DARI KONFLIK DESA KE LAYAR KACA: ANALISIS WACANA … Awal.pdf · Desa ke Layar Kaca: Analisis...
Transcript of DARI KONFLIK DESA KE LAYAR KACA: ANALISIS WACANA … Awal.pdf · Desa ke Layar Kaca: Analisis...
i
DISERTASI
DARI KONFLIK DESA KE LAYAR KACA: ANALISISWACANA LIPUTAN BALI TV DALAM KASUSKEMONING-BUDAGA, KLUNGKUNG, BALI
I KOMANG ARBA WIRAWAN
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2015
ii
DISERTASI
DARI KONFLIK DESA KE LAYAR KACA: ANALISISWACANA LIPUTAN BALI TV DALAM KASUSKEMONING-BUDAGA, KLUNGKUNG, BALI
I KOMANG ARBA WIRAWANNIM 1190371016
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2015
iii
DARI KONFLIK DESA KE LAYAR KACA: ANALISISWACANA LIPUTAN BALI TV DALAM KASUSKEMONING-BUDAGA, KLUNGKUNG, BALI
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktorpada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KOMANG ARBA WIRAWANNIM 1190371016
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2015
iv
LEMBAR PENGESAHAN
DISERTASI INI TELAH DISETUJUITANGGAL …..Juli 2015
Promotor,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt.NIP 19611205 198603 1 004
Kopromotor I, Kopromotor II,
Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S. Kar.,M.Hum.NIP 19520218 198003 1 002 NIP 19661201 199103 1 003
Mengetahui,
Ketua DirekturProgram Studi Doktor (S3) Program PascasarjanaKajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana,Universitas Udayana,
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K).NIP 19480720 197803 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
v
Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian TertutupPada Tanggal 11 Juni 2015
Panitia Penguji Proposal Disertasi Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana Nomor: 1660/UN.14.4/HK/2015
Tanggal, 8 Juni 2015
Ketua: Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
Anggota:
1. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.
2. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Kar.,M.Hum.
3. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.
4. Prof. Dr. Aron Meko Mbete.
5. Prof. Dr. A.A.N. Anom Kumbara, M.A.
6. Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A.
7. Dr. Putu Sukardja, M.Si.
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : I Komang Arba Wirawan
NIM : 1190171016
Program Studi : Program Doktor Kajian Budaya Pascasarjana
Universitas Udayana
Judul Disertasi : ”Dari Konflik Desa ke Layar Kaca: Analisis
Wacana Liputan Bali TV dalam Kasus Kemoning-
Budaga, Klungkung, Bali”
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 1 November 2014
Yang membuat pernyataan,
I Komang Arba Wirawan
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida
Hyang Widhi Wasa atas asung kertha wara nugraha-Nya dan berkat rahmat-
Nyalah, penulis berhasil menyusun penelitian disertasi berjudul ”Dari Konflik
Desa ke Layar Kaca: Analisis Wacana Liputan Bali TV dalam Kasus Kemoning-
Budaga, Klungkung, Bali”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk
mencapai derajat S-3 pada Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Disertasi ini rasanya sulit diselesaikan tanpa bantuan beberapa pihak.
Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Secara khusus, rasa hormat dan terima kasih setingi-tingginya, penulis sampaikan
kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt selaku promotor, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dukungan, semangat, dan saran yang detail bagi
penulisan disertasi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
yang terhormat Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. selaku kopromotor I, yang
dengan sabar membaca, memberikan saran dan komentar secara sistematik dalam
penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
yang terhormat Dr. I Gede Arya Sugiartha, S. Kar., M.Hum. selaku kopromotor II
berkat waktu dan pikiran sepenuhnya untuk memberikan koreksi secara terinci
dalam penyusunan disertasi ini. Semoga budi baik beliau mendapat imbalan pahala
dan selalu dianugerahi kesehatan serta kekuatan lahir dan batin oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.(KEND), dan Prof. Dr.
dr. I Made Bakta, Sp.P.D. (KHOM) (2003—2013) atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan doktor di Universitas
Udayana. Rasa hormat dan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.
