12

Page 10: Dasar antena

Vektor medan listrik berputar secara lingkaran dengan jarak yang konstan

sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi secara lingkaran

(Stutzman 1981:53). Dengan frekuensi rotasi radian adalah ω, jika

gelombang bergerak menuju pengamat dan vektor berotasi berlawanan

dengan arah jarum jam, itu disebut dengan polarisasi tangan kanan (Right-

hand polarized), begitu juga sebaliknya untuk polarisasi tangan kiri (Left-

hand polarized) (Stutzman, 1981:54).

c. Polarisasi Ellips

Vektor medan listrik berputar secara ellips sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi ellips, baik untuk berpolarisasi tangan kanan atau tangan kiri (Stutzman, 1981:54).

2.2.8 GainGain dari antena (dalam arah tertentu) didefinisikan sebagai "rasio intensitas

dalam arah tertentu, dengan intensitas radiasi yang akan diperoleh jika daya

diterima oleh antena yang diradiasikan secara isotropis. Intensitas radiasi yang

sesuai dengan daya isotropis yang dipancarkan adalah sama dengan daya diterima

(input) oleh antena". Secara fisik rediator isotropis tidak ada, tetapi seringkali

digunakan antena referensi untuk menyatakan sifat-sifat keterarahan antena.

Pengujian gain menggunakan metoda perbandingan (Gain Comparison Method).

Prinsip pengujian ini adalah menggunakan antena referensi dipole standar yang

sudah diketahui nilai gainnya. Prosedur ini memerlukan dua kali pengujian yaitu

terhadap antena yang diukur dan terhadap antena referensi. Nilai gain obsolute

isotropic dinyatakan (Balanis, 2005:66):

Gain = 4π U (θ ,∅ )

P¿

(2.11)

Keterangan :

Uθ = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang Eθ

Uφ = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang Eφ

Pin = total input daya yang diterima

13

Page 11: Dasar antena

2.3 Konsep Antena Yagi

Antena yagi adalah jenis antenna yang biasa digunakan pada radio atau

televisi. Antena yagi ditemukan oleh Profesor Hidetsugu (1886-1976) dan

assistentnya yang bernama Shintaro Uda (1896-1976) pada tahun 1925. Antena

yagi terdiri dari tiga bagian yaitu elemen driven, reflector, dan director (Stutzman,

1981:220)

2.3.1 Elemen Driven

Driven merupakan bagian paling penting dari sebuah antena yagi karena

elemen inilah yang akan membangkitkan gelombang elektromagnetik menjadi

sebuah sinyal yang akan dipancarkan. Untuk menjadikan sebuah driven yang

menghantarkan radiasi dengan baik, biasanya menggunakan antena dipole sebagai

bentuk drivernya. Antena dipole adalah antena berbentuk linear pendek, yang bila

sedang memancarkan dapat dianggap mempunyai arus yang sama diseluruh

panjangnya.

Gambar 2.7 Elemen Driven Pada Yagi Sumber: Balanis, 2005:578

Modifikasi dari antena dipole ½ λ adalah antena folded dipole, antena ini

lebih ser ing digunakan daripada antena dipole biasa, karena dapat dibuat

dengan mudah, impedansinya lebih tinggi, dan memiliki struktur mekanis yang

kuat, Antena folded dipole pada masing- masing ujungnya dihubungkan menjadi

satu. Antena dipole ini sebenarnya dibagi menjadi 2 bagian yang masing-masing

¼λ, dan pola radiasi yang dihasilkan akan tepat sama seperti antena dipole

tunggal. Impedansi antenna folded dipole lebih besar 4 kali dari antenna dipole

14

Driven

Page 12: Dasar antena

tunggal.

