Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di...

36

Transcript of Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di...

Page 1: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan
Page 2: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Dari Meja RedaksiSejarah Energi

dalam Peradaban ManusiaEnergi dan :

Disrupsi Pandemi

2 | EnergiKita

ENER

GIK

ITA

BuletinStrategic PartnershipGreen and Inclusive

Energy

Diterbitkan oleh:Institute for Essential Services Reform

Jl. Tebet Barat Dalam VIII No. 20, Jakarta SelatanT: +62 21 2232 3069 | F: +62 21 8317 073

[email protected]

Penerbitan dokumen ini memiliki lisensiAttribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0

International (CC BY-NC-SA 4.0).

Juli 2020

Page 3: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Reportase -19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

Energi dalam Peradaban Manusia | 3

Dari Meja Redaksi

Pembaca EnergiKita,

Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada.

Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan -19. Pandemi yang yang melanda banyak negara ini menimbulkan dampak bergulir pada beragam lapisan masyarakat dan di semua sektor, termasuk energi. Selain berdampak pada suplai energi dan harga energi dunia, pandemi juga mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengakses energi dan pola konsumsi energi kita.

Sebagai salah satu kebutuhan mendasar manusia modern, sangat penting untuk memastikan bahwa dalam kondisi biasa atau krisis, masyarakat mendapatkan akses pada energi yang berkualitas, selalu ada, terjangkau, dan berkelanjutan. Peran penting energi dalam peradaban manusia dikupas dalam EnergiKita kali ini, juga sejarah energi di Indonesia. Selain itu, kami juga menayangkan ulasan-ulasan khusus terkait Covid19 - tentang bagaimana pola konsumsi energi kita berubah dan apa yang dilakukan pemerintah untuk menjamin akses energi bagi masyarakat. Tidak lupa, buletin ini juga membahas singkat kebijakan terbaru terkait energi terbarukan: Peraturan Menteri PUPR No. 6/2020.

Selamat membaca dan sampai jumpa di EnergiKita edisi berikutnya!

Tabik,Marlistya Citraningrum

Manajer ProgramAkses Energi BerkelanjutanIESR

Page 4: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Dari Meja Redaksi Sejarah Energi dalam Peradaban Manusia

Sejarah Energidalam PeradabanManusia

ebih dari 7 juta tahun lalu, manusia belum mampu mengolah sumber daya alam yang tersedia untuk dijadikan sumber energi dalam meringankan aktivitas mereka sehari-hari. Alhasil, semua pekerjaan dilakukan dengan

hanya mengandalkan tenaga manusia dan hewan, yang sumber energinya hanya berasal dari makanan. Di era ini, manusia hanya mengenal energi gerakan (kinetik) dan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan (terutama kayu dan ranting).

Paolo Malanima, ahli sejarah ekonomi dari Italia, kemudian secara sederhana membagi sejarah energi dunia menjadi dua masa berdasarkan pemanfaatan sumber energi.

L

4 | EnergiKita

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 5: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Ketika Homo Erectus mulai mengenal api, spesies yang dianggap sebagai leluhur modern ini mulai memanfaatkan panas api yang berasal dari pembakaran tumbuhan. Mereka yang berada di belahan bumi utara cenderung lebih banyak menggunakan api sebagai penghangat. Namun secara umum, selain sebagai penghangat, api juga banyak digunakan sebagai sumber energi untuk memasak, penerangan, dan perlindungan dari hewan buas dan liar. Di masa ini, konsumsi energi manusia meningkat 2 kali lipat, yaitu 4000 kalori/hari.

Era Mesolitikum(10000 – 5000 tahun sebelum masehi)

Era ini dimulai dengan berakhirnya musim dingin, sehingga suhu bumi menjadi lebih ideal untuk bertani dan bercocok tanam. Manusia pun mulai mengenal pertanian; perkembangannya terjadi di beberapa kawasan secara independen, seperti di kawasan China, Amerika Tengah, dan Near East (saat ini meliputi Timur Tengah, Turki, dan Arab Saudi) yang kemudian menyebar ke Eropa. Pada masa ini, tumbuhan sebagai sumber energi tidak hanya dikonsumsi oleh manusia, namun juga untuk hewan yang tenaganya diperlukan dalam pertanian dan transportasi. Manusia juga mulai mengembangkan berbagai perkakas, baik dari logam, keramik, atau kayu. Pemanfaatan angin dan air sebagai sumber energi untuk menggerakkan kincir dalam mendukung kegiatan pertanian pun mulai dilakukan, meski kayu bakar masih menjadi sumber energi utama. Di masa ini, manusia menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi energi tidak hanya digunakan untuk kebutuhan konsumtif, namun juga untuk peningkatan aktivitas ekonomi produktif. Mereka pun mulai hidup menetap dengan jumlah populasi yang meningkat.

Energi dalam Peradaban Manusia | 5

Era 1 juta – 500 ribu tahun lalu

Masa Pertama(7 juta tahun lalu – 500 tahun lalu)

Era 7 juta – 1 juta tahun lalu

“ekonomi tumbuhan” (organic vegetable economy) karena manusia masih sangat menggantungkan hidupnya pada tumbuhan yang tersedia berlimpah di alam. Pada masa ini, konsumsi energi manusia hanya berkisar 2000 kalori/hari.

Di masa ini, sumber energi masih dominan berasal dari makanan untuk dikonsumsi manusia dan hewan ternak, serta sedikit penggunaan tenaga air

Reportase -19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

Page 6: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Masa Kedua(500 tahun lalu – sekarang)

Periode ini dimulai semenjak manusia menemukan dan mulai mengolah batu bara, yang kemudian disusul dengan terjadinya Revolusi Industri dan berkembangnya mekanisasi. Di masa ini, bahan bakar fosil dijadikan sumber energi utama untuk mencukupi konsumsi energi manusia yang semakin meningkat, termasuk untuk kebutuhan alat bantu mesin.Konsumsi energi digunakan untuk operasional mesin yang mengubah panas menjadi energi mekanik (mesin uap) – tambahan sumber dari batu bara, minyak bumi, listrik primer, gas alam, energi nuklir.

Pada abad ini, sejarah mencatat bahwa bangsa Romawi Kuno mulai menggunakan batu bara.

, batu bara digunakan sebagai bahan bakar dalam proses metalurgi. Masa ini menunjukkan telah terjadinya transisi energi, di mana sebelumnya sumber energi utama manusia berasal dari biomassa tradisional seperti tumbuhan, berubah menjadi didominasi oleh bahan bakar fosil seperti batu bara.