(K), Asdir I Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Asdir II Prof. Made Sudiana
Mahendra, Ph.D., Ketua Program Studi Doktor (S3) Kajian Budaya Universitas
viii
Udayana, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Sekretaris Dr. I Putu Sukarja.,
M.Si, dan pembimbing akademik Prof. Dr. Aron Meko Mbete, serta semua dosen
pengampu mata kuliah di S-3 Kajian Budaya Universitas Udayana. Berkat
beliaulah ilmu kajian budaya posmodern dapat penulis pahami.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada para
penguji yang terdiri atas promotor dan kopromotor, Prof. Dr. A.A. Bagus
Wirawan, S.U., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A.,
dan Dr. Putu Sukardja, M.Si. atas masukan dan saran kritis untuk penyempurnaan
disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pegawai
S-3 Kajian Budaya Unud, Putu Sukaryawan, S.T., Ketut Budiastra, Nyoman
Candra, Putu Hendrawan, Dra. Ni Luh Witari, Cok. Istri Murniati, Ni Wayan
Arniati,S.E., dan A.A.A. Indrawati atas segala bantuan administrasi akademik,
informasi, dan layanan perpustakaan yang prima kepada saya selama menempuh
studi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional,
Djoko Santoso, atas program beasiswa BPPS tahun anggaran 2011. Ucapan yang
sama juga ditujukan kepada Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar atas izin
dan surat tugas yang diberikan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
doktor (S3), Dr. I Gede Arya Sugiartha, S. Kar.,M.Hum. dan Rektor Institut Seni
Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A. (2003—2010) yang
penuh semangat dan inspirasi mendorong penulis melanjutkan studi S-3.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada para
pimpinan di ISI Denpasar yang telah memotivasi penulis sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan ini sesuai dengan rencana strategis institusi. Mereka
adalah PR I Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes., PR II Drs. A.A. Semarasara,
M.Hum., Drs. I Wayan Gulendra., M.Sn, PR IV Mangku Garwa, M.Sn., Dekan
Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni Made Rinu, M.Si.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada
kolega tim kerja di Prodi Film dan Televisi dan Prodi Fotografi, yang selalu
mendukung, membantu, dan memotivasi sehingga disertasi ini dapat diselesaikan,
ix
yaitu: Ketua Program Studi Fotografi I Made Saryana, S.Sn., M.Sn., Sekretaris
Prodi Fotografi Anis Raharjo, S.Sn., M.Sn, Sekretaris Prodi Film dan Televisi Ni
Kadek Dwiyani, S.S.,M.Hum., Ketua Lab. Film dan Televisi I Kadek Puriartha,
S.Sn., M.Sn, Drs. I Ketut Buda, M.Si., Dr. Dewa Made Darmawan, M.Si.,
Nyoman Lia Susanti, S.S, M.A., sekretariat rektor; Cempaka, S.S., Anita,
Nyoman Sangra, S.Sos, Ketua Lab. Fotografi; Amoga Lelo Octaviano, S.Sos,
M.Sn., Drs. Gede Alit Widusaka, Putu Agus Bratayadnya, S.S., M.Hum., Cok Istri
Puspawati Nindia, M.Sn., Ida Bagus Candrayana, S.Sn, M.Sn., dan I Made Bayu
Pramana, S.Sn.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
kepada a.n. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali, Kabid
Kewaspadaan Dini, Drs. I Nyoman Subrata, M.M, atas rekomendasi penelitian.
Dewi Tika Direktur Program dan Liputan Bali TV (2002-2014), Ratna Hidayati
Pemred Tokoh (2003-2014), Ngurah Arjawa, I Wayan Wija Radar Bali, I Wayan
Sumatika Bali Post, Pos Bali, Bali Tribun, Warta Bali, I Gst. Putu Artha, I Made
Suantina, Astra Prayoga, Komang Sutrisna, S.H., A.A.Anom Manik Agung, S.Sn.,
dr. Andi Sucirta Perhimpunan Fotografer Bali, TVRI Bali, Dewata TV, Alam TV ,
Dr. Netra dan A.A.A. Ngurah Mayun KT, M.Si.
Terima kasih kepada sumber inspirasiku yaitu mahasiswa Progran Studi
Film dan Televisi, Program Studi Fotografi, Senat Mahasiswa ISI Denpasar, HMJ
se-ISI Denpasar, Pak Teguh, Bernice Helina, B.A.,M.A., Syamsul Hadi, Prof.
Paul Trinidad, Linda Chouk, Caroline, Ibu Gina, Pak Bob, selaku sahabat dalam
diskusi.
Semua sahabat S-3 Program Doktor Kajian Budaya, angkatan 2011 yang
selalu semangat dalam diskusi dan memberikan masukan penulis, yaitu A.A. Rai
Sita Laksmi, Cok Istri Ratna Cora S., Ida Ayu Mahyuni, I Ketut Wenten Aryawan,
Linggua Sanjaya Usop, I Gst Ngurah Seramesara, Salman Alfarisi, Mustain, I
Nyoman Wiratmaja, I Wayan Kondra, Ketut Muka Pendet, Refly, I Nyoman
Sudipa, Michiko Okada, Ervantia Restulita, Abdul Alim, Grace Langi, I Wayan
Kandia, Ketut Kodi, La Batia, Maria Rahayu, I Wayan Mudana, Mustaman, A.A.