Gambar 2.8 Folded Dipole dan Ekuivalen Regular Dipole Sumber : Balanis 2005:518

Dengan membandingkan arus pada folded dipole dan dipole biasa dapat diketahui,

2If = Id

Dimana,

If = arus pada folded dipole

Id= arus pada dipole biasa

Sehingga daya pada folded dipole identic dengan daya pada dipole biasa

Pf = Pd

½ If2 Zf = ½ Id

2 Zd

Sehingga besa impedansi folded dipole sebesar

Zf = 4Zd

Sedangkan panjang elemen dan jarak antara elemen folded dipole untuk

memperoleh impedansi sekitar 300 ohm adalah sebesar (Balanis, 2005:515)

L= 0.5 λ (2.12)

s < 0.05 λ (2.13)

15

Page 13: Dasar antena

2.3.2 Elemen Director

Elemen Director merupakan elemen pengarah yang diletakkan didepan

antena driven, director akan memaksakan radiasi dari driven menuju ke satu arah.

Elemen ini sering disebut dengan elemen parasitic. Pola radiasi yang dibentuk

oleh antena folded dipole, dengan penambahan reflektor dan director, pola radiasi

antena akan diubah dan diperkecil menjadi satu arah namun dengan daya pancar

yang lebih jauh seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Dengan 1 Director

Sumber : Stutzman (1981:222)

Penambahan satu atau lebih direktori merupakan metode yang paling efektif

dalam mendapatkan penguatan yang lebih besar, semakin banyak jumlah elemen

director maka akan didapat penguatan yang lebih besar juga. Seperti halnya

reflector, elemen director juga memiliki pengaturan dalam penentuan ukuran dan

jarak, baik itu jarak dengan driven ataupun jarak antara direktor satu dengan

director lainnya. Karena ukuran dalam penentuan ini akan mempengaruhi kinerja

kemampuan antena yagi. (Balanis, 2005 : 579)

Untuk penentuan ukuran direktor dibuat dengan ukuran harus lebih kecil

daripada ukuran elemen driven, yaitu sebesar 0.4λ – 0.45λ atau 5% lebih pendek

daripada elemen driven

Pengarah atau director yang terdekat pada antena driven adalah pengarah

yang paling berpengaruh terhadap penguatan, dan pengaruh yang paling jauh

memiliki pengaruh yang kecil dalam beberapa teori terdapat sebuah persamaan

yang mengemukakan tentang jarak antara director, persamaan tersebut yaitu

(Balanis, 2005 : 579)

16

Page 14: Dasar antena

0.3λ – 0.4λ (2.14)

2.3.3 Elemen Reflector

Sesuai dengan namanya reflector, elemen ini merupakan elemen pemantul.

Elemen reflector ditempatkan di belakang driven dan dibuat lebih panjang dari

pada panjang elemen driven (Balanis, 2005 : 579).

Gambar 2.10 Pola Radiasi Antena Dengan 1 ReflectorSumber : Stutzman (1981:222)

Tujuan utama dari penempatan reflector di belakang adalah untuk

membatasi radiasi agar tidak melebar kebelakang namun kekuatan pancarannya

akan diperkuat reflector sebaliknya. Reflector menjadikan antena lebih bersifat

induktif.

Untuk penentuan panjang dari sebuah reflektor biasanya digunakan

perhitungan 0.495λ atau 5% lebih panjang dari pada panajang elemen driven.

Pemasangan reflector hanya digunakan satu saja, karena penambahan reflektor

yang kedua atau ketiga praktis tidak akan menambah apapun pada keterarahan

struktur. Sedangkan penempatan elemen reflektor yaitu dibelakang elemen driven

(dipole) dengan jarak optimum yaitu sekitar (Balanis,2005:579).

LR = 0,25 λ (2.15)

2.4 Balun Antena

Kata balun ialah kependekan dari “balanced unbalanced”, dimana balanced

berarti kedua ujung dari pencatuan harus memiliki level tegangan yang sama

terhadap ground, jika tidak maka dapat dikatakan unbalanced. Balun adalah alat

yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dengan coaxial

cable, dalam hal ini digunakan untuk menghubungkan antara feeder line yang

17

Page 15: Dasar antena

unbalance misalnya coaxial cable dengan antena yang balance misalnya antena

dipol. Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling

antara feeder line dengan antena.