Abad 5 Masehi - Abad 17

6 | EnergiKita

Dari Meja Redaksi Sejarah Energi dalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 7: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 7

Abad ke 17 – 19 (lebih dikenal dengan era ekonomi fosil)

Pada periode ini, transisi energi kemudian mendorong perubahan dalam jumlah dan pola penggunaan energi. Hal ini kuat dipengaruhi oleh penemuan mesin uap oleh Thomas Newcomen dan James Watt di abad ke 18 yang menjadi awal era baru yaitu Era Revolusi Industri. Penemuan mesin yang mengubah panas menjadi energi mekanik ini mendorong perubahan drastis dalam sistem energi global. Era ini juga semakin berkembang setelah adanya penemuan bahan bakar fosil lain seperti minyak bumi dan gas alam. Sejak adanya minyak, industri transportasi pun berkembang dan memfasilitasi perdagangan dan proses produksi.

Seiring dengan pertambahan populasi dan perkembangan mekanisasi, konsumsi energi tentunya semakin meningkat, sehingga sumber daya energi pun mulai dikomersialisasi dan dampaknya terhadap lingkungan semakin terlihat. Dibandingkan dengan biomassa, harga bahan bakar fosil lebih murah 2-3 kali lipat untuk kandungan kalori yang sama. Karena harganya yang murah, penggunaan energi fosil semakin marak dan konsumsi biomassa pun berkurang drastis terutama di daerah utama pengolah bahan bakar fosil seperti Eropa. Era ini kemudian disebut Paolo Malanima sebagai era ekonomi fosil.

Tidak hanya menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, perkembangan ekonomi dan teknologi juga membuat penggunaan bahan bakar fosil

bakar menjadi panas, gerak, dan bentuk lain yang mendukung kegiatan produktif, terjadi dalam 4 tingkatan yang berbeda (Malanima, 2014), yaitu:

Era industrialisasi dan penemuan listrik semakin mendorong peningkatan permintaan energi. Negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, dan Jepang memiliki konsumsi listrik dalam rentang 5.100 - 8.000 kWh/kapita, sedangkan konsumsi listrik Amerika Serikat mencapai hampir 13.000 kWh/kapita/tahun (Bank Dunia, 2014). Hal ini menunjukan keterkaitan erat antara besarnya konsumsi suatu negara dengan kemajuan ekonomi serta pembangunannya. Oleh karena itu, untuk dapat memajukan ekonomi dan pembangunan negara, negara tersebut perlu meningkatkan konsumsi energinya. Jika kita amati, meski jenis energi yang digunakan di masa lampau dan saat ini berbeda, prinsip yang digunakan masih tetap sama, yaitu pembakaran karbon. Baik biomassa tradisional yang digunakan di masa lampau dan bahan bakar fosil yang dimanfaatkan saat ini merupakan energi berbasis karbon. Karena karbon merupakan elemen organik, Paolo Malanima, menyebut sistem ekonomi seperti ini sebagai ekonomi organik (organic economies).

Pertanian (masa awal)Pertanian maju

Industri (masa awal)Industri maju5%

15%25%

35%

Reportase -19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

Page 8: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

8 | EnergiKita

Pemerintah Belanda membentuk VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie atau Dutch East India Company), perusahaan yang memperdagangkan berbagai sumber daya alam Indonesia seperti rempah-rempah, hasil pertambangan, dan hasil perminyakan.

1602Tambang batu bara modern pertama dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda di Pengaron, Kalimantan. Tambang ini bernama “Oranje Nassau”

Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dienst van het Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) untuk penyelidikan geologi dan pertambangan.

1849 1850

1968Perusahaan minyak

Amerika Serikat, Mobil Oil, melakukan

kontrak bagi hasil dengan Pertamina

untuk pencarian sumber minyak dan

gas di darat dan lepas pantai

Gas alam yang terkandung di

ladang gas Arun ditemukan dengan

perkiraan cadangan

mencapai 17,1 triliun kaki kubik

19711972

1975 1977Mobil Oil membangun dan mengoperasikan

untuk mengolah gas dari ladang Arun

Kilang gas pertama di Badak diresmikan. PT Badak NGL berlaku sebagai operator dan menjual gas ke Jepang

2001Kilang di Badak juga mengalami penurunan produksi

Minyak bumi

Batubara

Gas alam

Lalu bagaimana dengan sejarah energi di Indonesia?

Dari Meja Redaksi Sejarah Energi dalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 9: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 9

1850-1880

Ditemukan tambang minyak di beberapa wilayah

1850 Karawang1853 Semarang1857 Kalimantan Barat1860 Palembang, Bojonegoro,

Rembang, Surabaya, danLamongan

1862 Demak1864 Muara Enim dan

Purbalingga1866 Madura1880 Kabupaten Langkat,

Sumatra Utara

Perusahaan batubaraBelanda (Oost-Borneo Maatchappij) mendirikan tambang batubarabesar di Batu Panggal, di tepi sungai Mahakam.

1888Tambangbatu bara terbesar (saat itu) beroperasi di Pulau Laut, dan menghasilkanhingga 25% dari semua hasil ekspor Indonesia.

Awal

1957Dibentuk Perusahaan

Minyak Negara (Permina) atas inisiatif Jenderal A.H. Nasution (Kepala Staf Angkatan

Darat dan Penguasa Perang Pusat). Permina

kemudian dipimpin oleh Letnan Jenderal Ibnu

Sutowo.

1960Pemerintah

mengeluarkan Perpu Pertambangan

Minyak dan Gas Bumi (Perpu No

44/1960)

1967Dikeluarkannya

Undang-Undangtentang

Pertambangan Mineral dan Batu

Bara

2001Pemerintah mengganti Perpu No 55/1960 dengan UU No 22/2001

Pemerintah mengganti Perpu No 11/1967 dengan UU No 4/2009

Reportase Covid-19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

1900

2020Pemerintah mengganti UU No 4/2009 dengan UU No 3/2020

2009

Page 10: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia Energi dan :

Disrupsi Pandemi

Energi dan Coronavirus : Disrupsi Pandemi

andemi -19 yang melanda dunia sejak Desember 2019 mempengaruhi banyak sektor, termasuk energi. Banyak negara menerapkan pembatasan kegiatan dan

perpindahan manusia dan barang, termasuk menutup batas-batas negara dan memberlakukan kebijakan perjalanan yang

pada sektor energi: harga minyak menurun, suplai energi terhambat, terhentinya produksi dan pengiriman komponen pembangkit listrik, hingga dihentikannya produksi kendaraan-kendaraan listrik.

Penulis: Marlistya Citraningrum, Hapsari Damayanti

P

10 | EnergiKita

Page 11: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Menurut IEA, sejak pertengahan April, negara-negara yang menerapkan lockdown mengalami penurunan permintaan energi tiap minggunya hingga sebesar 25% untuk negara dengan lockdown total dan 18% untuk negara yang hanya menjalankan lockdown sebagian. Porsi energi dalam bentuk listrik dalam persentase penurunan permintaan energi ini mencapai 80%. Secara global, pada kuartal pertama 2020, permintaan energi secara keseluruhan turun 3,8%, di mana permintaan batu bara jatuh paling rendah hingga 8%, minyak 5%, dan gas 2%. Energi terbarukan adalah satu-satunya sumber energi yang tidak terkena dampak dan justru menunjukkan peningkatan kapasitas terpasang1.