Raka, I Made Suantina, Linda Suryana, I Gede Suardana, I Made Suastana, I Ketut
x
Supir, Syahrun, I Nyoman Wardi, dan I Wayan Munggah, terima kasih atas
persahabatan yang selalu kompak selama mengikuti perkuliahan, penulis ucapkan
terma kasih atas diskusi dan motivasinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan hormat kepada
kedua orang tua, atas pengertian dan doannya sehingga penulis diberikan
kesehatan dan kesabaran dalam menyelesaikan penelitian ini, yaitu ayahanda Guru
Kade Jana, ibunda Ni Luh Tamu, serta mertua Drs. Made Arka, Ibu Tirtayasa
Arka, atas motivasi setiap waktu dan dukungan dananya. Ucapan terima kasih
kepada istri Dr. Luh Gede Sri Artini, dan ananda Gede Satya Dananjaya (deta),
Made Indira Mahadewi (dein), atas kesabarannya, waktu yang berkurang, serta
motivasi lahir dan batin.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara-saudara atas
motivasi dan doanya kakanda Luh Sumindri, Mbok Mang Sumiani, Mbok
Mangku, Mbok Dalem, Mbok Jero, Ketut Suarni, Anom Waisnawa, Kadek Nopi,
Ayu Suarmiani, semoga dapat sebagai motivasi dan inspirasi keponakan-
keponakan penulis menempuh pendidikan yang lebih tinggi, di antaranya Dewi,
Arief, Dian, Ririn, Ryan, Deva, Yorda, Cun, Ana, Dayu Tu, Dayu Kade, Dayu
Mang, Dayu Tut, Kania, Karina, Komang, Aditya, Rani, Koming, Gung Gek. Ipar-
ipar yang selalu mendukung Pak De Sulendra, Pak Bagus, Bli Garem, Kardu, Luh
Dewi, Guru Kadek Awan, Guru Mangku (almarhum), yang penuh semangat
memotivasi penulis untuk lebih maju, Mbok Mang, Bli Subur, Bli Denok, Guru
Yasa Buleleng, Me Mangku, Mbok Ayu, Suar, Ngurah, Made, Sugi, We Berata Ni
Gek (almarhum), Pak Man, Pak Tut, Pak Pe, Yuh dan Pakde Dipa, Mamink,
Pande, Yoce, Tini, Radit, Agni, Andra, Kenzi, Gede-Made, Bli Ta, Mbok Mang,
Bli Man Dwipayana, Buk Kinanti, Bli Yande, Mbok Tu Anik, Laca, Uki, Titan,
keluarga Wangaya We Berata yang selalu membantu penulis bila ada
permasalahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi ini
dengan diiringi permohonan maaf sebesar-besarnya karena tidak dapat disebutkan
satu per satu dalam ucapan terima kasih ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
xi
senantiasa memberikan limpahan anugerah kepada kita semua.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya
bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penelitian yang
lebih cermat dan mendalam oleh pihak lain diharapkan dapat mengisi kekurangan
tersebut. Lepas dari segala kekurangan itu, penulis berharap semoga disertasi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kajian budaya, khususnya kajian media
massa.