Gambar 2.11 Balun 1:4Sumber : Stutzman (1981:222)

Panjang balun dapat dirumuskan sebagai berikut

L = ½ λ x VF (2.16)

Keterangan:

L = panjang balun

λ = panjang gelombang

VF= Velocity factor

2.5 Konsep VOIP

VoIP (Voice over Internet Protocol) atau dapat juga disebut sebagai

Telepon Internet merupakan salah satu terobosan dalam berkomunikasi secara

luas dengan biaya yang lebih murah, layanan yang lebih banyak bila

dibandingkan dengan sambungan PSTN. VoIP merupakan suatu metode

digitalisasi data suara (voice) kedalam paket-paket data untuk ditransmisikan

melalui packet-switch IP networks. Teknologi ini menjadikan media internet

untuk bisa melakukan komunikasi suara jarak jauh secara langsung. Sinyal

18

Page 16: Dasar antena

suara analog, seperti yang didengar ketika berkomunikasi di telepon diubah

menjadi data digital dan dikirimkan melalui jaringan berupa paket-paket data

secara real time. Definisi lain VoIP adalah suara yang dikirim melalui protokol

internet (IP).

Dalam komunikasi VOIP, pemakai melakukan hubungan telepon

melalui terminal yang berupa PC atau telepon biasa. Dengan bertelepon

menggunakan VoIP, banyak keuntungan yang dapat diambil diantaranya adalah

dari segi biaya jelas lebih murah dari tarif telepon tradisional, karena jaringan IP

bersifat global. Sehingga untuk hubungan Internasional dapat ditekan hingga

70%. Selain itu, biaya maintenance dapat di tekan karena voice dan data network

terpisah, sehingga IP Phone dapat di tambah, dipindah dan di ubah. Hal ini karena

VoIP dapat dipasang di sembarang ethernet dan IP address, tidak seperti telepon

konvensional yang harus mempunyai port tersendiri di Sentral atau PBX (Private

branch exchange).

Tabel 2.1 Alokasi Bandwidth Yang Dibutuhkan Untuk Voip

19

Page 17: Dasar antena

Sumber: http://www.cisco.com

2.6 Wireless LAN (WLAN)

Wireless LAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan

gelombang radio sebagai media tranmisinya. Link terakhir yang digunakan adalah

nirkabel, untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna dalam area

sekitar. Area dapat berjarak dari ruangan tunggal ke seluruh kampus. Tulang

punggung jaringan biasanya menggunakan kabel, dengan satu atau lebih titik

akses jaringan menyambungkan pengguna nirkabel ke jaringan berkabel. LAN

nirkabel adalah suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio untuk

komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang merupakan

dasar dari transceiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di bandwith 2,4 GHz

(802.11b, 802.11g) atau 5 GHz (802.11a). Kebanyakan peralatan mempunyai

kualifikasi Wi-Fi, IEEE 802.11b atau akomodasi IEEE 802.11g dan menawarkan

beberapa level keamanan seperti WEP dan atau WPA. (http://id.wikipedia.org).

Wireless LAN biasanya digunakan sebagai hubungan dari satu point ke point

yang lain, tetapi dengan perkembangan teknologi, wireless LAN ini dapat

digunakan untuk hubungan dari point ke multipoint begitu pula sebaliknya.

Tabel 2.2 Alokasi Banwidth Chanel Wifi 2,4 GHz

20

Page 18: Dasar antena

Sumber : www.radioelectronics.com

2.7 Wifi AdapterDalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur kinerja antenna

adala Wifi Adapter keluaran TP LINK dengan tipe TL-WN772N. Spesifikasi wifi

adapter dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Spesifikasi Wifi Adapter Tipe TL-WN772N

Sumber : http://www.tp-link.com

21