Berdasarkan hasil proyeksi IEA, dampak Covid-19 pada permintaan energi dapat lebih buruk dari dampak krisis ekonomi pada tahun 2008, dengan perkiraan menurun hingga 6% di akhir tahun 2020 untuk semua sub-sektor energi2. Pembatasan mobilitas di darat, laut, dan udara mengganggu penyediaan energi, utamanya minyak. Impor dan pengiriman LNG juga terganggu, selama beberapa waktu China membatasi impor LNG ke dalam negeri dan pada produsen LNG, utamanya dari Amerika Serikat, terpaksa mencari pangsa pasar lain dan dengan harga yang lebih rendah. Untuk energi terbarukan, dominannya China untuk produksi berbagai komponen pembangkit energi terbarukan, terutama untuk PLTS, juga mengganggu rantai pasok dan memicu keterlambatan penyelesaian proyek di berbagai negara. Selain itu beberapa negara juga memiliki kebijakan bahwa proyek-proyek tertentu harus diselesaikan di tahun 2020 untuk bisa

memperoleh insentif, dan ini dapat menurunkan pertumbuhan energi terbarukan pasca-Covid-19. Secara umum, investasi energi terbarukan juga melemah; mengingat kondisi ekonomi masih belum stabil dan proyeksi permintaan listrik juga belum pasti.

China merupakan salah satu negara

akibat pandemi dan ini berpengaruh besar terhadap industri panel surya. China memproduksi sekitar 70% dari permintaan pasar global, sedangkan 10-15% sisanya berasal dari perusahaan China yang beroperasi di Asia Tenggara. Pemberhentian produksi sementara atau penurunan kapasitas produksi panel surya di bulan Februari akibat lockdown di beberapa provinsi mempengaruhi keterlambatan penyediaan panel surya di berbagai proyek yang sedang berjalan di berbagai negara. Saat ini China sudah mulai meningkatkan kapasitas produksinya dengan berbagai protokol kesehatan yang harus diaplikasikan saat bekerja.

Gangguan rantai pasok komponen ini juga terjadi pada industri turbin angin, yang memiliki pusat manufaktur di Eropa (Italia dan Spanyol). Awalnya, kendala berasal dari kebutuhan pasokan beberapa komponen dari China yang tertahan sejak Februari. Namun semenjak dampak Covid-19 semakin dirasakan di Italia dan Spanyol hingga akhirnya lockdown ketat sejak pertengahan Maret, rantai pasokan industri turbin angin semakin terhambat. Lockdown India yang terjadi April juga semakin memperburuk keadaan. Beberapa proyek PLTB di Amerika berstatus keadaan darurat dan dipastikan tertunda3.

Energi dalam Peradaban Manusia | 11

1 https://www.iea.org/topics/covid-192 https://www.iea.org/reports/global-energy-review-20203 https://www.iea.org/commentaries/the-coronavirus-pandemic-could-derail-renewable-energy progress-governments-can-help

Reportase -19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

Page 12: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Pengembang energi terbarukan

akan terdampak akibat tertundanya proyek-proyek tersebut, terutama untuk restrukturisasi pinjaman. Akses terhadap pinjaman bunga rendah dan mekanisme pembiayaan lainnya adalah kunci perusahaan tersebut untuk menjaga operasional perusahaan. Pengurusan izin dan pendekatan dengan masyarakat lokal (untuk proyek ) juga terkendala dengan social distancing.

Pandemi juga memicu perubahan pola konsumsi energi untuk sektor

rumah tangga, komersial, dan industri. Peningkatan aktivitas di rumah menyebabkan konsumsi listrik

siang hari, alih-alih malam hari. Selain penggunaan alat elektronik untuk bekerja seperti laptop dan komputer, penggunaan pendingin ruangan dan pompa air juga berkontribusi

listrik di siang hari. Dari segi kesiapan jaringan, perubahan pola konsumsi ini perlu menjadi perhatian penyedia listrik untuk tetap menjaga pasokan dan kualitas listrik.

Berdasarkan perhitungan IEA, penurunan permintaan energi sebesar 6% yang terjadi di masa pandemi ini setara dengan penurunan emisi CO2 hingga 8% atau sekitar 2,6 gigaton. Penurunan emisi ini disumbang oleh batu bara sebesar 8% (yang intensitas emisinya paling tinggi), minyak sebesar 4,5%, dan gas alam sebesar 2,3%. China merupakan negara dengan penurunan emisi paling besar, di mana sektor listrik dan transportasi menjadi 2 sektor utama. Lockdown dan pembatasan mobilitas di berbagai negara menurunkan laju lalu lintas hingga 51% di India, sekitar 30% di negara-negara Eropa, dan 38% di Kanada serta Amerika Serikat. Penurunan mobilitas dan lalu lintas ini juga dinilai membuat kualitas udara di Jakarta membaik4. Meski demikian, penurunan lalu lintas ini kebanyakan disumbang oleh pengguna kendaraan penumpang dan kendaraan umum, sedangkan kendaraan pengangkut barang masih beroperasi dengan pembatasan tertentu.

Penurunan emisi CO2 ini juga perlu diwaspadai, secara historis, kondisi pelemahan ekonomi yang memicu penurunan akan memicu bounce back pada tahun-tahun terdekat setelahnya. Setelah resesi ekonomi pada 2007 - 2009, terjadi kenaikan 5% emisi CO2 pada tahun 2010 seiring dengan kembalinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini sudah terlihat di China, penurunan emisi yang terjadi di bulan Februari tidak bertahan lama; pada akhir April 2020, emisi CO2 sudah kembali ke level sebelum pandemi terjadi.

Bagaimana dengan

emisi CO2?

12 | EnergiKita

4 https://www.mongabay.co.id/2020/04/06/setelah-28-tahun-kualitas-udara-di-jakarta-membaik/

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia Energi dan :

Disrupsi Pandemi

Page 13: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 menjadi agenda penting yang mendesak untuk dilakukan, dan banyak pihak di dunia mendorong strategi pemulihan ekonomi yang berorientasi pada pembangunan rendah karbon. Penelitian dari Universitas Oxford5 menyebutkan bahwa stimulus ekonomi hijau (green stimulus), seperti investasi di infrastruktur energi terbarukan, mampu menjawab tantangan tersebut dan sekaligus memiliki tingkat efektivitas ekonomi yang tinggi. Respon aksi terhadap pandemi Covid-19 kebanyakan bersifat cepat tanggap dan jangka pendek; karenanya strategi pemulihan ekonomi yang dilakukan perlu dirancang dengan mempertimbangkan aspek jangka panjang, tidak hanya terhadap ekonomi, namun juga lingkungan. Proyek-proyek energi terbarukan dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dan tersebar, bahkan hingga 2 kali lebih banyak per unit dolar investasi proyek energi fosil. Selain itu, pengurangan emisi gas rumah kaca dengan beralih ke sistem energi rendah karbon juga berkontribusi untuk pencapaian target iklim global. Penelitian yang sama juga menggarisbawahi pentingnya berinvestasi pada penelitian, pengembangan, serta inovasi untuk melakukan transisi menuju sistem ekonomi yang berkelanjutan.