Denpasar, Juni 2015
Penulis
xii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wacana liputan Bali TV kasusKemoning-Budaga, Klungkung, Bali, sebuah konflik yang meletus 17 September2011 yang menimbulkan wacana pembubaran desa pakraman. Liputan kasus inimemojokkan Gubernur Made Mangku Pastika, dikabarkan seolah-olah diamengatakan hendak membubarkan desa pakraman di Bali. Sementara Bali TV danBali Post yang berada dalam naungan Kelompok Media Bali Post (KMB) terusmengeksploitasi wacana pembubaran desa pakraman secara subjektif, GubernurMade Mangku Pastika tidak bisa menerima sehingga melakukan somasi bahkanmenuntut Bali Post secara perdata di Pengadilan Negeri Denpasar. Hubunganantara Gubernur Made Mangku Pastika dan KMB yang pada awalnya baikkemudian menjadi konflik yang serius. Wacana pemberitaan Bali TV yang ikutmemperuncing konflik ini menarik diteliti untuk mengetahui agenda subjektif dibalik politik penayangan berita dan wacana tanding yang menanggapinya. Datautama penelitian ini berupa wacana pemberitaan Bali TV mengenai kasusKemoning-Budaga yang berupa dokumentasi dari materi yang pernah ditayangkan.Teori yang dipergunakan adalah teori wacana, agenda setting, framing, dansemiotika. Keempat teori ini diaplikasikan secara eklektik untuk menganalisissecara kritis proses pembentukan wacana dan wacana tanding dalam kasusKemoning-Budaga. Hasil analisis menunjukkan bahwa wacana liputan kasusbentrok Kemoning-Budaga di Bali TV merupakan perpanjangan dari wacana mediacetak Bali Post yang dikelola dengan agenda setting yang jelas untuk kepentingansosial, politik, dan ideologi Ajeg Bali KMB. Pada saat yang sama Gubernur MadeMangku Pastika memanfaatkan lembaga kehumasan Pemprov Bali dan media diluar KMB seperti TVRI Bali dan Radar Bali untuk melancarkan wacana tanding.Wacana kasus Kemoning-Budaga menunjukkan contoh nyata bagaimana mediamassa mengabaikan objektitivitas untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan.
Kata kunci: wacana, agenda setting, framing, dan wacana tanding, desapakraman
xiii
ABSTRACT
This study aimed to analyze the discourse of Bali TV coverage ofKemoning-Budaga case, Klungkung, Bali, a conflict that erupted on 17 September2011 which led to the discourse of pakraman village dissolution. The coverage ofthis case discredited Governor Made Mangku Pastika, who was reported as if hewere thinking of dissolving pakraman villages in Bali. While Bali TV and BaliPost under the auspices of Bali Post Media Group (KMB) continued to exploit thediscourse of pakraman village dissolution subjectively, which Governor MadeMangku Pastika could not accept so that he made a notice even prosecuted the BaliPost civilly in the Denpasar District Court. The relationship between GovernorMade Mangku Pastika and KMB which was initially good then it turned out to be aserious conflict. Bali TV news discourse which had exacerbated the conflict was anintriguing study to determine subjective agenda behind the politics of the deliveryof news and the counter discourse. The main data of this study was Bali TV newsdiscourse about the Kemoning-Budaga case in the form of documentation ofmaterials that had ever been aired. There were four theories used: the theory ofdiscourse, agenda setting, framing, and semiotics. The four eclectic theories wereapplied eclectically to critically analyze the process of discourse formation andcounter discourse in the Kemoning-Budaga case. The results of the analysisshowed that the discourse coverage of Kemoning-Budaga clashing case in Bali TVwas an extension of the Bali Post printed media discourse that was managed by aclear setting agenda for the social, political, and ideological interest of the KMBAjeg Bali. At the same time Governor Made Mangku Pastika utilized the Baligovernment public relations agency and media outside of the KMB such as BaliTVRI and Radar Bali to launch a counter discourse against his rivals, Bali PostMedia Group. The discourse of Kemoning-Budaga case showed a concreteexample of how the mass media ignored objectivities for the interests of power.
Keywords: discourse, setting agenda, framing and counter discourse,pakraman villages
xiv
RINGKASAN
Dunia pers termasuk pertelevisian memasuki era baru pada era reformasi
yang bermula tahun 1998. Pertama, izin mendirikan televisi dipermudah. Kedua,
semua stasiun televisi bebas memproduksi berita. Kini televisi nasional dan lokal
menjadikan berita sebagai salah satu acara unggulan untuk meningkatkan rating
atau menonjolkan jati dirinya.
Pertengahan September 2011, Bali TV menyiarkan secara berturut-turut
berita bahwa Gubernur Bali Made Mangku Pastika akan membubarkan desa
pakraman. Berita itu dimuat luas oleh Bali Post dan Kelompok Media Bali Post
(KMB). Mangku Pastika menolak berita tersebut dan mengkritik Bali Post sebagai
kurang professional karena menyebarkan berita bohong. Dia bahkan menuntut
pihak Bali Post ke pengadilan perdata atas tuduhan menyebarkan berita bohong.