Apa peran energi

terbarukan setelah

pandemi berlalu?

Energi dalam Peradaban Manusia | 13

5 http://www.ox.ac.uk/news/2020-05-05-building-back-better-green-covid-19-recovery-packages-will boost-economic-growth-and

Reportase -19 Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Pojok Kebijakan:Permen PUPR tentang FPV

Page 14: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

ReportaseCovid-19Pandemi dan Pengaruhnya Pada Penyediaan Energi di IndonesiaProyek infrastruktur energi oleh pemerintah banyak mengalami kendala yang disebabkan oleh hambatan logistik. Belum lagi pengalihan anggaran pemerintah untuk mengatasi pandemi.

Turunnya Konsumsi Listrik di Jawa dan BaliDengan adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

. Namun, bagaimanakah pengaruhnya terhadap total konsumsi listrik, khususnya di Jawa-Bali?

Energi Terbarukan untuk Pemulihan Ekonomi Pasca-Covid-19Pandemi Covid-19 menyebabkan krisis global yang berdampak pada peningkatan angka pengangguran, berkurangnya peluang kerja, dan kemiskinan. IESR mengusulkan pemulihan ekonomi pasca-COVID19 melalui energi terbarukan dengan Program Surya Nusantara.

Jaring Pengaman Energi di Masa PandemiKebijakan keringanan tagihan listrik sebagai bentuk jaring pengaman energi (energy safety net) merupakan langkah yang tepat untuk merespon pelemahan ekonomi. Akan tetapi, pemerintah perlu memiliki desain dan skema jaring pengaman energi yang komprehensif.

800 Titik proyek PLTS atap tertunda

0,4 - 2,3%Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi

negara hanya akan tumbuh

SELAMA MASA PANDEMI

Rp3 triliunPemberian

keringanan biaya listrik diperkirakan

akan menghabiskan anggaran hingga

Artikel lengkap dapat dibaca di halaman selanjutnya >>

3 Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang seharusnya rampung di tahun 2020, menjadi mudur ke tahun 2021.

14 | EnergiKita

Page 15: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran AgamaPojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Pemerintah perlu memiliki strategi pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 yang simultan dengan target pembangunan nasional; antara lain menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan infrastruktur.

Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi menggunakan energi terbarukan, IESR mengusulkan pemerintah untuk melakukan green economic recovery melalui

Program Surya NusantaraProgram ini berupa pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap berkapasitas masing-masing 1,5-2 kWp untuk 500-600 ribu rumah tangga miskin penerima subsidi listrik.

Energi dalam Peradaban Manusia | 15

Page 16: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Pandemi dan Pengaruhnya pada Penyediaan Energidi Indonesia

Penulis: Hapsari Damayanti

Pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia, termasuk

kehidupan. Pembatasan yang dilakukan antar kota maupun negara mengurangi moda transportasi yang dapat beroperasi sehingga tidak hanya perpindahan manusia yang terbatas, namun juga pengiriman barang. Proyek infrastruktur energi oleh pemerintah pun terkendala dengan permasalahan logistik tersebut, terlebih dengan banyaknya pengalihan anggaran pemerintah untuk mengatasi urgensi pandemi.

Pada diskusi IESR bertema “Dampak Pandemi Covid-19 pada Sektor Kelistrikan Energi Terbarukan di Indonesia” April 2020 lalu, Direktur Konservasi Energi, DJEBTKE, Kementerian ESDM, Hariyanto menyatakan bahwa setidaknya terdapat 3 Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang tertahan dan akan rampung di tahun 2021 (rencana awal tahun 2020). Tertundanya pembayaran dari perbankan proyek energi terbarukan ini juga dikhawatirkan akan menurunkan target investasi energi terbarukan saat ini.

16 | EnergiKita

Page 17: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran AgamaPojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Selain itu, rencana proyek PLTS Atap Kementerian ESDM di 800 titik dengan anggaran Rp 175 miliar tahun 2020 juga sedang dievaluasi. Pada level provinsi, Dinas ESDM Jawa Tengah juga menyebutkan adanya penundaan beberapa proyek energi terbarukan pemerintah karena realokasi anggaran daerah untuk meredam dampak pandemi pada sektor-sektor yang mendasar. Meski demikian, baik pemerintah pusat maupun daerah menegaskan akan tetap fokus menjaga ketersediaan energi nasional.

Di tahun 2020 ini, Kementerian ESDM menargetkan jumlah investasi EBT sebanyak US$ 2 miliar, dan diharapkan nilainya meningkat hingga US$ 20 miliar di tahun 2024. Namun melihat banyaknya proyek pembangkit EBT pemerintah yang tertunda di tahun 2020 akibat pandemi, hal tersebut akan sulit direalisasikan6. Di sisi lain, hambatan ketidakpastian regulasi pun masih dirasakan investor karena hingga saat ini Peraturan Presiden (Perpres) tentang (FiT) belum juga terbit (rencana awal terbit di awal tahun 2020) dan implementasi Peraturan Menteri ESDM No. 4/2020 terutama terkait poin purchasing power agreement (PPA) antara PLN dan pengembang belum bisa dilihat efektivitasnya.

Sebagai energi terbarukan dengan perkembangan paling pesat dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan energi surya juga diperkirakan menyusut di tahun 2020, jauh bila dibandingkan dengan tren positif yang terjadi sepanjang

tahun 2019. Hingga akhir 2019, empat PLTS skala besar berhasil masuk fase commissioning dan jumlah pelanggan PLN pengguna PLTS Atap

hingga mencapai 1.580 pelanggan. Pertumbuhan ini juga mendorong turunnya biaya pembangkitan energi surya, di mana proyek PLTS di Bali Barat dan Bali Timur berkapasitas 2x25 MW mencapai harga < US$ 0,059/kWh atau 40% lebih rendah dari proyek-proyek PLTS sebelumnya.

Dengan adanya krisis global akibat Covid-19, sektor energi terdampak

turunnya permintaan listrik, melemahnya ekonomi, dan bergesernya prioritas pengguna pada kebutuhan kesehatan ataupun hal mendasar lainnya. Di samping itu, biaya produksi modul surya dan harga unit PLTS Atap pun naik 15-20% akibat nilai tukar rupiah yang melemah; menyebabkan waktu pengembalian investasi menjadi lebih lama 1-2 tahun. Menurut APAMSI, pandemi ini bahkan dapat mengancam industri modul surya dalam negeri. Sedangkan berdasarkan survei awal IESR terhadap perusahaan EPC (Engineering, Procurement, Construction) PLTS Atap, permintaan selama Maret-April dari berbagai sektor turun sebesar 50-100% untuk sektor rumah tangga dan 50-70% untuk sektor komersial dan industri. Menurut analisa IESR, dalam enam bulan ke depan atau hingga akhir tahun 2020, pertumbuhan permintaan PLTS Atap kemungkinan akan nol atau negatif (tanpa ada permintaan baru)7.