Tidak pernah ada kasus pemberitaan yang melibatkan dua kekuatan besar terjadi di
Bali oleh karena itu menarik diteliti dari segi wacana media massa.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut. Pertama, bagaimana proses pembentukan wacana pembubaran desa
pakraman dalam liputan Bali TV pascabentrok Kemoning-Budaga? Kedua, faktor-
faktor apa yang mendukung proses pembentukan wacana pembubaran desa
pakraman dalam liputan Bali TV pascabentrok Kemoning-Budaga? Ketiga
bagaimana wacana tanding Gubernur Bali Made Mangku Pastika terhadap berita
pembubaran desa pakraman?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wacana berita “pembubaran
desa pakraman” dalam liputan Bali TV pascabentrok Kemoning-Budaga,
xv
Klungkung, Bali. Berikut adalah alasan mengapa wacana pembubaran desa
pakraman menarik dan dipilih. Pertama, karena wacana pembubaran desa
pakraman dianggap oleh Bali Post mencederai Ajeg Bali, sebuah gerakan moral
yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Bali termasuk desa pakraman.
Kedua, karena wacana pembubaran desa pakraman dianggap oleh Mangku Pastika
berita yang tidak objektif dan kurang profesional. Tuntutan hukum Gubernur Bali
kepada Bali Post yang selama ini jarang terjadi menjadi menarik perhatian
khalayak. Karena Bali Post dan Bali TV berada dalam satu grup usaha media dan
karena pemirsa Bali TV jangkauannya luas ke desa-desa, maka menarik diteliti
bagaimana Bali TV membangun wacana pembubaran desa pakraman.
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya media.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis dengan metode
kualitatif dan paradigma kritis dalam kerangka analisis wacana. Cakupan penelitian
2011-2012, yaitu sejak konflik terjadi sampai dengan proses pembentukan wacana
dan wacana tanding wacana pembubaran desa pakraman Kemoning-Budaga,
Klungkung, Bali. Selain itu, juga pemberitaan-pemberitaan persidangan dan
wacana yang berkembang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
teori wacana, agenda setting, framing, dan semiotika yang bersifat eklektik. Data
utama penelitian ini berupa wacana pembubaran desa pakraman pemberitaan Bali
TV dalam kasus pascakonflik Kemoning-Budaga, Klungkung, Bali yang berupa
dokumentasi dari materi yang pernah ditayangkan. Sumber pendukung lainnya
adalah kliping berita cetak dan online.
Berdasarkan kajian kritis atas liputan Bali TV mengenai wacana
pembubaran desa pakraman pascabentrok Kemoning-Budaga maka dapat ditarik
xvi
tiga simpulan berikut. Pertama, proses pembentukan wacana pembubaran desa
pakraman terjadi karena framing, agenda setting Bali TV. Kedua, faktor-faktor
yang mendukung proses pembentukan wacana pembubaran desa pakraman, yaitu
faktor budaya media, ekonomi-politik, dan ideologi. Ketiga, wacana tanding
Gubernur Bali Mangku Pastika memanfaatkan lembaga kehumasan Pemprov Bali
dan media di luar KMB, seperti TVRI, Radar Bali, Bali Expres, dan Warta Bali.
Koran Bali Expres tidak satupun menyatakan pembubaran desa pakraman dan
Warta Bali memuat berita yang menyiratkan bahwa Gubernur adalah pihak yang
tidak pernah mengganggu kebebasan pers.
Proses produksi pembentukan wacana pembubaran desa pakraman terjadi
karena usaha Bali TV mendelegitimasi Gubernur Bali melalui framing, dan agenda
setting secara berkelanjutan wacana pembubaran desa pakraman. Direproduksinya
wacana pembubaran desa pakraman mengandung pertarungan antara ideologi
kekuasaan media dan kekuasaan penguasa saling bersaing memenangkan opini
publik. Opini publik menjadi terbelah ada yang mendukung Bali TV dan Gubernur
Bali.
Kekuasaan Bali TV memproduksi wacana pembubaran desa pakraman
dengan memilih narasumbernya yang mendukung ideologinya. Sebaliknya
kekuasaan Gubernur Bali untuk memenangka opini publik dengan mendatangkan
pakar komunikasi nasional seperti Tjipta Lesmana sebagai konter wacana yang di-
setting dalam acara seminar dan bedah buku yang juga diliput media local secara
luas.
Kedua, faktor-faktor yang mendukung proses pembentukan wacana
pembubaran desa pakraman yang membuat posisi Gubernur dipertanyakan secara
xvii
luas terjadi karena proses-prosesnya yang dipilih selektif, hasil wawancara (narasi)
dan gambar (visual) di-framing. Judul berita dengan teks yang superlative
(berlebih-lebihan) seperti “Cok Rat Mangku Pastika Jangan Emosi”, “Komitmen
Gubernur Jaga Bali Dipertanyakan”, “Berjiwa Ksatria, Gubernur Mestinya Minta
Maaf”, yang tidak mencerminkan peristiwa atau realitas yang tidak akurat.