Energi dalam Peradaban Manusia | 17

6 http://iesr.or.id/target-investasi-ebt-tahun-2020-terancam-meleset-karena-corona-dan-masalah regulasi/7 http://iesr.or.id/diskusi-media-dampak-pandemi-covid19-pada-sektor-kelistrikan-energi-terbarukan di-indonesia/

Page 18: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Turunnya Konsumsi Listrik di Jawa dan BaliPenulis: Agus Tampubolon

Sejak kasus Covid-19 mulai merebak di Indonesia, bekerja dari rumah (work from home) menjadi kebiasaan baru. Banyak kantor-kantor yang ditutup, begitu pula dengan restoran dan pusat perbelanjaan. Di satu sisi, penutupan kantor, restoran, dan pusat perbelanjaan akan menurunkan konsumsi listrik dari sektor komersial. Namun di sisi lain, perpindahan tempat kerja ke rumah, konsumsi listrik rumah tangga akan naik. Dengan kata lain, akibat adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

IESR melakukan analisa pengaruh pandemi Covid-19 terhadap konsumsi listrik Jawa-Bali dengan membandingkan beban harian tahun 2019 dengan 2020. Dalam analisa ini, perbedaan beban disajikan untuk periode yang sama dalam tahun yang berbeda. Bila beban 2020 lebih besar dari 2019, nilai selisihnya akan positif. Sebaliknya, saat beban 2020 lebih kecil, maka selisihnya akan bernilai negatif. Selisih beban ini dihitung untuk tiap tanggal yang sama dan kemudian digambarkan dalam

18 | EnergiKita

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 19: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Bila melihat kurva sebelumnya, konsumsi listrik Jawa-Bali antara bulan Januari hingga awal Maret di tahun 2020 masih lebih tinggi dibandingkan 2019. Namun, sejak tanggal 25 Maret, konsumsi di tahun 2020 mulai menunjukkan penurunan (menunjukkan selisih negatif yang lebih besar dan lebih sering). Untuk lebih jelasnya, berikut kurva beban bulan Maret-April untuk tahun 2019 dan 2020.

Saat total konsumsi listriknya dihitung, maka konsumsi listrik bulan Maret hingga April tahun 2019 adalah sebesar 32,1 TWh, atau sekitar 0,92 TWh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi listrik untuk bulan yang sama di tahun 2020 (sebesar 31,2 TWh). Dengan demikian, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di banyak kota dan membatasi kegiatan serta mobilitas masyarakat berdampak pada menurunnya konsumsi listrik di Jawa dan Bali.

Energi dalam Peradaban Manusia | 19

Maret-April2019

Maret-April2020

32,1 TWh

31,2 TWh

0,92 TWh

Jumlah penurunanKonsumsi listrik

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran AgamaPojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Page 20: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi Terbarukan untuk Pemulihan Ekonomi Pasca-Covid-19

Terhentinya berbagai aktivitas produksi dan konsumsi akibat

pada perekonomian, termasuk meningkatkan angka pengangguran, menurunkan peluang kerja, dan menambah angka kemiskinan. Untuk konteks Indonesia, Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi negara hanya akan tumbuh 0,4-2,3% (menurut beberapa lembaga internasional dapat mencapai 1-2,5%), tergantung beberapa hal seperti seberapa buruk perkembangan pandemi ke depannya, seberapa efektif respon pemerintah, dan seberapa besar stimulus yang dialokasikan dalam rangka pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Saat ini pemerintah tengah berupaya memperkuat jaring pengaman sosial nasional dan memberikan dukungan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah/UMKM) yang dinilai merupakan kelompok yang paling rentan akan dampak pandemi. Pemerintah pun melakukan realokasi APBN 2020 untuk belanja penanganan Covid-19, termasuk melalui perluasan

pemanfaatan dana desa. Meskipun strategi cepat tanggap ini memang ditujukan untuk mengatasi krisis akibat pandemi, namun pemerintah juga perlu memiliki strategi pemulihan ekonomi yang selaras dengan target iklim dan berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.

Hal ini juga dinyatakan oleh badan-badan internasional, termasuk International Energy Agency dan Bank Dunia, bahwa stimulus dan strategi yang dikeluarkan pemerintah perlu diharmonisasikan dengan tindakan untuk menghadapi perubahan iklim dan memastikan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan. Menurut Bappenas, bila Indonesia menerapkan strategi pembangunan rendah karbon, tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 6% per tahun hingga 2045, lebih tinggi dari pertumbuhan saat ini. Strategi ini mensyaratkan pembangunan yang terintegrasi dengan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41% pada 2030, termasuk melalui pemanfaatan energi terbarukan.

Penulis: Hapsari Damayanti

Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi menggunakan energi terbarukan, IESR merekomendasikan strategi green economic recovery melalui Program Surya Nusantara8. Program ini menyasar pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap berkapasitas 1 - 1,5 kWp untuk 700 ribu - 1 juta rumah tangga miskin penerima subsidi listrik. Bila diimplementasikan mulai tahun 2021, tiap tahunnya kapasitas terpasang PLTS akan bertambah 1 GWp dan berkontribusi pada pencapaian target RUEN, yaitu

20 | EnergiKita

8 http://iesr.or.id/akselerasi-pembangunan-energi-terbarukan-sebagai-strategi-green-economic-recovery-pasca-covid19/

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 21: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

6,5 GW PLTS pada tahun 2025. Anggaran yang diperlukan untuk sasaran 1 GWp ini adalah Rp15 triliun/tahun, dengan potensi penghematan subsidi sebesar Rp1,3 triliun per tahun. Dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 30 ribu orang selama setahun (perhitungan konvensional) dan tumbuhnya pasar serta industri panel surya dalam negeri, Surya Nusantara dapat menimbulkan dampak bergulir untuk pemulihan ekonomi Indonesia yang juga berorientasi pada pembangunan rendah karbon.

Energi dalam Peradaban Manusia | 21

Program Surya Nusantara

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran AgamaPojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Page 22: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

22 | EnergiKita

Jaring Pengaman Energi (Energy Safety Net)di Masa Pandemi Penulis: Marlistya Citraningrum

Melemahnya ekonomi karena pandemi mempengaruhi banyak kelompok masyarakat; utamanya kelompok masyarakat rentan yang kebanyakan dari sektor informal.