Terjadi persaingan opini antara Gubernur dan Bali TV memperebutkan
simpati dan dukungan masyarakat Bali. Gubernur menyangkal tidak pernah
menyatakan wacana pembubaran desa pakraman. Bali Post menyatakan sebaliknya
dengan menampilkan sumber Tjok Gede Agung. Itu berarti bahwa terjadi wacana
yang bersaing memperebutkan dukungan atas opini wacana pembubaran desa
pakraman yang berbeda, terbelah, dan saling bertolak belakang. Hal itu terjadi
karena tiap-tiap pihak memandang sebuah peristiwa dengan angle yang berbeda.
Ketiga, dalam menghadapi konstruksi wacana pembubaran desa pakraman
yang demikian kuat dan kritis dari Bali Post, Gubernur Made Mangku Pastika yang
merasa dipojokkan menempuh berbagai cara mulai dari menggunakan hak jawab,
menuntut Bali Post secara hukum, dan menciptakan wacana tanding untuk
meluruskan pemberitaan KMB yang dianggap tidak sesuai dengan fakta. Wacana
tanding ini dilakukan dengan memanfaatkan media di luar KMB, seperti TVRI
Bali, Radar Bali, Bali Expres, dan Warta Bali. Gubernur juga melakukan
pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat mengklarifikasi peristiwa dengan
melakukan pemutaran video rekaman sidang Paripurna di DPRD Bali dan saksi-
saksi yang mengetahui peristiwa bentrok Kemoning-Budaga.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan wacana pembubaran desa
pakraman liputan kasus pascabentrok Kemoning-Budaga, Klungkung di Bali TV
xviii
merupakan perpanjangan dari wacana media cetak Bali Post yang dikelola dengan
agenda setting yang jelas untuk kepentingan sosial, politik, dan ideologi Ajeg Bali
KMB.
Pertama, liputan berita yang tidak objektif dan yang tidak sesuai dengan
kode etik jurnalistik akan menyajikan misinformasi dan dapat meresahkan
masyarakat. Analisis atas apa yang terjadi seputar liputan wacana pascabentrok
Kemoning-Budaga Klungkung oleh Bali TV dan juga media massa KMB
menunjukkan kerja jurnalistik yang kurang professional dan tidak objektif karena
menggabungkan fakta dan opini. Wartawan Bali Post dan jurnalis Bali TV tidak
melakukan konfirmasi dengan sumber kunci Gubernur Made Mangku Pastika yang
dikutip pernyataannya. Praktik seperti ini disalahkan oleh Dewan Pers karena
sebagai sebuah kewajiban sebagaimana diatur pasal 3 Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Kedua, kerja pers yang tidak professional dapat menimbulkan serangan
balik kepada pers melalui wacana tanding dan bahkan bentuk tuntutan hukum.
Ketika merasa dipojokkan dengan pemberitaan yang tendensius tentang
pembubaran desa pakraman, Gubernur Bali Made Mangku Pastika berusaha
melakukan wacana tanding dengan menggunakan media massa di luar Bali Post,
Bali TV dan KMB. Selain itu, dia juga menuntut Bali Post ke pengadilan. Meski
dalam proses hukum ini Mangku Pastika tidak menang, tetapi langkah yang
diambil memberikan pelajaran kepada pers untuk selalu bekerja professional dan
kepada masyarakat bahwa pers tidak selalu memberitakan fakta secara objektif.
Saran pertama, saran untuk pengelola media agar bekerja secara profesional
yang sesuai dengan penerimaan publik yang dijadikan masyarakat konsumennya.
Apabila tidak sesuai dengan penerimaan publik, akan terjadi konflik antara media
xix
dan penguasa atau masyarakat. Konflik ini menjadi kontraproduktif bagi
perkembangan dan pembangunan media sebagai pilar demokrasi.
Kedua, saran untuk masyarakat dan tokoh masyarakat diharapkan lebih
kritis membaca isi berita. Di samping itu, juga memahami konstruksi realitas
terhadap wacana televisi. Hal itu penting karena praktik wacana yang dilakukan
tim redaksi sebuah program televisi juga merupakan kegiatan konstruksi peristiwa.
Konstruksi program berita cenderung dilakukan oleh televisi lokal dan nasional.
Tokoh-tokoh masyarakat yang diwawancarai menjadi narasumber diharapkan lebih
kritis (berdasarkan data dan fakta) dalam berkomentar dan mengerti persoalan yang
dibahas. Artinya berkomentar yang tidak mendukung kepentingan tertentu. Di
samping itu, diharapkan hati-hati mengeluarkan pendapat.
Ketiga, saran untuk pemerintah dalam menghadapi konflik dengan pers
agar arif dan bijaksana karena memiliki peran strategis menjadi pembina
masyarakat pers. Pembinaan tersebut berupa peningkatan kualitas SDM wartawan
atau jurnalis melalui program-program peningkatan kompetensi dalam
memproduksi berita. Peningkatan profesionalisme lembaga pers melalui
pendidikan atau pelatihan standar kompetensi wartawan yang difasilitasi
pemerintah.
Terakhir saran untuk peneliti agar ke depan bisa mengkaji kasus-kasus
pemberitaan yang tidak objektif dalam rangka memberikan pendidikan media yang
baik pada masyarakat. Penelitian ini hanya fokus pada kasus wacana pembubaran
desa pakraman yang menjadi pangkal konflik Bali Post, Bali TV dan KMB dengan
Gubernur Mangku Pastika, di luar kasus ini tentu banyak persoalan media yang
berlalu begitu saja tanpa disadari sebagai masalah.
xx
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR…………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………..………………………………. iii
PANITIA PENGUJI………………………………………………………... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………... v
UCAPAN TERIMA KASIH………………...……………………………… vi
ABSTRAK………………………………………………………………….. xi
ABSTRACT………………………………………………………………….. xii
RINGKASAN………………………………………………………………. xiii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xxii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xxiv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 21
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 21
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………….... 22
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………... 22
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….... 23
1.4.1 Manfaat Teoretis…………………………………………………...…. 23
1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………………………….. 24
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN………………………………………….. 25
2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………………... 25
2.2 Konsep………………………………………………………………….. 35
xxi
2.2.1 Analisis Wacana…………………………………..…………………... 35
2.2.2 Berita Televisi…….…………………………………………………... 37
2.2.3 Konflik Kemoning-Budaga..………………………...…….……….…. 39
2.2.4 Wacana Tanding……………………………………………………… 40
2.3 Landasan Teori…………………………………………………………. 42
2.3.1 Teori Wacana..………………………………………………………... 43
2.3.2 Teori Agenda Setting……..…………………………………………... 48
2.3.3 Teori Framing..…………….…………………………………………. 52
2.3.4 Teori Semiotika……………………………………………………….. 55
2.4 Model Penelitian………………………………………………………... 58
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 61
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………………………… 61
3.2 Lokasi Penelitian…….………………………………………………….. 61
3.3 Jenis dan Sumber Data………………………………………………….. 61
3.4 Instrumen Penelitian……………………………………………………. 62
3.5 Teknik Pengumpulan Data….. …………………………………………. 62
3.6 Analisis Data………..…………………………………………………... 66
3.7 Penyajian Hasil Analisis Data ………………………………………….. 67
BAB IV PERS DI BALI DAN KRONOLOGI KONFLIK BALI POST VS
GUBERNUR MADE MANGKU PASTIKA…………………….. 69
4.1 Pers di Bali Dewasa ini …..…………………………………………….. 69
4.2 Media Utama KMB Bali Post dan Bali TV …………………………….. 74
4.3 Konflik Bali Post dengan Gubernur Made Mangku Pastika..................... 84
BAB V PROSES PEMBENTUKAN WACANA PEMBUBARAN DESA
PAKRAMAN DALAM LIPUTAN BALI TV……………………... 105
5.1 Proses Produksi Wacana Pembubaran Desa Pakraman…..……………. 107
5.2 Proses Reproduksi Wacana Pembubaran Desa Pakraman…..…………. 133
5.3 Proses Distribusi Wacana Pembubaran Desa Pakraman… ..……….….. 140
xxii
5.4 Proses Konsumsi Wacana Pembubaran Desa Pakraman... ..…………... 151
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PROSES
PEMBENTUKAN WACANA PEMBUBARAN DESA
PAKRAMAN DALAM LIPUTAN BALI TV...……………….... 161
6.1 Faktor Budaya Media Wacana Pembubaran Desa Pakraman...…...…… 162
6.2 Faktor Politik Wacana Pembubaran Desa Pakraman....……................... 171
6.3 Faktor Ideologi Wacana Pembubaran Desa Pakraman......…………….. 180