Untuk meredam dampaknya, pemerintah mengeluarkan paket jaring pengaman sosial, termasuk untuk sektor energi, menyasar masyarakat yang termasuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Jaring pengaman sosial sektor energi (energy safety net) tersebut berupa penggratisan biaya listrik pelanggan 450 VA (sekitar 23 juta pelanggan) selama tiga bulan mulai April hingga Juni 2020 (dan diperpanjang hingga September 2020), sementara pelanggan 900 VA (sekitar 7 juta pelanggan) berhak mendapatkan potongan harga sebesar 50%. Pemberian keringanan biaya listrik ini diperkirakan akan menghabiskan anggaran hingga Rp3 triliun untuk kompensasi PLN. Dalam pelaksanaannya, pemberian keringanan tarif tenaga listrik ini telah diatur melalui Surat Dirjen Ketenagalistrikan Nomor 707/26/DJL.3/2020 dan Kementerian ESDM telah menginstruksikan kepada PT PLN untuk pelaksanaan pemberian diskon tarif.

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 23: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 23

Tantangan yang muncul di lapangan terkait energy safety net ini di antaranya adalah sosialisasi untuk masyarakat yang belum paham teknologi informasi (IT) dan panjangnya proses penerbitan voucher. Selain itu, Kementerian ESDM juga membahas penggantian pendapatan daerah (PAD) yang hilang dari penggratisan biaya listrik (termasuk penerangan jalan umum) dengan kementerian terkait, termasuk Kementerian Dalam Negeri. Menurut Kementerian ESDM, proses evaluasi energy safety net ini sedang dilakukan, juga pengkajian insentif dan stimulus untuk kelompok pelanggan lain, termasuk sektor UMKM dan komersial/bisnis yang juga terdampak pandemi.

Kebijakan keringanan tagihan listrik sebagai bentuk jaring pengaman energi (energy safety net) tersebut merupakan langkah yang tepat untuk merespon pelemahan ekonomi dan meredam dampaknya pada kelompok masyarakat rentan. Meski demikian, dalam kerangka penyediaan akses energi yang berkualitas untuk masyarakat, pemerintah perlu memiliki desain dan skema jaring pengaman energi yang komprehensif, utamanya dikaitkan dengan kemiskinan energi dan peran energi untuk meningkatkan kualitas serta kesejahteraan hidup masyarakat. Ketiadaan jaring pengaman energi yang komprehensif ini berkaitan dengan standar penyediaan akses energi di Indonesia. Hingga saat ini, akses energi di Indonesia masih berdasar prinsip ketersambungan dan belum mengukur kualitas serta standar konsumsi minimal untuk

kegiatan produktif. Jika dilihat dari kerangka multi-tier framework (MTF) yang dikembangkan oleh ESMAP dan Bank Dunia, yang mengukur akses energi dengan berbagai kriteria kualitas, masih banyak daerah di Indonesia yang akses energinya berada di tier rendah, yaitu tersambung atau ada listrik namun periode ketersediaan dan kualitas listriknya minim. Studi IESR di dua provinsi9 menunjukkan hal serupa, rumah tangga yang menjadi sasaran distribusi Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) otomatis masuk dalam tier rendah mengingat listriknya hanya tersedia terbatas dan hanya untuk penerangan dan pengisian daya telepon genggam.

Pandemi ini bisa menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan evaluasi penyediaan akses energi dan mengintegrasikan “kemiskinan energi” dalam penentuan kelompok rumah tangga miskin, sehingga jaring pengaman energi dapat dirancang secara efektif dan tepat sasaran. Desain dan skemanya juga perlu memasukkan standar kualitas akses energi, sehingga bentuk jaring pengaman energi yang dikeluarkan di masa darurat mampu menjawab kebutuhan aktivitas produktif masyarakat dan tidak sekadar memberikan penerangan atau sambungan listrik sementara. Contoh sederhananya, jika aspek standar konsumsi listrik dimasukkan, maka pemberian keringanan tarif listrik untuk masyarakat miskin dan rentan bisa didasarkan pada konsumsi tersebut sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan normal.

9 http://iesr.or.id/pustaka/beyond-connections-meningkatkan-kualitas-akses-energi-di-indonesia/

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran AgamaPojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Page 24: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

24 | EnergiKita

Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Penulis:Hapsari Damayanti

Sudah banyak momen-momen keagamaan di berbagai belahan bumi yang dilakukan khusus untuk mendukung pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, termasuk energi. Dalam konteks energi yang bersumber dari alam, berbagai agama memaknainya sebagai kebutuhan yang vital dan mendesak untuk kehidupan dan kesejahteraan umat; oleh karenanya, pandangan sosial-spiritual diperlukan untuk turut mengatasi persoalan yang muncul dalam rangka pemenuhan energi.

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 25: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Reportase Covid-19

Energi dalam Peradaban Manusia | 25

eberapa saat lalu, tepatnya pada 18 Juni 2020, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia,

Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik “Laudato Si” (petunjuk praktik terbaik atau manual best practices untuk para pemimpin dan pekerja gereja), soal seruan agar para umat Katolik dan sektor swasta secepatnya menghentikan produksi bahan bakar fosil dan segala aktivitas yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Dalam Laudato Si, Paus Fransiskus menegaskan “Membangun sistem energi yang aman, dapat diakses,

energi terbarukan dapat menjawab kebutuhan kelompok masyarakat termiskin dan di waktu bersamaan mengurangi efek pemanasan global”. Karena permasalahan ini disebabkan dan dirasakan dampaknya oleh seluruh manusia, Paus Fransiskus mengimbau negara-negara maju untuk dapat memberikan andil

implementasi ini tidak ditanggung lebih berat oleh negara-negara miskin. Sebulan sebelum seruan ini, 40 organisasi keagamaan dari 14 negara menyatakan tidak lagi mendukung perusahaan energi fosil. Menurut media daring Katolik, Crux, ini merupakan pernyataan bersama terbesar yang pernah dilakukan organisasi keagamaan10.

Vatikan sesungguhnya sudah memulai rangkaian perjuangan melawan energi fosil ini semenjak tahun 2005. Pada Mei 2005, Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato Si yang berisi seruan untuk umatnya merawat bumi sebagai

B rumah kita bersama. Menurut Paus Fransiskus, ketidakadilan, konsumerisme, dan hedonisme yang diantaranya ditunjukan dengan mengeksploitasi sumber daya alam tanpa mempertimbangkan sumber daya untuk masa depan, akan menyebabkan kehancuran lingkungan dan kemiskinan global.