BAB VII WACANA TANDING TERHADAP BERITA PEMBUBARAN
DESA PAKRAMAN..…………………………………………… 187
7.1 Konter atas Berita Bali Post dan Bali TV……….……………………..... 187
7.2 Kapitalisme Media Wacana Pembubaran Desa Pakraman……………... 204
7.3 Disinformasi dalam Wacana Pembubaran Desa Pakraman............…...... 208
7.4 Konflik Kepentingan dalam Wacana Pembubaran Desa Pakraman........ 212
BAB VIII PENUTUP………………...…………...……………………..….. 219
8.1 Simpulan …...………………………….……………………………….. 219
8.2 Temuan Penelitian …………….………………………………………... 221
8.3 Saran……………………………………………………………………. 222
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 224
LAMPIRAN-LAMPIRAN......……………………………………………… 231
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perolehan Data Berita Pembubaran Desa Pakraman....................... 64
Tabel 5.1 Klungkung Berdarah, 1 Tewas.………………................................... 116
Tabel 5.2 Gubernur Kunjungi Korban Bentrok Klungkung. ….…………….. 121
Tabel 5.3 Sikapi Dengan Arif, Statemen Gubernur.………………………..... 124
Tabel 5.4 Bubarkan Desa Pakraman Gubernur Minta Maaf.……................... 135
Tabel 5.5 Reproduksi Bali Post-Bali TV…………………………………….. 139
Tabel 5.6 Reproduksi Pertarungan Wacana…………………………………. 140
Tabel 5.7 Pengembangan Berita Pembubaran Desa Pakraman……………... 142
Tabel 5.8 Cok Rat Mangku Pastika Jangan Emosi.………………………...... 145
Tabel 5.9 Komitmen Gubernur Jaga Bali Dipertanyakan.…........................... 156
Tabel 6.1 Mediasi Gugatan Gubernur Bali kepada Bali Post........................... 166
Tabel 6.2 Berjiwa Ksatria, Gubernur Mestinya Minta Maaf pada DesaPakraman.……………………………………………………….... 183
Tabel 6.3 Tanpa Desa Pakraman, Bali Hancur.……………………………... 181
Tabel 7.1 Klarifikasi Gubernur Bali Terkait dengan Pembubaran DesaPakraman......................................................................................... 190
Tabel 7.2 Klarifikasi Gubernur Bali mengenai Black Campaign.……............ 196
Tabel 7.3 Pernyataan Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A.……............................. 202
Tabel 7.4 Jawaban Gubernur Picu Polemik Baru……………………………. 207
Tabel 7.5 Disinformasi Wacana Pembubaran Desa Pakraman……………….. 209
Tabel 7.6 Disinformasi Wacana Bali Post-Non Bali Post…………………… 213
Tabel 7.7 Wacana Bali Post dan Wacana Mangku Pastika oleh Rai Anom… 218
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Tempat pemajangan patung Made Mangku Pastika……............. 87
Gambar 4.2 Berita Bali Post 19/11/11 Gubernur: Bubarkan DesaPakraman……………………………………………………...... 91
Gambar 5.1 Klungkung Berdarah, 1 Tewas.………………………………......... 113
Gambar 5.2 Gubernur Kunjungi Korban Bentrok Klungkung......................... 121
Gambar 5.3 Sikapi dengan Arif, Statemen Gubernur..…………………..…... 123
Gambar 5.4 Gunawan Sesalkan Pernyataan Gubernur………………………. 127
Gambar 5.5 Warta Bali dengan Angle Pascabentrok Kemoning-Budagayang Berbeda Dengan Bali Post………………………………......... 128
Gambar 5.6 Bubarkan Desa Pakraman Gubernur Minta Maaf........................ 134
Gambar 5.7 Cok Rat Mangku Pastika Jangan Emosi.….................................. 145
Gambar 5.8 Komitmen Gubernur Jaga Bali Dipertanyakan.…..…………….. 156
Gambar 6.1 Mediasi Gugatan Gubernur Bali kepada Bali Post……............... 165
Gambar 6.2 Berjiwa Ksatria, Gubernur Mestinya Minta Maaf Pada DesaPakraman…………………………………………………………….... 174
Gambar 6.3 Tanpa Desa Pakraman, Bali Hancur.…………………………... 183
Gambar 7.1 Klarifikasi Gubernur Bali Terkait dengan Pembubaran DesaPakraman...................................................................................... 190
Gambar 7.2 Klarifikasi Gubernur Bali mengenai Black Campaign…………. 196
Gambar 7.3 Pernyataan Prof. Dr. Tjipta Lesmana,M.A…………..…………. 201
Gambar 7.4 Jawaban Gubernur Picu Polemik Baru………………................. 206
Gambar 7.5 Ilustrasi “Gagalnya Pembunuhan Karakter Melalui Bali Post”... 217
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pedoman Wawancara…...……………………... 232
Lampiran 2 Daftar Informan……………………………………….. 234