Tidak hanya umat Katolik, di tahun yang sama, para pemimpin dan pakar Islam dari 20 negara berkumpul untuk mengajak umat Muslim di seluruh dunia untuk meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil dan beralih menuju energi terbarukan pada 2050. Para pemuka agama Islam ini menekankan bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi keseimbangan bumi dan mengancam kehidupan manusia11.

isu lingkungan ini pun pernah ditunjukkan dalam bentuk persatuan pemuka lintas agama untuk menyelamatkan lingkungan. Pada Juni 2017, pemuka agama Kristen, Katolik, Islam, Yahudi, Budha, Hindu, dan Tao dari berbagai negara (termasuk Indonesia) bersama masyarakat adat dari lima negara tropis berkumpul di Oslo, Norwegia untuk mengangkat masyarakat adat sebagai penjaga hutan dan mencetuskan gagasan untuk membentuk organisasi lintas agama sebagai aksi nyata upaya penyelamatan hutan dan ekosistem. Organisasi ini kemudian dinamai Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis (Interfaith Rainforest Initiative). Sudah banyak momen-momen keagamaan di berbagai belahan bumi yang dilakukan khusus untuk mendukung pemanfaatan sumber

10 https://edition.cnn.com/2020/06/19/business/vatican-fossil-fuel-ban/index.html11 https://www.republika.id/posts/5363/pemuka-agama-perubahan-iklim-dan-tantangan-lingkungan

Pojok Kebijakan: Permen PUPR tentang FPV

Page 26: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

26 | EnergiKita

daya alam yang berkelanjutan, termasuk energi. Dalam konteks energi yang bersumber dari alam, berbagai agama memaknainya sebagai kebutuhan yang vital dan mendesak untuk kehidupan dan kesejahteraan umat; oleh karenanya, pandangan sosial-spiritual diperlukan untuk turut mengatasi persoalan yang muncul dalam rangka pemenuhan energi. Terlebih saat ini, permasalahan kian kompleks dengan pertambahan penduduk, penggunaan energi fosil yang eksploitatif meskipun cadangan telah menipis dan penurunan kualitas lingkungan hidup.

Indonesia dengan potensi sumber daya alamnya yang melimpah, baik berupa kekayaan tambang, hutan, dan laut, tentunya perlu merespon isu lingkungan ini. Dalam konteks agama, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia pada Mei 2011 melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan pertambangan destruktif. MUI menegaskan bahwa segala bentuk pertambangan yang

menyebabkan polusi lingkungan, merusak ekosistem, merusak kesehatan, dan memiskinkan penduduk sekitar haram hukumnya dalam ajaran Islam.

Pada tahun 2017, Konsorsium Energi Mandiri Lestari (Kemala) yang diinisiasi oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-PBNU) bersama Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada (PUSTEK UGM), Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE UGM), dan Center for Civic Engagement and Studies (CCES) meluncurkan buku Fikih Energi Terbarukan: Pandangan dan Respon Islam atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Buku ini mencoba memberikan perspektif Islam terhadap konsep dan praktik suatu teknologi yang berkembang di masyarakat, baik dari sisi kemaslahatan (kebaikan) atau kemafsadatan (keburukan) untuk kehidupan masyarakat baik saat digunakan, maupun dampaknya dalam jangka panjang.

dalam Islam

Fikih dalam Islam adalah ilmu tentang hukum-hukum agama yang bersifat praktis yang digali menggunakan nalar dari dalil-dalilnya secara terperinci (misalnya dari AlQuran atau Hadist). Hasil penalaran ini dapat berupa hukum-hukum praktis seperti wajib dan haram, ataupun pandangan etis dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar terwujud kehidupan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih maslahat12.

12 Fikih Energi Terbarukan: Pandangan dan Respon Islam atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya, 2018

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 27: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 27

Prinsip Tuhan semesta alam dari kata Rabbul Alamin. Dalam ajaran Islam, Allah SWT bukan hanya Tuhan untuk manusia, namun untuk seluruh alam. Sehingga manusia sebagai khalifah yang mengaimini perintah Allah wajib untuk menjaga harta Tuhannya, yaitu alam semesta.

1 2

Dalam kaitannya dengan isu lingkungan, buku Fikih Energi Terbarukan mengajak pembacanya untuk melihat dari sudut pandang:

Prinsip rahmat untuk semesta alam dari kata Rahmatan lil`alamin. Manusia diberikan amanat oleh Tuhan untuk mengasihi segala jenis makhluk hidup yang ada di dunia. Sehingga bila prinsip ini ditanamkan oleh manusia, sejatinya perusakan alam tidak akan dilakukan.

Dua orientasi Islam dalam mendorong pelestarian alam tersebut

manusia untuk dapat menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam (tumbuhan dan hewan) sebagai sesama makhluk Tuhan:

Ta’abbudy

Tindakan melestarikan alam adalah bagian dari kepatuhan Tuhan. Perintah Tuhan yang tertuang dalam Al-Quran maupun Hadist jelas mewajibkan umatnya untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam; sehingga dalam kitab-kitab Fikih, perusakan alam masuk dalam bab jinayat (pidana): setiap orang yang merusak alam dikenakan sanksi atau hukuman (jarimah).

Ta’aqqulyPemeliharaan alam merupakan perintah yang tegas untuk mewujudkan kemaslahatan semesta karena kerusakan alam akan menimbulkan bencana bagi semua makhluk hidup di dunia.

Takhalluqy Integritas dan moralitas seseorang tercermin dari perbuatannya, termasuk sikapnya terhadap alam semesta.

yang paling dominan digunakan secara global, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berkontribusi besar pada kerusakan iklim; dengan kata lain, energi fosil menimbulkan banyak dampak buruk pada alam semesta. Dengan demikian, Islam memandang energi fosil memiliki tingkat kemafsadatan yang lebih tinggi dibanding dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan; sehingga, dalam pandangan Islam penggunaan energi terbarukan harus lebih diutamakan.

Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Reportase Covid-19Pojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Page 28: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

28 | EnergiKita

Apabila terdapat dua kemafsadatan, maka kemafsadatan yang lebih ringan harus didahulukan.Menolak kerusakan

lebih diutamakan daripada memperoleh kemaslahatan. Sebab, dalam menolak kerusakan itu terkandung kemaslahatan.

Kaidah yang mendasari kesimpulan bahwa energi terbarukan harus lebih

diutamakan

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan :Disrupsi Pandemi

Page 29: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 29

Meskipun demikian, NU pun memahami beberapa kekurangan PLTS seperti biaya investasi yang

yang masih lebih rendah dibanding energi fosil.

Pendekatan agama yang dikeluarkan oleh tokoh atau lembaga keagamaan diharapkan dapat memacu pemerintah dalam menetapkan kebijakan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Selain itu, pendekatan ini juga harapannya mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan yang lebih masif.

Nahdlatul Ulama (NU) melalui buku Fikih Energi Terbarukan menyatakan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) sebagai pilihan teknologi energi terbarukan yang paling tepat untuk dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut didasari pertimbangan dampak negatif PLTS terhadap lingkungan yang rendah, keterjangkauan dan ketersediaan sinar matahari yang melimpah di manapun dan untuk siapapun di Indonesia, serta sinar matahari yang merupakan hak semua orang.

Fikih Islam menekankan pemilihan sumber energi berdasarkan tingkat bahayanya. Mempertimbangkan kemaslahatan dan kemafsadatan yang ditimbulkan, serta berdasar pada pengetahuan yang dimiliki manusia saat ini, energi terbarukan adalah pilihan terbaik menurut pandangan Islam.

Energi Terbarukan dalam Berbagai Ajaran Agama

Reportase Covid-19Pojok Kebijakan:

Permen PUPR tentang FPV

Page 30: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

30 | EnergiKita

Dari Meja Redaksi Sejarah Energidalam Peradaban Manusia

Energi dan : Disrupsi Pandemi

Pojok Kebijakan: Peraturan Menteri PUPR No. 6/2020

Penulis:Daniel Kurniawan

alam Pojok Kebijakan kali ini, kami ingin mengajak para pembaca untuk mengupas lebih dalam peraturan baru yang cukup hangat dibicarakan

di dunia energi terbarukan, yakni peraturan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS Terapung). Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri PUPR No. 6/2020, yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat M. Basuki Hadimuljono pada 17 Februari 2020 lalu.

D

Page 31: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 31

Pojok Kebijakan: Peraturan Menteri PUPR No. 6/2020

Reportase Covid-19Energi Terbarukan dalam Berbagai

Ajaran Agama

Peraturan ini merupakan perubahan atas Permen PUPR No.27/PRT/M/2015 tentang bendungan. Permen baru ini secara khusus menyatakan bahwa peraturan sebelumnya diubah demi mendukung pengembangan pembangkit listrik tenaga surya. Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk kini diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata, olahraga, budidaya perikanan, dan PLTS Terapung. Tentunya pemanfaatan daerah genangan waduk ini harus dilakukan dengan memperhatikan keamanan bendungan, fungsi waduk, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah, serta daya rusak air (misalnya banjir, erosi, kekeringan), seperti tertuang dalam pasal 105 ayat 5.

Secara khusus, luas permukaan daerah genangan waduk yang dapat

dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga surya terapung ditetapkan maksimum hanya 5% (lima persen) dari luas permukaan genangan waduk pada muka air normal. Sebagai contoh, jika luas permukaan genangan waduk pada muka air normal adalah 100 hektar (1000 m x 1000 m), maka luas permukaan yang diperbolehkan untuk membangun PLTS Terapung adalah 5 hektar saja. Sebagai aturan praktis (rule of thumb), dibutuhkan lebih kurang 1 hektar untuk membangun PLTS Terapung dengan kapasitas 1 megawatt-peak (MWp) (dengan asumsi modul berkapasitas 350 Wp). Area genangan air 5 hektar tersebut dapat dipasang 5 MWp PLTS Terapung, namun tentunya angka ini juga tergantung pada struktur pengapung ( ) yang digunakan.

Untuk mempermudah Anda membayangkan besar 1 hektar, Anda dapat membayangkan besarnya lapangan sepak bola. Umumnya lapangan sepak bola berukuran 105 m x 65 m

Jika lapangan ini memiliki panjang dan lebar yang sama, yaitu 100 m x 100 m, maka area ini luasnya 1 hektar. Jadi, berikutnya Anda melihat lapangan sepak bola, Anda dapat segera ingat seberapa besar PLTS 1 MWp.

105 m

65

m

100 m

100

m

Page 32: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Pemanfaatan genangan waduk ini juga mewajibkan pengaturan tata letak PLTS Terapung agar tidak mengganggu fungsi dari bendungan serta memperhatikan jalur pengukuran batimetri (kedalaman di bawah air) waduk. Selanjutnya, pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk dilakukan berdasarkan izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari unit pelaksana teknis yang membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.

Di awal tahun ini, PLTS Terapung pertama dan terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara telah siap untuk dikembangkan setelah ditandatanganinya perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement) antara konsorsium PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) dan pengembang energi

terbarukan asal Abu Dhabi, Masdar, dengan PT PLN13. PLTS Terapung yang dimaksud akan dibangun di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, dengan kapasitas sebesar 145 MWp. Pmbangkit tersebut akan menggunakan 240 hektar luas waduk dengan target konstruksi selama 16 bulan, dengan harga jual tenaga listrik sebesar 5,8 sen dolar AS/kWh.

Selain itu, di awal tahun ini pemerintah juga mengeluarkan peraturan lain, yakni Peraturan Pemerintah No. 6/2020 tentang bangunan dan instalasi di laut, yang di antaranya mengatur jenis bangunan dan instalasi PLTS Terapung, pembangkit listrik tenaga gelombang laut, bayu, dan lainnya. Dengan adanya regulasi-regulasi ini, PLTS Terapung di Indonesia berpotensi untuk menarik investasi pengembang, salah satunya karena pengembangan PLTS di darat kerap terkendala isu lahan.

32 | EnergiKita

13 http://ebtke.esdm.go.id/post/2020/01/23/2463/plts.terapung.terbesar.di.asia.tenggara.siap.dikembangkan

Pojok Kebijakan: Peraturan Menteri PUPR No. 6/2020

Page 33: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan

Energi dalam Peradaban Manusia | 33

Pada awal tahun 2016, Hivos dengan Pemerintah Belanda meluncurkan Strategic Partnership untuk Energi Bersih dan Inklusif untuk turut serta berperan mengatasi tantangan tersebut. Strategic Partnership ini memiliki fokus pada lobi dan advokasi yang diharapkan dapat mempengaruhi debat secara politik dan publik mengenai isu energi, dengan tujuan akhir mendorong transisi menuju sistem energi yang lebih bersih dan lebih inklusif.

Untuk mendukung pencapaian target pemenuhan energi dan pengembangan energi bersih dan inklusif, dorongan dari pihak eksternal terutama organisasi masyarakat sipil (civil society organizations/CSO) baik yang bergerak di bidang energi maupun non energi, pihak swasta, dan kelompok pengguna energi terbilang penting. Dorongan publik adalah komponen penting untuk memenuhi kebutuhan energi bersih dan inklusif karena sektor energi cenderung memiliki nuansa politik yang kental dan menarik banyak kelompok kepentingan. Tanpa adanya

pelibatan CSO dan publik dalam merumuskan kebijakan, target, dan prioritas pengembangan di sektor energi; juga melakukan pemantauan perkembangan dan kualitas regulasi yang ada, perencanaan di sektor energi serta penerapannya akan sulit untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik. Strategic Partnership ini dibangun dengan berlandaskan kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil dan penguatan kapasitas organisasi-organisasi tersebut untuk melakukan advokasi isu energi bersih dan inklusif secara efektif. Program ini mengedepankan kolaborasi dan akan berperan aktif mempengaruhi kebijakan di tingkat nasional, regional, dan internasional.

Di Indonesia, Hivos bermitra dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) yang mewakili CSO dengan fokus energi, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang mewakili kelompok konsumen, dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang mewakili kelompok perempuan.

Lebih dari satu milyar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses yang dapat diandalkan pada energi yang bersih dan

terjangkau.

Tentang StrategicPartnership Green

and Inclusive Energy

Page 34: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan
Page 35: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan
Page 36: Dari Meja Redaksi · Dari Meja Redaksi Pembaca EnergiKita, Semoga selalu sehat dan bersemangat di mana pun berada. Dalam tengah tahun pertama 2020 ini, kita semua berhadapan dengan